Dosen Pembimbing:
Disusun Oleh:
61120103
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERISTAS BATAM
2022
Blok Gangguan Respirasi
SKENARIO 3
“AKIBAT MEROKOK”
TERMINOLOGI ASING
Darah : Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali
tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang
dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme dan
juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri
Batuk : suatu rangkaian refleks yang terdiri dari reseptor batuk, saraf aferen, pusat batuk,
saraf eferen,dan efektor. Refleks batuk tidak akan sempurna apabila salah satu unsurnya
tidak terpenuhi.
Sesak napas : Dipsnea atau sesak napas adalah gejala yang umum terlihat sebagai
perasaan nyeri karena kesulitan bernapas, napas menjadi pendek (sesak napas) dan pasien
merasa tercekik pada saat bernapas
Apeks : bagian atas atau puncak paru.
Dahak : lendir dan materi lainnya yang dibawa dari paru-paru, bronkus, dan trakea yang
mungkin dibatukkan dan dimuntahkan atau ditelan.Kata “sputum” yang dipinjam
langsung dari bahasa Latin “meludah.”Disebut juga dahak
Ronki : bunyi kontinyu seperti mengorok pada tenggorokan atau tabung bronkial, terjadi
karena obstruksi parsial (Dorland edisi 30 hal 657)
Bunyi perkusi : perbuatan mengetuk sesuatu dengan ketukan pendek dan tajam sebagai
cara untuk mengetahui keadaan yang ada dibaliknya berdasarkan suara ketukan yang
terdengar
Tekanan darah : tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri ketika darah di pompa
oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia.
Nadi : tiap saluran yang menghantarkan energi vital ke seluruh tubuh (dorland edisi 30
hal 505)
Auskultasi : mendengarkan suara di dalam tubuh, terutama untuk memastikan kondisi
organ dalam thoraks atau abdomen serta untuk mendeteksi kehamilan; dapat dilakukan
dengan telinga dengan alat bantu (direct atau immediate a.) atau dengan stetoskop
(mediate a.). (Dorland edisi 30 hal 81)
RUMUSAN MASALAH
HIPOTESA
1. Sakit dada saat batuk bisa terjadi akibat pleuritis. Pleuritis adalah kondisi ketika pleura,
dua lapisan besar jaringan tipis yang memisahkan paru-paru dari dinding dada, meradang.
Pleuritis menyebabkan nyeri, bahkan saat pengidap bernapas.
2. Warna dahak hijau atau kuning berasal dari sel darah putih yang sedang melawan
penyebab infeksi. Kemungkinan disebabkan karena Radang tenggorokan karena asam
lambung yang meningkat, iritasi karena debu, polusi, atau makanan pedas, asam atau
berminyak, Pneumonia, radang paru bisa infeksi bakteri atau virus, TB paru, Batuk
berkepanjangan.
3. Batuk lebih dari 2 bulan disebut juga batuk kronis yang terjadi akibat sering merokok,
dan bisa juga karena adanya infeksi virus atau bakteri, asma, upper airway cough
syndrome, Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), dan penyebab lainnya.
4. Hubungan riwayat merokok pasien dengan gejala yang dialaminya adalah rokok akan
menyempitkan diameter saluran napas kemudian akan mengicu peningkatan produksi
mucus, bronkokonstriksi kemudian terjadi hambatan aliran udara yang mengakibatkan
sulitnya bernafas.
SKEMA
Pasien
Usia : 30 tahun
Riwayat pekerjaan :
Wiraswasta
Diagnose Kerja :
Neoplasma paru
Diagnosa Banding:
Tuberculosis
LEARNING OBJECTIVE
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan jenis-jenis Neoplasma pada paru dan saluran
napas
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan epidemiologi Neoplasma pada paru dan
saluran napas
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan etiologi dan faktor risiko Neoplasma pada
paru dan saluran napas
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan patofisiologi Neoplasma pada paru dan
saluran napas
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan manifestasi klinis Neoplasma pada paru dan
saluran napas
6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pendekatan diagnostik dan diagnostik
banding Neoplasma paru dan saluran napas
7. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan penatalaksanaan Neoplasma pada paru dan
saluran napas secara holistik
8. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan komplikasi dan prognosis Neoplasma pada
paru dan saluran napas
9. Mahassiwa mampu memahami dan menjelaskan prognosis Neoplasma pada paru dan saluran
napas
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan jenis-jenis Neoplasma pada paru dan
saluran napas
Secara umum, kanker paru dibagi ke dalam dua jenis, yaitu NSCLC dan SCLC.
