F DENGAN DIAGNOSA
KEPERAWATAN UTAMA RESIKO PERFUSI JARINGAN SEREBRAL
TIDAK EFEKTIF PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS
MENINGITIS DI RUANG ASTER RSUD PROF. DR. MARGONO
SOEKARJO PURWOKERTO
Disusun Guna Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Klinik Stase Anak
Profesi Ners
Disusun Oleh:
RATNA TRI RAHAYU
2021030062
A. Pengertian
Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang
mengenai piameter lapisan dalam selaput otak dan aracknoid serta dalam
derajad yang lebih mengenai jaringan otak dan medulla spinalis yang
superfisial. Meningitis terbagi menjadi dua golonga n
berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak yaitu meningitis
serosa dan meningitis purulenta. Meningitis serosa ditandai dengan jumlah
sel dan protein yang meninggi disertai cairanserebrospinal yang jernih
(Smeltzer, 2013).
Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh
berbagaimikrorganisme seperti bakteri, virus, parasit, jamur dan riketsia.
Secara umum gejala ensefalits berupa demam, kejang dan kesadaran
menurun. Penyakit ini dapat dijumpai pada semua umur mulai dari anak!
anak sampai orang dewasa (Arif, 2014). Meningoencephalititis adalah
suatu kondisi pembengkakan (inflamasi) dari selaput (meningen) dan
meliputi bagian jaringan syaraf otak (Smeltzer, 2013).
B. Etiologi
Widagdo, dkk(2013), mengatakan meningitis dapat disebabkan oleh
berbagai macam organisme: Haemophilus influenza, Neisseria meningitis
(Meningococus), Diplococus pneumonia, Streptococcus group A,
Pseudomonas, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Klebsiella,
Proteus.
Paling sering klien memiliki kondisi predisposisi seperti: fraktur
tengkorak,
infeksi, pembedahan otak atau spinal, dimana akan meningkatkan
terjadinya
meningitis.
C. Klasifikasi
Menurut Muttaqin (2008), meningitis di klasifikasikan sesuai dengan
faktor penyebabnya antara lain terdiri dari meningitis asepsis, sepsis dan
tuberkulosa.
a. Asepsis
Meningitis asepsis mengacu pada salah satu meningitis virus.Meningitis
ini biasanya di sebabkan berbagai jenis penyakit yang di sebabkan virus
seperti gondongan, herpes simpleks dan herpes zooster. Eksudat yang
biasanya terjadi pada meningitis bakteri tidak terjadi pada meningitis
virus dan tidak di temukan organisme pada kultur cairan otak. Peradangan
terjadi pada seluruh korteks serebri dan lapisan otak. Mekanisme atau
respons dari jaringan otak terhadap virus bervariasi tergantung pada jenis
sel yang terlibat.
b. Sepsis/ Meningitis Purulenta
Meningitis sepsis merupakan meningitis yang di sebabkan oleh organisme
bakteri. Penyebab meningitis bakteri akut yaitu Neisseria meningitidis
(meningitis meningokokus), streptococus pneumoniae (pada dewasa), dan
haemophilus influenzae(pada anak-anak dan dewasa muda).
c. Tuberkulosa
Meningitis tuberculosa di sebabkan oleh basilus tuberkel.Menurut Rich &
McCoredck, Meningitis tuberkulosa terjadi akibat komplikasi penyebaran
tuberkulosis primer, biasanya dari paru. Meningitis terjadi bukan karena
terinfeksinya selaput otak langsung oleh penyebaran hematogen, tetapi
biasanya sekunder melalui pembentukan tuberkel pada permukaan otak,
sumsum tulang belakang atau vertebra yang kemudian pecah kedalam
rongga arachnoid. Kadang dapat juga terjadi perkontinuitatum dari
mastoiditis atau spondilitis. Pada pemeriksaan histologis, meningitis
tuberkulosa ternyata merupakan meningoensefalitis. (Ngastiyah, 2012).
D. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis yang nampak pada pasien dengan kasus
meningoensefalitis, yaitu :
a. Peningkatan tekanan intrakranial seperti : sakit kepala, penurunan
kesadaran, dan muntah.
b. Demam akibat infeksi (respon nyeri terhadap cahaya).
c. Kaku kuduk
d. Kejang dan gerakan abnormal
E. Patofisiologi dan pathway
Patofisiologi
Efek peradangan akan menyebabkan peningkatan cairan cerebro
spinalis yang dapat menyebabkan obstruksi, selanjutnya terjadi
hidrosefalus dan peningkatan tekanan intra kranial. Efek patologi dari
peradangan tersebut adalah hiperemi pada meningen, edema dan eksudasi
yang menyebabkan peningkatan intrakranial. Organisme masuk melalui
sel darah merah pada blood brain barrier. Masuknya organisme dapat
melalui trauma, penetrasi prosedur pembedahan, pecahnya abses serebral
atau kelainan sistem saraf pusat. Otorrhea atau rhinorhea akibat fraktur
dasar tengkorak dapat menimbulkan meningitis, dimana terjadi hubungan
antara Cerebral spinal fluid (CSF) dan dunia luar.Masuknya
mikroorganisme kesusunan saraf pusat melalui ruang sub arachnoid dan
menimbulkan respon peradangan pada via, arachnoid, CSF dan ventrikel,
dari reaksi radang muncul eksudat dan perkembangan infeksi pada
ventrikel, edema dan skar jaringan sekeliling ventrikel menyebabkan
obstruksi pada CSF dan menimbulkan
Hidrosefalus.Meningitis bakteri; netrofil,monosit, limfosit dan
yang lainnya merupakan sel respon radang. Eksudet terdiri dari bakteri
fibrin dan leukosit yang di bentuk di ruang sub arachnoid. Penumpukan
pada CSF akan bertambah dan mengganggu aliran CSF di sekitar otak dan
medula spinalis. Terjadi vasodilatasi yang cepat dari pembuluh darah
dapat menimbulkan ruptur atau trombosis dinding pembuluh darah dan
jaringan otak yang berakibat menjadi infarctCSF (Suriadi & Yuliani,
2010)
F. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Pungsi Lumbal
Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa jumlah sel dan
protein cairan cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya
peningkatan tekanan intrakranial.
b. Pada Meningitis Serosa terdapat tekanan yang bervariasi, cairan
jernih, sel darah putih meningkat, glukosa dan protein normal, kultur
(-).
c. Pada Meningitis Purulenta terdapat tekanan meningkat, cairan keruh,
jumlah sel darah putih dan protein meningkat, glukosa menurun,
kultur (+) beberapa jenis bakteri.
d. Pemeriksaan darah
Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, Laju
Endap Darah (LED) kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit dan kultur.
e. Pada Meningitis Serosa didapatkan peningkatan leukosit saja.
Disamping itu, ada Meningitis Tuberkulosa didapatkan juga
peningkatan LED.
f. Pada Meningitis Purulenta didapatkan peningkatan leukosit.
g. Pemeriksaan Radiologis
h. Pada Meningitis Serosa dilakukan foto dada, foto kepala, bila
mungkin dilakukan CT Scan.
i. Pada Meningitis Purulenta dilakukan foto kepala (periksa mastoid,
sinus paranasal, gigi geligi) dan foto dada
G. Intervensi keperawatan
NO. SLKI SIKI RASIONAL
DX
A. Keluhan utama
Demam dan kaku kuduk
B. Riwayat tambahan :
Keluarga pasien mengatakan pasien Demam, pupil anisokhor dan mengalami
kejang
C. Riwayat penyakit sekarang: (Secara Kronologis mulai awal sakit hingga
saat ini)
Hasil pengkajian yang didapatkan pasien didiagnosa medis Meningitis TB demam
naik turun, tidak mau makan dan minum, anggota ektermitas kiri lemah, mata anemis,
tidak ikhterik,pupil anisokor kesadaran cukup compos mentis, pasien menangis lemah
tidak keluar air mata, tampak lemah . TD : 90/59 mmHg, N: 110x/m, RR : 24x/m,
Suhu : 39C, pasien terpasang NGT, pasien terpasang kanul O2 3 Liter .
