Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.

L DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN UTAMA : RISIKO PERILAKU KEKERASAN DI
WISMA AMARTA RUMAH SAKIT JIWA PROF. SOEROJO
MAGELANG

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktik Klinik


Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh :

MUHAMAD FARIS
2021030048

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG
2022
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN
Perilaku kekerasan merupakan respon maladaptif dari kemarahan,
hasil dari kemarahan yang ekstrim ataupun panik. Perilaku kekerasan yang
timbul pada klien skizofrenia diawali dengan adanya perasaan tidak
berharga, takut,dan ditolak oleh lingkungan sehingga individu akan
menyingkir dari hubungan interpersonal dengan oran lain (Pardede, Keliat
& Yulia, 2015).
Perilaku kekerasan adalah salah satu respon terhadap stressor yang
dihadapi oleh seseorang yang dihadapi oleh seeorang yang ditunjukan
dengan perilaku kekerasan baik pada diri sediri maupun orang lain dan
lingkungan baik secara verbal maupun non-verbal. Bentuk perilaku
kekerasan yang dilakukan bisa amuk, bermusuhan yang berpotensi
melukai, merusak baik fisik maupun kata-kata (Kio, Wardana &
Arimbawa, 2020).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada
diri sendiri maupun orang lain (Kandar &Iswanti, 2019).
B. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala perilaku kekerasan meliputi:
a. Fisik : Mata melotot atau pandangan tajam, tangan mengepal,
rahang mengatup, wajah memerah, dan tegang, serta postur tubuh
kaku. Verbal : mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor,
berbicara dengan nada keras, kasar, ketus.
b. Perilaku : Menyerang orang lain, melukai diri sendiri atau orang
lain, merusak lingkungan, amuk atau agresif.
c. Emosi : tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu,
dendam, jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin
berkelahi, menyalahkan, dan menuntut,
d. Intelektual : Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan,
dan tidak jarang mengeluarkan katakata bernada sarkasme.
e. Spiritual : merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan,
tidak bermoral, dan kreativitas terhambat.
f. Sosial : menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan,
dan sindiran.
g. Perhatian : bolos, melarikan diri, (Hasannah, 2019).

Tanda dan gejala perilaku kekerasan berdasarkan standar asuhan


keperawatan jiwa dengan masalah risiko perilaku kekerasan, ialah
a. Subjektif : Mengungkapkan perasaan kesal atau marah., keinginan
untuk melukai diri sendiri, orang lain dan lingkungan, klien suka
membentak dan menyerang orang lain.
b. Objektif : Mata melotot/pandangn tajam, tangan mengepal dan
rahang mengatup, wajah memerah.postur tubuh kaku.mengancam
dan mengumpat dengan kata-kata kotor. suara keras.bicara kasar,
ketus menyerang orang lain dan melukai diri sendiri/orang lain.
merusak lingkungan. amuk/agresif (Pardede, 2020).

