Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.

F DENGAN DIAGNOSA
KEPERAWATAN UTAMA RESIKO PERFUSI JARINGAN SEREBRAL
TIDAK EFEKTIF PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS
MENINGITIS DI RUANG ASTER RSUD PROF. DR. MARGONO
SOEKARJO PURWOKERTO

Disusun Guna Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Klinik Stase Anak
Profesi Ners

Disusun Oleh:
RATNA TRI RAHAYU
2021030062

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG
2022
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.F DENGAN DIAGNOSA


KEPERAWATAN UTAMA RESIKO PERFUSI JARINGAN SEREBRAL
TIDAK EFEKTIF PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS
MENINGITIS DI RUANG ASTER RSUD PROF. DR. MARGONO
SOEKARJO PURWOKERTO

Asuhan keperawatan ini telah disetujui dan disahkan oleh

Pembimbing lahan Pembimbing Akademik

(Edi Riyanto, S.Kep., Ns) (Wuri utami , M.Kep)


BAB I
PENDAHULUAN

A. Pengertian
Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang
mengenai piameter lapisan dalam selaput otak dan aracknoid serta dalam
derajad yang lebih mengenai jaringan otak dan medulla spinalis yang
superfisial. Meningitis terbagi menjadi dua golonga n
berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak yaitu meningitis
serosa dan meningitis purulenta. Meningitis serosa ditandai dengan jumlah
sel dan protein yang meninggi disertai cairanserebrospinal yang jernih
(Smeltzer, 2013).
Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh
berbagaimikrorganisme seperti bakteri, virus, parasit, jamur dan riketsia.
Secara umum gejala ensefalits berupa demam, kejang dan kesadaran
menurun. Penyakit ini dapat dijumpai pada semua umur mulai dari anak!
anak sampai orang dewasa (Arif, 2014). Meningoencephalititis adalah
suatu kondisi pembengkakan (inflamasi) dari selaput (meningen) dan
meliputi bagian jaringan syaraf otak (Smeltzer, 2013).
B. Etiologi
Widagdo, dkk(2013), mengatakan meningitis dapat disebabkan oleh
berbagai macam organisme: Haemophilus influenza, Neisseria meningitis
(Meningococus), Diplococus pneumonia, Streptococcus group A,
Pseudomonas, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Klebsiella,
Proteus.
Paling sering klien memiliki kondisi predisposisi seperti: fraktur
tengkorak,
infeksi, pembedahan otak atau spinal, dimana akan meningkatkan
terjadinya
meningitis.
C. Klasifikasi
Menurut Muttaqin (2008), meningitis di klasifikasikan sesuai dengan
faktor penyebabnya antara lain terdiri dari meningitis asepsis, sepsis dan
tuberkulosa.
a. Asepsis
Meningitis asepsis mengacu pada salah satu meningitis virus.Meningitis
ini biasanya di sebabkan berbagai jenis penyakit yang di sebabkan virus
seperti gondongan, herpes simpleks dan herpes zooster. Eksudat yang
biasanya terjadi pada meningitis bakteri tidak terjadi pada meningitis
virus dan tidak di temukan organisme pada kultur cairan otak. Peradangan
terjadi pada seluruh korteks serebri dan lapisan otak. Mekanisme atau
respons dari jaringan otak terhadap virus bervariasi tergantung pada jenis
sel yang terlibat.
b. Sepsis/ Meningitis Purulenta
Meningitis sepsis merupakan meningitis yang di sebabkan oleh organisme
bakteri. Penyebab meningitis bakteri akut yaitu Neisseria meningitidis
(meningitis meningokokus), streptococus pneumoniae (pada dewasa), dan
haemophilus influenzae(pada anak-anak dan dewasa muda).
c. Tuberkulosa
Meningitis tuberculosa di sebabkan oleh basilus tuberkel.Menurut Rich &
McCoredck, Meningitis tuberkulosa terjadi akibat komplikasi penyebaran
tuberkulosis primer, biasanya dari paru. Meningitis terjadi bukan karena
terinfeksinya selaput otak langsung oleh penyebaran hematogen, tetapi
biasanya sekunder melalui pembentukan tuberkel pada permukaan otak,
sumsum tulang belakang atau vertebra yang kemudian pecah kedalam
rongga arachnoid. Kadang dapat juga terjadi perkontinuitatum dari
mastoiditis atau spondilitis. Pada pemeriksaan histologis, meningitis
tuberkulosa ternyata merupakan meningoensefalitis. (Ngastiyah, 2012).
D. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis yang nampak pada pasien dengan kasus
meningoensefalitis, yaitu :
a. Peningkatan tekanan intrakranial seperti : sakit kepala, penurunan
kesadaran, dan muntah.
b. Demam akibat infeksi (respon nyeri terhadap cahaya).
c. Kaku kuduk
d. Kejang dan gerakan abnormal
E. Patofisiologi dan pathway
Patofisiologi
Efek peradangan akan menyebabkan peningkatan cairan cerebro
spinalis yang dapat menyebabkan obstruksi, selanjutnya terjadi
hidrosefalus dan peningkatan tekanan intra kranial. Efek patologi dari
peradangan tersebut adalah hiperemi pada meningen, edema dan eksudasi
yang menyebabkan peningkatan intrakranial. Organisme masuk melalui
sel darah merah pada blood brain barrier. Masuknya organisme dapat
melalui trauma, penetrasi prosedur pembedahan, pecahnya abses serebral
atau kelainan sistem saraf pusat. Otorrhea atau rhinorhea akibat fraktur
dasar tengkorak dapat menimbulkan meningitis, dimana terjadi hubungan
antara Cerebral spinal fluid (CSF) dan dunia luar.Masuknya
mikroorganisme kesusunan saraf pusat melalui ruang sub arachnoid dan
menimbulkan respon peradangan pada via, arachnoid, CSF dan ventrikel,
dari reaksi radang muncul eksudat dan perkembangan infeksi pada
ventrikel, edema dan skar jaringan sekeliling ventrikel menyebabkan
obstruksi pada CSF dan menimbulkan
Hidrosefalus.Meningitis bakteri; netrofil,monosit, limfosit dan
yang lainnya merupakan sel respon radang. Eksudet terdiri dari bakteri
fibrin dan leukosit yang di bentuk di ruang sub arachnoid. Penumpukan
pada CSF akan bertambah dan mengganggu aliran CSF di sekitar otak dan
medula spinalis. Terjadi vasodilatasi yang cepat dari pembuluh darah
dapat menimbulkan ruptur atau trombosis dinding pembuluh darah dan
jaringan otak yang berakibat menjadi infarctCSF (Suriadi & Yuliani,
2010)
F. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Pungsi Lumbal
Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa jumlah sel dan
protein cairan cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya
peningkatan tekanan intrakranial.
b. Pada Meningitis Serosa terdapat tekanan yang bervariasi, cairan
jernih, sel darah putih meningkat, glukosa dan protein normal, kultur
(-).
c. Pada Meningitis Purulenta terdapat tekanan meningkat, cairan keruh,
jumlah sel darah putih dan protein meningkat, glukosa menurun,
kultur (+) beberapa jenis bakteri.
d. Pemeriksaan darah
Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, Laju
Endap Darah (LED) kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit dan kultur.
e. Pada Meningitis Serosa didapatkan peningkatan leukosit saja.
Disamping itu, ada Meningitis Tuberkulosa didapatkan juga
peningkatan LED.
f. Pada Meningitis Purulenta didapatkan peningkatan leukosit.
g. Pemeriksaan Radiologis
h. Pada Meningitis Serosa dilakukan foto dada, foto kepala, bila
mungkin dilakukan CT Scan.
i. Pada Meningitis Purulenta dilakukan foto kepala (periksa mastoid,
sinus paranasal, gigi geligi) dan foto dada
G. Intervensi keperawatan
NO. SLKI SIKI RASIONAL
DX

