Anda di halaman 1dari 27

TUTORIAL KLINIK

STROKE NON HEMORAGIK

Disusun Oleh :
Yona Agata Theodora (42180219)
Grace Tiara Pelita Naru (42180220)
Anastasya Virginia Shintia Shaldy (42180221)
Maria Tifani Iriani M. H. W (42180222)
Gotha Aprilia Kurniaputri (42180223)

Dosen Pembimbing:
dr. Kriswanto Widyo, Sp.S

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF


RUMAH SAKIT BETHESDA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA
YOGYAKARTA
2019
STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN

No. RM : 02081xxx
Nama : Ny. N
Usia : 50 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Penjual sayuran
Alamat : Wates
Tanggal masuk RS : 26 Oktober 2019
Tanggal periksa : 31 Oktober 2019

II. ANAMNESIS
A. Keluhan utama
Sulit bicara

B. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke IGD RS Bethesda dengan keluhan sulit bicara.
Keluhan sulit bicara dirasakan tiba-tiba yaitu 2 jam sebelum masuk Rumah
Sakit. Pasien hanya dapat mengucapkan satu kata namun tidak pelo. Selain
itu, pasien juga mengalami kesulitan saat menelan. Pasien selalu tersedak saat
minum. Pasien juga mengeluh nyeri kepala yang dirasakan sejak 2 hari
sebelum masuk RS. Nyeri kepala terasa seperti dipukuli terutama di kepala
belakang telinga sebelah kanan. Pasien tidak mual, tidak muntah, tidak
mengeluh kesemutan maupun kelemahan anggota gerak. Tidak ada riwayat
terjatuh atau kepala terbentur.

C. Riwayat Penyakit Dahulu


 Riwayat serupa : belum pernah
 Stroke :-
 Hipertensi :-
 Diabetes Melitus :-
 Kolesterol :-
 Riwayat trauma :-
 Vertigo :+
 Kejang :-
 Asma :-

D. Riwayat Penyakit Keluarga


 Riwayat serupa :-
 Hipertensi :-
 DM :-
 Kolesterol :-

E. Riwayat Pengobatan
Pasien sudah pergi ke RS PKU Muhammadiyah Gamping untuk
memeriksakan nyeri kepalanya dan diberi obat namun pasien lupa nama obat
tersebut.

F. Riwayat Alergi
Tidak ada alergi obat maupun makanan.

G. Riwayat Gaya Hidup


 Merokok :-
 Alkohol :-
 Olahraga : tidak pernah olahraga
 Pola tidur : normal
 Pola makan : Pasien mengaku tidak menjaga pola makan karena pasien
makan berdasarkan makanan seadanya dan cenderung makan nasi dalam
porsi yang lebih banyak daripada sayur. Pasien minum kurang dari 2 liter air
putih setiap hari.
III. PEMERIKSAAN FISIK
1. Deskripsi umum (pemeriksaan tanggal 31 Oktober 2019)
Keadaa n umum : Lemas
GCS : E4 V5 M6
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital :
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit, regular, kuat angkat
Suhu : 36,6 0C
Nafas : 22 x/menit

2. Kepala
Normochepali, konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), bibir kering (-),
lidah kotor (-), otorrhea (-), rhinorrhea (-).

3. Leher
Pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran kelenjar tiroid
peningkatan jugular venous pressure (-).

4. Thorax
a. Paru
 Inspeksi : dada simetris (+), ketinggalan gerak napas (-), massa (-)
 Palpasi : nyeri tekan (-), fremitus (normal), pengembangan dada
(normal)
 Perkusi : sonor (+/+)
 Auskultasi : vesikuler (+/+) , rhonki (-/-) , wheezing (-/-)
b. Jantung
 Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
 Palpasi : iktus kordis teraba di linea midclavicula sinistra SIC V
 Perkusi : batas jantung kiri pada SIC V linea mid axila sinistra,
batas jantung kanan pada SIC V line parasternalis dextra
 Auskultasi : suara S1 S2 normal, regular, bising (-)
5. Abdomen
 Inspeksi : distensi (-), massa (-)
 Auskultasi : peristaltik usus dalam batas normal
 Perkusi : timpani, hepato/splenomegaly (-)
 Palpasi : nyeri tekan (-)

