FIFI KURNIAWAN
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Fifi Kurniawan
G34100023
ABSTRAK
FIFI KURNIAWAN. Analisis Struktur Sekretori, Histokimia, Fitokimia, dan
Potensi Antibakteri dari Beberapa Tumbuhan Obat Antiinfeksi di Taman Wisata
Alam Telaga Warna Bogor. Dibimbing oleh YOHANA C SULISTYANINGSIH
dan MOHAMAD RAFI.
Kata kunci: metabolit sekunder, struktur sekretori uji antibakteri, uji fitokimia, uji
histokimia.
ABSTRACT
FIFI KURNIAWAN
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Biologi
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala
kebaikan dan cinta kasih-Nya kepada penulis sehingga karya ilmiah dengan judul
Anatomi Struktur sekretori, Histokimia, Fitokimia, dan Potensi Antibakteri dari
Beberapa Tumbuhan Obat Antiinfeksi di Taman Wisata Alam Telaga Warna
Bogor ini berhasil diselesaikan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr
Yohana C. Sulistyaningsih, MSi dan Bapak Dr Mohamad Rafi, MSi selaku
pembimbing yang telah sabar membimbing dan mengarahkan selama penelitian
ini berlangsung. Terima kasih kepada Ibu Dr Nisa Rachmania Mubarik, MSi
selaku dosen penguji yang telah memberikan saran untuk perbaikan penulisan
karya ilmiah ini. Penelitian yang berlangsung dari bulan April hingga November
2014 ini tidak terlepas dari dukungan banyak pihak baik secara moril maupun
materi.
Terima kasih kepada Ibu Dorly dan Kak Darius atas saran yang diberikan
Terima kasih kepada Pak Aki dan pihak Taman Wisata Alam Telaga Warna
Bogor yang telah memberi izin dan membantu dalam memperoleh sampel
penelitian. Terima kasih kepada Bapak Naryo, Bapak Jaka, Ibu Heni, Bapak
Eman, dan Ibu Nunung yang telah banyak membantu di laboratorium dan
menyediakan tempat bagi saya untuk melaksanakan penelitian. Terima kasih
kepada Kak Shinta, Devi, Aya, Rifai dan teman-teman miktek tumbuhan atas
kebersamaan dan semangatnya selama penelitian. Terima kasih kepada teman-
teman PMK IPB angkatan 47, rekan-rekan GSM komisi anak, adik-adik
kelompok kecil Sara, Iin, Putri dan Vero serta sahabat-sahabat kosan Palem 3
Fung, Sara, Asa, Retno dan Oliv. Terima kasih kepada Papa, Ko Welly, dan Rudy
atas kasih sayang tulus, semangat dan dukungan yang diberikan. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu
persatu. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.
Fifi Kurniawan
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
METODE 2
HASIL DAN PEMBAHASAN 5
Karakter Morfologi dan Pemanfaatan Tumbuhan Obat 5
Analisis Histokimia 11
Analisis Fitokimia 13
Analisis Penghambatan Aktivitas Bakteri 14
SIMPULAN DAN SARAN 17
Simpulan 17
Saran 17
DAFTAR PUSTAKA 18
LAMPIRAN 21
RIWAYAT HIDUP 23
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
1 Tumbuhan Tithonia diversifolia 6
2 Tumbuhan Ardisia fuliginosa 6
3 Tumbuhan Trema orientalis 6
4 Tumbuhan Austroeupatorium inulifolium 7
5 Struktur sekretori pada tumbuhan obat antiinfeksi asal Telaga Warna 9
6 Pengujian histokimia struktur sekretori tumbuhan obat asal Telaga Warna 12
7 Hasil uji fitokimia tumbuhan obat 14
8 Hasil penghambatan ekstrak tumbuhan obat terhadap bakteri S. aureus 17
DAFTAR LAMPIRAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
METODE
Bahan
Alat
Prosedur Penelitian
Uji Histokimia
Empat jenis tumbuhan obat yang diperoleh dari taman wisata alam Telaga
Warna memiliki morfologi yang beragam. Tumbuhan T. diversifolia merupakan
tumbuhan merambat berperawakan herba yang bersifat perenial dengan tinggi
mencapai 2 hingga 3 meter. Daun T. diversifolia merupakan daun tunggal dengan
bentuk bulat berbagi menjari (Gambar 1). Tumbuhan A. fuliginosa berperawakan
pohon dengan tinggi kurang lebih 3 meter (Gambar 2). Daun A. fuliginosa
merupakan daun tunggal dengan bentuk daun lonjong memanjang atau oval.
