Anda di halaman 1dari 24

No. ID dan Nama Peserta : dr.

Della Fergina
No. ID dan Nama Wahana: RSU Sayang Rakyat
Topik: Infected Bronchiectasis
Tanggal (kasus) : 22 November 2017
Nama Pasien : Ny.D No. RM : 06.14.49
Tanggal presentasi : Pendamping: dr. Christianto
dr. Anti Aliyah Usman
Tempat presentasi: Ruang Pertemuan RSU Sayang Rakyat
Obyek presentasi : Anggota Komite Medik, Petugas Kesehatan, dan Dokter Internsip RSU
Sayang Rakyat
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi:
Seorang wanita usia 62 tahun dibawa oleh keluarganya ke UGD dengan keluhan batuk sejak 2
minggu yang lalu,lender (+) warna hijau,penurunan berat badan ada,menurut keluarga semenjak
batuk pasien malas makan.Demam,keringat malam,mual,dan muntah disangkal
BAK : Lancar, Kuning.
BAB : Lancar
Tujuan: menegakkan diagnosis bronkiektasis dan pengobatannya.
Bahan Tinjauan Riset Kasus Audit
bahasan: pustaka
Cara Diskusi Presentasi dan E-mail Pos
membahas: diskusi

Data Pasien: Nama: Ny. D No.Registrasi: 06.14.49


Nama klinik RSU Sayang Rakyat
Data utama untuk bahan diskusi:
Diagnosis/gambaran klinis: Seorang wanita usia 62 tahun dibawa oleh keluarganya ke UGD
dengan keluhan batuk sejak 2 minggu yang lalu,lendir (+) warna hijau,penurunan berat badan

1
ada,menurut keluarga semenjak batuk pasien malas makan.Demam disangkal, keringat malam
disangkal
BAK : Lancar, Kuning.
BAB : Lancar
1. Pemeriksaan fisis: TD: 130/90 mmHg, N: 120 x/mnt, P: 26 x/mnt, S: 38,7 ºC.
2. Riwayat pengobatan: Disangkal
3. Riwayat kesehatan/penyakit sebelumnya: Pasien tidak pernah mengalami batuk
lama,penurunan berat badan,keringat malam dan tidak pernah menjalani pengobatan 6
bulan.
4. Riwayat keluarga: Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien.
Tidak ada keluarga yang sedang menjalani pengobatan 6 bulan.
5. Riwaya t pekerjaan: -
6. Lain-lain: -
Daftar Pustaka:

Hasil pembelajaran:
1. Kriteria Diagnosis Brokiektasis.
2. Penanganan bronkiektasis.

Rangkuman hasil pembelajaran portofolio:

1. Subyektif:
Diagnosis/gambaran klinis: Seorang wanita usia 62 tahun dibawa oleh keluarganya ke
UGD dengan keluhan batuk sejak 2 minggu yang lalu,lendir (+) warna hijau,penurunan
berat badan ada,menurut keluarga semenjak batuk pasien malas makan.Demam
disangkal, keringat malam disangkal
2. Obyektif:
Dari hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan di IRD diperoleh:
 Status Vitalis:
TD: 130/90 mmHg, N: 120 x/mnt, P: 26 x/mnt, S: 38,7 ºC.

2
BB : 50 kg
 Status Neurologis:
GCS 15 : E4 M6 V5
FKL : kesan dbn.
RM : Kaku kuduk (-), Kernick Sign (-)/(-)
N. Cr : kedua pupil bulat isokor ki=ka,  uk 0,25 cm/0,25 cm. RCL (+)/(+).
RCTL (+)/(+)
Motorik:
K = N/N T = N/N Rf = N/N Rp = -/-
N/N N/N N/N -/-

Sensorik: kesan dbn


SSO : kesan dbn

 Status Internus:
Kepala : Anemis (-)/(-), Ikterus (-)/(-)
Leher : Deviasi trachea (-)
Dada :
Inpeksi : Simetris Ka=Ki, retraksi (-)/(-)
Palpasi : VF Ka=Ki, NT (-), MT (-)
Perkusi : Sonor Ka=Ki
Auskultasi : BP: vesikuler, Wh (-)/(-), Rh (+)/(+).
Jantung : dalam Batas normal
Abdomen :
Inspeksi : Kesan datar ikut gerak napas.
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
Palpasi : NT (-), Hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Tympani
Ekstremitas : dalam batas normal
Genitalia : dalam batas normal

