Anda di halaman 1dari 28

TUTORIAL/REFLEKSI KASUS

VERTIGO PERIFER

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Kepaniteraan


Klinik Bagian Ilmu Saraf Rumah Sakit Bethesda
Pada Program Pendidikan Dokter Tahap Profesi Fakultas
Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana

Disusun oleh :
Devina Johanna Hartanto 42220582
Bestiana Sara Liontina 42220583
David Herryanto 42220584
Sintha Abilia Puji Winata 42220585
Greatavia Meanda Leslie 42220586
Hanna Maria Tabitha 42220587
Brigita Agustin Clarista 42220588
Dokter Pembimbing Klinik :
dr. Sugianto, Sp.S, M.Kes, Ph.D

KEPANITERAAN KLINIK ILMU SARAF


PERIODE 9 Januari 2023 – 7 Februari 2023
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA
RUMAH SAKIT BETHESDA
YOGYAKARTA
2023
BAB I
STATUS PASIEN

I. IDENTITAS
Nama : Ny. Ristriani
Tanggal Lahir : 01-01-1943
Usia : 80 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Prambanan, Klaten, Yogyakarta
No.RM : 00-43-16-80
HMRS : Selasa, 10 Januari 2023

II. ANAMNESIS ( Autoanamnesis di Bangsal Gardenia pada 11 Januari 2023)


A. Keluhan Utama
Duduk dan berdiri pusing berputar jadi hanya bisa baring.

B. Riwayat Penyakit Sekarang


Sejak 4 hari yang lalu hingga sekarang pasien merasa mual. Pasien
juga mengeluhkan sakit kepala serta pusing berputar yang berlangsung
lebih dari 1 menit. Apabila duduk, berdiri dan menunduk gejala
memberat. Tidak ada riwayat trauma.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Keluhan serupa : (+) Vertigo (Sejak 2018)
Riwayat rawat inap : (-)
Asma : (-)
Hipertensi : (+) terkontrol
Stroke : (-)
DM : (+) terkontrol
Trauma Kepala : (-)
Alergi : (-)
COVID-19 : Tidak diperiksa

D. Riwayat Penyakit Keluarga

Gejala serupa : (-)


DM : (-)
Hipertensi : (-)
Jantung : (+) ayah pasien
Kolesterol : (-)

E. Lifestyle
Smoking : (-)
Alkohol : (-)
Napza : (-)
Aktivitas Fisik : Ringan-sedang
Pekerjaan : IRT
Diet : Makan teratur, 3 kali sehari
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4 V5 M6
VAS :5
Status Gizi : Baik
Tanda Vital
Tekanan Darah : 148/77 mmHg
Nadi : 74 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36°C

STATUS GENERALIS
A. Kepala
Normocephali, konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), bibir kering
(-), lidah kotor (-), otorrhea (-), rhinorrhea (-), konjungtiva palpebra
(-)

B. Leher
Pembesaran kelenjar getah bening (-), Pembesaran kelenjar
tiroid (-), Peningkatan jugular venous pressure (-)

C. Thorax
a. Pulmo
- Inspeksi : Ketinggalan gerak napas (-)
- Palpasi : Nyeri (-)
- Perkusi : Sonor (+/+)
- Auskultasi : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
b. Cor
- Inspeksi : Tidak Diperiksa
- Palpasi : Tidak Diperiksa
- Perkusi : Tidak Diperiksa
- Auskultasi : Tidak Diperiksa
D. Abdomen
- Inspeksi : Distensi abdomen (-)
- Auskultasi : Bising usus normal
- Perkusi : Timpani
- Palpasi : Nyeri tekan (-)

E. Ekstremitas
- Atas : Oedem (-), CRT < 2 detik, akral hangat
- Bawah : Oedem (-), CRT < 2 detik, akral hangat

STATUS NEUROLOGIS
A. Meningeal Sign
- Kaku kuduk : (-)
- Brudzinski I : (-)
- Brundzinski II : (-)
- Brundzinski III : (-)
- Brundzinski IV : (-)

