Anda di halaman 1dari 9

LBM 2

1. Kenapa didapatkan ronki basah dilobus bawah paru kanan dan hilang saat
batuk?
secara anatomi morfologi bronchus principalis dektra lebih lebar, lebih pendek dan lebih
vertical dari di bandingkan bronchus principalis sinistra dan panjangnya kurang lebih 2,5 cm.
Secara fisiologi lobus paru bagian bawah pertukaran udara bisa terjadi sehingga akan
mempangaruhi kecepatan masuk udara pada lobus bagian bawah.

Sumber : Guyton & hall. 2008. Fisiologi kedokteran. Edisi 11. jakarta : EGC

2. Patofisiologi dari keluhan pasien

Sumber : Sumber : Prof. Dr. H. Tabrani Rab. 2010. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta : Trans
Info Media
3. Apa interpretasi dengan didapatkannya hipervascularisasi ?
4. Mengapa pada pasien didahului oleh batuk pilek?
5. Mengapa keluhan tidak berkurang walaupun penderita sudah berobat?
Mengapa dokter memberikan obat antibiotik dan obat penurun panas?
6. Etiologi dari skenario
Sumber :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39725/4/Chapter%20II.pdf
7. Apa saja klasifikasi batuk dan penyebab batuk dan ronki (mengi)?

Klasifikasi berdasarkan durasi


Akut, yaitu batuk yang terjadi kurang dari 3 minggu

Sub akut, batuk yang terjadi selama 3-8 minggu

Kronis, batuk yang berlangsung lebih dari 8 minggu


Durasi batuk bisa untuk memprediksi penyebabnya

Batukakut(< 3 minggu)
Penyebab tersering adalah:
ISPA (especially the common cold, acute bacterial

sinusitis, dan pertussis),


Namun bisa juga karena pneumonia, pulmonary
embolus, atau congestive heart failure

Batuksub akut(3-8 minggu)


Jika batuk terjadi setelah kejadian ISPA yang tidak terkomplikasi pneumonia (chest X-ray
normal) postinfectius cough

Jika pasien melaporkan adanya post-nasal drip, diatasi dengan obat common cold, tetapi
batuk masih bertahan dugaan sinusitis bakterial

Jika ada wheezes, ronchi cough variant asthma


Batukkronis(> 8 minggu)
Pada perokok : mungkin disebabkan oleh COPD atau bronchogenic carcinoma

Pada non-perokok yang hasil foto thorax-nya normal dan tidak sedang menggunakan ACE
inhibitor, penyebab yang mungkin : postnasal drip, asthma, dan gastroesophageal reflux.
Klasifikasi berdasarkan tanda klinis
Batuk kering → seringkali sangat menganggu, tidak dimaksudkan untuk membersihkan
saluran nafas pada kondisi tertentu berbahaya (pasca operasi) →perlu ditekan

Batuk kering terjadi apabila tidak ada sekresi saluran nafas, iritasi pada tenggorokan,
sehingga timbul rasa sakit.
BatukBerdahak→Yaitu batuk yang terjadi karena adanya dahak pada tenggorokan.

Batuk berdahak lebih sering terjadi pada saluran nafas yang peka terhadap paparan debu,
lembab berlebih dan sebagainya.

Batuk berdahak→ mekanisme pengeluaran sekret atau benda asing disaluran


nafas→Sebaiknya tidak ditekan

Ronki basah yaitu di sebabakan oleh infeksi atau adanya akumulasi cairan

 Ronki basah Kasar à bronkitis


 Ronki basah Sedang à bronkopneumonia
 Ronki basah halus à pneumonia

Rongki kering yaitu sering menunjukan adanya fibrosis paru atau adanya mukus yang
menempel pada dinding bronkus

Sumber : Dr. R. Darmanto Djojodibroto, Sp.P, FCCP. 2001. Repirologi (respiratory


medicine). Jakarta : EGC & Patrick Davey. 2005. At a glance medicine. Jakarta : 2005

