Anda di halaman 1dari 27

Oleh :

Rizki Juniar E.S.


PENGERTIAN
 Abses otak merupakan kumpulan dari unsur-
unsur infeksius dalam jaringan otak.
 Abses otak adalah penumpukan nanah di otak.
Biasanya tumpukan nanah ini mempunyai
selubung yang disebut kapsel. Tumpukan bisa
tunggal atau terletak beberapa tempat di otak.
 Reaksi piogenik yang terlokalisir pada jaringan
otak.
ANGKA KEJADIAN KASUS ABSES OTAK

 Angka kejadian yang sebenarnya dari Abses Otak


tidak diketahui.
 Laki-laki lebih sering daripada perempuan dengan
perbandingan 2:1. (18 kasus Abses Otak pada anak
dengan usia termuda 5 bulan).
ETIOLOGI
Bakteri yang tersering adalah Staphylococcus
aureus, Streptococcus anaerob, Streptococcus beta
hemolyticus, Streptococcus alpha hemolyticus, E.
coli dan Baeteroides.
Jamur penyebab AO antara lain Nocardia
asteroides, Cladosporium trichoides dan spesies
Candida dan Aspergillus.
Walaupun jarang, Entamuba histolitica, suatu
parasit amuba usus dapat menimbulkan AO
secara hematogen.
(Kira-kira 620% disebabkan oleh flora campuran, kurang lebih 25%
adalah kriptogenik (tidak diketahui sebabnya).
Invasi Kuman Dapat Terjadi Melalui :
1. Invasi otak langsung dari trauma intracranial
atau pembedahan.
2. Penyebaran infeksi dari daerah lain, seperti
sinus, telinga dan gigi Iinfeksius paranasal, sepsis
gigi, otitis media.
3. Penyebaran infeksi dari organ lain (Abses
paru-paru, endokarditis infekstif) dan dapat
menjadi komplikasi yang berhubungan dengan
beberapa bentuk abses otak.
ABSES OTAK
PATOFISIOLOGI
Invasi bakteri ke otak langsung ,Penyebaran infeksi dari daerah lain,
Penyebaran infeksi dari organ lain

terjadi reaksi radang yang difus pada jaringan otak dengan infiltrasi
lekosit disertai udem, perlunakan dan kongesti jaringan otak,
kadang-kadang disertai bintik perdarahan

Necrosis (pemb. Rongga Abses)

fibrosis yang progresif terbentuk kapsul


dengan dinding yang konsentris

Pembentukan eksudat
Peningkatan TIK Penekanan area fokal
dan transudat
Penekanan Area Kejang dan Neri
Oedema Cerebral
pengatur Kesadaran Kepala

Penurunan tingkat Perubahan tingkat Nyeri


kesadaran : lethargic, Resiko cedera
kesadaran perubahan perilaku,
disorientasi dan fotopobia

Gangguan perfusi Kematian


Koma
jaringan cerebral

Koping keluarga tidak efektif


Kecemasan Keluarga
Perubahan pemenuhan Intake nutrisi tidak Pemenuhan
nutrisi adekuat Nutrisi Kurang
dari kebutuhan

