Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

BRONKOPNEUMONIA

1. Konsep teori
A. Definisi
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang
melibatkan bronkus yang ditandai dengan bercak-bercak yang disebabkan
oleh infeksi mikroorganisme (Rukmi et al., 2018)
Bronchopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya
menyerang di bronkioli terminal. Bronkioli terminal tersumbat oleh
eksudat mokopurulen yang membentuk bercak-bercak kosolidasi di lobuli
yang beredekatan. Penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai infeksi
saluran pernafasan atas, demam infeksi yang spesifik dan penyakit yang
melemahkan daya tahan tubuh. Kesimpulannya bronchopneumonia adalah
jenis infeksi paru yang disebabkan oleh agen infeksius dan terdapat
didaerah bronkus dan sekitar alveoli.
B. Epidemiologi
Pneumonia merupakan masalah kesehatan di dunia karena angka
kematiannya sangat tinggi, tidak saja di negara berkembang tetapi juga di
Negara maju seperti Amerika, Kanada dan negara-negara eropa lainya.
(WHO.2018) Berdasarkan data WHO dan Departemen Kesehatan
Republik Indonesia tahun 2008, pneumonia yang merupakan salah satu
jenis ISPA ialah penyebab paling banyak kematian balita di dunia dan juga
di Indonesia.
Di Indonesia angka kematian pneumonia pada balita mencapai 21%
(Unicef, 2006). Berdasarkan Diagnosis tenaga kesehatan dan gejala
menurut provinsi di NTT, Pervalensi pneumonia pada tahun 2013
mencapai 10% dan menurun 7% pada tahun 2018 (Riskesdas 2018).
Terhitung dari Bulan Januari 2019 hingga Mei 2019, Di RSUD Prof.Dr.
WZ Yohanes Kupang, Ruang anak (Kenanga dan Mawar) didapatkan
kasus Bronchopneumonia sebanyak 4% dengan rincian jumlah Balita yang
masuk rumah sakit sebanyak 308 jiwa dan yang menderita
Bronchopneumonia adalah sebanyak 13 anak.
C. Etiologi
Secara umum bronkopneumonia diakibatkan penurunan mekanisme
pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang normal dan
sehat memiliki mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan
yang terdiri atas : reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan
silia yang menggerakkan kuman keluar dari organ dan sekresi humoral
setempat.
Timbulnya bronkopneumonia disebabkan oleh bakteri virus dan
jamur, antara lain :
1. Bakteri :Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella
2. Virus :Legionella Pneumoniae
3. Jamur :Aspergillus Spesies, Candida Albicans
4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung kedalam
paru
5. Terjadi karena kongesti paru yang lama
(Nurarif dan Kusuma,)

D. Patofisiologi
Bakteri, jamur, dan protozoa yang dapat menyebabkan
bronkopneumonia masu ke dalam saluran pernafasan atas yang pada
akhirnya menyebar hingga bronkus. Terjadi inflamasi di dinding - dingin
bronkus yang beresiko terjadinya infeksi dengan begitu produksi seputum
meningkat dan terjadi akumulasi sputum pada saluran pernafasan. Hal ini
dapat menyebabkan ketidakefektifan besihan jalan napas. Selain hal
tersebut produksi sputum yang meningkat juga menyebabkan penderita
mengalami penurunan nafsu makan yang dapat menyebabkan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Inflamasi dingin
bronkus juga menyebabkan perubahan membran yang dapat membuat
suplai oksigen ke sluruh tubuh menurun sehingga terjadi penurunan energi
yang menyebabkan intoleransi aktivitas.
E. Klasifikasi
Berdasarkan pedoman MTBS, pneumonia dapat diklasifikasikan
secara sederhana berdasarkan gejala dan umur.
1. Umur 2 bulan – 5 tahun :
1) Pneumonia berat atau penyakit sangat berat, apabila gejala:
 Ada tanda bahaya umum
 Terdapat tarikan dinding dada ke dalam.
 Terdapat stridor (suara nafas bunyi’grok-grok’ saat inspirasi).
 Pneumonia, apa bila terdapat gejala napas cepat. Batasan napas
cepat adalah anak usia 2 bulan - 5 tahun apabila frekuensi napas
40x/ menit atau lebih.
Batuk bukan pneumonia, apabila tidak ada tanda pneumonia atau
penyakit sangat berat.
2. Umur < 2 bulan
1) Penyakit sangat berat atau infeksi bakteri berat, apabila gejala :
 Tidak mau minum atau memuntahkan semua
 Riwayat kejang
 Bergerak jika hanya dirangsang
 Napas cepat ( ≥ 60 kali / menit )
 Napas lambat ( < 30 kali / menit )
 Tarikan dinding dada kedalam yang sangat kuat
 Merintih
 Demam
 Hipotermia berat
 Nanah yang banyak di mata
 Pusar kemerahan maluas ke dinding perut
2) Infeksi bakteri lokal, apabila gejala :
 Pustul kulit
 Mata bernanah
 Pusar kemerahan atau bernanah
F. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis dari bronchopneumonia yaitu (Dickyk. n & Wulan
Janar, 2017) :
1. Biasanya didahului dengan infeksi saluran pernafasan atas selama
beberapa hari
2. Demam (39º - 40ºC) kadang-kadang disertai dengan kejang karena
demam yang tinggi
3. Anak sangat gelisah, adanya nyeri dada yang terasa ditusuk-tusuk,
yang dicetuskan oleh bernafas dan batuk
4. Pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan
sianosis sekitar hidung dan mulut
5. Kadang-kadang disertai muntah dan diare
6. Adanya bunyi tambahan pernafasan seperti ronchi