6. Ekstremitas
Ekstremitas atas : Oedem (-), CRT < 2 detik, akral hangat
Ekstremitas bawah : Oedem (-), CRT < 2 detik, akral hangat

IV. STATUS PSIKIATRIK


 Cara berpikir : normal
 Tingkah laku : kooperatif
 Kecerdasan : baik
 Perasaan hati : eutimik
 Ingatan : baik

V. STATUS NEUROLOGIS
 Kepala
o Bentuk : normochepali
o Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba denyut sangat kuat pada
arteri temporalis.
 Leher
o Pergerakan : baik
o Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan
 Rangsang meningeal
o Kaku kuduk :-
o Brudzinski I :-
o Brudzinski II :-
o Brudzinski III :-
o Kernig sign :-
A. Pemeriksaan nervus kranialis

1.) N. Olfactorius
Sinistra Detra
Subyektif Normal Normal
Obyektif Normal Normal

2.) N. Opticus
Sinistra Dextra
Subjektif Normal Normal
Lapang Pandang Tidak dapat dinilai
Melihat Warna
Fundus Oculi Tidak dilakukan

3.) N. Occulomotorius
Sinistra Dextra
Sela Mata Normal Normal
Ptosis - -
Pergerakan Bulbus Normal Normal
Strabismus - -
Nistagmus - -
Eksoftalmus - -
Bentuk pupil Isokor Isokor
Ukuran pupil 3 mm 3 mm
Rekfleks cahaya + +

4.) N. Trochlearis
Sinistra Dextra
Pergerakan bola mata ke Normal Normal
bawah

5.) N. Trigeminus
Sinistra Dextra
Membuka mulut Normal Normal
Mengunyah Normal Normal
Menggigit Normal Normal
Refleks kornea Tidak dilakukan
Sensibilitas wajah Normal Normal
6.) N. Abducens

Sinistra Dextra
Pergerakan mata ke Normal Normal
lateral
Sikap bulbus Normal Normal

7.) N. Facialis
Sinistra Dextra
Menutup mata Normal Normal
Mengerutkan dahi Normal
Memperlihatkan gigi Normal
Menggembungkan pipi Normal
Mencucu Normal
Bersiul Normal

8.) N. Vestibulocochlearis
Sinistra Dextra
Gesekan jari Normal Normal
Rinne Tidak dilakukan
Webber Tidak dilakukan
Scwabach Tidak dilakukan

9.) N. Glossofaringeus
Sensoris Normal

10.) N.Vagus
Arkus faring Tidak dapat dinilai
Bicara Normal
Menelan Normal
Refleks muntah Tidak dilakukan

11.) N. Accessorius
Sinistra Dextra
Mengangkat bahu Normal Normal
Memalingkan wajah Normal
12.) N. Hypoglossus
Pergerakan lidah Normal
Tremor lidah -
Artikulasi Jelas
Fasikulasi lidah -
Atrofi papil lidah -

B. Badan dan Anggota Gerak

Sinistra Dextra
Sensibilitas taktil Normal Normal
Perasaan nyeri + +
Perasaan thermos + +
Perasaan
+ +
diskriminasi 2 titik
Perasaan gerak dan
+ +
posisi
Kekuatan otot
5 5
ekstremitas atas
Kekuatan otot
5 5
ekstremitas bawah
Kekuatan motorik
Kuat Kuat
ekstremitas atas
Kekuatan motorik
Kuat Kuat
ekstremitas bawah

Reflek Fisiologis

Refleks Sinistra Dextra


Biseps ++ ++
Triceps ++ ++
Brakioradialis ++ ++
Patella ++ ++
Achilles ++ ++

Reflek Patologis

Refleks Sinistra Dextra


Hoffman + +
Tromner + +
Gordon - -
Gonda - -
Babinski - -
Chaddok - -
Rosolimo - -
Bing - -
Schaefer - -
Oppenheim - -
Klonus kaki - -