1. Setelah dilakukan Manajemen peningkatan


tindakan keperawatan tekanan 1. Untuk mengetahui
selama 3x24 jam intrakranial (I.06194) adanya peningkatan
diharapkan masalah Observasi TIK pada pasien
keperawatan resiko 1. Identifikasi penyebab 2. Untuk megetahui tanda
perfusi serebral dapat peningkatan TIK dan gejala peningkatan
teratasi dengan 2. Monitor tanda atau gejala TIK pada pasien
kriteria hasil: peningkatan TIK 3. Agar status pernafasan
Perfusi serebral 3. Monitor status pernafasan tetap terjamin
(L.05044) 4. monnitor intake dan 4. Mencegah hipovolemi
1. Tingkat output cairan
kesadaran 5. Monitor cairan serebro 1. Agar pasien bisa
membaik spinal istirahat
2. Tekanan Teraupetik 2. Untuk memaksimalkan
intracranial 1. Minimalkan stimulus pernafasan
menurun dengan menyediakan 3. Dengan melihat tanda-
lingkungan yang tenang tanda kejang
2. Berikan posisi semi 4. Untuk mencegah
fowler hipotermia
3. Cegah terjadinya kejang
4. Pertahankan suhu tubuh
normal
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
sedasi antikonvulsan jika
perlu
2. Kolaborasi pemberian
diuretik osmosis jika
perlu
BAB II
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK
No. RM : 02164xxx
PENGKAJIAN AWAL PASIEN RAWAT Nama : An. F
INAP ANAK Jenis kelamin : P
(Dilengkapi dalam waktu 24 jam pertama pasien Tgl lahir : 08/07/2018
masuk ruang rawat) Mohon diisi/ditempel
stiker jika ada
Tanggal Masuk Rumah Waktu
Sakit Pemeriksaan Ruangan: Aster
15- 01- 2022 14.30 WIB

