STROKE ISKEMIK
Disusun Oleh :
Rachmawati
Tiffani Husna
Pembimbing :
Dr. Tarmizi Sp.S
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas
rahmat dan kurnia-Nya, penulisan laporan kasus vertigo ini dapat diselesaikan. Laporan
kasus ini diajukan untuk melengkapi tugas pada Kepaniteraan Klinik Departemen
Neurologi stase Rumah Sakit Umum Daerah Langsa, Fakultas Kedokteran, Universitas
Abulyatama.
Meskipun penulisan laporan kasus ini banyak mengalami hambatan, kesulitan dan
kendala, namun karena adanya bimbingan, petunjuk, nasihat dan motivasi dari berbagai
pihak, penulisan laporan kasus ini dapat diselesaikan. Di sini penulis mengucapkan terima
kasih kepada pihak Rumah Sakit Umum Daerah Langsa, yang telah memberikan bantuan,
bimbingan, dan arahan.
Namun demikian, karena keterbatasan pengalaman, pengetahuan, kepustakaan dan
waktu, laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk ini, kritik dan saran dari
berbagai pihak sangat diharapkan untuk menyempurnakan laporan kasus ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Vertigo berasal dari bahasa latin vertere yang artinya memutar, merujuk pada sensasi
berputar, rasa oleng, tak stabil (giddiness, unsteadiness) atau rasa pusing (dizziness)
sehingga mengganggu rasa keseimbangan seseorang, umumnya disebabkan oleh gangguan
pada sistim keseimbangan. Berbagai macam defenisi vertigo dikemukakan oleh banyak
penulis, tetapi yang paling tua dan sampai sekarang nampaknya banyak dipakai adalah
yang dikemukakan oleh Gowers pada tahun 1893 yaitu setiap gerakan atau rasa (berputar)
tubuh penderita atau obyek-obyek di sekitar penderita yang bersangkutan dengan kelainan
keseimbangan.
Vertigo posisi paroksismal jinak (VPPJ) atau disebut juga Benign Paroxysmal Positional
Vertigo (BPPV) adalah gangguan keseimbangan perifer yang sering dijumpai. Gejala yang
dikeluhkan adalah vertigo yang datang tiba- tiba pada perubahan posisi kepala. Vertigo
pada BPPV termasuk vertigo perifer karena kelainannya terdapat pada telinga dalam, yaitu
pada sistem vestibularis. BPPV pertama kali dikemukakan oleh Barany pada tahun 1921.
Karakteristik nistagmus dan vertigo berhubungan dengan posisi dan menduga bahwa
kondisi ini terjadi akibat gangguan otolit.
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Desi susanti
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 38 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Alamat : Sungai paoh,LANGSA BARAT,KOTA LANGSA.
Tanggal Masuk : 20 september 2019
B. Anamnesis
a. Keluhan Utama
Pusing berputar.
b. Keluhan Tambahan
Mual dan muntah sebanyak 3 kali, muntah berisi makanan yang dimakan
sebelumnya, nyeri ulu hati.
f. Riwayat Pengobatan
Riwayat pengobatan disangkal.
g. Riwayat Alergi
Tidak ada alergi obat, makanan dan minuman. Alergi terhadap debu dan cuaca
disangkal.
h. Riwayat Psikoksosial
Pasien memiliki kebiasaan makan yang tidak teratur, senang mengkonsumsi kopi dan
makanan berlemak.
C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda-tanda Vital
- TD : 144/89 mmHg
- Suhu Tubuh : 36,6⁰C
- Nadi : 96 kali/menit,
- Pernapasan : 20 kali/menit
Status Generalis
Kepala : Normochepal simetris, tidak tampak adanya deformitas, rambut
berwarna hitam distribusi rata
Mata : Konjungtiva Anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edema palpebra (-/-)
Hidung : Normonasi, deviasi septum (-), sekret (-)/(-), pernapasan cuping
hidung(-) darah (-), nyeri tekan (-)
Mulut : Mukosa bibir kering (-), sianosis (-), lidah tremor (-), faring hiperemis
(-)
Telinga : Normotia, sekret (-)/(-) serumen (-), pendengaran berdengung (-)
Leher : Tidak ada pembesaran KGB pada daerah axila dan leher.
