Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS

“VERTIGO”

Pembimbing :
dr. Wiwin Sundawiyani, Sp. S

Disusun Oleh :
Muhammad hakam al hasby (2013730150)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2019

0
BAB I
PENDAHULUAN

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. L
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 42 tahun
Agama : Islam
Alamat : Sumur Batu
Pendidikan : SMA
Status : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

B. ANAMNESIS
Keluhan utama : Pusing berputar
Keluhan Tambahan : Mual,Muntah, Telinga berdenging
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan pusing sejak 1 hari SMRS. Pusing dirasakan
berputar dan sering hilang timbul. Pada saat keluhan pertama muncul pasien
merasakannya saat pasien bangun tidur, lalu keluhan sering muncul ketika pasien sedang
istirahat dengan durasi ± 1 menit dan psuing bekurang saat pasien memejamkan mata.
8 jam setelah keluhan pertama pasien merasakan keluhan pusing berputar yang
dirasakan semakin hebat dengan durasi ± 4 menit, Pasien juga mengatakan bahwa pusing
yang dirasakan seperti lingkungan sekitar berputar dan disertai rasa mual dan muntah.
Pusing dapat berkurang apabila pasien memejamkan mata dan tidur.
Muntah berisi makanan sebanyak 3x dalam sehari, berisi makanan, kira-kira 1
gelas belimbiing dan pasien juga mengeluhkan mual yang dirasakan terjadinya serangan.
Keluhan seperti telinga berdenging pasien rasakan pada telinga sebelah kanan, pasien
mengatakan keluhan ini muncul ketika pasien selesai muntah tetapi keluhan
pendengaran tidak menurun, keluar cairan dari telinga disangkal. Keluhan telinga
berdenging di keluhkan hingga pasien dirumah sakit, tetapi tidak terlalu mengganggu.
Pasien mengaku sudah meminum obat untuk mengurangi keluhan pusing
berputar. Tetapi keluhan tidak membaik sehingga pasien memutuskan untuk kerumah
sakit.
Pada saat perjalanan kerumah sakit pasien masih merasakan pusing berputar
dengan durasi ± 1 menit dan berkurang saat memejamkan mata, pasien masih
mengeluhkan mual tetapi tidak mengeluhkan muntah. Apabila pasien duduk dari
tidurnya atau pasien menggerakan posisi kepala pusing dapat terjadi kembali.
Pada saat sampai dirumah sakit pasien mengaku masih merasakan keluhan
pusing berputar yang disertai dengan mual. Keluhan membaik bila pasien menutup mata.
Keluhan demam, kesemutan pada anggkota gerak, kesulitan menelan, lemas
anggota gerak, cedera kepala, suara seperti orang bindeng, kejang, riwayat trauma atau
terbentur disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien mengatakan sering mengalami pusing seperti ini sejak 1 tahun yang lalu. Namun
serangan saat ini lebih sering dibandingkan yang lalu.
Riwayat hipertensi (-). DM (-)

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita hal yang serupa seperti pasien.

Riwayat Pengobatan
Pasien belum pernah mengobati keluhan ini.

Riwayat Kebiasaan
Os jarang berolahraga, senang makan makanan yang berlemak, goreng-gorengan. Pasien
tidak merokok dan tidak mengkonsumsi kopi. Konsumsi obat - obatan dan alkohol
disangkal

C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : composmentis
GCS : 15  Eye: 4, Verbal: 5, Motorik: 6
Tanda Vital
Tekanan darah: 130/70 mmHg
Nadi : 90 x/menit
Pernapasan : 19 x/menit
Suhu : 36,7oC

D. STATUS GENERALIS
Kepala : Normochepal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Deviasi septum (-), sekret (-)
Telinga : Normotia, sekret (-)
Mulut : Bibir tampak lembab berwarna merah
Leher : Tidak ada pembesaran KGB, tidak ada pembesaran tiroid
Thoraks
Inspeksi : Pergerakan dada simetris, tidak ada lesi
Palpasi : Vocal fremitus normal
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi
Paru : Suara napas vesikular, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung : Bunyi jantung I dan II normal, regular, tidak ada gallop dan murmur

Abdomen
Inspeksi : Abdomen datar
Auskultasi : Bising usus normal
Perkusi : Timpani di seluruh region abdomen
Palpasi : Nyeri tekan (-), hepatomegali (-), splenomegaly (-)

