Disusun Oleh :
Yona Agata Theodora (42180219)
Grace Tiara Pelita Naru (42180220)
Anastasya Virginia Shintia Shaldy (42180221)
Maria Tifani Iriani M. H. W (42180222)
Gotha Aprilia Kurniaputri (42180223)
Dosen Pembimbing:
dr. Kriswanto Widyo, Sp.S
I. IDENTITAS PASIEN
No. RM : 02081xxx
Nama : Ny. N
Usia : 50 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Penjual sayuran
Alamat : Wates
Tanggal masuk RS : 26 Oktober 2019
Tanggal periksa : 31 Oktober 2019
II. ANAMNESIS
A. Keluhan utama
Sulit bicara
E. Riwayat Pengobatan
Pasien sudah pergi ke RS PKU Muhammadiyah Gamping untuk
memeriksakan nyeri kepalanya dan diberi obat namun pasien lupa nama obat
tersebut.
F. Riwayat Alergi
Tidak ada alergi obat maupun makanan.
2. Kepala
Normochepali, konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), bibir kering (-),
lidah kotor (-), otorrhea (-), rhinorrhea (-).
3. Leher
Pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran kelenjar tiroid
peningkatan jugular venous pressure (-).
4. Thorax
a. Paru
Inspeksi : dada simetris (+), ketinggalan gerak napas (-), massa (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), fremitus (normal), pengembangan dada
(normal)
Perkusi : sonor (+/+)
Auskultasi : vesikuler (+/+) , rhonki (-/-) , wheezing (-/-)
b. Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis teraba di linea midclavicula sinistra SIC V
Perkusi : batas jantung kiri pada SIC V linea mid axila sinistra,
batas jantung kanan pada SIC V line parasternalis dextra
Auskultasi : suara S1 S2 normal, regular, bising (-)
5. Abdomen
Inspeksi : distensi (-), massa (-)
Auskultasi : peristaltik usus dalam batas normal
Perkusi : timpani, hepato/splenomegaly (-)
Palpasi : nyeri tekan (-)
6. Ekstremitas
Ekstremitas atas : Oedem (-), CRT < 2 detik, akral hangat
Ekstremitas bawah : Oedem (-), CRT < 2 detik, akral hangat
V. STATUS NEUROLOGIS
Kepala
o Bentuk : normochepali
o Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba denyut sangat kuat pada
arteri temporalis.
Leher
o Pergerakan : baik
o Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan
Rangsang meningeal
o Kaku kuduk :-
o Brudzinski I :-
o Brudzinski II :-
o Brudzinski III :-
o Kernig sign :-
A. Pemeriksaan nervus kranialis
1.) N. Olfactorius
Sinistra Detra
Subyektif Normal Normal
Obyektif Normal Normal
2.) N. Opticus
Sinistra Dextra
Subjektif Normal Normal
Lapang Pandang Tidak dapat dinilai
Melihat Warna
Fundus Oculi Tidak dilakukan
3.) N. Occulomotorius
Sinistra Dextra
Sela Mata Normal Normal
Ptosis - -
Pergerakan Bulbus Normal Normal
Strabismus - -
Nistagmus - -
Eksoftalmus - -
Bentuk pupil Isokor Isokor
Ukuran pupil 3 mm 3 mm
Rekfleks cahaya + +
4.) N. Trochlearis
Sinistra Dextra
Pergerakan bola mata ke Normal Normal
bawah
5.) N. Trigeminus
Sinistra Dextra
Membuka mulut Normal Normal
Mengunyah Normal Normal
Menggigit Normal Normal
Refleks kornea Tidak dilakukan
Sensibilitas wajah Normal Normal
6.) N. Abducens
Sinistra Dextra
Pergerakan mata ke Normal Normal
lateral
Sikap bulbus Normal Normal
7.) N. Facialis
Sinistra Dextra
Menutup mata Normal Normal
Mengerutkan dahi Normal
Memperlihatkan gigi Normal
Menggembungkan pipi Normal
Mencucu Normal
Bersiul Normal
8.) N. Vestibulocochlearis
Sinistra Dextra
Gesekan jari Normal Normal
Rinne Tidak dilakukan
Webber Tidak dilakukan
Scwabach Tidak dilakukan
9.) N. Glossofaringeus
Sensoris Normal
10.) N.Vagus
Arkus faring Tidak dapat dinilai
Bicara Normal
Menelan Normal
Refleks muntah Tidak dilakukan
11.) N. Accessorius
Sinistra Dextra
Mengangkat bahu Normal Normal
Memalingkan wajah Normal
12.) N. Hypoglossus
Pergerakan lidah Normal
Tremor lidah -
Artikulasi Jelas
Fasikulasi lidah -
Atrofi papil lidah -
Sinistra Dextra
Sensibilitas taktil Normal Normal
Perasaan nyeri + +
Perasaan thermos + +
Perasaan
+ +
diskriminasi 2 titik
Perasaan gerak dan
+ +
posisi
Kekuatan otot
5 5
ekstremitas atas
Kekuatan otot
5 5
ekstremitas bawah
Kekuatan motorik
Kuat Kuat
ekstremitas atas
Kekuatan motorik
Kuat Kuat
ekstremitas bawah
Reflek Fisiologis
Reflek Patologis
E. Pemeriksaan Vertebrae
Inspeksi : Tidak dilakukan.
