Anda di halaman 1dari 22

PRESENTASI KASUS

KASUS STROKE HEMORAGIK

Disusun oleh:
Jois Brigita Sombo
112020021

Pembimbing:
dr. Antun Subono, Sp. S, M.Sc

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN SARAF


RSPAD GATOT SOEBROTO
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UKRIDA
PERIODE 14 MARET – 16 APRIL 2022
BAB I
LAPORAN KASUS

1.1 Identitas Pasien


Nama/ Umur : Tn. P (56 tahun)
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Kristen Katolik
Status Pernikahan : Menikah
Suku Bangsa : Tionghoa
Tanggal Masuk : 22 Maret 2022
Dirawat yang ke :1
Tanggal Pemeriksaan : 29 Maret 2022

1.2 Anamnesa
Autoanamnesis dan alloanamnesis istri pasien pada tanggal 29 Maret 2022
pukul 11.00 WIB.

1.2.1 Keluhan Utama


Pada tanggal 22 Maret 2022, pasien datang ke IGD RSPAD Gatot
Soebroto dengan keluhan kelemahan anggota gerak sebelah kiri secara tiba-tiba.

1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien laki-laki berusia 56 tahun dirujuk dari Rumah Sakit EMC datang ke
IGD RSPAD Gatot Soebroto dengan keluhan kelemahan anggota gerak kiri secara
tiba-tiba sejak kurang lebih 3 hari SMRS. Mual muntah, nyeri kepala, disangkal
pasien. Pasien juga mengatakan tidak mengalami kejang maupun penglihatan
buram, dan tidak terjadi pingsan. 3 hari SMRS, saat sedang bekerja pasien mau ke
kamar mandi, namun tiba-tiba pasien tidak bisa berdiri karena lemah anggota
gerak sebelah kiri pasien. Saat kejadian tidak ada perdarahan, benturan yang
keras, maupun penurunan kesadaran. Kesulitan menelan maupun makan dan
minum juga disangkal pasien. Pada saat kejadian istri pasien langsung melakukan
pemeriksaan GDS mandiri dan didapatkan hasil 40mg/dL. Setelah itu istri pasien
memberikan air gula kepada pasien nnamun pasien tetap lemas, kemudian pasien
dibawa ke RS EMC. Sebelumnya pasien memiliki keluhan hipertensi dan
diabetes, dan pasien mengkonsmsi obat apabila dirasakan ada keluhan, obat yang
sering dikonsumsi adalah glimepiride, metformin, dan captopril. BAK dan BAB
normal. Keluhan baru dirasakan pertama kali.

1.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu


- Hipertensi (+)
- Diabetes Mellitus (+)
- Asma (-)
- Ginjal (-)
- Alergi (-)
- Jantung (-)

1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga


Diabetes (+)

1.2.5 Riwayat Pribadi dan Sosial


- Merokok (+)
- Alkohol (+)

1.3 Pemeriksaan Fisik


1.3.1 Status Internus
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Gizi : Baik
Tanda Vital
- TD kanan : 180/89 mmHg
- TD kiri : 180/89 mmHg
- Nadi kanan : 80 x/menit
- Nadi kiri : 80 x/menit
- Pernapasan : 20 x/menit
- Suhu : 36,5 oC
Limfonodi : Tidak teraba
Jantung : BJ regular, S1-S2 Murmur (-), Gallop (-)
Paru : Resp spontan, VBS +/+, Wh -/-, Rh -/-
Hepar : Normal
Lien : Normal
Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2 detik

Sirriraj Stroke Score (SSS)


Kesadaran : compos mentis, 0 x 2,5 = 0
Muntah : tidak, 0 x 2 = 0
Nyeri kepala : tidak, 0 x 2 = 0
Tekanan darah diastolik : 89 x 10% = 8,9
Ateroma : 1 x (-3) = -3
Konstanta : - 12
Hasil : -6,1
Hasil skor SSS ≥ 1 : stroke non hemorrhagic

1.3.2 Status Psikiatris


Tingkah laku : Baik
Perasaan hati : Baik
Orientasi : Baik
Jalan pikiran : Baik
Daya ingat : Baik