Ekstremitas
Superior : Akral hangat, RCT < 2detik, edema (-), sianosis (-)
Inferior : Akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-), sianosis (-)

E. STATUS NEUROLOGIS
Kesadaran : composmentis
GCS : 15  Eye: 4, Verbal: 5, Motorik: 6
Orientasi :
Tempat : baik
Waktu : baik
Orang : baik
Situasi : baik
Jalan pikiran : baik
Daya ingat kejadian : baik
Kemampua bicara : baik

Rangsang Meningeal
Kaku Kuduk : (-)
Lasegue : > 130º / >130º tidak ada nyeri
Kernig : > 70º/ >70º tidak ada nyeri
Brudzinski I : (-)
Brudzinski II : (-)

PEMERIKSAAN NERVUS CRANIAL


1. Nervus Olfaktorius

Dextra Sinistra
Daya pembau Tidak dilakukan Tidak dilakukan

2. Nervus Optikus

Dextra Sinistra
Tajam Penglihatan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Lapang Pandang Normal Normal
Pengenalan Warna Normal Normal
Funduskopi
Papil edema Tidak dilakukan
Arteri:Vena

3. Nervus Okulomotorius

Dextra Sinistra
Ptosis - -
Gerakan Bola Mata
Baik Baik
 Medial
Baik Baik
 Atas
Baik Baik
 Bawah
Ukuran Pupil Pupil bulat isokor Ø ODS 3 mm
Refleks Cahaya
+ +
Langsung
Refleks Cahaya
+ +
Konsensual
Akomodasi Baik Baik

4. Nervus Trokhlearis

Dextra Sinistra
Gerakan Mata
Baik Baik
Medial Bawah

5. Nervus Trigeminus
Menggigit Normal
Membuka mulut Normal
Sensibilitas
 Oftalmikus + +
 Maksilaris + +
 Mandibularis + +
Refleks kornea Tidak dilakukan
Refleks bersin Tidak dilakukan

6. Nervus Abdusens

Dextra Sinistra
Gerakan mata ke lateral + +
Nistagmus + (Horizontal) + (Horizontal)
7. Nervus Facialis

Dextra Sinistra
Mengangkat alis + +
Kerutan dahi + +
Menutup mata Normal Normal
Menyeringai Normal Normal

8. Nervus Vestibulochoclearis

Dextra Sinistra
Tes Romberg (+) menutup mata
Past pointing Normal
Tes bisik Tidak Dilakukan
Tes Rinne
Tes Weber Tidak dilakukan
Tes Schwabach

9. Nervus Glosofaringeus & Nervus Vagus


Arkus faring Gerakan simetris
Daya Kecap Lidah 1/3 belakang Tidak dilakukan
Uvula Letak di tengah
Menelan Normal
Refleks muntah Tidak dilakukan

10. Nervus Assesorius

Dextra Sinistra
Memalingkan kepala Baik Baik
Mengangkat bahu Baik Baik

11. Nervus Hipoglosus


Sikap lidah Tidak ada deviasi
Fasikulasi -
Tremor lidah -
Atrofi otot lidah -
F. PEMERIKSAAN MOTORIK
Anggota Gerak Atas

Dextra Sinistra
Bentuk Tidak ada deformitas
Kontur Otot Eutrofi Eutrofi
Kekuatan 5 5 5 5 5 5 5 5
Reflex Bisep + +
Reflex Trisep + +

Anggota Gerak Bawah

Dextra Sinistra
Bentuk Tidak ada deformitas
Kontur Otot Eutrofi Eutrofi
Kekuatan 5 5 5 5 5 5 5 5
Reflex Patella + +
Reflex Achilles + +

Refleks Patologis

Dextra Sinistra
Babinski - -
Chaddocck - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schaeffer - -
Gonda - -
Hoffman Trommer - -

G. PEMERIKSAAN SENSORIK

Dextra Sinistra
Rasa Raba
- Ekstremitas Atas + +
- Ekstremitas Bawah + +
Rasa Nyeri
- Ekstremitas Atas + +
- Ekstremitas Bawah + +
Rasa Suhu
- Ekstremitas Atas Tidak dilakukan
- Ekstremitas Bawah

