Anda di halaman 1dari 25

BAB I

STATUS PASIEN

A. Identitas Pasien
Nama : Tn. K
Umur : 45 tahun
Alamat : Merak Batin, Lampung Tengah
Agama : Islam
Pekerjaan : Pedagang
Status : Menikah
Tanggal Masuk : 3 Agustus 2016
Tanggal Anamnesis : 9 Agustus 2016
Dirawat yang ke : 1 (satu)

B. Riwayat Perjalanan Penyakit

Anamnesis : Autoanamnesis dan alloanamnesis

Keluhan Utama : Kejang seluruh tubuh


Keluhan Tambahan : Nyeri kepala, mual

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang ke UGD RSUD Dr. H. Abdoel Moeloek dengan keluhan kejang seluruh
tubuh 2 jam sebelum masuk rumah sakit. Menurut keluarga pasien, kejang terjadi
sebanyak 9 kali selama pasien dirumah, kejang terjadi selama 5-6 menit untuk tiap
serangan kejang. Pasien mengaku tidak merasakan gejala apapun sebelum kejang.
Pandangan pasien kosong ke depan, kedua lengan dan kaki tertekuk dan bergetar,
pasien tidak dapat merespon orang lain. Menurut keluarga pasien, saat kejang seluruh

1
tubuh pasien kelojotan, kedua mata mendelik ke atas, kepala tidak menoleh, mulut tidak
mengeluarkan busa, dan lidah tidak tergigit. Menurut keluarga pasien, selepas serangan
kejang pasien tertidur selama 3 menit, kemudian terbangun dan sadar seperti biasa 2
menit, lalu pasien kembali kejang, dan keluhan ini berulang sebanyak 9 kali. Pasien
mengaku ingat saat serangan berlangsung, namun tidak dapat menjelaskan atau
menirukan deskripsi serangan. Pasien lalu dibawa keluarganya ke UGD RSUD Dr. H.
Abdoel Moeloek. Sesampainya di UGD pasien kembali mengalami kejang seperti
sebelumnya sebanyak 4 kali, lalu pasien tidak sadarkan diri.
Ini merupakan keluhan kedua pasien, sebelumnya pasien pernah mengalami riwayat
kejang seperti ini 3 tahun yang lalu, namun pasien tidak dirawat dirumah sakit.
Selama ini pasien juga sering mengeluhkan nyeri kepala, mual (+), muntah (-),
pandangan mata kabur (-), riwayat trauma kepala (+) 2 tahun yang lalu namun pasien
tidak sampai dirawat dirumah sakit. Pasien masih dapat makan dan minum dengan baik,
keluhan pendengaran disangkal, keluhan BAK BAB disangkal. Riwayat hipertensi (-),
riwayat DM (-).

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya yaitu kejang, 3 tahun yang
lalu.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak terdapat keluarga dengan keluhan serupa.

Riwayat Sosio ekonomi


Pasien tinggal bersama istri dan anaknya. Pasien tinggal di daerah yang cukup padat
penduduk.

2
C. Pemeriksaan Fisik

Status Present (3-08-2016)


Keadaan umum : Tampak sakit berat
Kesadaran : Somnolen
GCS : E4M5V2 = 11

Vital sign
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 98 x/menit, reguler, isi cukup
RR : 30 x/menit
Suhu : 36,1 o C
Gizi : Cukup baik

Status Present (9-08-2016)


Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4M6V5 = 15

Vital sign
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit, reguler, isi cukup
RR : 20 x/menit
Suhu : 35,9 o C

Status Generalis
- Kepala
Rambut : Hitam, lurus, tidak mudah dicabut
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera anikterik
Telinga : Liang lapang, simetris, serumen minimal

3
Hidung : Sekret (-), pernafasan cuping hidung (-)
Mulut : Kering, lidah putih, sianosis (-)

- Leher
Pembesaran KGB : tidak ada pembesaran KGB
Pembesaran kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
JVP : tidak ada peningkatan
Trakhea : di tengah

- Toraks
(Cor)
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
Perkusi : Redup, batas jantung normal
Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, murmur(-), gallop(-)
(Pulmo)
Inspeksi : Pergerakan dinding dada kanan-kiri simetris
Palpasi : Taktil fremitus kanan dan kiri sama, simetris
Perkusi : Sonor pada seluruh lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-)

- Abdomen
Inspeksi : Datar
Palpasi : Nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), hepar dan lien tidak
teraba membesar.
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+)

- Extremitas
Superior : oedem (-/-), sianosis (-/-), turgor kulit baik
Inferior : oedem (-/-), sianosis (-/-), turgor kulit baik.