B. Pemeriksaan Nervus Kranialis


1. N. Olfaktorius

D S

Subjektif - -

Objektif Tidak Diperiksa Tidak Diperiksa

2. N. Optikus

D S
S - -
C - -

D S

Lapang pandang Normal Normal

Melihat warna Normal Normal

Fundus oculi Tidak diperiksa Tidak diperiksa

3. N. Okulomotorius

D S

Ptosis Tidak ada Tidak ada

Pergerakan bulbus Normal Normal

Strabismus Tidak ada Tidak ada

Nistagmus Tidak ada Tidak ada

Eksoftalmus Tidak ada Tidak ada

Bentuk pupil Isokor Isokor

Ukuran pupil 3 mm 3 mm

Refleks cahaya Direct/Indirect (+/+) Direct/Indirect (+/+)

4. N. Trochlearis

D S

Pergerakan bola mata ke bawah Normal Normal


5. N. Trigeminus

D S

Membuka mulut Normal Normal

Mengunyah Normal Normal

Menggigit Normal Normal

Refleks kornea Normal Normal

Sensibilitas wajah Normal Normal

6. N. Abduscent

D S

Pergerakan bola mata ke lateral Normal Normal

Bulbus Normal Normal

Diplopia Tidak ada Tidak ada

7. N. Fasialis

D S

Menutup mata Normal Normal

Mengerutkan dahi Normal Normal

Meringis Normal Normal

Mengembungkan pipi Normal Normal

Mencucu Normal Normal

Bersiul Normal Normal


8. N. Vestibulokoklearis

D S

Gesekan jari Normal Normal

Rinne Tidak diperiksa Tidak diperiksa

Weber Tidak diperiksa Tidak diperiksa

Scwabach Tidak diperiksa Tidak diperiksa

9. N. Glossofaringeus

Sensoris (pengecap)

Subjektif Normal

Objektif Tidak diperiksa

10. N. Vagus

Arkus faring Normal

Uvula Normal

Bicara Normal

Menelan Normal

Refleks muntah Tidak diperiksa

11. N. Accesorius

D S

Mengangkat bahu Normal Normal

Memalingkan wajah Normal


12. N. Hypoglosus

Pergerakan lidah Normal

Tremor lidah Tidak ada

Artikulasi Jelas

Fasikulasi lidah Tidak ada

Atrofi lidah Tidak ada

C. Anggota Gerak Atas

Motorik D S

Pergerakan Normal Normal

Kekuatan 5 5

Tonus Normal Normal

Refleks D S
Fisiologis
Bisep ++ ++
Trisep ++ ++
Patologis
Tromner - -

Hoffman - -

Sensibilitas D S
Perasaan Nyeri Normal Normal
Sensasi rasa suhu Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Perasaan diskriminasi 2 Tidak diperiksa Tidak diperiksa
titik
Perasaan gerak dan posisi Normal Normal

D. Anggota Gerak Bawah

Motorik D S

Kekuatan 5 5

Tonus Normal Normal

Refleks D S
Fisiologis
Patella ++ ++
Achiles ++ ++
Patologis
Babinski - -
Chaddok - -
Oppenheim - -
Schaeffer - -
Gordon - -
Bing - -

Sensibilitas D S
Perasaan Nyeri Normal Normal
Sensasi rasa suhu Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Perasaan diskriminasi 2 Tidak diperiksa Tidak diperiksa
titik
Perasaan gerak dan posisi Normal Normal

E. Tes Koordinasi
Romberg test : Tidak diperiksa
Tandem Gait : Tidak diperiksa
Point test :-

F. Gerakan Abnormal
Tremor : Tidak Ada
Myoclonik : Tidak ada
Chorea : Tidak ada

G. Tes Provokasi Nyeri

D S
Laseque sign (-) (-)
Kernig sign (-) (-)
Faber (-) (-)
Fadir (-) (-)
Femoral Stretch test (-) (-)
ROM (aktif) (-) (-)
ROM (pasif) (-) (-)

H. Pemeriksaan Vertebra
Tidak diperiksa

I. Alat Vegetatif
Miksi : Normal
Defekasi : Normal
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan darah lengkap
Hemoglobin : 14,5 g/dl
HCT : 45,9%
Leukosit : 10,6 /ul
Trombosit :-
Eritrosit :-
Fungsi Ginjal
Ureum : 34 mg/dL
Creatinine : 1,0 mg/dL
Pemeriksaan Gula Darah
GDS :171 mg/dL
Pemeriksaan Enzim
GOT (AST) : 23 µ/L
GPT (ALT) : 13 µ/L
Pemeriksaan Elektrolit
Natrium : 140,7 mmol/L
Kalium : 3,82 mmol/L

V. DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis : cephalgia berputar terutama saat perubahan posisi dengan onset
akut, nausea
Diagnosis Topik : Canalis semicircularis
Diagnosis Etiologi Vertigo) : BPPV

VI. DIAGNOSIS BANDING


1. Vertigo perifer
2. Vertigo sentral

VII. PENATALAKSANAAN
R/ Dimenhidrinate tab mg 100 No. XX
S. 3 d.d. tab I
R/ Flunarizine tab mg 10 No. XX
S. 1 d.d. tab I h.s.
VIII. PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad fungsionam : bonam
Ad sanationam : bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Vertigo (gangguan keseimbangan) merupakan suatu istilah yang berasal dari Bahasa latin
vertere yang berarti memutar. Vertigo seringkali dinyatakan sebagai rasa pusing,
sempoyongan, rasa melayang, badan atau dunia sekelilingnya berputar- putar. Vertigo
merupakan suatu ilusi gerakan, biasanya berupa sensasi berputar yang akan meningkat
dengan perubahan posisi kepala (Kusumastuti & Sutarni, 2018). Gejala vertigo seperti
perubahan kulit yang menjadi pucat (pallor) terutama di daerah muka dan peluh dingin (cold
sweat). Gejala ini selalu mendahului munculnya gejala mual/muntah dan diduga akibat
sistem saraf simpatik (Kusumastuti & Sutarni, 2018). Vertigo bukan suatu gejala pusing
saja, tetapi merupakan suatu kumpulan gejala atau satu sindroma yang terdiri dari gejala
somatik (nistagmus, unstable), otonomik (pucat, peluh dingin, mual, muntah), dan pusing.
Di Indonesia angka kejadian vertigo sangat tinggi, pada tahun 2010 terdapat orang yang
terkena penyakit vertigo dari usia 40 sampai 50 tahun sekitar 50%. Vertigo merupakan
keluhan nomor tiga paling sering dikeluhkan oleh penderita yang datang ke praktek umum,
setelah nyeri kepala, dan stroke. Umumnya vertigo ditemukan sebesar 15% dari keseluruhan
populasi dan hanya 4% sampai 7% yang diperiksakan ke dokter (Indriawati, 2017).

2. Klasifikasi
Vertigo diklasifikasikan menjadi dua kategori berdasarkan saluran vestibular dan
non vestibular yang mengalami kerusakan, yaitu vertigo perifer dan vertigo sentral.
Vertigo dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1. Vertigo Vestibular
Vestibular adalah salah satu organ bagian dalam telinga yang mengirimkan informasi
tentang posisi tubuh ke otak untuk menjaga keseimbangan. Vertigo timbul pada
gangguan sistem vestibular, yang menimbulkan sensasi berputar, timbulnya episodic,
diprovokasi oleh gerakan kepala, dan bias disertai rasa mual muntah (Sutarni , Rusdi &
Abdul, 2019).
2. Vertigo non vestibular
Merupakan vertigo yang disebabkan oleh penyakit tertentu misalnya diabetes melitus,
hipertensi dan jantung. Sementara itu, vertigo neurologik adalah gangguan vertigo yang
disebabkan oleh gangguan saraf. Keluhan vertigo yang disebabkan oleh gangguan mata
atau berkurangnya daya penglihatan disebut vertigo opthamologis, sedangkan vertigo
yang disebabkan oleh berkurangnya fungsi alat pendengaran disebut vertigo
otolaringologis. Selain penyebab dari segi fisik penyebab lain munculnya vertigo adalah
pola hidup yang tidak teratur, seperti kurang tidur atau terlalu memikirkan suatu masalah
hingga stres. Vertigo yang disebabkan oleh stres atau tekanan emosional disebut
psikogenik.

Perbedaan vertigo vestibular dan non vestibular sebagai berikut (Sutarni , Rusdi &
Abdul, 2019).