A. Keluhan utama
Demam dan kaku kuduk
B. Riwayat tambahan :
Keluarga pasien mengatakan pasien Demam, pupil anisokhor dan mengalami
kejang
C. Riwayat penyakit sekarang: (Secara Kronologis mulai awal sakit hingga
saat ini)
Hasil pengkajian yang didapatkan pasien didiagnosa medis Meningitis TB demam
naik turun, tidak mau makan dan minum, anggota ektermitas kiri lemah, mata anemis,
tidak ikhterik,pupil anisokor kesadaran cukup compos mentis, pasien menangis lemah
tidak keluar air mata, tampak lemah . TD : 90/59 mmHg, N: 110x/m, RR : 24x/m,
Suhu : 39C, pasien terpasang NGT, pasien terpasang kanul O2 3 Liter .
D. Riwayat penyakit dahulu
Ibu pasien mengatakan An.F sudah pernah masuk rumah sakit sebelumnya yaitu
sebanyak 7 kali. An.f mempunyai riwayat penyakit meningitis Tb, epilepsy, anemia,
post op vp shunt
E. Riwayat Alergi
Alergi Obat, sebutkan: Tidak ada
Alergi makanan, sebutkan: Tidak ada
Alergi lainnya, sebutkan: Tidak ada
F. Riwayat Persalinan
Keluarga pasien megatakan pasien lahir dengan usia kehamilan 38 minggu
aterm a/i PEB, G1P1A0, dengan normal, kondisi menangis, tidak kekuningan
G. Riwayat Penyakit Keluarga dan Genogram
Ibu: Ny. K Umur : 28 th Bangsa :Indo Kesehatan: Sehat
Ayah: Tn. P Umur : 35 th Bangsa : Indo Kesehatan : Sehat

Keterangan:
: perempuan

: laki-laki

: perempuan dengan meningitis

H. Pola Kesehatan Fungsional Gordon


1. Persepsi kesehatan- pola menejemen kesehatan
Sebelum sakit : Ibu klien mengatakan sebelumya pasien pernah
dirawat 7 kali di rs
Saat sakit : Ibu klien mengatakan patuh memberi obat pada pasien

2. Pola nutrisi
Sebelum sakit : Ibu klien mengatakan selalu menjaga asupan
makanan pasien yaitu makan 3 kali sehari
Saat sakit : Ibu klien mengatakan anaknya susah makan dan
minum
3. Pola eliminasi
Sebelum sakit : Ibu klien mengatakan klien BAB 3x seminggu dan
BAK 5xsehari
Setelah sakit : Ibu klien mengatakan klien selama dirawat BAB
baru 2 kali

4. Pola latihan dan aktivitas


Sebelum sakit : Ibu klien mengatakan ekstermitas kiri pasien
lemah
Setelah sakit : Ibu klien mengatakan klien mengatakan anaknya
sulit beraktivitas dan menggerakan ekstermitas kirinya

5. Pola persepsi
Sebelum sakit : Ibu klien mengatakan klien mampu berinteraksi
dengan keluarga
Setelah sakit : Ibu klien mengatakan klien fungsi indranya masih
baik

6. Pola tidur dan istirahat


Sebelum sakit : Ibu klien mengatakan klien tidur siang kurang
lebih 2 jam dan tidur malam kurang lebih 11 jam
Setelah sakit : Ibu klien mengatakan klien susah tidur karena
demam naik turun.

7. Konsep diri dan presepsi


Sebelum sakit : Ibu klien mengatakan klien tenaganya kuat dan
aktif
Setelah sakit : Ibu klien mengatakan klien anaknya menjadi
lemah

8. Peran dan pola hubungan


Sebelum sakit : Ibu klien mengatakan klien berhubungan baik
dengan keluarga
Setelah sakit : Ibu klien mengatakan hubungan dengan keluarga
masih baik

9. Pola reproduksi dan seksual


Sebelum sakit : Ibu klien mengatakan klien disayangi oleh orang
tua dan juga keluarga terdekat
Setelah sakit : Ibu klien mengatakan klien lebih diperhatikan oleh
orang tua
10. Pola pertahanan diri (coping)- stress-toleransi
Sebelum sakit : Ibu klien mengatakan terkadang mengajak
anaknya liburan
Setelah sakit : Ibu klien mengatakan sering tidur disamping
anaknya agar merasa tenang

11. Pola keyakinan dan nilai


Sebelum sakit : Ibu klien mengatakan beragama islam
Setelah sakit : Ibu klien mengatakan beragama islam, dan
memnganggap klien sakit adalah ujian dari Alloh SWT

I. Pemeriksaan Fisik
Kondisi umum : Baik
Kesadaran : Komposmetis GCS 15, E4M6V5
TTV : Tekanan Darah:90/80 mmHg, Nadi : 110 x/mnt
Pernafasan: 24 x/ mnt, Suhu : 39.1 °C
Kepala : hidrosefalus, post op vp shunt
Mata : konjungtiva tidak anemis, tidak ikterik. Pupil anisokhor
Hidung : tidak ada pembesaran polip,
Telinga : Tidak ada serumen, tampak bersih
Mulut : Bersih, tidak ada stomatitis
Leher : tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran tyroid
Dada :
Paru :
I: tidak ada jejas, simetris, RR 24x/mnt
P: tidak ada nyeri tekan, fokal fremitus kanan kiri
sama
P: suara perkusi paru sonor di seluruh lapang paru
A: suara auskultasi paru vesikuler
Jantung :
I: iktus cordis tidak tampak
P: iktus kordis tidak teraba
P: bunyi perkusi pekak
A: tidak ada suara tambahan, lup dup
Abdomen :
I: tampak datar, tidak ada lesi
A: bising usus 19 x/mnt normal