Perbedaan di antara keduanya adalah SCLC memiliki agresivitas yang lebih tinggi
dibandingkan dengan NSCLC. Secara epidemiologi, NSCLC lebih sering dijumpai, yakni
sekitar 85% dari total kasus kanker paru. Menurut klasifikasi WHO, kanker paru terdiri dari 4
tipe major sel, yaitu:
1) SCLC (small cell lung cancer), adalah karsinoma neuroendokrin derajat tinggi yang timbul
terutama pada perokok atau mantan perokok dan memiliki prognosis yang sangat buruk.
SCLC membuat sekitar 15% dari kasus kanker paru-paru. Pasien dengan SCLC biasanya
datang dengan gejala pernapasan, termasuk batuk, dyspnea (kesulitan bernapas) atau
hemoptisis (batuk darah), dengan pencitraan mengungkapkan massa paru yang terletak di
pusat dan sering melibatkan kelenjar getah bening dada besar; dua pertiga pasien memiliki
penyakit metastasis jauh pada diagnosis awal. Situs yang paling umum dari metastasis
termasuk paru-paru kontralateral, otak, hati, kelenjar adrenal dan tulang.
2) NSCLC (non-small cell lung cancer), termasuk karsinoma skuamosa dan adenokarsinoma,
adalah jenis kanker paru-paru yang paling umum. Seperti semua kanker, NSCLC dimulai
pada tingkat sel dan menyebabkan sel-sel abnormal di paru-paru berkembang biak dengan
cepat dan tidak terkendali. NSCLC adalah karsinoma, yang merupakan kanker sel yang
melapisi permukaan saluran udara paru-paru. Termasuk bronkus, bronkiolus, dan alveoli.
3) SCC (squamous cell carcinoma) adalah salah satu bentuk paling umum dari kanker kulit.
Dapat berkembang pada bagian tubuh yang mendapat banyak sinar matahari, seperti
kepala, leher, wajah, tangan dan lengan. Karsinoma sel skuamosa tidak berbahaya seperti
melanoma, tetapi dapat menyebar ke bagian tubuh lain jika tidak diobati. Setiap tahun,
beberapa orang di Australia meninggal karena SCC yang agresif.
4) LCC (large cell carcinoma), Terkadang disebut juga undifferentiated carcinomas,
merupakan jenis NSCLC yang paling jarang terjadi, terhitung 10%-15% dari seluruh kasus
kanker paru-paru. Jenis ini memiliki kecenderungan yang tinggi untuk menyebar ke limfe
(kelenjar getah bening) dan daerah yang jauh dari paru-paru.
Secara histologi, tumor dapat terbentuk berupa tipe tunggal maupun campuran.
dunia terdapat 1,1 juta kasus baru per tahun dan 0,95 juta kematian pada penderita laki - laki.
Dan 0,51 juta kasus baru per tahun dan 0,43 juta kematian pada penderita wanita.
Diperkirakan 226.160 kasus baru kanker paru di tahun 2012, terhitung sekitar 14%
dari diagnosa kanker. Tingkat kejadian telah menurun pada pria selama dua terakhir dekade,
dari tingginya 102 ( kasus per 100.000 orang ) pada tahun 1984 dan 72 ( kasus per 100.000
orang ) pada tahun 2008. Pada wanita, terjadi penurunan setelah dalam jangka panjang
meningkat secara bertahap. Dari tahun 2004 hingga 2008, kejadian kanker paru mengalami
penurunan sebesar 1,9% per tahun pada pria dan 0,3% per tahun pada perempuan.
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan etiologi dan faktor risiko Neoplasma
pada paru dan saluran napas
Secara umum penyebab kanker paru belum diketahui secara pasti, tetapi beberapa
kebiasaan merokok. Asap rokok mengandung sekitar 60 jenis karsinogen dapat menyebabkan
Etiologi kanker paru dapat dibedakan dua jenis, yaitu : faktor resiko yang dapat
dimodifikasi anatra lain polusi udara, asap rokok lingkungan, makanan, karsinogen di
lingkungan pekerjaan dan beberapa jenis penyakit paru juga sangat berpengaruh terhadap
dengan meningkatnya risiko berkembangnya kanker paru. Faktor resiko yang tidak dapat
dimodifikasi antara lain faktor genetika, jenis kelamin.
