Disusun oleh :
Haryaty Kaseh (112017212)
Pembimbing:
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. WH
Tanggal lahir : 24-09-1973
Umur : 54 tahun 11 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jatisari RT 08 RW 13 Semarang
Tanggal Masuk RS : 26 Agustus 2019
II. SUBJEKTIF
ANAMNESIS
1. Keluhan Utama : Pergelangan tangan tangan sampai jari-jari terasa kesemutan
Onset : 1,5 bulan SMRS
Kualitatif : Kesemutan dirasakan di tangan kanan mulai dari telapak tangan
sampai ke ujung-ujung jari (ibu jari, telunjuk dan jari tengah)
Kuantitatif : Saat melakukan pekerjaan rutin sehari-hari
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke Poli Saraf RS. Panti Wilasa Dr. Cipto Semarang dengan keluhan merasa
kesemutan pada tangan tangan sejak 1,5 bulan SMRS. kesemutan dirasakan mulai dari
pergelangan tangan ke telapak tangan dan sampai ke ujung ibu jari, jari telunjuk dan jari
tengah. Keluhan ini dirasakan pertama kali saat sedang mengendarai motor dan setelah
melakukan aktivitas sehari-hari dirumah. Pasien selama ini tidak pernah berobat ke
puskesmas ataupun dokter.
3. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan, tidak ada keluarga yang mengalami hal yang serupa dengan pasien.
4. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat hipertensi, DM, penyakit jantung, aru, ginjal dan alergi disangkal oleh pasien.
5. Riwayat sosial, ekonomi, pribadi
Pasien seorang ibu rumah tangga, tinggal di rumah bersama suami dan 2 orang anak.
Pasien merupakan ibu rumah tangga yang sehari-harinya hanya melakukan aktivitas di
dalam rumah seperti mencuci dan membereskan rumah, memasak dan mengaku jarang
berolahraga.
III. OBJEKTIF
PEMERIKSAAN
A. Status Presens
Kesadaran : Compos mentis
GCS : E4 V5 M6
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Nadi : 86x/menit
Pernapasan : 19x/menit
Suhu : 36.7 oC
Sp02 : 99%
Kepala : normocephal
o Mata : Konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-, pupil isokor
o Telinga : Simetris, tidak ada kelainan, otore (-/-)
o Hidung : Tidak ada pernafasan cuping hidung, mukosa tidak hiperemis,
secret tidak ada, tidak ada deviasi septum
o Mulut : Sianosis (-), gusi berdarah (-), lidah kotor (-), faring tidak
hiperemis
Leher : tidak ada pembesaran KGB, Tidak ada deviasi trachea, tidak ada pembesaran
kelenjar getah bening
Thoraks : pergerakan saat statis dan dinamis simetris, tidak ada bagian yang tertinggal
Jantung :
o Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
o Palpasi : iktus kordis teraba pada sela iga ke 5 linea midclavicularis
sinistra
o Perkusi :
Batas atas sela iga III garis midklavikula kiri
Batas kanan sela iga V garis sterna kanan
Batas kiri sela iga V garis midklavikula kiri
o Auskulatasi : BJ I-II murni regular, murmur (-), gallop (-)
Paru-paru :
o Inspeksi : Bentuk dan pergerakan pernafasan kanan-kiri simetris
o Palpasi : Fremitus taktil kanan kiri simetris
o Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
o Auskultasi : Suara napas vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen :
o Inspeksi : Perut simetris
o Auskultasi : Bising usus (+) normal
o Palpasi : Hepar dan lien tidak membesar, nyeri tekan epigastrium (-),
o Perkusi : Timpani
B. Status Psikikus
Cara berfikir : baik
Perasaan hati : mood eutym
Tingkah laku : baik
Ingatan : baik
Kecerdasan : rata-rata
C. Status Neurologikus
1. Tanda rangsang meningeal
Kaku kuduk :-
Kernig : -/-
Lasegue : -/-
Brudzinski 1 : -/-
Brudzinski 2 : -/-
Brudzinski 3 : -/-
Brudzinski 4 : -/-
2. Saraf Kranial
Nervus II (Optikus)
o Rinne : Normal
o Webber : Normal
o Swabach : Normal
Nervus IX (Glossoharyngeus)
Nervus XI (Accesorius)
Sensibilitas :
Raba :+
Nyeri :+
Suhu : tidak dilakukan
Otot :
Ukuran otot : eutrofi, tidak ada tremor, spasme, fasikulasi, dll
Tonus otot : secara pasif tidak ditemukan fenomena cogwheel, rigiditas
pada sendi siku, pergelangan tangan, dan lutut.