1.3.3 Status Neurologis


Kesadaran : compos mentis, E4M6V5, GCS 15
Sikap tubuh : berbaring
Cara berjalan : sulit dinilai
Gerakan abnormal : Tidak ada

Kepala
Bentuk : Bentuk normochepal
Simetris : (+)
Pulsasi : teraba
Nyeri tekan : (-)

Leher
Sikap : normal
Gerakan : bebas
Vertebra : normal
Nyeri tekan : (-)
1.3.4 Gejala Rangsang Meningeal
kanan kiri
Kaku kuduk : (-)
Laseque : (-) (-)
Kernig : (-) (-)
Brudzinski I : (-) (-)
Brudzinski II : (-) (-)

1.3.5 Nerve Cranialis


N I (olfactory)
- Daya penghidu : normosmia/normosmia

N II (opticus)
- Ketajaman penglihatan : normal/normal
- Pengenalan warna : normal/normal
- Lapang pandang : normal/normal
- Fundus : tidak dilakukan

N III (oculomotor), IV (trochlear), VI (abducens)

- Ptosis : -/-
- Strabismus : -/-
- Nystagmus : -/-
- Exophtalmus : -/-
- Enophtalmus : -/-
- Gerakan bola mata
Lateral : +/+
Medial : +/+
Atas lateral : +/+
Atas medial : +/+
Bawah lateral : +/+
Bawah medial : +/+
Atas : +/+
Bawah : +/+
Gaze : +/+
- Pupil
Ukuran pupil : 3 mm/3 mm
Bentuk pupil : bulat/bulat
Isokor/ anisokor : isokor/isokor
Posisi : sentral/sentral
RCL : +/+
RCTL : +/+

N V (trigeminus)
- Menggigit : normal/normal
- Membuka mulut : simetris
- Sensibilitas
Atas : baik/baik simetris
Tengah : baik/baik simetris
Bawah : baik/baik simetris
- Reflex masseter : normal/normal
- Reflex zigomatikus : normal/normal
- Reflex kornea : normal/normal
- Reflex bersin : tidak dilakukan

N VII (facialis)
- Pasif
Kerutan kulit dahi : simetris
Kedipan mata : simetris
Lipatan nasolabial : simetris
Sudut mulut : simetris
- Aktif
Mengerutkan dahi : simetris
Mengerutkan alis : simetris
Menutup mata : simetris
Meringis : simetris
Menggembungkan pipi : simetris
Gerakan bersiul : simetris
Daya pengecapan lidah 2/3 anterior : tidak dilakukan
Hiperlakrimasi : (-)
Lidah kering : (-)

N VIII (acusticus)
- Mendengar suara gesekan jari : normal/normal
- Mendengar detak arloji : normal/normal
- Test Swabach : tidak dilakukan
- Tes Rinne : tidak dilakukan
- Test Weber : tidak dilakukan

N IX (glossopharyngeus)
- Arcus pharynx : simetris
- Posisi uvula : di tengah
- Daya pengecapan lidah 1/3 posterior : tidak dilakukan
- Reflex muntah : tidak dilakukan

N X (vagus)
- Denyut nadi : (+)/(+) 80x/menit
- Arcus pharynx : simetris
- Bersuara : normal
- Menelan : normal

N XI (accessory)
- Memalingkan kepala : normal
- Sikap bahu : normal
- Mengangkat bahu : (+)/(+)

N XII (hypoglossal)
- Menjulurkan lidah : simetris
- Kekuatan lidah : normal
- Atrofi lidah : (-)
- Artikulasi : baik
- Tremor lidah : (-)
1.3.6 Motorik
Gerakan :
bebas Terbatas

bebas Terbatas

Kekuatan :
5555 0022

5555 0000

Tonus :
normotonus normotonus

normotonus normotonus
Trofi :
eutrofi Eutrofi

eutrofi Eutrofi

1.3.7 Reflex Fisiologis


Reflex Tendon
- Reflex Biceps : +/+
- Reflex Triceps : +/+
- Reflex Patella : +/++
- Reflex Achilles : +/++

Reflex periosteum
- Reflex permukaan : tidak dilakukan
- Dinding perut : tidak dilakukan
- Cremaster : tidak dilakukan
- Sphincter ani : tidak dilakukan

1.3.8 Reflex Patologis


Kanan Kiri
Hofman Trommer : (-) (-)
Babinski : (-) (-)
Chaddock : (-) (-)
Oppenheim : (-) (-)
Gordon : (-) (-)
Schaefer : (-) (-)
Rosollimo : (-) (-)
Mendel Bechterew : (-) (-)
Klonus paha : (-) (-)
Klonus kaki : (-) (-)

1.3.9 Sensibilitas
Eksteroseptif
- Nyeri : (+)
- Suhu : tidak dilakukan
- Taktil : (+)
Propioseptif
- Vibrasi : tidak dilakukan
- Posisi : baik
- Tekan dalam : (+)

1.3.10 Koordinasi dan Keseimbangan


1. Test Romberg : tidak dilakukan
2. Test Tandem : tidak dilakukan
3. Test Fukuda : tidak dilakukan
4. Disdiadokokenesis : tidak dilakukan
5. Rebound phenomenon : tidak dilakukan
6. Dismetri : tidak dilakukan
7. Test telunjuk hidung : tidak dilakukan
8. Test telunjuk telunjuk : tidak dilakukan
9. Test tumit lutut : tidak dilakukan

9.2.1 Fungsi Otonom


Miksi ( terpasang dower cateter)
- Inkontinensia : (-)
- Retensi : (-)
- Atonic : (-)
- Automatic : (-)
Defekasi
- Inkontinensia : (-)
- Retensi : (-)
9.2.2 Fungsi Luhur
Fungsi bahasa : baik
Fungsi orientasi : baik
Fungsi memori : baik
Fungsi emosi : baik
Fungsi kognisi : baik
9.3 Pemeriksaan Penunjang
9.3.1 Laboratorium
Tanggal Pemeriksaan: 23 Maret 2022
Hematologi Nilai Rujukan
Hematologi Lengkap
Hemoglobin 15,2 13.0 – 18.0 g/dL
Hematokrit 43 40 – 52 %
Eritrosit 5,1 4.3 – 6.0 juta/µL
Leukosit 14120 4,800 – 10,800 /µL
Trombosit 273000 150,000 – 400,000 /µL
Hitung jenis :
Basophil 0 0–1%
Eosinophil 0 1–3%
Neutrophil 91 50 – 70 %
Limfosit 3 20 – 40 %
Monosit 6 2–8%
MCV 85 80 – 96 fL
MCH 30 27 – 32 pg
MCHC 35 32 – 36 g/dL
RDW 12.70 11.5 – 14.5 %

Tanggal Pemeriksaan: 23 Maret 2022


Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Kimia Klinik
SGOT (AST) 37 < 35 U/L
SGPT (ALT) 56 < 40 U/L
Tanggal Pemeriksaan: 23 Maret 2022
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Kimia Klinik
Albumin 4.1 3.5 – 5.0 mg/dL
Ureum 15 20 – 50 mg/dL
Kreatinin 0.83 0.5 – 1.5 mg/dL
GDS 220 70-140 mg/dL
Natrium (Na) 130 135-147 mg/dL

9.3.2 Foto Thoraks


Tanggal pemeriksaan: 23 Maret 2022
- CTR 61%, apeks tertanam
- Pinggang jantung tak menonjol
- Aorta dan mediastinum superior tidak melebar
- Trakea relatif ditengah
- Kedua hilus tak menebal
- Corakan bronchovascular kedua paru baik
- Tak tampak infiltrat ataupun nodul di kedua paru
- Sinus costophrenicus lancip, Diafragma lancip
- Tulang dan jaringan lunak dinding dada baik

Kesan: Cardiomegaly
9.3.3 CT Scan
Tanggal Pemeriksaan: 23 Maret 2022

- Ventrikel lateral, III dan IV baik, tak melebar/menyempit, tak tampak distorsi
- Lesi hyperdens berbentuk oval, batas tegas, tepi reguler di lobus fronto-
parietal kanan
- Lesi hypodens di pons, capsula externa dan putamen kiri
- Sistema basalis, ambiens, kuadrigeminus, supra sellar, fissura interhemisphere,
fissura sylvii dan sulci kedua hemisphere dalam batas normal, tak tampak
penyempitan/pelebaran
- Infratentorial: Cerebellum dalam batas normal, tak tampak lesi fokal
- Cavum orbita dan dinding orbita dalam batas normal. Sinus paranasal yang terlihat
dan sella turcica dalam batas normal
- Kesan :

Intracerebral hemorrhage di lobus fronto-parietal kanan

Infark di pons, capsula externa dan putamen kiri


9.4 Resume
Pasien laki-laki berusia 56 tahun dirujuk dari Rumah Sakit EMC datang
ke IGD RSPAD Gatot Soebroto dengan keluhan kelemahan anggota gerak
kiri secara tiba-tiba sejak kurang lebih 3 hari SMRS. 3 hari SMRS, saat
sedang bekerja pasien mau ke kamar mandi, namun tiba-tiba pasien tidak
bisa berdiri karena lemah anggota gerak sebelah kiri pasien. Pada saat
kejadian, istri pasien langsung melakukan pemeriksaan GDS mandiri dan
didapatkan hasil 40mg/dL. Setelah itu istri pasien memberikan air gula
kepada pasien nnamun pasien tetap lemas, kemudian pasien dibawa ke RS
EMC. Sebelumnya pasien memiliki keluhan diabetes dan hipertensi tidak
terkontrol, dan pasien mengkonsmsi obat apabila dirasakan ada keluhan, obat
yang sering dikonsumsi adalah glimepiride, metformin, dan captopril. BAK
dan BAB normal. Keluhan baru dirasakan pertama kali.
Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum baik, kesadaran composmentis
dengan GCS 15, tekanan darah 180/89 mmHg, nadi 80x/menit, pernapasan
20x/menit, dansuhu 36,5 oC. Status generalis lainnya dalam batas normal.
Pada pemeriksaan laboratorium, didapatkan leukositosis, eosinopenia,
neutrofilia, limfositopenia, SGOT 37 U/L, SGPT 56 U/L, ureum 15 mg/dL,
GDS 220 mg/dL, natrium 130 mg/dL. Pada pemeriksaan radiologi, kesan
cardiomegaly, dan pada CT Scan, kesan Intracerebral hemorrhage di lobus
fronto-parietal kanan dan Infark di pons, capsula externa dan putamen kiri.

9.5 Diagnosis
- Diagnosis klinis : Hemiparesis sinistra spastik
- Diagnosa topik : Hemisphere cerebri dextra
- Diagnosa etiologi : Intracerebral hemorrhage
- Diagnosa sekunder :
o Diabetes melitus
o Hipertensi

9.6 Terapi

- IVFD RL 0,9% 30 mL/kgBB/hari


- Injeksi
 Citicolin 2 x 250 mg
 Manitol 2 x 250 ml
 Nikardipin 5mg/jam
- PO
 Asam traneksamat 3 x 500 mg
 Neurobion 1 x 1
- SC
 Insulin
9.7 Prognosa
Ad vitam : ad bonam
Ad fungsionam : ad malam
Ad sanam : ad malam
Ad cosmeticum : ad malam
BAB II
ANALISA KASUS

Diagnosis pada pasien ini diambil berdasarkan anamnesis, pemeriksaan


fisik, dan pemeriksaan penunjang.

ANAMNESIS
- Pada anamnesis didapatkan keluhan utama pasien berupa kelemahan anggota
gerak kiri, atau disebut dengan hemiparese sinistra.
Hemiparese adalah paralisis parsial atau total pada satu sisi tubuh yang
berasal dari penyakit atau trauma pada pusat motorik di otak. Hemiparese
merupakan salah satu sindrom dari upper motor neuron. Sindrom upper motor
neuron dapat diklasifikasikan menjadi hemiparesis (kelemahan unilateral pada
ekstremitas atas dan ekstremitas bawah), tetraparesis (kelemahan pada keempat
ekstremitas), paraparesis (kelemahan pada kedua ekstremitas bawah), dan
monoparesis (kelemahan pada satu ekstremitas). Kelemahan ekstremitas
disebabkan oleh adanya patologis gangguan motorik oleh:
- Patologi yang terjadi dimanapun di sepanjang UMN pathway (dari korteks
motoric hingga medulla spinalis)
- Lesi pada LMN pathway (dari cornu anterior medulla spinalis hingga sara
perifer)
- Gangguan di neuromuscular junction
- Gangguan muskularis

Pasien memiliki riwayat hipertensi yang tidak terkontrol


Pasien memiliki faktor risiko atas terjadinya penyakit vaskuler. Hipertensi dapat
meyebabkan peningkatan tekanan darah perifer sehingga menyebabkan sistem
hemodinamik yang buruk dan terjadilah penebalan pembuluh darah serta hipertrofi
dari otot jantung. Hal ini dapat diperburuk dengan kebiasaan pasien mengonsumsi
makanan tinggi lemak serta garam yang dapat menimbulkan plak arterosklerosis.
Hipertensi yang menimbulkan plak arterosklerosis secara terus menerus akan memicu
timbulnya stroke. Menurut penelitian, pada pasien stroke hemoragik, faktor risiko
utamanya adalah hipertensi.
Pasien memiliki riwayat diabetes melitus
Pada pasien diabetes dapat menyebabkan peningkatan risiko hipertensi karena
keadaan hiperglikemi dapat menyebabkan peningkatan tonus vaskular sehingga
tahanan perifer meningkat dan menyebabkan peningkatan tekanan darah.
Selain itu keadaan hiperglikemi juga dapat menyebabkan peningkat pembentukan
ROS yang merangsang peningkatan RAAS. RAAS merupakan regulasi tekanan darah
dalam tubuh, sehingga apabila terjadi peningkatan RAAS maka terjadi peningkatan
tekanan darah.

Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum pasien tampak sakit sedang yang disebabkan
adanya kelemahan pada anggota gerak sebelah kiri tersebut. Pasien juga memiliki
tekanan darah yang tinggi yaitu 180/89 mmHg yang merupakan hipertensi grade II.
Pada status internus pasien dalam keadaan normal dan tidak ada kelainan pada
jantung. Status psikiatris pasien baik. Pemeriksaan neurologis pasien didapatkan
kesadaran compos mentis dengan E4M6V5 GCS 15, sikap tubuh berbaring. Pasien
tidak mengalami penurunan kesadaran berarti stroke hemoragik tidak meluas hingga
ke pusat kesadaran yaitu formasio retikularis yang terletak di substansi grisea daerah
medulla oblongata hingga midbrain dan thalamus yang akan merangsang ARAS
(ascending reticular activating system). Pada pasien ini perdarahan tidak terjadi dan
tidak menekan batang otak sehingga pasien tidak mengalami penurunan kesadaran.
Pada pemeriksaan gejala rangsang meningeal tidk didapatkan kaku kuduk, laseque,
kernig, brudzinsky I dan brudzinsky II.
Sirriraj Stroke Score (SSS)
Kesadaran : compos mentis, 0 x 2,5 = 0
Muntah : tidak, 0 x 2 = 0
Nyeri kepala : tidak, 0 x 2 = 0
Tekanan darah diastolik : 89 x 10% = 8,9
Ateroma : 1 x (-3) = -3
Konstanta : - 12
Hasil : -6,1
Hasil skor SSS ≥ 1 : stroke non hemoragik
Pada pemeriksaan motoric didapatkan hemiparese sinistra spastik
Hemiparese sinistra tipe UMN terjadi karena adanya lesi pada hemisfere
cerebri sinistra. Parese UMN terjadi akibat kerusakan pada traktus kortikospinal.
Jika lesi terjadi setelah melewati pyramidal decussation di setinggi bagian bawah
medulla kelemahan terjadi pada sisi kontralateral dari lokasi lesi.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pemeriksaan Laboratorium
Peningkatan leukosit ke jaringan otak pada pasien stroke merupakan salah satu hasil
dari reaksi saraf pusat, dimana leukosit masuk ke bagian otak yang mengalami injury
dimulai dengan adhesi ke endotel dan selanjutnya migrasi ke dalam parenkim otak.
Awalnya, leukosit muncul seteleah terjadi pelepasan sitokin pada daerah injury akan
merangsang leukosit yang berada di marginal pool dan leukosit matur di sumsum tulang
untuk memasuki sirkulasi. Jenis leukosit yang dikerahkan pada peradangan akut ini
adalah neutrofil.
Otak merupakan salah satu organ yang paling terpengaruh oleh gangguan kadar
natrium. Disfungsi neurologik merupakan manifestasi utama dari gangguan elektrolit,
terutama hiponatremia. Aktivitas elektrik neuron terganggu karena natrium klorida dan
air masuk ke dalam sel saraf dan kalium meninggalkan sel saraf. Terjadinya stroke itu
sendiri akan menjadi suatu stresor yang menyebabkan perpindahan K ke intrasel. Stres
akan menyebabkan stimulus simpatis yang berlebihan terhadap medulla kelenjar
adrenal, menghasilkan epineferin yang akan berikatan dengan reseptor β2 yang
berhubungan dengan pompa Na-K/ATP-ase di membran sehingga Kalium masuk ke sel
otot.

