Disusun oleh:
Jois Brigita Sombo
112020021
Pembimbing:
dr. Antun Subono, Sp. S, M.Sc
1.2 Anamnesa
Autoanamnesis dan alloanamnesis istri pasien pada tanggal 29 Maret 2022
pukul 11.00 WIB.
Kepala
Bentuk : Bentuk normochepal
Simetris : (+)
Pulsasi : teraba
Nyeri tekan : (-)
Leher
Sikap : normal
Gerakan : bebas
Vertebra : normal
Nyeri tekan : (-)
1.3.4 Gejala Rangsang Meningeal
kanan kiri
Kaku kuduk : (-)
Laseque : (-) (-)
Kernig : (-) (-)
Brudzinski I : (-) (-)
Brudzinski II : (-) (-)
N II (opticus)
- Ketajaman penglihatan : normal/normal
- Pengenalan warna : normal/normal
- Lapang pandang : normal/normal
- Fundus : tidak dilakukan
- Ptosis : -/-
- Strabismus : -/-
- Nystagmus : -/-
- Exophtalmus : -/-
- Enophtalmus : -/-
- Gerakan bola mata
Lateral : +/+
Medial : +/+
Atas lateral : +/+
Atas medial : +/+
Bawah lateral : +/+
Bawah medial : +/+
Atas : +/+
Bawah : +/+
Gaze : +/+
- Pupil
Ukuran pupil : 3 mm/3 mm
Bentuk pupil : bulat/bulat
Isokor/ anisokor : isokor/isokor
Posisi : sentral/sentral
RCL : +/+
RCTL : +/+
N V (trigeminus)
- Menggigit : normal/normal
- Membuka mulut : simetris
- Sensibilitas
Atas : baik/baik simetris
Tengah : baik/baik simetris
Bawah : baik/baik simetris
- Reflex masseter : normal/normal
- Reflex zigomatikus : normal/normal
- Reflex kornea : normal/normal
- Reflex bersin : tidak dilakukan
N VII (facialis)
- Pasif
Kerutan kulit dahi : simetris
Kedipan mata : simetris
Lipatan nasolabial : simetris
Sudut mulut : simetris
- Aktif
Mengerutkan dahi : simetris
Mengerutkan alis : simetris
Menutup mata : simetris
Meringis : simetris
Menggembungkan pipi : simetris
Gerakan bersiul : simetris
Daya pengecapan lidah 2/3 anterior : tidak dilakukan
Hiperlakrimasi : (-)
Lidah kering : (-)
N VIII (acusticus)
- Mendengar suara gesekan jari : normal/normal
- Mendengar detak arloji : normal/normal
- Test Swabach : tidak dilakukan
- Tes Rinne : tidak dilakukan
- Test Weber : tidak dilakukan
N IX (glossopharyngeus)
- Arcus pharynx : simetris
- Posisi uvula : di tengah
- Daya pengecapan lidah 1/3 posterior : tidak dilakukan
- Reflex muntah : tidak dilakukan
N X (vagus)
- Denyut nadi : (+)/(+) 80x/menit
- Arcus pharynx : simetris
- Bersuara : normal
- Menelan : normal
N XI (accessory)
- Memalingkan kepala : normal
- Sikap bahu : normal
- Mengangkat bahu : (+)/(+)
N XII (hypoglossal)
- Menjulurkan lidah : simetris
- Kekuatan lidah : normal
- Atrofi lidah : (-)
- Artikulasi : baik
- Tremor lidah : (-)
1.3.6 Motorik
Gerakan :
bebas Terbatas
bebas Terbatas
Kekuatan :
5555 0022
5555 0000
Tonus :
normotonus normotonus
normotonus normotonus
Trofi :
eutrofi Eutrofi
eutrofi Eutrofi
Reflex periosteum
- Reflex permukaan : tidak dilakukan
- Dinding perut : tidak dilakukan
- Cremaster : tidak dilakukan
- Sphincter ani : tidak dilakukan
1.3.9 Sensibilitas
Eksteroseptif
- Nyeri : (+)
- Suhu : tidak dilakukan
- Taktil : (+)
Propioseptif
- Vibrasi : tidak dilakukan
- Posisi : baik
- Tekan dalam : (+)
Kesan: Cardiomegaly
9.3.3 CT Scan
Tanggal Pemeriksaan: 23 Maret 2022
- Ventrikel lateral, III dan IV baik, tak melebar/menyempit, tak tampak distorsi
- Lesi hyperdens berbentuk oval, batas tegas, tepi reguler di lobus fronto-
parietal kanan
- Lesi hypodens di pons, capsula externa dan putamen kiri
- Sistema basalis, ambiens, kuadrigeminus, supra sellar, fissura interhemisphere,
fissura sylvii dan sulci kedua hemisphere dalam batas normal, tak tampak
penyempitan/pelebaran
- Infratentorial: Cerebellum dalam batas normal, tak tampak lesi fokal
- Cavum orbita dan dinding orbita dalam batas normal. Sinus paranasal yang terlihat
dan sella turcica dalam batas normal
- Kesan :
9.5 Diagnosis
- Diagnosis klinis : Hemiparesis sinistra spastik
- Diagnosa topik : Hemisphere cerebri dextra
- Diagnosa etiologi : Intracerebral hemorrhage
- Diagnosa sekunder :
o Diabetes melitus
o Hipertensi
9.6 Terapi
ANAMNESIS
- Pada anamnesis didapatkan keluhan utama pasien berupa kelemahan anggota
gerak kiri, atau disebut dengan hemiparese sinistra.