H. FUNGSI VEGETATIF
Miksi Defekasi
Inkontinensia urin - Inkontinensia alvi -
Retensio urine - Retensio alvi -
Poliuria -

Anuria -

PEMERIKSAAN KOORDINASI

Tes Romberg (+) saat menutup mata

Stepping Test (+)

Tes Jari-Hidung - (baik)

Tes Pronasi-Supinasi - (baik)

Tes Tumit - (baik)

Rebound Phenomenon - (baik)

Arm bounce - (baik)

DIAGNOSA
• Diagnosa Klinis :
- Dizziness
- Nausea
- Vomitus
- Tinnitus
• Diagnosa Etiologi : susp. BPPV dd central
• Diagnosa Topis : kanalis semisirkularis dextra
• Diagnosa Patologi : Inflamasi

RESUME
Ny. L, 42 tahun. Datang dengan keluhan pusing sejak 1 hari SMRS. Pusing dirasakan
berputar dan sering hilang timbul. Pada saat keluhan pertama muncul pasien merasakannya
saat pasien bangun tidur, lalu keluhan sering muncul ketika pasien sedang istirahat. Pasien
juga mengatakan bahwa pusing yang dirasakan seperti lingkungan sekitar berputar dengan
durasi ± 4 menit dan berlangsung >4 kali dalam sehari. Pusing diperberat dengan perubahan
posisi dan diperingan bila menutup mata. Selain pusing berputar keluhan juga disertai mual
dan muntah. Muntah berisi makanan sebanyak 3x dalam satu hari, berisi makanan, kira-kira
satu mangkuk bakso dan pasien juga mengeluhkan mual yang dirasakan terjadinya serangan.
Riwayat pusing (+) namun tidak seberat sekarang. Keadaan umum tampak sakit sedang, GCS
15, TD 130/80, nistagmus Horizontal +/+, tinnitus + kanan, tes romberg +.

ANJURAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


• Hematologi Rutin
• Caloric test
• Elektronistamografi

TERAPI
Non-farmakologis:
- Hindari posisi yang memicu vertigo seperti posisi duduk mendadak dari berbaring,
menengadah ke atas, dsb.
- Memperbaiki pola dan asupan diet
- Edukasi pasien untuk bangun dari tempat tidur secara perlahan-lahan.

Farmakologis:
Betahistine mesylate 3x12 mg tablet
Ranitidine inj 1 amp
Ondansentron inj 1 amp

PROGNOSIS
• Quo ad vitam : dubia ad bonam
• Quo ad functionam : dubia ad bonam
• Quo ad sanationam : dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Vertigo adalah suatu perasaan gangguan keseimbangan. Vertigo seringkali dinyatakan
sebagai rasa pusing, sempoyongan, rasa melayang, badan atau dunia sekelilingnya
berputar-putar, dan berjungkir balik. Vertigo disebabkan karena alat keseimbangan tubuh
tidak dapat menjaga keseimbangan dengan baik.

B. Klasifikasi Vertigo
 Vertigo non-vestibular
 Vertigo vestibular
o Vertigo vestibular sentral
o Vertigo vestibular perifer
Perbedaan Vertigo Vestibular dan Non-vestibular
Karakteristik Vertigo Vestibular Vertigo Non-Vestibular
Waktu Episodik Konstan
Sifat Vertigo Berputar Melayang
Faktor
Gerakan kepala, perubahan posisi Stress, hiperventilasi
pencetus
Gejala Gangguan mata, gangguan
Mual, muntah, tuli, tinnitus
Penyerta somatosensorik

Perbedaan Vertigo Vestibular Perifer dan Sentral


Karakteristik V. Vestibular Perifer V. Vestibular Sentral
Durasi Menit hingga jam Minggu hingga bulan
Intensitas Berat Sedang
Mual muntah Tipikal Sering kali tidak ada
Diperparah Ya Kadang tidak berkaitan
perubahan posisi
kepala
Usia pasien Berapapun, biasanya muda Usia lanjut
Nistagmus horizontal dan
Nistagmus horizontal atau vertical;
Nistagmus rotatoar; ada nistagmus fatigue
tidak ada nistagmus fatigue
5-30 detik
Defisit nervi cranial
Tidak ada Kadang disertai ataxia
atau cerebellum
Seringkali berkurang atau
Pendengaran Biasanya normal
dengan tinnitus
Meniere’s disease Drugs
Labyrinthitis Massa Cerebellar / stroke
Penyebab
Positional vertigo Encephalitis/ abscess otak
Neuroma akustik Insufisiensi Arteri Vertebral

C. Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)


Gejala gangguan vestibular perifer meliputi vertigo, ketidakseimbangan, dan seringkali
disertai mual dan muntah. Penyebab paling umum dari gangguan ini adalah benign
paroxysmal positional vertigo (BPPV). Benign paroxysmal positional vertigo (BPPV)
adalah vertigo yang dipicu oleh posisi-posisi yang provokatif, seperti berguling di tempat
tidur, posisi berbaring, posisi duduk, membungkuk, dan menengadah.