Thorax
Paru
Inspeksi : simetris
Palpasi : teraba focal fremitus diseluruh lapang paru
Perkusi : sonor
Asukultasi : vesikuler (+), ronkhi (-), whezzing (-)
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : redup
Auskultasi : BJ I > BJ II, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : perut cembung (-)
Perkusi : Timpani di 4 kuadran abdomen
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), organomegali (-)
Auskultasi : peristaltik (+) normal
Ekstremitas
Atas : Akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-), sianosis (-/-)
Bawah : Akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-),sianosis (-/-)
D. Status Neurologis
Kesadaran : Compos mentis
GCS : 15 Eye: 4, Verbal: 5, Motorik: 6
Rangsang Meningeal
Kaku kuduk :-
Kernig :-
Lasegue :-
Brudzinski I, II : -
E. Pemeriksaan Nervus Cranial
1. Nervus Olfaktorius
Dextra Sinistra
2. Nervus Optikus
Dextra Sinistra
Tajam Penglihatan Normal Normal
Lapang Pandang Normal Normal
Pengenalan Warna Normal Normal
Funduskopi
Papil edema Tidak dilakukan
Arteri:Vena
3. Nervus Okulomotorius
Dextra Sinistra
Ptosis - -
Gerakan Bola Mata
Medial Baik Baik
Atas Baik Baik
Bawah Baik Baik
Akomodasi + +
4. Nervus Trokhlearis
Dextra Sinistra
Gerakan Mata
Medial Bawah Baik Baik
5. Nervus Trigeminus
Menggigit Normal
Membuka mulut Normal
Sensibilitas
Oftalmikus + +
Maksilaris + +
Mandibularis + +
Refleks kornea Tidak dilakukan
Refleks bersin Tidak dilakukan
6. Nervus Abdusens
Dextra Sinistra
Gerakan mata ke lateral + +
Nistagmus Negative
7. Nervus Facialis
Dextra Sinistra
Mengangkat alis + +
Kerutan dahi + +
Menutup mata Normal Normal
Meringis Normal Normal
Mengedip Normal Normal
Mengembungkan Normal Normal
pipi
8. Nervus Vestibulochoclearis
Dextra Sinistra
Tes bisik Normal Normal
Tes Rinne
Tes Weber Tidak dilakukan
Tes Schwabach
Fasikulasi -
Tremor lidah -
Artikulasi Normal
Kekuatan lidah Tidak dilakukan
F. Pemeriksaan Motorik
Anggota Gerak Atas
Dextra Sinistra
Bentuk Tidak ada deformitas
Kontur Otot Eutrofi Eutrofi
Kekuatan 5 5 5 5 5 5 5 5
Refleks Fisiologis
Dextra Sinistra
Biceps ++ ++
Triceps ++ ++
Ulnaris ++ ++
Radialis ++ ++
Patella ++ ++
Achilles ++ ++
Refleks Patologis
Dextra Sinistra
Babinski - -
Chaddocck - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schaeffer - -
Gonda - -
Hoffman Trommer - -
G. Pemeriksaan Sensorik
Dextra Sinistra
Rasa Raba
- Ekstremitas Atas + +
- Ekstremitas Bawah + +
Rasa Nyeri
- Ekstremitas Atas + +
- Ekstremitas Bawah + +
Rasa Suhu
- Ekstremitas Atas Tidak dilakukan
- Ekstremitas Bawah
H. Fungsi Koordinasi
Romberg +
Heel – to-toe walking Tidak dilakukan
Jari hidung Tidak dilakukan
Pronasi supinasi Tidak dilakukan
Tumit Tidak dilakukan
Rebound phenomenon Tidak dilakukan
Arm bounce Tidak dilakukan
Tes telunjuk ke telunjuk Tidak dilakukan
I. Resume
Pasien datang ke IGD RSU Langsa dengan keluhan pusing berputar sejak pukul
kurang lebih 10 jam SMRS. Pusing berputar yang terjadi secara tiba-tiba saat pasien
sedang berbaring ditempat tidur, pusing berputar timbul sangat kuat pada awalnya
dan menghilang setelah beberapa. Saat ini, Pasien mengaku jika memiringkan posisi
kepalanya kekiri dan kekanan, maka pusing menjadi bertambah berat, dan berkurang
apabila pasien memejamkan matanya. Rasa pusing ini juga disertai rasa mual dan
muntah sebanyak ± 3 kali. Keluhan telinga berdengung dan menurunnya
pendengaran disangkal . Keluhan pandangan ganda, kabur atau gelap serta melihat
cahaya seperti pelangi disangkal. Keluhan kesemutan di sekitar mulut disangkal,
Kedua tangan dan kaki terasa baal disangkal. Keluhan jantung berdebar dan sakit
dada di sangkal. BAB dan BAK dalam batas normal.