3
 Chest X Ray

Kesan : Infected Bronchiectasis


3. Assesment:
 Bronkiektasis
Definisi
Bronkiektasis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya dilatasi
bronkus yang bersifat patologis dan berlangsung kronik. Dilatasi tersebut
menyebabkan berkurangnya aliran udara dari dan ke paru-paru. Dengan alasan
ini, bronkiektasis digolongkan dalam penyakit paru obstruktif kronik, yang
bermanifestasi sebagai peradangan saluran pernafasan dan mudah kolaps, lalu
menyebabkan obstruksi aliran udara dan menimbulkan sesak, gangguan pembersihan
mukus yang biasanya disertai dengan batuk dan kadang-kadang hemoptisis. 1,2,3

Bronkiektasis paling banyak bermanifestasi sebagai:

 Proses fokal yang melibatkan satu lobus segmen atau sub-segmen paru, atau

 Proses yang bersifat difus dan melibatkan kedua paru

4
 Proses pertama adalah yang umum terjadi, sedangkan proses kedua
biasanya berkaitan dengan penyakit sistemik dan/atau penyakit sinopulmoner
dan asma. 1
Bronkiektasis merupakan akibat dari proses patologis yang berlangsung luas
dan lama, termasuk kelainan srtuktur bronkus (Defisiensi kartilago pada William
Campbell Syndrome), penyakit akibat penimbunan mukus (Fibrosis kistik,
kelainan fungsi silia), akibat infeksi (Pneumonia yang berat pada anak, defisiensi
imunoglobulin) dan penyakit inflamasi (Kolitis ulceratif). Pada kebanyakan
kasus, infeksi merupakan penyebab tersering dari inflamasi, kerusakan dan
remodelling jalan nafas. 2

Dalam keadaan normal, dinding bronkus terbuat dari beberapa lapisan


yang ketebalan dan komposisinya bervariasi pada setiap bagian dari saluran
pernapasan. Lapisan dalam (mukosa) dan daerah dibawahnya (submukosa)
mengandung sel-sel yang melindungi saluran pernafasan dan paru-paru dari zat- zat
yang berbahaya. Sel-sel ini terdiri dari:

 Sel penghasil lendir


 Sel bersilia, yang memiliki rambut getar untuk membantu menyapu
partikel- partikel dan lendir ke bagian atas atau keluar dari saluran
pernafasan.
 Sel-sel lainnya yang berperan dalam kekebalan dan sistem pertahanan
tubuh melawan organisme dan zat-zat yang berbahaya lainnya.
Struktur saluran pernafasan dibentuk oleh serat elastis, otot dan lapisan
kartilago (tulang rawan), yang memungkinkan bervariasinya diameter saluran
pernafasan sesuai kebutuhan. Pembuluh darah dan jaringan limfoid berfungsi sebagai
pemberi zat makanan dan sistem pertahanan untuk dinding bronkus. 4

Insidensi

Angka kejadian yang sebenarnya dari bronkiektasis tidak diketahui pasti. Di


negara-negara Barat, insidens bronkiektasis diperkirakan sebanyak 1,3% diantara

5
populasi. Insidens bronkiektasis cenderung menurun dengan adanya kemajuan
pengobatan antibiotika. Akan tetapi perlu di ingat bahwa insidens ini juga
dipengaruhi oleh kebiasaan merokok, polusi udara dan kelainan kongenital.5,6
Di Indonesia belum ada laporan tentang angka-angka yang pasti mengenai
penyakit ini. Kenyataannya penyakit ini cukup sering ditemukan di klinik-klinik dan
diderita oleh laki-laki maupun wanita. Penyakit ini dapat diderita mulai sejak anak
bahkan dapat berupa kelainan kongenital. 5,6,7

Epidemiologi

Bronkiektasis merupakan penyebab kematian yang amat penting pada negara-


negara berkembang. Di negara-negara maju seperti AS, bronkiektasis mengalami
penurunan seiring dengan kemajuan pengobatan. Prevalensi bronkiektasis lebih
tinggi pada penduduk dengan golongan sosioekonomi yang rendah. 1,5