D. Epidemiologi
BPPV merupakan vertigo vestibular perifer yang paling sering dijumpai. 20% pasien
dengan gejala vertigo mengalami BPPV. Berdasarkan jenis kelamin ada prediklesi lebih
sering mengenai wanita (64%). Sedangkan berdasarkan usia, umumnya menyerang
populasi usia lanjut (rata-rata umur 51-57,2 tahun). Sangat jarang terjadi pada orang muda
di bawah 35 tahun tanpa adanya riwayat cidera kepala.

E. Etiologi
Pada sekitar 50% kasus penyebabnya tidak diketahui. Beberapa kasus BPPV dijumpai
setelah mengalami jejas atau trauma kepala atau leher; infeksi telinga tengah atau operasi
stapedektomi.

Etiologi BPPV:
 Idiopatik (50%)
 Pasca trauma (14-27%)
 Pasca labirintitis
 Pasca operasi
 Ototoksisitas
 Mastoiditis kronik

F. Patofisiologi
Pada telinga dalam terdapat 3 kanalis semisirkularis. Ketiga kanalis semisirkularis
tersebut terletak pada bidang yang saling tegak lurus satu sama lain. Pada pangkal setiap
kanalis semisirkularis terdapat bagian yang melebar yakni ampula. Di dalam ampula
terdapat kupula, yakni alat untuk mendeteksi gerakan cairan dalam kanalis semisirkularis
akibat gerakan kepala. Sebagai contoh, bila seseorang menolehkan kepalanya kearah
kanan, maka cairan dalam kanalis semisirkularis kanan akan tertinggal sehingga kupula
akan mengalami defleksi ke arah ampula. Defleksi ini diterjemahkan dalam sinyal yang
diteruskan ke otak sehingga timbul sensasi kepala menoleh ke kanan. Adanya partikel
atau debris dalam kanalis semisirkularis akan mengurangi atau bahkan menimbulkan
defleksi kupula ke arah sebaliknya dari arah gerakan kepala yang sebenarnya. Hal ini
menimbulkan sinyal yang tidak sesuai dengan arah gerakan kepala, sehingga timbul
sensasi berupa Vertigo.

Terdapat 2 teori yang menjelaskan patofisiologi BPPV, yakni teori cupulolithiasis dan
canalithiasis.

Teori Cupulolithiasis
Pada tahun 1962, dr. Harold Schuknecht mengajukan teori cupulolithiasis (heavy cupula).
Teori ini didasarkan pada penemuan partikel basofilik yang menempel pada kupula.
Postulat yang ia kemukakan adalah, posterior semisirkular kanal sensitif terhadap
gravitasi karena partikel basofilik
menempel atau bergantung pada
cupula. Hal ini dapat disamakan
seperti ada benda yang berat di atas
sebuah tongkat yang berdiri tegak.
Jika tongkat ini jatuh ke satu sisi,
maka benda berat ini akan mencegah
tongkat untuk kembali ke posisi
semula. Pada penerapannya,

GAMBAR 1. Gambaran skematik canalithiasis,


cupulolithiasis, dan vestibulolithiasis
didapatkan nistagmus yang persisten dan pusing ketika kepala pasien digerakkan ke arah
belakang.

Teori Canalithiasis
Pada tahun 1980, Epley mengajukan teori canalithiasis. Ia meneliti bahwa gejala BPPV
lebih masuk akal jika benda berat tersebut (canalith) dapat bergerak bebas di posterior
semisirkular kanal dari pada menempel pada cupula. Teori dapat disamakan dengan batu
di dalam ban mobil. Ketika ban mobil bergerak, batu juga ikut bergerak namun jatuh
beberapa saat kemudian karena ada gaya gravitasi. Gerakan batu yang jatuh ini sama
dengan gerakan canalith yang berlawanan dengan arah endolimfe, ketika terdapat gerakan
kepala. Hal ini menyebabkan pusing yang arahnya terbalik dengan arah gerakan
endolimfe.