C. ETIOLOGI
Penyebab dari perilaku kekerasan bukan terdiri cuman satu faktor
tetapi termasuk juga faktor keluarga, media, teman, lingkungan, biologis.
Perilaku kekerasan dapat menimbulkan dampak seperti gangguan
psikologis, merasa tidak aman, tertutup, kurng percaya diri, risiko bunuh
diri, depresi, harga diri rendah, ketidak berdayaan, isolasi sosial (Putri,
Arif & Renidayati 2020).
Faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya skizofrenia
meliputi biologis, psikologis, dan sosialkultural, dimana faktor biologis
yang mendukung terjadinya skizofrenia adalah genenitk, neuroanotomi,
neurokimia, dan imunovirologi. Faktor presipitasi merupakan faktor
stressor yang menjadikan klien mengalami sikizofrenia yang terdiri dari
faktor biologi, psikologi, dan sosiokultural yang mampu menyebabkan
risiko perilaku kekerasan, halusinasi, dan harga diri rendah (Pardede,
2014).
Penyebab pasien berisiko untuk melakukan perilaku kekerasan
disebabkan oleh cemas secara terus menerus, untuk itu dibutuhkan strategi
preventif untuk mencegah perilaku kekerasan yang salah satunya adalah
dengan melakukan teknik relaksasi (Pardede, Simanjuntak & Laia, 2020).
Faktor presipitasi dan faktor predisposisi menurut (Kandar & Iswanti,
2019).
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor genetik ini menunjukkan bahwa faktor genetik tidak
mempengaruhi partisipan mengalami perilaku kekerasan
(RPK). Berdasarkan hasil wawancara bersama pasien RPK
b. Faktor psikologis Faktor psikoligis yang mempengaruhui
partisipan mengalami Perilaku kekerasan antara lain :
1) Kepribadian yang tertutup Partisipan
mengungkapkan bahwa memili kepribadian yang
tertutup, kepribadian yang tertutup yang tidak
pernah mengungkapkan atau yang menceritakan
atau menceritakan permasalahannya.
2) Kehilangan Partisipan merupakan bahwa persaan
kehilangan yang mendalam yang di alami oleh
partisapan. Seperti kehilangan pekerjaan.orang yang
di cintai.
3) Aniaya seksual Berdasarkan hasil wawancara
partisipan mengungkapkan bahwa aniaya seksual
menyebabkan pasien mengalami risiko perilaku
kekerasan.
4) Kekerasan dalam keluarga. Berdasarkan hasil
partisipan wawancara mengungkapkan bahwa
partisipan pernah mengalami kekerasan dalam
keluarga.
2. Faktor Presipitasi
a. Faktor genetik
Putus obat sebagai pencetus pasien mengalami Resiko
Perilaku, kekerasan.pasiean mengungkapkan bahwa
penyebab putus obat, disebabkan berbagai faktor,seperti
efek samping obat yang membuat pasien pusing, tidak ada
yang mengigatkan untuk kontrol dan minum obat serta
keinginan untuk tidak mengkonsumsi obat lagi.
b. Faktor psikologis
Konsep diri sebagai pencetus pasien mengalami Resiko
Perilaku Kekerasan.
c. Faktor sosial budaya
Partisipan mengungkapkan bahwa konfilik lingkungan
yang menjadi stressor dan penyebab seseorang mengalami
gangguan jiwa ketidak hormonisan membuat diri igin
marah dan berbicara dengan kasar.

D. PENATALAKSANAAN
Tindakan keperawatan generalis pada klien perilaku kekerasan
dilakukan dalam 4 macam strategi pelaksanaan (SP) yaitu: mengontrol
perilaku kekerasan dengan cara fisik yaitu tarik nafas dalam dan pukul
kasur bantal, mengontrol perilaku kekerasan dengan cara minum obat
secara teratur, mengontrol perilaku kekerasan dengan cara verbal yaitu:
menceritakan perilaku kekerasan, bicara baik (meminta, menolak dan
mengungkapkan perasaan), mengontrol perilaku kekerasan dengan cara
spritual, pada setiap pertemuan klien memasukkan kegiatan yang telah
dilatih untuk mengatasi masalah kedalam jadwal kegaiatan harian (Keliat,
2019). Mengajarkan stimulasi persepsi perilaku kekerasan berdasarkan
standar pelaksanaan untuk mengenal penyebab perilaku kekerasan dengan
latihan fisik seperti : Tarik nafas dalam dan pukul kasur bantal, meminum
obat dengan teratur, berbicara secara baik-baik seperti meminta sesuatu
dan mengajarkan spritual sesuai kepercayaan pasien (Pardede & Laia,
2020).
BAB II
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : An. L
Umur : 15 th
Alamat : Ciamis
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Tanggal lahir : 01-09-2006
No RM : 32070xxx
Tanggal Masuk RS : 14-01-2022
Tanggal Pengkajian : 24-01-2022