Etiologi
Etiologi bronkiektasis sampai sekarang masih belum jelas. Namun diduga
bronkiektasis dapat timbul secara kongenital maupun didapat. 6
a. Kelainan kongenital
Dalam hal ini, bronkiektasis terjadi sejak individu masih dalam kandungan.
Faktor genetik atau faktor pertumbuhan dan perkembangan memegang peranan
penting. Bronkiektasis yang timbul kongenital biasanya mengenai hampir seluruh
cabang bronkus pada satu atau kedua bronkus. Selain itu, bronkiektasis kongenital
biasanya menyertai penyakit-penyakit kongenital seperti Fibrosis kistik, Sindroma
Kertagener, William Campbell syndrome, Mounier-Kuhn syndrome, dll.1,2,3,5,6,7
b. Kelainan didapat
Bronkiektasis sering merupakan kelainan didapat dan kebanyakan merupakan
proses berikut:
 Infeksi
o Campak
o Pertusis

6
o Infeksi adenovirus
o Infeksi bakteri contohnya Klebsiella, Staphylococcus atau Pseudomonas.
o Influenza
o Tuberkulosa
o Infeksi mikoplasma1,2,3,4,5,6,8,9
 Penyumbatan bronkus
o Benda asing yang terisap
o Pembesaran kelenjar getah bening
o Tumor paru
o Sumbatan oleh lendir1,2,3,4,5,6,8,9

 Cedera penghirupan
o Cedera karena asap, gas atau partikel beracun
o Menghirup getah lambung dan partikel makanan 1,2,3,4

 Kelainan imunologik
 Sindroma kekurangan immunoglobulin
 Disfungsi sel darah putih
 Defisiensi komplemen
 Infeksi HIV
 Kelainan autoimun atau hiperimun tertentu seperti artritis rematoid,
kolitis ulcerativa1,2,3,4,5
 Keadaan lain
 Penyalahgunaan obat (misalnya heroin) 4
Anatomi
Gambar dibawah ini menunjukkan anatomi dari sistem respirasi.

7
Gambar1. Anatomi Bronkus. (dikutip dari kepustakaan18)

Dari gambar dapat kita lihat bahwa cabang utama bronkus kanan dan kiri akan
bercabang menjadi bronkus lobaris dan bronkus segmentalis. Percabangan ini
berjalan terus-menerus menjadi bronkus yang ukurannya semakin kecil sampai
akhirnya menjadi bronkiolus terminalis, yaitu bronkiolus yang tidak mengandung
alveoli. Bronkiolus terminalis mempunyai diameter kurang lebih 1 mm. Bronkiolus
tidak diperkuat oleh kartilago tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya
dapat berubah. Seluruh saluran udara sampai pada tingkat ini disebut saluran
penghantar udara karena fungsinya menghantarkan udara ke tempat pertukaran gas
terjadi. 9
Setelah bronkiolus terdapat asinus yang merupakan unit fungsional dari
paru-paru. Asinus terdiri atas bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris dan sakkus
alveolaris terminalis. Asinus atau kadang disebut lobulus primer memiliki diameter
0,5 sampai 1 cm. Terdapat sekitar 23 percabangan mulai dari trakea sampai sakkus
alveolaris terminalis. Alveolus dipisahkan dari alveolus di dekatnya oleh septum.
Lubang pada dinding ini dinamakan pori-pori Ko

8
hn yang memungkinkan komunikasi antara sakkus. Alveolus hanya selapis sel saja,
namun jika seluruh alveolus yang berjumlah sekitar 300 juta itu dibentangkan akan
seluas satu lapangan tennis.9
Alveolus pada hakikatnya merupakan gelembung yang dikelilingi oleh
kapiler-kapiler darah. Batas antara cairan dengan gas akan membentuk suatu
tegangan permukaan yang cenderung mencegah ekspansi pada saat inspirasi dan
cenderung kolaps saat ekspirasi. Di sinilah letak peranan surfaktan sebagai
lipoprotein yang mengurangi tegangan permukaan dan mengurangi resistensi saat
inspirasi sekaligus mencegah kolaps saat ekspirasi.9
Pembentukan surfaktan oleh sel pembatas alveolus dipengaruhi oleh kematangan
sel-sel alveolus, enzim biosintetik utamanya alfa anti tripsin, kecepatan regenerasi,
ventilasi yang adekuat serta perfusi ke dinding alveolus. Defisiensi surfaktan, enzim
biosintesis serta mekanisme inflamasi yang berjung pada pelepasan produk yang
mempengaruhi elastisitas paru menjadi dasar patogenesis emphysema, dan penyakit
lainnya.9