P: Perkusi perut timpani


P: tidak teraba massa, tidak teraba pembesaran
organ
Ekstremitas :
Atas: Terpasang infus cairan KN 3A, 8tpm di
ektremitas atas kanan , kekuatan otot 5/5
Bawah: kekuatan otot 5/5,
Genetalia : tidak ada kelainan pada alat vital, tidak terpasang DC

J. Riwayat Tumbuh Kembangan


Pengkajian Pertumbuhan Dan Perkembangan
1. Pertumbuhan
Berat Badan ( BB ) : 7.5 kg
Tinggi Badan ( TB ) : 74 cm
2. Perkembangan
a. KPSP PADA ANAK UMUR 8 BULAN
b. Masalah mental emosional ( MME )
No. Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah anak anda sering terlihat marah tanpa sebab yang √
jelas?
(seperti banyak menangis, mudah tersinggung atau bereaksi
berlebihan terhadap hal-hal yang sudah biasa dihadapinya)
2. Apakah anak anda tampak menghindar dari teman-teman √
atau anggota keluarganya?
(seperti ingin merasa sendirian, menyendiri atau merasa sedih
sepanjang waktu, kehilangan minat terhadap hal-hal yang
biasa sangat dinikmati)
3. Apakah anak anda terlihat berperilaku merusak dan √
menentang terhadap lingkungan disekitarnya?
(seperti melanggar peraturan yang ada, mencuri, sering kali
melakukan perbuatan yang berbahaya bagi darinya, atau
menyiksa binatang atau anak-anak lainnya)
Dan tampak tidak perdulli dengan nasehat-nasehat yang sudah
diberikan kepadanya?
4. Apakah anak anda memperlihatkan adanya perasaan √
ketakutan atau kecemasan berlebihan yang tidak dapat
dijelaskan asalnya dan tidak sebanding dengan anak lain
seusianya?
5. Apakah anak anda mengalami keterbatasan karena adanya √
konsentrasi yang buruk atau mudah teralih perhatiannya,
sehingga mengalami penurunan dalam aktivitas sehari-hari
atau persentasi belajarnya?
6. Apakah anak anda menunjukkan perilaku kebingungan √
sehingga mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dan
membuat keputusan?
7. Apakah anak anda menenjukkan adanya perubahan pola √
tidur?
(seperti sulit tidur sepanjang waktu, terjaga sepanjang hari,
sering terbangun di waktu tidur malam oleh karena mimpi
buruk, mengigau)
8. Apakah anak anda mengalami perubahan pola makan? √
(sepeti kehilangan nafsu makan, makan berlebihan atau tidak
mau makan sama sekali).
9. Apakah anak anda sering kali mengeluh sakit kepala, sakit √
perut atau keluhan-keluhan fisik lainnya?
10. Apakah anak anda seringkali mengeluh putus asa atau √
berkeinginan untuk mengakhiri hidupnya?
11. Apakah anak anda menunjukkan adanya kemunduran √
perilaku atau kemampuan yang sudah dimilikinya?
(seperti mengompol kembali, mengisap jempol, atau tidak
mau berpisah dengan orang tua/pengasuhnya)
12. Apakah anak anda melakukan perbuatan yang berulang- √
ulang tanpa alasan yang jelas?

Interpretasi Hasil :
Terdapat tiga jawaban “ya”, anak diinterpretasikan mengalami
masalah emosi kecil

c. Abbreviated Conners Ratting Scala ( Conners )


Formulir Deteksi Dini : Deteksi Gangguan Pemusatan Perhatian
dan Hiperaktivitas (GPPH)
(Abbreviated Conners Ratting Scale)
NO Kegiatan yang diamati 0 1 2 3
1 Tidak kenal lelah atau aktivitas berlebihan √
2 Mudah menjadi gembira, impulsive √
3 Mengganggu anak-anak lain √
Gagal menyelesaikan kegiatan yang telah dimulai, √
4
rentang perhatian pendek
Menggerak-gerakkan anggota badan atau kepala secara √
5
terus menerus
6 Kurang perhatian, mudah teralihkan √
Permintaannya harus segera dipenuhi, mudah menjadi √
7
frustasi
8 Sering dan mudah menangis √
9 Suasana hatinya mudah berubah dengan cepat dan drastic √
Ledakan kekesalan, tingkah laku eksplosif dan tak √
10
terduga
Jumlah 8
Nilai Total : 8

0= Tidak Pernah
1= Kadang-Kadang
2= Sering
3= Selalu

Interpretasi Hasil :
Tidak ditemukan indikasi Gangguan Pemusatan Perhatian dan
Hiperaktivitas (GPPH)