A. Faktor Genetika
Menurut penelitian adanya riwayat orang tua menderita kanker paru, makan anaknya
memiliki resiko menderita kanker paru lebih dari lima kali. Pada orang bukan perokok
namun memiliki memiliki riwayat keluarga menderita kanker paru, maka resiko menderita
kanker paru lebih besar, apabila dibandingkan dengan orang perokok tetapi tidak memiliki
B. Jenis Kelamin
Laki - laki memiliki resiko lebih besar daripada perempuan karena laki-laki memiliki
kebiasaan merokok dengan jumlah lebih besar. Setiap tahun lebih banyak orang yang
didiagnosis dengan kanker paru-paru, tetapi banyak perempuan yang hidup dengan penyakit
ini. Tingkat kasus baru pada tahun 2011 menunjukkan bahwa pria mengembangkan kanker
paru-paru lebih sering daripada wanita (64,8 dan 48,6 per 100.000 masing-masing).
C. Merokok
Lebih dari 87% penderita kanker paru adalah perokok namun hanya sekitar 20% dari
perokok yang berkembang menjadi kanker paru. Asap rokok yang di hirup secara langsung
maupun perokok pasif, mengandung zat kimia dan zat karsinogen, yang dapat merangsang
perubahan sebagian besar gen yang mengontrol homeostatis alveolar normal dan sel-sel
bronkial.
Hubungan antara merokok dengan kanker paru pada penelitian epidemiologi adalah :
jumlah rokok yang dihisap perhari, usia pada saat mulai merokok, jumlah dan lamanya tahun
merokok, jenis hisapan/kedalaman hispan rokok, kandungan tar dan nikotin dalam rokok.
D. Polusi Udara
Polusi udara yang berada di luar maupun di luar ruangan, gas buangan kendaraan
bahan dekorasi ruangan seperti formaldehid dan gas radon, mungkin juga beresiko
E. Paparan Pekerjaan
Sekitar 3% sampai 17% kanker paru disebabkan oleh paparan unsur-unsur
karsinogenik yang terdapat pada lingkungan pekerjaan. Misalnya : asebstos, kromium,
hidrokarbon polisiklik. Dari unsur tersebut yang paling sering adalah asebestos. Gas radon
yang ditemukan secara alami dalam batu, air tanah dan tanah juga dapat meningkatkan
kanker paru.
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan patofisiologi Neoplasma pada paru
dan saluran napas
Kanker paru dimulai oleh aktivitas onkogen dan inaktivasi gen supresor tumor.
Onkogen merupakan gen yang diyakinin sebagai penyebab seseorang untuk terkena kanker.
Proto-onkogen berubah menjadi onkogen jika terpapar karsinogen yang spesifik. Pada proto-
onkogen mutasi yang terjadi yaitu K-ras menyebabkan adenokarsinoma paru sampai 10-30%.
Epidermal growth factor reseptor (EFGR) mengatur proliferasi sel, apoptosis, angiogenesis,
serta invasi tumor. Berkembangnya EFGR serta mutasi sering dijumpai pada kanker paru
non-small sel sehingga menjadikan dasar terapi menggunakan penghambat EFGR.
Kerusakan kromosom menyebabkan kehilangan sifat keberagaman heterezigot,
menyebabkan inaktivasi gen supresor tumor. Kerusakan kromosom 3p, 5q, 13q dan 17p ini
paling sering menyebabkan karsinoma paru non-small sel. Gen p53 tumor supresor berada
dikromosom 17p yang didapatkan 60-75% dari kasus.
Sejumlah gen polimorfik berkaitan dengan kanker paru, termasuk gen polimorfik
yang mengkode interleukin-1, sitokrom P450, caspase-8 sebagai pencetus apoptosis serta
XRCC1 sebagai molekul DNA repair. Individu yang terdapat gen polimorfik seperti ini lebih
sering terkena kanker paru apabila terpapar zat karsinogenik.
Kemoterapi
Kemoterapi dapat diberikan sebagai modalitas neoadjuvan pada stadium dini,
atau sebagai adjuvan pasca pembedahan. Terapi adjuvan dapat diberikan pada
KPKBSK stadium IIA, IIB dan IIIA. Pada KPKBSK stadium lanjut,
kemoterapi dapat diberikan dengan tujuan pengobatan jika tampilan -25-
umum pasien baik (Karnofsky >60%; WHO 0-2). Namun, guna kemoterapi
terbesar adalah sebagai terapi paliatif pada pasien dengan stadium lanjut. Ada
beberapa jenis kemoterapi yang dapat diberikan. Lini pertama diberikan
kepada pasien yang tidak pernah menerima pengobatan kemoterapi
sebelumnya (chemo naïve). Kelompok ini terdiri dari kemoterapi
berbasisplatinum dan yang tidak mengandung platinum (obat generasi baru).
