terjadi reaksi radang yang difus pada jaringan otak dengan infiltrasi
lekosit disertai udem, perlunakan dan kongesti jaringan otak,
kadang-kadang disertai bintik perdarahan
Pembentukan eksudat
Peningkatan TIK Penekanan area fokal
dan transudat
Penekanan Area Kejang dan Neri
Oedema Cerebral
pengatur Kesadaran Kepala
Penumpukan secret
Kemampuan batuk menurun
Gangguan Bersihan
Jalan Nafas
MANIFESTASI KLINIS :
Biasanya tidak jelas, tetapi terdapat gejala-gejala
infeksi seperti demam, malaise, anoreksi dan
gejala-gejala peninggian tekanan intrakranial
berupa muntah, sakit kepala dan kejang.
Dengan semakin besarnya abses otak = Triase
1. Gejala infeksi.
2. Peninggian tekanan intrakranial dan
3. Gejala deficit neurologik fokal (Tergantung
lokasi / lobus otak yang mengalami gangguan)
Abses pada lobus
frontalis:
Biasanya tenang,
hemikonvulsi,
hemiparesis,
hemianopsia homonim
disertai kesadaran yang
menurun (Prognosis
kurang baik karena
biasanya terjadi
herniasi dan perforasi
ke dalam kavum
ventrikel).
Abses lobus
temporalis : gangguan
pendengaran dan
mengecap,disfasia, defek
penglihatan,hemianopsi
komplit. Gangguan
motorik terutama wajah
dan anggota gerak atas.
Relatif asimptomatik,
berlokasi terutama di
daerah anterior sehingga
gejala fokal adalah gejala
sensorimotorik.
Abses serebelum
berlokasi pada satu
hemisfer,
menyebabkan ggn
koordinasi seperti
ataksia, tremor,
dismetri dan
nistagmus.
Abses batang otak
jarang sekali terjadi,
biasanya berasal
hematogen dan
berakibat fatal.
PENATALAKSANAAN KLIEN ABSES OTAK
Pada umumnya terapi abses otak meliputi
pemberian antibiotik dan tindakan operatif
berupa eksisi (aspirasi), drainase dan
ekstirpasi(Abses yang lokasinya jauh dalam
jaringan otak, Soliter atau multipel merupakan
kontraindikasi operasi).
Foto polos kepala : Memperlihatkan tanda
peninggian tekanan intrakranial.
Pemeriksaan EEG : Untuk mengetahui lokalisasi
abses dalam hemisfer. EEG memperlihatkan
perlambatan fokal yaitu gelombang lambat delta
dengan frekuensi 13 siklus/detik pada lokasi abses.
Pnemoensefalografi penting terutama untuk
diagnostik abses serebelum.
CT scan selain mengetahui lokasi abses juga dapat
membedakan suatu serebritis dengan abses.
Magnetic Resonance Imaging saat ini banyak
digunakan, selain memberikan diagnosis yang
lebih cepat juga lebih akurat.
Tes Lab : Terutama pemeriksaan darah perifer
yaitu pemeriksaan lekosit dan laju endap darah;
didapatkan peninggian lekosit dan laju endap
darah.
Pemeriksaan cairan serebrospinal pada
umumnya memperlihatkan gambaran yang
normal. Bisa didapatkan kadar protein yang
sedikit meninggi.
KOMPLIKASI
Retardasi mental.
Epilepsi.
Kelainan nerologik fokal yang lebih berat.
Komplikasi ini terjadi bila Abses Otak tidak
sembuh sempurna.
PROGNOSIS
Tergantung dari:
Cepatnya diagnosis ditegakkan
Derajat perubahan patologis
Soliter atau multipel
Penanganan yang adekuat.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN ABSES OTAK
Anamnesis
Pada abses otak meliputi keluhan utama, riwayat
kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu,
dan pengkajian psikososial. Hasil pengkajian
abses otak berhubungan dengan adanya
perubahan pada dinamika intracranial (edema,
pergeseran otak), infeksi atau lokasi abses.
Keluhan Utama :
adanya gejala deficit neurologis (kelemahan
ekstremitas, penurunan penglihatan, dan kejang)
Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan tersebut diantaranya :
Kelemahan ekstremitas.
Penurunan penglihatan, dan kejang,
Penurunan atau perubahan pada tingkat
kesadaran.
Disorientasi dan gangguan memori.
Keluhan perubahan perilaku juga umum terjadi.
Sesuai perkembangan penyakit, dapat terjadi
letargik, apatis, dan koma.
Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengalami riwayat trauma langsung dari
trauma intracranial atau pembedahan.
Mengalami infeksi dari daerah lain seperti sinus,
telinga, dan gigi (infeksi sinus paranasal, otitis
media, sepsis gigi).
Kemungkinan penyebaran infeksi dari organ lain
(abses paru, endokarditis infektif), dan dapat
menjadi komplikasi yang berhubungan dengan
beberapa bentuk meningitis yang menjadikannya
abses otak.
Pengkajian Psikososiospiritual
Memperoleh persepsi yang jelas mengenai : status
emosi, kognitif dan perilaku klien.
Pengkajian mekanisme koping, perubahan peran,
ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa
ketidakmampuan untuk melakukan aktifitas
secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya
yang salah (gangguan citra tubuh)
Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda Vital
Peningkatan suhu tubuh lebih dari normal : 38 –
41C.
Penurunan denyut nadi terjadi berhubunan
dengan tanda TTIK.
Peningkatan frekuensi nafas : Peningkatan laju
metabolism dan adanya infeksi pada system
pernafasan sebelum mengalami abses otak.
TD biasanya normal atau meningkat karena tanda
TTIK.
B 1 (Breathing)
Penurunan kemampuan batuk, produksi sputum,
sesak nafas, penggunaan otot bantu nafas dan
peningkatan frekuensi nafas.
Terdapat rochi pada klien dengan akumulasi
secret.
B 2 (Blood)
Dilakukan terutama pada tahap lanjut seperti
apabila klien sudah mengalami syok.
B 3 (Brain)
Pengkajian Tingkat Kesadaran : Berada pada
tingkat somnolent, stupor, dan semikomatosa.
Pengkajian Fungsi Serebral : Mengalami
perubahan dalam penampilan, tingkah laku, gaya
bicara, ekspresi wajah dan aktivitas motorik klien.
Pengkajian Saraf Kranial : N II : terdapat
papiledema (abses otak supuratif disertai abses
serebri dan efusi subdural yang menyebabkan
terjadinya TTIK). N III,IVdan VI. Pada tahap
lanjut yang telah mengganggu kesadaran, tanda-
tanda perubahan dari fungsi dan reaksi pupil akan
didapatkan. Fotopobia.
Pengkajian Sistem Motorik : Kekuatan otot
menurun, control keseimbangaan dan koordinasi
pada tahap lanjut mengalami perubahan, sehingga
klien mengalami kelemahan ekstremitas dan
gangguan aktivitas sehari-hari.