Pertulangan daun A. fuliginosa menyirip dengan tepi daun rata. Tumbuhan T.
orientalis merupakan tumbuhan berperawakan pohon dengan tinggi dapat
mencapai 15 meter. Daun T. orientalis merupakan daun tunggal dengan bentuk
bulat telur. Pertulangan daun T. orientalis menyirip dengan tepi daun rata.
Berdasarkan hasil pengamatan pada daun T. orientalis yang masih muda
menunjukkan warna kemerahan pada bagian tulang daun (Gambar 3). A.
inulifolium merupakan tumbuhan herba rendah dengan tinggi 1-2 meter (Gambar
4). Daun A. inulifolium merupakan daun tunggal dengan bentuk tombak dan
pertulangan menyirip. Tepi daun A. inulifolium bergerigi kasar. Tumbuhan yang
bersifat invasif ini memiliki persebaran yang merata di TWA Telaga Warna.
6
Nama
Nama ilmiah Famili Kegunaan* Cara pemakaian*
lokal
Ki tabo Tithonia Asteraceae obat luka luar, Daun ditumbuk dengan
diversifolia A. Gray antiinflamasi, air panas dan diperas, air
obat gatal. perasannya dioleskan ke
badan.
Ki ajag Ardisia fuliginosa Myrsinaceae obat diare dan Daun direbus dan air
Blume obat diabetes rebusan diminum.
Struktur sekretori pada tumbuhan terdiri atas berbagai macam tipe dan
terdapat di berbagai organ antara lain daun, batang, dan akar. Struktur sekretori
pada jaringan tumbuhan meliputi trikoma kelenjar, hidatoda, saluran resin,
kelenjar minyak, kelenjar garam, kelenjar nektar dan sel idioblas (Fahn 1979).
Trikoma merupakan struktur derivat dari epidermis yang tersebar di berbagai
organ tumbuhan seperti daun, batang, akar, hingga bunga (Mulyani 2006).
Struktur sekretori yang teramati pada penelitian ini antara lain trikoma kapitat,
trikoma peltat, trikoma uniseriat, trikoma berisi kristal, dan sel idioblas (Gambar
9
1). Ciri morfologi dari trikoma tipe kapitat ialah tangkai trikoma yang
memanjang dan bagian kepala yang membulat dan meruncing, sedangkan trikoma
peltat memiliki tangkai yang pendek dan bagian kepala yang tersusun oleh
beberapa sel (Werker 2000).
Gambar 5 Struktur sekretori pada tumbuhan obat antiinfeksi asal Telaga Warna.
Trikoma kapitat dengan 2 sel kepala (A); trikoma kapitat dengan
banyak sel kepala (B); trikoma peltat (C); trikoma uniseriat (D);
trikoma berisi kristal (E), dan sel idioblas (F). Bar berukuran 50 µm
(A, B, C). Bar berukuran 30 µm (D, E, F).
orientalis memiliki jumlah sel kepala 2 hingga 8 sel dan sel tangkai 3-5 sel.
Panjang sel tangkai trikoma kapitat T. orientalis lebih besar pada bagian adaksial
(157.9±14.8 µm) dibanding abaksial (139.2±15.3 µm) daun. Kerapatan trikoma
kapitat pada bagian abaksial (1.4±0.5 mm-2) lebih rendah dibanding adaksial
(5.0±2.8 mm-2). Trikoma kapitat merupakan struktur sekretori dengan nilai
kerapatan paling kecil di antara jenis struktur sekretori lain pada T. orientalis.
