Anda di halaman 1dari 5

FIVE YEARS STUDY OF RECURRENT FEBRILE SEIZURE RISK FACTORS

Latar Belakang: Hampir sepertiga pasien febrile seizure menderita febrile seizure berulang.
Beberapa faktor risiko berkontribusi terhadap kekambuhan ini, yaitu usia muda, riwayat febrile
seizure keluarga, suhu tubuh rendah dan durasi demam yang cepat sebelum serangan kejang.
Baru-baru ini, jenis kejang dan jenis kelamin telah dinyatakan meningkatkan risiko kekambuhan
ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor risiko febrile seizure
berulang.

Metode: Penelitian deskriptif dilakukan dengan mengambil data dari rekam medis rawat inap
selama periode 1 Januari 2009 hingga 31 Desember 2013 di salah satu rumah sakit rujukan
terbaik di Jawa Barat, Indonesia. Variabel penelitian ini adalah usia kejang demam pertama,
jenis kelamin, jenis kejang demam, riwayat kejang demam keluarga, riwayat keluarga epilepsi,
suhu tubuh ketika kejang demam terjadi dan durasi demam sebelum kejang timbul. Data yang
dikumpulkan ditabulasi berdasarkan frekuensi dan persentase dan ditampilkan dalam tabel.

Hasil: Dari 154 pasien febrile seizure 58 menderita febrile seizure berulang. Empat puluh tiga
persen mengalami febrile seizure pertama pada usia di bawah 12 bulan, 72% adalah laki-laki,
46% mengalami demam kurang dari 24 jam sebelum kejang, 65% mengalami febrile seizure
kompleks, 28% memiliki riwayat keluarga yang positif kejang demam, dan 5% memiliki riwayat
keluarga positif epilepsi.

PENDAHULUAN

Febrile seizure adalah salah satu kejang paling umum yang diderita anak-anak dengan prevalensi
total 2-5%. Menurut International League against Epilepsy (ILAE), Febrile seizure adalah
kejang yang terjadi sehubungan dengan penyakit demam tanpa adanya infeksi sistem saraf pusat
atau ketidakseimbangan elektrolit akut pada anak-anak yang lebih dari 1 bulan tanpa febrile
seizure sebelumnya. Penderita febrile seizure biasanya memiliki prognosis yang baik walaupun
kondisi ini membuat orang tua khawatir. Angka morbiditas dan mortalitas kejang relatif rendah;
namun febrile seizure juga memiliki risiko kematian. Pasien dengan febrile seizure juga
memiliki risiko tinggi untuk febrile seizure berulang dan epilepsi.
Hampir sepertiga dari pasien febrile seizure menderita febrile seizure berulang. Secara teoritis,
ada beberapa faktor risiko untuk kekambuhan febrile seizure; usia muda, riwayat keluarga, suhu
tubuh rendah dan lama demam sebelum kejang. Baru-baru ini, jenis kejang dan jenis kelamin
telah dinyatakan meningkatkan risiko febrile seizure berulang. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengidentifikasi faktor risiko febrile seizure berulang.

METODE

Data penelitian deskriptif ini diambil dari catatan medis pasien febrile seizure berulang yang
dirawat di rumah sakit selama periode 1 Januari 2009 hingga 31 Desember 2013 di Rumah Sakit
Umum Dr. Hasan Sadikin (RSHS) Bandung. Proses pengumpulan data rekam medis disetujui
oleh komite Etika RSHS. Subjek dalam penelitian ini adalah semua pasien dengan diagnosis
klinis febrile seizure berulang yang memenuhi kriteria inklusi, yaitu pasien yang mengalami
kejang disertai dengan kenaikan suhu tubuh di atas 38⁰C yang disebabkan oleh proses ekstra
cranium, anak-anak dengan rentang usia 1 bulan sampai 7 tahun dan tidak memiliki riwayat
kejang demam.

Variabel penelitian ini adalah faktor risiko febrile seizure berulang yang terdiri dari usia febrile
seizure pertama, jenis kelamin, jenis febrile seizure, riwayat febrile seizure, riwayat keluarga
epilepsi, riwayat keluarga epilepsi, suhu tubuh saat febrile seizure terjadi dan durasi demam
sebelum timbulnya kejang. Kemudian, data diproses dengan menggunakan perangkat lunak
statistik. Data dihitung dalam bentuk frekuensi dan persentase yang disusun dalam bentuk tabel.
HASIL

Dari data rekam medis pasien febrile seizure di RSHS pada periode 1 Januari 2009 hingga 31
Desember 2013 ada 154 pasien febrile seizure yang 37,6% mengalami febrile seizure berulang
(58 pasien).

Dalam penelitian ini, pasien dengan febrile seizure pertama di bawah usia 12 bulan memiliki
persentase tertinggi. Jumlah pasien pria hampir dua kali lipat dibandingkan dengan pasien
wanita. Pasien dengan durasi febrile seizure kurang dari 24 jam memiliki persentase tertinggi.
Persentase pasien dengan riwayat febrile seizure keluarga positif lebih sedikit dibandingkan
pasien dengan riwayat febrile seizure keluarga. Sebagian besar pasien memiliki riwayat epilepsi
keluarga negatif.