K. Pengkajian Resiko Jatuh (Humphy Dumty)


Parameter Kriteria Skor Nilai Skor
Dibawah 3 tahun 4
Umur 3-7 tahun 3
4
7-13 tahun 2
>13tahun 1
Jenis kelamin Laki-laki 2
1
Perempuan 1
Diagnosis Gangguan Neurologis 4 4
Perubahan dalam oksigenisasi 3
(masalah saluran nafas,
dehidrasi, anemia,anorexia,
sinkop, Sakit kepala dll)
Kelainan psikis/ perilaku 2
Diagnosis lain 1
Tidak sadar terhadap keterbatasan 3
Gangguan Lupa keterbatasan 2 3
kognitif Mengetahui kemampuan diri 1
Riwayat jatuh dari tempat tidur
saat bayi/ anak 4
Faktor Pasien menggunakan alat bantu 3
2
lingkungan atau box/ mebel
Pasien berada di tempat tidur 2
Pasien diluar ruang rawat 1
Dalam 24 jam 3
Respon terhadap Dalam 48 jam 2
operasi/’ obat
1
penenang/efek
anastesi
>48 jam 1
Penggunaan obat: sedative (kecuali
pasien ICU, yang menggunakan
sedasi dan paralisis) hipnotik,
Penggunaan barbiturat, fenotialin, antidepresan, 2
obat laksatif/ diuretika, narkotik 3
Salah satu dari pengobatan diatas 2
Pengobatan lain 1
17
TOTAL (resiko jatuh
tinggi)
Skor : 7 – 11 (resiko jatuh rendah); ≥ 12 (resiko jatuh tinggi)

I. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI


1. Diagnosa medis : meningitis
2. Tindakan operasi : post op vp shunt
3. Status nutrisi :
a. Antropometri : TB/BB= 74 cm/7.5 kg

Status gizi : gizi buruk (menurut tabel baku rujukan penilaian status
gizi menurut BB dan umur)

b. Clinical Signs : Mata tidak cekung, konjungtiva ananemis,


cubitan kulit perut kembali cepat, rambut kuning kecoklatan
c. Diit : Klien makan 2 kali sehari dan hanya
menghabiskan sedikit
4. Status cairan :
Kebutuhan cairan: 100 ml x (BBkg )
: 100 ml x 7.5 kg
: 750 ml

Data Sekunder
1. Data Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal : 16-01-2022
Tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan

16-01- Darah lengkap


2022 Hemoglobin 10.3 (L) 10.7-13.1 g/dL
Leukosit 8760 6000-17500 /uL
Hematokrit 30 (L) 35-43 %
MCV 84.0 (L) 74-102 fL
MCH 28.9 23-31 pg/cell
MCHC 34.4 (H) 28-32 %
RDW 12.9 11.5-14.5 %
Eosinofil 0.1 (L) 1-5 %
Monosit 5.3 1-11 %
Natrium 150 (H) 134-146 MEq/L
Kalsium 11.3 (H) 8.6-10.3 Mg/dL

b. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal : -

2. Program Terapi
Tanggal : Senin, 10-01-2022
No Tanggal Nama terapi Dosis
1 10-01-2022 IVFD KAEN 1B 8 tpm
O2 NK 3 lpm
Inj. Cefriaxone 2x250 mg
Inj. Dexametason 3x0.2 ml
Paracetamol 80 mg/6 jam
ANALISA DATA
Data Fokus Pathway Masalah Etiologi
Keperawatan

DS : invasi kuman ke Resiko perfusi Infeksi otak


- Ibu pasien jaringan serebral serebral tidak (meningitis)
mengatakan efektif
sebelumnya reaksi peradangan
pasien pernah otak
kejang
- Ibu pasien gangguan
metabolism
mengatakan
serebral
pasien mengalami
demam naik turun
DO : thrombus aliran
- KU : cukup darah serebral
- Kekuatan oot
Ekstremitas kiri nekrosis pembuluh
lemah 1,1 dsrah
- Menangis lemah
- Pasien infeksi jaringan
mengalami otak
Meningitis tb
- Kaku kuduk infeksi meningen
- Gcs :15
- \pupil unisokhor perubahan
- Terdapat reflek fisiologis
intracranial
babinski
peningkatan
permeabilitas
darah ke otak

peningkatan
tekanan
intracranial

Resiko perfusi
serebral tidak
efektif
Ds: Iritasi mengingen Hipertermi Proses penyalit
- Ibu pasien
mengatakan pasien
sebelum masuk Rs Perubahan fisiologis
mengalami demam intrkranial
- Ibu pasien
mengatakan
demam pasien naik Sakit kepala dan
turun demam
Do:
- Suhu 39.0 C
- Kulit tampak Hipertermi
merah
- Kulit terasa hangat
Ds : Perubahan fisiologi Gangguan Penurunan
- Ibu pasien intrakranial mobilitas fisik kekuatan otot
mengatakan pasien
mengalami
kelemahan di Perubahan tingkat
anggota kesadaran,
ekstermitas kiri perubahan perilaku,
disorientasi
Do :
- Kekuatan otot
ekstermitas kiri 1,1
Kelemahan fisik
- ROM menurun
- Sendi kaku
- Gerakkan tidak Gangguan mobilitas
terkoordinasi fisik
- Fisik tampak lemah
Ds : Perubahan fisiologi Gangguan Efek
Do: intrakranial tumbuh ketidakmampuan
- Tidak mampu kembang fisik
melakukan
keterampilan atau Perubahan tingkat
perilaku sesuai usia kesadaran,
- Tidak mampu perubahan perilaku,
disorientasi
melakukan
perawatan diri
Gangguan tumbuh
sesuai usia
kembang
- Respon sosial
lambat
- Kontak mata
terbatas