4
Status Neurologis
Saraf Kranialis

N.Olfactorius (N.I)
Daya penciuman hidung : kesan normal

N.Opticus (N.II)
- Tajam penglihatan : > 3/60 . > 3/60 (BS)
- Lapang penglihatan : sama dengan pemeriksa
- Tes warna : tidak dilakukan pemeriksaan
- Fundus oculi : tidak dilakukan pemeriksaan
N.Occulomotorius, N.Trochlearis, N.Abdusen (N.III N.IV N.VI)
Kelopak Mata
- Ptosis : (-/-)
- Endophtalmus : (-/-)
- Exopthalmus : (-/-)

Pupil
- Ukuran : (3 mm / 3 mm)
- Bentuk : (Bulat / Bulat)
- Isokor/anisokor : Isokor
- Posisi : (Sentral / Sentral)
- Refleks cahaya langsung : (+/+)
- Refleks cahaya tidak langsung : (+/+)

Gerakan Bola Mata


- Medial : normal
- Lateral : normal
- Superior : normal
- Inferior : normal

5
- Obliqus superior : normal
- Obliqus inferior : normal
- Refleks pupil akomodasi : normal / normal
- Refleks pupil konvergensi : normal / normal

N.Trigeminus (N.V)
Sensibilitas
- Ramus oftalmikus : normal
- Ramus maksilaris : normal
- Ramus mandibularis : normal

Motorik
- M. masseter : normal
- M. temporalis : normal
- M. pterygoideus : normal

Refleks
- Refleks kornea : (+/+)
- Refleks bersin : Sulit dinilai

N.Fascialis (N.VII)
Inspeksi Wajah Sewaktu
- Diam : simetris
- Tertawa : simetris
- Meringis : simetris
- Menutup mata : simetris

Pasien disuruh untuk


- Mengerutkan dahi : simetris
- Menutup mata kuat-kuat : simetris
- Mengembungkan pipi : simetris

6
Sensoris
- Pengecapan 2/3 depan lidah : tidak dilakukan pemeriksaan

N.Acusticus (N.VIII)
N.cochlearis
- Ketajaman pendengaran : tidak dilakukan pemeriksaan
- Tinitus : tidak dilakukan pemeriksaan

N.vestibularis
- Test vertigo : tidak dilakukan pemeriksaan
- Nistagmus : (-)

N.Glossopharingeus dan N.Vagus (N.IX dan N.X)


- Suara bindeng/nasal : (-)
- Posisi uvula : ditengah, normal
- Palatum mole : normal
- Arcus palatoglossus : normal
- Arcus palatoparingeus : normal
- Refleks batuk : tidak dilakukan pemeriksaan
- Refleks muntah : tidak dilakukan pemeriksaan
- Peristaltik usus : Normal
- Bradikardi : (-)
- Takikardi : (-)

N.Accesorius (N.XI)
- M.Sternocleidomastodeus : normal
- M.Trapezius : normal

N.Hipoglossus (N.XII)
- Atropi : (-)
- Fasikulasi : (-)
- Deviasi : (-)

7
Tanda Perangsangan Selaput Otak
Kaku kuduk : (-)
Kernig test : (-/-)
Laseque test : (-/-)
Brudzinsky I : (-/-)
Brudzinsky II : (-/-)

Sistem Motorik
Superior ka/ki Inferior ka/ki
Gerak (aktif/aktif) (aktif/aktif)
Kekuatan otot 5/5 5/5
Klonus (-/-) (-/-)
Atropi (-/-) (-/-)

Refleks fisiologis Biceps (+/+) Pattela (+/+)


Triceps (+/+) Achiles (+/+)

Refleks patologis Hoffman Trommer (-/-) Babinsky (-/-)


Chaddock (-/-) Oppenheim (-/-)
Schaefer (-/-) Gordon (-/-)
Gonda (-/-)
Sensibilitas
Eksteroseptif / rasa permukaan
- Rasa raba : normal
- Rasa nyeri : normal
- Rasa suhu panas : tidak dilakukan
- Rasa suhu dingin : tidak dilakukan

Proprioseptif / rasa dalam


- Rasa sikap : normal
- Rasa gerak : normal

8
- Rasa getar : tidak dilakukan pemeriksaan
- Rasa nyeri dalam : tidak dilakukan pemeriksaan