Bronkus merupakan percabangan dari trachea. Terdiri dari bronkus dextra dan
bronchus sinistra.
a. Bronkus Dextra, mempunyai bentuk yang lebih besar, lebih pendek dan
letaknya lebih vertikal daripada bronkus sinistra. Hal ini disebabkan oleh desakan
dari arcus aortae pada ujung caudal trachea ke arah kanan, sehingga benda-
benda asing mudah masuk ke dalam bronkus dextra.
Panjangnya kira-kira 2,5 cm dan masuk kedalam hilus pulmonis setinggi
vertebra thoracalis VI. Vena Azygos melengkung di sebelah
cranialnya.
Ateria pulmonalis pada mulanya berada di sebelah inferior, kemudian
berada di sebelah ventralnya.
Membentuk tiga cabang (bronkus sekunder), masing-masing menuju ke lobus
superior, lobus medius, dan lobus inferior.

9
Bronkus sekunder yang menuju ke ke lobus superior letaknya di sebelah cranial
a.pulmonalis dan disebut bronkus eparterialis. Cabang bronkus yang menuju ke
lobus medius dan lobus inferior berada di sebelah caudal a.pulmonalis disebut
bronkus hyparterialis. Selanjutnya bronkus sekunder tersebut mempercabangkan
bronkus tertier yang menuju ke segmen pulmo.10
b. Bronkus Sinistra, mempunyai diameter yang lebih kecil, tetapi bentuknya lebih
panjang daripada bronkus dextra. Berada di sebelah caudal arcus aortae, menyilang
di sebelah ventral oesophagus, ductus thoracicus, dan aorta thoracalis.
Pada mulanya berada di sebelah superior arteri pulmonalis, lalu di sebelah
dorsalnya dan akhirnya berada di sebelah inferiornya sebelum bronkus bercabang
menuju ke lobus superior dan lobus inferior, disebut letak bronkus hyparterialis.
Pada tepi lateral batas trachea dan bronkus terdapat lymphonodus
tracheobronchialis superior dan pada bifurcatio trachea (di sebelah caudal) terdapat
lymphonodus tracheobronchialis inferior.10
Bronkus memperoleh vascularisasi dari a.thyroidea inferior. Innervasinya
berasal dari N.vagus, n. Recurrens, dan truncus sympathicus.10

Patofisiologi

Berdasarkan defenisinya, bronkiektasis menggambarkan suatu keadaan


dimana terjadi dilatasi bronkus yang ireversibel (> 2 mm dalam diameter) yang
merupakan akibat dari destruksi komponen muskular dan elastis pada dinding
bronkus. Rusaknya kedua komponen tersebut adalah akibat dari suatu proses
infeksi, dan juga oleh pengaruh cytokine inflamasi, nitrit okside dan netrophilic
protease yang dilepaskan oleh system imun tubuh sebagai respon terhadap antigen.
5

Bronkiektasis dapat terjadi pada kerusakan secara langsung dari dinding


bronkus atau secara tidak langsung dari intervensi pada pertahanan normal jalan
nafas. Pertahanan jalan nafas terdiri dari silia yang berukuran kecil pada jalan nafas.
Silia tersebut bergerak berulang-ulang, memindahkan cairan berupa mukus yang