Kekuatan otot :
5,5,5 5,5,5
5,5,5, 5,5,5
Keseimbangan dan koordinasi : tidak dilakukan
Status Lokalis
Manus Dextra
4. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium pada tanggal 21 Agustus 2019
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Kimia Klinik
Glukosa Puasa 105 mg/dL 60 – 100
Glukosa 2 jam PP 129 mg/dL < 140
Asam Urat 4,4 mg/dL 2,4 – 5,7
Kolesterol Total 200 mg/dL Resiko rendah: <200
Resiko sedang: 200-239
Resiko tinggi: ≥ 240
HDL- Kolesterol 56 mg/dL Rendah: < 50
Normal: 50-59
Tinggi: ≥60
LDL- Kolesterol 125 mg/dL Optimal: < 100
Mendekati optimal: 100-129
Batas tinggi: 130-159
Tinggi: 160-189
Sangat tinggi: ≥ 190
Trigliserid 50 mg/dL Normal: < 150
Batas tinggi: 150-199
Tinggi: 200-499
Sangat tinggi: ≥ 500
Rasio Kolesterol/ HDL 3.6 Resiko rendah: <5
Kolest. Resiko sedang: 5-6
Resiko tinggi: >6
IV. RESUME
Serang wanita berusia 54 tahun 11 bulan datang ke Poli Saraf RS. Panti Wilasa Dr. Cipto
Semarang dengan keluhan merasa kesemutan pada tangan tangan sejak 1,5 bulan SMRS.
Kesemutan dirasakan mulai dari pergelangan tangan ke telapak tangan dan sampai ke ujung
ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah. Keluhan ini dirasakan pertama kali saat sedang
mengendarai motor dan setelah melakukan aktivitas sehari-hari dirumah. Pasien selama ini
tidak pernah berobat ke puskesmas ataupun dokter. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
Tinnel tes (+/+), phalen (+/+) Flick Sign (+).
V. DIAGNOSIS
- Diagnosis Klinis : Parastesia manus dextra dan parastesia digiti 1,2,3
dextra
- Diagnosis topis : N. Medianus di canalis carpi dextra
- Diagnosis etiologi : Carpal Tunnel Syndroma
- Diagnosis banding : Pronator Teres Syndrome, De Quervine syndroma
VI. PENATALAKSANAAN
E. Patofisiologi
CTS terjadi karena adaya kompresi dan traksi saraf dapat menyebabkan gangguan
mikrosirkulasi intraneural, lesi pada selubung mielin dan akson, serta perubahan pada
jaringan ikat pendukung. Kompresi saraf tepi terjadi sebagai akibat dari perjalanannya
melalui kompartemen anatomis yang telah menjadi terlalu ketat, sehingga terjadi
perubahan fungsi di dalam saraf dan disfungsi / kerusakan saraf di tempat
kompresi. Jebakan saraf medianus di terowongan karpal di pergelangan tangan adalah
contoh paling umum dari ini mekanisme-mekanisme ini berinteraksi dan termasuk
peningkatan tekanan di dalam terowongan, cedera mikrosirkulasi saraf median, kompresi
jaringan ikat saraf median, dan hipertrofi jaringan sinovial.4
F. Diagnosis
1. Anamnesis
Gambaran klinis CTS adalah nyeri di tangan atau lengan terutama pada malam
hari atau saat bekerja, pengecilan dan kelemahan otot-otot eminensia tenar, hilangnya
sensasi pada tangan pada distribusi nervus medianus, parestesia seperti kesemutan
pada distribusi nervus medianus, kondisi ini sering bilateral. Pada tahap awal gejala
umumnya berupa gangguan sensorik saja. Gangguan motorik hanya terjadi pada
keadaan yang berat. Gejala awal biasanya berupa parestesia, kurang merasa
(numbness) atau rasa seperti terkena aliran listrik (tingling) pada jari dan setengah sisi
radial jari sesuai dengan distribusi sensorik nervus medianus, walaupun kadang-
kadang dirasakan mengenai seluruh jari-jari. Gejala CTS terutama muncul setelah
bekerja atau pada malam hari. Gejala nokturnal menonjol pada sebagian besar pasien.