Fungsi kortikal untuk sensibilitas


- Steriognosis : tidak dilakukan pemeriksaan

- Koordinasi
Tes telunjuk hidung : normal
Tes pronasi supinasi : normal

- Susunan Saraf Otonom


Miksi : Normal
Defekasi : Normal

- Fungsi Luhur
Fungsi bahasa : baik
Fungsi orientasi : baik
Fungsi memori : baik
Fungsi emosi : baik

D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Darah Lengkap
o Hb :14,4 g/dL
o Ht : 43 %
o Leukosit : 13.500 /uL
o Trombosit : 228.000 /uL
o Eritrosit : 5,6 juta/uL
o MCV : 77 fL
o MCH : 26 pg
o MCHC : 34 g/dL
o Hitung jenis : 0 / 0 / 0 / 92 / 3 / 5

9
o LED : 10 mm/jam

o GDS : 79 mg/dL
o SGOT : 15 U/L
o SGPT : 14 U/L
o Ureum : 32 mg/dL
o Kreatinin : 1,3 mg/dL
o Natrium : 139 mmol/L
o Kalium : 3,4 mmol/L
o Kalsium : 9,2 mg/dL
o Chlorida : 109 mmol/L

CT-Scan Kepala
Kesan: SOL di lobus frontalis sinistra, suspek Oligodendroglioma dd: Astrocytoma.
Atrophy cerebri lobus occipitoparietalis bilateral
Rontgen Thorax
Kesan: Kardiomegali tanpa bendungan paru disertai Atherosklerosis aorta.
Tidak tampak Tb paru aktif.

E. Resume
Pasien datang ke UGD RSUD Dr. H. Abdoel Moeloek dengan keluhan kejang seluruh
tubuh 2 jam sebelum masuk rumah sakit. Frekuensi 9 kali selama pasien dirumah, 4 kali
selama di UGD. Durasi 5-6 menit untuk tiap serangan kejang. Gejala sebelum kejang
(-). Kejang seluruh tubuh, setelah kejang pasien tidak sadar. Riwayat kejang seperti ini
3 tahun yang lalu, nyeri kepala (+), mual (+), muntah (-), pandangan mata kabur (-),
riwayat trauma kepala (+). Pasien masih dapat makan dan minum dengan baik,
gangguan pendengaran (-), gangguan BAK BAB (-). Riwayat hipertensi (-), riwayat
DM (-).

10
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit berat, kesadaran
somnolen, GCS 11 (E4M5V2), vital sign tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 98
x/menit, reguler, isi cukup, RR 30 x/menit, suhu 36,1oC.
Dari pemeriksaan penunjang, laboratorium darah lengkap dalam batas normal.
Didapatkan, sedikit peningkatan creatinin: 1,3 mg/dL, penurunan kalium: 3,4 mmol/L,
chlorida sedikit meningkat: 109 mmol/L. CT-Scan kesan: SOL di lobus frontalis
sinistra, suspek oligodendroglioma dd: Astrocytoma, dan atrophy cerebri lobus
occipitoparietalis bilateral.

F. Diagnosis

Diagnosis klinis : Status Epileptikus


Diagnosis Topik : lesi di korteks cerebri
Diagnosis Etiologi : SOL dilobus frontal susp. Oligodendroglioma

G. Diagnosis Banding
Epilepsi
Astrocytoma

H. Penatalaksanaan
1. Umum
- Tirah baring
- Pantau tanda vital

2. Medikamentosa
- IVFD RL XX gtt/menit
- Phenytoin cap. 3 x 100mg
- Inj. Ranitidine 50mg/12jam
- Asam Folat tab. 2 x 5 mg
- Inj. Dexamethasone 5mg/12jam

11
G. Prognosa

- Quo ad vitam = dubia ad bonam


- Quo ad functionam = dubia ad malam
- Quo ad sanationam = dubia ad malam

Follow Up :
Selasa, 9-08-2016
S Kejang (-), nyeri kepala (+), sulit tidur.
Hasil konsul dr. Sp.BS : MRI, Rencana Op Craniotomi.
Sense compos mentis GCS E4V5M6
TD 130/80 mmHg HR 80 kali/menit
O T 36,00C RR 20 kali/menit
Status Neurologis : kesan tak ada kelainan

Assessment Status epileptikus e.c Susp. Oligodendroglioma

Planning 1. Umum
- Tirah baring,
- Pantau tanda vital
2. Medikamentosa
- IVFD RL XX gtt/menit
- Phenytoin cap. 3 x 100mg
- Inj. Ranitidine 50mg/12jam
- Asam Folat tab. 2 x 5 mg
- Inj. Dexamethasone 5mg/12jam

