Anda di halaman 1dari 22

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. 1

KATA PENGANTAR .................................................................................. . 2

BAB 1 PENDAHULUAN …………………………………………………. 3


BAB 2 LAPORAN KASUS ……………………………………………….. 4 – 14
BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………
3. 1. Definisi.................................................................................................... 15
2.1.2 Etiologi ........................................................................................... 15
2.1.3 patofisiologi ................................................................................................... 16
2.1.4. klasifikasi ............................................................................................. 17
2.1.5. manifestasi klinis ................................................................................................ 18
2.1.5. Penatalaksanaan ..................................................................................... 19
2.1.6. Komplikasi ............................................................................................. 19
BAB 4 Diskusi................................................................................................20-22

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….23

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas izin-Nya saya dapat
menyelesaikan laporan kasus yang berjudul“Pneumonia” ini.

Laporan kasus ini dibuat untuk melengkapi persyaratan dalam mengikuti kegiatan
Kepaniteraan Klinik Senior dibagian Ilmu Penyakit Dalam yang dilaksanakan di RSUD
MEURAXA BANDA ACEH.

Pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada dokter
pembimbing di SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUD MEURAXA BANDA ACEH :

1. dr. Silva Nazly,Sp.PD

Yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan agar laporan
kasus ini lebih akurat dan bermanfaat.

Tentunya saya menyadari bahwa laporan kasus ini banyak kekurangan untuk itu saya
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca agar kedepannya
saya dapat memperbaiki dan menyempurnakan kekurangan tersebut.

Besar harapan saya agar laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi para pembaca serta
dapat memberikan suatu pengetahuan baru bagi mahasiswa untuk meningkatkan
keilmuannya.

Banda Aceh, 02 Desember 2019

Yuni Astuti

2
BAB I

PENDAHULUAN
Infeksi saluran nafas bawah masih merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan
baik di negara yang sedang berkembang maupun yang sudah maju.

WHO (1999) : Penyebab kematian tertinggi akibat penyakit infeksi di dunia adalah
infeksi saluran nafas akut (influenza dan pneumonia).

SKRT Depkes (2001) : Infeksi saluran nafas bawah urutan ke 2 penyebab kematian di
Indonesia.

Pneumonia memberikan gambaran yang berbeda dari pneumonia bakterial akut dan
dapat terjadi di lingkungan masyarakat ataupun di rumah sakit. Keadaan ini terjadi karena
latar belakang patofisiologinya berbeda dengan pneumonia bakterial akut.

Pada masa lalu pneumonia dikenal sebagai pneumonia tipikal yang disebabkan oleh
Str. Pneumoniae dan atipikal yang disebabkan oleh kuman atpik seperti misalnya M.
Pneumoniae. Tapi istilah tersebut tidak lagi dipergunakan. Pada perkembangannya
pneumonia saat ini dikenal atas 2 kelompok utama yaitu pneumonia di rumah perawatan atau
nosokomial (PN) dan pneumonia komunitas (PK) yang didapat di masyarakat. Disamping
kedua bentuk utama ini terdapat pula pneumonia bentuk khusus yang masih sering dijumpai.

Pneumonia bentuk khusus terdiri dari pneumonia aspirasi yang terjadi di Amerika
pada pneumonia komunitas sebanyak 1.200 per 100.000 penduduk per tahun, sedangkan pada
pneumonia nosokomial sebesar 800 pasien per 100.000 pasien rawat inap per tahun dengan
insidensi tertinggi pada pria terutama usia anak atau usia lanjut; pneumonia pada gangguan
imunitas yang terjadi tergantung pada defek imunitas tersebut; pneumonia pada usia lanjut
terjadi pada usia diatas 60 terutama terjadi pada 2 kelompok yaitu usia lanjut yang tinggal di
rumah dan yang tinggal di rumah perawatan; pneumonia kronik dapat berupa pneumonia
karena infeksi dan bukan karena infeksi; dan pneumonia bentuk lain yang terdiri dari
pneumonia rekurens atau berulang; penyakit paru eosinofilik merupakan penyakit paru akibat
kelompok gangguan paru yang beragam yang ditandai oleh adanya infiltrasi eosinofil pada
bronkus, alveoli dan interstitium dari paru; dan pneumonia resolusi lambat yaitu bila

3
pengurangan gambaran konsolidasi pada foto toraks lebih kecil dan 50% dalam 2 minggu dan
berlangsung lebih dari 21 hari.