D. Riwayat penyakit dahulu
Ibu pasien mengatakan An.F sudah pernah masuk rumah sakit sebelumnya yaitu
sebanyak 7 kali. An.f mempunyai riwayat penyakit meningitis Tb, epilepsy, anemia,
post op vp shunt
E. Riwayat Alergi
Alergi Obat, sebutkan: Tidak ada
Alergi makanan, sebutkan: Tidak ada
Alergi lainnya, sebutkan: Tidak ada
F. Riwayat Persalinan
Keluarga pasien megatakan pasien lahir dengan usia kehamilan 38 minggu
aterm a/i PEB, G1P1A0, dengan normal, kondisi menangis, tidak kekuningan
G. Riwayat Penyakit Keluarga dan Genogram
Ibu: Ny. K Umur : 28 th Bangsa :Indo Kesehatan: Sehat
Ayah: Tn. P Umur : 35 th Bangsa : Indo Kesehatan : Sehat
Keterangan:
: perempuan
: laki-laki
2. Pola nutrisi
Sebelum sakit : Ibu klien mengatakan selalu menjaga asupan
makanan pasien yaitu makan 3 kali sehari
Saat sakit : Ibu klien mengatakan anaknya susah makan dan
minum
3. Pola eliminasi
Sebelum sakit : Ibu klien mengatakan klien BAB 3x seminggu dan
BAK 5xsehari
Setelah sakit : Ibu klien mengatakan klien selama dirawat BAB
baru 2 kali
5. Pola persepsi
Sebelum sakit : Ibu klien mengatakan klien mampu berinteraksi
dengan keluarga
Setelah sakit : Ibu klien mengatakan klien fungsi indranya masih
baik
I. Pemeriksaan Fisik
Kondisi umum : Baik
Kesadaran : Komposmetis GCS 15, E4M6V5
TTV : Tekanan Darah:90/80 mmHg, Nadi : 110 x/mnt
Pernafasan: 24 x/ mnt, Suhu : 39.1 °C
Kepala : hidrosefalus, post op vp shunt
Mata : konjungtiva tidak anemis, tidak ikterik. Pupil anisokhor
Hidung : tidak ada pembesaran polip,
Telinga : Tidak ada serumen, tampak bersih
Mulut : Bersih, tidak ada stomatitis
Leher : tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran tyroid
Dada :
Paru :
I: tidak ada jejas, simetris, RR 24x/mnt
P: tidak ada nyeri tekan, fokal fremitus kanan kiri
sama
P: suara perkusi paru sonor di seluruh lapang paru
A: suara auskultasi paru vesikuler
Jantung :
I: iktus cordis tidak tampak
P: iktus kordis tidak teraba
P: bunyi perkusi pekak
A: tidak ada suara tambahan, lup dup
Abdomen :
I: tampak datar, tidak ada lesi
A: bising usus 19 x/mnt normal
Interpretasi Hasil :
Terdapat tiga jawaban “ya”, anak diinterpretasikan mengalami
masalah emosi kecil
0= Tidak Pernah
1= Kadang-Kadang
2= Sering
3= Selalu
Interpretasi Hasil :
Tidak ditemukan indikasi Gangguan Pemusatan Perhatian dan
Hiperaktivitas (GPPH)
Status gizi : gizi buruk (menurut tabel baku rujukan penilaian status
gizi menurut BB dan umur)
Data Sekunder
1. Data Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal : 16-01-2022
Tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
b. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal : -
2. Program Terapi
Tanggal : Senin, 10-01-2022
No Tanggal Nama terapi Dosis
1 10-01-2022 IVFD KAEN 1B 8 tpm
O2 NK 3 lpm
Inj. Cefriaxone 2x250 mg
Inj. Dexametason 3x0.2 ml
Paracetamol 80 mg/6 jam
ANALISA DATA
Data Fokus Pathway Masalah Etiologi
Keperawatan
peningkatan
tekanan
intracranial
Resiko perfusi
serebral tidak
efektif
Ds: Iritasi mengingen Hipertermi Proses penyalit
- Ibu pasien
mengatakan pasien
sebelum masuk Rs Perubahan fisiologis
mengalami demam intrkranial
- Ibu pasien
mengatakan
demam pasien naik Sakit kepala dan
turun demam
Do:
- Suhu 39.0 C
