M DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN NYERI AKUT BERHUBUNGAN DENGAN AGEN
CIDERA FISIK PADA PASIEN BPH DI RUANG SOEPARDJO ROESTAM
ATAS RSUD PROF. Dr. MARGONO SOEKARJO
PURWOKERTO
Disusun Oleh :
Dewi Aisyah
A32020131
2021
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
BPH ( Benigna Prostat Hyperplasia ) adalah suatu keadaan dimana
kelenjar prostat mengalami pembesaran, memanjang ke atas ke dalam
kandung kemih dan menyumbat aliran urine dengan menutup orifisium uretra
(Smeltzer dan Bare, 2013).
Hyperplasia merupakan pembesaran ukuran sel dan diikuti oleh
penambahan jumlah sel. BPH merupakan suatu kondisi patologis yang paling
umum di derita oleh laki-laki dengan usia rata-rata 50 tahun ( Prabowo dkk,
2014 ).
B. Batasan Karakteristik
Menurut Hariono ,(2012) tanda dan gejala BPH meliputi:
1. Gejala obstruktif
a) Hesitansi, yaitu memulai kencing yang lama dan sering kali disertai
dengan mengejan.
b) Intermittency, yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang disebabkan
oleh ketidak mampuan otot destrussor dalam mempertahankan
tekanan intra vesika sampai berakhirnya miksi.
c) Terminal dribbling, yaitu menetesnya urin pada akhir kencing.
d) Pancaran lemah, yaitu kelemahan kekuatan dan kaliber pancaran
destrussor memerlukan waktu untuk dapat melampaui tekanan di
uretra.
e) Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa belum
puas.
2. Gejala iritasi
a) Urgensi, yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit di tahan.
b) Frekuensi, yaitu penderita miksi lebih sering miksi dari biasanya
dapat terjadi pada malam dan siang hari.
c) Disuria, yaitu nyeri pada waktu kencing.
C. Etiologi
Menurut Prabowo dkk (2014) etiologi BPH sebagai berikut:
1. Peningkatan DKT (dehidrotestosteron) Peningkatan 5 alfa reduktase dan
resepto androgen akan menyebabkan epitel dan stroma dari kelenjar
prostat mengalami hyperplasia.
2. Ketidak seimbangan esterogen-testosteron Ketidak seimbangan ini terjadi
karena proses degeneratif. Pada proses penuaan, pada pria terjadi
peningkan hormone estrogen dan penurunan hormon testosteron. Hal ini
yang memicu terjadinya hiperplasia stroma pada prostat.
3. Interaksi antar sel struma dan sel epitel prostat peningkatan kadar
epidermal growth factor atau fibroblast growth factor dan penurunan
transforming growth factor beta menyebabkan hiperplasia stroma dan
epitel, sehingga akan terjadi BPH.
4. Berkurangnya kematian sel ( apoptosis ) Estrogen yang meningkat akan
menyebabkan peningkatan lama hidup stroma dan epitel dari kelenjar
prostat.
5. Teori stem sel Sel stem yang meningkat akan mengakibatkan proliferasi
sel transit dan memicu terjadi BPH.
H. Intervensi Keperawatan
Manajemen Nyeri (I.08238)
Definisi : Mengidentifikasi dana mengelola pengalaman sensorik atau
emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau fungsional dengan
onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan
konstan.
TINJAUAN KASUS
A. Skenario Kasus
C. TERAPI
D. ANALISA DATA
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d Agen cidera fisik
2. Gangguan eliminasi urine b.d Hematuria
F. INTERVENSI KEPERAWATAN
- Mengurangi gangguan
eliminasi urine
G. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Vital Sign
1 24/05/202 Mengajarkan teknik non farmakologi (nafas DS: Pasien mengatakan setelah melakukan
1 dalam) untuk mengurangi nyeri nafas dalam lebih berkurang rasa nyerinya
16.15 walopun sedikit
DO: Pasien melakukan teknik nafas dalam
didampingi petugas
1,2 24/05/202 Meberikan terapi farmakologi sesuai anjuran DS: Paien mengatakan mau untuk diberikan
1 dokter obat
17.00 DO:
inj. Kalnek 500mg
inj. Ranitidine 50 mg
inj. Antrain 1 amp
Vital Sign
TD : 118/72 mmHg
Nadi : 81x/menit
Suhu : 36°C
RR :20x/menit
1 25/05/202 Mengajarkan teknik non farmakologi (nafas DS: Pasien mengatakan setelah melakukan
1 dalam) untuk mengurangi nyeri nafas dalam lebih berkurang rasa nyerinya
09.15 walopun sedikit
DO: Pasien melakukan teknik nafas dalam
didampingi petugas
1,2 25/05/202 Meberikan terapi farmakologi sesuai anjuran DS: Paien mengatakan mau untuk diberikan
1 dokter obat
10.00 DO:
inj. Kalnek 500mg
inj. Ranitidine 50 mg
inj. Antrain 1 amp
Vital Sign
TD : 133/88 mmHg
Nadi : 87x/menit
Suhu : 37°C
RR :19x/menit
1 26/05/202 Mengajarkan teknik non farmakologi (nafas DS: Pasien mengatakan setelah melakukan
1 dalam) untuk mengurangi nyeri nafas dalam lebih berkurang rasa nyerinya
10.15 walopun sedikit
DO: Pasien melakukan teknik nafas dalam
didampingi petugas
1,2 26/05/202 Meberikan terapi farmakologi sesuai anjuran DS: Paien mengatakan mau untuk diberikan
1 dokter obat
10.30 DO:
inj. Ceftriaxone 1 gr
inf. PCT 3x1 gr
inj. Asam tranexamat 3x500 mg
W R : nyeri di penis
ib
S : skala nyeri 8
Kesadaran composmentis
P : lanjutkan intervensi
- Monitor KU
- Monitor TTV
24-05- 2 DS:
2020
c. Pasien mengatakan nyeri saat berkemih dan
19.00
WIB keluar darah sejak 1 minggu yang lalu
d. Pasien mengatakan sering buang air kecil
DO:
d. Pasien tampak kesakitan
e. Terpasang DC irigasi urine bercampur darah
A : masalah keperawatan gangguan eliminasi
urine belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Monitor KU
- Monitor TTV
w R : nyeri di penis
ib
S : skala nyeri 7
Kesadaran composmentis
P : lanjutkan intervensi
- Monitor KU
- Monitor TTV
25-05- 2 DS:
2020
1. Pasien mengatakan masih nyeri saat
14.00
WIB berkemih
2. Pasien mengatakan sering merasa buang air
kecil
DO:
- Pasien tampak kesakitan
- Terpasang DC irigasi urine bercampur
darah
A : masalah keperawatan gangguan eliminasi
urine belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Monitor KU
- Monitor TTV
w R : nyeri di penis
ib
S : skala nyeri 6
Kesadaran composmentis
P : lanjutkan intervensi
- Monitor KU
- Monitor TTV
P : lanjutkan intervensi
- Monitor KU
- Monitor TTV
- Observasi irigasi
- Mobilisasi duduk
BAB III
PEMBAHASAN