BAB II. LAPORAN KASUS


KOLEGIUM PENYAKIT DALAM (KPD)

CATATAN MEDIK PASIEN

No. MR : 036457

Nama Lengkap : M.Nur Amin

Umur : 73 Tahun Jenis Kelamin : Alamat : Meunasah


Balee,Lhong,Aceh Besar
Laki Laki

Tanggal Masuk : 28 oktober 2019 No. Telepon :


081361146282

Dokter Muda : YUNI ASTUTI

ANAMNESIS

Autoanamnesis Alloanamnesis

4
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Keluhan Utama : nyeri uluhati 1 minggu yang lalu

Keluhan Tambahan : batuk,pilek,demam,sakit kepala,tidak BAB,mual

Deskripsi :

Os datang ke RSUD Meuraxa banda Aceh padatanggal 28 oktober 2019 dengan keluhan
nyeri ulu hati sudah satu minggu yang lalu,os mengeluh batuk 1 minggu yang lalu,dan batuk
os kering, dan disertai pilek 2 hari yang lalu. Os juga mengalami demam, demam naik turun
kurang lebih sejak lima hari yang lalu, demam tidak disertai menggigil. Os perokok aktif
sejak usia 18 tahun hingga sekarang dengan frekuensi 3 sampai 4 batang rokok sehari. Os
mengatakan kepala terasa pusing, lidah terasa pahit, nyeri tenggorokan, mual,badan terasa
lemas, nafsu makan normal dan nafsu minum normal. Buang air kecil normal dan tidak BAB
sudah 3 hari yang lalu

RPD : Os tidak pernah mengalami riwayat seperti sekarang

RPK : Di keluarga tidak ada yang mengalami hal yang sama

RPO : Os tidak mengkonsumsi obat


R.Alergi : Tidak ada
R.K.Sosial : Os mengatakan perokok dari usia 18 th

RIWAYAT PRIBADI

Riwayat Alergi Riwayat imunisasi

Tahun Bahan / obat Gejala Tahun Jenis imunisasi

- - - -

5
Hobi : Tidak ada yang khusus.

Olah Raga : Tidak ada yang khusus.

Kebiasaan Makanan : Tidak ada yang khusus.

Merokok : (+) sejak usia 18 tahun hingga sekarang dengan frekuensi 3 sampai 4
batang rokok perhari.

Minum Alkohol : (-).

PEMERIKSAAN FISIK

KEADAAN UMUM

/
Baik Buruk

Tinggi Badan :

Berat Badan :

Index Masa Tubuh :

Status Gizi à BB = 60 Kg, TB = 175 Cm.

IMT = BB (kg)/TB²(m)

= 19,6

Kesan : Normal

6
TANDA VITAL

Tekanan darah Nadi

105/74 mmhg 78 x menit

Temperatur Aksila:

36,4 C

Pernafasan Frekuensi: 20 Deskripsi:


x/menit. reguler,
abdominal
thorakal

KULIT : Dalam batas normal.

KEPALA & LEHER : Dalam batas normal.

TELINGA : Dalam batas normal.

HIDUNG : Dalam batas normal.

RONGGA MULUT DAN TENGGORAKAN : Dalam batas normal.

MATA : Conjunctiva palpebra inferior pucat (-), sclera ikterik (-),

Reflek Cahaya (+)/(+), Pupil isokor D=S ø 3mm.