- Kulit tampak Hipertermi
merah
- Kulit terasa hangat
Ds : Perubahan fisiologi Gangguan Penurunan
- Ibu pasien intrakranial mobilitas fisik kekuatan otot
mengatakan pasien
mengalami
kelemahan di Perubahan tingkat
anggota kesadaran,
ekstermitas kiri perubahan perilaku,
disorientasi
Do :
- Kekuatan otot
ekstermitas kiri 1,1
Kelemahan fisik
- ROM menurun
- Sendi kaku
- Gerakkan tidak Gangguan mobilitas
terkoordinasi fisik
- Fisik tampak lemah
Ds : Perubahan fisiologi Gangguan Efek
Do: intrakranial tumbuh ketidakmampuan
- Tidak mampu kembang fisik
melakukan
keterampilan atau Perubahan tingkat
perilaku sesuai usia kesadaran,
- Tidak mampu perubahan perilaku,
disorientasi
melakukan
perawatan diri
Gangguan tumbuh
sesuai usia
kembang
- Respon sosial
lambat
- Kontak mata
terbatas
normal pernafasan
Kolaborasi
- Dengan melihat tanda-
- Kolaborasi pemberian
tanda kejang
sedasi antikonvulsan jika
perlu - Untuk mencegah
- Kolaborasi pemberian hipotermia
diuretik osmosis jika
perlu
2 Setelah dilakukan Regulasi temperature
tindakan keperawatan ( L.14567)
selama 3x24 jam Observasi
diharapkan masalah - Monitor suhu tubuh anak - Memantau suhu tubuh
keperawatan tiap dau jam, jika perlu pasien setiap dua jam
hipertemi dapat - Monitor tekanan darah, sekali, jika perlu
diatasi dengan nadi, dan pernafasan - Memantau tekanan
kriteria hasil - Monitor warna dan suhu darah pasien
Termoregulasi kulit - Memantau warna dan
(L.141135) Teraupetik suhu kulit pasien
- Suhu tubuh - Tingkatkan asupan - - meingkatkan asupan
menurun cairan dan nutrisi yang cairan dan nutrisi pada
- Suhu kulit adekuat pasien
menurun - Sesuaika suhu - Menyesuaikan suhu
lingkungan dengan lingkungan dengan
kebutuhan pasien kebutuhan pasien
Kolaborasi - Berkolaborasi peberian
- Kolaborasi pemberian antipiretik pada pasien,
antipiretik, jika perlu jika perlu
Setelah dilakukan Dukungan Mobilisasi (I. Observasi
tindakan keperawatan 05173)
a. Mengidentifikasi
selama 2 x 8 jam
Observasi adanya nyeri atau
diharapkan masalah
keperawatan a. Identifikasi adanya nyeri keluhan fisik lainnya
Gangguan mobilitas atau keluhan fisik lainnya b. Mengidentifikasi
fisik dapat teratasi b. Identifikasi toleransi fisik toleransi fisik
sesuai dengan kriteria melakukan pergerakan melakukan pergerakkan
c. Monitor frekuensi jantung
hasil sebagai berikut : c. Memonitor frekuensi
dan tekanan darah jantung dan tekanan
Mobilitas Fisik sebelum memulai
darah sebelum memulai
(L.05042) mobilisasi
d. Monitor kondisi umum mobilisasi
a. Pergerakan selama melakukan d. Memonitor kondisi
ekstermitas mobilisasi umum selama
meningkat Terapeutik melakukan mobilisasi
b. Kekuatan otot
rentang gerak a. Fasilitasi aktivitas Terapeutik
meningkat mobilisasi dengan alat a. Memfasilitasi aktivitas
c. Nyeri menurun bantu (mis. Pagar tempat fisik dengan alat bantu
d. Kelemahan fisik tidur) (mis. Pagar tempat
menurun b. Fasilitasi pergerakkan, tidur)
e. Gerakan tidak jika perlu b. Memfasilitasi
terkoordinasi c. Libatkan keluarga untuk pergerakkan jika perlu
menurun membantu pasien dalam c. Melibatkan keluarga
f. Kelemahan fisik meningkatkan untuk membantu pasien
menurun peregrakkan dalam melakukan
Edukasi pergerakkan.
