LAPORAN KASUS
STATUS PASIEN
Nama : Mariana TA
Umur : 19-8-1951
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Lamlom, Lhokgah Aceh Besar
No. MR : 142855
Tanggal masuk : 22-1-2021 (22.30 WIB)
ANAMNESA
Keluhan Utama : Penurunan kesadaran
Riwayat Penyakit Sekarang :Pasien perempuan usia 69 tahun datang kerumah sakit
dengan keluhan penurunan kesadaran ± 6 jam SMRS. menurut keluarga pasien makan
sedikit dan lemas. Lemas sering dirasakan pasien saat melakukan aktivitas. Pasien juga
mengeluhkan malam susah tidur pola tidur tidak beraturan kadang pasien lupa apa yang
sudah di ucapkan dan lupa apa yang sudah di kerjakan, dan saat capek pasien mengeluhkan
pusing. Dari anamnesis keluarga pasien memiliki riwayat sakit jantung ± 1 tahun yang lalu.
Dan saat ini pasien memiliki riwayat sirosis hepatis sejak 6 bulan yang lalu. demam
disangkal, batuk disangkal, BAK normal, BAB normal. Pasien sudah pernah di rawat di
Rumah Sakit.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Somnolen (E3 , V2, M4)
Tinggi Badan : 160
1
Berat Badan : 65kg
Tanda vital
Tekanan Darah : 111/50 mmhg
Nadi : 90x / i
Penafasan : 22x / i
Suhu : 37.5 0 C suhu axilla
GCS : E3V2M4 (9) = Somnolen
Paru Belakang
Inspeksi : Permukaan simetris kiri dan kanan,
sikatrik (-)
Perkusi : Sonor seluruh lapangan paru
Palpasi : Stem fremitus taktil kiri dan kanan sama, nyeri
2
tekan(-)
Auskultasi : vesikuler (+/+), Ronki (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Perkusi : Batas atas ICS 3 Linea Midclavicularis (s)
Batas kanan ICS 4 linea Parasternalis (d)
Batas Kiri ICS 5 linea midclavicularis (s)
Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS 5 Linea
Midclavicula (s)
Auskultasi : BJ 1 > BJ 2, Gallop (-/-), murmur (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Distensi abdomen (+) sikatrik (-), ascites (+)
Perkusi : Undulasi (+), shifting dullnes (+), traube space redup
Palpasi : Hepar dan Lien sulit dievaluasi dan ada nyeri tekan
Auskultasi : Peristaltik (+)
+ - -
- - -
- - -
3
Ekstremitas
Superior : Normal
Inferior : Udem Tungkai Minimal
Kelemahan otot :
22222 22222
22222 22222
4
d. N. V (N. Trigeminus)
Cabang motorik
- Otot masseter : Normal
- Otot temporal : Normal
Cabang sensorik
- I (Opticus) : Normal
- II (Maxillaris) : Normal
- III (Mandibularis) : Normal
e. N. VII (N. Facialis)
Waktu diam
- Kerutan dahi : Simetris
- Tinggi alis : Simetris
- Sudut mata : Simetris
- Lipatan nasolabial : Simetris
Waktu gerak
- Mengerutkan dahi : Simetris
- Menutup mata : Simetris
- Memperlihatkan gigi : Simetris
- Sekresi air mata : Normal
Daya perasa 2/3 anterior lidah : Normal
5
Bagian Sensorik
- Refleks muntah :+
h. N. XI (N. Accesorius)
Mengangkat bahu : Normal
Memalingkan kepala : Normal
i. N. XII (N. Hypoglossus)
Kedudukan lidah
- Saat istirahat : di tengah
- Saat gerak : di tengah
2. Sistem Sensorik
Sensasi Kanan Kiri
Raba Baik Baik
Nyeri Baik Baik
Suhu Baik Baik
Prepioseptif baik Baik
3. Refleks
a. Refleks Fisiologis
Refleks Kanan Kiri
Biseps Normal Normal
Triseps Normal Normal
b. Refleks Patologis
Refleks Kanan Kiri
Tromner - -
Hoffman - -
Gordon - -
Gonda - -
6
Oppenheim - -
Babinski - -
Chaddock - -
Schaeffer - -
Bing - -
Rosolimo - -
PEMERIKSAAN PENUNJANG
7
Gula klinik Hasil