Palpasi :Tidak dilakukan.
F. Tes Koordinasi
G. Gerakan Abnormal
Tremor :-
Myoklonik :-
Gerakan chorea :-
H. Alat Vegetatif
Miksi : Normal
Defekasi : Normal
I. Tes Koordinasi
Cara Berjalan : Tidak dilakukan
Romberg Test : Tidak dilakukan
Tandem Gait : Tidak dilakukan
Disdiadokinesis : Negatif
Finger-nose Test : Negatif
Finger to Finger : Negatif
Past Pointing Test : Negatif
Skor Siriraj
(2,5x K) + (2x M) + (2xN) +(-3 xA) + (0,1x D) -12
Keterangan Kondisi Pasien Skala Hasil
Kesadaran Compos Mentis 2,5 x 0 0
Muntah Tidak ada 2x0 0
Nyeri Kepala Ada 2x1 2
Tekanan Diastolik 80 0,1 x 80 8
Ateroma Tidak ada -3 x 0 0
Total -2 (Infark Serebri)
Hitung Jenis
EKG
26 Oktober 2019 : Sinus Takikardi
CT Scan kepala
VII. DIAGNOSA BANDING
1. Stroke Non Hemoragik
2. Stroke Hemoragik
VIII. DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis : Afasia, disfagia dan cephalgia
Diagnosis Topik : Hemisfer serebri sinistra
Diagnosis Etiologi : Stroke Non Hemoragik
IX. TATALAKSANA
Farmakologi
Stabilisasi jalan nafas dan pernapasan: pemberian oksigen sesuai saturasi
Infus RL 20 tpm
Clopidogrel 75 mg 1x 4
Analsix 2x1
Non farmakologi
Terapi bicara
X. EDUKASI
Olahraga secara teratur
Mengatur pola makan. Hindari makanan tinggi lemak
Penjelasan mengenai fisioterapi
Memberikan edukasi mengenai stroke, perjalanan penyakit, prognosis dan
komplikasi yang dapat terjadi
XI. PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam
Ad functionam : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
II. KLASIFIKASI
1. Stroke Iskemik
Stroke iskemik adalah stroke yang terjadi karena sumbatan pada pembuluh
darah otak. Penyumbatan dapat berupa:
● Sumbatan akibat trombus → di dinding pembuluh darah karena pengerasan
pembuluh darah (atherosklerosis)
● Sumbatan akibat emboli → jendalan pembuluh darah dari jantung
Gangguam neurologis fokal akut yang timbul karena gangguan aliran darah
otak sepintas dimana kemudian deisit neurologis menghilang secara lengkap
dalam waktu kurang dari 24 jam.
b) Reversible Ischemic Neurologic Deficits (RIND)
Defisit neurologis fokal yang timbul karena gannguan aliran darah otak
dimana kemudia defisit neurologis menghilang secara lengkap dalam waktu
lebih dari 72 jam tetapi tidak lebih dari 1 minggu.
c) Prolonged Reversible Ischemic Neurological Deficits
Defisit neurologis fokal yang timbul karena gannguan aliran darah otak
dimana kemudia defisit neurologis menghilang secara lengkap dalam waktu
lebih dari 24 jam tetapi tidak lebih dari 72 jam.
d) Stroke In Evolution (SIE)
Perkembangan stroke perlahan-lahan sampai alur munculnya gejala makin
lama semakin buruk, proses progresif beberapa jam sampai beberapa hari.
e) Complete Stroke
Gangguan neurologis yang timbul sudah menetap atau permanen. Sesuai
dengan namanya, stroke komplit dapat diawali oleh serangan TIA berulang.