2. Identitas Penangguang Jawab


Nama : Tn. K
Alamat : Ciamis
Pekerja : Swasta
Hubungan : Ayah Kandung

3. Alasan Masuk
Klien diantar ke RSJS oleh keluarga pada tanggal 14 Januari 2022 karena
bingung, bicara melantur, mondar-mandir, gelisah, bicara nada tinggi,
kadang bicara kasar, marah-marah, dan mengganggu lingkungan sejak 3
hari sebelum diantar ke RSJS Magelang.
4. Faktor
a. Presipitasi
Klien mengatakan sebelumnya tidak memiliki riwayat pengalaman
sakit gangguan jiwa, beberapa kali rawat inap karena sakit , klien
mengatakan sebelum dibawa ke RSJS Magelang sempat mondok di
panti kebondalem dengan keluhan bingung, bicara melantur,
mondar-mandir, gelisah, bicara nada tinggi, kadang bicara kasar,
marah-marah, dan mengganggu lingkungan.
b. Predisposisi
- Riwayat sakit : Klien mengatakan tidak memiliki riwayat
trauma, perlakuan yan tidak baik
- Riwayat perlakuan : Klien mengatakan pernah mendapatkan
perlakuan yang kurang baik selama dipondok yaitu diejek
teman se pondok.
- Riwayat pelecehan : Klien mengatakan tidak pernah
mendapatkan perlakuan pelecehan
- Riwayat tindakan kriminal : klien mengatakan tidak pernah
mendapatkan perlakuan tindakan kriminal
- Riwayat kekerasan : Klien mengatakan tidak pernah
mendapatkan perilaku kekerasan. klien mengatakan dirinya
sebagai pelaku tindakan yaitu karena marah-marah dan
ingin memukul.

5. Pengkajian Fisik
a. Keadaan Umum : CM
b. Tanda-Tanda Vital
TD : 134/96 mmHg Nadi : 121 x/menit
Suhu : 36.8 C RR : 20 x/menit
c. Keluhan Sekarang :
Klien mengatakan hari ini tidak ada keluhan, tidur nyenyak tidak ada
gangguan dan tidak ada suara-suara
6. Pengkajian Psikososial
a. Genogram

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: Meninggal
: Garis keturunan
: Tinggal satu rumah

b. Konsep Diri
1) Gambaran diri
Klien mengatakan merasa kadang dirinya suka marah-marah,
kadang bicara kasar dan ada keinginan memukul
2) Identitas
Klien mengatakan tidak suka jika dijelek-jelekan oleh temannya
dan jika temannya iseng padanya dia suka marah
3) Peran
Klien mengatakan bahwa dirinya merupakan anak yang bisa
berguna bagi kedua orang tuanya
4) Ideal diri
Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan bisa masuk sekolah
kembali. Klien bercita cita menjadi kopasus angkatan darat atau
arsitek
5) Harga diri
Klien mengatakan saat berada di pondok kadang ada temannya
yang iseng dan membuat dia marah.
Klien mengatakan tidak malu karena dirawat dirsjs magelang
karena sedang sakit
c. Hubungan Sosial
1) Orang yang berarti
Klien mengatakan merasa paling dekat dengan ibu dalam
keluarganya
2) Peran serta dalam masyarakat
Klien mengatakan selalu mengikuti kegiatan yang diadakan oleh
rumah sakit. Sebelum masuk rumah sakit klien selalu mengikuti
kegiatan selama di pondok
3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan tidak mempunyai hambatan dalam
bersosialisai. klien mengatakan dirinya mudah bergaul dengan
orang lain
d. Spiritual
1) Nilai dan Keyakinan
Klien mengatakan bahwa sakitnya sekarang merupakan sakit
sebagai ujian dari Allah sebagai penggugur dosanya.
Klien mengatakan yakin bisa kembali sembuh dan berkumpul
dengan orang yang disayanginya dan kembali ke pondok
2) Kegiatan ibadah
Klien mengatakan sholat 5 waktu dengan berjamaah bersama
teman-temannya di rumah sakit. Klien mengatakan sebelum
masuk rs selalu solat berjamaah selama di pondok