7
THORAX

Anterior Posterior

Inspeksi Simetris fusiformis. TIDAK DILAKUKAN

Palpasi Stem Fremitus TIDAK DILAKUKAN

Perkusi Sonor diseluruh lapangan paru TIDAK DILAKUKAN

Auskultasi vesikuler di seluruh lapang paru TIDAK DILAKUKAN


dextra; vesikuler di lapangan atas dan
lapangan tengah paru sinistra.

Mengi/Wheezing (+) di lapangan


paru dextra di akhir ekspirasi

JANTUNG

 Inspeksi : Ictus Cordis tidak terlihat.

 Palpasi : Ictus Cordis tidak teraba,


1 cm medial Linea Midclavicula
Sinistra ICs V..

 Perkusi : Batas Jantung Relatif.

Atas : ICs III Sinistra.

Kanan: Ics IV Linea Sternalis Dextra.

Kiri : 1 cm medial Linea Midclavicula Sinistra ICS V.

8
 Auskultasi : BJ l dan BJ II normal.

ST: desah (-), gallop (-)

ABDOMEN

Inspeksi : Simetris, Datar,Distensi (-).

Palpasi : Soepel, Hepar/Lien/Renal: organomegali (-), nyeri tekan (-).

Perkusi : Tympani di seluruh lapang abdomen.

Auskultasi : Peristaltik (+), kesan: normal.

PINGGANG

Ballotement (-), Tapping pain (-).

EKSTREMITAS

Superior : Edema (-) / (-), clubbing finger (-).

Inferior : Edema (-) / (-), clubbing finger (-).

ALAT KELAMIN

Tidak dilakukan pemeriksaan.

REKTUM

Tidak dilakukan pemeriksaan

9
PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Darah Rutin

 Hemoglobin : 10,4
 Leukosit : 5,5
 Hematokrit : 29,3
 Trombosit : 193

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Metabolisme Karbohidrat

 Kadar Gula Darah Puasa : 79 mg%.

URINALISA

 Warna : Kuning
 Kekeruhan : jernih
 pH : 7,0
 Berat Jenis : 1,015

PEMERIKSAAN USG ABDOMEN

. Pembesaran prostat

. cystitis

. Peningkatan gas usus

RESUME DATA DASAR

(Diisi dengan Temuan Positif)

Oleh Dokter Muda : Yuni Astuti

10
Nama Pasien : M.Nur Amin

No. Rekam Medik : 036457

1. KELUHAN UTAMA : Nyeri ulu hati

RENCANA AWAL
Nama : M Nur Amin 0 3 6 4 5 7
Rencana yang akan dilakukan masing-masing masalah
(meliputi rencana untuk diagnosa, penatalaksanaan dan
edukasi)
No Masalah Rencana Rencana Rencana Rencana
Diagnosa Terapi monitoring Edukasi
1 Pneumonia ec -Darah rutin -Bedrest - Klinis Menerangkan
dd -KGDS -Diet MB - Laboratoriu dan
 Tb -Urine rutin -IVFD RL 20 m menjelaskan
paru -Foto thorax gtt/i. keadaan,
dengan -Inj. Ceftriaxone penatalaksana
infeksi 1 gr/12 jam an dan
sekund (IV) komplikasi
er -Inj. penyakit pada
 Geriatr Pantoprazole 1 pasien dan
ic vial/hari. keluarga
proble -Inj.Antrain
m 1ampul/8 jam
 dyspep
-Paracetamol
sia
3x500 mg
-Cetirizine 1x1
-Acetyl sistein
2x200 mg

11
-Sucralfat syr
3xCI.