Berdasarkan letak lesinya dikenal 2 jenis vertigo vestibular, yaitu:


1. Vertigo vestibular perifer
Vertigo perifer terjadi jika terdapat gangguan di saluran yang disebut kanalis
semisirkularis, yaitu telinga bagian tengah yang bertugas mengontrol keseimbangan.
Vertigo jenis ini biasanya diikuti gejala-gejala seperti:
a. Pandangan mata gelap
b. Rasa lelah dan stamina menurun
c. Jantung berdebar
d. Hilang keseimbangan
e. Tidak mampu berkonsentrasi
f. Otot terasa sakit
g. Mual dan muntah
Gangguan kesehatan berhubungan dengan vertigo perifer antara lain penyakit
BPPV(Benign Paroxysmal Positional Vertigo) yaitu gangguan keseimbangan karena ada
perubahan posisi kepala, meniere disease yaitu gangguan keseimbangan yang sering kali
menyebabkan hilangnya pendengaran, vestibular neuritis yaitu peradangan pada sel-sel
saraf keseimbangan dan labyrinthitis yaitu radang di bagian dalam pendengaran
(Sutarni, Rusdi & Abdul, 2019).

2. Vertigo vestibular Sentral


Vertigo sentral terjadi jika ada sesuatu yang tidak normal di dalam otak, khususnya di
bagian saraf keseimbangan, yaitu daerah percabangan otak dan serebelum (otak kecil).
Gejala vertigo sentral biasanya terjadi secara bertahap, penderita akan mengalami hal
tersebut di antaranya ialah:
a. Penglihatan ganda
b. Sukar menelan
c. Kelumpuhan otot-otot wajah
d. Sakit kepala yang berat
e. Kesadaran terganggu
Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan vertigo sentral termasuk antara lain,
stroke, multiple sclerosis (gangguan tulang belakang dan otak), tumor, trauma di bagian
kepala, migren, infeksi, kondisi peradangan, neurodegenerative illnesses (penyakit
kemunduran fungsi saraf) yang menimbulkan dampak pada otak kecil.
Perbedaan Vertigo Vestibular Perifer Dengan Sentral (Sutarni , Rusdi & Abdul, 2019).

Gejala Perifer Sentral

Bangkitan Lebih Mendadak Lebih Lambat

Derajat vertigo Berat Ringan

Pengaruh gerakan kepala ++ +/-

Mual/Muntah ++ +

Gangguan pendengaran +/- +/-


Tanda Fokal Otak - +/-

3. Etiologi
Vertigo paling sering disebabkan oleh disfungsi dalam sistem vestibular dari lesi perifer
atau sentral.

● Etiologi perifer termasuk penyebab vertigo yang lebih umum, seperti Benign Paroxysmal
positional vertigo (BPPV) dan Ménière disease. BPPV disebabkan adanya endapan
kalsium atau debris di kanal semisirkular posterior dan menyebabkan timbulnya episode
vertigo sementara yang berlangsung beberapa menit atau kurang. Tidak seperti BPPV,
pasien dengan penyakit Ménière sering mengalami tinitus, gangguan pendengaran, dan
kepenuhan aural selain vertigo. Hidrops endolymphatic adalah fitur patologis yang
berbeda dari penyakit Ménière. Gejala penyakit Ménière diakibatkan oleh peningkatan
volume endolymph di kanal setengah lingkaran. Dua penyebab tambahan yang berbeda
dari vertigo perifer termasuk labirinitis akut dan neuritis vestibular. Keduanya disebabkan
oleh peradangan, biasanya akibat oleh infeksi virus. Penyebab vertigo lain yang
disebabkan oleh virus termasuk Herpes zoster oticus, juga dikenal sebagai sindrom
Ramsay Hunt. Pada sindrom Ramsay Hunt, vertigo dihasilkan dari reaktivasi virus
Varicella-zoster laten (VZV) di ganglion geniculate yang menyebabkan peradangan pada
saraf vestibulocochlear. Saraf wajah sering terlibat juga, mengakibatkan kelumpuhan
wajah. Penyebab perifer yang kurang umum termasuk cholesteatoma, otosclerosis, dan
fistula perilymphatic. Cholesteatomas adalah lesi seperti kista yang diisi dengan debris
keratin. Cholesteatomas paling sering mempengaruhi telinga tengah dan mastoid.
Otosklerosis ditandai dengan pertumbuhan tulang yang tidak normal di telinga tengah,
yang menyebabkan gangguan pendengaran konduktif dan dapat mempengaruhi koklea,
juga menyebabkan tinitus dan vertigo. Fistula perilymphatic adalah penyebab lain
(jarang) dari vertigo perifer dan dapat diakibatkan oleh trauma.
● Etiologi sentral vertigo harus selalu dipertimbangkan dalam diferensial. Stroke iskemik
atau hemoragik, terutama yang melibatkan otak kecil atau sistem vertebrobasilar,
mengancam jiwa dan harus dikesampingkan oleh sejarah, tes fisik dan diagnostik lainnya
jika diperlukan. Penyebab sentral lain yang lebih serius termasuk tumor, terutama yang
timbul dari sudut serebellopontine. Contoh tumor tersebut termasuk glioma batang otak,
medulloblastoma, dan schwannoma vestibular, yang dapat menyebabkan gangguan
pendengaran sensorineural serta gejala vertiginous. Migrain vestibular adalah penyebab
utama vertigo yang umum. Mereka ditandai dengan sakit kepala sepihak yang terkait
dengan gejala lain, termasuk mual, muntah, fotofobia, dan phonophobia. Akhirnya,
multiple sclerosis telah dikaitkan dengan penyebab vertigo sentral dan perifer. Secara
terpusat, multiple sclerosis dapat menyebabkan vertigo dengan perkembangan plak
demielinasi di jalur vestibular. BPPV adalah penyebab perifer umum vertigo pada pasien
dengan multiple sclerosis.
● Penyebab lain yang dapat menyebabkan vertigo seperti; vertigo yang diinduksi obat dan
gangguan psikologis, mood, anxiety, dan somatisasi. Obat-obatan yang telah dikaitkan
dengan vertigo termasuk antikonvulsan seperti fenitoin dan salisilat.