10
normal melapisi jalan nafas. Partikel yang berbahaya dan bakteri yang
terperangkap pada lapisan mukus tersebut akan dipindahkan naik ke tenggorokan
dan kemudian batukkan keluar atau tertelan. 3
Terlepas dari apakah kerusakan tersebut diakibatkan secara langsung
atau tidak langsung, daerah dinding bronkus mengalami kerusakan dan menjadi
inflamasi yang kronik. Bronkus yang mengalami inflamasi akan kehilangan
keelastisannya, sehingga bronkus akan menjadi lebar dan lembek serta membentuk
kantung atau saccus yang menyerupai balon yang kecil. Inflamasi juga
meningkatkan sekresi mukus. Karena sel yang bersilia mengalami kerusakan,
sekret yang dihasilkan akan menumpuk dan memenuhi jalan nafas dan menjadi
tempat berkembangnya bakteri. Yang pada akhirnya bakteri-bakteri tersebut akan
merusak dinding bronkus, sehingga menjadi lingkaran setan antara infeksi dan
kerusakan jalan nafas. 3

Gambar2: Pada bronkiektasis, produksi mukus meningkat, silia mengalami


kerusakandan daerah bronkus mengalami inflamasi kronik dan mengalami
kerusakan.(dikutip dari kepustakaan 3)

Diagnosis
a.Gambaran Klinis
Manifestasi klasik dari bronkiektasis adalah batuk dan produksi sputum
harian yang mukopurulen sering berlangsung bulanan sampai tahunan. Sputum
yang bercampur darah atau hemoptisis dapat menjadi akibat dari kerusakan jalan
nafas dengan infeksi akut. 1
Variasi yang jarang dari bronkiektasis kering yakni hemoptisis episodik
dengan sedikit atau tanpa produksi sputum. Bronkiektasis kering biasanya

11
merupakan sekuele (gejala sisa) dari tuberculosis dan biasanya ditemukan pada
lobus atas. 1
Gejala spesifik yang jarang ditemukan antara lain dyspnea, nyeri dada
pleuritik, wheezing, demam, mudah lelah dan berat badan menurun. Pasien relatif
mengalami episode berulang dari bronkitis atau infeksi paru, yang merupakan
eksaserbasi dari bronkiektasis dan sering membutuhkan antibiotik. Infeksi bakteri
yang akut ini sering diperberat dengan onsetnya oleh peningkatan produksi
sputum yang berlebihan, peningkatan kekentalan sputum, dan kadang-kadang
disertai dengan sputum yang berbau. 1
Batuk kronik yang produktif merupakan gejala yang menonjol. Terjadi
hampir 90% pasien. Beberapa pasien hanya menghasilkan sputum dengan infeksi
saluran pernafasan atas yang akut. Tetapi sebaliknya, pasien-pasien itu mengalami
infeksi yang diam. Sputum yang dihasilkan dapat berbagai macam, tergantung
berat ringannya penyakit dan ada tidaknya infeksi sekunder. Sputum dapat berupa
mukoid, mukopurulen, kental dan purulen. Jika terjadi infeksi berulang, sputum
menjadi purulen dengan bau yang tidak sedap. Dahulu, jumlah total sputum harian
digunakan untuk membagi karakteristik berat ringannya bronkiektasis. Sputum
yang kurang dari 10 ml digolongkan sebagai bronkiektasis ringan, sputum dengan
jumlah 10-150 ml perhari digolongkan sebagai bronkiektasis moderat dan sputum
lebih dari 150 ml digolongkan sebagai bronkiektasis berat. Namun sekarang, berat
ringannya bronkiektasis dikalsifikasikan berdasarkan temuan radiologis. Pada
pasien fibrosis kistik, volume sputum pada umumnya lebih banyak dibanding
penyakit penyebab bronkiektasis lainnya. 1,2,5,8
Hemoptisis terjadi pada 56-92% pasien dengan bronkiektasis. Homoptisis
mungkin terjadi masif dan berbahaya bila terjadi perdarahan pada arteri bronkial.
Hemoptisis biasanya terjadi pada bronkiektasis kering, walaupun angka kejadian
dari bronkiektasis tipe ini jarang ditemukan. 1,2
Dyspnea terjadi pada kurang lebih 72% pasien bronkiektasis tapi bukan
merupakan temuan yang universal. Biasanya terjadi pada pasien dengan
bronkiektasis luas yang terlihat pada gambaran radiologisnya. 1,2

