Anda di halaman 1dari 8

KONSEP DASAR ABCES CEREBRI

A. Definisi
Abses cerebri/otak adalah sekumpulan nanah yang terbentuk diotak akibat
proses infeksi. Infeksi terjadi akibat bakteri atau jamur yang berhasil masuk ke
jaringan otak melalui aliran darah dan berkembangbiak menggerogoti jaringan
otak normal dan berubah menjadi nanah serta jaringan mati. Namun pada
beberapa kasus tidak diketahui sumber infeksinya.
Infeksi yang terjadi juga mengganggu aliran darah ke otak akibatnya
penderita akan mengalami sakit kepala hebat, gangguan fungsi saraf seperti
kelumpuhan, kelemahan otot, kejang, leher kaku, hingga terganggunya keadaan
mental.
B. Anatomi Fisiologi
Fisiologi
Otak manusia adalah struktur pusat pengaturan yang memiliki volume
sekitar 1.350cc dan terdiri atas 100 juta sel saraf atau neuron. Otak manusia
bertanggung jawab terhadap pengaturan seluruh badan dan pemikiran manusia.
Oleh karena itu terdapat kaitan erat antara otak dan pemikiran. Otak dan sel
saraf didalamnnya dipercayai dapat mempengaruhi kognisi manusia.
Pengetahuan mengenai otak mempengaruhi perkembangan psikologi kognitif.
Anatomi
1. Prosenchepalon- Otak depan
2. Mensenchepalon – otak tengah
- Dienchepalon = thalamus, hypothalamus
- Telenchepalon = kortes serebri, ganglia basalis, corpus striatum
Rombenchepalon – otak belakang
- Metenchepalon = pons, cerebellum
- Myelenchepalon = medulla oblongata
C. Etiologi

Penyebab utama abses otak adalah infeksi bakteri atau jamur di jaringan
otak. Infeksi tersebut bisa berasal dari infeksi di otak, cedera kepala, prosedur
operasi di otak, atau penyebaran infeksi dari organ lain. Jenis bakteri yang
paling sering menyebabkan penumpukan nanah di otak
berasal dari golongan Bacteriodes, Streptococcus, Staphylococcus, atau Enter-
obacter. Sedangkan jenis patogen lain yang paling sering menyebabkan
terbentuknya abses otak adalah jamur Aspergillus atau parasit Toxoplasma
gondii.
Kondisi ini dapat menyerang siapa saja dari segala usia. Namun, beberepa
orang lebih beresiko tinggi daripada yang lainnya beberapa kondisi yang dapat
meningkatkan resiko abses otak yaitu:

1. Memiliki daya tahan tubuh lemah, misalnya akibat


menderita HIV/AIDS, kanker, atau menggunakan obat imunosupresan
2. Mengalami infeksi telinga tengah (otitis media), infeksi pada tulang
telinga (mastoiditis), sinusitis, abses gigi, atau meningitis
3. Menderita cedera kepala, patah tulang tengkorak, atau pernah menjalani
operasi di kepala atau leher
4. Menderita infeksi paru, endokarditis, infeksi di rongga perut, infeksi
panggul, atau infeksi kulit
5. Menderita penyakit jantung bawaan (PJB) atau kelainan pada pembuluh
darah paru atau pulmonary arteriovenous fistula
D. Patofisiologi
Fase awal abses otak ditandai dengan edema lokal, hipermia infiltrasi
leukosit atau melunaknya parenkim. Trombosis sepsis dan edema. Beberapa
hari atau minggu dari fase awal terjadi proses liquefction atau dinding kista
berisi pus/nanah. Kemudian terjadi ruptur, bila terjadi ruptur maka infeksi akan
meluas keseluruh otak dan bisa tibul meningitis.
Abses otak dapat terjadi akibat penyebaran perkontinuitatum dari fokus
infeksi disekitar otak maupun secara hematogen dari tempat yang jauh, atau
secara langsung seperti trauma kepala dan operasi krainitomi. Abses yang
terjadi oleh penyebaran hematogen dapat pada setiap bagian otak, tetapi paling
sering pada pertemuan substansia alba dan grisea, sedangkan yang
prkontinuitatum biasanya berlokasi pada daerah dekat permukaan otak pada
lobus tertentu. Abses otak bersifat soliter atau multipel. Yang multipel biasanya
ditemukan pada penyakit jantung bawaan sianotik, adanya shunt kanan kekiri
akan menyebabkan darah sistematik selalu tidak jenuh sehingga sekunder
terjadipolisitemia. Polisitemia ini memudahkan terjainya trombo-emboli.
Umumnya lokasi abses pada tempat yang sebelumnya telah mengalami infark
akibat trombosis, tempat ini menjadi rentan terhadap bakteremi atau radang
ringan. Karena adanya shunt kanan ke kiri maka bakteremi yang biasanya
dibersihkan oleh paru-paru sekarang masuk lansung kedalam sirkulasi sistemik
yang kemudian kedaerah infark. Biasannya terjadi pada umur lebih dari 2
tahun. Dua pertiga abses otak adalah soliter hanya sepertiga abses otak adalah
multipel. Pada tahap awal abses otak adalah terjadi reaksi radang yang difus
pada jaringan otak dengan infiltrasi leukosit disertai udem, perlunakan dan
kongesti jaringan otak, kadang-kadang disertai bintik perdarahan. Sete;ah
beberapa hari sampai beberapa minggu terjadi nekrosis dan pencairan pada
pusat lesi sehingga membentuk suatu rongga abses, astroglia fibroblas dan
makrofag mengelilingi jaringan yang nekrotik. Mula-mula abses tidak berbatas
tegas tapi lama kelamaan dengan fibrosis yang progresif terbentuk kapsul
dengan dinding yang konsentris. Tebal kapsul antara beberpaa milimeter
sampai beberapa sentimeter.
Abses dalam kapsul substansia alba dapat makin membesar dan meluas ke
arah ventrikel sehingga bila terjadi ruptur, dapat menimbulkan meningitis.
Infeksi jaringan fasial,selulitis orbita,sinusitis etmoidalis, amputasi
meningoensefalokel nasal dan abses apikal dental dapat menyebabkan abses
otak yang berlokasi pada lobus frontalis. Otitis media, mastodistis terutama
menyebabkan abses otak lobus temporalis dan serebelum, sedang abses lobus
parietalis biasanya terjadi secara hematogen.
E. Klasifikasi
Klasifikasi abses serebri yaitu:
1. Stadium serebritis/ CEREBRITIS EARLY (Hari ke 1-3)
2. Stadium serebritis lambat/CEREBRITIS LATE (hari ke 4-9)
3. Stadium pembentukan kapsuldini/ EARLY CAPSULA FORMATION
(setelah hari ke 10-14)
4. Stadium pembentukan kapsul lambat/ LATE CAPSULAFORMATION
(setelah hari ke 14).
F. Manifestasi Klinis

Orang-orang dengan abses otak mungkin menunjukkan gejala yang


berbeda. Ini tergantung kepada ukuran dan lokasinya. Gejalanya termasuk
muntah, linglung, dan sakit kepala. Penderita juga mengalami letih dan demam
yang dipengaruhi oleh infeksi. Pada kasus yang berat, pasien merasa kesulitan
untuk mengungkapkan dan memahami pembicaraan. Mereka juga biasanya
memerlukan waktu yang cukup lama untuk merespons pertanyaan dan
berusaha keras untuk fokus. Gejala lainnya termasuk leher kaku, kehilangan
fungsi otak, sensasi menurun, dan perubahan kemampuan melihat. Jika tekanan
intrakranium terlalu besar, pasien dapat mengalami koma. Pada stadium awal
gambaran klinik abses otak tidak khas, terdapat gejala-gejala infeksi seperti
demam, malaise, anoreksi dan gejala-gejala peninggian tekanan intrakranial
berupa muntah, sakit kepala dan kejang. Dengan semakin besarnya abses otak
gejala menjadi khas berupa trias abses otak yang terdiri dari gejala infeksi,
peninggian tekanan intrakranial dan gejala neurologik fokal. Gejala sistemik :
panas, malaise, menggigil, dan bradikardi