Rabu, 10-08-2016
S Kejang (-), nyeri kepala (+).
Pro- MRI (jadwal: sabtu, 13-08-2016). Rencana Op Craniotomi.
Sense compos mentis GCS E4V5M6
O
TD 120/80 mmHg HR 88 kali/menit

12
T 36,50C RR 20 kali/menit
Status Neurologis : kesan tak ada kelainan

Assessment Status epileptikus e.c Susp. Oligodendroglioma

Planning 1. Umum
- Tirah baring,
- Pantau tanda vital
2. Medikamentosa
- IVFD RL XX gtt/menit
- Phenytoin cap. 3 x 100mg
- Inj. Ranitidine 50mg/12jam
- Asam Folat tab. 2 x 5 mg
- Inj. Dexamethasone 5mg/12jam

Kamis, 11-08-2016
S Kejang (-), nyeri kepala (-).
Pro-MRI (jadwal: sabtu, 13-08-2016). Rencana Op Craniotomi.
Sense compos mentis GCS E4V5M6
TD 130/70 mmHg HR 86 kali/menit
O T 35,70C RR 22 kali/menit
Status Neurologis : kesan tak ada kelainan

Assessment Status epileptikus e.c Susp. Oligodendroglioma

Planning 1. Umum
- Tirah baring,
- Pantau tanda vital
2. Medikamentosa
- IVFD RL XX gtt/menit
- Phenytoin cap. 3 x 100mg
- Inj. Ranitidine 50mg/12jam
- Asam Folat tab. 2 x 5 mg

13
- Inj. Dexamethasone 5mg/12jam

Jumat, 12-08-2016
S Keluhan: (-)
Pro- MRI (jadwal: sabtu, 13-08-2016). Rencana Op Craniotomi.
Sense compos mentis GCS E4V5M6
TD 130/70 mmHg HR 86 kali/menit
O T 35,70C RR 22 kali/menit
Status Neurologis : kesan tak ada kelainan

Assessment Status epileptikus e.c Susp. Oligodendroglioma

Planning 1. Umum
- Tirah baring,
- Pantau tanda vital
2. Medikamentosa
- IVFD RL XX gtt/menit
- Phenytoin cap. 3 x 100mg
- Inj. Ranitidine 50mg/12jam
- Asam Folat tab. 2 x 5 mg
- Inj. Dexamethasone 5mg/12jam

Sabtu, 13-08-2016
S Keluhan: (-)
MRI. r/ pulang.
Sense compos mentis GCS E4V5M6
TD 130/70 mmHg HR 86 kali/menit
O T 35,70C RR 22 kali/menit
Status Neurologis : kesan tak ada kelainan

14
Assessment Status epileptikus e.c Susp. Oligodendroglioma

Planning 1. Umum
- Tirah baring,
- Pantau tanda vital
2. Medikamentosa
- IVFD RL XX gtt/menit
- Phenytoin cap. 3 x 100mg
- Inj. Ranitidine 50mg/12jam
- Asam Folat tab. 2 x 5 mg
- Inj. Dexamethasone 5mg/12jam

15
BAB II
ANALISIS KASUS

A. Apakah diagnosis pada pasien sudah tepat?


Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang telah
dilakukan, maka kemungkinan diagnosis pasien adalah Status Epiletikus etcausa Susp.
Oligodendroglioma. Oligodendroglioma merupakan salah satu tumor
intrakranial/tumor otak jenis glioma. Tumor ini mulai pada sel-sel otak yang disebut
oligodendrocytes. Sebagian besar dapat menyusup ke jaringan otak di dekatnya dan
tidak bisa sepenuhnya diangkat oleh operasi. Oligodendrogliomas kadang tersebar di
sepanjang jalur system saraf pusat tetapi jarang menyebar di luar otak atau sumsum
tulang belakang. Tipe yang sangat agresif dari tumor ini dikenal sebagai
oligodendrogliomas anaplastik. Hanya sekitar 3% dari tumor otak berjenis
oligodendrogliomas. 7