E. Pemeriksaan Vertebrae
Inspeksi : Tidak dilakukan.
Palpasi :Tidak dilakukan.

Tes Provokasi nyeri

Pemeriksaan Sinistra Dextra


Laseque - -
Faber - -
Fadir - -

F. Tes Koordinasi

 Romberg test : Tidak dilakukan


 Tandem gait : Tidak dilakukan
 Disdiadokokinesis :-
 Past pointing test : Normal

G. Gerakan Abnormal

 Tremor :-
 Myoklonik :-
 Gerakan chorea :-

H. Alat Vegetatif

 Miksi : Normal
 Defekasi : Normal

I. Tes Koordinasi
Cara Berjalan : Tidak dilakukan
Romberg Test : Tidak dilakukan
Tandem Gait : Tidak dilakukan
Disdiadokinesis : Negatif
Finger-nose Test : Negatif
Finger to Finger : Negatif
Past Pointing Test : Negatif

Skor Siriraj
(2,5x K) + (2x M) + (2xN) +(-3 xA) + (0,1x D) -12
Keterangan Kondisi Pasien Skala Hasil
Kesadaran Compos Mentis 2,5 x 0 0
Muntah Tidak ada 2x0 0
Nyeri Kepala Ada 2x1 2
Tekanan Diastolik 80 0,1 x 80 8
Ateroma Tidak ada -3 x 0 0
Total -2 (Infark Serebri)

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG


 Darah Rutin
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

Hemoglobin 14,1 g/dL 13,2-17,3


Leukosit 13,03(H) Ribu/mmk 4,5-11,5

Hitung Jenis

Eosinofil 0,3 (L) % 2-4


Basofil 0,4 % 0-1
Segmen neutrofil 84,4 (H) % 50-70
Limfosit 7,8 (L) % 18-42
Monosit 7,1 % 2-8
Hematokrit 41,9 % 40,0-54,0

Eritrosit 5,54 (H) Juta/mmk 4.50-6.20


MCV 75,6 (L) fL 80.0-94.0
MCH 25,5 (L) Pg 26,0-32,0
MCHC 33,7 g/dL 32.0-36.0
Trombosit 233 Ribu/mmk 150-450
GDS 135,0 Mg/dl 70.0-140.0
Kolestrol Total 207.5 Mg/dl Desirable : <200
Moderate : 200-239
High : >240
Trigliserid 129,3 Mg/dl Normal : <150
Borderline high : 150-199

 EKG
26 Oktober 2019 : Sinus Takikardi
 CT Scan kepala
VII. DIAGNOSA BANDING
1. Stroke Non Hemoragik
2. Stroke Hemoragik

VIII. DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis : Afasia, disfagia dan cephalgia
Diagnosis Topik : Hemisfer serebri sinistra
Diagnosis Etiologi : Stroke Non Hemoragik
IX. TATALAKSANA
 Farmakologi
Stabilisasi jalan nafas dan pernapasan: pemberian oksigen sesuai saturasi
Infus RL 20 tpm
Clopidogrel 75 mg 1x 4
Analsix 2x1

 Non farmakologi
Terapi bicara

X. EDUKASI
 Olahraga secara teratur
 Mengatur pola makan. Hindari makanan tinggi lemak
 Penjelasan mengenai fisioterapi
 Memberikan edukasi mengenai stroke, perjalanan penyakit, prognosis dan
komplikasi yang dapat terjadi

