OLEH :
RINA
NIM 2021032086
CI LAHAN CI INSTITUSI
2. Epidemiologi
Berdasarkan penelitian epidemiologi mengenai infeksi sistem saraf pusat di Asia,
pada daerah Asia Tenggara, meningitis yang paling sering dijumpai adalah meningitis
tuberculosis (Ducomble,2013). Di Indonesia, Meningitis/Ensefalitis merupakan penyebab
kematian pada semua umur dengan urutan ke 17 (0,8%) setelah malaria.
Meningitis/Ensefalitis merupakan penyakit menular pada semua umur dengan proporsi
3,2%. Sedangkan proporsi Meningitis/Ensefalitis merupakan penyebab kematian bayi
pada umur 29 hari-11 bulan dengan urutan ketiga yaitu (9,3%) setelah diare (31,4%) dan
pneumoni (23,8%). Proporsi Meningitis/Ensefalitis penyebab kematian pada umur 1-4
tahun yaitu (8,8%) dan merupakan urutan ke-4 setelah Necroticans Entero Colitis
(NEC) yaitu (10,7%) (Depkes RI, 2008).
3. Penyebab
a Infeksi virus:
- Dari orang ke orang: morbili, gondong, rubella, kelompok enterovirus, kelompok
herpes, kelompok pox, influenza A dan B (David, 2008).
- Lewat arthropoda : Eastern equine, Western equine, Dengue, Colorado tick fever
(Muttaqin, 2008).
b Infeksi non virus:
- Bakterial: meningitis tuberkulosa dan bakterial sering mempunyai komponen
ensefalitis.
- Spirocheta: sifilis, leptospirosis.
- Jamur: kriptococus, histoplasmosis, aspergilosis, mukomikosis, kandidosis,
koksidiodomikosis.
- Protozoa: plasmodium, tripanosoma, toksoplasma.
- Staphylococcus aureus
- Streptococcus
- E. Colli
- Mycobacterium
- T.palladium (Muttaqin,2008)
c Pasca infeksi
- Campak
- Rubella
- Varisela
- Virus Pox
- Vacinia (David, 2008)
4. Patofisiologi
a. Anatomi fisiologi
Otak manusia mempunyai berat 2% dari berat badan orang dewasa (3 pon),
menerima 20 % curah jantung dan memerlukan 20% pemakaian oksigen tubuh dan
sekitar 400 kilokalori energi setiap harinya. Otak merupakan jaringan yang paling
banyak memakai energi dalam seluruh tubuh manusia dan terutama berasal dari proses
metabolisme oksidasi glukosa (Prince,Wilson, 2006).
2) Arakhnoid
Arakhnoid merupakan selaput halus yang memisahkan durameter dengan
piameter, membentuk sebuah kantung atau balon berisi cairan otak yang meliputi
seluruh susunan saraf pusat. Ruangan diantara durameter dan arakhnoid disebut
ruangan subdural yang berisi sedikit cairan jernih menyerupai getah bening. Pada
ruangan ini terdapat pembuluh darah arteri dan vena yang menghubungkan sistem
otak dengan meningen serta dipenuhi oleh cairan serebrospinal.
2) Piameter
Lapisan piameter merupakan selaput halus yang kaya akan pembuluh darah
kecil yang mensuplai darah ke otak dalam jumlah yang banyak. Lapisan ini
melekat erat dengan jaringan otak dan mengikuti gyrus dari otak. Ruangan diantara
arakhnoid dan piameter disebut sub arakhnoid. Pada reaksi radang ruangan ini
berisi sel radang. Disini mengalir cairan serebrospinalis dari otak ke sumsum
tulang belakang (Prince,Wilson, 2006).