Trikoma uniseriat yang dijumpai pada T. orientalis memiliki kerapatan bagian
abaksial (32.0±4.2 mm-2) tidak berbeda dibandingkan bagian adaksial (29.4±15.3
mm-2). Trikoma berisi kristal terdistribusi secara merata pada bagian abaksial dan
adaksial daun T. orientalis.
Struktur sekretori yang ditemukan pada A. inulifolium ialah trikoma peltat
dan trikoma uniseriat. Trikoma peltat A. inulifolium terdiri atas 1-2 sel kepala, dan
memiliki sel tangkai. Nilai kerapatan pada sisi abaksial (16.7±2.1 mm-2) lebih
besar dibandingkan pada sisi adaksial (9.9±1.1 mm-2). Diameter sel kepala
trikoma peltat pada bagian adaksial (51.3±0.9 µm) tidak berbeda dibanding
abaksial (48.0±3.7 µm). Ukuran trikoma uniseriat bagian abaksial relatif lebih
besar dibanding adaksial. Kerapatan trikoma uniseriat bagian abaksial dan
adaksial tidak berbeda.
Tabel 2 Ukuran dan kerapatan struktur sekretori
Mesofil 14.5±7.2
Sel idioblas
d: 61.1±12.1
A. fuliginosa
Trikoma p: 52.4±10.5 p: 42.3±13.5
7.4±2.2 11.0±4.0
uniseriat l: 46.1±10.1 l: 34.9±6.4
Beberapa jenis tumbuhan memiliki trikoma pada sisi adaksial dan abaksial,
namun dalam beberapa kasus keberadaan trikoma lebih terbatas pada permukaan
abaksial (Cutler et al. 2007). Daun Artemisia annua L. (Asteraceae) memiliki nilai
11
kerapatan trikoma kelenjar yang lebih besar pada bagian adaksial (26.5-39.2 mm-
2
) dibanding abaksial (14.2-28.4 mm-2) (Juliarni et al. 2007). Keberadaan trikoma
kelenjar pada tumbuhan bermanfaat sebagai struktur pertahanan diri terhadap
herbivor dan patogen (Werker 2000).
Analisis Histokimia
Analisis Fitokimia
Seperti uji histokimia, uji fitokimia yang dilakukan juga bersifat kualitatif
sehingga hanya dapat mengetahui keberadaan kelompok senyawa metabolit tanpa
informasi yang lebih detil tentang jenis dan konsentrasi metabolit secara spesifik.
Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya endapan atau perubahan warna.
Semakin pekat warna yang ditimbulkan menunjukkan semakin banyak kadar
senyawa yang terkandung dalam tumbuhan. Uji fitokimia yang dilakukan dengan
metode Harborne (1987) menunjukkan bahwa semua ekstrak tumbuhan tidak
mengandung alkaloid (Tabel 4). Uji kandungan triterpenoid dan steroid dilakukan
bersamaan dalam satu plat tetes, karena kesamaan dalam bentuk glikosida.
Tumbuhan A. inulifolium memiliki kandungan triterpenoid terbanyak dibanding
tumbuhan lainnya yang ditunjukkan dengan warna merah yang dominan,
sebaliknya kandungan steroid yang dimiliki rendah. Uji steroid bernilai positif
apabila warna hijau yang terbentuk lebih dominan dibanding warna merah. Kadar
steroid terbanyak dikandung oleh T. orientalis (Gambar 7). Menurut Accra (2012),
daun T. orientalis mengandung tanin, saponin, flavonoid dan triterpenoid berupa
simiarenol, simirenone, dan trematol.
Tabel 4 Hasil uji fitokimia tumbuhan obat asal Telaga Warna
Metabolit Sekunder
Tumbuhan
Alkaloid Triterpenoid Steroid Flavonoid Fenol
T. diversifolia - ++ +++ +++ +
A. fuliginosa - + +++ +++ +++
T. orientalis - + ++++ ++ +++
A. inulifolium - ++++ ++ ++ +
Keterangan:
- : tidak mengandung senyawa +++ : banyak
+ : sedikit ++++ : sangat banyak
++ : sedang
keseluruhan bagian daun sementara hasil uji histokimia langsung diamati pada
struktur sekretori pada jaringan daun. Kandungan alkaloid memiliki proporsi lebih
rendah pada uji fitokimia dibanding uji histokimia.