XI. PROGNOSIS
 Ad vitam : ad bonam
 Ad functionam : ad bonam
 Ad sanationam : ad bonam

TINJAUAN PUSTAKA

I. DEFINISI

Definisi dari penyakit stroke telah mengalami perubahan dalam


beberapa dekade terakhir. Menurut WHO (World Health Organization) pada
tahun 1970, stroke adalah gangguan fungsional pada otak, fokal maupun
global, terjadi lebih dari 24 jam, yang progresif serta tampak melalui tanda-
tanda klinis, dengan tidak adanya penyebab lain selain gangguan vaskular.
Pengertian tersebut masih dipakai secara global, hingga pada tahun 2013,
kolaborasi AHA dan ASA mengatakan bahwa pengertian tersebut perlu
dirubah, dikarenakan adanya peningkatan pengetahuan tentang penyakit
stroke. Menurut AHA dan ASA, stroke merupakan sebuah episode disfungsi
neurologis akut, yang diduga disebabkan oleh iskemia atau hemoragi,
bertahan selama ≥24 jam atau hingga terjadi kematian, tanpa memenuhi
kriteria stroke iskemik atau hemoragik. Pada tahun 2018, WHO merilis
ICD 11, yang di dalamnya terdapat perubahan definisi stroke, yang
menyokong definisi dari AHA dan ASA.

II. KLASIFIKASI

1. Stroke Iskemik

Stroke iskemik adalah stroke yang terjadi karena sumbatan pada pembuluh
darah otak. Penyumbatan dapat berupa:
● Sumbatan akibat trombus → di dinding pembuluh darah karena pengerasan
pembuluh darah (atherosklerosis)
● Sumbatan akibat emboli → jendalan pembuluh darah dari jantung

Klasifikasi Stroke Iskemik :

a) Transient Ishemic Attack (TIA)

Gangguam neurologis fokal akut yang timbul karena gangguan aliran darah
otak sepintas dimana kemudian deisit neurologis menghilang secara lengkap
dalam waktu kurang dari 24 jam.
b) Reversible Ischemic Neurologic Deficits (RIND)
Defisit neurologis fokal yang timbul karena gannguan aliran darah otak
dimana kemudia defisit neurologis menghilang secara lengkap dalam waktu
lebih dari 72 jam tetapi tidak lebih dari 1 minggu.
c) Prolonged Reversible Ischemic Neurological Deficits
Defisit neurologis fokal yang timbul karena gannguan aliran darah otak
dimana kemudia defisit neurologis menghilang secara lengkap dalam waktu
lebih dari 24 jam tetapi tidak lebih dari 72 jam.
d) Stroke In Evolution (SIE)
Perkembangan stroke perlahan-lahan sampai alur munculnya gejala makin
lama semakin buruk, proses progresif beberapa jam sampai beberapa hari.
e) Complete Stroke
Gangguan neurologis yang timbul sudah menetap atau permanen. Sesuai
dengan namanya, stroke komplit dapat diawali oleh serangan TIA berulang.

Menurut TOAST (Trial of 10172 in Acute Stroke Treatment)

● Atheroskeloris pada arteri cerebral atau servical dengan iskemia di semua


bagian yang terhambat
● Kardioemboli (Infark cerebral karena emboli akibat sistem arteri jantung
yang terganggu) seperti pada atrial fibrilasi (gangguan ritme menyebabkan
darah bergerak statis) dan lesi di jantung baik pada vulva ataupun cavitas.
● Infark cerebral lakunar; penyumbatan pembuluh darah kecil karena adanya
infark kecil yang menekan. Umumnya berhubungan dengan hipertensi
kronik.

2. Stroke Hemoragik

Penyebab dari stroke hemoragik dapat diakibatkan oleh beberapa hal, antara
lain :

 Perdaarahan Serebral

- Primer; hipertensi yang tidak terkendali

- Sekunder:

o Penyakit hati

o Gangguan koagulasi/penggunaan antikoagulan

o Kelainan pembuluh darah, seperti aneurisma, malformasi arterivenosa


o Penyakit sistem darah (leukimia)

 Perdarahan subarachnoid

Stroke ini disebabkan ruptur aneurisma pada bifurcatio arteri inferior besar
pada permukaan otak (di bawah selaput meningen)
III. FAKTOR RISIKO