2. Stroke Hemoragik
Penyebab dari stroke hemoragik dapat diakibatkan oleh beberapa hal, antara
lain :
Perdaarahan Serebral
- Sekunder:
o Penyakit hati
Perdarahan subarachnoid
Stroke ini disebabkan ruptur aneurisma pada bifurcatio arteri inferior besar
pada permukaan otak (di bawah selaput meningen)
III. FAKTOR RISIKO
Pada umumnya pasien pria lebih banyak mengalami stroke daripada wanita.
Namun, lebih banyak wanita yang meninggal dunia karena pria umumnya
terkena serangan pada usia muda sedangkan perempuan mengalami
serangan saat usia sudah tua.
- Usia
Umumnya terjadi pada usia di atas 65 tahun. Namun, bukan berarti usia
muda/produktif tidak dapat terkena serangan stroke.
- Faktor genetik
Dalam hal ini, penyakit karena garis keturunan seperti diabetes mellitus dan
hipertensi menjadi penyebab terjadinya stroke. Berdasarkan data dari Center
for Disease Control and Prevention 1997-2003 menunjukkan prevalensi
stroke berdasarkan usia sekitar 9 % stroke terjadi pada pasien dengan
penyakit diabetes pada usia lebih dari 35 tahun.
V. PENEGAKAN DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Pada kasus penyakit stroke, pasien biasanya mengeluhkan
kelemahan atau kelumpuhan bagian tubuh baik secara fokal maupun global.
Maka yang perlu ditanyakan setelah pasien mengutarakan keluhan ialah
terkait waktu kapan munculnya keluhan apakah muncul secara mendadak,
kemudian durasinya, tidak lupa juga untuk menanyakan keluhan penyerta
lainnya seperti, nyeri kepala, sempat muntah atau tidak serta riwayat tidak
sadarkan diri. Tanyakan juga apakah memiliki riwayat trauma sebelumnya.
Setelah itu ajukan berbagai rangkaian pertanyaan terkait riwayat penyakit
dahulu (apabila ada, maka ditanyakan riwayat berobat), riwayat penyakit
keluarga, serta pola hidup pasien terkait makan, minum, aktivitas fisik serta
kebiasaan merokok. Anamnesis dilakukan secara komprehensif.
Beberapa gejala umum yang terjadi pada stroke meliputi gangguan
motorik (hemiparesis, hemiplegi), gangguan sensorik (hemihipestesia,
hemianesthesi), gangguan bicara (disartria), gangguan berbahasa (afasia),
serta gejala neurologik (jalan sempoyongan (ataksia), vertigo, disfagia,
melihat ganda (diplopia), dan hemianopsia.
2. Kesadaran
Status kesadaran pasien perlu diperhatikan. Apabila terjadi
penurunan kesadaran pada penderita stroke hal tersebut dikarenakan TIK
yang tinggi sehingga mampu menekan bagian ARAS yang merupakan pusat
kesadaran. Penurunan kesadaran menjadi tolak ukur pada penentuan jenis
stroke dengan menggunakan skoring baik dengan Sirijaj-Stroke-Score
maupun Gajah mada Stroke Score.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik bertujuan untuk mendeteksi penyebab stroke,
memisahkan stroke dengan kelainan lain yang menyerupai stroke, dan
menentukan beratnya defisit neurologi yang dialami. Pemeriksaan fisik yang
dilakukan mulai dari vital sign, pemeriksaan jantung paru, pemeriksaan
abdomen, serta ekstremitas.
4. Pemeriksaan Neurologi
Pemeriksaan neurologi bertujuan untuk menyingkirkan
kemungkinan penyebab seperti infeksi (pada pemeriksaan rangsang
meningeal), serta menyediakan informasi neurologi untuk mengetahui
rencana terapi yang akan dilakukan. Komponen penting dalam pemeriksaan
neurologi mencakup tingkat kesadaran, tanda rangsang meningeal, fungsi
cervikal, pemeriksaan nervus kranial, fungsi motorik dan sensorik, fungsi
serebelar, fungsi luhur, dan refleks tendon profunda. Gejala-gejala neurologi
yang timbul biasanya bergantung pada arteri yang tersumbat.