DIAGNOSA
• Diagnosa Klinis :pusing berputar, Hipertensi
• Diagnosa Topis : Gangguan sistem vestibular perifer
• Diagnosa Etiologi : Benign Paroxysmal Potitional Vertigo (BBPV)
MCV 77,3 fL
MCH 25,6 pg
Hitung Jenis
Eusinofil 3,0 %
Basofil 0,4 %
Neutrofil 53,3 %
Limfosit 40,6 %
Monosit 2,7 %
Kimia Klinik
Ureum 14 mg/dL
TERAPI
Non-farmakologis:
Istirahat
Memperbaiki pola dan asupan diet
Latihan berdiri tegak dengan mata dibuka, kemudian mata ditutup
Olahraga yang menggerakan kepala (gerakan rotasi, fleksi, ekstensi, gerak miring )
Farmakologis:
Betahistin HCL dengan dosis 8-24 mg, 3x1
Cinnarizine 15-30 mg 3x1/ 1x75 mg/hari
PROGNOSIS
• Quo ad vitam : dubia ad bonam
• Quo ad functionam : dubia ad bonam
• Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Vertigo
Definisi
Vertigo berasal dari bahasa latin “vertere” yang berarti berputar, dan “igo” yang
berarti kondisi. Vertigo ialah adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh seperti
rotasi (memutar) tanpa sensasi perputaran yang sebenarnya, dapat sekelilingnya terasa
berputar (vertigo objektif) atau badan yang berputar (vertigo subjektif). Vertigo
termasuk kedalam gangguan keseimbangan yang dinyatakan sebagai pusing, pening,
sempoyangan, rasa seperti melayang atau dunia seperti berjungkir balik.
Epidemiologi
Vertigo merupakan gejala yang sering didapatkan pada individu dengan prevalensi
sebesar 7 %. Beberapa studi telah mencoba untuk menyelidikiepidemiologi dizziness, yang
meliputi vertigo dan non vestibular dizziness. Dizziness telah ditemukan menjadi keluhan
yang paling sering diutarakan oleh pasien, yaitu sebesar 20-30% dari populasi umum. Dari
keempat jenis dizziness vertigo merupakan yang paling sering yaitu sekitar 54%. Pada
sebuah studi mengemukakan vertigo lebih banyak ditemukan pada wanita disbanding pria
(2:1), sekitar 88% pasien mengalami episode rekuren.
Etiologi
Vertigo merupakan suatu gejala yang penyebabnya antara lain akibat kecelakaan,
stres, gangguan pada telinga bagian dalam, obat-obatan, terlalu sedikit atau banyak aliran
darah ke otak dan lain-lain. Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan keseimbangan
melalui organ keseimbangan yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini memiliki
saraf yang berhubungan dengan area tertentu di otak. Vertigo bisa disebabkan oleh
kelainan di dalam telinga, di dalam saraf yang menghubungkan telinga dengan otak dan di
dalam otaknya sendiri.
Keseimbangan dikendalikan oleh otak kecil yang mendapat informasi tentang
posisi tubuh dari organ keseimbangan di telinga tengah dan mata. Penyebab umum dari
vertigo:
1. Keadaan lingkungan : mabuk darat, mabuk laut.
2. Obat-obatan : alkohol, gentamisin.
3. Kelainan telinga : endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam
telinga bagian dalam yang menyebabkan benign paroxysmal positional
4. vertigo, infeksi telinga bagian dalam karena bakteri, labirintis, penyakit maniere,
5. peradangan saraf vestibuler, herpes zoster.