Dragendrof
Mayer
Wagner
Gambar 7 Hasil uji fitokimia tumbuhan obat. Uji alkaloid (A); uji fenol (B); uji
flavonoid (C); uji triterpenoid dan steroid (D).
Analisis Penghambatan Aktivitas Bakteri
dan cendawan karena kandungan flavonoid yang dominan (Shah et al. 2011). Efek
farmakologis dari bahan alam tidak hanya ditentukan oleh satu komponen tunggal,
melainkan oleh beberapa komponen yang saling terintegrasi. Ekstrak tumbuhan
obat yang diteliti berpengaruh positif pada bakteri S. aureus (Gambar 8),
sementara pada E. coli tidak menghasilkan zona hambat sama sekali. Perbedaan
sensitivitas bakteri terhadap ekstrak tumbuhan obat disebabkan oleh perbedaan
komposisi dinding sel bakteri. Bakteri E. coli yang tergolong dalam kelompok
bakteri gram negatif memiliki lapisan dinding luar berupa membran fosfolipid
yang berisi komponen lipopolisakarida struktural. Adanya lapisan ini
menyebabkan dinding sel bakteri bersifat impermeabel terhadap senyawa
antimikrob. Bakteri gram positif S. aureus memiliki lapisan peptidoglikan yang
tebal pada dinding selnya, lapisan tersebut bukan barier yang efektif untuk
menahan difusi senyawa bioaktif. Dinding sel bakteri gram negatif lebih kompleks
dibanding bakteri gram positif, sehingga menyebabkan bakteri gram negatif lebih
resisten terhadap senyawa bioaktif dibanding bakteri gram positif (Nostro et al.
2000; Hodges 2002).
Antibiotik Cefotaxime® tergolong ke dalam kelompok Sefalosporin.
Pemilihan antibiotik dari kelompok Sefalosporin sebagai kontrol positif yang
digunakan pada penelitian ini didasarkan pada spektum penghambatannya yang
luas, yaitu dapat menghambat bakteri gram positif dan negatif. Antibiotik bekerja
dengan 2 mekanisme yaitu sebagai bakteriostatik maupun bakterisida.
Bakteriostatik dalam konsentrasi tinggi dapat menjadi bakterisida dan sebaliknya
bakterisida dalam konsentrasi rendah dapat menjadi bakteristatik (Craig 1995).
Hasil pengujian aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa ekstrak daun T.
diversifolia pada konsentrasi 100 mg/ml memiliki efektivitas paling tinggi dalam
menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus yaitu dengan indeks zona hambat
sebesar 0.74 (Tabel 5). Kemampuan penghambatan ekstrak T. diversifolia yang
tinggi terhadap S. aureus terlihat dari indeks penghambatan tumbuhan ini pada
konsentrasi 75 mg/ml (0.55) masih lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak A.
fuliginosa (0.36), T. orientalis (0.47), dan A. inulifolium (0.17) pada konsentrasi
100 mg/ml.
Tabel 5 Aktivitas penghambatan ekstrak tumbuhan obat terhadap bakteri S. aureus
+
+
2 1 2
1
3
3 4 4
_ _
+
+
1 2 1 2
3 3
4 4
_ _
Simpulan
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang tumbuhan obat asal Telaga
Warna serta komponen fitokimianya secara lebih spesifik melalui uji kuantitatif.
Ekstraksi tumbuhan obat perlu dilakukan dengan pelarut nonpolar dan semi polar
sehingga dapat diketahui keterwakilan dari masing-masing jenis pelarut terhadap
kemampuannya menarik senyawa bioaktif dalam tumbuhan.
18
DAFTAR PUSTAKA
Sass JE. 1951. Botanical Microtechnique. Iowa (US): Iowa State College Pr.