Hemiparese adalah paralisis parsial atau total pada satu sisi tubuh yang
berasal dari penyakit atau trauma pada pusat motorik di otak. Hemiparese
merupakan salah satu sindrom dari upper motor neuron. Sindrom upper motor
neuron dapat diklasifikasikan menjadi hemiparesis (kelemahan unilateral pada
ekstremitas atas dan ekstremitas bawah), tetraparesis (kelemahan pada keempat
ekstremitas), paraparesis (kelemahan pada kedua ekstremitas bawah), dan
monoparesis (kelemahan pada satu ekstremitas). Kelemahan ekstremitas
disebabkan oleh adanya patologis gangguan motorik oleh:
- Patologi yang terjadi dimanapun di sepanjang UMN pathway (dari korteks
motoric hingga medulla spinalis)
- Lesi pada LMN pathway (dari cornu anterior medulla spinalis hingga sara
perifer)
- Gangguan di neuromuscular junction
- Gangguan muskularis
Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum pasien tampak sakit sedang yang disebabkan
adanya kelemahan pada anggota gerak sebelah kiri tersebut. Pasien juga memiliki
tekanan darah yang tinggi yaitu 180/89 mmHg yang merupakan hipertensi grade II.
Pada status internus pasien dalam keadaan normal dan tidak ada kelainan pada
jantung. Status psikiatris pasien baik. Pemeriksaan neurologis pasien didapatkan
kesadaran compos mentis dengan E4M6V5 GCS 15, sikap tubuh berbaring. Pasien
tidak mengalami penurunan kesadaran berarti stroke hemoragik tidak meluas hingga
ke pusat kesadaran yaitu formasio retikularis yang terletak di substansi grisea daerah
medulla oblongata hingga midbrain dan thalamus yang akan merangsang ARAS
(ascending reticular activating system). Pada pasien ini perdarahan tidak terjadi dan
tidak menekan batang otak sehingga pasien tidak mengalami penurunan kesadaran.
Pada pemeriksaan gejala rangsang meningeal tidk didapatkan kaku kuduk, laseque,
kernig, brudzinsky I dan brudzinsky II.
Sirriraj Stroke Score (SSS)
Kesadaran : compos mentis, 0 x 2,5 = 0
Muntah : tidak, 0 x 2 = 0
Nyeri kepala : tidak, 0 x 2 = 0
Tekanan darah diastolik : 89 x 10% = 8,9
Ateroma : 1 x (-3) = -3
Konstanta : - 12
Hasil : -6,1
Hasil skor SSS ≥ 1 : stroke non hemoragik
Pada pemeriksaan motoric didapatkan hemiparese sinistra spastik
Hemiparese sinistra tipe UMN terjadi karena adanya lesi pada hemisfere
cerebri sinistra. Parese UMN terjadi akibat kerusakan pada traktus kortikospinal.
Jika lesi terjadi setelah melewati pyramidal decussation di setinggi bagian bawah
medulla kelemahan terjadi pada sisi kontralateral dari lokasi lesi.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pemeriksaan Laboratorium
Peningkatan leukosit ke jaringan otak pada pasien stroke merupakan salah satu hasil
dari reaksi saraf pusat, dimana leukosit masuk ke bagian otak yang mengalami injury
dimulai dengan adhesi ke endotel dan selanjutnya migrasi ke dalam parenkim otak.
Awalnya, leukosit muncul seteleah terjadi pelepasan sitokin pada daerah injury akan
merangsang leukosit yang berada di marginal pool dan leukosit matur di sumsum tulang
untuk memasuki sirkulasi. Jenis leukosit yang dikerahkan pada peradangan akut ini
adalah neutrofil.