6. Kelainan Neurologis : Tumor otak, tumor yang menekan saraf vestibularis,
sklerosis multipel, dan patah tulang otak yang disertai cedera pada labirin,
persyarafannya atau keduanya.
7. Kelainan sirkularis : Gangguan fungsi otak sementara karena berkurangnya aliran
darah ke salah satu bagian otak ( transient ischemic attack ) pada arteri vertebral
dan arteri basiler.
Klasifikasi
Vertigo dapat berasal dari kelainan di sentral (batang otak, serebelum atau otak) atau di
perifer (telinga – dalam, atau saraf vestibular).
a. Sentral diakibatkan oleh kelainan pada batang batang otak atau cerebellum
b. Perifer disebabkan oleh kelainan pada telinga dalam atau nervus cranialis
vestibulocochlear (N. VIII)
c. Medical vertigo dapat diakibatkan oleh penurunan tekanan darah , gula darah
yang rendah, atau gangguan metabolic karena pengobatan atau infeksi sistemik.
Kata kunci untuk vertigo yang berasal dari sentral adalah gejala atau tanda
batang otak lainnya atau tanda onset akut misalnya sakit kepala tuli dan temuan
neurologis lainnya misalnya trigeminal sensory loss pada infark arteri cebellar
postero inferior. Pada pasien seperti ini perlu cepat dirujuk dan diinvestigasi. Red
flag pada pasien dengan vertigo meliputi :
Sakit kepala
Gejala neurologis
Tanda neurologis
Penyebab vertigo jenis sentral biasanya ada gangguan di batang otak atau di
serebelum. Untuk menentukan gangguan di batang otak, apakah terdapat gejala lain yang
khas bagi gangguan di batang otak, misalnya diplopia, parestesia, perubahan sensibilitas
dan fungsi motorik, rasa lemah.
VERTIGO PERIFER
Selain itu kita bisa membedakan vertigo sentral dan perifer berdasarkan
nystagmus. Nystagmus adalah gerakan bola mata yang sifatnya nvolunter, bolak
balik, ritmis, dengan frekuensi tertentu. Nystagmus merupakan bentuk reaksi dari
refleks vestibulo oculer terhadap aksi tertentu. Nystagmus bisa bersifat fisiologis
atau patologis dan manifes secara spontan atau dengan rangsangan alat bantu
seperti test kalori, tabung berputar, kursi berputar, kedudukan bola mata posisi
netral atau menyimpang atau test posisional atau gerakan kepala.
3. Test Posisional
- Latensi Singkat Lebih lama
- Durasi Lama Singkat
- Intensitas Sedang Larut/sedang
- Sifat Susah ditimbulkan Mudah ditimbulkan
PATOFISIOLOGI
Patomekanisme BPPV dapat dibagi menjadi dua, antara lain :
• Teori Cupulolithiasis Pada tahun 1962 Horald Schuknecht mengemukakan teori ini untuk
menerangkan BPPV. Dia menemukan partikel-partikel basofilik yang berisi kalsiurn
karbonat dari fragmen otokonia (otolith) yang terlepas dari macula utriculus yang sudah
berdegenerasi, menernpel pada permukaan kupula. Dia menerangkan bahwa kanalis
semisirkularis posterior menjadi sensitif akan gravitasi akibat partikel yang melekat pada
kupula. Hal ini analog dengan keadaan benda berat diletakkan di puncak tiang, bobot
ekstra ini menyebabkan tiang sulit untuk tetap stabil, malah cenderung miring. Pada saat
miring partikel tadi mencegah tiang ke posisi netral. Ini digambarkan oleh nistagmus dan
rasa pusing ketika kepala penderita dijatuhkan ke belakang posisi tergantung (seperti pada
tes Dix-Hallpike). KSS posterior berubah posisi dari inferior ke superior, kupula bergerak
secara utrikulofugal, dengan demikian timbul nistagmus dan keluhan pusing (vertigo).
Perpindahan partikel otolith tersebut membutuhkan
waktu, hal ini yang menyebabkan adanya masa laten sebelum timbulnya pusing dan
nistagmus.