Faktor risiko stroke dibagi menjadi :

a) Faktor yang tidak dapat dimodifikasi


- Jenis Kelamin

Pada umumnya pasien pria lebih banyak mengalami stroke daripada wanita.
Namun, lebih banyak wanita yang meninggal dunia karena pria umumnya
terkena serangan pada usia muda sedangkan perempuan mengalami
serangan saat usia sudah tua.
- Usia
Umumnya terjadi pada usia di atas 65 tahun. Namun, bukan berarti usia
muda/produktif tidak dapat terkena serangan stroke.
- Faktor genetik
Dalam hal ini, penyakit karena garis keturunan seperti diabetes mellitus dan
hipertensi menjadi penyebab terjadinya stroke. Berdasarkan data dari Center
for Disease Control and Prevention 1997-2003 menunjukkan prevalensi
stroke berdasarkan usia sekitar 9 % stroke terjadi pada pasien dengan
penyakit diabetes pada usia lebih dari 35 tahun.

b) Faktor yang dapat dimodifikasi


- Hipertensi

Merupakan faktor risiko terbesar terjadinya serangan stroke. Jika tekanan


darah tidak diturunkan dapat terjadi edema serebri yang nantinya
menghasilkan tekanan perfusi serebral yang adekuat.
- Merokok
Tingkat kematian penyakit stroke karena merokok di Amerika Serikat
menunjukkan diperkirakan sekitar 21.400 (tanpa ada penyesuaian untuk
faktor risiko) dan 17.800 (setelah ada penyesuaian) menunjukkan rokok
memberikan kontribusi sekitar 12 % sampai 14 % kematian akibat stroke.
- Konsumsi alkohol
- Pola makan yang tidak seimbang
IV. PATOFISIOLOGI

Pada keadaan fisiologi jumlah darah yang mengalir ke otak


(Cerebral Blood Flow) ialah 50-60 ml per 100 gram jaringan otak per menit.
Massa otak secara keseluruhan ialah 1200-1400 gram, sehingga jumlah
darah yang dibutuhkan otak berkisaran 700-840 ml per menitnya.
Apabila terjadi penurunan pasokan darah ke jaringan otak maka akan
menyebabkan keadaan hipoksia jaringan atau daerah otak mengalami
kekurangan oksigen yang diangkut dalam darah, dikenal dengan daerah
iskemik. Hal ini bisa disebabkan oleh gangguan peredaran darah, baik secara
mendadak ataupun progresif. Pencetus gangguan peredaran darah secara
mendadak biasanya disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak atau
yang dikenal dengan stroke hemoragik sedangkan kondisi progresif
sebagian besar disebabkan oleh trombus ataupun embolisasi yang dikenal
dengan stroke iskemik. Kedua kondisi ini pada akhirnya akan membuat
pasokan darah otak terhambat dan mengalami hipoksia.
Akibat penurunan CBF regional suatu daerah otak yang terisolasi
dari jangkauan aliran darah, maka daerah tersebut tidak dapat berfungsi
dengan semestinya sehingga dapat menimbulkan defisit neurologik, berupa
hemiparalisis, hemi hipestesia, hemiparestesia atau bahkan disertai dengan
defisit fungsi luhur seperti afasia.
Keadaan iskemik yang dialami dalam waktu kurang dari 10-15 menit
dapat menyebabkan defisit sementara sedangkan iskemik dalam waktu yang
panjang akan menyebabkan defisit permanen berupa kematian sel dan
mengakibatkan infark otak.

