Anda di halaman 1dari 40

dr.

Mohammad Hendro Mustaqim, SpB, FinaCS


Anatomi

 Tulang belakang atau vertebra adalah tulang yang


menyangga tubuh dapat tegak dan sekaligus
menyangga kepala
 Tulang belakang bisa dikatakan sebagai tangkai /
sambungan dari kepala dan di dalamnya terdapat
lanjutan / sambungan dari otak yang disebut
medulla spinalis (spinal cord)
 Setiap ruas tulang belakang terdiri dari korpus di
depan yang secara berurutan dari atas (cervical)
sampai ke sacrum membentuk collumn (tiang)
yang menahan tubuh pada saat berdiri atau duduk
Anatomi

Tulang belakang dibagi atas 5 segmen :


1) Segmen cervicalis (tulang leher), terdiri dari 7
ruas (C1 - C7)
2) Segmen thorakalis (dada), terdiri dari 12 ruas (T1
- T12)
3) Segmen lumbalis (pinggang), terdiri dari 5 ruas
(L1 - L5)
4) Segmen sacralis, terdiri dari 5 ruas (S1 - S5)
5) Segmen coccygeus, terdiri dari 3-5 ruas
Anatomi

 Setelah korpus bagian paling anterior, ke arah


posterior dijumpai daerah kosong yang disebut
vertebral kanal, yang dibatasi oleh pedikel di
kanan-kiri dan dibatasi oleh lamina di belakang
 Vertebral kanal ini dari atas (cervical 1) sampai
ke sacrum membentuk pipa yang disebut kanalis
vertebralis, tempat beradanya spinal cord
(medulla spinalis) yang merupakan lanjutan otak
 Pada setiap ruas tulang belakang mulai dari C1
sampai S5 spinal cord memberikan cabang serabut
saraf kiri dan kanan yang disebut saraf spinal C1-
C8, T1-T12, L1-L5, dan S1-S5
Anatomi

 Tiap ruas tulang belakang satu dengan lainnya


dihubungkan oleh diskus intervertebralis, sendi
faset, ligamen, dan otot sehingga menjadi satu
kolum (collumn) yang kuat
 Segmen cervical dan lumbal lebih mobile,
sedangkan segmen thorakal kurang mobile karena
adanya tulang-tulang iga
 Segmen sacrum menyatu menjadi satu tulang
Anatomi Spinal Cord

1. Corticospinal tract
2. Spinothalamic tract
3. Posterior collumn
Pemeriksaan Neurologis

 Sensorik sesuai are dermatom yang mempunyai


satu saraf
 Motorik / otot mempunyai dua saraf
Peta Dermatom
Kelainan dan Penyakit yang Sering
Dijumpai di Klinik

 Kelainan kongenital
 Infeksi
 Trauma / cedera tulang belakang
 Kelainan deformitas
 Spondylosis
 Osteoporosis
 Tumor
Kelainan Kongenital

 KELAINAN KONGENITAL
 Spina bifida
 Spina bifida dengan meningocele
 Spina bifida dengan meningmyelocele
 Hemivertebra / scoliosis congenital
 Klippel Feil Syndrome (leher pendek)
Infeksi Tulang Belakang

 Infeksi tulang belakang umumnya terjadi secara


hematogen dan yang paling sering dijumpai di
Indonesia atau negara yang lingkungannya tidak
sehat adalah infeksi TBC tulang belakang
(spondilitis TBC)
 Basil sampai ke tulang belakang melalui pleksus
Batson, dari infeksi saluran kemih
 Level yang sering : thorakal bawah & lumbal atas
 Infeksi dimulai pada bagian korpus anterior, meluas
ke diskus dan korpus yang berdekatan
 Korpus hancur karena infeksi TBC dan tulang
belakang mengalami angulasi ke depan → kifosis
Infeksi Tulang Belakang

 Sekitar level terbentuk abses para vertebral (para


vertebral abcess) yang bisa meluas / menjalar ke
celah-celah otot atau ligamen ke arah bawah
(distal) akibat gravitasi
 Isi abses : pus keju (kaseue, sequester kecil)
 Kelainan / defisit neurologis bisa terjadi pada
keadaan :
 Abses menekan spinal cord atau saraf spinal
 Squester menekan spinal atau saraf spinal
 Infeksi menembus dura mater
Infeksi Tulang Belakang