Tumor otak dalam pengertian umum berarti benjolan, dalam istilah radiologisnya
disebut lesi desak ruang / Space Occupying Lesion (SOL). Neoplasma sistem saraf
pusat umumnya menyebabkan suatu evaluasi progresif disfungsi neurologis. Gejala
yang disebabkan tumor yang pertumbuhannya lambat akan memberikan gejala yang
perlahan munculnya, sedangkan tumor yang terletak pada posisi yang vital akan
memberikan gejala yang muncul dengan cepat.1 Sekitar 10% dari semua proses
neoplasma di seluruh tubuh ditemukan pada susunan saraf dan selaputnya, 8%
berlokasi di ruang intrakranial dan 2% di ruang kanalis spinalis. Proses neoplasma di
susunan saraf mencakup dua tipe, yaitu: 2

a. Tumor primer, yaitu tumor yang berasal dari jaringan otak sendiri yang cenderung
berkembang ditempat-tempat tertentu. Seperti ependimoma yang berlokasi di dekat
dinding ventrikel atau kanalis sentralis medulla spinalis, glioblastoma multiforme

16
kebanyakan ditemukan dilobus parietal, oligodendroma di lobus frontalis dan
spongioblastoma di korpus kalosum atau pons.
b. Tumor sekunder, yaitu tumor yang berasal dari metastasis karsinoma yang berasal
dari bagian tubuh lain. Yang paling sering ditemukan adalah metastasis karsinoma
bronkus dan prostat pada pria serta karsinoma mammae pada wanita.

Saat ini, tiap tahun diperkirakan terdapat 540.000 kematian akibat kanker di Amerika
Serikat. Dimana sejumlah pasien yang meninggal akibat tumor otak primer secara
komparatif lebih kecil (sekitar 18.000, setengah dari keganasan glioma) tetapi secara
kasar 130.000 pasien lain meninggal akibat metastase. Sekitar 25% pasien dengan
kanker, otak dan yang melapisinya terkena neoplasma dan kadang-kadang merupakan
perjalanan penyakitnya. Sebagai perbandingan, terdapat 200.000 kasus kanker
payudara baru pertahun. Sejumlah kasus kematian pada penyakit intrakranial selain
tumor otak adalah akibat stroke. Secara berlawanan, pada anak-anak, tumor otak
primer tersering diakibatkan oleh tumor padat dan menggambarkan 22% dari seluruh
neoplasma pada masa anak-anak, peringkat kedua adalah leukemia. Pada perspektif
lain, di Amerika Serikat insiden tumor otak pertahun adalah 46 per 100.000 dan 15 per
100.000 dari tumor otak primer.2
Tabel 1. Neoplasma intrakranial dan Penyakit-penyakit paraneoplastik2
Tumor Persentase total
Glioma
- Glioblastoma multiforme 20
- Astrositoma 10
- Ependimoma 6
- Meduloblastoma 4
- Oligodendroglioma 5
Meningioma 15
Pituitary adenoma 7
Neurinoma 7
Karsinoma metastasis 6

17
Kraniofaringioma, dermoid, epidermoid, teratoma 4
Angioma 4
Sarkoma 4
Tak dapat diklasifikasikan (terutama glioma) 5
Miscellaneous (Pinealoma, kordoma, granuloma, 3
limfoma
Total 100
Gejala klinis tumor intrakranial sendiri dibagi atas 3 kategori, yaitu gejala umum,
gejala lokal dan gejala lokal yang tidak sesuai dengan lokasi tumor. Gejala umum
timbul akibat peningkatan tekanan intrakranial atau proses difus dari tumor tersebut.
Tumor ganas menyebabkan gejala yang lebih progresif daripada tumor jinak. Tumor
pada lobus temporal depan dan frontal dapat berkembang menjadi tumor dengan
ukuran yang sangat besar tanpa menyebabkan defisit neurologis dan pada mulanya
hanya memberikan gejala-gejala yang umum. Tumor pada fossa posterior atau pada
lobus parietal dan oksipital lebih sering memberikan gejala fokal dahulu baru
kemudian memberikan gejala umum.

Terdapat 4 gejala klinis umum yang berkaitan dengan tumor otak, yaitu perubahan
status mental, nyeri kepala, muntah, dan kejang.2

- Perubahan status mental


Gejala dini dapat samar. Ketidakmampuan pelaksanaan tugas sehari-hari, lekas
marah, emosi yang labil, inersia mental, gangguan konsentrasi, bahkan psikosis.2
Fungsi kognitif merupakan keluhan yang sering disampaikan oleh pasien kanker
dengan berbagai bentuk, mulai dari disfungsi memori ringan dan kesulitan
berkonsentrasi hinggga disorientasi, halusinasi, atau letargi.3