1. Gejala SSP non fokal : akibat kenaikan tekanan intra kranial (nyeri
kepala, muntah, gangguan kesadaran)
2. Gejala fokal SSP : tergantung lokalisasi abses (gangguan motorik,
mental, sensorik, kejang, ataksia)
G. Komplikasi
Udem yang disebabkan oleh abses dapt mengganggu suplai darah
dan oksigen ke otak. Ada juga resiko pecahnya abses (ruptur). Jika tidak
ditangani dengan baik, abses otak dapt menyebabkan kerusakan otak
permanen dan bisa berkibat fatal.
Komplikasi abses otak dapat meliputi:
1. Herniasi yaitu kondisi dimana ketika jaringan dan cairan otak
bergeser dari posisinya sehingga mendesak area disekitarnya.
Herniasi otak dipicu oleh adanya pembekakan atau perdarahan
diotak.
2. Ruptur abses ke ruang ventrikel dan subarachnoid
3. Hidrosefalus obstruktif
4. Abses yang berulang sering terjadi pada orang dengan sistem
kekebalan tubuh yang lemah.
5. kerusakan otak
6. Epilepsi menyebabkan orang kejang berulang
7. Meningitis infeksi selaput pelindung disekitar otak.
H. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diganostik yang dapat dilakukan pada pasien dengan kasus


abses otak, yaitu:

1. X-ray tengkorak, sinus, mastoid, paru-paru: terdapat proses suppurative.


2. CT scan: adanya lokasi abses dan ventrikel terjadi perubahan ukuran.
3. MRI: sama halnya dengan CT scan yaitu adanya lokasi abses dan ventrikel
terjadi perubahan ukuran.
4. Biopsi otak: mengetahui jenis kuman patogen.
5. Lumbal Pungsi: meningkatnya sel darah putih, glukosa normal, protein
meningkat (kontraindikasi pada kemungkinan terjadi herniasi karena
peningkatan TIK).

I. Penatalaksanaan Medis
Medik
1. Menghilangkan proses infeksi, efek massa dan oedema terhadap otak
2. Pemberian antibiotik yang tepat sesuai uji kultur selama 6-8 minggu
untuk mengecilkan abses dan 10 minggu untuk menghilangkan effek
massa dari abses otak.
3. Pemberian kortikosteroid dapat diberikan untuk menurunkan
peradangan edema serebri
4. Obat-obatan antikonvulsn dapat diberikan untuk mencegah terjadinya
kejang

Keperawatan
1. Suport nutrisi: tinggi kalori dan tinggi protein
2. Terapi peningkatan TIK
3. Suport fungsi tanda vital
4. Fisioterapi
5. Pembedahan
6. Pengobatan
a. Antibiotik Penicilin G,Chlorampenicol,Nafcilin,Matronidazole.
b. Glococorticosteroid : Dexamethasone
c. Anticovulsants : oilantin
J. Pathway
Faktor prediposisi; invasi bakteri ke otak langsung,
Penyebaran infeksi dari daerah lain, penyebaran infekasi
dari organ lain

infeksi septikemia jaringan otak

proses supurasi dan meningen

pembentukan eksudat penekanan area


dan transudat fokal

Edema serebral kejang dan


Nyeri kepala
Gangguan perfusi
Jaringan serebral Nyeri akut

Kesadaran menurun

Gangguan mobilitas Perubahan pemenuhan


fisik
Nutrisi

Intake nutrisi tidak


Adekuat

Resiko defisit
nutrisi
KONSEP KEPERAWATAN

Anda mungkin juga menyukai