• Teori Canalithiasis Tahun1980 Epley mengemukakan teori canalithiasis, partikel otolith
bergerak bebas di dalam KSS. Ketika kepala dalam posisi tegak, endapan partikel ini
berada pada posisi yang sesuai dengan gaya gravitasi yang paling bawah. Ketika kepala
direbahkan ke belakang partikel ini berotasi ke atas sarnpai ± 900 di sepanjang lengkung
KSS. Hal ini menyebabkan cairan endolimfe mengalir menjauhi ampula dan menyebabkan
kupula membelok (deflected), hal ini menimbulkan nistagmus dan pusing. Pembalikan
rotasi waktu kepala ditegakkan kernbali, terjadi pembalikan pembelokan kupula, muncul
pusing dan nistagmus yang bergerak ke arah berlawanan. Model gerakan partikel begini
seolah-olah seperti kerikil yang berada dalam ban, ketika ban bergulir, kerikil terangkat
sebentar lalu jatuh kembali karena gaya gravitasi. Jatuhnya kerikil tersebut memicu organ
saraf dan menimbulkan pusing. Dibanding dengan teori cupulolithiasis teori ini lebih dapat
menerangkan keterlambatan "delay" (latency) nistagmus transient, karena partikel butuh
waktu untuk mulai bergerak. Ketika mengulangi manuver kepala, otolith menjadi tersebar
dan semakin kurang efektif dalam menimbulkan vertigo serta nistagmus. Hal inilah yag
dapat menerangkan konsep kelelahan "fatigability" dari gejala pusing.
DIAGNOSIS
A. Anamnesis Pasien biasanya mengeluh vertigo dengan onset akut kurang dari 10-20
detik akibat perubahan posisi kepala. Posisi yang memicu adalah berbalik di tempat tidur
pada posisi lateral, bangun dari tempat tidur, melihat ke atas dan belakang, dan
membungkuk. Vertigo bisa diikuti dengan mual.
B. Pemeriksaan fisis Pasien memiliki pendengaran yang normal, tidak ada nistagmus
spontan, dan pada evaluasi neurologis normal. 6 Pemeriksaan fisis standar untuk BPPV
adalah Dix-Hallpike. Cara melakukannya sebagai berikut :2,4 Pertama-tama jelaskan pada
penderita mengenai prosedur pemeriksaan, dan vertigo mungkin akan timbul namun
menghilang setelah beberapa detik.
Penderita didudukkan dekat bagian ujung tempat periksa, sehingga ketika posisi terlentang
kepala ekstensi ke belakang 30o – 40o , penderita diminta tetap membuka mata untuk
melihat nistagmus yang muncul. Kepala diputar menengok ke kanan 45o (kalau KSS
posterior yang terlibat). Ini akan menghasilkan kemungkinan bagi otolith untuk bergerak,
kalau ia memang sedang berada di KSS posterior. Dengan tangan pemeriksa pada kedua
sisi kepala penderita, penderita direbahkan sampai kepala tergantung pada ujung tempat
periksa. Perhatikan munculnya nistagmus dan keluhan vertigo, posisi tersebut
dipertahankan selama 10-15 detik. Komponen cepat nistagmus harusnya “up-bet” (ke arah
dahi) dan ipsilateral. Kembalikan ke posisi duduk, nistagmus bisa terlihat dalam arah yang
yang berlawanan dan penderita mengeluhkan kamar berputar ke arah berlawanan.
Berikutnya maneuver tersebut diulang dengan kepala menoleh ke sisi kiri 45o dan
seterusnya
DIAGNOSIS BANDING
Vestibular Neuritis Vestibular neuronitis penyebabnya tidak diketahui, pada hakikatnya
merupakan suatu kelainan klinis di mana pasien mengeluhkan pusing berat dengan mual,
muntah yang hebat, serta tidak mampu berdiri atau berjalan. Gejala-gejala ini menghilang
dalam tiga hingga empat hari. Sebagian pasien perlu dirawat di Rumah Sakit wrtuk
mengatasi gejala dan dehidrasi. Serangan menyebabkan pasien mengalami ketidakstabilan
dan