- Pemeriksaan Radiologi didapatkan Cardiomegaly


Pada hasil radiology ditemukan adanya cardiomegaly. Hal ini disebabkan karena
adanya hipertensi tidak terkontrol yang meyebabkan peningkatan tekanan darah perifer
sehingga menyebabkan sistem hemodinamik yang buruk dan terjadilah penebalan
pembuluh darah serta hipertrofi dari otot jantung.

- Pada hasil CT Scan didapatkan adanya Intracerebral hemorrhage di lobus fronto-


parietal kanan dan Infark di pons, capsula externa dan putamen kiri
Untuk dapat membedakan antara stroke hemoragik dan stroke non hemoragik
dibutuhkan pemeriksaan penunjang berupa CT- Scan. Dari hasil CT– Scan
tersebut didapatkan adanya perdarahan intraserebral yang memastikan bahwa
diagnosis pada pasien ini adalah stroke hemoragik.
DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis
Pemeriksaan motorik didapatkan:
a. Hemiparese sinistra spastik

Hal ini sesuai dengan lesi UMN yaitu tidak adanya fasikulasi dan terdapat
kelemahan otot sesuai dengan traktus piramidalis.

Diagnosis topis
- Hemisphere cerebri dextra
Karena adanya parese anggota sinistra maka lesi berada di sisi otak yang
kontralateral dari deficit neurologisnya. Hal ini disebabkan oleh karena persarafan
motoric (traktus kortikospinal) mengalami persilangan di pyramidal decussation.

Diagnosis etiologis
- Intracerebral Hemorrhage
Diagnosis tersebut diambil berdasarkan anamnesis yaitu didapatkan
kelemahan anggota gerak kiri (deficit neurologis), riwayat hipertensi serta pada
pemeriksaan penunjang didapatkan hasil CT Scan kepala yaitu adanya
Intracerebral hemorrhage di lobus fronto-parietal kanan dan Infark di pons,
capsula externa dan putamen kiri.
Intracerebral hemorrhage (ICH) didefinisikan sebagai perdarahan nontraumatik ke
dalam jaringan otak. Cedera otak sekunder dan pembentukan edema dengan
menghasilkan efek massa dianggap berkontribusi terhadap morbiditas dan mortalitas
terkait intracerebral hemorrhage (ICH). Hipertensi adalah faktor resiko yang paling
umum atau utama. Angiopati amiloid serebral (CAA), kondisi yang meningkat dengan
usia, adalah faktor resiko yang paling umum kedua. Angiopati amiloid serebral
merupakan penyebab penting dari lobar intracerebral hemorrhage (ICH), terutama pada
orang lanjut usia, kemungkinan keseluruhan penderita intracerebral hemorrhage (ICH)
tertinggi pada usia ≥ 85.
Terapi

Medikamentosa
- IVFD 0,9%
Untuk memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit sert memasukan obat
intravena.
- Citicolin 2 x 500 mg
Citicolin mengaktivasi biosintesis structural phospholipids pada membrane
neuronal, meningkatkan metabolism otak, dan menignkatkan senyawa
kimia di otak. Citicolin memiliki efek dalam melindungi otak,
[mempertahankan fungsi otak secara normal, sereta mengurangi jaringan
otak yang rusak.