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Resiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan Infeksi otak
(meningitis)
2. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot
4. Gangguan tumbuh kembang Efek ketidakmampuan fisik
INTERVENSI KEPERAWATAN

NO. SLKI SIKI RASIONAL


DX

1. Setelah dilakukan Manajemen peningkatan


tindakan keperawatan tekanan
selama 3x24 jam intrakranial (I.06194)
diharapkan masalah Observasi
keperawatan resiko - Identifikasi penyebab - Untuk mengetahui
perfusi serebral dapat peningkatan TIK adanya peningkatan
teratasi dengan - Monitor tanda atau TIK pada pasien
kriteria hasil: gejala peningkatan TIK - Untuk megetahui tanda
Perfusi serebral - Monitor status dan gejala peningkatan
(L.05044) pernafasan TIK pada pasien
- Demam menurun Teraupetik - Agar status pernafasan
- Gelisah menurun - Minimalkan stimulus tetap terjamin
dengan menyediakan - Mencegah hipovolemi
lingkungan yang tenang
- Berikan posisi semi - Agar pasien bisa
fowler istirahat
- Cegah terjadinya kejang
- Pertahankan suhu tubuh - Untuk memaksimalkan

normal pernafasan

Kolaborasi
- Dengan melihat tanda-
- Kolaborasi pemberian
tanda kejang
sedasi antikonvulsan jika
perlu - Untuk mencegah
- Kolaborasi pemberian hipotermia
diuretik osmosis jika
perlu
2 Setelah dilakukan Regulasi temperature
tindakan keperawatan ( L.14567)
selama 3x24 jam Observasi
diharapkan masalah - Monitor suhu tubuh anak - Memantau suhu tubuh
keperawatan tiap dau jam, jika perlu pasien setiap dua jam
hipertemi dapat - Monitor tekanan darah, sekali, jika perlu
diatasi dengan nadi, dan pernafasan - Memantau tekanan
kriteria hasil - Monitor warna dan suhu darah pasien
Termoregulasi kulit - Memantau warna dan
(L.141135) Teraupetik suhu kulit pasien
- Suhu tubuh - Tingkatkan asupan - - meingkatkan asupan
menurun cairan dan nutrisi yang cairan dan nutrisi pada
- Suhu kulit adekuat pasien
menurun - Sesuaika suhu - Menyesuaikan suhu
lingkungan dengan lingkungan dengan
kebutuhan pasien kebutuhan pasien
Kolaborasi - Berkolaborasi peberian
- Kolaborasi pemberian antipiretik pada pasien,
antipiretik, jika perlu jika perlu
Setelah dilakukan Dukungan Mobilisasi (I. Observasi
tindakan keperawatan 05173)
a. Mengidentifikasi
selama 2 x 8 jam
Observasi adanya nyeri atau
diharapkan masalah
keperawatan a. Identifikasi adanya nyeri keluhan fisik lainnya
Gangguan mobilitas atau keluhan fisik lainnya b. Mengidentifikasi
fisik dapat teratasi b. Identifikasi toleransi fisik toleransi fisik
sesuai dengan kriteria melakukan pergerakan melakukan pergerakkan
c. Monitor frekuensi jantung
hasil sebagai berikut : c. Memonitor frekuensi
dan tekanan darah jantung dan tekanan
Mobilitas Fisik sebelum memulai
darah sebelum memulai
(L.05042) mobilisasi
d. Monitor kondisi umum mobilisasi
a. Pergerakan selama melakukan d. Memonitor kondisi
ekstermitas mobilisasi umum selama
meningkat Terapeutik melakukan mobilisasi
b. Kekuatan otot
rentang gerak a. Fasilitasi aktivitas Terapeutik
meningkat mobilisasi dengan alat a. Memfasilitasi aktivitas
c. Nyeri menurun bantu (mis. Pagar tempat fisik dengan alat bantu
d. Kelemahan fisik tidur) (mis. Pagar tempat
menurun b. Fasilitasi pergerakkan, tidur)
e. Gerakan tidak jika perlu b. Memfasilitasi
terkoordinasi c. Libatkan keluarga untuk pergerakkan jika perlu
menurun membantu pasien dalam c. Melibatkan keluarga
f. Kelemahan fisik meningkatkan untuk membantu pasien
menurun peregrakkan dalam melakukan
Edukasi pergerakkan.
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi 1. Menjelaskan tujuan dan
2. Anjurkan mobilisasi dini prosedur mobilisasi
3. Ajarkan mobilisasi 2. Menganjurkan
sederhana yang harus mobilisasi dini
dilakukan (mis, duduk 3. Mengajarkan
ditempat tidur,duduk disisi mobilisasi sederhana
tempat tidur, pindah dari yang dilakukan (mis.
tempat tidur ke kursi ) Duduk ditempat tidur,
duduk di sisi tempat
tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi)
4 Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3 x 8 jam
diharapkan masalah
keperawatan
gangguan tumbuh
kembang dapat
teratasi dengan
kriteria hasil
Status perkembangan
L.10101
- Keterampilan/
perilaku sesuai
usia meningkat
- Kontak mata
meningkat