4. Patofisiologi
Asimetri dalam sistem vestibular menjelaskan gejala vertigo. Asimetri dapat
diakibatkan oleh kerusakan atau disfungsi pada sistem perifer, seperti labirin vestibular atau
saraf vestibular atau gangguan sentral pada batang otak atau otak kecil. Meskipun mungkin
ada gangguan vestibular permanen, gejala vertigo tidak pernah permanen karena sistem
saraf pusat beradaptasi selama berhari-hari hingga berminggu-minggu. Tumor dapat
menyebabkan vertigo. Schwannoma adalah lesi yang paling umum di sudut
cerebellopontine. Meningioma adalah tumor ekstra-aksial yang paling umum pada orang
dewasa. Ini adalah lesi paling umum kedua di sudut serebellopontine. Glomus jugulare dan
glomus jugulotympanicum adalah tumor dari sistem chemoreceptor dan merupakan tumor
primer utama dari foramen jugularis. Metastasis harus menjadi pertimbangan pada pasien
dengan neoplasia primer yang diketahui atau beberapa lesi otak. Dapat juga diakibatkan oleh
infeksi seperti Labirinitis. Otomastoiditis adalah infeksi pada rongga timpani dan mastoid.
Hal ini biasanya disebabkan oleh agen bakteri dengan yang paling umum adalah
Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae. Serebelitis akut adalah ensefalitis
yang terbatas pada otak kecil. Ini paling umum pada anak-anak. Virus varicella-zoster
adalah penyebab utamanya. Cholesteatoma dapat diperoleh atau bawaan, terjadi di pars
flaccida atau pars tensa. Ini adalah proliferasi epitel skuamosa bertingkat keratin.

5. Faktor Risiko
a. Umur. Dapat terjadi di segala usia, namun insiden meningkat dengan bertambahnya
usia. Onset biasanya antara dekade kelima dan ketujuh kehidupan
b. Jenis kelamin. Wanita lebih terpengaruh daripada pria (sekitar 2:1)
c. Faktor/asosiasi risiko lainnya.
■ Kondisi yang dianggap meningkatkan detasemen mekanis puing-puing otokonial
dari makula utricular meliputi:
● Trauma kepala
○ Masalah vestibular paling umum setelah insiden trauma kepala
○ Insiden bilateralitas yang lebih tinggi dan keterlibatan kanal ganda di sisi
yang sama
● Periode istirahat di tempat tidur atau posisi telentang yang berkepanjangan
■ Penyakit sekunder untuk telinga bagian dalam (degenerasi dan detasemen otoconia)
● Sindrom disfungsi vestibular akut (misalnya, neuritis vestibular, labirinitis)
○ Disebabkan oleh efek inflamasi di labirin atau dengan mempengaruhi
perfusi labirin
● Penyakit Meniere
○ Mekanisme yang mungkin termasuk obstruksi parsial labirin membran atau
kerusakan yang diinduksi secara hidropis pada makula utricle dan saccule
■ Migrain
■ Gangguan metabolisme kalsium dan kekurangan vitamin D
■ Osteoporosis (osteopenia)
● Dapat meningkatkan erosi dan degenerasi otoconia; dapat menjelaskan
prevalensi yang lebih besar dari idiopatik jinak paroxysmal positional vertigo
pada wanita karena efek estrogen pada deposisi kalsium.