- Manitol 2 x 250 mg

Manitol untuk menurunkan tekanan intrakranial yang tinggi karena edema


serebral. Kenaikan tekanan intrkranial dan adanya edema serebral pada
perdarahan dapat terjadi karena dari efek gumpalan hematoma. Manitol
bekerja untuk meningkatkan osmolaritas plasma darah, mengakibatkan
peningkatan air dari jaringan, termasuk otak dan cairan serebrospinal,
kedalam cairan interstiasial dan plasma. Akibatnya edema otak,
peningkatan tekanan intrakranial serta volume dan cairan serebrospinal
dapat dikurangi.

- Nikardipin 5 mg/jam

Nicardipine merupakan golongan calcium channel blocker


dihydropyridine yang memiliki efek inotropik yang minimal. Efikasi
pemberian nicardipine secara intravena pada pasien dengan perdarahan
intraserebral akut telah diteliti Pemberian infus nicardipine secara terus
menerus yang dimulai pada dosis 1 μg/kgbb/menit dan perlahan-lahan
dititrasi efektif dalam memelihara tekanan darah 20-30 % lebih rendah
dari nilai tekanan darah pada permulaan penelitian pada 22 pasien dengan
perdarahan intraserebral akut Pemberian nicardipine secara intravena
dimulai dengan 5 mg/jam dan dititrasi 2,5 mg/jam setiap 15 menit hingga
dosis maksimal 15 mg/jam. Mengacu pada guideline AHA (American
Heart Association) 2014, target tekanan darah yang harus dicapai dalam
tatalaksana Stroke ICH adalah MAP 100-120 mmHg dan Tekanan Darah
Sistoik 140-160 mmHg.
- Neurobion 500 mg 1x1

Neurobion merupakan suplemen vitamin neurotropik yang mengandung


vitamin B1, B6, dan B12. Vitamin neurotropik berfungsi menormalkan
fungsi saraf dengan memperbaiki gangguaan metabolisme saraf melalui
pemberian asupan yang dibutuhkan.

- Insulin

Terapi insulin dilakukan dengan cara memberikan insulin eksogen yang


dapat menyerupai pola sekresi insulin endogen sehingga kontrol glukosa
darah yang diinginkan dapat tercapai. Terapi insulin banyak digunakan
pada penyandang diabetes yang disertai komplikasi seperti, gangguan
kardiovaskular, stroke, sepsis, gangguan ginjal, polineuropati, abses dan
lain sebagainya, dimana pasien diabetes dengan komplikasi tersebut
memerlukan perawatan secara intensif di rumah sakit.

Non medikamentosa
- Posisi head up 30 derajat bertujuan untuk menurunkan tekanan intracranial.
Selain itu posisi tersebut juga dapat meningkatkan oksigen ke otak.
- Range of motion atau mobilisasi aktif maupun pasif: berguna untuk
memperbaiki fungsi motorik dan mencegah kontraktur sendi, atrofi otot,
DVT, dekubitus dan agar penderita dapat mandiri.
DAFTAR PUSTAKA

1. Farrell M, Dempsey J, Smeltzer SCO, Bare BG. Smeltzer & Bare’s textbook of
medical-surgical nursing. Smeltzer and Bare’s textbook of medicalsurgical nursing.
2017.
2. Katan M, Luft A. Global Burden of Stroke. Semin Neurol. 2018;
3. Harris S. Buku Ajar Neurologi FKUI-RSCM : Cerebral Small Vessel Desease. Dep
Neurol FKUI-RSCM. 2016;
4. Sure DR, Culicchia F. Duus’ Topical Diagnosis in Neurology. Otol Neurotol. 2013;
5. Perdossi. Panduan Praktik Klinis Neurologi. Perdossi. 2016;
6. M.P. C, D.M. R, G.M. K. Intravenous nicardipine: Its use in the short-term treatment
of hypertension and various other indications. Drugs. 2006.
7. Poyant JO, Kuper PJ, Mara KC, Dierkhising RA, Rabinstein AA, Wijdicks EFM, et al.
Nicardipine Reduces Blood Pressure Variability After Spontaneous Intracerebral
Hemorrhage. Neurocrit Care. 2019;

Anda mungkin juga menyukai