Pasien sering terbangun di malam hari atau pagi hari dan menjabat tangan mereka
untuk meringankan gejala ini. Lokasi gejala ini dapat dilaporkan sebagai keterlibatan
seluruh tangan atau pada permukaan palmar ibu jari dan dua atau tiga jari. Kelemahan
pada tangan juga sering dinyatakan dengan keluhan adanya kesulitan yang penderita
sewaktu menggenggam. Kelemahan dari tangan atau menjatuhkan benda merupakan
tandatanda yang mungkin menunjukkan kerusakan otot. Pada tahap lanjut dapat
dijumpai atrofi otot-otot thenar (oppones pollicis dan abductor pollicis brevis) dan
otot-otot lainya yang diinervasi oleh nervus medianus.1
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dilakukan pemeriksaan pada fungsi motorik, sensorik dan
otonom tangan. Beberapa pemeriksaan dan tes provokasi yang dapat membantu
menegakkan diagnosa CTS adalah sebagai berikut:1
a. Flick's sign
Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau menggerak- gerakkan
jari-jarinya. Bila keluhan berkurang atau menghilang akan menyokong diagnosa
CTS. Harus diingat bahwa tanda ini juga dapat dijumpai pada penyakit Raynaud.
b. Thenar wasting
Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan adanya atrofi otot-otot thenar.
c. Menilai kekuatan dan ketrampilan serta kekuatan otot secara manual maupun
dengan alat dinamometer. Penderita diminta untuk melakukan abduksi maksimal
palmar lalu ujung jari dipertemukan dengan ujung jari lainnya. Di nilai juga
kekuatan jepitan pada ujung jari-jari tersebut. Ketrampilan/ketepatan dinilai
dengan meminta penderita melakukan gerakan yang rumit seperti menulis atau
menyulam.
d. Wrist extension test.
Penderita melakukan ekstensi tangan secara maksimal, sebaiknya
dilakukan serentak pada kedua tangan sehingga dapat dibandingkan. Bila dalam
60 detik timbul gejala-gejala seperti CTS, maka tes ini menyokong diagnosa
CTS.
e. Phalen's test.
Penderita melakukan fleksi tangan secara maksimal. Bila selama satu
menit parestesia bertambah hebat, maka tes ini menyokong diagnosa. Beberapa
penulis berpendapat bahwa tes ini sangat sensitif untuk menegakkan diagnosa
CTS.
f. Torniquet test.
Dilakukan pemasangan torniquet dengan menggunakan tensimeter di atas
siku dengan tekanan sedikit di atas tekanan sistolik. Bila dalam 1 menit timbul
gejala seperti CTS, tes ini menyokong diagnosa.
g. Tinel's sign.
Tes ini mendukung diagnosa bila timbul parestesia atau nyeri pada daerah
distribusi nervus medianus kalau dilakukan perkusi pada terowongan karpal
dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Elektrodiagnostik
Elektrodiagnostik meliputi nerve conduction studies (NCS) dan elektromiografi
(EMG). Adapun indikasi pemeriksaan elektrodiagnostik adalah sebagai berikut:
Pasien yang tidak ada perbaikan dengan penanganan konservatif pertimbangan
pembedahan ntuk menyingkirkan kelainan radikulopati ataupun saraf terjepit
lainnya.1
- Nerve Conduction Studies (NCS) - Mungkin sumber lokasi dari
gejala/tanda CTS dan konfirmasi diagnosis klinis - Mungkin normal pada
sebagian kecil kasus CTS - Jika NSC normal, diagnosis CTS harus
didukung dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang akurat.
- Elektromiografi (EMG) diindikasikan jika ada dugaan perubahan
neurogenik akut/kronis. - Untuk membedakan CTS dengan jebakan saraf
proksimal, radikulopati, atau miopati. - Sebagian besar pasien dengan CTS
didokumentasikan oleh pengujian elektrodiagnostik tidak membutuhkan
tes NCS/EMG ulang secara rutin atau berkala. - Pada dugaan CTS dengan
hasil pemeriksaan normal, pengujian dinamis (pra dan pasca latihan)
simulasi pekerjaan/non kerja dapat membantu.
- Pemeriksaan ulang pada interval yang tepat (3-4 bulan) mungkin
menunjukkan perkembangan dari abnormalitas konduksi.
- Pengujian tambahan mungkin diindikasikan pada kasus pasca operasi yang
tetap bergejala.