12
Wheezing sering dilaporkan dan mungkin akibat obstruksi jalan nafas yang
diikuti oleh destruksi dari cabang bronkus. Seperti dyspnea, ini juga mungkin
merupakan kondisi yang mengiringi, seperti asma. 1,2
Nyeri dada pleuritik kadang-kadang ditemukan, terjadi pada 46% pasien
pada sekali observasi. Paling sering merupakan akibat sekunder pada batuk
kronik, tetapi juga terjadi pada eksaserbasi akut. 1,2
Penurunan berat badan sering terjadi pada pasien dengan bronkiektasi yang
berat. Hal ini terjadi sekunder akibat peningkatan kebutuhan kalori berkaitan
dengan peningkatan kerja pada batuk dan pembersihan sekret pada jalan nafas.
Namun, pada umumnya semua penyakit kronik disertai dengan penurunan berat
badan. 1Demam biasanya terjadi akibat infeksi yang berulang.1

b.Gambaran Radiologis
- Foto thorax
Dengan pemeriksaan foto thoraks, maka pada bronkiektasis dapat ditemukan
gambaran seperti dibawah ini:

 Ring shadow

Terdapat bayangan seperti cincin dengan berbagai ukuran (dapat mencapai


diameter 1 cm). dengan jumlah satu atau lebih bayangan cincin sehingga
membentuk gambaran ‘honeycomb appearance’ atau ‘bounches of grapes’.
Bayangan cincin tersebut menunjukkan kelainan yang terjadi pada bronkus.
11,12,13,14

13
Gambar3. Tampak Ring Shadow yang Gambar4. Tampak dilatasi bronkus
pada bagian bawah paru yang yang ditunjukkan oleh anak
menandakanadanyadilatasi bonkus panah(dikutipdari kepustakaan 1)
(dikutip dari kepustakaan 13)

14
Gambar5. Tampak Ring Shadow yang
menandakan adanya dilatasi bonkus
(dikutip dari kepustakaan 13)

 Tramline shadow
Gambaran ini dapat terlihat pada bagian perifer paru-paru. Bayangan ini
terlihat terdiri atas dua garis paralel yang putih dan tebal yang dipisahkan oleh daerah
berwarna hitam. Gambaran seperti ini sebenarnya normal ditemukan pada daerah
parahilus. Tramline shadow yang sebenarnya terlihat lebih tebal dan bukan pada
daerah parahilus. 11,12,13,14

Gambar6.Tramline shadow
terlihat diantara bayangan
jantung (dikutip dari
kepustakaan 13)

 Tubular shadow

15
Ini merupakan bayangan yang putih dan tebal. Lebarnya dapat mencapai 8 mm.
gambaran ini sebenarnya menunjukkan bronkus yang penuh dengan sekret.
Gambaran ini jarang ditemukan, namun gambaran ini khas untuk bronkiektasis. 11,13

 Glove finger shadow


Gambaran ini menunjukkan bayangan sekelompok tubulus yang terlihat seperti jari-
jari pada sarung tangan. 11,13
- Bronkografi
Bronkografi merupakan pemeriksaan foto dengan pengisian media kontras ke
dalam sistem saluran bronkus pada berbagai posisi (AP, Lateral, Oblik). Pemeriksaan
ini selain dapat menentukan adanya bronkiektasis, juga dapat menentukan bentuk-
bentuk bronkiektasis yang dibedakan dalam bentuk silindris (tubulus, fusiformis),
sakuler (kistik) dan varikosis. 12,13

16
Pemeriksaan bronkografi juga dilakukan pada penderita bronkiektasis yang akan di
lakukan pembedahan pengangkatan untuk menentukan luasnya paru yang
mengalami bronkiektasis yang akan diangkat. 12
Pemeriksaan bronkografi saat ini mulai jarang dilakukan oleh karena
prosedurnya yang kurang menyenangkan terutama bagi pasien dengan gangguan
ventilasi, alergi dan reaksi tubuh terhadap kontras media. 5