Gejala Klinis
Gejala klinis TBC tulang belakang hampir sama
dengan gejala TBC pada umumnya :
Badan lemas / lesu, anoreksia, berat badan
menurun
Suhu sedikit meninggi (subfebris)
Sakit pada tulang belakang pada waktu istirahat,
kadang-kadang rasa sakit lebih berat pada waktu
melakukan aktifitas
Infeksi Tulang Belakang

 Insiden penyakit ini tinggi pada anak usia 2-10 thn.,


sehingga anak yang menderita spondilitis TBC sering
menangis malam karena sakit di tulang belakang
 Sering penderita datang terlambat dan sudah
dijumpai kifosis, abses para vertebral, dan defisit
neurologis
 Ketiga gejala ini disebut trias dari Pott karena
Percivell Pott (1793) yang pertama kali melaporkan
penyakit TBC pada vertebra
 Maka penyakit ini disebut juga penyakit Pott dan
sekarang lebih lazim disebut spondylitis TBC sesuai
dengan lokasi penyakitnya di tulang belakang
Infeksi Tulang Belakang

Laboratorium
 Darah rutin : LED meninggi < 80 mm
 Uji Mantoux positif
 Biakan basil dari sputum atau cairan abses bisa
dijumpai basil TBC
 PA bisa dijumpai jaringan granulasi dan sel Langhans

Radiologi
 Foto thoraks bila asal infeksi berasal dari paru
 Foto tulang belakang proyeksi AP dan lateral pada
segmen yang dirasakan nyeri atau daerah kifosis
Infeksi Tulang Belakang

Radiologi
 Dengan proyeksi AP :
 Diskus menyempit
 Tinggi korpus berkurang
 Abses terutama di daerah thorakal dan cervical
 Dengan proyeksi lateral :
 Destruksi korpus
 Korpus bentuk baji
 Diskus menyempit
 Kifosis
Infeksi Tulang Belakang

Diagnosis
 Pemeriksaan klinis dan neurologis teliti
 Foto tulang belakang posisi AP dan lateral
 Foto thoraks PA
 Uji Mantoux
 Biakan sputum atau pus dari abses
Infeksi Tulang Belakang

Terapi
1. Konservatif
• Tirah baring (bed rest) selama 2-3 minggu
• Perbaiki keadaan umum, diet tinggi protein dan
vitamin
• Pemasangan penyokong (brace)
• Pemberian obat antituberkulosa
 INH (isonikotinik hidrasit) 10-14 mg/kgBB
 Ethambutol 15-25 mg/kgBB
 Rifampicin 10 mg/kgBB
 Pirazinamid 1500 mg
 Streptomycin injeksi
Infeksi Tulang Belakang