- Individu dengan diagnosa CTS di satu sisi mungkin memiliki NCS yang
abnormal pada sisi berlawanan. Pembedahan tidak boleh dilakukan
kecuali pada kasus yang terdapat gejala.
b. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium umumnya diperlukan untuk menyingkirkan
penyakit yang mendasari. Pasien diskrining pada pemeriksaan awal untuk tanda-
tanda atau gejala diabetes, hipotiroidisme, kehamilan, artritis, dan penyakit
inflamasi terkait. Pemeriksaan ini jarang diindikasikan kecuali pasien dengan
gejala/tanda menjamin laboratorium khusus.1
c. Pencitraan
Umumnya pemeriksaan ini tidak diindikasikan kecuali pada trauma akut,
deformitas tulang. Pemeriksaan sinar X terhadap pergelangan tangan dapat
membantu melihat apakah ada penyebab lain seperti fraktur atau artritis. Foto
polos leher berguna untuk menyingkirkan adanya penyakit lain pada vertebra.
USG, CT scan dan MRI dilakukan pada kasus yang selektif terutama yang akan
dioperasi.1
G. Tatalaksana
Tatalaksana CTS termasuk dalam dua kategori: terapi konservatif dan
pembedahan. Terapi konservatif umumnya ditawarkan kepada pasien yang menderita
gejala CTS ringan sampai sedang. Pilihan pengobatan termasuk steroid oral, vitamin B6
dan B12. Obat antiinflamasi non steroid, ultrasound, yoga, mobilisasi.5
Terapi pembedahan pada CTS adalah dalam bentuk carpal tunnel release atau
CTR dimana merupakan suatu prosedur dimana ligamentum karpal transversal dipotong
untuk meningkatkan ruang dalam terowongan karpal dan mengurangi tekanan intersisial.
Sekitar 70-90% pasien memiliki hasil jangka panjang yang baik.6
H. Komplikasi
Komplikasi dari CTS yang tidak ditangani dengan baik lama-lama akan
mengalami progresifitas dari penyakit sehingga dapat menyebabkan kerusakan dari
nervus medianus sehingga menyebabkan gangguan permanen dan kecacatan.3
I. Prognosis
Pada kasus CTS ringan, dengan terapi konservatif pada umumnya prognosis baik.
Secara umum prognosis operasi juga baik, tetapi karena operasi hanya melakukan pada
penderita yang sudah lama menderita CTS penyembuhan post operatifnya bertahap.
Kekambuhan pada pasien dengan post terapi pembedahan juga ditemukan sepertiga dari
keseluruhan dalam lima tahun.3
Kesimpulan
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan sindroma yang terjadi karena penyempitan
pada terowongan karpal, baik akibat edema fasia pada terowongan tersebut maupun akibat
kelainan pada tulang-tulang kecil tangan sehingga terjadi penekanan terhadap nervus medianus
di pergelangan tangan. Gejala awal CTS umumnya hanya berupa gangguan sensorik seperti rasa
nyeri, parestesia, rasa tebal dan tingling di daerah kulit yang dipersarafi oleh nervus medianus.
Gejala-gejala ini umumnya bertambah berat pada malam hari dan berkurang bila pergelangan
tangan digerak-gerakkan atau dipijat. Pada penderita yang sudah lama terkena dapat ditemukan
gejala motorik dan terkadang terdapat hipotrofi tenar. Diagnosa CTS dapat ditegakkan dengan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Terapi terhadap CTS dikelompokkan lagi
menjadi terapi konservatif dan terapi operatif.
Daftar Pustaka
1. Salawati L, Syahrul. Carpal tunnel syndrome. Jurnal kedokteran syiah kuala. 14(1): 2014
2. Drake RL, Yogi A, Mitchell AW. Grays Anatomy for Student. Elseiver. 2015.h.798.
3. Ibrahim I et all. Carpal Tunnel Syndrome: A Review of the Recent Literature. Open
Orthop J. 2012.h.69
4. Aboonq M. Pathophysiology of carpal tunnel syndrome. Neurosciences (Riyadh). 2015
Jan; 20(1): 4–9
5. Prime MS, Palmer J, Khan WS, Goddard NJ. Is there Light at the End of the Tunnel?
Controversies in the Diagnosis and Management of Carpal Tunnel
Syndrome. Hand. 2010;5(4):354–60.
6. Turner A, Kimble F, Gulyas K, Ball J. Can the outcome of open carpal tunnel release be
predicted?: a review of the literature. ANZ J Surg. 2010;80:50–4