8. Apa manifestasi klinis dari skenario? Apa pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang?
Gejala umum bronkitis akut maupun bronkitis kronik adalah:
1. Batuk dan produksi sputum adalah gejala yang paling umum
biasanya terjadi setiap hari. Intensitas batuk, jumlah dan
frekuensi produksi sputum bervariasi dari pasien ke pasien.
Dahak berwarna yang bening, putih atau hijau-kekuningan.
2. Dyspnea (sesak napas) secara bertahap meningkat dengan
tingkat keparahan penyakit. Biasanya, orang dengan bronkitis
kronik mendapatkan sesak napas dengan aktivitas dan mulai
batuk.
3. Gejala kelelahan, sakit tenggorokan , nyeri otot, hidung
tersumbat, dan sakit kepala dapat menyertai gejala utama.
Demam dapat mengindikasikan infeksi paru-paru sekunder
virus atau bakteri.Pada bronkitis akut, batuk terjadi selama
beberapa minggu. Sesorang didiagnosis bronkitis kronik
ketika mengalami batuk berdahak selama paling sedikit tiga
bulan selama dua tahun berturut-turut. Pada bronkitis kronik
mungkin saja seorang penderita mengalami bronkitis akut
diantara episode kroniknya, dan batu mungkin saja hilang
namun akan muncul kembali.
Pemeriksaan Fisik :
1. Denyut jantung > 100 kali per menit
2. Frekuensi napas > 24 kali per menit
3. Suhu badan > 38 derajat C
4. Pada pemeriksaan fisik paru tidak terdapat focal konsolidasi
dan peningkatan suara napas.
5. Keadaan umum baik: tidak tampak sakit berat dan
kemungkinan ada nasofaringitis.
6. Keadaan paru : ronki basah kasar yang tidak tetap (dapat
hilang atau pindah setelah batuk, wheezing dan krepitasi)

Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan dahak dan rontgen dilakukan untuk membantu
menegakkan diagnosa dan untuk menyingkirkan diagnosa penyakit
lain. Bila penyebabnya bakteri, sputumnya akan seperti nanah.
Untuk pasien anak yang diopname, dilakukan dengan tes C-
reactive protein, kultur pernapasan, kultur darah, kultur sputum, dan
tes serum aglutinin untuk membantu mengklasifikasikan penyebab
infeksi apakah dari bakteri atau virus. Jumlah leukositnya berada >
17.500 dan pemeriksaan lainnya dilakukan dengan cara tes fungsi
paru-paru dan gas darah arteri.

Sumber :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39725/4/Chapter%20II.pdf

9. Apa saja diagnosis dan DDnya?


Differential Diagnosis
- bronkhitis :
Akut dan kronis (batuk 3 bulan)
- bronkopneumoni : demam tinggi
- bronkiektasis :
Diagnosisnya
Bronkhitis akut
10. Apa penatalaksanaan secara farmakologi dan nonfarmakologi

