Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

MENINGO ENCEPHALITIS DI RUANG NICU/PICU


RSD dr. SOEBANDI JEMBER

Disusun oleh:
ANISA LAILATUS SARIFAH (14.401.20.006)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RUSTIDA


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI
2022
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi Enchephalitis
Enchephalitis adalah suatu proses inflamasi jaringan parenkim
otak, dapat menimbulkan gangguan kesadaran, tanda neurologik fokal
dan kejang. Ensefalitis dapat disebabkan berbagai mikroorganisme
seperti bakteri, protozoa, cacing, jamur, spirochaeta dan virus (Makmur
Tri.2020).
Enchephalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan
oleh berbagai mikroorganisme,virus,ensefalitis parasit yang disebabkan
oleh malaria,toxoplasmosis dan ensefalitis yang disebabkan oleh fungi
dan riketsia (Tursinawati.2017).
Enchephaitis adalah infeksi jaringan parenkim otak oleh berbagai
macam mikroorganisme. Pada enchephalitis teradi peradangan jaringan
otak yang dapat mengenai selaput pembungkus otak sampai dengan
medula spinalis ( Pratama.2018).

2. Etiologi
Enchephalitis disebabkan oleh bakteri,virus,parasit,fungi dan
riketsia. Penyebab yang sering adalah vius. Infeksi dapat terjadi karena
virus langsung mnyerang otak atau reaksi radang akut karena infeksi
sistemik atau vaksinasi terdahlu. Enchephalitis juga dapat diakibatkan
oleh invasi lngsung cairan serebrospinal selama fungsi lumbal.
Berbagai jenis virus dapat menimbulkan enchephalitis,meskipun
gejala klinisnya sama. Sesuai dengan jenis virus serta epidemiologinya
diketahui berbagai macam enchephalitis virus. Virus enchephalitis
berkembang biak dari sel hidup yaitu di dalam nucleus dan sitoplasma
seperti babi,kuda,gigitan nyamuk dll (Khairani. 2016).

3. Tanda dan Gejala


Meskipun penebabnya berbeda-beda,gejala klinis enchephalitis
kurang lebih sama dan khas,sehingga dapat digunakan sebagai kriteria
diagnosis. Secara umum,gejala berupa trias enchephalitis yang terdiri
darri demam, kejang dan kesadaran menurun, sakit kepala kadang juga
disertai kaku kuduk.
Adapun tanda dan gejala enchephalitis yaitu:

a. Suhu yang mendadak naik, seringkali ditemukan hiperpireksia


b. Kesadaran dengan cepat menurun
c. Muntah
d. Kejang-kejang yang dapat bersifat umum, fokal atau twiching (
kejang di muka)
e. Gejala-gejala serebrum lain, yang dapat timbul sendiri-sendiri atau
bersama-sama, misal paresis atau paralisis,afasia dan sebagainya (
Purwanto. 2016).
4. Manifestasi Klinis
Enchephalitis biasanya memperlihatkan gejala awal yang dramatis
berupa delirium dan penurunan progresif kesadaran. Dapat timbul kejang
dan gerakan-gerakan abnormal. Setelah masa inkubasi kurang lebih 5-10
hari akan terjadi kenaikan suhu yang mendadak, seringkali terjadi
hiperpireksia, nyeri kepala. Ditemukan tanda perangsangan SSP (koma,
stupor, letargi), kaku kuduk, peningkatan reflek tendon, tremor,
kelemahan otot ( Khairani.2016).

5. Patofisiologi
Setelah mikroorganisme masuk ke tubuh manusia yang rentan
melalui kulit, saluran pernapasan, saluran cerna. Virus menuju ke sistem
getah bening dan berkembangbiak. Virus akan menyebar melalui
pembuluh darah dan menimbulkan viremia pertama. Virus akan
menyebar ke sistem saraf pusat dan organ eksterneural. Kemudian virus
diepaskan dan masuk kedalam peredaran darah menyebabkan viremia
kedua yang bersamaan dengan penyebaran infeksi penyakit sistemik.
Setelah terjadinya viremia, virus menembus dan berkembangbiak pada
endotel vaskular dengan cara endositosis. Sehingga dapat menembus
sawan otak.
Setelah mencapai SSP virus berkembangbiak cepat pada retikulum
endoplasma serta badan golgi yang menghancurkan mereka.akibat infeksi
virus tersebut maka permeabilitas sel neuron, ganglia dan endotel
meningkat. Sehingga cairan diluar sel masuk kedalam dan timbulah
edema sistosik. Adanya edema dan kerusakan pada SSP ini memberikan
manifestasi berupa Enchephalitis. Dengan masa prodmoral berlangsung
1- 4 hari. Area otak yang terkena dapat pada thalamus, ganglia basal,
batang otak, hipotalamus dan korteks serebra (Khairani.2016).
6. Pathway

Penyebab (Mikroorganisme)

Masuk kedalam tubuh melalui pembuluh darah

Viremia

Mengenai

Merangsang Sistem pertahanan tubuh


Oedema otak

Memicu reaksi antigen antibody


Modulla Aras terdesak Merangsang sel
oblongata Terjadi inflamasi
terdesak
Di enchepalon mengenai CNS Fungsi substansia alba,
korteks serebri

Permeabilitas sel neuron menurun Tranmisi sensori


Kejang

Cairan diluar
Gangguan sel masuk kedalam
mobilitas sel
Kelemahan neurologis
Gangguan sensori persepsi

Sirkulasi O2
menurun
Saraf respon nyeri
Kesadaran menurun Perubahan perfusi
jaringan otak
Mual, muntah Nyeri akut
Akumulasi sekret
Gangguan perfusi
Gangguan cerebral
cairan Dan Bersihan jalan
nafas tidak Transmisi impuls berkurang
7. Klasifikasi
Enchephalitis diklasifikasikan menjadi:
a. Enchephalitis suprativa, disebabkan karena peradangan
b. Enchephalitis siphylis, disebabkan karena treponema pallidium
c. Enchephalitis virus, disebabkan oleh berbagai macam virus, misalnya
rabdovirus, toga virus, herpes virus, retro virus
d. Enchephalitis karena parasit, misalnya malaria serebral, toxoplasma
e. Enchephalitis karena fungus, misalnya candida albicans
aspergillus,mucor mikosis (Purwanto.2016).

8. Komplikasi
Penderita yang sembuh dapat mengalami komplikasi berupa gangguan
pengelihatan atau gejala neurologik lain. Penderita yang sembuh tanpa kelainan
neurologik yang nyata, dalam perkembangan selanjunya masih mungkin
menderita retradasi mental, gangguan tingkah laku dan epilepsi (Purwanto.2016).

9. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah lengkap untuk mengetahui penyebab pasti bakteri dan
sensitivitas
b. Pemeriksaan liver fungsi test untuk mengetahui komplikasi pada organ
hepar atau menyesuaikan dosis obat yang akan diberikan
c. Pemeriksaan BUN dan kreatinin untuk mengetahui status hidrasi pasien
d. CT-Scan
e. MRI
f. Pemeriksaan feses
g. Pemeriksaan cairan serebrospinal (Tursinawati.2017).

10. Penatalaksanaan
a. Mengatasi kejang adalah tidakan vital, pemberian fenobarbital 5-8
mg/KgBB/24 jam. Jika kejang sering terjadi, perlu diberikan diazepam
(0,15-1,0 mg/KgBB) IV, bentuk infus selama 3 menit
b. Memperbaiki homeostasis dengan pemberian cairan infus
c. Mengurangi edema serebri dengan dexametason 0,15-1,0 mg/KgBB/hari
IV dibagi dalam 3 dosis .
d. Menurunkan tekanan intrakranial yang meningkat dengan memberikan
manitol secara IV dengan dosis 11,5-2,0 g/KgBB selama 30-60 menit.
Pemberian dapat diulang setiap 8-12 jam
e. Pengobatan. Untuk pengobatan dapat dibagi menjadi dua macam terapi
yaitu: terapi kausatif dan terapi simptomatis (Khairani.2016).

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas
Enchephalitis dapat menyerang pada semua kelompok umur
1) Keluhan Utama
Keluan utama berupa suhu badan meningkat, kejang, kesadaran menurun
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Disini harus ditanya dengan jelas tentang gejala yang timbul seperti
kapan mulai serangan, sembuh atau bertambah buruk. Pada pengkajian
klien encefalitis biasanya didapatkankeluhan yang berhubungan dengan
akibat dari infeksi dan peningkatan TIK. Keluhan gejala awal yang sering
adalah sakit kepala dan demam.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien sebelumnya menderita batuk, pilek kurang lebih 1-4 hari,pernah
menderita penyakit herpes, penyakit infeksi pada hidung, telinga dan
tenggorokan.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga ada yang menderita penyakit yang disebabkan oleh virus, contoh:
penyakit herpes dan lain-lain, bakteri contoh: streptococcus,, E.Coli dll.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
a) Kesadaran
Perubahan tingkat kesedaran, aphasia, hemiparesis, ataksia,
nystagmus, paralisis kuler, kelemahan pada wajah.
b) Tanda-tanda Vital
Pemeriksaan dimulai dengan pemeriksaan tanda-tanda vital. Pada
klien encefalitis biasanya di dapatkan peningkatan suhu tubuh lebih
dari normal 39-40 derajad celsius. Penurunan denyut nadi terjadi
berhubungan dengan tanda-tanda peningkatan TIK. Apabila
disertai peningkatan frekuensi pernafasan sering berhubungan
dengan peningkatan laju metabolisme umum dan adanya infeksi
sistem pernafasan sebelum mengalami encefalitis. TD biasanya
normal atau meningkat berhubungan dengan tanda tanda peningkan
TIK.
2) Body system
a) Sistem Pernapasan
Biasanya terdapat batuk, produksi sputum, sesak nafas,
penggunaan otot bantu nafas, dan peningkatan frekuensi penapasan
yang sering didapatkan pada klien encefalitis yang disertai adanya
gangguan sistem pernafasan. Palpasi biasanya taktil premitus
seimbang kanan dan kiri. Auskultasi bunyi napas tambahan seperti
ronkhi pada klien dengan encefalitis berhubungan akumulasi sekret
dari penurunan kesadaran.
b) Sistem kardiovaskuler
Pengkajian pada sistem kardiovaskuler didapatkan renjatan (syok)
hipovolemik yang sering terjadi pada klien encefalitis.
c) Sistem Persyarafan
Pemeriksaan syaraf
karnial

 Syaraf I fungsi penciuman biasanya tidak ada kelainan


padaklien encefalitis.
 Syaraf II tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal.
Pemeriksaan papiledema mungkin didapatkan pada
encefalitis superatif disertai abses serebri dan efusi
subduralyang menyebabkan terjadinya peningkatan TIK
 Syaraf III,IV,dan VI Pemeriksaan fungsi reaksi pupil pada
klien encefalitis yang tidak disertai penurunan kesadaran
biasanya tanda kelainan. Pada tahap lanjut encefalitis
yang menggangu kesadaran, tanda-tanda perubahan dari
fungsi dan reaksi pupil akan di dapatkan, dengan alasan
yang tidak diketahui, klien encefalitis mengeluh
mengalami fotofobia atau sensitif berlebihan pada cahaya.
 Syaraf V pada klien encefalitis di dapatkan paralisis pada
otot sehingga menggangu proses mengunyah
 Syaraf VII persepsi pengcapan dalam batas normal, wajah
asimetris karena adanya paralisis unilateral
 Syaraf VIII tidak di temukannya tuli konduktif dan tuli
persepsi
 Syaraf IX dan X kemampuan menelan kurang baik
sehinggamenggangu pemenuhan nutrisi via oral
 Syaraf XI tidak ada atrofi otot sternokloidormastoideus
dan trapezius. Adanya usaha dari klien untuk melakukan
fleksi leher dan kaku kuduk.
 Syaraf ke XII lidah simetris, tidak ada defiasi pada satu
sisi dan tidak ada fasikulasi. Indra pengecap normal
d) Sistem perkemihan
Pemeriksaan pada sistem perkemihan biasanya di dapatkan
kekurangan nya volume haluaran urine, hal ini berhubungan
denganpenurunan perfungsi dan penurunan curah jantung ke
ginjal.
e) Sitem pencernaan
Mual sampai muntah dihubungkan dengan peningkatan
produksi asam lambung. Pemenuhan nutrisi pada klien
encefalitis menurun karena anoreksia dan adanya kejang.
f) Sistem Integumen
Perlu dilakukan pencegahan terjadinya dekubitus untuk
pasien yang dirawat dalam jangka panjang maupun pada
pasien sembuh dengandefisit neurologis.
g) Sistem musculoskeletal
Penurunan kekuatan otot dan penurunan tingkat kesadaran
menurunkan mobilitas klien secara umum. Dalam pemenuhan
kebutuhan sehari-hari klien lebih banyak dibantu oleh orang
lain.
h) Sistem endokrin
Tidak ada gangguan pada sistem endokrin, indra pengencap
normal.
i) Sistem reproduksi
Ensefalitis berat yang luas sering terjadi pada neonatus yang
lahir pervaginam dari wanita dengan infeksi genital VHS
primer aktif.
j) Sistem pengindraan
Fungsi penciuman biasanya tidak ada kelainan pada klien
encefalitis. lidah simetris, tidak ada defiasi pada satu sisi dan
tidak ada fasikulasi. Indra pengecap normal.
k) Sistem imun
Encefalitis dapat terjadi akibat komplikasi penyakit pada
masa kanak-kanak seperti campak, gondong atau cacar air.
Maka pentingnya memperbarui status imunisasi anak seperti
vaksin rabiespasca-pajanan anak digigit oleh binatang yang
diduga gila.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut (PPNI, 2017) diagnosa keperawatan enchepalitis yang muncul
antara lain:
a. Perfusi cerebral tidak efektif b.d edema serebral/penyumbatan
aliran darah.
Definisi : Berisiko mengalami penurunan sirkuladi darah ke otak
b. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d
akumulasi secret
Definisi: Ketidakmampuan membersihkan secret atau obstruksi
jalan napasmempertahankan jalan napas tetap paten.
c. Nyeri akut b.d iritasi
lapisan
otak
Definisi: Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang
berlangsung kurang dari 3 bulan.
d. Gangguan mobilitas fisik b.d
kelemahan neurologis
Definisi: Keterbatasan dalam gerak fisik dari satu atau lebih
ekstremitas secara mandiri

3. Intervensi Keperawatan
a. Perfusi cerebral tidak efektif b.d edema serebral/penyumbatan aliran
darah.
1) Observasi
 Identifikasi penyebab peningkatan TIK (mis. Lesi,
gangguanmetabolisme, edema serebral)
 Monitor tanda/gejala peningkatan TIK (mis. Tekanan
darah meningkat, tekanan nadi melebar, bradikardia, pola
napas ireguler, kesadaran menurun)
 Monitor MAP (Mean Arterial Pressure)
 Monitor CVP (Central Venous Pressure), jika perlu
2) Terapeutik
 Minimalkan stimulus dengan menyediakan
lingkungan yangtenang
 Berikan posisi semi fowler
 Hindari maneuver Valsava
 Cegah terjadinya kejang
3) Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian sedasi dan antikonvulsan, jika perlu
 Kolaborasi pemberian diuretic osmosis, jika perlu.

b. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d akumulasi secret


1) Observasi
 Identifikasi kemampuan batuk
 Monitor adanya retensi sputum
 Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas
2) Terapeutik
 Atur posisi semi-Fowler atau Fowler
 Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
 Buang sekret pada tempat sputum
3) Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
 Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama 4
detik, ditahan selama 2 detik, kemudian keluarkan dari
mulut dengan bibir mencucu (dibulatkan) selama 8 detik
 Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3 kali
 Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas
dalam yang ke-3
4) Kolaborasi
Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika
perlu(PPNI. 2018).

c. Nyeri akut b.d iritasi lapisan otak


1) Observasi
 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas,intensitas nyeri
 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respon nyeri non verbal
 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
nyeri

2) Terapeutik
 Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
 Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis.
Suhuruangan, pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
3) Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
4)Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu (PPNI,
2018).

d. Gangguan mobilitas fisik b.d kelemahan neurologis


1) Observasi
 Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
 Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
 Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum
memulai mobilisasi
 Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
2) Terapeutik
 Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis.
Pagar tempat tidur)
 Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
 Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
pergerakan
3) Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
 Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis.
Duduk ditempat tidur, pindah daritempat tidur ke kursi)
(PPNI, 2018).

Anda mungkin juga menyukai