Follow Up pasien selama dirawat :

P
Tgl. S O A
Terapi Monitoring
28/10/201 Nyeri uluhati (+), GCS: Compos DD : - Th/Bedrest. Cek DR
9 batuk (+), kering Mentis. obs.Febris e.c dd - Diet MB.
(+), demam (+), TD: 105/74 1) viral infection - IVFD RL 20 gtt/i.
pusing (+), nyeri mmhg 2) bacterial -Inj. Ceftriaxone 1
tekan perut (+), HR: 78 x infection gr/12 jam (IV)
lemas (+), BAK menit -Inj. Pantoprazole 1
(+) normal,Tidak RR: 20 x menit vial/hari.
BAB 3 hari (+) T : 36,4 -Inj.Antrain 1ampul/12
jam
-Paracetamol 3x5.
-Cetirizine 1x1
-Acetylsistein
2x200mg
-Sucralfat syr 3xCI

Nyeri ulu hati GCS: Compos - Pneumonia dd - Th/Bed Rest. GDS


29/10/2019
(+) Mentis. TB paru dg - Diet MB.
Nyeri kepala TD: 114/46 sekunder - IVFD RL 20 gtt/i.
(+) mmHg. infeksi+geriatr - Inj.pantoprazole 1
Batuk (+) HR: 86 x/i. ic vial/Hari

12
RR: 20 x/i. problem+dysp - Inj.ceftriaxone 1gr/12j
T : 36,5 ⁰C. epsia - Acetylsistein 2x200mg
- Paracetamol 3x500 mg
- Omeperazol 2x1
- Sucralfat syr 3XCI

30/10/2019 Nyeri ulu hati GCS : Compos Pnemonia


- Th/Bed Rest.
(+),batuk (+), mentis
- Diet MB.
Nyeri kepala TD :128/55m
- IVFD RL 20 gtt/i.
(+) mgh
- Inj.pantoprazole 1
HR : 83 x/i
vial/Hari
RR : 22 x/i
- Inj.ceftriaxone 1gr/12j
T : 36,5
- Acetylsistein 2x200mg
- Paracetamol 3x500 mg
- Omeperazol 2x1
- Sucralfat syr 3XCI

31/10/2019 Batuk (+), GCS : Compos Pneumonia


nyeri kepala mentis - Th/Bed Rest.
(+) TD : 118/57 - Diet MB.
HR: 69 - IVFD RL 20 gtt/i.
RR : 24 x/i - Inj.pantoprazole 1
T : 36,7 vial/Hari
- Inj.ceftriaxone 1gr/12j
- Acetylsistein 2x200mg
- Paracetamol 3x500 mg
- Omeperazol 2x1
- Sucralfat syr 3XCI

13
Kesimpulan :

Laki-laki, 73 tahun dengan diagnosa Pneumonia.

Prognosis:

- Ad Vitam : dubia ad bonam.


- Ad Functionam : dubia ad bonam.
- Ad Sanactionam : dubia ad bonam.

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. DEFINISI

Pneumonia adalah peradangan akut pada parenkim paru, bronkiolus


respiratorius dan alveoli, menimbulkan konsolidasi jaringan paru sehingga dapat
mengganggu pertukaran oksigen dan karbon dioksida di paru-paru. Pada
perkembangannya , berdasarkan tempat terjadinya infeksi, dikenal dua bentuk
pneumonia, yaitu pneumonia-masyarakat ( community-acquired pneumonia/ CAP),
apabila infeksinya terjadi di masyarakat; dan pneumonia-RS atau pneumonia
nosokomial ( hospital-acquired pneumonia /HAP), bila infeksinya didapat di
rumah
sakit.
Pneumonia-masyarakat ( community-acquired pneumonia ) adalah

14
pneumonia yang terjadi akibat infeksi diluar rumah sakit , sedangkan pneumonia
nosokomial adalah pneumonia yang terjadi >48 jam atau lebih setelah dirawat di
rumah sakit, baik di ruang rawat umum ataupun di ICU tetapi tidak sedang
menggunakan ventilator. Pneumonia berhubungan dengan penggunaan ventilator
( ventilator-acquired pneumonia/ VAP) adalah pneumonia yang terjadi setelah 48-
72 jam atau lebih setelah intubasi tracheal. Pneumonia yang didapat di pusat
perawatan kesehatan ( healthcare-associated pneumonia ) adalah pasien yang
dirawat oleh perawatan akut di rumah sakit selama 2 hari atau lebih dalam waktu
90 hari dari proses infeksi, tinggal dirumah perawatan (nursing home atau long-
term care facility), mendapatkan antibiotik intravena, kemoterapi, atau perawatan
luka dalam waktu 30 hari proses infeksi ataupun datang ke klinik rumah sakit atau
klinik hemodialisa .