Glukosa ad Random 124 mg/dl
Ureum 80 mg/ dl
Creatinin 2,9 mg/dl
Elekrolit Hasil
Natrium 136 mol/L
Kalium 3,1 mol/L
Chorida 103 mol/L
8
Radiologi : Thorax AP
Kesan : (Cardiomegali dengan udem paru)
PENATALAKSANAAN
Diagnosa Banding : Penurunan Kesadaran ec 1. HE, 2. Imbalance
Electrolit, 3. Susp. Stroke
9
FOLLOW UP
IVFDRL 20gtt/i
Sudah bisa tidur tetapi Kes= E4M5V6 Penurunan
Inj citicoline
28/01/21 pola tidur tidak teratur (compos mentis) kesadaran+HE
500mg/12jam
Lemas dan pusing TD = 108/52 MmHg
Inj ceftriaxone
HR = 74x/i
10mg/12jam
RR= 24X/I
Inj omeprazole iv
T= 37,5ºC
1amp/12jam
Inj furosentrol
2amp/6jam (jika
10
TD ≥110)
11
BAB II
PEMBAHASAN
Pada pemeriksaan fisik tidak ada di temukan tampak kelainan pada bagian wajah,
sklera ikterik, konjungtiva anemis. Sementara itu pada leher tidak ditemukan kelainan. pada
pemeriksaan thorak tampak terdapat lesi pembuluh darah yang dikelilingi serabut pembuluh
yang lebih halus. Pada abdomen, inspeksi terlihat perut membesar dan berbentuk cembung,
auskultasi bising usus normal, perkusi timpani pada puncak abdomen serta shifting dullnes
(+), palpasi dinding perut tegang, serta hepar dan lien tidak teraba. Pada extremitas superior
dan inferior ditemukan edem pada extremitas inferior. Pada pemeriksaan neurologis nervus I-
XII tidak ada kelainan, refleks fisiologis normal, refleks patologis tidak ditemukan dan
rangsangan selaput otak atau meningeal tidak di temukan kelainan. Hanya didapatkan
kelemahan anggota gerak atas 22222 22222 dengan nilai selanjutnya pasien di
lakukan pemeriksaan 22222 22222 laboratorium Darah rutin, Glukosa,
Elektrolit Hb 9,8 g/dl, Leukosit 21,4 g/dl. dari hasil anamnesi
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pasien di diagnosa dengan Ensefalopati
Hepatic.
Ensefalopati adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan kelainan fungsi otak
menyeluruh yang dapat akut, kronik atau progresif. Ensefalopati merupakan disfungsi
kortikal umum yang memiliki karakteristik perjalanan akut hingga sub akut (jam hingga
beberapa hari) secara nyata terdapat fluktuasi dari tingkat kesadaran, atensi minimal,
halusinasi dan delusi yang sering dan perubahan tingkat aktifitas psikomotor (secara umum
12
meningkat, akan tetapi dapat menurun). Penggunaan istilah ensefalopati menggambarkan
perubahan umum pada fungsi otak yang bermanifestasi pada gangguan atensi baik
berupa agitasi hiperalert hingga koma.1 Istilah ensefalopati biasanya diikuti oleh kata lain
yang menunjukkan penyebab dari kelainan otak tersebut. Beberapa jenis ensefalopati
berdasarkan penyebabnya:1
d. Ensefalopati wernicke, yaitu ensefalopati akibat kekurangan zat tiamin (vitamin B1),
biasanya pada orang yang keracunan alcohol.
e. Ensefalopati hipertensi, yaitu ensefalopati akibat penyakit tekanan darah tinggi yang
kronis.
Ensefalopati hepatic terbagi menjadi tiga tipe terkait dengan kelainan hati yang
mendasarinya yaitu tipe A berhubungan dengan gagal hati akut dan ditemukan pada
hepatitis fulminan, tipe B berhubungan dengan jalur pintas portal dan sistemik tanpa
adanya kelainan intrinsic jaringan hati, dan tipe C yang berhubungan dengan sirosis dan
hipertensi portal. paling sering ditemukan pada pasien dengan gangguan fungsi hati.
Klasifikasi ensefalopati hepatic berdasarkan gejalanya dibedakan menjadi dua tipe yaitu
EH minimal (EHM) dan EH overt. EH minimal yaitu bila ditemukan adanya defisit
kognitif seperti perubahan kecepatan psikomotor dan fungsi eksekutif, sedangkan EH
overt terbagi menjadi EH episodik (terjadi dalam waktu singkat dengan tingkat
keparahan fluktuasi) dan EH persisten (progresif dengan gejala neurologis yang makin
m
e
m
b
er
at
).6
Kriteria West Haven membagi berdasarkan derajat gejalanya pada (Tabel 1) Stadium
EH dibagi menjadi derajat nol hingga empat, dengan derajat nol dan satu masuk dalam
EH minimal serta derajat dua sampai empat masuk dalam EH overt.7
14
Pada pasien ini tingkat Ensefalopati Hepatic berada pada derajat 1. Karena di dapatkan
pada pasien dengan gangguan pola tidur, penurunan konsentrasi, depresi, ansietas dan
iritabilitas.
Amonia diproduksi oleh berbagai organ, amonia merupakan hasil produksi koloni
bakteri usus dengan aktivitas enzim urease. Terutama bakteri gram negatif anaerob
Enterobacteriacae, proteus dan clostridium. Enzim urase bakteri akan memecah urea
menjadi amonia dan karbondioksida, amonia juga dihasilkan oleh usus halus dan usus besar
melalui glutaminase usus yang metabolisme glutamin (sumber energi usus) menjadi
glutamat dan amonia.8 Pada keadaan sirosis, penurunan massa hepatosit fungsional dapat
menyebabkan menurunnya detoksifikasi amonia oleh hati ditambah adanya shunting
portosistemik yang membawa darah yang mengandung amonia masuk ke aliran sistemik
tanpa melalui hati. Disfungsi neurologis yang ditimbulkan pada ensefalopati hepatic terjadi
akibat edema serebri, dimana glutamin merupakan molekul osmotik sehingga menyebabkan
pembengkakan astrosit. Amonia secara langsung juga merangsang stres oksidatif dan
nitrosatif pada astrosit melalui peningkatan kalsium intraselular yang menyebabkan
disfungsi mitokondria dan kegagalan produksi energi selular melalui pembukaan pori-pori
transisi mitokondria.8
Pemeriksaan Number Connecting Test (NCT), NCT-A dan NCT-B, Critical Flicker
15
Frequency (CFF) merupakan pemeriksaan lain untuk mendiagnosis EH. Namun,
pemeriksaan MMSE, NCT, CFF masih sulit untuk dilakukan secara merata di
Indonesia. Oleh karena itu, para klinisi diharapkan memberi penjelasan terhadap pasien
beserta keluarganya mengenai gejala dari EH. seperti komunikasi, perubahan pola t idur,
penurunan aktivitas sehari-hari pasien hingga tanda-tanda seperti asteriksis, klonus
maupun penurunan kesadaran yang jelas. Pemeriksaan radiologis berupa magnetic
resonance imaging (MRI) serta elektroensefalografi (EEG) dapat menjadi pilihan
pemeriksaan untuk menyingkirkan kelainan lain pada otak. EEG akan menunjukkan
perlambatan (penurunan frekuensi gelombang alfa) aktivitas otak pada pasien dengan
EH. Pemeriksaan kadar amonia tidak dapat dipakai sebagai alat diagnosis pasti EH.
Peningkatan kadar amonia dalam darah (> 100 mg/100 ml darah) dapat menjadi
parameter keparahan pasien dengan EH. Pemeriksaan kadar amonia darah belum
menjadi pemeriksaan standar di Indonesia mengingat pemeriksaan ini belum dapat
dilakukan pada setiap rumah sakit di Indonesia.9
16
DAFTAR PUSTAKA
8. Wakim FJ. Hepatic encephalopathy: suspect it early in patients with sirosis. Cleve
Clin J Med. 2011;78(9):597-605. [Accesed on 30 januari 2021]
10. Perhimpunan peneliti hati Indonesia (PPHI). Panduan praktik klinik penatalaksanaan
ensefalopati hepatik di Indonesia. Jakarta: PPHI; 2014. [Accesed on 30 januari
2021]
17