Pada umum virus masuk sistem limfatik, melalui penelanan enterovirus
pemasukan pada membran mukosa oleh campak, rubella, VVZ, atau HSV :
atau dengan penyebaran hematogen dari nyamuk atau gigitan serangga lain. Di
tempat tersebut mulai terjadi, multiplikasi dan masuk aliran darah
menyebabkan infeksi beberapa organ. Pada stadium ini (fase ekstraneural) ada
sakit demam, sistemik, tapi jika terjadi multiplikasi virus lebih lanjut pada
organ yang ditempati, penyebaran sekunder sejumlah virus dapat terjadi. Invasi
disertai dengan bukti klinis penyakit neurologis, HSV-1 mungkin mencapai
otak dengan penyebaran langsung sepanjang akson saraf.
Kerusakan neurologis disebabkan oleh invasi langsung dan penghancuran
jaringan saraf oleh pembelahan virus secara aktif dan/atau oleh reaksi hospes
terhadap antigen virus, kebanyakan penghancuran saraf mungkin karena invasi
virus secara langsung, sedangkan respons jaringan hospes yang hebat
mengakibatkan demielinasi dan penghancuran vaskuler serta perivaskuler
(Nelson, 2010).
5. Patway
Penyebab (virus, toksik, racun)
Peradangan susunan
saraf pusat Ggn Tumbang
Peningkatan TIK
Mual muntah
Ggn Ggn perfusi
transmisi jaringan Ggn cairan Peningkatan
Impuls cerebral dan elektrolit suhu tubuh
Kejang
8. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien
meningitis biasanya bersekitar pada tingkat letargi, stupor, dan
semikomatosa.
b. Tanda- Tanda Vital
- TD : Biasanya tekanan darah orang penyakit meningitis normal atau
meningkat dan berhubungan dengan tanda-tanda peningkatan TIK ( N =
90- 140 mmHg).
- Nadi : Biasanya nadi menurun dari biasanya (N = 60-100x/i).
- Respirasi : Biasanya pernafasan orang dengan meningitis ini akan lebih
meningkat dari pernafasan normal (N = 16-20x/i).
- Suhu : Biasanya pasien meningitis didapatkan peningkatan suhu tubuh
lebih dari normal antara 38-41°C (N = 36,5°C – 37,4°C).
Pemeriksaan Head To Toe
a. Kepala Biasanya pasien dengan meningitis mengalami nyeri kepala.
b. Mata Nerfus II, III, IV, VI :Kadang reaksi pupil pada pasien meningitis
yang tidak disertai penurunan kesadaran biasanya tanpa kelainan. Nerfus V
: Refleks kornea biasanya tidak ada kelainan.
c. Hidung Nerfus I : Biasanya pada klien meningitis tidak ada kelainan pada
fungsi penciuman
d. Telinga Nerfus VIII : Kadang ditemukan pada pasien meningitis adanya
tuli konduktif dan tuli persepsi.
e. Mulut Nerfus VII : Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah
simetris Nerfus XII : Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan
tidak ada fasikulasi. Indra pengecapan normal.
f. Leher Inspeksi : Biasanya terlihat distensi vena jugularis. Palpasi :
Biasanya teraba distensi vena jugularis. Nerfus IX dan X : Biasanya pada
pasien meningitis kemampuan menelan kurang baik Nerfus XI : Biasanya
pada pasien meningitis terjadinya kaku kuduk.
g. Dada
- Paru I : Kadang pada pasien dengan meningitis terdapat perubahan pola
nafas Pa : Biasanya pada pasien meningitis premitus kiri dan kanan
sama P : Biasanya pada pasien meningitis tidak teraba A : Biasanya
pada pasien meningitis bunyi tambahan seperti ronkhi pada klien
dengan meningitis tuberkulosa.