V. PENEGAKAN DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Pada kasus penyakit stroke, pasien biasanya mengeluhkan
kelemahan atau kelumpuhan bagian tubuh baik secara fokal maupun global.
Maka yang perlu ditanyakan setelah pasien mengutarakan keluhan ialah
terkait waktu kapan munculnya keluhan apakah muncul secara mendadak,
kemudian durasinya, tidak lupa juga untuk menanyakan keluhan penyerta
lainnya seperti, nyeri kepala, sempat muntah atau tidak serta riwayat tidak
sadarkan diri. Tanyakan juga apakah memiliki riwayat trauma sebelumnya.
Setelah itu ajukan berbagai rangkaian pertanyaan terkait riwayat penyakit
dahulu (apabila ada, maka ditanyakan riwayat berobat), riwayat penyakit
keluarga, serta pola hidup pasien terkait makan, minum, aktivitas fisik serta
kebiasaan merokok. Anamnesis dilakukan secara komprehensif.
Beberapa gejala umum yang terjadi pada stroke meliputi gangguan
motorik (hemiparesis, hemiplegi), gangguan sensorik (hemihipestesia,
hemianesthesi), gangguan bicara (disartria), gangguan berbahasa (afasia),
serta gejala neurologik (jalan sempoyongan (ataksia), vertigo, disfagia,
melihat ganda (diplopia), dan hemianopsia.
2. Kesadaran
Status kesadaran pasien perlu diperhatikan. Apabila terjadi
penurunan kesadaran pada penderita stroke hal tersebut dikarenakan TIK
yang tinggi sehingga mampu menekan bagian ARAS yang merupakan pusat
kesadaran. Penurunan kesadaran menjadi tolak ukur pada penentuan jenis
stroke dengan menggunakan skoring baik dengan Sirijaj-Stroke-Score
maupun Gajah mada Stroke Score.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik bertujuan untuk mendeteksi penyebab stroke,
memisahkan stroke dengan kelainan lain yang menyerupai stroke, dan
menentukan beratnya defisit neurologi yang dialami. Pemeriksaan fisik yang
dilakukan mulai dari vital sign, pemeriksaan jantung paru, pemeriksaan
abdomen, serta ekstremitas.
4. Pemeriksaan Neurologi
Pemeriksaan neurologi bertujuan untuk menyingkirkan
kemungkinan penyebab seperti infeksi (pada pemeriksaan rangsang
meningeal), serta menyediakan informasi neurologi untuk mengetahui
rencana terapi yang akan dilakukan. Komponen penting dalam pemeriksaan
neurologi mencakup tingkat kesadaran, tanda rangsang meningeal, fungsi
cervikal, pemeriksaan nervus kranial, fungsi motorik dan sensorik, fungsi
serebelar, fungsi luhur, dan refleks tendon profunda. Gejala-gejala neurologi
yang timbul biasanya bergantung pada arteri yang tersumbat.
5. Gejala Klinis

Tanda dan gejala infark arteri tergantung dari area vaskular yang terkena.

 Infark total sirkulasi anterior (karotis):

 Hemiplegia (kerusakan pada bagian atas traktus kortikospinal)

 Hemianopia (kerusakan pada radiasio optikus)

 Defisit kortikal, misalnya disfasia (hemisfer dominan), hilangnya fungsi


visuospasial (hemisfer non-dominan)

 Infark parsial sirkulasi anterior:

 Hemiplegia dan hemianopia, hanya defisit kortikal saja.

 Infark lakunar:

 Penyakit intrinsik (lipohialinosis) pada arteri kecil profunda menyebabkan


sindrom yang karakteristik.

 Infark sirkulasi posterior (vertebrobasilar):

 Tanda-tanda lesi batang otak

 Hemianopia homonim

 Infark medulla spinalis.


Serangan Iskemik Transien
Tanda khas TIA adalah hilangnya fungsi fokal SSP secara mendadak; gejala
seperti sinkop, bingung, dan pusing tidak cukup untuk menegakkan diagnosis.
TIA umumnya berlangsung selama beberapa menit saja, jarang berjam-jam.
Daerah arteri yang terkena akan menentukan gejala yang terjadi:
 Karotis (paling sering):

 Hemiparesis,

 Hilangnya sensasi hemisensorik,


 Disfasia,

 Kebutaan monokular (amaurosis fugax) yang disebabkan oleh iskemia


retina.