Gangguan Mobilisasi Fisik

Gangguan Persepsi Sensori

Penumpukan secret
Kemampuan batuk menurun

Gangguan Bersihan
Jalan Nafas
MANIFESTASI KLINIS :
 Biasanya tidak jelas, tetapi terdapat gejala-gejala
infeksi seperti demam, malaise, anoreksi dan
gejala-gejala peninggian tekanan intrakranial
berupa muntah, sakit kepala dan kejang.
 Dengan semakin besarnya abses otak = Triase
1. Gejala infeksi.
2. Peninggian tekanan intrakranial dan
3. Gejala deficit neurologik fokal (Tergantung
lokasi / lobus otak yang mengalami gangguan)
 Abses pada lobus
frontalis:
Biasanya tenang,
hemikonvulsi,
hemiparesis,
hemianopsia homonim
disertai kesadaran yang
menurun (Prognosis
kurang baik karena
biasanya terjadi
herniasi dan perforasi
ke dalam kavum
ventrikel).
 Abses lobus
temporalis : gangguan
pendengaran dan
mengecap,disfasia, defek
penglihatan,hemianopsi
komplit. Gangguan
motorik terutama wajah
dan anggota gerak atas.
Relatif asimptomatik,
berlokasi terutama di
daerah anterior sehingga
gejala fokal adalah gejala
sensorimotorik.
 Abses serebelum
berlokasi pada satu
hemisfer,
menyebabkan ggn
koordinasi seperti
ataksia, tremor,
dismetri dan
nistagmus.
 Abses batang otak
jarang sekali terjadi,
biasanya berasal
hematogen dan
berakibat fatal.
PENATALAKSANAAN KLIEN ABSES OTAK
 Pada umumnya terapi abses otak meliputi
pemberian antibiotik dan tindakan operatif
berupa eksisi (aspirasi), drainase dan
ekstirpasi(Abses yang lokasinya jauh dalam
jaringan otak, Soliter atau multipel merupakan
kontraindikasi operasi).
 Foto polos kepala : Memperlihatkan tanda
peninggian tekanan intrakranial.
 Pemeriksaan EEG : Untuk mengetahui lokalisasi
abses dalam hemisfer. EEG memperlihatkan
perlambatan fokal yaitu gelombang lambat delta
dengan frekuensi 13 siklus/detik pada lokasi abses.
 Pnemoensefalografi penting terutama untuk
diagnostik abses serebelum.
 CT scan selain mengetahui lokasi abses juga dapat
membedakan suatu serebritis dengan abses.
 Magnetic Resonance Imaging saat ini banyak
digunakan, selain memberikan diagnosis yang
lebih cepat juga lebih akurat.
 Tes Lab : Terutama pemeriksaan darah perifer
yaitu pemeriksaan lekosit dan laju endap darah;
didapatkan peninggian lekosit dan laju endap
darah.
 Pemeriksaan cairan serebrospinal pada
umumnya memperlihatkan gambaran yang
normal. Bisa didapatkan kadar protein yang
sedikit meninggi.
KOMPLIKASI
 Retardasi mental.
 Epilepsi.
 Kelainan nerologik fokal yang lebih berat.
Komplikasi ini terjadi bila Abses Otak tidak
sembuh sempurna.
PROGNOSIS
Tergantung dari:
 Cepatnya diagnosis ditegakkan
 Derajat perubahan patologis
 Soliter atau multipel
 Penanganan yang adekuat.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN ABSES OTAK
Anamnesis
 Pada abses otak meliputi keluhan utama, riwayat
kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu,
dan pengkajian psikososial. Hasil pengkajian
abses otak berhubungan dengan adanya
perubahan pada dinamika intracranial (edema,
pergeseran otak), infeksi atau lokasi abses.

Keluhan Utama :
 adanya gejala deficit neurologis (kelemahan
ekstremitas, penurunan penglihatan, dan kejang)
Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan tersebut diantaranya :
 Kelemahan ekstremitas.
 Penurunan penglihatan, dan kejang,
 Penurunan atau perubahan pada tingkat
kesadaran.
 Disorientasi dan gangguan memori.
 Keluhan perubahan perilaku juga umum terjadi.
Sesuai perkembangan penyakit, dapat terjadi
letargik, apatis, dan koma.
Riwayat Penyakit Dahulu
 Klien mengalami riwayat trauma langsung dari
trauma intracranial atau pembedahan.
 Mengalami infeksi dari daerah lain seperti sinus,
telinga, dan gigi (infeksi sinus paranasal, otitis
media, sepsis gigi).
 Kemungkinan penyebaran infeksi dari organ lain
(abses paru, endokarditis infektif), dan dapat
menjadi komplikasi yang berhubungan dengan
beberapa bentuk meningitis yang menjadikannya
abses otak.
Pengkajian Psikososiospiritual
 Memperoleh persepsi yang jelas mengenai : status
emosi, kognitif dan perilaku klien.
 Pengkajian mekanisme koping, perubahan peran,
ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa
ketidakmampuan untuk melakukan aktifitas
secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya
yang salah (gangguan citra tubuh)
Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda Vital
 Peningkatan suhu tubuh lebih dari normal : 38 –
41C.
 Penurunan denyut nadi terjadi berhubunan
dengan tanda TTIK.
 Peningkatan frekuensi nafas : Peningkatan laju
metabolism dan adanya infeksi pada system
pernafasan sebelum mengalami abses otak.
 TD biasanya normal atau meningkat karena tanda
TTIK.
B 1 (Breathing)
 Penurunan kemampuan batuk, produksi sputum,
sesak nafas, penggunaan otot bantu nafas dan
peningkatan frekuensi nafas.
 Terdapat rochi pada klien dengan akumulasi
secret.
B 2 (Blood)
 Dilakukan terutama pada tahap lanjut seperti
apabila klien sudah mengalami syok.
B 3 (Brain)
 Pengkajian Tingkat Kesadaran : Berada pada
tingkat somnolent, stupor, dan semikomatosa.
 Pengkajian Fungsi Serebral : Mengalami
perubahan dalam penampilan, tingkah laku, gaya
bicara, ekspresi wajah dan aktivitas motorik klien.
 Pengkajian Saraf Kranial : N II : terdapat
papiledema (abses otak supuratif disertai abses
serebri dan efusi subdural yang menyebabkan
terjadinya TTIK). N III,IVdan VI. Pada tahap
lanjut yang telah mengganggu kesadaran, tanda-
tanda perubahan dari fungsi dan reaksi pupil akan
didapatkan. Fotopobia.
 Pengkajian Sistem Motorik : Kekuatan otot
menurun, control keseimbangaan dan koordinasi
pada tahap lanjut mengalami perubahan, sehingga
klien mengalami kelemahan ekstremitas dan
gangguan aktivitas sehari-hari.

 Pengkajian Refleks : Pada keadaan tertentu klien


biasanya mengalami kejang umum, terutama pada
anak dengan abses otak disertai peningkatan suhu
tubuh yang tinggi. Kejang dan peningkatan TTIK
juga berhubungan dengan abses otak.

 Pengkajian iritasi meningens : kaku kuduk +


DIAGNOSA KEPERAWATAN :
1. Perubahan perfusi jaringan serebral yang
berhubungan dengan proses inflamasi sekunder
dari invasi kuman dan proses supurasi di saraf
pusat.
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang
berhubungan dengan tidak adekuatnya batuk
efektif dan peningkatan produksi secret di jalan
nafas.
3. Hipertermi yang berhubungan dengan inflamasi
sekunder pada pusat pengatur suhu tubuh.
4. Nyeri yang berhubungan dengan proses
inflamasi sekunder dari invasi kuman dan proses
supurasi di saraf pusat.
5. Risiko cedera yang berhubungan dengan
ketidakmampuan dalam mengontrol mobilitas.
6. Risiko perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan yang
berhubungan dengan asupan nutrisi yang tidak adekuat.
7. Gangguan pemenuhan ADL yang berhubungan dengan
kelemahan fisik umum.
8. Gangguan persepsi sensori yang berhubungan dengan
menurunnya input ke pengatur persepsi sensori sekunder
dari proses inflamasi.
9. Koping keluarga tidak efektif yang berhubungan dengan
kondisi kritis, prognosis penyakit yang tidak jelas,
ketidakmampuan dalam mengambil koping yang efektif.
10. Ansietas keluarga yang berhubungan dengan krisis
keluarga, prognosis penyakit.

Anda mungkin juga menyukai