2.1.2 Etiologi
a. Bakteri
Pneumonia bakterial dibagi menjadi dua bakteri penyebabnya yaitu
1. Typical organisme
Penyebab pneumonia berasal dari gram positif berupa :
- Streptococcus pneumonia : merupakan bakteri anaerob
facultatif. 
Bakteri patogen ini di temukan pneumonia
komunitas rawat inap di luar ICU sebanyak 20-60%, sedangkan
pada pneumonia komunitas rawat inap di ICU sebanyak 33%. 
- Staphylococcus aureus : bakteri anaerob fakultatif. Pada pasien
yang diberikan obat secara intravena ( intravena drug abusers )
memungkan infeksi kuman ini menyebar secara hematogen dari
kontaminasi injeksi awal menuju ke paru-paru.  Kuman ini
memiliki daya taman paling kuat, apabila suatu organ telah
terinfeksi kuman ini akan timbul tanda khas, yaitu peradangan,
nekrosis dan pembentukan abses. Methicillin-resistant S.
Aureus (MRSA) memiliki dampak yang besar dalam pemilihan
antibiotik dimana kuman ini resisten terhadap beberapa
antibiotik.
- Enterococcus ( E. faecalis, E faecium ) : organisme
streptococcus grup D yang merupakan flora normal usus. 
Penyebab pneumonia berasal dari gram negatif sering menyerang
pada pasien defisiensi imun (immunocompromised ) atau pasien
yang di rawat di rumah sakit, di rawat di rumah sakit dalam waktu
yang lama dan dilakukan pemasangan endotracheal tube.  Contoh
akteri gram negatif dibawah adalah :
- Pseudomonas aeruginosa : bakteri anaerob, bentuk batang dan
memiliki bau yang sangat khas. 
- Klebsiella pneumonia : bakteri anaerob fakultatif, bentuk
batang tidak berkapsul. Pada pasien alkoholisme kronik,

15
diabetes atau PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) dapat
meningkatkan resiko terserang kuman ini. 
- Haemophilus influenza : bakteri bentuk batang anaerob dengan
berkapsul atau tidak berkapsul. Jenis kuman ini yang memiliki
virulensi tinggu yaitu encapsulated type B (HiB) .
2. Atipikal organisme
Bakteri yang termasuk atipikal ada alah Mycoplasma sp. ,
chlamedia sp. , Legionella sp.

b. Virus
Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui droplet , biasanya
menyerang pada pasien dengan imunodefisiensi.
Diduga virus
penyebabnya adalah cytomegalivirus  , herpes simplex virus, varicella
zooster virus. 
c. Fungi
Infeksi pneumonia akibat jamur biasanya disebabkan oleh jamur
oportunistik, dimana spora jamur masuk kedalam tubuh saat menghirup
udara. Organisme yang menyerang adalah Candida sp. , Aspergillus sp. ,
Cryptococcus neoformans.