- CT-Scan thorax

17
Gambar8. CT-Scan Thorax
menunjukkan adanya dilatasi
bronkuspada lobus inferior kiri.
(dikutip dari kepustakaan 15)

CT-Scan dengan resolusi tinggi menjadi pemeriksaan penunjang terbaik untuk


mendiagnosis bronkiektasis, mengklarifikasi temuan dari foto thorax dan melihat
letak kelainan jalan nafas yang tidak dapat terlihat pada foto polos thorax. CT-Scan
resolusi tinggi mempunyai sensitivitas sebesar 97% dan spesifisitas sebesar
93%.2,8,14
CT-Scan resolusi tinggi akan memperlihatkan dilatasi bronkus dan penebalan
dinding bronkus. Modalitas ini juga mampu mengetahui lobus mana yang terkena,
terutama penting untuk menentukan apakah diperlukan pembedahan.14

c. Patologi Anatomi
Terdapat berbagai variasi bronkiektasis, baik mengenai jumlah atau luasnya
bronkus yang terkena maupun beratnya penyakit. 6

Perubahan morfologis bronkus yang terkena


a. Dinding bronkus
Dinding bronkus yang terkena dapat mengalami perubahan berupa proses inflamasi
yang sifatnya destruktif dan ireversibel. Pada pemeriksaan patologi anatomi sering
ditemukan berbagai tingkatan keaktifan proses inflamasi serta terdapat proses

18
fibrosis. Jaringan bronkus yang mengalami kerusakan selain otot-otot polos
bronkus juga elemen-elemen elastis. 6
b. Mukosa bronkus
Mukosa bronkus permukaannya menjadi abnormal, silia pada sel epitel
menghilang, terjadi perubahan metaplasia skuamosa, dan terjadi sebukan hebat sel-
sel inflamasi. Apabila terjadi eksaserbasi infeksi akut, pada mukosa akan terjadi
pengelupasan, ulserasi, dan pernanahan. 6
c. Jaringan paru peribronkial
Pada parenkim paru peribronkial dapat ditemukan kelainan antara lain berupa
pneumonia, fibrosis paru atau pleuritis apabila prosesnya dekat pleura. Pada
keadaan yang berat, jaringan paru distal bronkiektasis akan diganti jaringan fibrotik
dengan kista-kista berisi nanah. 6

Variasi kelainan anatomi bronkiektasis

Pada tahun 1950, Reid mengkasifikasikan bronkiektasis sebagai berikut :


a. Bentuk tabung (tubular, cylindrical, fusiform bronchiectasis)
Variasi ini merupakan bronkiektasis yang paling ringan. Bentuk ini sering
ditemukan pada bronkiektasis yang menyertai bronkitis kronik. 1,5,6

b. Bentuk kantong (saccular bronkiektasis)


Merupakan bentuk bronkiektasis yang klasik, ditandai dengan adanya dilatasi dan
penyempitan bronkus yang bersifat ireguler. Bentuk ini kadang-kadang berbentuk
kista. 1,5,6
c. Varicose bronkiektasis
Bentuknya merupakan bentuk antara diantara bentuk tabung dan kantong. Istilah
ini digunakan karena perubahan bentuk bronkus yang menyerupai varises
pembuluh vena. 1,5,6

19
Diagnosa Banding4,6
Fibrosis Kistik
Kelainan yang ditemukan dapat bervariasi dari pasien yang satu ke pasien
yang lain, namun banyak individu yang memiliki gambaran radiografi yang
memperlihatkan bronkiektasis kronis disertai fibrosis kistik yang meliputi:
hiperinflasi, penebalan dan dilatasi bronkus, peribronkial cuffing, mucoid
impaction, kistik radiolusen, peningkatan tanda interstisial dan penyebaran nodul-
nodul.

Pengobatan
Pengobatan pasien bronkiektasis terdiri atas 2 kelompok, yaitu :
 Pengobatan konservatif 6
 Pengelolaan umum, meliputi
a. Menciptakan lingkungan yang baik dan tepat bagi pasien
b. Memperbaiki drainase sekret bronkus
c. Mengontrol infeksi saluran napas, misalnya dengan pemberian antibiotik.
 Pengelolaan khusus
a. Kemoterapi pada bronkiektasis
b. Drainase sekret dengan bronkoskopi
 Pengobatan simtomatik
a. Pengobatan obstruksi bronkus, misalnya dengan obat bronkodilator.
b. Pengobatan hipoksia, dengan pemberaian oksigen.
c. Pengobatan Hemoptisis misalnya dengan obat-obat hemostatik.
d. Pengobatan demam, dengan pemberian antibiotik dan antipiretik.

 Pengobatan Pembedahan

Tujuan pembedahan adalah untuk mengangkat (reseksi) segmen atau lobus yang
terkena. Indikasinya pada pasien bronkiektasis yang terbatas dan resektabel, yang

20
tidak berespon terhadap tindakan-tindakan konservatif yang adekuat, selain itu juga
pada pasien bronkiektasis terbatas, tetapi sering mengalami infeksi berulang atau
hemoptisis yang berasal dari daerah tersebut. Pasien dengan hemoptisis masif
seperti ini mutlak perlu tindakan operasi.6

Prognosis

a. Kelangsungan Hidup

Prognosis pasien bronkiektasis tergantung pada berat-ringannya serta


luasnya penyakit waktu pasien berobat pertama kali. Pemilihan pengobatan
secara tepat (konservatif atau pembedahan) dapat memperbaiki prognosis
penyakit.
Pada kasus-kasus yang berat dan tidak diobati, prognosisnya jelek,
survivalnya tidak akan lebih dari 5-15 tahun. Kematian pasien tersebut
biasanya karena pneumonia, empiema, payah jantung kanan, hemoptisis dan
lain-lain. Pada kasus-kasus tanpa komplikasi bronkitis kronik berat dan difus
biasanya disabilitasnya ringan. 4,6
b. Kelangsungan Organ
Kelainan pada bronkiektasis biasanya mengenai bronkus dengan ukuran
sedang. Adanya peradangan dapat menyebabkan destruksi lapisan muscular
dan elastic dari bronkus serta dapat pula menyebabkan kerusakan daerah peri
bronchial. Kerusakan ini biasanya akan menyebabkan timbulnya daerah
fibrosis terutama pada daerah peribronkial. 6
Diagnosis Sementara/Diagnosis Kerja
- Bronkektasis
1 Plan:
 Pemeriksaan Penunjang
Darah rutin, urin rutin
 Penatalaksanaan
Bronkiektasis
 IVFD RL 28 TPM

21
 Ceftriaksone 2 gr24 jam/iv Skin Test
 Azitromisin 1 dd 1/oral
 Ambroxol 3 dd 1/oral
2 Implementation
Pengobatan:
Tgl/Jam Perjalanan Penyakit Terapi
22/11/17 A/ R/
09.15 Assesment di IRD dengan Ds/  IVFD RL 30 TPM
 Bronkientasis  Ambroxol 3 dd1/oral
 Ceftriaksone 2 gr24 jam/iv
Skin Test
 Azitromisin 500 mg 1 dd
1/oral
22/11/17 A/ R/
17.00 Ds/  IVFD RL 30 TPM
 Bronkientasis  Ambroxol 3 dd1/oral
 Ceftriaksone 2 gr24 jam/iv
Skin Test
 Azitromisin 500 mg 1 dd
1/oral
 Furosemide 1 amp/12j/iv
23/11/17 A/ R/
08.45 Ds/  IVFD RL 30 TPM
 Bronkientasis  Ambroxol 3 dd1/oral
 Ceftriaksone 2 gr24 jam/iv
Skin Test
 Azitromisin 500 mg 1 dd
1/oral
 Furosemide 1 amp/12j/iv
 N Acetylsystein 3 dd 1/oral
3 Evaluation

22
 Prognosis
Prognosis bronkiektasis baik dan tidak menyebabkan kematian jika penanggulangan
dilakukan dengan tepat dan cepat.
 Pendidikan:
Dokter menjelaskan prognosis dari pasien, serta komplikasi yang mungkin terjadi.
 Konsultasi:
Dijelaskan adanya konsultasi dengan spesialis penyakit dalam untuk penanganan
lebih lanjut.
 Rujukan:
Diperlukan jika terjadi komplikasi serius yang harusnya ditangani di rumah sakit
dengan sarana dan prasarana yang lebih memadai.

Makassar, 24 Juni 2016

Peserta Peserta

dr Della Fergina dr Nurul Hikmah

Pendamping

dr Christianto M

23
24

Anda mungkin juga menyukai