6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang hanya dilakukan untuk mengeliminasi diagnosis banding seperti
labirinitis, neuritis vestibular, dan etiologi yang mendasari gejala pusing berputar.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu:
a. Pemeriksaan darah lengkap: leukositosis menindikasikan adanya infeksi (DD:
labirinitis), hb rendah (pusing yang dialami dapat dikarenakan anemia)
b. Tes audiometri untuk melihat ada/tidaknya penurunan pendengaran (DD: labirinitis,
meniere disease)
c. CT Scan aksial, terdapat kekeruhan homogen telinga tengah kiri dan mastoid.

7. Diagnosis
Diagnosis vertigo dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan hasil pemeriksaan fisik.
Anamnesis berupa gejala didapatkan sebagai berikut:
a. Vertigo sentral
● Onset: progresif atau tiba-tiba
● Intensitas: sedang; bisa berat untuk etiologi stroke atau multiple sklerosis
● Durasi: minggu – bulan (berlanjut); bisa juga dalam hitungan menit untuk penyebab
vascular seperti TIA
● Arah nystagmus: vertical – torsional
● Pengaruh perubahan posisi kepala: hanya sedikit
● Gejala neurologis: umumnya didapati gejala neurologis lain

b. Vertigo perifer
● Onset: tiba-tiba
● Intensitas: berat
● Durasi: durasi intermitten, berlangsung selama < 1 menit untuk BPPV seperti TIA
● Arah nystagmus: horizontal - torsional
● Pengaruh perubahan posisi kepala: menginduksi serangan vertigo
● Gejala neurologis: tidak didapati gejala neurologis lain
Pemeriksaan fisik yang menjadi gold standar untuk membedakan vertigo sentral dan perifer
(BPPV) yaitu Dix-Hallpike maneuver, dimana pada BPPV akan terjadi induksi nystagmus
dalam beberapa detik pasca dilakukan manuver.

Diagnosis untuk BPPV dapat ditegakkan apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Serangan berulang dari vertigo posisional yang diprovokasi dengan berbaring atau
berbalik dengan posisi supinasi
b. Durasi serangan < 1 menit
c. Nystagmus terprovokasi dalam waktu beberapa detik sejak dilakukan Dix-hallpike test
manuever. Nystagmus muncul dengan durasi < 1 menit
d. Tidak memenuhi kriteria diagnosis penyakit lainnya
Beberapa diagnosis banding untuk BPPV meliputi:
a. Kelainan otologi:
● Meniere disease
● Neuritis vestibular
● Labirinitis
● Posttraumatic vertigo
b. Kelainan neurologi:
● Migraine-assosiated dizziness
● Vertebrobasiler insufficiency
● Demyelinating disease
● Lesi CNS (termasuk CNH, dst)
c. Lainnya:
● Ansietas
● Efek samping obat
● Hipotensi postural