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiologi yaitu foto thoraks, terdapat konsolidasi satu
atau beberapa lobus yang bebercak-bercak.
2. Pemeriksaan laboratorium biasanya terjadi peningkatan leukosit.
3. Pemeriksaan AGD untuk mengetahui status kaardiopulmuner yang
berhubungan dengan oksigen.
4. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : untuk mengetahui
mikroorganisme penyebab dan obat yang cocok diberikan.

H. Diagnosis/Kriteria Diagnosis

Untuk mendiagnosis bronkopneumonia pada anak, dokter akan


melakukan pemeriksaan fisik dan melihat riwayat kesehatan seseorang.
Masalah pernapasan, seperti mengi, adalah indikasi khas
bronkopneumonia. Tetapi bronkopneumonia dapat menyebabkan gejala
yang mirip dengan pilek atau flu, yang terkadang membuat diagnosis
menjadi sulit. Jika dokter mencurigai bronkopneumonia, ia mungkin akan
melakukan satu atau lebih dari tes berikut untuk memastikan diagnosis
atau menentukan jenis dan tingkat keparahan kondisi.

1. Rontgen dada atau CT scan. Tes skrining ini memungkinkan dokter


untuk melihat ke dalam paru-paru dan memeriksa tanda-tanda
infeksi. Tes darah. Ini dapat membantu mendeteksi tanda-tanda
infeksi, seperti jumlah sel darah putih yang tidak normal.
2. Bronkoskopi. Ini melibatkan memasukkan tabung tipis dengan
cahaya dan kamera melalui mulut seseorang, ke tenggorokan, dan ke
paru-paru. Prosedur ini memungkinkan dokter untuk melihat ke
dalam paru-paru.
3. Sputum culture. Ini adalah tes laboratorium yang dapat mendeteksi
infeksi dari lendir yang dikeluarkan seseorang.
4. Oksimetri denyut. Ini adalah tes yang digunakan untuk menghitung
jumlah oksigen yang mengalir melalui aliran darah.
5. Gas darah arteri. Dokter menggunakan tes ini untuk menentukan
kadar oksigen dalam darah seseorang.
I. Tindakan Penanganan
Terapi pneumonia rekomendasi WHO yaitu:
1. Anak dengan napas cepat pneumonia, tidak ada tarikan dinding dada.
Berikan terapi dengan Amoxicilin oral 40 mg/kgBB/dosis 2 kali
sehari (80 mg/kgBB/hari) untuk 4 hari.
2. Anak usia 2-59 bulan dengan tarikan dinding dada, berikan
Amoxicilin oral 40 mg/kgBB/dosis 2 kali sehari selama 4 hari.
3. Anak usia 2-59 bulan dengan Pneumonia berat, berikan Ampicilin
parenteral 50 mg/kgBB atau Benzil Penicilin 50.000 UI/kgBB i.m
atau i.v setiap 6 jam selama 5 hari dan Gentamicin 7,5 mg/kgBB i.m
atau i.v per hari selama 5 hari. Jika pengobatan lini pertama gagal,
berikan Ceftriaxone sebagai lini kedua.
J. Komplikasi
Menurut Sowden & Betz, Bronchopneumonia dapat mengakibatkan
penyakit lain, yaitu :
1. Atelaktasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna
atau kolaps paru merupakan akibat kurang mobilisasi atau refleks
batuk hilang.
2. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam
rongga pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
3. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang
meradang
4. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial
5. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

K. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik head to toe
1) Keadaan umum : Keadaan umum pada pasien dengan
bronchopneumonia adalah pasien terlihat lemah, pucat dan sesak nafas
2) Tanda-tanda vital : didapatkan suhu meningkat (39º - 40ºC), nadi
cepat dan kuat, pernafasan cepat dan dangkal
3) Kulit : Tampak pucat, sianosis, biasanya turgor jelek
4) Kepala : pada pemeriksaan kepala dapat dilakukan inspkesi pada
bentuk kepala, lingkar kepala, warna dan tekstur rambut, keadaan
ubun-ubun (anterior dan posterior)
5) Mata : didapatkan hasil inspeksi konjungtiva anemis, sklera putih
6) Hidung : pada pasien bronchopneumonia didapatkan adanya secret,
ada pernafasan cuping hidung, dan sianosis
7) Mulut : pucat, sianosis, membrane mukosa kering, bibir kering, dan
pucat
8) Telinga : inspeksi adanya peradangan atau tidak. Peradangan
menandakan sudah terjadi komplikasi
9) Leher : inspeksi dan palpasi adanya pembesaran limfe atau tidak
10) Dada : ada tarikan dinding dada, pernafasan cepat dan dangkal
11) Jantung : jika terjadi komplikasi ke ednokarditis, terjadi bunyi
tambahan
12) Paru-paru : suara nafas ronchi, whezing
13) Abdomen : Bising usus (+), lembek/kembung/tegang, distensi
abdomen
14) Ekstremitas : pada pasien dengan bronchopneumonia didapatkan
pasien tampak lemah, penurunan aktifitas, sianosis pada ujung jari dan
kaki, akral hangat

2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan.
1. Identitas
Bronchopneumonia lebih sering terjadi pada bayi dan anak-anak.
Umumnya anak dengan daya tahan terganggu akan menderita
pneumonia berulang atau tidak dapat mengatasi penyakit ini dengan
sempurna. Selain itu daya tahan tubuh yang menurun akibat KEP,
penyakit menahun, trauma pada paru, anesthesia, aspirasi dan
pengobatan antibiotik yang tidak berhasil. Anak laki-laki adalah faktor
resiko yang mempengaruhi kesakitan pneumonia (DepKes RI.) Hal ini
disebabkan diameter saluran pernapasan anak laki-laki lebih kecil
dibandingkan dengan anak perempuan atau adanya perbedaan dalam
daya tahan tubuh anak laki-laki dan perempuan. (Sunyataningkamto, )
2. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Pasien sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal,
batuk-batuk disertai bunyi ronchi saat auskultasi, pernapasan
cuping hidung, serta sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang
disertai muntah dan diare, anoreksia dan muntah.

2) Riwayat penyakit sekarang


Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran
pernapasan bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat
naik sangat mendadak sampai 39-40oC dan kadang disertai kejang
karena demam yang tinggi.
3) Riwayat penyakit dahulu
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem
imun menurun.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi
saluranpernapasan dapat menularkan kepada anggota keluarga yang
lainnya.
5) Riwayat kesehatan lingkungan
Menurut Wilson dan Thompson, pneumonia sering terjadi pada
musim hujan dan awal musim semi.
6) Imunisasi
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk
mendapat penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah
karena system pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk
melawan infeksi sekunder.
7) Nutrisi
Riwayat gizi buruk, Kekurangan gizi akan menurunakn
kapasitas kekebalan untuk merespon infeksi pneumonia termasuk
gangguan fungsi granulosit, penurunan fungsi komplemen, dan juga
menyebabkan kekurangan mikronutrein.
8) Usia
Bayi dan balita memiliki mekanisme pertahanan tubuh yang
masih rendah dibanding orang dewasa, sehingga balita masuk
kedalam kelompok yang rawan terhadap infeksi seperti influenza
dan pneumonia, anak-anak berusia 0-24 bulan lebih rentan terhadap
penyakit pneumonia dibanding anak-anak berusia diatas 2 tahun.
Hal ini disebabkan imunitas yang belum sempurna dan saluran
pernapasan yang relatif sempit
9) Faktor Lingkungan
Pemeliharaan kesehatan dan kebersihan lingkungan yang
kurang juga bisa menyebabkan anak menderita sakit. Lingkungan
pabrik atau banyak asap dan debu ataupun lingkungan dengan
anggota keluarga perokok. Lingkungan rumah seperti kondisi
jendela, luas ventilasi kamar balita, jenis lantai rumah, jarang
membuka jendela setiap pagi, dan penggunaan obat nyamuk dapat
beresiko anak terserang Bronchopneumonia (Wilson & Thompson,
1990)
10) Menentukan kebutuhan cairan menurut berat badan
Menurut WHO, Kebutuhan cairan pada anak dapat dihitung
berdasarkan berat badan yaitu :
a. Berat badan < 10kg = 100mL/kgBB
b. Berat badan 10-20kg = 1000 + 50mL/kg BB untuk setiap
kilogram berat badan diatas 10kg
c. Berat badan > 20kg = 1500 + 20mL/kgBB untuk setiap
kilogram berat badan diatas 20kg
11) Data Subjektik
12) Data Objektif
- Pasien tidak mengalami suara nafas tambahan (ronchi,
whezing)
- Pasien terbebas dari keletihan otot pernafasan
- Pasien tidak mengalami perubahan membran alveolar-
kapiler
- Pasien mendapatkan asupan nutrisi yang cukup
- Pasien terbebas dari ketidakseimbangan antara suplai dan
oksigen

B. Pathway

Jamur, virus, bakteri, protozoa

Infeksi saluran bernafasan bawah Saluran pernafasan atas

Proses peradangan Kuman berlebih di bronkus Kuman terbawa saluran di saluran cerna

Akumulasi sekret dibronkus Ketidakefektifan


Infeksi saluran pencernaan
bersihan jalan nafas

Mukus bronkus meningkat Peningkatan flora normal dalam


Peningkatan peristaltik usus -
malarbsorbsi usus

Bau mulut tidak sedap


Diare

Anoreksia

Intake kurang Ketidakseimbangan nutrisi


kurang dari kebutuhan tubuh

Dilatasi pembuluh darah Peningkatan suhu

Eksudat plasama masuk alveoli Ketidakefektifan pola


Gangguan difusi dalam plasma
nafas

Edema antara kapiler dan alveoli Iritan PMN eritrosit pecah

Penurunan kapliance paru


Suplai O2 menurun
Hipoksia Dispnea
Hiperventilasi

Metabolik anaerob meningkat Akumulasi asam laktat Retraksi dada/nafas cuping


hidung

Intoleransi aktifitas Fatique


Gangguang pertukaran gas

C. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


1. Ketidak efektifan bersihan jalan napas b.d jumlah sputum dalam jumlah
yang berlebihan, dispnea, sianosis, suara nafas tambahan (ronchi)
2. Ketidakefektifan pola nafas b.d keletihan otot pernafasan
3. Hambatan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolarkapiler
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d asupan diet
kurang
5. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen
D. Rencana Asuhan Keperawatan
1. Ketidak efektifan bersihan jalan napas b.d jumlah sputum dalam jumlah
yang berlebihan, dispnea, sianosis, suara nafas tambahan (ronchi)
Tujuan : Pasien terbebas dari ketidakefektifan bersihan jalan napas yang
efektif selama dalam perawatan
NOC : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ..jam dengan
kriteria hasil :
a. Pasien tidak mengalami kelebihan mukus
b. Tidak mngalami dispneu (frekuensi pernafasan normal 30-
50x/menit, kedalaman inspirasi normal)
c. Tidak ada pernafasan cuping hidung
d. Tidak ada pnggunaan otot bantu nafas
e. Pasien tidak batuk dan tersedak
f. Tidak ada pengluaran sputum dalam jumlah yang abnormal
NIC :
Manajemen jalan nafas
a. Monitor status pernafasan dan respirasi sebagaimana
mestinya
Rasional : Untuk mendeteksi tanda-tanda bahaya
b. Posisikan pasien semi fowler, atau posisi fowler
Rasional : untuk membantu bernafas dan ekspansi dada serta
ventilasi lapangan paru basilar
c. Observasi kecepatan,irama,kedalaman dan kesulitan
bernafas
Rasional : untuk mendeteksi tanda-tanda bahaya
d. Auskultasi suara nafas
Rasional : untuk mendeteksi suara nafas tambahan
(whezing,ronchi)
e. Lakukan fisioterapi dada sebagaimana mestinya
Rasional : untuk membantu mobilisasi dan membersihkan
sekresi
f. Kolaborasi pemberian O2 sesuai instruksi
Rasional : untuk membantu menurunkan distres pernafasan
yang disebabkan oleh hipoksemia
g. Ajarkan melakukan batuk efektif
Rasional : untuk membantu mengeluarkan sekresi dan
mempertahankan potensi jalan nafas
h. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai penggunaan
perangkat oksigen yang memudahkan mobilitas
Rasional : untuk memudahkan dalam meggunakan oksigen

2. Ketidak efektifan pola napas b.d keletihan otot pernafasan


Tujuan : Pasien mengalami pola napas yang efektif selama dalam
perawatan
NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…jam dengan
kriteria hasil :
a. Tidak mngalami dispneu (frekuensi pernafasan normal 30-
50x/menit, kedalaman inspirasi normal)
b. Tidak ada pernafasan cuping hidung
c. Tidak ada penggunaan otot bantu nafas
d. Pasien tidak batuk dan tersedak
e. Tidak ada pengluaran sputum dalam jumlah yang abnormal
f. Tidak ada penafasan dengan bibir mengerucut
g. Tidak ada pengembangan dinding dada yang tidak simetris
NIC :
a. Posisikan pasien Posisi semi fowler, atau posisi fowler
Rasional : untuk memaksimalkan ventilasi
b. Observasi kecepatan,irama,kedalaman dan kesulitan
bernafas
Rasional : untuk mendeteksi tanda-tanda bahaya
c. Observasi pergerakan dada, kesimetrisan dada,penggunaan
oto-otot bantu nafas,dan retraksi pada dinding dada
Rasional : untuk mendeteksi tanda-tanda bahaya
d. Auskultasi suara nafas
Rasional : untuk mendeteksi suara nafas tambahan
(whezing,ronchi)
e. Kolaborasi pemberian O2
Rasional : untuk membantu menurunkan distres pernafasan
yang disebabkan oleh hipoksemia
f. Monitor aliran oksigen
Rasional : untuk melihat ada atau tidaknya aliran oksigen
yang masuk
g. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai penggunaan
perangkat oksigen yang memudahkan mobilitas
Rasional : untuk memudahkan dalam meggunakan oksigen

3. Hambatan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolar-kalpiler


Tujuan : Pasien tidak mengalami gangguan pertukaran gas selama
dalam perawatan
NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…jam dengan
kriteria hasil :
a. Pasien tidak dispnea saat istirahat (RR normal 30-50x/mnt)
b. Pasien tidak sianosis
c. Pasien tidak ada gangguan kesadaran
NIC :
a. Monitor kecepatan, irama, kedalaman, dan kesulitan
bernapas
Rasional : untuk mendeteksi tanda-tanda bahaya
b. Pertahankan kepatenan jalan napas
Rasional : pasien dapat bernapas dengan mudah
c. Observasi adanya suara napas tambahan
Rasional : untuk mendeteksi krepitasi dan laporkan
ketidaknormalan
d. Kolaborasi pemberian O2
Rasional : untuk membantu menurunkan distres pernafasan
yang disebabkan oleh hipoksemia
e. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai penggunaan
perangkat oksigen yang memudahkan mobilitas
Rasional : untuk memudahkan dalam meggunakan oksigen

4. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d asupan


diet
Tujuan : Pasien tidak mengalami ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh selama dalam perawatan
NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. jam dengan
kriteria hasil:
a. Intake cairan lewat mulut adekuat (420cc/hr)
b. Kadar Hb dalam rentang normal (9.2-13-6 g/dL)
c. Intake cairan intravena adekuat
d. Kadar albumin dalam rentang normal (3.4-5.4 g/dL)
e. Kadar glukosa dalam rentang normal (100-200 mg/dl)
f. BBI dalam rentang normal (4800 gram)
NIC :
a. Observasi dan catat asupan pasien (cair dan padat)
Rasional : untuk mengkaji zat gizi yang dikonsumsi dan
suplemen yang diperlukan
b. Ciptakan lingkungan yang optimal pada saat mengkonsumsi
makan (misalnya; bersih, santai, dan bebas dari bau yang
mneyengat)
Rasional : untuk meningkatkan nafsu makan pasien
c. Monitor kalori dan asupan makanan
Rasional : untuk menilai asupan makanan yang adekuat
d. Atur diet yang diperlukan (menyediakan makanan protein
tinggi, menambah atau menguragi kalori, vitamin, mineral
atau suplemen)
Rasional : untuk : Meningkatkan asupan nutrisi yang
adekuat
e. Kolaborasi pemberian obat-obatan sebelum makan (contoh
obat anti nyeri)
Rasional : untuk mencegah kekambuhan pada saat makan
f. Ajarkan pasien dan keluarga cara mengakses program-
program gizi komunitas (misalnya ; perempuan,bayi,anak)
Rasional : untuk membantu keluarga dalam memberikan
asupan nutrisi yang baik

5. Intoleransi Aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan


kebutuhan oksigen
Tujuan : Pasien akan toleransi terhadap aktifitas selama dalam
perawatan
NOC : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…jam dengan
kriteria hasil :
a. Frekuensi nadi dalam batasan normal (100-130x/mnt)
b. Frekuensi nafas dalam batas normal (30-50x/mnt)
c. Tidak sianosis
NIC :
a. Observasi sistem kardiorespirasi pasien selama kegiatan
(misalnya ; takikardi, distrimia, dispnea)
Rasional : Memantau tanda-tanda bahaya
b. Monitor lokasi dan sumber ketidaknyamanan/nyeri yang
dialami pasien selama aktifitas
Rasional : Untuk mengidentifikasi penyebab pasien tidak
toleran terhadap aktifitas
c. Lakukan Rom aktif atau pasif
Rasional : untuk menghilangkan ketegangan otot
d. Lakukan terapi non farmakologis (terapi musik)
Rasional : untuk meningkatkan tidur
e. Kolaborasi pemberian terapi farmakologis untuk
mengurangi kelelahan
Rasional : meningkatkan istirahat pasien
f. Beri Penyuluhan kepada keluarga dan pasien tentang nutrisi
yang baik dan istirahat yang adekuat
Rasional : untuk meningkatkan praktik kesehatan
DAFTAR PUSTAKA

Dewi & Noprianty (2018) Risk Factors Related To Faal Incidence In Hospitaliced
Pediatric Patient Whit Theory Faye G Abdellah . NurseLine Journal Vol.3
No. 2
Dickyk. n, A., & Wulan Janar, A. (2017). Tatalaksana Terkini Bronkopneumonia
pada Anak di Rumah Sakit Abdul Moeloek. Jurnal Medula, 7(2), 6–12.
Kemenkes RI (2018) Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2017
Jakarta : Kementrian Kesehatan RI
Kirnanoro dan Maryana.2017.Anatomi Fisiologi.Yogyakarta:Pustaka Baru Press
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian RI tahun 2018.
World Health Organization (2019). Pneumonia. World Health Organization.

NANDA. 2021. Diagnosis Keperawatan : Definisi & Klasifikasi 2021-


2023. Edisi12.Jakarta: EGC, 2021.

Nursing Outcomes Classification (NOC) 2018. 6th Indonesian edition, by


Sue Moorhead, Elizabeth Swanson, Marion Johnson, Meridean L. Maas O
Copyright 2018 Elsevier Singapore Pte Ltd.

Nursing Interventions Classification (NIC) 2018. 7th Indonesian edition, by


Howard Butcher, Gloria Bulechek sat Joanne Dochterman and Cheryl
Wagner O Copyright 2018 Elsevier Singapore Pte.Ltd.

Anda mungkin juga menyukai