 Vertebrobasilar:

 Paresis atau hilangnya sensasi bilateral atau alternatif,

 Kebutaan mendadak bilateral (pada pasien usia lanjut),

 Diplopia, ataksia, vertigo, disfagia-setidaknya dua dari tiga gejala ini terjadi
secara bersamaan

Perdarahan Subarakhnoid

Akibat iritasi meningen oleh darah, maka pasien menunjukkan gejala nyeri kepala
mendadak (dalam hitungan detik) yang sangat berat disertai fotofobia, mual,
muntah, dan tanda-tanda meningismus (kaku kuduk dan tanda Kernig). Pada
perdarahan yang lebih berat, dapat terjadi peningkatan tekanan intrakranial dan
gangguan kesadaran. Pada funduskopi dapat dilihat edema papil dan perdarahan
retina. Tanda neurologis fokal dapat terjadi sebagai akibat dari:

 Efek lokalisasi palsu dari peningkatan tekanan intrakranial,

 Perdarahan intraserebral yang terjadi bersamaan,

 Spasme pembuluh darah, akibat efek iritasi darah, bersamaan dengan


iskemia.

Perdarahan Intraserebral Spontan


Pasien datang dengan tanda-tanda neurologis fokal yang tergantung dari lokasi
perdarahan, kejang, dan gambaran peningkatan tekanan intrakranial. Diagnosis
biasanya jelas dari CT scan.

22
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. CT scan
Pada kasus stroke, CT scan dapat membedakan stroke iskemik dan stroke
hemoragik. Gambaran lesi hiperdens menunjukan adanya darah di luar
pembuluh darah yang akan ditemukan pada stroke hemoragik dan lesi
hipodens pada stroke iskemik yang berarti adanya infark (hipoksia/edema
sel). Pemeriksaan CT scan kepala merupakan gold standar untuk menegakan
diagnosis stroke. Perkiraan volume perdarahan otak dari gambaran CT scan
𝑃𝑥𝐿𝑥𝑇
dapat dihitung dengan rumus broderic 2

Stroke hemoragik Stroke iskemik

2. MRI
Secara umum pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI) lebih
sensitive dibandingkan CT scan. MRI mempunyai kelebihan mampu
melihat adanya endapan deposit hemosiderin pada pendarahan kecil kronik.
MRI juga dapat digunakan pada kelainan medulla spinalis. Kelemahan alat
ini adalah tidak dapat mendeteksi adanya emboli paru, udara bebas dalam
peritoneum dan fraktur. Kelemahan lainnya adalah tidak bisa memeriksa
pasien yang menggunakan protese logam dalam tubuhnya, prosedur
pemeriksaan yang lebih rumit dan lebih lama, serta harga pemeriksaan yang
lebih mahal.

3. EKG
EKG dapat digunakan untuk mengetahui kelainan pada aktivitas elektrik
otot jantung. Kelainan aktivitas otot jantung dapat mengakibatkan
terbentuknya trombus intrakardial. Trombus juga dapat terbentuk pada
kondisi kelainan katup, dinding rongga jantung serta sistem vena. Selain itu,
trombus dapat terbentuk jika terjadi gangguan irama jantung sehingga
terjadi keadaan yang relatif statis pada atrium, misalnya pada kasus fibrilasi
atrium.
Fibrilasi atrium merupakan takiaritmia yang ditandai dengan tidak
terkoordinasinya aktivitas atrium akibat kerusakan mekanik atrium. Sumber
trombus pada fibrilasi atrium adalah pada atrium kiri, dan dianggap
merupakan faktor risiko yang penting dalam terjadinya kardioemboli.
Trombus atau emboli terbentuk akibat kontraksi tidak teratur dari
endokardium yang menyebabkan trombus terlepas menjadi emboli. Emboli
yang menyumbat aliran darah dapat menyebabkan hipoksia neuron yang
diperdarahinya, sehingga daerah tersebut akan mengalami iskemik dan
berlanjut menjadi infark.

4. Foto thoraks
Foto thoraks dapat digunakan untuk mengetahui apakah terdapat kelainan
pada organ di rongga dada. Kelainan organ di rongga dada yang mungkin
berkaitan dengan stroke misalnya adalah kardiomegali. Kardiomegali dapat
terjadi karena hipertensi kronik yang merupakan faktor resiko stroke.
Hipertensi kronik dapat menyebabkan mikroangiopati dan dapat memacu
penimbunan plak atherosklerotik pada pembuluh darah besar.
5. Lab : Pemeriksaan darah rutin, gula darah, profil lipid.
Perbedaan stroke hemoragik dan stroke iskemik

Perbedaan Stroke Hemoragik Stroke Non-Hemoragik


Penurunan kesadaran +++ +/-
Nyeri kepala +++ +
Onset Mendadak, saat aktivitas Sub-akut, saat istirahat
Muntah + -
Kejang + +/-
Rangsang meningeal + -
Edema pupil + -
Perdarahan retina + -
Penyakit lain yang Hipertensi, aterosklerosis Aterosklerosis, emboli
Berkaitan
VII. TATALAKSANA
1. Survey primer
a. Airway : Stabilisasi jalan napas
b. Breathing : Stabilisasi saturasi oksigen (oksigen 4L/min sungkup)
c. Circulation : Stabilisasi hemodinamik (IV RL 20 tpm)
d. Disability : Penilaian kesadaran (GCS)
e. Exposure : Penilaian awal fisik umum
2. Survey sekunder dan diagnosis
3. Pemeriksaan penunjang
a. CT scan kepala
b. EKG
c. Foto thoraks
d. Pemeriksaan darah lengkap
e. Glukosa darah
4. Terapi
a. Pencegahan stroke sekunder
b. Pengendalian gula darah
5. Farmakologi
a. Aspirin 80 mg 4x1
b. Clopidogrel 75 mg 4x1
c. Metformin 500 mg 3x1 saat makan
d. Simvastatin 10 mg sebelum tidur
6. Nonfarmakologi
a. Fisioterapi

VIII. KOMPLIKASI DAN PERJALANAN PENYAKIT


Komplikasi neurologis awal yang dapat terjadi adalah edema
serebral, peningkatan TIK, transformasi hemoragik, gangguan neuropsikiatri
dan kejang. Pasien yang mengalami gejala berat, misalnya imobilisasi
dengan hemiplegia berat, rentan terhadap beberapa komplikasi yang dapat
menyebabkan kematian lebih awal, diantaranya Pneumonia, septikemia
(akibat ulkus dekubitus atau isk), trombosis vena dalam (DVT), emboli
paru, infark miokard, aritmia jantung, dan gagal jantung.
Beberapa kondisi yang memiliki kontribusi pada disabilitas jangka
panjang meliputi: Ulkus dekubitus, epilepsi, jatuh berulang (fraktur),
kekakuan sendi, dan depresi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Seluruh Indonesia (Perdossi). (2016).


Panduan Praktis Klinis Neurologi.
2. WHO. The Atlas of Heart Disease and Stroke. Diakses pada 2 Mei 2019.
https://www.who.int/cardiovascular_diseases/en/cvd_atlas_1
5_burden_stroke.pdf.
3. American Heart Association (AHA) dan American Stroke Association.
(2013). An Updated Definition of Stroke for the 21st Century.
4. Stroke Alliance for Europe (SAFE). (2018). New ICD 11 stroke
classification will support global efforts to improve prevention, treatment
and outcomes. Diakses pada 2 Mei 2019.
https://www.safestroke.eu/2018/06/29/new-icd-11-stroke-cla ssification-
will-support-global-efforts-to-improve-prevention-tr eatment-and-outcomes/.
5. Coupland, A. P., Thapar, A., Qureshi, M. I., Jenkins, H., & Davies, A. H.
(2017). The definition of stroke. Journal of the Royal Society of Medicine,
110(1), 9–12. https://doi.org/10.1177/0141076816680121
6. World Health Association (WHO). Diakses pada 2 Mei 2019.
https://www.who.int/classifications/icd/revision/en/.

7. Mardjono & Sidharta. 2010; Neurologi Klinik Dasar, cetakan ke 15; Dian
Rakyat, Jakarta.

8. Price, SA, Wilson, LM. Patofisiologi : Konsep Klinis


Proses-Proses Penyakit. Volume 2 Ed 6. Hartono H, Susi N, Wulansari P,
Mahanani DA, editor. Jakarta: EGC; 2005. BAB 53, Penyakit
Serebrovaskular; hal 1106-1129.

Anda mungkin juga menyukai