Pilihan utama obat berbasis-platinum adalah sisplatin, pilihan lainnya dengan
karboplatin. Efek samping sisplatin yang paling sering ditemukan adalah
toksisitas gastrointestinal. Pada pasien yang mengalami efek samping dengan
sisplatin, dapat diberikan karboplatin. Kemoterapi ini dapat ditoleransi dengan
lebih baik oleh pasien usia lanjut atau dengan komorbiditas berat. Untuk
karboplatin, efek samping yang paling sering berupa hematotoksisitas. Obat
kemoterapi lini pertama tidak berbasis-platinum yang dapat diberikan adalah
etoposid, gemsitabin, paklitaksel, dan vinoralbin. Kombinasi sisplatin dengan
gemsitabin memberikan angka kehidupan paling tinggi, namun respon paling
baik adalah terhadap regimen sisplatin dengan paklitaksel. Komplikasi yang
paling sering ditemukan adalah demam neutropenia atau perdarahan akibat
supresi sumsum tulang, hiponatremia atau hipomagnesemia, toksisitas ginjal,
dan neuropati perifer. Kemoterapi lini kedua diberikan kepada pasien yang
pernah mendapat kemoterapi lini pertama namun tidak memberikan respon
setelah 2 siklus, atau KPKBSK yang menjadi lebih progresif setelah
kemoterapi selesai. Obatobat kemoterapi lini kedua adalah dosetaksel dan
pemetreksed. Selain itu, dapat diberikan juga kombinasi dari dua obat tidak-
berbasis platinum. Kemoterapi lini ketiga dan seterusnya sangat tergantung
pada riwayat pengobatan sebelumnya.
9. Mahassiwa mampu memahami dan menjelaskan prognosis Neoplasma pada paru dan
saluran napas
Secara keseluruhan prognosis kanker paru buruk. Angka harapan hidup sampai 5 tahun
pasien kanker paru jenis karsinoma sel kecil dengan tahap batasan sekitar 20%, sedangkan
yang tahap ekstensif sangat buruk < 1%.
Angka harapan hidup sampai 5 tahun pasien kanker paru jenis sel karsinoma bukan sel
kecil bervariasi berdasarkan stadium, 60%-70% pasien dengan stadium I, dan < 1% pada
pasien dengan stadium IV. Rata-rata pasien kanker paru jenis sel karsinoma bukan sel kecil
yang telah bermetastase jika tidak diterapi angka harapan hidupnya 6 bulan. Saat ini harapan
hidup pasien kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil stadium dini maupun lanjut
meningkat, dari yang didapat harapan hidup pasien dengan stadium dini apabila diberikan
regimen platinum-based setelah dilakukan reseksi. Terapi target juga meningkatkan harapan
hidup pasien dengan stadium IV. Namun pada penyakit yang telah bermetastase hasilnya
masih mengecewakan.
DAFTAR PUSTAKA
Huether, Sue E. McCance, Kathryn L. Buku Ajar Patofisilogi Edisi 6 Volume 2. Indonesia:
Elsevier Inc; 2017.
Buku Respirology Edisi 3 Penerbit EGC dr. R. Darmanto Djojodibroto, Sp.P, FCCP Tahun 2020.
Malhotra J, Malyezzi M, Negri E, La Vecchia C, and Boffetta P. Risk factors for lung cancer
worldwide. European Respiratory. 2016; 48: 889-902.
Hirsch FR, Scagliotti GV, Mulshine JL, Kwon R, Curran WJ Jr, Wu YL, Paz-Ares L. Lung
cancer: current therapies and new targeted treatments. Lancet. 2017 Jan 21;389(10066):299-311
Siegel RL, Miller KD, Jemal A. Cancer Statistics, 2017. CA Cancer J Clin. 2017 Jan;67(1):7-30.
Miller KD, Siegel RL, Lin CC, Mariotto AB, Kramer JL, Rowland JH, Stein KD, Alteri R, Jemal
A. Cancer treatment and survivorship statistics, 2016. CA Cancer J Clin. 2016 Jul;66(4):271-89.
Barta JA, Powell CA, Wisnivesky JP. Global Epidemiology of Lung Cancer. Ann Glob Health.
2019 Jan 22;85(1).