- Nyeri kepala
Nyeri kepala merupakan gejala dini tumor intrakranial pada kira-kira 20%
penderita. Sifat nyeri kepalanya berdenyut-denyut atau rasa penuh di kepala seolah-
olah mau meledak.2 Awalnya nyeri dapat ringan, tumpul dan episodik, kemudian
bertambah berat, tumpul atau tajam dan juga intermiten. Nyeri juga dapat

18
disebabkan efek samping dari obat kemoterapi. Nyeri ini lebih hebat pada pagi hari
dan dapat diperberat oleh batuk, mengejan, memiringkan kepala atau aktifitas fisik.3
Lokasi nyeri yang unilateral dapat sesuai dengan lokasi tumornya sendri. Tumor di
fossa kranii posterior biasanya menyebabkan nyeri kepala retroaurikuler ipsilateral.
Tumor di supratentorial menyebabkan nyeri kepala pada sisi tumor, di frontal
orbita, temporal atau parietal.2

- Muntah
Muntah ini juga sering timbul pada pagi hari dan tidak berhubungan dengan
makanan. Dimana muntah ini khas yaitu proyektil dan tidak didahului oleh mual.
Keadaan ini lebih sering dijumpai pada tumor di fossa posterior.2

- Kejang
Kejang fokal merupakan manifestasi lain yang biasa ditemukan pada 14-15%
penderita tumor otak.3 20-50% pasien tumor otak menunjukan gejala kejang.
Kejang yang timbul pertama kali pada usia dewasa mengindikasikan adanya tumor
di otak. Kejang berkaitan tumor otak ini awalnya berupa kejang fokal (menandakan
adanya kerusakan fokal serebri) seperti pada meningioma, kemudian dapat menjadi
kejang umum yang terutama merupakan manifestasi dari glioblastoma multiforme.2
Kejang biasanya paroxysmal, akibat defek neurologis pada korteks serebri. Kejang
parsial akibat penekanan area fokal pada otak dan menifestasi pada lokal ekstrimitas
tersebut, sedangkan kejang umum terjadi jika tumor luas pada kedua hemisfer
serebri.3

- Edema Papil
Gejala umum yang tidak berlangsung lama pada tumor otak, sebab dengan teknik
neuroimaging tumor dapat segera dideteksi. Edema papil pada awalnya tidak
menimbulkan gejala hilangnya kemampuan untuk melihat, tetapi edema papil yang
berkelanjutan dapat menyebabkan perluasan bintik buta, penyempitan lapangan
pandang perifer dan menyebabkan penglihatan kabur yang tidak menetap.4

19
Gejala klinik tumor intrakranial yang kedua adalah gejala lokal, manifestasi lokal
terjadi pada tumor yang menyebabkan destruksi parenkim, infark atau edema. Juga
akibat pelepasan faktor-faktor ke daerah sekitar tumor (contohnya: peroksidase, ion
hydrogen, enzim proteolitik dan sitokin), semuanya dapat menyebabkan disfungsi
fokal yang reversibel.3,4

- Tumor Lobus Frontal


Tumor lobus frontal menyebabkan terjadinya kejang umum yang diikuti
paralisis pos-iktal. Meningioma kompleks atau parasagital dan glioma
frontal khusus berkaitan dengan kejang. Tanda lokal tumor frontal antara
lain disartri, kelumpuhan kontralateral, dan afasia jika hemisfer dominant
dipengaruhi. Anosmia unilateral menunjukkan adanya tumor bulbus
olfaktorius. 3,4

- Tumor Lobus Temporalis


Gejala tumor lobus temporalis antara lain disfungsi traktus kortikospinal
kontralateral, defisit lapangan pandang homonim, perubahan kepribadian,
disfungsi memori dan kejang parsial kompleks. Tumor hemisfer dominan
menyebabkan afasia, gangguan sensoris dan berkurangnya konsentrasi yang
merupakan gejala utama tumor lobus parietal. Adapun gejala yang lain
diantaranya disfungsi traktus kortikospinal kontralateral, hemianopsia/
quadrianopsia inferior homonim kontralateral dan simple motor atau kejang
sensoris. 3,4

- Tumor Lobus Oksipital


Tumor lobus oksipital sering menyebabkan hemianopsia homonym yang
kongruen. Kejang fokal lobus oksipital sering ditandai dengan persepsi
kontralateral episodic terhadap cahaya senter, warna atau pada bentuk
geometri. 3,4