1. Konservatif (lanjutan..)
• Pemberian obat anti TBC selalu dengan kombinasi
dari 2 atau 3 jenis obat sesuai resistensi basil
2. Operatif
• Sebelumnya harus diberikan anti TBC selama 2
minggu untuk mencegah miliar TB post operasi
• Operatif berupa debridement (membuang) semua
jaringan yang nekrotik, kaseus, dan squester
• Anterior fusion dengan bone graft
• Koreksi kifosis
Trauma / Cedera Tulang
Belakang
 Insiden :
 15% dari multiple trauma
 5% dari semua cedera kepala (trauma kapitis)
 55% trauma servikal
 15 % masing-masing pada trauma thorakal, trauma
thorakolumbal, dan trauma lumbosakral
 Dugaan cedera tulang belakang
 Mekanisme trauma
 Sakit, nyeri tekan, sakit digerakkan dari vertebra
 Luka lecet, bekas benturan, hematoma di vertebra
 Ada kelainan neurologis (parese / plegi) dari tungkai
 Tidak sadar akibat KLL, jatuh dari ketinggian
Trauma / Cedera Tulang
Belakang
Pertolongan Pertama
 Segera periksa ABC dan atasi sebisa dan secepatnya
 Segera periksa fungsi sensorik dan motorik dari
lengan dan tungkai
 Jangan dipindahkan, kecuali terjepit dan tidak bisa
diberi pertolongan sehingga mengancam jiwa
 Memindahkan penderita harus dicegah fleksi,
ekstensi, rotasi, atau gerakan yang menyebabkan
nyeri tulang belakang
 Imobilisasi dengan cervical collar untuk leher dan
spine board / long board
Trauma / Cedera Tulang
Belakang
 Transportasi baru boleh dilakukan bila ABC sudah
baik / diatasi dan tulang belakang telah
diimobilisasi
 Penderita harus dirujuk ke rumah sakit yang ada
fasilitas bedah orthopaedi / bedah saraf
Trauma / Cedera Tulang
Belakang
Perawatan Rumah Sakit
 Nilai ABC kembali, bila belum stabil cari cedera lain
 Tentukan derajat / skor fungsi motorik dari lengan
dan tungkai menurut FRANKEL :
A : tidak ada fungsi sensorik dan motorik
B : plegi tapi sensorik baik
C : parese berat
D : parese ringan
E : normal
 Cari tanda spinal shock (tensi < 90 mmHg, nadi < 90
x/1’, perfusi baik)
Trauma / Cedera Tulang
Belakang
 Bila ada spinal shock, terapi dengan :
 Infus D5 NaCl, 45% kurang dari kebutuhan normal
 Posisi Trendelenburg
 Pasang pipa lambung (NGT)
 Pasang kateter urin
 Oksigen
 Cegah hipotermi
 Bila bradikardi (nadi < 80), beri sulfas atropin
0,25-0,50 mg
Trauma / Cedera Tulang
Belakang
 Terapi Metil Prednisolon
 Untuk cedera spinal cord dapat diberikan bila
cedera belum lewat 8 jam, kalau sudah lewat
tidak berguna lagi
 Diberi pada 24 jam pertama, dengan dosis :
 30 mg x BB dalam 1 jam pertama, diencerkan
dengan aqua steril
 Dosis lanjutan 5,4 mg x BB setiap jam selama 23
jam berikutnya, juga diencerkan
Trauma / Cedera Tulang
Belakang
Pemeriksaan Foto
 Foto baru dilakukan bila ABC penderita stabil
 Imobilisasi terpasang
 Dibuat foto daerah / level berdasarkan pemeriksaan
klinis secara cermat
 Harus tetap dijaga imobilisasi
 Pemeriksaan CT-scan dan MRI bila dibutuhkan
 Dari hasil foto + CT-scan / MRI ditentukan rencana
tindakan operasi
Kelainan Deformitas

Kelainan yang berupa deformitas dari tulang


belakang adalah :
Scoliosis : adalah lengkungan ke lateral dari
vertebra, penyebabnya sangat banyak tetapi 80%
scoliosis etiologinya tidak diketahui (idiopatik)
Spondylolisthesis : adalah bergesernya korpus ke
depan terhadap korpus yang di bawahnya; sering
pada L4/L5 atau L5/S1
Scoliosis
Scoliosis
Spondylolisthesis
Spondylolisthesis
Spondylosis

 Kelainan akibat proses degeneratif dari diskus atau


sendi faset sehingga dapat menimbulkan penekanan
pada nerve root atau spinal cord
 Kelainan dari diskus dapat berupa herniasi / hernia
nucleosus pulposus (HNP) dan kelainan dari sendi
faset berupa osteoarthritis (OA) yang akan
menimbulkan osteophyte kalsifikasi dari ligamen
dan atau kapsul
 Baik HNP atau osteophyte dapat menimbulkan
penekanan pada saraf (nerve root) atau spinal cord
Spondylosis

Penekanan atau iritasi saraf akan menimbulkan gejala


sensorik dan motorik:
Gejala Sensorik
 Sakit lokal
 Sakit yang menjalar sesuai persarafan (radiating
pain)
 Kebas, parastese pada area yang diperasarafi
Gejala Motorik
 Kelemahan otot
 Refleks tendon melemah
 Kelumpuhan (sangat jarang)
Osteoporosis

 Osteoporosis adalah suatu keadaan dimana massa


tulang sangat berkurang (> 2 SD) sehingga tulang
menjadi rapuh dan mudah menjadi fraktur dari
korpus / fraktur kompresi
 Osteoporosis lebih sering dijumpai pada wanita
post menopause karena adanya penurunan
hormon estrogen akan mempercepat terjadinya
osteoporosis / osteoclast lebih aktif
Tumor Vertebra

Tumor pada vertebra bisa primer dan sekunder akibat


metastase dari tempat lain
Benign primary bone tumor (jinak / like lesions)
 Hemangioma
 Osteoid osteoma
 Osteoblastoma jinak
 Giant cell tumor (GCT)
Malignant primary bone tumor
 Chordoma dari sisa notochordal
 Ewing’s tumor
 Myeloma
Tumor Vertebra

 Secondary bone tumor (metastases)


 Ca Mammae
 Ca Uterus
 Ca Prostate

Anda mungkin juga menyukai