Disusun oleh:
ANISA LAILATUS SARIFAH (14.401.20.006)
2. Etiologi
Enchephalitis disebabkan oleh bakteri,virus,parasit,fungi dan
riketsia. Penyebab yang sering adalah vius. Infeksi dapat terjadi karena
virus langsung mnyerang otak atau reaksi radang akut karena infeksi
sistemik atau vaksinasi terdahlu. Enchephalitis juga dapat diakibatkan
oleh invasi lngsung cairan serebrospinal selama fungsi lumbal.
Berbagai jenis virus dapat menimbulkan enchephalitis,meskipun
gejala klinisnya sama. Sesuai dengan jenis virus serta epidemiologinya
diketahui berbagai macam enchephalitis virus. Virus enchephalitis
berkembang biak dari sel hidup yaitu di dalam nucleus dan sitoplasma
seperti babi,kuda,gigitan nyamuk dll (Khairani. 2016).
5. Patofisiologi
Setelah mikroorganisme masuk ke tubuh manusia yang rentan
melalui kulit, saluran pernapasan, saluran cerna. Virus menuju ke sistem
getah bening dan berkembangbiak. Virus akan menyebar melalui
pembuluh darah dan menimbulkan viremia pertama. Virus akan
menyebar ke sistem saraf pusat dan organ eksterneural. Kemudian virus
diepaskan dan masuk kedalam peredaran darah menyebabkan viremia
kedua yang bersamaan dengan penyebaran infeksi penyakit sistemik.
Setelah terjadinya viremia, virus menembus dan berkembangbiak pada
endotel vaskular dengan cara endositosis. Sehingga dapat menembus
sawan otak.
Setelah mencapai SSP virus berkembangbiak cepat pada retikulum
endoplasma serta badan golgi yang menghancurkan mereka.akibat infeksi
virus tersebut maka permeabilitas sel neuron, ganglia dan endotel
meningkat. Sehingga cairan diluar sel masuk kedalam dan timbulah
edema sistosik. Adanya edema dan kerusakan pada SSP ini memberikan
manifestasi berupa Enchephalitis. Dengan masa prodmoral berlangsung
1- 4 hari. Area otak yang terkena dapat pada thalamus, ganglia basal,
batang otak, hipotalamus dan korteks serebra (Khairani.2016).
6. Pathway
Penyebab (Mikroorganisme)
Viremia
Mengenai
Cairan diluar
Gangguan sel masuk kedalam
mobilitas sel
Kelemahan neurologis
Gangguan sensori persepsi
Sirkulasi O2
menurun
Saraf respon nyeri
Kesadaran menurun Perubahan perfusi
jaringan otak
Mual, muntah Nyeri akut
Akumulasi sekret
Gangguan perfusi
Gangguan cerebral
cairan Dan Bersihan jalan
nafas tidak Transmisi impuls berkurang
7. Klasifikasi
Enchephalitis diklasifikasikan menjadi:
a. Enchephalitis suprativa, disebabkan karena peradangan
b. Enchephalitis siphylis, disebabkan karena treponema pallidium
c. Enchephalitis virus, disebabkan oleh berbagai macam virus, misalnya
rabdovirus, toga virus, herpes virus, retro virus
d. Enchephalitis karena parasit, misalnya malaria serebral, toxoplasma
e. Enchephalitis karena fungus, misalnya candida albicans
aspergillus,mucor mikosis (Purwanto.2016).
8. Komplikasi
Penderita yang sembuh dapat mengalami komplikasi berupa gangguan
pengelihatan atau gejala neurologik lain. Penderita yang sembuh tanpa kelainan
neurologik yang nyata, dalam perkembangan selanjunya masih mungkin
menderita retradasi mental, gangguan tingkah laku dan epilepsi (Purwanto.2016).
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah lengkap untuk mengetahui penyebab pasti bakteri dan
sensitivitas
b. Pemeriksaan liver fungsi test untuk mengetahui komplikasi pada organ
hepar atau menyesuaikan dosis obat yang akan diberikan
c. Pemeriksaan BUN dan kreatinin untuk mengetahui status hidrasi pasien
d. CT-Scan
e. MRI
f. Pemeriksaan feses
g. Pemeriksaan cairan serebrospinal (Tursinawati.2017).
10. Penatalaksanaan
a. Mengatasi kejang adalah tidakan vital, pemberian fenobarbital 5-8
mg/KgBB/24 jam. Jika kejang sering terjadi, perlu diberikan diazepam
(0,15-1,0 mg/KgBB) IV, bentuk infus selama 3 menit
b. Memperbaiki homeostasis dengan pemberian cairan infus
c. Mengurangi edema serebri dengan dexametason 0,15-1,0 mg/KgBB/hari
IV dibagi dalam 3 dosis .
d. Menurunkan tekanan intrakranial yang meningkat dengan memberikan
manitol secara IV dengan dosis 11,5-2,0 g/KgBB selama 30-60 menit.
Pemberian dapat diulang setiap 8-12 jam
e. Pengobatan. Untuk pengobatan dapat dibagi menjadi dua macam terapi
yaitu: terapi kausatif dan terapi simptomatis (Khairani.2016).
3. Intervensi Keperawatan
a. Perfusi cerebral tidak efektif b.d edema serebral/penyumbatan aliran
darah.
1) Observasi
Identifikasi penyebab peningkatan TIK (mis. Lesi,
gangguanmetabolisme, edema serebral)
Monitor tanda/gejala peningkatan TIK (mis. Tekanan
darah meningkat, tekanan nadi melebar, bradikardia, pola
napas ireguler, kesadaran menurun)
Monitor MAP (Mean Arterial Pressure)
Monitor CVP (Central Venous Pressure), jika perlu
2) Terapeutik
Minimalkan stimulus dengan menyediakan
lingkungan yangtenang
Berikan posisi semi fowler
Hindari maneuver Valsava
Cegah terjadinya kejang
3) Kolaborasi
Kolaborasi pemberian sedasi dan antikonvulsan, jika perlu
Kolaborasi pemberian diuretic osmosis, jika perlu.
2) Terapeutik
Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis.
Suhuruangan, pencahayaan, kebisingan)
Fasilitasi istirahat dan tidur
3) Edukasi
Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
4)Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu (PPNI,
2018).