Teori canalithiasis lebih baik dalam menjelaskan keterlambatan sesaat sebelum


munculnya gejala, nistagmus sementara, dan adanya perbaikan ketika kepala kembali ke
posisi semula pada gejala klasik BPPV. Teori ini kemudian mendapat dukungan dari
Parnes dan McClure di tahun 1991 dengan ditemukannya canalith di posterior
semisirkular kanal pada pembedahan.

G. Manifestasi klinis
Pada umumnya pasien dengan BPPV merasakan vertigo ketika mencoba untuk duduk
setelah bangun tidur. Setelahnya, vertigo karena perubahan posisi ini dapat hilang timbul
dalam jangka waktu yang panjang, biasanya bulan ke tahun. Keparahan dari kondisi ini
sangat bervariasi. Pada keadaan ekstrim, pergerakan kepala yang ringan dapat
menyebabkan muntah dan mual.

Pasien dengan BPPV tidak merasakan pusing setiap saat. Rasa pusing yang parah muncul
ketika serangan dipicu oleh gerakan kepala. Pada waktu diantara serangan, umumnya
pasien merasakan tidak adanya atau sedikit gejala. Namun beberapa pasien mengeluhkan
sensasi mengambang dari panca indera.

BPPV klasik umumnya dipicu oleh gerakan tiba-tiba dari posisi tegak ke posisi supinasi
dan kepala membentuk sudut 45° kearah telinga yang terpengaruh. Ketika mencapai
posisi yang tepat, terjadi keterlambatan beberapa detik sampai gejala dirasakan. Ketika
BPPV terpicu, pasien akan merasa seperti terlempar berputar, terutama ke arah telinga
yang terpengaruh. Gejala yang dirasakan akan sangat berat dan akan menghilang dalam
waktu 20-30 detik. Tetapi sensasi akan dirasakan lagi ketika pasien mencoba untuk duduk
tegak, dan arah dari nistagmus akan terbalik.

H. Pemeriksaan Fisik
Manuver Dix-Hallpike adalah pemeriksaan fisik utama untuk BPPV. Temuan klasik
seperti nistagmus rotatoar dengan keterlambatan sebelum gejala muncul dan hilang
setelah beberapa waktu merupakan pathognomonic. Hasil yang negatif tidak mempunyai
arti kecuali untuk indikasi bahwa canalith aktif tidak ada untuk sementara waktu.
Tes ini dilakukan dengan menggerakan pasien dengan cepat dari posisi duduk ke supinasi
ketika kepala pasien membentuk sudut 45° ke arah kanan. Setelah menunggu 20-30 detik,
pasien kembali keposisi semula (tegak). Jika tidak terlihat adanya nistagmus, prosedur
diulang ke arah kiri.

Gambar 1. Manuver DixHallpike

I. Pemeriksaan Penunjang
Karena Dix-Hallpike maneuver merupakan pathognomonic, pemeriksaan penunjang
seperti tes laboratorium atau radiologi hanya untuk menyingkirkan kemungkinan
diagnosis lainnya. Tes lain yang dapat membantu diagnosis antara lain:
 MRI dapat digunakan untuk melihat adanya lesi sentral
 Electronystagmography (ENG) adalah pencatatan objektif nistagmus yang distimulasi
oleh gerakan kepala dan tubuh, pandangan, dan stimulasi kalorik. ENG dapat
membantu untuk mendeteksi nistagmus, membedakan lesi sentral atau perifer, dan
menentukan keparahan hipofungsi vestibular.
 Tes kalorik biasanya akan memberikan respon yang terlambat pada telinga yang
memiliki gangguan.

J. Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesa, temuan pada pemeriksaan fisik, dan hasil
dari tes vestibular dan auditori. Pemeriksaan Electronystagmography (ENG) mungkin
dibutuhkan untuk melihat karakteristik nistagmus.

K. Tata laksana
Pilihan tata lakasana termasuk observasi, obat-obatan vestibulosuppressant, rehabilitasi
vestibular, reposisi canalith, dan pembedahan.