- Tumor pada Ventrikel Tiga dan Regio Pineal

20
Tumor di dalam atau yang dekat dengan ventrikel tiga menghambat ventrikel
atau aquaduktus dan menyebabkan hidrosepalus. Perubahan posisi dapat
meningkatkan tekanan ventrikel sehingga terjadi sakit kepala berat pada
daerah frontal dan verteks, muntah dan kadang-kadang pingsan. Hal ini juga
menyebabkan gangguan ingatan, diabetes insipidus, amenorea, galaktorea
dan gangguan pengecapan dan pengaturan suhu. 3,4

-
Tumor Batang Otak

Terutama ditandai oleh disfungsi saraf kranialis, defek lapangan pandang,


nistagmus, ataksia dan kelemahan ekstremitas. Kompresi pada ventrikel
empat menyebabkan hidrosepalus obstruktif dan menimbulkan gejala-gejala
umum. 3,4

- Tumor Serebellar
Muntah berulang dan sakit kepala di bagian oksiput merupakan gejala yang
sering ditemukan pada tumor serebellar. Pusing, vertigo dan nistagmus
mungkin menonjol. 3,4

Gejala klinik tumor intrakranial yang terakhir adalah adanya False localizing signs
dan tanda lateralisasi. False localizing signs ini melibatkan neuroaksis kecil dari
lokasi tumor yang sebenarnya. Sering disebabkan karena peningkatan tekanan
intrakaranial, peregeseran dari struktur-struktur intracranial atau iskemi. Lesi pada
salah satu kompartemen otak dapat menginduksi pergeseran dan kompresi
dibagian otak yang jauh dari lesi primer. Suatu tumor intra cranial dpat
menimbulkan manifestasi yang tidak sesuai dengan fungsi area yang ditempatinya.
Tanda tersebut adalah:

a. Kelumpuhan saraf otak. Karena desakan tumor, saraf dapat tertarik atau tertekan.
Desakan itu tidak harus langsung terhadap saraf otak. Saraf yang sering terkena
tidak langsung adalah saraf III dan IV.

21
b. Refleks patologis yang positif pada kedua sisi, dapat ditemukan pada tumor yang
terdapat di dalam salah satu hemisferium saja.
c. Gangguan mental
d. Gangguan endokrin dapat juga timbul SOL di daerah hipofise.

Pada pasien sendiri didapatkan 2 gejala klinis umum yang terjadi pada tumor otak,
yaitu keluhan utama berupa kejang dan nyeri kepala, kejang pada pasien bersifat umum
dan berulang sedangkan nyeri kepala pada pasien dirasakan berubah-ubah, terkadang
ringan sampai berat dan dapat timbul kapan saja.

Tumor otak sendiri dapat dideteksi dengan mengguanakan pemeriksaan penunjang CT-
scan atau MRI. Pilihannya tergantung ketersediaan fasilitas pada masing-masing rumah
sakit. CT-scan lebih murah dibanding MRI, umumnya tersedia di rumah sakit dan bila
menggunakan kontras dapat mendeteksi mayoritas tumor otak. MRI lebih khusus untuk
mendeteksi tumor dengan ukuran kecil, tumor di dasar tulang tengkorak dan di fossa
posterior. Selain itu MRI juga dapat membantu ahli bedah untuk merencanakan
pembedahan karena memperlihatkan tumor pada sejumlah bidang.3

Pada pasien juga telah dilakukan pemeriksaan CT-scan dengan hasil terdapat SOL di
lobus frontalis sinistra, suspek Oligodendroglioma dd: Astrocytoma dan Atrophy
cerebri lobus occipitoparietalis bilateral.

B. Apakah penatalaksanaan pada pasien sudah tepat?

Terapi yang diberikan pada pasien ini terdiri dari non medikamentosa dan
medikamentosa. Terapi non medikamentosa berupa bedrest dan pantau tanda vital untuk
menjaga kondisi pasien agar tetap stabil dan penanganan yang cepat saat kejang
berulang.

22
Terapi medikamentosa yang diberikan adalah pemberian cairan infus berupa RL XX
gtt/menit, IVFD RL XX gtt/menit, Phenytoin cap. 3 x 100mg, Inj. Ranitidine
50mg/12jam , Asam Folat tab. 2 x 5 mg dan Inj. Dexamethasone 5mg/12jam.

Penatalaksanaan pasien dengan SOL sendiri meliputi terapi simtomatik dan kausatif,
terapi simptomatik pada pasien dapat diberikan anti-konvulsi, yang digunakan untuk
mengontrol epilepsi merupakan bagian penting dari tatalaksana pasien dengan tumor
otak. Phenytoin (300-400mg/kali) adalah yang paling umum digunakan. Selain itu dapat
juga digunakan carbamazepine (600-1000mg/hari), phenobarbital (90-150mg/hari) dan
asam valproat (750-1500mg/hari).7

Pasien dengan keluhan sakit kepala juga dapat diberikan anti-nyeri. Selain itu, Head up
30-45 position juga dapat berfungsi untuk mengoptimalkan venous return dari kepala,
sehingga akan membantu mengurangi TIK, sehingga dapat mengurangi nyeri kepala.
Anti-emetik juga dapat diberikan pada pasien dengan keluhan mual muntah.8.

Jika pasien dengan peningkatan tekanan intrakranial dan gambaran radiologi


memperlihatkan adanya edema serebri, maka deksaametason dapat digunakan dengan
keuntungan yang signifikan. Kortikosteroid mengurangi edema peritumoral dan
mengurangi tekana intrakranial. Efeknya mengurangi sakit kepala dengan cepat.
Dexamethasone adalah kortikosteroid yang dipilih karena aktivitas mineralkortikoid
yang minimal. Dosisnya dapat diberikan mulai dari 16mg/hari, tetapi dosisnya dapat
ditambahkan maupun dikurangi untuk mencapai dosis yang dibutuhkan untuk
mengontrol gejala neurologik.7

Rasa tidak menyenangkan pada pasien akan dikurangi dan kadang-kadang juga
berbahaya, gejala dan tanda status intrakranial ini akan lebih aman bila intervensi oleh
bedah saraf terapi kausatif yang dapat dilakukan adalah terapi pembedahan. Jika hasil CT-Scan
didapati adanya tumor, dapat dilakukan pembedahan. Ada pembedahan total dan
parsial, hal ini tergantung jenis tumornya. Pada kasus abses seperti loculated abscess,

23
pembesran abses walaupun sudah diberi antibiotik yang sesuai, ataupun terjadi
impending herniation. Sedangkan pada subdural hematoma, operasi dekompresi harus
segera dilakukan jika terdapat subdural hematoma akut dengan middle shift > 5 mm.
Operasi juga direkomendasikan pada subdural hematoma akut dengan ketebalan lebih
dari 1 cm.7
Dapat dilakukan dengan teknik complete removal dan partial removal. Complete
removal dapat dilakukan pada meningioma dan tumor-tumor kelenjar tidak mempan
dengan terapi medis, neuroma akustik dan beberapa metastase padat di berbagai regio
otak dapat diangkat total. Terkadang, operasi berlangsung lama dan sulit jika tumor
jinak tersebut relatif sulit dijangkau8. Partial removal biasanya dilakukan pada Glioma
di lobus frontal, oksipital dan temporal dapat diangkat dengan operasi radical
debulking. Terkadang tumor jinak tidak dapat diangkat secara keseluruhan karena posisi
tumor atau psikis pasien.8
Selanjutnya juga dapat dilakukan Radioterapi, ada beberapa jenis tumor yang sensitif
terhadap radioterapi, seperti low grade glioma. Selain itu radioterapi juga digunakan
sebagai lanjutan terapi dari pembedahan parsial.7 Terapi utama jenis limpoma adalah
kemoterapi. Tetapi untuk oligodendroglioma dan beberapa astrocytoma yang berat,
kemoterapi hanya digunakan sebagai terapi tambahan.7

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Wahjoepramono EJ. Tumor Otak. Jakarta: FK Pelita Harapan. 2006


2. Ropper AH, Brown RH. Intracranial Neoplasms and Paraneoplastic Disorders in
Adams and Victors Principles of Neurology. 8th edition. USA: Mc Graw Hill,
2005. 546-91.
3. Kleinberg LR. Brain Metastasis A multidisiplinary Approach. New York: Demos
Medical. 2013.
4. Wilkinson I, Lennox G. Brain tumor in Essential neurology. 4th edition. USA:
Blackwell Publishing, 2005. 40-54.
5. Mahar Mardjono, Priguna Sidharta. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta : PT. Dian
Rakyat P. 2010.
6. Price, A. S., Wilson M. L., Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Alih
Bahasa: dr. Brahm U. Penerbit. Jakarta: EGC. 2006
7. Wilkinson, Iain. Brain Tumour. Essential Neurology, 4th Edition. Page 50-52. 2005.
8. Engelhard, H.H., Ana Stele A., Mundt, A. Oligodendroglioma And Anaplastic
Oligodendroglioma: Clinical Features, Treatment, And Prognosis. Surg Neurol
2003;60:44356.
.

25

Anda mungkin juga menyukai