Otak merupakan salah satu organ yang paling terpengaruh oleh gangguan kadar
natrium. Disfungsi neurologik merupakan manifestasi utama dari gangguan elektrolit,
terutama hiponatremia. Aktivitas elektrik neuron terganggu karena natrium klorida dan
air masuk ke dalam sel saraf dan kalium meninggalkan sel saraf. Terjadinya stroke itu
sendiri akan menjadi suatu stresor yang menyebabkan perpindahan K ke intrasel. Stres
akan menyebabkan stimulus simpatis yang berlebihan terhadap medulla kelenjar
adrenal, menghasilkan epineferin yang akan berikatan dengan reseptor β2 yang
berhubungan dengan pompa Na-K/ATP-ase di membran sehingga Kalium masuk ke sel
otot.
Hal ini sesuai dengan lesi UMN yaitu tidak adanya fasikulasi dan terdapat
kelemahan otot sesuai dengan traktus piramidalis.
Diagnosis topis
- Hemisphere cerebri dextra
Karena adanya parese anggota sinistra maka lesi berada di sisi otak yang
kontralateral dari deficit neurologisnya. Hal ini disebabkan oleh karena persarafan
motoric (traktus kortikospinal) mengalami persilangan di pyramidal decussation.
Diagnosis etiologis
- Intracerebral Hemorrhage
Diagnosis tersebut diambil berdasarkan anamnesis yaitu didapatkan
kelemahan anggota gerak kiri (deficit neurologis), riwayat hipertensi serta pada
pemeriksaan penunjang didapatkan hasil CT Scan kepala yaitu adanya
Intracerebral hemorrhage di lobus fronto-parietal kanan dan Infark di pons,
capsula externa dan putamen kiri.
Intracerebral hemorrhage (ICH) didefinisikan sebagai perdarahan nontraumatik ke
dalam jaringan otak. Cedera otak sekunder dan pembentukan edema dengan
menghasilkan efek massa dianggap berkontribusi terhadap morbiditas dan mortalitas
terkait intracerebral hemorrhage (ICH). Hipertensi adalah faktor resiko yang paling
umum atau utama. Angiopati amiloid serebral (CAA), kondisi yang meningkat dengan
usia, adalah faktor resiko yang paling umum kedua. Angiopati amiloid serebral
merupakan penyebab penting dari lobar intracerebral hemorrhage (ICH), terutama pada
orang lanjut usia, kemungkinan keseluruhan penderita intracerebral hemorrhage (ICH)
tertinggi pada usia ≥ 85.
Terapi
Medikamentosa
- IVFD 0,9%
Untuk memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit sert memasukan obat
intravena.
- Citicolin 2 x 500 mg
Citicolin mengaktivasi biosintesis structural phospholipids pada membrane
neuronal, meningkatkan metabolism otak, dan menignkatkan senyawa
kimia di otak. Citicolin memiliki efek dalam melindungi otak,
[mempertahankan fungsi otak secara normal, sereta mengurangi jaringan
otak yang rusak.
- Manitol 2 x 250 mg
- Nikardipin 5 mg/jam
- Insulin
Non medikamentosa
- Posisi head up 30 derajat bertujuan untuk menurunkan tekanan intracranial.
Selain itu posisi tersebut juga dapat meningkatkan oksigen ke otak.
- Range of motion atau mobilisasi aktif maupun pasif: berguna untuk
memperbaiki fungsi motorik dan mencegah kontraktur sendi, atrofi otot,
DVT, dekubitus dan agar penderita dapat mandiri.
DAFTAR PUSTAKA
1. Farrell M, Dempsey J, Smeltzer SCO, Bare BG. Smeltzer & Bare’s textbook of
medical-surgical nursing. Smeltzer and Bare’s textbook of medicalsurgical nursing.
2017.
2. Katan M, Luft A. Global Burden of Stroke. Semin Neurol. 2018;
3. Harris S. Buku Ajar Neurologi FKUI-RSCM : Cerebral Small Vessel Desease. Dep
Neurol FKUI-RSCM. 2016;
4. Sure DR, Culicchia F. Duus’ Topical Diagnosis in Neurology. Otol Neurotol. 2013;
5. Perdossi. Panduan Praktik Klinis Neurologi. Perdossi. 2016;
6. M.P. C, D.M. R, G.M. K. Intravenous nicardipine: Its use in the short-term treatment
of hypertension and various other indications. Drugs. 2006.
7. Poyant JO, Kuper PJ, Mara KC, Dierkhising RA, Rabinstein AA, Wijdicks EFM, et al.
Nicardipine Reduces Blood Pressure Variability After Spontaneous Intracerebral
Hemorrhage. Neurocrit Care. 2019;