Pilihan observasi termasuk dalam tata laksana karena BPPV dapat hilang tanpa
pengobatan dalam waktu minggu ke bulan. Namun perlu diperhatikan bahwa pasien akan
merasa tidak nyaman karena vertigo dan adanya resiko untuk jatuh atau kedaan berbahaya
lain karena BPPV.

Obat-obatan untuk mensupresi vestibular tidak menyembuhkan BPPV, tapi dapat


memberikan sedikit pengurangan gejala pada pasien. Tiga kategori vestibular supresan
adalah anticholinergik (glycopyrolat, scopolamine), antihistamin (meclizine,
prometahzine), dan benzodiazepine. Untuk kasus vertigo vestibular akut dan berat dapat
digunakan IM promethazine atau IV droperidol. Efek samping anticholinergic, seperti
mulut kering dan penglihatan menjadi kabur. Efek samping yang umum dijumpai dengan
obat antihistamin adalah sedasi (mengantuk).

Nama Obat Dosis Lazim (mg)


Betahistine mesylate 6—12, 3x sehari
Betahistine diHCl 8, x sehari
Dimenhydrinate 25—50, 4x sehari
Diphenhydramine HCl 25—50, 4x sehari
Cinnarizine 15—30, 3x sehari
Promethazine 12,5—25, 4x sehari
Ephedrine 12,5—25, 4x sehari
Lorazepam 0,5—1, 3x sehari
Diazepam 2—5, 2—3x sehari
Scopolamine 0,3—0,6, 3—4 x sehari

Rehabilitasi vestibular adalah terapi non-invasif dapat sukses walaupun memakan waktu.
Kekurangan dari terapi ini adalah BPPV pasien akan terpicu berkali-kali ketika
melakukan terapi ini.

Reposisi canalith merupakan pilihan


pengobatan terutama karena benefit-risk ratio
yang tinggi. Reposisi canalith ini dilakukan
dengan cara maneuver Epley atau Semont.
Pembedahan dilakukan untuk pasien yang
gagal pada reposisi canalith. Pembedahan
bukan pilihan pertama pada pengobatan
BPPV karena sifatnya yang invasif dan
kemungkinan komplikasi seperti gangguan
GAMBAR 3. Posterior Canal Plugging
pendengaran atau kerusakan pada nervus
facialis.

L. Prognosis
Prognosis setelah reposisi canalith pada umumnya baik. Perbaikan spontan dapat muncul
dalam 6 minggu, walaupun beberapa kasus tidak didapatkan perbaikan. Setelah diobati,
peluang untuk terkena BPPV ulang adalah 10-25%.
KESIMPULAN

Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau


seolah-olah benda di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya disertai
dengan mual dan kehilangan keseimbangan. Vertigo bisa berlangsung hanya beberapa
saat atau bisa berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari. Penderita kadang merasa lebih
baik jika berbaring diam, tetapi vertigo bisa terus berlanjut meskipun penderita tidak bergerak
sama sekali.

Vertigo diklasifikasikan menjadi dua kategori berdasarkan saluran vestibular


yang mengalami kerusakan, yaitu vertigo periferal dan vertigo sentral. Vertigo periferal
terjadi jika terdapat gangguan di saluran yang disebut kanalis semisirkularis, yaitu
telinga bagian tengah yang bertugas mengontrol keseimbangan. Gangguan kesehatan yang
berhubungan dengan vertigo periferal antara lain penyakitpenyakit seperti benign
parozysmal positional vertigo (gangguan akibat kesalahan pengiriman pesan), penyakit
meniere (gangguan keseimbangan yang sering kali menyebabkan hilang pendengaran),
vestibular neuritis (peradangan pada sel-sel saraf keseimbangan), dan labyrinthitis (radang di
bagian dalam pendengaran).

Sedangkan vertigo sentral terjadi jika ada sesuatu yang tidak normal di dalam
otak, khususnya di bagian saraf keseimbangan, yaitu daerah percabangan otak dan
serebelum (otak kecil).
DAFTAR PUSTAKA

1. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat; 2008


2. Simon RP, Greenberg DA, Aminoff MJ. Clinical Neurology.7th ed. Amerika serikat: The
McGraw-Hill Companies, Inc; 2009
3. Ropper HA, Samuels MA. Adams and Victor’s Principles of Neurology. 9 th ed. Amerika
Serikat: The McGraw-Hill Companies, Inc; 2009
4. Lumbantobing SM. Neurogeriatri. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2011

Anda mungkin juga menyukai