7. Status Mental
a. Penampilan Umum
Klien tampak bersih dan rapih. Rambut bersih tidak berketombe,
wajah bersih, kuku pendek, tidak ada bau badan yang mengganggu.
b. Pembicaraan
Koheren
Klien tampak sering berbicara, susah disusuh diam, suara keras,
intonasi meninggi, banyak bicara
c. Aktivitas Motorik
Aktif
Klien tampak aktif dalam mengikuti kegiatan selama di rawat
d. Alam Perasaan
Klien mengatakan saat ini biasa saja
e. Afek
Afek klien labil mudah marah dan mudah emosi
f. Interaksi Selama Wawancara
Sikap kurang baik, Terminasi sepihak, intonasi cukup, selalu
menjawab jika ditanya, kontak mata baik
g. Persepsi
Klien tidak mendengar suara-suara dan bayangan-bayangan
halusinasi
h. Proses pikir
Klien mengatakan mengerti kenapa diantar ke rsjs magelang dan
dirawat inap
i. Isi pikir
Klien dapat mengontrol isi pikirnya. Klien tidak mengalami
gangguan isi pikir dan tidak ada waham.
j. Tingkat kesadaran dan orientasi
Klien mampu menyebutkan waktu tempat dan tempat orang
k. Memori
Klien mampu menceritakan kejadian di masa lalu, jangka tengah,
dan saat ini
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien mampu berkonsentrasi dengan baik dan mampu berhitung
sederhana dengan benar.
m. Kemampuan penilaian
Klien mampu membedakan hal yang baik dan yang kurang baik, hal
yang utama dan kedua, hal yang pantas dan jelek.
n. Daya tilik diri
Klien mengerti sakit yang dialaminya sehingga diantar ke rsjs
magelang karena sering marah-marah, bicara sendiri dan
mengganggu orang lain
8. Kebutuhan Persiapan Pulang
a. Makan
Klien mampu makan dengan mandiri, mau makan bersama dengan
teman-temannya, kebersihan baik, kesopanan saat makan baik, tidak
makan berlebihan, selalu menghabiskan makan yang disediakan,
mampu mencuci alat makan sendiri.
b. BAB/BAK
Klien mampu bak/bab di toilet dengan mandiri, dan melakukan
kebersihan setelah bak/bak dengan baik dan bersih.
c. Mandi
Klien mampu mandi secara teratur 2x sehari secara mandiri dengan
sabun san shampo, melakukan gosok gigi saat bangun tidur dan saat
mau tidur
d. Berpakaian
Klien mampu mengenakan pakaian secara mandiri, mampu
mengambil pakaian mandiri dengan rapi, mampu melipat pakaian
sendiri, mampu membedakan tempat pakaian yang bersih dan kotor.
e. Istirahat dan Tidur
Klien mampu mengatur waktu istirahat dan tidur dengan waktu yang
cukup, klien tidur tidak ada gangguan.
f. Penggunaan obat
Klien mampu minum obat secara mandiri, klien mampu menerapkan
5 benar minum obat
g. Pemeliharaan kesehatan
Klien mampu memelihara kesehatan dengan makan-makanan yang
bergizi, istirahat yang cukup, olahraga.
h. Aktivitas di dalam dan di luar rumah
Klien mampu mengikuti semua kegiatan selama di rawat seperti,
makan bersama, olahraga bersama, kegiatan penkes dan tak bersama
9. Mekanisme Koping
Klien cenderung aktif dan banyak bicara
10. Masalah Psikososial dan Lingkungan
a. Masalah dengan dukungan kelompok
Klien mengatakan selama dirumah didampingi oleh ibu dan ayahnya.
b. Masalah hubungan dengan lingkungan
Klien mengatakan sering berinteraksi dengan temannya.
c. Masalah dengan pendidikan
Klien mengatakan tidak bisa masuk sekolah karena harus dirawat di
rumah sakit.
d. Masalah ekonomi
Klien mengatakan kebutuhan sehari hari dicukupi oleh orang tuanya.
e. Masalah dengan pelayanan kesehatan
Klien mengatakan untuk berobat klien menggunakan BPJS yang
ditanggung oleh orang tuanya.
11. Pengetahuan Kurang
Klien kurang mengetahui tentang penyakit jiwa yang dialaminya.
12. Aspek Medis
a. Diagnosa medis
Undifferentiated Schizophrenia
b. Terapi yang diberikan
Clozapin 25 mg / 24 jam (obat untuk meredakan gejala skizofrenia,
yaitu gangguan mental yang menyebabkan seseorang mengalamai
halusinasi, delusi, gangguan berpikir dan berperilaku)
Methilphenidate 10 mg/24 jam ( obat untuk mengendalikan gejala
stimula saraf pusat)
13. Data Fokus
DS:
- Klien mengatakan saat dipondok suka marah-marah, menggangu
temannya, kadang bicara kasar dan ada keinginan memukul
- Klien mengatakan diantar ke rsjs magelang oleh keluarganya
karena karena bingung, bicara melantur, mondar-mandir, gelisah,
bicara nada tinggi, kadang bicara kasar, marah-marah
- Klien mengatakan selamam tidur nyenyak
- Klien mengatakan sudah tidak mendengar suara-suara
DO:
- Afek labil
- Ekspresi senang
- Klien tampak tenang
- Mempertahankan kontak mata
- Klien kooperatif saat ditanya
- Nada bicara tidak tinggi
- Suara keras
- Sering bicara
- Intonasi meninggi
- Sudah tidak pernah marah lagi selama dirawat
- Sudah tidak mendengar suara-suara
B. ANALISA DATA
Hari/Tgl/ Data Fokus Masalah Paraf
Jam Keperawatan
Senin, DS: Risiko Perilaku
24/01/202 - Klien mengatakan saat dipondok suka marah- Kekerasan
2/ 09.00 marah, menggangu temannya, kadang bicara
WIB kasar dan ada keinginan memukul
- Klien mengatakan diantar ke rsjs magelang
oleh keluarganya karena karena bingung,
bicara melantur, mondar-mandir, gelisah,
bicara nada tinggi, kadang bicara kasar, marah-
marah