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi 1. Menjelaskan tujuan dan
2. Anjurkan mobilisasi dini prosedur mobilisasi
3. Ajarkan mobilisasi 2. Menganjurkan
sederhana yang harus mobilisasi dini
dilakukan (mis, duduk 3. Mengajarkan
ditempat tidur,duduk disisi mobilisasi sederhana
tempat tidur, pindah dari yang dilakukan (mis.
tempat tidur ke kursi ) Duduk ditempat tidur,
duduk di sisi tempat
tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi)
4 Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3 x 8 jam
diharapkan masalah
keperawatan
gangguan tumbuh
kembang dapat
teratasi dengan
kriteria hasil
Status perkembangan
L.10101
- Keterampilan/
perilaku sesuai
usia meningkat
- Kontak mata
meningkat
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
TGL/JAM No IMPLEMENTASI EVALUASI FORMATIF NAMA
DX & TTD
Senin, 17 1 MON
januari
2022
08.00 WIB DS :
Melakukan pengkajian
- Ibu pasien
kepada pasien mengatakan pasien
demam naik turun
- Ibu pasien
mengatakan awalnya
pasien demam dan
dibawa ke rumah
sakit, pasien sudah 7
kali di rawat di
rumah sakit
DO :
- KU : cukup
- Kelemahan
ekstremitas kiri
- Pasien didiagnosa
meningitis tb
- Kaku kuduk
- TD : 90/59 mmHg
- Nadi 110x/m
- RR : 24x/m
- Suhu :39.0℃
- BB : 7.0 Kg
- TB : 70cm
- Pasien terpasang
infus KAEN 1B 8
tpm
09.00 1 Memberikan terapi obat DS:-
1. Inj. Ceftriaxon DO:
250 mg - Tampak obat masuk
perbolus
2. Inj.Dexamethaso
- Alergi (-) muntah (-)
ne 0.2 ml
10.00 1 Memonitor tanda atau DS : -
DO :
gejala peningkatan TIK
- Pasien menangis
lemah
- Pasien didiagnosa
meningitis
- Kelemahan
ekstremitas kiri
12.30 2 Memberikan pasien DS:-
Do:
kompres
- Tampak pasien
dikompres
13.00 4 Menganjurkan orang tua Ds:-
D:
berinteraksi dengan
- Tampak ibu pasien
anaknya mengajak bicara
pasien
Selasa, 18 1 Memberikan terapi obat DS : -
Januari - Inj. Ceftriaxon DO :
2022 250 mg - Tampak obat masuk
09.00WIB perbolus
- Inj.Dexamethaso
ne 0.2 ml
10.00 WIB 1 Memposiskan head up DS:
Do:
30 derajat
- Saturasi membaik
setelah kepala
ditinggikan
11.00 WIB 1 Monitor TTV DS : -
DO :
- Td : 89/57 mmHg
- N:127 x/m
- RR :21x/m
- S:38.3 c
EVALUASI KEPERAWATAN
TGL/JAM NO. EVALUASI NAMA
DX & TTD
Senin, 17 1 S :-
Januari O:
2022 - KU : cukup
14.00 WIB - Kesadaran cm
- Suhu 38.7 C
- Kaku kuduk
A:
- masalah keperawatan resiko perfusi serebral tidak
efektif belum terasi
P:
- lanjutkan intervensi
2 S:
O:
- Suhu 38.7.0 C
- Kulit tampak merah
- Kulit terasa hangat
A:
- Masalah keperawatan hipertermi belum teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi
- Monitor suhu tubuh anak tiap dau jam, jika perlu
- Monitor tekanan darah, nadi, dan pernafasan
- Monitor warna dan suhu kulit
3 S:-
O:
- Pasien tampak berbaring
- Pasien tampak lemas
- Kekuatan otot ekstermitas kiri 1,1
A: Gangguan mobilitas fisik belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
- Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
- Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
- Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis. Pagar
tempat tidur)
- Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan peregrakkan
4 S:
O:
- Tidak mampu melakukan perawatan diri sesuai usia
- Respon sosial lambat
- Kontak mata terbatas