- Jantung I : Biasanya pada pasien meningitis ictus tidak teraba Pa :
Biasanya pada pasien meningitis ictus teraba 1 jari medial midklavikula
sinistra RIC IV. P : Biasanyabunyi jantung 1 RIC III kanan, kiri, bunyi
jantung II RIC 4-5 midklavikula. A : Biasanya jantung murni, tidak ada
mur-mur.
h. Ekstremitas Biasnya pada pasien meningitis adanya bengkak dan nyeri
pada sendi-sendi (khusunya lutut dan pergelangan kaki). Klien sering
mengalami penurunan kekuatan otot dan kelemahan fisik secara umum
sehingga menggangu ADL.
i. Rasangan Meningeal
- Kaku kuduk Adanya upaya untuk fleksi kepala mengalami kesulitan
karena adanya spasme otot-otot .Fleksi menyebabkan nyeri berat.
- Tanda kernig positif Ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam
keadaan fleksi kea rah abdomen, kaki tidak dapat diekstensikan
sempurna.
- Tanda Brudzinski Tanda ini didapatkan jika leher pasien difleksikan,
terjadi fleksi lutut dan pingul: jika dilakukan fleksi pasif pada
ekstremitas bawah pada salah satu sisi, gerakan yang sama terlihat pada
sisi ekstermitas yang berlawanan.
- Pola Kehidupan Sehari-hari
o Aktivitas / istirahat Biasanya pasien mengeluh mengalami
peningkatan suhu tubuh
o Eliminasi Pasien biasanya didapatkan berkurangnya volume
pengeluaran urine, hal ini berhubungan dengan penurunan
perfusi dan penurunan curah jantung ke ginjal.
o Makanan / cairan Pasien menyatakan tidak mempunyai nafsu
makan, selalu mual dan muntah disebabkan peningkatan asam
lambung. Pemenuhan nutrisi pada pasien meningitis menurun
karena anoreksia dan adanya kejang.
o Hygiene Pasien menyatakan tidak mampu melakukan aktivitas
perawatan diri karena penurunan kekuatan otot.
9. Pemeriksaan Diagnostik/penunjang
c. Uji serologi untuk mengetahui jenis virus dan menentukan etiologi
infeksi nonenterovirus.
d. Pemeriksaan neuroimaging (Nelson, 2010).
e. Pungsi lumbal; untuk mengetahui adanya sel darah putih dan sensitivitas
mikroorganisme.
f. Pemeriksaan laboratorium.
g. CT-Stan dan MRI dapat digunakan untuk mengevaluasi derajat
pembengkakan dan tempat nekrosis.
h. Terapi kortikosteroid (deksametason) untuk mengurangi inflamasi
(Elizabeth, 2009).
i. Ditemukan kadar glukosa serum meningkat.
j. Kultur urin/urinalisis untuk mengidentifikasi organisme penyebab.
k. Kultur nasofaring untuk mengidentifikasi organisme penyebab.
l. Kadar elektrolit serum meningkat jika anak dehidrasi; natrium serum
(Na+) naik; kalium serum (K+) turun (Linda, 2009).
10. Diagnosis/kriteria diagnosis
a. Pemeriksaan laboratorium darah rutin, serologi, PCR
Pada pemeriksaan darah, MB disertai dengan peningkatan leukosit dan
penanda inflamasi, dan kadang disertai hipokalsemia, hiponatremia, serta
gangguan fungsi ginjal dengan asidosis metabolik. Pemeriksaan polymerase
chain reaction (PCR) bersifat sensitif terhadap Streptococcus
pneumoniae dan Neisseria meningitides (Meisadona,2015).
b. Lumbal pungsi Analisi LCS, kultur LCS
Tekanan pembukaan saat pungsi lumbalberkisar antara 20-50
cmH2O.Pencitraan otak harus dilakukan secepatnya untuk mengeksklusi lesi
massa, hidrosefalus, atau edema serebri yang merupakan kontraindikasi
relatif pungsi lumbal. Jika pencitraan tidak dapat dilakukan, pungsi lumbal
harus dihindari pada pasien dengan gangguan kesadaran, keadaan
immunocompromised (AIDS, terapi imunosupresan, pasca-transplantasi),
riwayat penyakit sistem saraf pusat (lesi massa, stroke, infeksi fokal), defisit
neurologik fokal, bangkitan awitan baru, atau papil edema yang
memperlihatkan tanda-tanda ancaman herniasi (Meisadona, 2015).
Kontraindikasi relatife lumbal pungsi antara lain: (Johnson, 2016)
- Kemungkinan adanya peningkatan tekanan intracranial
- Trombositopenia atau diatesis perdarahan lainnya (termasuk terapi
antikoagulan yang sedang berlangsung)
- Diduga abses epidural spinal
Perbandingan karakteristik LCS pada meningitis yang berbeda (Meisadona,
2015).
- Pemeriksaan radiologi :
- Foto polos untuk mengetahui fokus atau sumber infeksi (ex : paru,
mastoiditis, nasalis, periodontal,dll).
- CT-Scan dengan kontras untuk melihat ada atau tidaknya fokus lesi
fokal pada otak. CT-Scan perlu dilakukan untuk mengeksklusikan
kontraindikasi relatif fungsi lumbal.
- MRI Menentukan ada atau tidaknya abnormalitas dan fokus lesi pada
tahap awal.
- Pemeriksaan EEG Diindikasikan pada pasien yang mengalami kejang.
12. Komplikasi
Komplikasi dari meningitis tuberkulosa adalah hidrosefalus, epilepsi,
gangguan jiwa, buta karena atrofi N.II, kelumpuhan otot yang disarafi N.III,
N.IV, N.VI, hemiparesis. Komplikasi dari meningitis purulenta adalah efusi
subdural, abses otak, hidrosefalus, paralisis serebri, epilepsi, ensefalitis, tuli,
renjatan septik.
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan.
Diperlukan pengkajian cermat untuk mengenal masalah pasien, agar dapat
memberikan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat
tergantung pada kecermatan dan ketelitian dalam tahap pengkajian (Muttaqin,
2008).
a. Identitas
1) Identitas pasien terdiri dari: nama, umur, jenis kelamin, status
perkawinan, agama, suku/ bangsa, pendidikan, perkerjaan dan alamat.
2) Indentitas penanggung jawab terdiri dari: nama, hubungan dengan klien,
pendidikan, prkerjaan dan alamat.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan Utama Biasanya pasien datang dengan keluhan utamanya
demam, sakit kepala, mual dan muntah, kejang, sesak nafas, penurunan
tingkat kesadaran
2) Riwayat Kesehatan Sekarang Pengkajian RKS yang mendukung keluhan
utama dilakukan dengan mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai
kelemahan fisik pasien secara PQRST.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu Pengkajianpenyakit yang pernah dialami
pasien yang memungkinkan adanya hubungan atau menjadi predisposisi
keluhan sekarang meliputi pernah kah pasien mengalami infeksi jalan
nafas bagian atas, otitis media, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis
lain, tindakan bedah saraf, riwayat trauma kepala. Riwayat sakit TB paru
perlu ditanyakan kepada pasien terutama jika ada keluhan batuk
produktif dan pernah mengalami pengobatan obat anti tuberkulosa yang
sangat berguna untuk mengidentifikasi meningitis tuberkulosa.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga Pada riwayat kesehatan keluarga, biasanya
apakah ada di dalam keluarga yang pernah mengalami penyakit
keturunan yang dapat memacu terjadinya meningitis.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien
meningitis biasanya bersekitar pada tingkat letargi, stupor, dan
semikomatosa
2) Tanda- Tanda Vital
- TD : Biasanya tekanan darah orang penyakit meningitis normal atau
meningkat dan berhubungan dengan tanda-tanda peningkatan TIK
( N = 90- 140 mmHg).
- Nadi : Biasanya nadi menurun dari biasanya (N = 60-100x/i).
- Respirasi : Biasanya pernafasan orang dengan meningitis ini akan
lebih meningkat dari pernafasan normal (N = 16-20x/i)
- Suhu : Biasanya pasien meningitis didapatkan peningkatan suhu
tubuh lebih dari normal antara 38-41°C (N = 36,5°C – 37,4°C).