- DO :
- Afek labil
- Ekspresi senang
- Klien tampak tenang
- Mempertahankan kontak mata
- Klien kooperatif saat ditanya
- Nada bicara tidak tinggi
- Suara keras
- Sering bicara
- Intonasi meninggi
- Sudah tidak pernah marah lagi selama dirawat
Senin DS :
24/01/202 - Klien mengatakan selamam tidur nyenyak
2 09.00 - Klien mengatakan sudah tidak mendengar
WIB suara-suara
DO :
- Tidak ada gangguan tidur/ suara-suara
halusinasi

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko Perilaku Kekerasan
2. Halusinasi
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Rencana Keperawatan
Tgl/ Jam Diagnosis
Tujuan Tindakan
Senin, Risiko Setelah dilakukan tindakan SP 1 Klien:
24/01/202 Perilaku keperawatan 4 kali pertemuan, - Mendiskusikan penyebab proses
2 Kekerasan diharapkan masalah perilaku terjadinya tanda dan gejala, akibat
09.30WIB kekerasan dapat teratasi dengan marah
kriteria hasil: - Melatih mengatasi marah dengan
1. Perilaku menyerang menurun Tarik nafas dalam dan pukul bantal
2. Perilaku melukai diri SP 2 Klien
sendiri/orang lain menurun - Klien mengerti dan mampu latihan
3. Perilaku agresif menurun patuh minum obat
4. Suara keras menurun SP 3 Klien:
- Klien mampu latihan
mengungkapkan, meminta, dan
menolak dengan bahasa yang baik
SP 4 Klien:
- Klien mampu mengontrol perilaku
kekerasan secara spiritual.