DISKUSI

Dalam studi ini dari 154 pasien dengan febrile seizure 58 menderita febrile seizure berulang.
Persentase jumlah febrile seizure berulang dalam penelitian ini lebih dari jumlah persentase
dalam penelitian yang dilakukan oleh Marudur et al. pada 2012, yang 28,6%. Namun, itu kurang
dari penelitian yang dilakukan di Jepang yaitu 45%.
Selain itu, usia adalah faktor risiko paling konsisten yang menyebabkan febrile seizure berulang.
Usia dalam diskusi ini adalah usia pasien ketika febrile seizure pertama terjadi di bawah 12
bulan. Ini karena febrile seizure memiliki hubungan dengan tingkat kematangan otak. Dalam
penelitian ini, pasien dengan febrile seizure pertama terjadi di bawah 12 bulan memiliki
persentase tertinggi. Ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan di Yogyakarta dan Iran
yang mengklaim bahwa usia febrile seizure pertama di bawah 12 bulan memiliki hubungan
dengan terjadinya febrile seizure.

Berdasarkan hasil, jumlah pasien pria hampir dua kali lipat dibandingkan dengan pasien wanita.
Ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Fallah et al. (2010), Marudur et al. (2012),
dan Veisani et al. (2013) yang menyatakan bahwa laki-laki lebih sering menderita febrile
seizure dibandingkan dengan perempuan. Menurut Shinnar dalam buku Neurologi Pediatrik
Swaiman, gender bukan merupakan faktor risiko febrile seizure berulang. Ini konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh Marudur et al.12 yang menyatakan bahwa jenis kelamin tidak
memiliki hubungan dengan peningkatan risiko febrile seizure. Namun, ini bertentangan dengan
pernyataan Mikati dalam Nelson Textbook of Pediatrics bahwa jenis kelamin laki-laki,
merupakan faktor risiko terjadinya febrile seizure berulang.

Dalam penelitian ini, pasien dengan durasi febrile seizure kurang dari 24 jam memiliki
persentase tertinggi. Ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Fallah et al. (2010) dan
Marudur et al. (2012) yang menyatakan bahwa durasi cepat demam sebelum timbulnya kejang
adalah faktor risiko untuk terjadinya febrile seizure berulang.

Berdasarkan hasil, ditemukan bahwa febrile seizure dengan tipe kejang demam kompleks
memiliki persentase tertinggi. Ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Marudur
et al. (2012) dan Veisani et al. (2013), yang menyatakan febrile seizure dengan tipe febrile
seizure sederhana memiliki jumlah lebih besar daripada jumlah febrile seizure dengan tipe
febrile seizure kompleks.

Dalam penelitian ini, jumlah pasien yang tidak memiliki riwayat febrile seizure keluarga lebih
tinggi dalam persentase dibandingkan pasien yang memiliki riwayat febrile seizure keluarga
yang positif. Ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan di Iran dan Turki, namun hasil ini
bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fallah et al. (2010), Marudur, dkk. (2010),
dan Tosun et al. (2010). Riwayat keluarga dengan febrile seizure merupakan faktor risiko
terjadinya febrile seizure. Ini disebabkan oleh febrile seizure yang diturunkan melalui gen
dominan autosomal dan berbagai gen tunggal yang terkait dengan febrile seizure.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar anak-anak tidak memiliki riwayat keluarga
epilepsi. Hasil ini mirip dengan penelitian yang dilakukan di Yogyakarta. Sementara studi yang
dilakukan di Iran dan Turki memiliki persentase lebih besar.

Ada keterbatasan untuk penelitian ini mengenai data seperti banyak catatan medis pasien tidak
tersedia, oleh karena itu data pasien tidak dapat digunakan dalam penelitian ini. Selain itu,
beberapa catatan medis tidak termasuk usia ketika febrile seizure pertama terjadi, durasi demam
terhadap perampasan, jenis febrile seizure dan riwayat keluarga febrile seizure, sedangkan
mereka sangat penting untuk menentukan risiko febrile seizure berulang. Selanjutnya, catatan
medis tidak berisi data suhu tubuh selama febrile seizure. Seharusnya diminta kepada orang tua
tentang suhu tubuh anak-anak mereka saat kejang terjadi. Karena pentingnya catatan medis ini
sebagai sumber penelitian, sistem rekam medis di RSH harus memperhatikan kelengkapan dalam
merekam data pasien. Selain itu, sebuah studi dengan data primer perlu dilakukan sehingga data
yang diperoleh mungkin lebih akurat, selain faktor risiko penelitian analitik yang berbeda untuk
febrile seizure berulang juga diperlukan.

Kesimpulan dari penelitian ini, kelompok risiko memiliki persentase lebih besar jika
dibandingkan dengan kelompok tidak berisiko. Namun, kelompok dengan riwayat keluarga
positif febrile seizure dan mereka yang memiliki riwayat keluarga positif epilepsi memiliki
persentase rendah dibandingkan dengan kelompok tidak berisiko, kelompok dengan riwayat
keluarga negatif febrile seizure atau epilepsi.

Anda mungkin juga menyukai