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
TGL/JAM No IMPLEMENTASI EVALUASI FORMATIF NAMA
DX & TTD
Senin, 17 1 MON
januari
2022
08.00 WIB DS :
Melakukan pengkajian
- Ibu pasien
kepada pasien mengatakan pasien
demam naik turun
- Ibu pasien
mengatakan awalnya
pasien demam dan
dibawa ke rumah
sakit, pasien sudah 7
kali di rawat di
rumah sakit
DO :
- KU : cukup
- Kelemahan
ekstremitas kiri
- Pasien didiagnosa
meningitis tb
- Kaku kuduk
- TD : 90/59 mmHg
- Nadi 110x/m
- RR : 24x/m
- Suhu :39.0℃
- BB : 7.0 Kg
- TB : 70cm
- Pasien terpasang
infus KAEN 1B 8
tpm
09.00 1 Memberikan terapi obat DS:-
1. Inj. Ceftriaxon DO:
250 mg - Tampak obat masuk
perbolus
2. Inj.Dexamethaso
- Alergi (-) muntah (-)
ne 0.2 ml
10.00 1 Memonitor tanda atau DS : -
DO :
gejala peningkatan TIK
- Pasien menangis
lemah
- Pasien didiagnosa
meningitis
- Kelemahan
ekstremitas kiri
12.30 2 Memberikan pasien DS:-
Do:
kompres
- Tampak pasien
dikompres
13.00 4 Menganjurkan orang tua Ds:-
D:
berinteraksi dengan
- Tampak ibu pasien
anaknya mengajak bicara
pasien
Selasa, 18 1 Memberikan terapi obat DS : -
Januari - Inj. Ceftriaxon DO :
2022 250 mg - Tampak obat masuk
09.00WIB perbolus
- Inj.Dexamethaso
ne 0.2 ml
10.00 WIB 1 Memposiskan head up DS:
Do:
30 derajat
- Saturasi membaik
setelah kepala
ditinggikan
11.00 WIB 1 Monitor TTV DS : -
DO :
- Td : 89/57 mmHg
- N:127 x/m
- RR :21x/m
- S:38.3 c

12.30 2 Menganjurkan pasien DS:-


Do:
untuk dikompres
- Pasien dikompres
13.00 3 Mengkaji kekuatan otot DS:-
DO:
pasien
- Kekuatan otot
ekstermitas kiri 1,1
- pasien lemah
- Ektermitas kiri
lemah
Rabu, 19 1 Memberikan terapi obat DS : -
Januari - Inj. Ceftriaxon DO :
2022 250 mg - Tampak obat masuk
09.00WIB perbolus
- Inj.Dexamethaso
ne 0.2 ml
10.00 1 Mempertahankan DS:-
oksigenasi pasien DO:
- Tampak pasien
terpasang 02 3/lpm
11.00 WIB 1 Monitor TTV DS : -
DO :
- Td : 89/57 mmHg
- N:127 x/m
- RR :21x/m
- S:39.0 c

11.00 2 Memberikan injeksi Ds:-


Do:
paracetamol 80 mg
- Injeksi masuk
perbolus
12.30 2 Menganjurkan pasien DS:-
Do:
untuk dikompres
- Tampak pasien
dikompres

EVALUASI KEPERAWATAN
TGL/JAM NO. EVALUASI NAMA
DX & TTD
Senin, 17 1 S :-
Januari O:
2022 - KU : cukup
14.00 WIB - Kesadaran cm
- Suhu 38.7 C
- Kaku kuduk
A:
- masalah keperawatan resiko perfusi serebral tidak
efektif belum terasi
P:
- lanjutkan intervensi

- Monitor tanda atau gejala peningkatan TIK


- Monitor status pernafasan
- monnitor intake dan output cairan
- Minimalkan stimulus dengan menyediakan
lingkungan yang tenang
- Cegah terjadinya kejang
- Pertahankan suhu tubuh normal

2 S:
O:
- Suhu 38.7.0 C
- Kulit tampak merah
- Kulit terasa hangat
A:
- Masalah keperawatan hipertermi belum teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi
- Monitor suhu tubuh anak tiap dau jam, jika perlu
- Monitor tekanan darah, nadi, dan pernafasan
- Monitor warna dan suhu kulit
3 S:-
O:
- Pasien tampak berbaring
- Pasien tampak lemas
- Kekuatan otot ekstermitas kiri 1,1
A: Gangguan mobilitas fisik belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
- Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
- Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
- Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis. Pagar
tempat tidur)
- Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan peregrakkan