3) Pemeriksaan Head To Toe
- Kepala Biasanya pasien dengan meningitis mengalami nyeri kepala.
- Mata Nerfus II, III, IV, VI :Kadang reaksi pupil pada pasien
meningitis yang tidak disertai penurunan kesadaran biasanya tanpa
kelainan. Nerfus V : Refleks kornea biasanya tidak ada kelainan.
- Hidung Nerfus I : Biasanya pada klien meningitis tidak ada kelainan
pada fungsi penciuman
- Telinga Nerfus VIII : Kadang ditemukan pada pasien meningitis
adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.
- Mulut Nerfus VII : Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah
simetris Nerfus XII : Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi
dan tidak ada fasikulasi. Indra pengecapan normal.
- Leher Inspeksi : Biasanya terlihat distensi vena jugularis. Palpasi :
Biasanya teraba distensi vena jugularis. Nerfus IX dan X : Biasanya
pada pasien meningitis kemampuan menelan kurang baik Nerfus XI :
Biasanya pada pasien meningitis terjadinya kaku kuduk
- Dada 1) Paru I : Kadang pada pasien dengan meningitis terdapat
perubahan pola nafas Pa : Biasanya pada pasien meningitis premitus
kiri dan kanan sama P : Biasanya pada pasien meningitis tidak teraba
A : Biasanya pada pasien meningitis bunyi tambahan seperti ronkhi
pada klien dengan meningitis tuberkulosa. 2) Jantung I : Biasanya
pada pasien meningitis ictus tidak teraba Pa : Biasanya pada pasien
meningitis ictus teraba 1 jari medial midklavikula sinistra RIC IV.
P : Biasanyabunyi jantung 1 RIC III kanan, kiri, bunyi jantung II
RIC 4-5 midklavikula. A : Biasanya jantung murni, tidak ada mur-
mur.
- Ekstremitas Biasanya pada pasien meningitis adanya bengkak dan
nyeri pada sendi-sendi (khusunya lutut dan pergelangan kaki).Klien
sering mengalami penurunan kekuatan otot dan kelemahan fisik
secara umum sehingga menggangu ADL.
- Rasangan Meningeal a) Kaku kuduk Adanya upaya untuk fleksi
kepala mengalami kesulitan karena adanya spasme otot-otot .Fleksi
menyebabkan nyeri berat. b) Tanda kernig positif Ketika pasien
dibaringkan dengan paha dalam keadaan fleksi kea rah abdomen,
kaki tidak dapat diekstensikan sempurna. c) Tanda Brudzinski Tanda
ini didapatkan jika leher pasien difleksikan, terjadi fleksi lutut dan
pingul: jika dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah
satu sisi, gerakan yang sama terlihat pada sisi ekstermitas yang
berlawanan. d) Pola Kehidupan Sehari-hari 1) Aktivitas / istirahat
Biasanya pasien mengeluh mengalami peningkatan suhu tubuh 2)
Eliminasi Pasien biasanya didapatkan berkurangnya volume
pengeluaran urine, hal ini berhubungan dengan penurunan perfusi
dan penurunan curah jantung ke ginjal. 3) Makanan / cairan Pasien
menyatakan tidak mempunyai nafsu makan, selalu mual dan muntah
disebabkan peningkatan asam lambung. Pemenuhan nutrisi pada
pasien meningitis menurun karena anoreksia dan adanya kejang. 4)
Hygiene Pasien menyatakan tidak mampu melakukan aktivitas
perawatan diri karena penurunan kekuatan otot.
Betz, Cecily L., Sowden, Linda A. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi
5. Jakarta: EGC.
2007, Jakarta
Media.
Jakarta.
Nelson, Behrman, Kliegman, dkk. Ilmu Kesehatan Anak Nelson edisi 15 vol 1.
https://www.academia.edu/35886853/LP_Meningoensefalitis_docx.2018