2.1.3 Patofisiologi

Patogen yang sampai ke trakea berasal dari aspirasi bahan yang ada di
orofaring, kebocoran melalui mulut saluran endotrakeal, inhalasi dan sumber
patogen yang mengalami kolonisasi di pipa endotrakeal. Faktor risiko pada inang
dan terapi yaitu pemberian antibiotik, penyakit penyerta yang berat, dan tindakan
invansif pada saluran nafas.  Faktor resiko kritis adalah ventilasi mekanik >48jam,
lama perawatan di ICU. Faktor predisposisi lain seperti pada pasien dengan
imunodefisien menyebabkan tidak adanya pertahanan terhadap kuman patogen
akibatnya terjadi kolonisasi di paru dan menyebabkan infeksi.  Proses infeksi
dimana patogen tersebut masuk ke saluran nafas bagian bawah setelah dapat
melewati mekanisme pertahanan inang berupa daya tahan mekanik ( epitel,cilia,
dan mukosa), pertahanan humoral (antibodi dan komplemen) dan seluler (leukosit,
makrofag, limfosit dan sitokinin). Kemudian infeksi menyebabkan peradangan
membran paru ( bagian dari sawar-udara alveoli) sehingga cairan plasma dan sel
darah merah dari kapiler masuk. Hal ini menyebabkan rasio ventilasi perfusi
menurun, saturasi oksigen menurun.Pada pemeriksaan dapat diketahui bahwa
paru-paru akan dipenuhi sel radang dan cairan , dimana sebenarnya merupakan
reaksi tubuh untuk membunuh patogen, akan tetapi dengan adanya dahak dan
fungsi paru menurun akan mengakibatkan kesulitan bernafas , dapat terjadi
sianosis, asidosis respiratorik dan kematian.

16
2.1.4 Klasifikasi

Klasifikasi pneumonia berdasarkan letak terjadinya 2 :


1) Community-Acquired Pneumonia
Pneumonia komunitas merupakan salah satu penyakit infeksius ini sering
di sebabkan oleh bakteri yaitu Streptococcus pneumonia ( Penicillin
sensitive and resistant strains ), Haemophilus influenza ( ampicillin
sensitive and resistant strains ) and Moraxella catarrhalis ( all strains
penicillin resistant ). Ketiga bakteri tersebut dijumpai hampir 85% kasus
CAP. CAP biasanya menular karena masuk melalui inhalasi atau aspirasi
organisme patogen ke segmen paru atau lobus paru-paru. Pada
pemeriksaan fisik sputum yang purulen merupakan karakteristik penyebab
dari tipikal bakteri, jarang terjadi mengenai lobus atau segmen paru. Tetapi
apabila terjadi konsolidasi akan terjadi peningkatan taktil fremitus, nafas
bronkial. Komplikasi berupa efusi pleura yang dapat terjadi akibat infeksi
H. Influenza , emphyema terjadi akibat infeksi Klebsiella , Streptococcus
grup A , S. Pneumonia . Angka kesakitan dan kematian infeksi CAP
tertinggi pada lanjut usia dan pasien dengan imunokompromis. Resiko
kematian akan meningkat pada CAP apabila ditemukan faktor komorbid
berupa peningkatan respiratory rate , hipotensi, demam, multilobar
involvement , anemia dan hipoksia.

2) Hospital-Acquired Pneumonia
Berdasarkan America Thoracic Society (ATS) , pneumonia nosokomial ( lebih
dikenal sebagai Hospital-acquired pneumonia atau Health care-associated
pneumonia ) didefinisikan sebagai pneumonia yang muncul setelah lebih dari
48 jam di rawat di rumah sakit tanpa pemberian intubasi endotrakeal .
Terjadinya pneumonia nosokomial akibat tidak seimbangnya pertahanan inang
dan kemampuan kolonisasi bakteri sehingga menginvasi traktus respiratorius
bagian bawah. Bakteria yang berperan dalam pneumonia nosokomial adalah P.
Aeruginosa , Klebsiella sp, S. Aureus, S.pneumonia . Penyakit ini secara
signifikan akan mempengaruhi biaya rawat di rumah sakit dan lama rawat di
rumah sakit. ATS membagi pneumonia nosokomial menjadi early onset
(biasanya muncul selama 4 hari perawatan di rumah sakit) dan late onset
(biasanya muncul setelah lebih dari 5 hari perawatan di rumah sakit). Pada
early onset pneumonia nosokomial memili prognosis baik dibandingkan late
onset pneumonia nosokomial; hal ini dipengaruhi pada multidrug-resistant
organism sehingga mempengaruhi peningkatan mortalitas.
Pada banyak kasus, diagnosis pneumonia nosokomial dapat diketahui secara
klinis, serta dibantu dengan kultur bakteri; termasuk kultur semikuantitatif dari
sample bronchoalveolar lavange (BAL).