Shah G, Shri R, Panchal V, Sharma N, Singh B, Mann AS. 2011. Scientific basis
for the therapeutic use of Cymbopogon citratus stapf (lemon grass). J Adv
Pharm Technol Res. 2(1): 3-8.
Smania AJ, Cleidson V, Simone MS, Elza FAS. 2007. Screening methods to
determine antibacterial activity of natural products. Braz J Microbiol. 38:
369-380.
Suhaya DD. 2014. Efektivitas ekstrak ki pahit (Tithonia diversifolia) dan kirinyuh
(Eupatorium inulifolium) untuk pencegahan dan pengobatan penyakit
akibat infeksi Aeromonas hydrophila pada ikan lele Clarias sp. melalui
pakan [skripsi] Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Rieseberg, LH, Raymond OD, Rosenthal M, Lai KZ. Livingstone T, Nakazato JL,
Durphy AE, Schwarzbach LA, Donovan CL. 2003. Major ecological
transitions in wild sunflowers facilitated by hybridization. Science. 301:
1211-1216.
Supriatna J. 2008. Melestarikan Alam Indonesia. Jakarta (ID): Yayasan Obor
Indonesia
Tenover FC. 2006. Mechanism of antimicrobial resistance in bacteria. Am J Med.
119: S3-S10.
Wagner GJ, Wang E, Shepherd RW. 2004. New approaches for studying and
exploting an old protuberence, the plant trichome. Ann Bot. 93: 3-11.
[WHO] World Health Organization. 2014. Diarrhoea. [internet]. [Diunduh 2014
Desember 29]. Tersedia pada: http://www.who.int/topics/diarrhoea/en/.
Wiart C. 2006. Medicinal Plants of Asia and Pacific. Boca Raton (US): Taylor
and Francis Group CRC Pr.
Werker E. 2000. Trichome diversity and development. Adv Bot Res. 31: 2-10.
Zobel Am. 1985. Localizations of phenolic compounds in tannin secreting cells
from Sambuscus racemosa L. shoots. Ann Bot. 57(6): 801-810.
21
LAMPIRAN
TP
TU
T. diversifolia A. fuliginosa
TK
TP
T. orientalis A. inulifolium
Keterangan: TK (trikoma kapitat); TP (trikoma peltat); TU (trikoma uniseriat).
Bar berukuran 50 µm.
22
TP SI
TU
TP
TBK
RIWAYAT HIDUP
Fifi Kurniawan lahir di Jakarta pada 10 Juli 1992. Penulis merupakan anak
perempuan pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Jenny Mulyawan (almh)
dan Edyson. Penulis menempuh pendidikan di SMPK Mater Dei Pamulang pada
tahun 2004-2007 dan melanjutkan ke SMAN 74 Jakarta. Lulus SMA pada tahun
2010, penulis melanjutkan studi ke Institut Pertanian Bogor melalui progam
USMI. Penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Penulis melaksanakan kegiatan praktik
lapangan di Pusat Studi Satwa Primata (PSSP) LPPM IPB pada Juli-Agustus 2012
dengan topik “Pemeliharaan Kultur Sel Kanker pada Mamalia sebagai Persiapan
Uji Senyawa Bioaktif” dibawah bimbingan Dr Ibnul Qayim, MSi dan Silmi
Mariya, MSi.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai kegiatan di
antaranya Gugus Disiplin Asrama (GDA) TPB IPB pada tahun 2010, Dewan
Perwakilan Mahasiswa (DPM) FMIPA 2012/2013, unit kegiatan mahasiswa
(UKM) Persekutuan Mahasiwa Kristen serta berbagai kegiatan kepanitiaan pernah
diikuti penulis. Berberapa di antaranya panitia IPB political School, panitia Masa
Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru (MPKMB) angkatan 48, panitia
MORFOLOGI angkatan 49 serta panitia Lomba Cepat Tepat Biologi (LCTB)
tahun 2012. Selain itu dalam bidang akademik sendiri, penulis juga merupakan
asisten praktikum untuk mata kuliah Biologi Dasar, Biologi Cendawan, Anatomi
dan Morfologi Tumbuhan serta Pertumbuhan Perkembangan Tumbuhan.