5. Gejala Klinis
Tanda dan gejala infark arteri tergantung dari area vaskular yang terkena.
Infark lakunar:
Hemianopia homonim
Hemiparesis,
Vertebrobasilar:
Diplopia, ataksia, vertigo, disfagia-setidaknya dua dari tiga gejala ini terjadi
secara bersamaan
Perdarahan Subarakhnoid
Akibat iritasi meningen oleh darah, maka pasien menunjukkan gejala nyeri kepala
mendadak (dalam hitungan detik) yang sangat berat disertai fotofobia, mual,
muntah, dan tanda-tanda meningismus (kaku kuduk dan tanda Kernig). Pada
perdarahan yang lebih berat, dapat terjadi peningkatan tekanan intrakranial dan
gangguan kesadaran. Pada funduskopi dapat dilihat edema papil dan perdarahan
retina. Tanda neurologis fokal dapat terjadi sebagai akibat dari:
22
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. CT scan
Pada kasus stroke, CT scan dapat membedakan stroke iskemik dan stroke
hemoragik. Gambaran lesi hiperdens menunjukan adanya darah di luar
pembuluh darah yang akan ditemukan pada stroke hemoragik dan lesi
hipodens pada stroke iskemik yang berarti adanya infark (hipoksia/edema
sel). Pemeriksaan CT scan kepala merupakan gold standar untuk menegakan
diagnosis stroke. Perkiraan volume perdarahan otak dari gambaran CT scan
𝑃𝑥𝐿𝑥𝑇
dapat dihitung dengan rumus broderic 2
2. MRI
Secara umum pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI) lebih
sensitive dibandingkan CT scan. MRI mempunyai kelebihan mampu
melihat adanya endapan deposit hemosiderin pada pendarahan kecil kronik.
MRI juga dapat digunakan pada kelainan medulla spinalis. Kelemahan alat
ini adalah tidak dapat mendeteksi adanya emboli paru, udara bebas dalam
peritoneum dan fraktur. Kelemahan lainnya adalah tidak bisa memeriksa
pasien yang menggunakan protese logam dalam tubuhnya, prosedur
pemeriksaan yang lebih rumit dan lebih lama, serta harga pemeriksaan yang
lebih mahal.
3. EKG
EKG dapat digunakan untuk mengetahui kelainan pada aktivitas elektrik
otot jantung. Kelainan aktivitas otot jantung dapat mengakibatkan
terbentuknya trombus intrakardial. Trombus juga dapat terbentuk pada
kondisi kelainan katup, dinding rongga jantung serta sistem vena. Selain itu,
trombus dapat terbentuk jika terjadi gangguan irama jantung sehingga
terjadi keadaan yang relatif statis pada atrium, misalnya pada kasus fibrilasi
atrium.
Fibrilasi atrium merupakan takiaritmia yang ditandai dengan tidak
terkoordinasinya aktivitas atrium akibat kerusakan mekanik atrium. Sumber
trombus pada fibrilasi atrium adalah pada atrium kiri, dan dianggap
merupakan faktor risiko yang penting dalam terjadinya kardioemboli.
Trombus atau emboli terbentuk akibat kontraksi tidak teratur dari
endokardium yang menyebabkan trombus terlepas menjadi emboli. Emboli
yang menyumbat aliran darah dapat menyebabkan hipoksia neuron yang
diperdarahinya, sehingga daerah tersebut akan mengalami iskemik dan
berlanjut menjadi infark.
4. Foto thoraks
Foto thoraks dapat digunakan untuk mengetahui apakah terdapat kelainan
pada organ di rongga dada. Kelainan organ di rongga dada yang mungkin
berkaitan dengan stroke misalnya adalah kardiomegali. Kardiomegali dapat
terjadi karena hipertensi kronik yang merupakan faktor resiko stroke.
Hipertensi kronik dapat menyebabkan mikroangiopati dan dapat memacu
penimbunan plak atherosklerotik pada pembuluh darah besar.
5. Lab : Pemeriksaan darah rutin, gula darah, profil lipid.
Perbedaan stroke hemoragik dan stroke iskemik
7. Mardjono & Sidharta. 2010; Neurologi Klinik Dasar, cetakan ke 15; Dian
Rakyat, Jakarta.