A: masalah keperawatan gangguan tumbuh kembang belum
teratasi
P: lanjut intervensi
Selasa 18 1 S :-
Januari O:
2022 - KU : cukup
14.00 WIB - Kesadaran cm
- Suhu 38.4 C
- Kaku kuduk
A:
- masalah keperawatan resiko perfusi serebral tidak
efektif belum terasi
P:
- lanjutkan intervensi
- Monitor tanda atau gejala peningkatan TIK
- Monitor status pernafasan
- monnitor intake dan output cairan
- Minimalkan stimulus dengan menyediakan
lingkungan yang tenang
- Cegah terjadinya kejang
- Pertahankan suhu tubuh normal
2 S:
O:
- Suhu 38.4 C
- Kulit tampak merah
- Kulit terasa hangat
A:
- Masalah keperawatan hipertermi belum teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi
- Monitor suhu tubuh anak tiap dau jam, jika perlu
- Monitor tekanan darah, nadi, dan pernafasan
- Monitor warna dan suhu kulit
3 S:-
O:
- Pasien tampak berbaring
- Pasien tampak lemas
- Kekuatan otot ekstermitas kiri 1,kiri 1
A: Gangguan mobilitas fisik belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
- Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
- Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
- Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis. Pagar
tempat tidur)
- Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan peregrakkan
Rabu, 18 1 S :-
Januari O:
2022 - KU : cukup
14.00 WIB - Kesadaran cm
- Suhu 37.9 C
- Kaku kuduk
A:
- masalah keperawatan resiko perfusi serebral tidak
efektif belum terasi
P:
- lanjutkan intervensi
2 S:
O:
- Suhu 37.9 C
- Kulit tampak merah
- Kulit terasa hangat
A:
- Masalah keperawatan hipertermi belum teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi
- Monitor suhu tubuh anak tiap dau jam, jika perlu
- Monitor tekanan darah, nadi, dan pernafasan
- Monitor warna dan suhu kulit
3 S:-
O:
- Pasien masih tampak berbaring
- Pasien masih tampak lemas
- Kekuatan otot esktermitas kiri 1, 1
A: Gangguan mobilitas fisik belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
- Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
- Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
- Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis. Pagar
tempat tidur)
- Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan peregrakkan
BAB III
PEMBAHASAN
Meningitis adalah radang dari selaput otak yaitu lapisan arachnoid dan
piameter yang disebabkan oleh bakteri dan virus (Judha & Rahil, 2012).
Meningitis adalah bentuk dari infeksi sistem saraf pusat inflamasi atau
peradangan yang terjadi pada neningen atau selaput otak (Neurofik, 2010).
Hasil pegkajian yang dilakukan kepada An. F didapatkan hasil bahwa anak
F dengan diagnose meningitis tb dengan Hasil pemeriksaan fisik tidak ikhterik,
tidak anemis, pasien mengalami kelemahan ekstremitas kiri, terpasang kanul O2 3
lpm, pasien riwayat meningitis tb, epilepsi, anemia, post op vp shunt. Dari hasil
pengkajian pasien mengalami masalah keperawatan utama resiko perfusi serebral
tidak efektif. Tindakan mandiri yang dapat dilakukan pada anak adalah
memberikan head up 30 Derajat untuk mempertahankan saturasi oksigen pada
pasien. Posisi Head up 30 derajat bertujuan untuk menurunkan tekanan
intrakranial pada pasien cedera kepala. Selain itu posisi tersebut juga dapat
meningkatkan oksigen ke otak (Insani, 2021)
DAFTAR PUSTAKA