Pencegahan Primer
Pencegahan tingkat pertama merupakan upaya untuk
mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau
mencegah orang yang sehat agar tidak sakit.
Menurut Soegito (2007), untuk mengurangi gangguan tersebut
perlu diusahakan agar batuk tidak bertambah parah.
a.Membatasi aktifitas/kegiatan yang memerlukan tenaga yang
banyak
b.Tidak tidur di kamar yang ber AC dan menggunakan baju hangat
kalau bisa hingga sampe leher
c.Hindari makanan yang merangsang batuk seperti: gorengan,
minuman dingin (es), dll.
d.Jangan memandikan anak terlalu pagi atau terlalu sore, dan
memandikan anak dengan air hangat
e.Jaga kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan sebelum
makan
f.Menciptakan lingkungan udara yang bebas polusi
Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan upaya untuk membantu orang
yang telah sakit agar sembuh, menghambat progresifitas penyakit,
menghindarkan komplikasi, dan mengurangi ketidakmampuan.
Pengobatan
d.1.Antibiotika
d.1.1.Penisilin
Mekanisme kerja antibiotik golongan penisilin adalah dengan
perlekatan pada protein pengikat penisilin yang spesifik (PBPs)
yang berlaku sebagai reseptor pada bakteri, penghambat sintesis
dinding sel dengan menghambat transpeptidasi dari peptidoglikan,
dan pengaktifan enzim autolitik di dalam dinding sel, yang
menghasilkan kerusakan sehingga akibatnya bakteri mati. Antibiotik
golongan penisilin yang biasa digunakan adalah amoksisilin.
d.1.2.
Quinolon
Golongan quinolon merupakan antimikrobial oral memberikan
pengaruh yang dramatis dalam terapi infeksi. Dari prototipe awal
yaitu asam nalidiksat berkembang menjadi asam pipemidat, asam
oksolinat, cinoksacin, norfloksacin. Generasi awal mempunyai
peran dalam terapi gram-negatif infeksi saluran kencing. Generasi
berikutnya yaitu generasi kedua terdiri dari pefloksasin, enoksasin,
ciprofloksasin, sparfloksasin, lemofloksasin, fleroksasin dengan
spektrum aktifitas yang lebih luas untuk terapi infeksi community-
acquired maupun infeksi nosokomial. Lebih jauh lagi ciprofloksasin,
ofloksasin, peflokasin tersedia sebagai preparatparenteral yang
memungkinkan penggunaanya secara luas baik tunggal maupun
kombinasi dengan agen lain.
d.2.
Mukolitik dan Ekspektoran
Bronkitis dapat menyebabkan produksi mukus berlebih. Kondisi ini
menyebabkan peningkatan penebalan mukus. Perubahan dan
banyaknya mukus sukar dikeluarkan secara alamiah, sehingga
diperlukan obat yang dapat memudahkan pengeluaran mukus.
Mukus mengandung glikoprotein, polisakarida, debris sel, dan
cairan/eksudat infeksi. Mukolitik bekerja dengan cara memecah
glikoprotein menjadi molekul-molekul yang lebih kecil sehingga
menjadi encer. Mukus yang encer akan mendesak dikeluarkan
pada saat batuk, contoh mukolitik adalah asetilsistein.
d.2.1.Ekspektoran
Ekspektoran bekerja dengan cara mengencerkan muku dalam
bronkus sehingga mudah dikeluarkan, salah satu contoh
ekspektoran adalah guaifenesin. Guaifenesin bekerja dengan cara
mengurangi viskositas dan adhesivitas sputum sehingga
meningkatkan efektivitas mukociliar dalam mengeluarkan sputum
dari saluran pernapasan.
Pencegahan Tersier
Pencegahan ini dimaksudkan untuk mengurangi ketidakmampuan
penderita bronkitis dengan terapi-terapi yang dapat membantu
pernapasan.Pencegahan tersier untuk penderita bronkitis dapat
ditolong dengan terapi farmakologi dan terapi non-farmakologi
yaitu:
a.Terapi Farmakologi
a.1.Bronkodilatori
Bronkodilator mempunyai aksi merelaksasi otot-otot polos pada
saluran pernapasan. Ada tiga jenis bronkodilator yaitu :
Simpatomimetika, metilsantin, dan antikolinergik.
a.1.1.Beta-2 agonis (Simpatomimetika)
Obat-obat simpatomimetika merupakan obat yang mempunyai aksi
serupa dengan aktifitas simpatis. Sistem saraf simaptis memgang
peranan penting dalam menentukan ukuran diameter bronkus.
Ujung saraf simpatis yang menghasilkan norephinepherin, epinefrin
dan isoproterenol disebut adrenergik (Dipiro, et al., 2008).
Adrenergik memiliki dua reseptor yaitu alfa dan beta. Reseptor beta
terdiri beta 1 dan beta 2. Beta 1 adrenergik terdapat pada jantung,
beta 2 adrenergik terdapat pada kelenjar dan otot halus bronkus.
Adrenergik menstimulasi reseptor beta 2 sehingga terjadi
bronkodilatasi.
a.1.2.Metilxantin
Teofilin merupakan golongan metil santin yang banyak digunakan,
disamping kafein dan dyphylline. Kafein dan dyphylline kurang
paten dibandingkan dengan teofilin.
Obat golongan ini menghambat produksi fosfodiesterase. Dengan
penghambatan ini penguraian cAMP menjadi AMP tidak terjadi
sehingga kadar cAMP seluler meningkat. Peningkatan ini
menyebabkan bronkodilatasi. Obat-obat metilsantin antara lain
aminofilin dan teofilin.
b.
Terapi Non-farmakologi.
35
Terapi non-farmakologi dapat dilakukan dengan cara :
b.1.Pasien harus berhenti merokok
b.2.Kalau timbul kesulitan dalam pernapasan atau dadanya bagian
tengah sangat sesak, biarlah dai menghirup uap air tiga kali sehari.
b.3.Taruhlah kompres uap di atas dada pasien dua kali sehari, dan
taruhlah kompres lembab di atas dada sepanjang malam sambil
menjaga tubuhnya jangan sampai kedinginan.
b.4.Rehabilitasi paru-paru secara komprehensif dengan olahraga
dan latihan pernapasan sesuai yang diajarkan tenaga medis.
b.5.Istirahat yang cukup.
Sumber :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39725/4/Chapter%2
0II.pdf

Anda mungkin juga menyukai