8. Tatalaksana
Terapi untuk vertigo dapat dilakukan dengan medikamentosa dan non-medikamentosa.
Terapi medikamentosa umumnya diberikan untuk mengatasi 2 gejala utama: gejala vertigo
(pusing berputar) dan gejala otonom (mual, muntah). Obat yang umum digunakan yaitu :
a. Antihistamin :
Secara umum, antihistamin bekerja dengan mem-blok histamin-1 (H1). Namun, peran
antihistamin dalam vertigo didapatkan bukan dari efek blok H1 melainkan berkaitan
dengan mekanisme antikolinergik sentral. Golongan antihistamin berfungsi merangsang
inhibitori, yaitu inhibisi nervus vestibularis serta mempunyai efek supresif pada pusat
muntah sehingga dapat mengurangi mual dan muntah.
● Dimenhidrinat: Dimenhidrinat diindikasikan untuk mencegah mual, muntah, dan
pusing yang disebabkan oleh motion sickness. Dimenhydrinate terdiri
diphenhydramine dan 8-chlorotheophylline. Diphenhydramine bekerja dengan
mengurangi gangguan keseimbangan melalui efek antimuskarinik, sementara 8-
chlorotheophylline bekerja dengan memblokir reseptor adenosin sehingga
mengurangi rasa kantuk yang dihasilkan oleh diphenhydramine. Dosis
dimenhidrinate yaitu 50-100 mg, 2-3x sehari.
● Flunarizine: Flunarizine bekerja sebagai selective calcium entry blocker dengan
sifat pengikatan kalmodulin. Flunarizine menghambat masuknya kalsium
ekstraseluler melalui pori-pori membran miokard dan pembuluh darah dengan
menyumbat saluran secara fisik. Flunarizine dapat digunakan untuk vertigo
karena diketahui bahwa gangguan ion kalsium memainkan peran penting dalam
patogenesis vertigo pada tingkat seluler
b. SSRI :
SSRI bekerja dengan memblok pengambilan kembali serotonin oleh neuron sehingga
meningkatkan tingkat serotonin di otak. SSRI diketahui dapat meringankan gejala
pusing berputar pada vertigo. Beberapa SSRI yang sering digunakan diantaranya :
● Fluoxetine
● Sentraline
Selain terapi medikamentosa, pasien dengan BPPV lebih disarankan melakukan terapi
non-medikamentosa seperti menuver apley, manuver semont, manuver lempert, dan Brandt
Daroff excercise.
a. Apley Manuver
(Contoh apley maneuver apabila BPPV terjadi pada telinga kanan)
1. Duduk di tempat tidur.
2. Putar kepala 45 derajat ke arah telinga kanan
3. Berbaring dengan cepat, jaga agar kepala tetap berputar. Bahu harus berada di atas
bantal, dan kepala harus disandarkan. Tunggu 30 detik.
4. Putar kepala 90 derajat ke kiri, tanpa diangkat. Kepala melihat 45 derajat ke kiri dan
tunggu 30 detik.
5. Putar kepala dan tubuh 90 derajat lagi ke kiri, kearah tempat tidur. Tunggu 30 detik
lagi.
6. Duduk di sisi kiri
(Catatan: lakukan sebaliknya untuk BPPV pada telinga kiri)

b. Manuver Semont
Manuver ini diindikasikan untuk pengobatan cupulolithiasis kanal posterior. Jika kanal
posterior terkena, pasien diminta duduk tegak, lalu kepala dimiringkan 45° ke sisi yang
sehat, lalu secara cepat bergerak ke posisi berbaring dan dipertahankan selama 1-3 menit.
Ada nistagmus dan vertigo dapat diobservasi. Setelah itu pasien pindah ke posisi
berbaring di sisi yang berlawanan tanpa kembali ke posisi duduk lagi.

c. Manuver Lempert
Manuver ini dapat digunakan pada pengobatan BPPV tipe kanal lateral. Pasien berguling
360° yang dimulai dari posisi supinasi lalu pasien menolehkan kepala 90° ke sisi yang
sehat, diikuti dengan membalikkan tubuh ke posisi dekubitus lateral. Lalu kepala
menoleh ke bawah dan tubuh mengikuti ke posisi dekubitus ventral. Pasien kemudian
menoleh lagi 90° dan tubuh kembali ke posisi dekubitus lateral lalu kembali ke posisi
supinasi. Masing-masing gerakan dipertahankan selama 15 detik untuk migrasi lambat
dari otolith sebagai respon terhadap gravitasi.

d. Brandt Daroff excercise


Manuver ini dikembangkan sebagai latihan untuk di rumah dan dapat dilakukan sendiri oleh
pasien sebagai terapi tambahan pada pasien yang tetap simptomatik setelah manuver
Epley atau Semont. Latihan ini juga dapat membantu pasien menerapkan beberapa posisi
sehingga dapat menjadi kebiasaan.

9. Edukasi
Edukasi diberikan baik kepada pasien maupun keluarga pasien. Edukasi yang diberikan
kepada pasien yaitu mengenai cara terapi latihan vestibular untuk mengatasi vertigo seperti
manuver apley dan metode Brandt Daroff. Selain itu menjelaskan kepada pasien terkait
melakukan gerakan perlahan, jangan secara tiba-tiba agar tidak memicu terjadinya vertigo,
mulai dari posisi duduk ke berdiri, jongkok ke berdiri, ataupun dari posisi berbaring ke
duduk. Dijelaskan juga kepada keluarga pasien, bahwa pasien perlu dukungan dan motivasi
dalam mencari penyebab vertigo dan mengobatinya sesuai penyebab, diusahakan keluarga
dapat memberi dukungan dan membimbing pasien agar dapat melakukan terapi latihan
vestibular secara teratur.

10. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien vertigo biasanya disebabkan oleh karena
ketidakseimbangan dan ketidaknyamanan (motion sickness). Pasien dapat terjatuh akibat
dari keseimbangan yang buruk, selain itu mual dan muntah dapat menjadi salah satu
komplikasi dari penderita vertigo. Seseorang yang mengalami vertigo juga tidak dianjurkan
mengemudi karena dapat menyebabkan kecelakaan.
DAFTAR PUSTAKA

Baumgartner B, Taylor RS. 2022. Peripheral Vertigo. In: StatPearls [Internet]. Treasure
Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430797/
Bhattacharrya N, et al. 2017. Clinical Practice Guidline : Benign Paroxysmal Positional
Vertigo (BPPV). American Academy of Otolaryngology Head and Neck Surgery
Edward Y & Roza Y. 2014. Diagnosis dan Tatalaksana Benign Paroxysmal Positional
Vertigo (BPPV) Horizontal Berdasarkan Head Roll Test. Jurnal Kesehatan Andalas 3(1)
Elsevier Point of Care. Clinical Overview. Benign Paroxysmal Positional Vertigo. Updated
March 24, 2021. Copyright Elsevier BV. All rights reserved
Indriawati, K. R., & Pinzon, R. T. 2017, Dampak Penggunaan Betahistin Mesilate terhadap
Perbaikan Gejala Vertigo Perifer di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta, Berkala Ilmiah
Kedokteran Duta Wacana, 2(3):427-436.
Kusumastuti, R., & Sutarni, S. (2018).Sindroma Vertigo Sentral Sebagai Manifestasi Klinis
Central Vertigo Syndrome, A Vertebrobasilar Stoke examination describe a dyslipidemia
condition with total cholesterol 215 mg / dl , LDL 175 mg / dl . ASGM and Siriraj stroke
score support an infarctio. Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana, 3, 61–67
Melly S, Susianti. 2016. Diagnosis dan Tatalaksana Vertigo. Majority, Vol 5, No 4
Michael von Brevern. 2015. Benign paroxysmal positional vertigo: Diagnostic criteria.
Consensus document of the Committee for the Classification of Vestibular Disorders of the
Bárány Society. Journal of Vestibular Research 25 105–117 105. DOI 10.3233/VES-
150553
Neil Bhattacharyya, MD. 2008. Clinical practice guideline: Benign paroxysmal positional
vertigo. Otolaryngology–Head and Neck Surgery 139, S47-S81
PERDOSSI. 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologi
Stanton M, Freeman AM. Vertigo. [Updated 2022 Mar 18]. In: StatPearls [Internet].
Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482356/
Sutarni , Rusdi & Abdul, (2019). Nyeri. Kepala Dan Vertigo. Yogyakarta : Pustaka
Cendikia Press
Threenesia A & Iyos R. 2016. Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV). Majority,
Vol 5, No 5.
Timoth y P. Zajonc , MD ; Peter S. Roland, MD. 2006. VERTIGO AND MOTION
SICKNESS. PART II: PHARMACOLOGIC TREATMENT. ENT-Ear, Nose & Throat
Journal.
Victoria M, Wibawa F, Susianti, Juanita P. 2016. Vertigo Perifer pada Wanita Usia 52
Tahun dengan Hipertensi Tidak Terkontrol. J Medula Unila, Vol 6, No 1

Anda mungkin juga menyukai