17
3) Ventilator-Acquired pneumonia
Pneumonia berhubungan dengan ventilator merupakan pneumonia yang
terjadi setelah 48-72 jam atau lebih setelah intubasi trakea.  Ventilator
adalah alat yang dimasukan melalui mulut atau hidung, atau melalu lubang
di depan leher. Infeksi dapat muncul jika bakteri masuk melalui lubang
intubasi dan masuk ke paru-paru. 

2.1.5 Manifestasi Klinik

Gejala khas adalah demam, menggigil, berkeringat, batuk (baik non


produktif atau produktif atau menghasilkan sputum berlendir, purulen, atau bercak
darah), sakit dada karena pleuritis dan sesak. Gejala umum lainnya adalah pasien
lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri
dada. Pemeriksaan fisik didapatkan retraksi atau penarikan dinding dada bagian
bawah saat pernafas , takipneu, kenaikan atau penurunan taktil fremitus, perkusi
redup sampai pekak menggambarkan konsolidasi atau terdapat cairan pleura,
ronki, suara pernafasan bronkial, pleural friction rub.

2.1.6 PENATALAKSANAAN

PEMBERIAN ANTIBIOTIK SECARA EMPIRIS PADA CAP


Pasien berobat jalan
Pasien yang sebelumnya sehat dan tidak menggunakan antibiotika pada 3 bulan
terakhir
• Macrolide [klaritromisin (500mg PO bid) atau azitromisisn (500mg PO sekali,
kemudian 250 mg od)] atau
• Doksisiklin (100mg PO bid)
Pasien dirawat, non ICU
• Fluorokuinolon respirasi [moksifloksasin (400 mg PO atau IV od), gemifloksasin
(320mg PO od), levofloksasin (750 mg PO atau IV od)
Pasien dirawat , ICU
• β – laktam (sefotaksim 1-2 g IV q8h), seftriakson (2 g IV od) plus
• Azitromisisn atau fluoroquinolon
Pemberian Antibiotik Secara Empiris Pada Pneumonia Tanpa Faktor
Resiko Multi-
drug Resistant (MDR)
Seftriakson (2g IV q24h) atau

18
Moksifloksasin (400mg IV q24h), ciprofloksasin (400mg IV q8h), atau
levofloksasin
(750 mg IV q24h) atau
Ampisilin/sulbaktam (3 g IV q6h) atau Ertapenem (1 g IV q24h)
Pemberian antibiotik secara empiris pada pneumonia dengan faktor
resiko multi-
drug resistant (MDR)
1. β-laktam : seftazidim (2 g IV q8h) atau sefepim (2 g IV q8-12h) atau
Pipersilin (4,5 g IV q6h), imipenem (500 mg IV q6h)
2. Obat kedua yang aktif terhadap patogen gram negatif
Gentamisin ( 7 mg/kg IV q24h) atau amikasin (20 mg/kg IV q24h) atau
siprofloksasin (400 mg IV q8h) atau levofloksasin (750 mg IV q24h)
3. Obat aktif terhadap bakteri patogen gram positif :
Linezolid (600mg IV q12h) atau
Vankomisin (15 mg/kg, sampai 1 g IV, q12h)

2.1.7 Komplikasi 

a. Pneumonia ekstrapulmoner, pneumonia pneumokokus dengan


bakteriemi.
b. Pneumonia ekstrapulmoner non infeksius gagal ginjal, gagal jantung,
emboli paru dan infark miokard akut.
c. ARDS ( Acute Respiratory Distress Syndrom )
d. Komplikasi lanjut berupa pneumonia nosokomial
e. Sepsis
f. Gagal pernafasan, syok, gagal multiorgan
g. Penjalaran infeksi (abses otak, endokarditis)
h. Abses paru
i. Efusi pleura

BAB IV. DISKUSI

Faktor predisposisi antara lain : Pada kasus ini, penderita seorang laki-laki
 Kebiasaan merokok. dengan usia 73 tahun dengan riwayat
 Pasca infeksi virus. habituasi merokok (+) sejak usia 18 tahun

 Diabetes Mellitus. dengan frekuensi 3 sampai 4 batang rokok

 Keadaan immuno defisiensi. sehari.

 Kelainan atau kelemahan struktur

19
organ dada.
 Penurunan kesadaran.
 Tindakan invasif.
Presentasi bervariasi tergantung etiologi, usia Pada pasien didapati :
dan keadaan klinis.  Suhu 36, 5⁰C.
 Demam, suhu tubuh dapat melebihi  Batuk kering
40 C.
0
 Pada pemeriksaan fisik regio thorax :
 Sesak nafas. palpasi SF kiri > SF kanan, perkusi
 Nyeri dada. pekak dilapang bawah paru sinistra.
 Tanda konsolidasi paru (perkusi paru  Pada auskultasi ditemukan Suara
yang pekak, ronki basah didaerah pernafasan: vesikuler di seluruh lapang
basale). paru dextra; vesikuler di lapangan atas
 Batuk dan sputum produktif. dan lapangan tengah paru sinistra.
 Leukositosis. Suara nafas tambahan: mengi/weezing
di lapang bawah paru dextra.
 Pada pasien ditemukan kadar leukosit
5,5

Pemeriksaan USG
• Pembesaran prostat
• Cystitis
• Peningkatan gas usus

Penatalaksanaan : Pada pasien ini diberikan terapi :


 Antibiotik tunggal : dipilih yang • Bed rest
paling cocok diberikan pada pasien • Diet MB
pneumonia komunitas yang asalnya • IVFD RL 20 gtt/ i
sehat dan gambaran klinisnya sugestif i.v pantoprazole 1vial/h
disebabkan oleh kuman tertentu yang iv.ceftriaxone 1gr/12j
sensitif. Kombinasi antibiotik i.v antrain 1amp/8jam
diberikan dengan maksud untuk paracetamol 3x500mg
mencakup spektrum kuman-kuman acetylsistein 2x200mg
yang dicurigai, untuk meningkatkan cetirizine 1x1

20
aktivitas spektrum dan pada infeksi sucralfat 3xCI
jamak. Bila telah didapat hasil kultur domperidone 3x1
dan tes kepekaan maka hasil ini dapat
dijadikan pertimbangan untuk
pemberian antibiotik yang lebih
terarah atau monoterapi.
 Humidifikasi dengan nebulizer untuk
pengenceran dahak yang kental, dapat
disertai nebulizer untuk pemberian
bronkodilator bila terdapat
bronkospasme.
 Fisioterapi dada untuk pengeluaran
dahak, khususnya anjuran untuk batuk
dan napas dalam.
 Pengaturan cairan harus diatur dengan
baik, termasuk pada keadaan
gangguan sirkulasi.
 Pemberian kortikosteroid pada fase
sepsis berat perlu diberikan.
 Obat inotropik seperti dobutamin atau
dopamin kadang-kadang diperlukan
bila terdapat komplikasi gangguan
sirkulasi atau gagal ginjal prerenal.
 Ventilasi mekanis.
 Drainase empiema bila ada.
 Bila terdapat gagal napas berikan
nutrisi yang cukup kalori terutama
lema (>50%), hingga dapa dihindari
produksi CO₂ yang berlebihan.

21
DAFTAR PUSTAKA
W. Sudoyo Aru, Setiohadi Bambang, dkk. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta :
Balai Penerbit Interna Publishing : Juni 2006.

Rani A.Aziz, Nafrialdi, dkk. Panduan Pelayanan Medik PB PAPDI. Jakarta : Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Agustus 2008.

http://www.wikipedia.com

hhttp://www.medikastore.com

22

Anda mungkin juga menyukai