Manajemen pengendalian marah


(I.09290):
Observasi
1. Identifikasi penyebab/pemicu
marah
Terapeutik
1. Ciptakan suasana teraupetik untuk
menumbuhkan kepercayaan
2. Fasilitasi mengekspresikan marah
secara adaptif
3. Gunakan pendekatan yang tenang
dan meyakinkan
Edukasi
- Jelaskan makna, fungsi marah,
frustasi, dan respons marah
- Ajarkan metode untuk memodulasi
- pengalaman emosi yang kuat
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat jika perlu
Senin, Gangguan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Halusinasi (I.09288):
Persepsi keperawatan selama 4x pertemuan Observasi:
24/01/202
Sensori : diharapkan masalah Gangguan 1. Monitor perilaku yang
2 Halusinasi Persepsi Sensori : Halusinasi mengindikasi halusinasi
Pendengara Pendengaran dapat teratasi dengan 2. Monitor halusinasi
09.30WIB
n kriteria hasil:
Persepsi Sensori (L.09083): Terapeutik:
1. Verbalisasi mendengar 1. Pertahankan lingkungan yang
bisikaan menurun aman
2. Konsentrasi cukup membaik 2. Diskusikan perasaan dan
3. Klien mampu mengenal respon terhadap halusinasi
masalah dan mengontrol 3. Hindari perdebatan validasi
halusinasi dengan cara halusinasi
menghardik
4. Klien dapat mengontrol Edukasi :
halusinasi dengan bercakap- 1. Anjurkan memonitor sendiri
cakap situasi terjadinya halusinasi
5. Klien mampu mengontrol 2. Anjurkan melakukan distraksi
halusinasi dengan 3. Ajarkan klien cara mengontrol
beraktifitas halusinasi

Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian obat
anti psikotik dan antiansietas,
jika perlu

- SP 1: Klien mampu mengenali


halusinasi dengan cara
menghardik
- SP 2: Klien mampu
mengontrol halusinasi dengan
menggunakan obat
- SP 3: Klien mampu
mengontrol halusinasi dengan
cara bercakap-cakap
- SP 4: Klien mampu
mengontrol halusinasi

E. CATATAN KEPERAWATAN
Tgl/ Jam Diagnosis/SP Implementasi Evaluasi Paraf
Senin, Risiko Perilaku S:
24/01/20 Kekerasan - Mendampingi - Klien mengatakan sudah 10
22 10.00 sarapan pagi hari dirawat diruang amarta
WIB dan sebentar lagi pulang
- Mendampingi - Klien mengatakan sudah
minum obat tidak pernah marah lagi
selama di rawat
- Melakukan senam - Klien mengatakan kadang
pagi bersama ada keinginan marah dan
ingin memukul namun
- Mendampingi penkes ditahan
O:
- Mendampingi TAK - Klien kooperatif dan
mengungkapkan
- Mengidentifikasi perasaannya hari ini biasa
tanda dan gejala saja
akibat perilaku - Klien mampu menceritakan
kekerasan alasan masuk RSJ
- Klien mengerti dan mampu
- Melatih teknik Tarik mempraktekaan kembali
nafas dalam untuk teknik tarik nafas dalam
mengurangi marah A:
Masalah perilaku kekerasan
- Melakukan TTV teratasi sebagian

- Memantau perilaku P:
- Evaluasi SP1
- Bimbing cara control marah
- Latih patuh minum obat

Senin, Gangguan - Mengidentifikasi S : Klien mengatakan sudah tidak


Persepsi kondisi klien
24/01/20 mendengar suara-suara selama
Sensori :
22 10.00 Halusinasi - Mendampingi klien dirawat di rsjs magelang
Pendengaran sarapan pagi
WIB Klien mengatakan bisa tidur
nyenyak dan tidak mendengar
- Mendampingi minum
suara-suara lagi
obat
O:
- Mendampingi klien
Klien tampak aktif
olahraga pagi
Sarapan habis
- Mengkaji ulang
TD : 125/96 mmhg
hakusinasi yang
dirasakan N : 109x/menit
RR : 19x/menit
- Melakukan TAK dan
PENKES S : 36.7 C
Klien tampak mengerti dan dapat
- Mengajarkan klien
cara mengontrol melakukan menghardik halusinasi
halusinasi dengan cara
menghardik

- Mengajaran
mengontrol halusinasi
dengan cara bercakap-
cakap dengan teman

- Mengukur TTV

- Mendampingi makan
siang

- Mengevaluasi
halusinasi
Selasa, Perilaku - Mengidentifikasi S:
2022/ Kekerasan tanda dan gejala - Klien mengatakan sudah
10.00 akibat perilaku tidak pernah marah lagi
WIB kekerasan - Klien mengatakan lebih sabar
dan menahan jika marah dan
- Mengevaluasi tarik ada keinginan memukul
nafas dalam untuk - Klien mengatakan rajin
mengurangi marah minum obat
O:
- Mengevaluasi - Klien kooperatif dan
kemampuan mengungkapkan
memukul bantal perasaannya
untuk mengurangi - Klien mampu
emosi mempraktekaan kembali
teknik tarik nafas dalam
- Mendampingi dan memukul bantal saat
sarapan pagi marah
A:
- Mendampingi Masalah perilaku kekerasan
minum obat teratasi sebagian
- Mendampingi senam P:
pagi - Motivasi untuk meminum
obat tepat waktu
- Mendampingi TAK - Latihan cara verbal/bicara
dan Penkes baik-baik untuk
mengurangi rasa marah
- Melakukan TTV

- Memantau perilaku

- Melatih tindakan
selanjutnya dengan
cara mengkontrol
emosi dengan minum
obat

Selasa, Gangguan S:
- Mengidentifikasi
Persepsi
2022/ - Klien mengatakan hari ini
Sensori : tanda dan gejala
10.00 Halusinasi tidak ada suara-suara yang
akibat halusinasi
Pendengaran
WIB mengganggu
- Klien mengatakan tidurnya
- Mengevaluasi
sangat nyenyak dan tidak
tindakan sp 1 yaitu
ada gangguan suara
latihan menghardik
- Klien mengatakan masih
ingat dengan latihan
- Memantau perilaku
menghardik dan melatihnya
saat ingin tidur
- Kontrak latihan
O:
mengatasi halusinasi
- Klien tampak dpat
selanjutnya
menjelaskan kembali
lahitan menghardik kemarin
- Latihan mengatasi
dengan baik dan
halusinasi dengan
mempraktekan kembali
cara minum obat
- Klien mengerti dan
mengetahui cara mengatasi
halusnasi dengan minum
obat dan mengetahui 5
benar minum obat
- Klien tampak aktif
- TTV
TD : 122/98 mmHg
N : 122 x/menit
RR : 20x /menit
S : 37.1 C
A : masalah teratasi sebegian,
P : lanjutkan intervensi
Evaluasi latihan sp 2, 5 benar
minum obat.

Rabu, - Mengidentifikasi S:
Perilaku
2022/ tanda dan gejala O:
Kekerasan
10.00 akibat perilaku A:
WIB kekerasan P:
- Mengevaluasi latihan Latihan mengkontrol emosi
sebelumnnya (latihan dengan cara spiritual
patuh minum obat)
- Mendampingi
sarapan pagi

- Mendampingi
minum obat

- Mendampingi senam
pagi

- Mendampingi TAK
dan Penkes

- Melakukan TTV

- Memantau perilaku

- Melakukan latihan
mengontrol emosi
selanjutnya dengan
latihan bicara yang
baik

- Mengidentifikasi
Rabu, Gangguan tanda dan gejala S:
Persepsi
2022/ akibat halusinasi O:
Sensori :
10.00 Halusinasi - Mengevaluasi latihan A:
Pendengaran
WIB selanjutnya ( latihan P:
minum obat dengan Evaluasi latihan bercakap-
benar ) cakap.
- Mendampingi Latihan cara mengkontrol
sarapan pagi halusinasi dengan melakuka
aktifitas
- Mendampingi
minum obat

- Mendampingi senam
pagi

- Mendampingi TAK
dan Penkes

- Melakukan TTV

- Memantau perilaku
- Melakukan latihan
kontrol halusinasi
dengan bercakap-
cakap

Anda mungkin juga menyukai