Anda di halaman 1dari 17

Oleh:

Nafiys Hilmy

Dosen Pembimbing :
ABSES OTAK dr. Usman G. Rungkuti, Sp.S

KSM ILMU PENYAKIT SARAF


RSD DR. SOEBANDI JEMBER
UNIVERSITAS JEMBER
2018
 Abses otak adalah suatu infeksi fokal, ditandai dengan
adanya proses supurasi yang terlokalisir pada parekim
otak disebabkan oleh infeksi yang terjadi baik dari
DEFINISI sekitar otak maupun yang jauh dari otak.
 Dapat terjadi pada semua kelompok umur, bisa soliter
maupun multiple.

2
 Gejala klinis abses otak berupa tanda-tanda infeksi
pada umumnya yaitu demam, anoreksia, malaise,
tanda-tanda peninggian intrakranial serta gejala
neurologik fokal sesuai lokasi abses.
 Diagnosis sering terlambat karena gejala abses otak
tidak khas → motalitas tetap tinggi.
 Terapi abses otak terdiri dari pemberian antibiotik
sesuai kausa infeksi dan tindakan pembedahan.
Jamur : N.asteroids, Candida, Aspergillus,
Actinomycetes.

Bakteri yang tersering adalah


Staphylococcus aureus, Streptococcus
anaerob, Streptococcus β hemolitikus,
MIKRO Streptococcus α hemolitikus, E.coli,
Bacteroides.
ORGANISME

Jamur penyebab abses otak antara lain


Nocardia asteroides, Cladosporium
trichoides, spesies candida dan Aspergillus.
Abses otak dapat terjadi melalui :
1. Penyebaran perkontinuitatum dari fokus infeksi di
sekitar otak, misalnya Sinusitis paranasal, otitis
media, mastoiditis.
2. Penyebaran hematogen dari infeksi yang letaknya
PATOFISIOLOGI jauh dari otak, misalnya : jantung, paru-paru, saluran
pencernaan dan saluran kemih.
3. Secara langsung misalnya : akibat trauma kapitis dan
tindakan bedah (kraniotomi).
 Abses yang terjadi oleh penyebaran hematogen dapat
pada setiap bagian otak; sedangkan yang
perkontinuitatum biasanya berlokasi pada daerah
dekat permukaan otak pada lobus tertentu.
 Terjadinya abses dapat dibagi menjadi 4 stadium yaitu :
PATOFISIOLOGI
1. Fase serebritis dini (1-3 hari)
2. Fase serebritis lambat (4-9 hari)
3. Pembentukan kapsul dini (10-13 hari)
4. Pembentukan kapsul lambat (> 14 hari)
 Pada stadium awal gambaran klinik abses otak tidak khas 
terdapat gejala-gejala infeksi seperti demam, malaise, anoreksia
dan gejala-gejala peninggian tekanan intracranial berupa muntah,
sakit kepala dan kejang umum atau fokal, penglihatan kabur dan
akhirnya kesadaran menurun.

 Anamnesis
GEJALA  Demam, nyeri kepala, perubahan kesadaran, dapat disertai kejang
KLINIS dan defisit neurologis fokal

 Pemeriksaan Fisik
 Kesadaran menurun, demam, kejang dan terdapat defisit
neurologis fokal.
 Ditemukan fokus seperti otitis media, sinusitis, endokarditis,
pneumonia, selulitis.
Trias abses otak yang terdiri dari:
 Gejala infeksi (demam, leukositosis)
TRIAS  Peninggian tekanan intracranial (sakit kepala, muntah proyektil,
papil edema)
 Gejala neurologi fokal (kejang, paresis, ataksia, afaksia).
• Pada pemeriksaan darah tepi, kadang terdapat
leukositosis. Pada stadium awal, jumlah sel
Laboratoriu polimorfonuklear >>, bila sudah terbentuk kapsul
m maka jumlah limfosit lebih banyak.

• Pemeriksaan cairan otak menunjukkan tanda-tanda


radang akut, subakut atau radang kronis, kadar
Pemeriksaan protein meningkat.
Cairan otak

• Cairan serebrospinal biasanya bersifat jernih dan


steril, kecuali bila abses pecah yang akan
menyebabkan terjadinya meningitis.
CT Scan → terlihat lesi hipodens dan bila
sudah terbentuk kapsul akan dilingkari oleh
daerah dengan densitas yang lebih tinggi
(hiperdens).

GAMBARAN
RADIOLOGI
Space Occupying Lesion lainnya seperti toksoplasmosis
otak, tuberkuloma, abses TB, keganasan
 Tumor Otak dan metastase tumor
CT Scan tampak massa hipodens dengan batas yang
iregular dan berbatas tegas; nekrosis dibagian tengah
lesi dengan edema vasogenik.
DIAGNOSA Pada metastase tumor tampak gambaran hipodens
dengan permukaan yang iregular dan ring enchacement
BANDING (-).
 Infark Serebri
CT Scan tampak lesi hipodens tanpa kapsul, dan
apabila daerah infark cukup luas biasanya disertai
dengan massa effect.
Kewenangan berdasar Tingkat Pelayanan Kesehatan

Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer


 Diagnosis dan kemudian rujuk ke Spesialis Saraf

PPK 2 (RS tipe B dan C) :


 Pemeriksaan penunjang : Darah rutin (leukosit, LED), ureum, kreatinin, SGOT,
TATALAKSANA SGPT, Pungsi lumbalbila tidak ada kontraindikasi (dengan tujuan untuk kultur
dan tes sensitifitas), CT Scan kepala + kontras
 Tatalaksana medis komprehensif

PPK 3 (RS tipe A) :


 Pemeriksaan penunjang seperti PPK 2, ditambah MRI Kepala
 Tatalaksana medis komprehensif kasus seperti di PPK 2
 Tatalaksana operasi
 Penatalaksanaan abses otak : terapi konservatif dan
terapi bedah.
 Terapi bedah : eksisi (aspirasi), drainase dan ekstirpasi
 dilakukan apabila tindakan konservatif gagal atau lesi
>2,5 cm

 Terapi konservatif : antibiotika, antiedema


TATALAKSANA  Tindakan konservatif dilakukan pada penderita :
mengurangi efek massa dan multipel abses, bila lesinya kecil dan sulit dicapai
menghilangkan kuman dengan operasi (abses dengan diameter 0,8-2,5 cm
penyebabnya. dilaporkan bisa sembuh dengan pemberian antibiotika)
 Pada abses multipel namun besar : aspirasi tetap
dilakukan untuk menentukan jenis mikroorganisme dan
uji resistensi.
 Pemberian antibiotika parenteral, minimal 4-8 minggu.
Terapi empirik:
o Sefalosporin generasi III intravena (Ceftriaxone 2 g/12 jam iv atau
Cefotaxime 2 g/8 jam iv)
o Metronidazole 500 mg/8 jam IV
Terapi empirik diberikan hingga didapatkan antibiotik yang sesuai
dengan hasil tes sensitivitas kuman yang diisolasi dari abses atau dari
TATALAKSANA sumber infeksi. Jika hasil isolasi tidak ditemukan kuman penyebab,
maka terapi empirik dapat dilanjutkan hingga 6-8 minggu.
 Pemberian kortikosteroid diindikasikan bila ditemukan edema
periabses, mass effect, dan tanda-tanda peninggian intrakranial.
Pemberian kortikosteroid dapat mengurangi edema dalam waktu 8
jam, tetapi juga memiliki efek samping berupa penekanan sistem
imun dan menurunkan penetrasi antibiotika.
1. Robeknya kapsul abses ke dalam ventrikel atau ruang
subarachnoid
2. Penyumbatan cairan serebrospinal yang menyebabkan
KOMPLIKASI hidrosefalus
3. Edema otak
4. Herniasi oleh massa abses otak.
Prognosis dari abses otak ini tergantung dari :

1. Cepatnya diagnosis ditegakkan

2. Derajat perubahan patologis

3. Soliter atau multiple

4. Penanganan yang adekuat

PROGNOSIS
Pada umumnya, abses otak memiliki tingkat mortalitas yang tinggi yaitu
sekitar 15%.

 Keadaan umum penderita juga menentukan prognosis.

 Penderita dengan gangguan kekebalan mempunyai prognosis yang buruk.

 Sebanyak 8-10% penderita mengalami abses yang berulang, umumnya


dalam 6-24 minggu sejak pertama kali menderita.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai