DI SUSUN OLEH :
INDO NURJANNA
2021032039
CI INSTITUSI CI LAHAN
(Corwin, 2001)
E. Manifestasi Klinis
Hati yang membesar biasanya tidak menyebabkan gejala. Tetapi jika
pembesarannya hebat, bisa menyebabkan rasa tidak nyaman di perut
atau perut terasa penuh. Jika pembesaran terjadi secara cepat, hati bisa
terasa nyeri bila diraba. Tanda dan gejala yang lain berupa:
1. Umumnya tanpa keluhan
2. Pembesaran perut
3. Nyeri perut pada epigastrium/perut kanan atas
4. Nyeri perut hebat, karena ruptur hepar
5. Ikterus
6. Sering disertai kista ginjal (Price, 2005)
F. Komplikasi
Orang yang hatinya rusak karena pembentukan jaringan parut (sirosis),
bisa menunjukkan sedikit gejala atau gambaran dari hepatomegali.
Beberapa diantaranya mungkin juga mengalami komplikasi, yaitu:
1. hipertensi portal dengan pembesaran limpa
2. asites (pengumpulan cairan dalam rongga perut)
3. gagal ginjal sebagai akibat dari gagal hati (sindroma hepatorenalis)
4. kebingungan (gejala utama dari ensefalopati hepatikum) atau
5. kanker hati (hepatoma) (Smelter, 2006)
G. Pemeriksaan Penunjang
Ukuran hati bisa diraba/dirasakan melalui dinding perut selama
pemeriksaan fisik. Jika hati teraba lembut, biasanya disebabkan oleh
hepatitis akut, infiltrasi lemak, sumbatan oleh darah atau penyumbatan
awal dari saluran empedu. Hati akan teraba keras dan bentuknya tidak
teratur, jika penyebabnya adalah sirosis. Benjolan yang nyata biasanya
diduga suatu kanker. Pemeriksaan lainnya yang bisa dilakukan untuk
membantu menentukan penyebab membesarnya hati adalah:
a. Pemeriksaan radiologi
1. Pemeriksaan barium esofagus : Menunjukkan peningkatan
tekanan portal.
2. Foto rongent abdomen : Pada penderita kanker hati akan terlihat
perubahan ukuran hati.
3. Arteriografi pembuluh darah seliaka : Untuk melihat hati dan
pankreas.
4. Laparoskopi : Melihat perbedaan permukaan hati antara lobus
kanan dengan kiri sehingga jika ada kelainan akan terlihat jelas.
5. Biobsi hati : Menentukan perubahan anatomis pada jaringan
hati
6. Ultrasonografi : Memperlihatkan ukuran – ukuran organ
abdomen.
b. Pemeriksaan Laboraturium
Uji Normal Makna klinis
Bilirubin serum Meningkat bila terjadi gangguan
0,1-0,3 mg/dl
terkonjugasi ekskresi bilirubin terkonjugasi.
Bilirubin serum
0,2-0,7 mg/dl Meningkat pada hemolitik.
tak terkonjugasi
Bilirubin serum Meningkat pada penyakit
0,3-1,0 mg/dl
total hepatoseluler.
Urobilinogen 1,0-3,5 Berkurang pada gangguan ekskresi
urine mg/24jam empedu, gangguan hati.
Enzim SGOT 5-35 unit/ml Meningkat pada kerusakan hati.
Enzim SGPT 5-35 unit/ml Meningkat pada kerusakan hati
200-450
Enzim LDH Meningkat pada kerusakan hati
unit/ml
H. Penatalaksanaan
1. Non Pembedahan
a. Terapi Radiasi
1. Suntikan antibodi intravena secara khusus menyerang
antigen yg berkaitan dgn adanya tumor.
2. Penempatan perkutan sumber berintensitas cukup tinggi
untuk terapi radiasi.
b. Kemoterapi
1. Kemoterapi sistemik & infus regional yg digunakan untuk
pemberian preparat antineoplastik.
2. Suatu pompa yg dapat ditanam, digunakan untuk
pemberian kemoterapi dgn konsentrasi cukup tinggi ke
hepar melalui arteri hepatika.
2. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Tahap pengkajian
merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai
dengan individu. Dalam hal ini yang perlu dikaji pada pasien berupa:
3. Kulit
Kaji warna kulit, intregritas kulit utuh/ tidak, turgor kulit kering/
tidak, apakah kulit teraba panas, keadaan turgor kulit apakah normal/
tidak.
4. Kepala
Bagaimana kebersihan kepala, rambut serta bentuk kepala apakah
ada kelainan, benjolan dan lesi pada kepala.
5. Wajah
Bagaimana bentuk wajah, kulit wajah pucat atau tidak
6. Mata
Bagaimana bentuk mata, keadaan konjungtiva anemis/ tidak, scelra
imterik/tidak, keadaan pupil, palpebra dan apakah ada gangguan
dalam penglihatan.
7. Hidung
Bentuk hidung,keadaan bersih/ tidak,apakah ada sekret pada hidung
serta cairan yang keluar, ada sinus/ tidak da apakah ada gangguan
dalam penciuman.
8. Mulut
Bentuk mulut, membran mukosa kering/ lembab, lidah kotor/ tidak,
apakah ada kemerahan/ tidak pada lidah,apakah ada gangguan dalam
menelan, dan apakah ada kesulitan untuk berbicara
9. Leher
Apakah terjadi pembengkakan kelenjar tyroid, apakah di temukan
distensi vena jugularis
10. Thoraks
Bagaimana bentuk dada simetris/ tidak,kaji pola pernapasan apkah
ada wheezing dan apakah ada gangguan dalam pernapasan.
11. Abdomen
Bagaimana bentuk abdomen, turgor kulit kering/tidak, apakah
terdapat nyeri tekan pada abdomen, apakah perut terasa
kembung,lakukan pemeiksaan bising usus, apakah terdapat nyeri
tekan, apakah terjadi peningkatan bising usus/ tidak.
12. Genetalia
Bagaimana bentuk alat kelamin, distribusi rambut kelamin. Pada
laki-laki lihat keadaan penis, apakah ada kelainan/ tidak. Pada wanita
lihat keadaan labia minora, biasanya labia minora tertutup oleh labia
mayora.
13. Ekstrimitas atas dan bawah
Lihat kesimetrisan antara kiri dan kanan, apakah ada kelemahan otot,
apakah terjadi trem0r, kelemahan fisik, nyeri otot serta kelainan
bentuk
3. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit volume cairan b/d intake yang tidak adekuat, mual, status
puasa/aspirasi nasogestrik.
2. Nyeri akut b/d proses penyakit, imflamasi
3. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan masukan oral, mual, status puasa/aspirasi nasogestrik
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada perut kanan
atas dan punggung.
5. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidaknyamanan.
4. Intervensi Keperawatan
Jakarta : EGC
Smelter, S.C., & Bare, B.G. (2006), Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC
6. Jakarta: EGC