4 S:
O:
- Tidak mampu melakukan perawatan diri sesuai usia
- Respon sosial lambat
- Kontak mata terbatas
A: masalah keperawatan gangguan tumbuh kembang belum
teratasi
P: lanjut intervensi
Selasa 18 1 S :-
Januari O:
2022 - KU : cukup
14.00 WIB - Kesadaran cm
- Suhu 38.4 C
- Kaku kuduk
A:
- masalah keperawatan resiko perfusi serebral tidak
efektif belum terasi
P:
- lanjutkan intervensi
- Monitor tanda atau gejala peningkatan TIK
- Monitor status pernafasan
- monnitor intake dan output cairan
- Minimalkan stimulus dengan menyediakan
lingkungan yang tenang
- Cegah terjadinya kejang
- Pertahankan suhu tubuh normal

2 S:
O:
- Suhu 38.4 C
- Kulit tampak merah
- Kulit terasa hangat
A:
- Masalah keperawatan hipertermi belum teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi
- Monitor suhu tubuh anak tiap dau jam, jika perlu
- Monitor tekanan darah, nadi, dan pernafasan
- Monitor warna dan suhu kulit
3 S:-
O:
- Pasien tampak berbaring
- Pasien tampak lemas
- Kekuatan otot ekstermitas kiri 1,kiri 1
A: Gangguan mobilitas fisik belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
- Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
- Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
- Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis. Pagar
tempat tidur)
- Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan peregrakkan

Rabu, 18 1 S :-
Januari O:
2022 - KU : cukup
14.00 WIB - Kesadaran cm
- Suhu 37.9 C
- Kaku kuduk
A:
- masalah keperawatan resiko perfusi serebral tidak
efektif belum terasi
P:
- lanjutkan intervensi

- Monitor tanda atau gejala peningkatan TIK


- Monitor status pernafasan
- monnitor intake dan output cairan
- Minimalkan stimulus dengan menyediakan
lingkungan yang tenang
- Cegah terjadinya kejang
- Pertahankan suhu tubuh normal

2 S:
O:
- Suhu 37.9 C
- Kulit tampak merah
- Kulit terasa hangat
A:
- Masalah keperawatan hipertermi belum teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi
- Monitor suhu tubuh anak tiap dau jam, jika perlu
- Monitor tekanan darah, nadi, dan pernafasan
- Monitor warna dan suhu kulit
3 S:-
O:
- Pasien masih tampak berbaring
- Pasien masih tampak lemas
- Kekuatan otot esktermitas kiri 1, 1
A: Gangguan mobilitas fisik belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
- Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
- Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
- Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis. Pagar
tempat tidur)
- Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan peregrakkan
BAB III
PEMBAHASAN

Meningitis adalah radang dari selaput otak yaitu lapisan arachnoid dan
piameter yang disebabkan oleh bakteri dan virus (Judha & Rahil, 2012).
Meningitis adalah bentuk dari infeksi sistem saraf pusat inflamasi atau
peradangan yang terjadi pada neningen atau selaput otak (Neurofik, 2010).

Hasil pegkajian yang dilakukan kepada An. F didapatkan hasil bahwa anak
F dengan diagnose meningitis tb dengan Hasil pemeriksaan fisik tidak ikhterik,
tidak anemis, pasien mengalami kelemahan ekstremitas kiri, terpasang kanul O2 3
lpm, pasien riwayat meningitis tb, epilepsi, anemia, post op vp shunt. Dari hasil
pengkajian pasien mengalami masalah keperawatan utama resiko perfusi serebral
tidak efektif. Tindakan mandiri yang dapat dilakukan pada anak adalah
memberikan head up 30 Derajat untuk mempertahankan saturasi oksigen pada
pasien. Posisi Head up 30 derajat bertujuan untuk menurunkan tekanan
intrakranial pada pasien cedera kepala. Selain itu posisi tersebut juga dapat
meningkatkan oksigen ke otak (Insani, 2021)
DAFTAR PUSTAKA

Arif, M. 2014.Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 . Jilid 2. Jakarta : Media


Aesculapius.
Smeltzer & Bare (2013), Buku Ajar Keperawtan Medikal Bedah Bruner &
Suddarth Edisi 8. Jakarta : EGC
Fitriyana, I., & Faried, R. (2019). Analisis Praktik Klinik Keperawatan pada
Pasien dengan Meningoencephalitis Terpasang Ventilator dengan
Intervensinovasi Terapi Kombinasi Isap Lendir (Suction) Sistem Terbuka
dan Foot Massage Terhadap Status Hemodinamika di Ruang Intensive
Care Unit (ICU) RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda 2019.
Insani, R. N. (2021). Intervensi Head Up 30 terhadap Masalah Peningkatan
Tekanan Intracranial pada Pasien Trauma Brain Injury Post Craniotomy
di RSUD Labuang Baji Makassar (Doctoral dissertation, Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar).
SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik Edisi I Cetakan Iii (Revisi). Jakarta Selatan: Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan Edisi I Cetakan Ii. Jakarta Selatan:
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan Edisi I Cetakan II. Jakarta
Selatan: Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai