Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA (BPH)

Disusun Oleh :
ANISA SETIANINGRUM
NIM. 2211040054

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
BPH (Benigna Prostat Hyperplasia) adalah suatu keadaan
dimana kelenjar prostat mengalami pembesaran, memanjang ke atas
ke dalam kandung kemih dan menyumbat aliran urine dengan
menutup orifisium uretra (Smeltzer dan Bare, 2013). Hyperplasia
merupakan pembesaran ukuran sel dan diikuti oleh penambahan
jumlah sel. BPH merupakan suatu kondisi patologis yang paling
umum di derita oleh laki-laki dengan usia rata-rata 50 tahun
( Prabowo dkk, 2014 ).
B. ETIOLOGI
Menurut Prabowo dkk (2014) etiologi BPH sebagai berikut:
1. Peningkatan DKT (dehidrotestosteron)
Peningkatan 5 alfa reduktase dan resepto androgen akan
menyebabkan epitel dan stroma dari kelenjar prostat mengalami
hyperplasia.
2. Ketidak seimbangan esterogen-testosteron
Ketidak seimbangan ini terjadi karena proses degeneratif. Pada
proses penuaan, pada pria terjadi peningkan hormone estrogen dan
penurunan hormon testosteron. Hal ini yang memicu terjadinya
hiperplasia stroma pada prostat.
3. Interaksi antar sel struma dan sel epitel prostat
Peningkatan kadar epidermal growth factor atau fibroblast growth
factor dan penurunan transforming growth factor beta
menyebabkan hiperplasia stroma dan epitel, sehingga akan terjadi
BPH.
4. Berkurangnya kematian sel (apoptosis)
Estrogen yang meningkat akan menyebabkan peningkatan lama
hidup stroma dan epitel dari kelenjar prostat.
5. Teori stem sel
Sel stem yang meningkat akan mengakibatkan proliferasi sel
transit dan memicu terjadi BPH.
C. PATOFISIOLOGI
Pertama kali BPH terjadi salah satunya karena faktor bertambahnya
usia, dimana terjadi perubahan keseimbangan testosterone, esterogen,
karena produksi testosterone menurun, produksi esterogen meningkat
dan terjadi konversi testosteron menjadi estrogen pada jaringan
adipose di perifer. Keadaan ini tergantung pada hormon testosteron,
yang di dalam sel-sel kelenjar prostat hormon ini akan dirubah
menjadi dehidrotestosteron (DHT) dengan bantuan enzim alfa
reduktase. Dehidrotestosteron inilah yang secara langsung memacu m-
RNA di dalam sel-sel kelenjar prostat untuk mensistesis protein
sehingga mengakibatkan kelenjar prostat mengalami hyperplasia yang
akan meluas menuju kandung kemih sehingga mempersempit saluran
uretra prostatika dan penyumbatan aliran urine. Keadaan ini
menyebabkan peningkatan tekanan intravesikal. Untuk dapat
mengeluarkan urin, buli-buli harus berkontraksi lebih kuat guna
melawan tahanan itu (Presti et al, 2013). Kontraksi yang terus-
menerus ini menyebabkan perubahan anatomi dari buli-buli berupa
hipertrofi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya selula, sakula, dan
divertikel buli-buli. Fase penebalan otot detrusor ini disebut fase
kompensasi. Perubahan struktur pada buli-buli dirasakan oleh pasien
sebagai keluhan pada saluran kemih sebelah bawah atau lower urinary
tract symptom (LUTS) yang dahulu dikenal dengan gejala-gejala
prostatismus. Dengan semakin meningkatnya resistensi uretra, otot
detrusor masuk ke dalam fase dekompensasi dan akhirnya tidak
mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi urin. Retensi
urine ini diberikan obat-obatan non invasif tetapi obat-obatan ini
membutuhkan waktu yang lama, maka penanganan yang paling tepat
adalah tindakan pembedahan, salah satunya adalah TURP (Joyce,
2014) .
D. PATHWAYS
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Haryono (2012) pemeriksaan penunjang BPH meliputi :
1. Pemeriksaan colok dubur
Pemeriksaan colok dubur dapat memberikan kesan keadaan tonus
sfingter anus mukosa rectum kelainan lain seperti benjolan dalam
rectum dan prostat.
2. Ultrasonografi (USG)
Digunakan untuk memeriksa konsistensi volume dan besar prostat
juga keadaan buli-buli termasuk residual urine.
3. Urinalisis dan kultur urine
Pemeriksaan ini untuk menganalisa ada tidaknya infeksi dan RBC
(Red Blood Cell) dalam urine yang memanifestasikan adanya
pendarahan atau hematuria (prabowo dkk, 2014).
4. DPL (Deep Peritoneal Lavage)
Pemeriksaan pendukung ini untuk melihat ada tidaknya perdarahan
internal dalam abdomen. Sampel yang di ambil adalah cairan
abdomen dan diperiksa jumlah sel darah merahnya.
5. Ureum, Elektrolit, dan serum kreatinin
Pemeriksaan ini untuk menentukan status fungsi ginjal. Hal ini
sebagai data pendukung untuk mengetahui penyakit komplikasi
dari BPH.
6. PA (Patologi Anatomi)
Pemeriksaan ini dilakukan dengan sampel jaringan pasca operasi.
Sampel jaringan akan dilakukan pemeriksaan mikroskopis untuk
mengetahui apakah hanya bersifat benigna atau maligna sehingga
akan menjadi landasan untuk treatment selanjutnya.
F. PENATALAKSANAAN
Transuretral Reseksi Prostat (TURP)
Transuretral Reseksi Prostat (TURP) adalah operasi pengangkatan
jaringan prostat lewat uretra menggunakan resektroskop dimana
resektroskop merupakan endoskopi dengan tabung 10-3-F untuk
pembedahan uretra yang di lengkapi dengan alat pemotong dan
counter yang di sambungkan dengan arus listrik.
G. KOMPLIKASI
Menurut Widijanto (2011) komplikasi BPH meliputi :
a) Aterosclerosis
b) Infark jantung
c) Impoten
d) Haemoragik post operasi
e) Fistula
f) Struktur pasca operasi dan inconentia urin
g) Infeksi
H. DOKUMENTASI KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas Klien
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan,
alamat, penanggung jawab, tanggal pengkajian, dan diagnose
medis.
b. Keluhan Utama / Alasan Masuk Rumah Sakit
Mudah lelah, tidak nafsu makan, demam, diare, infermitten,
nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi, nyeri saat menelan,
penurunan BB, infeksi jamur di mulut, pusing, sakit kepala,
kelemahan otot, perubahan ketajaman penglihatan, kesemutan
pada extremitas, batuk produkti / non.
c. Riwayat Kesehatan
- Riwayat kesehatan sekarang
Meliputi keluhan yang dirasakan biasanya klien mengeluhkan
diare,demam berkepanjangan,dan batuk berkepanjangan.
- Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat menjalani tranfusi darah, penyakit herper simplek, diare
yang hilang timbul, penurunan daya tahan tubuh, kerusakan
immunitas hormonal (antibody), riwayat kerusakan respon imun
seluler (Limfosit T), batuk yang berdahak yang sudah lama tidak
sembuh.
- Riwayat Keluarga
d. Pemeriksaan Fisik
- Aktifitas Istirahat
Mudah lemah, toleransi terhadap aktifitas berkurang,
progresi, kelelahan / malaise, perubahan pola tidur.
- Gejala subyektif
Demam kronik, demam atau tanpa mengigil, keringat malam
hari berulang kali, lemah, lelah, anoreksia, BB menurun,
nyeri, sulit tidur.
- Psikososial
Kehilangan pekerjaan dan penghasilan, perubahan pola
hidup, ungkapkan perasaan takut, cemas, meringis.
- Status Mental
Marah atau pasrah, depresi, ide bunuh diri, apati, withdrawl,
hilanginterest pada lingkungan sekiar, gangguan proses piker,
hilang memori, gangguan atensi dan konsentrasi, halusinasi
dan delusi.
- Neurologis
Gangguan reflex pupil, nystagmus, vertigo, ketidak
seimbangan, kaku kuduk, kejang, paraf legia.
- Muskuloskletal
Focal motor deficit, lemah, tidak mampu melakukan ADL
- Kardiovaskuler
Takikardi, sianosis, hipotensi, edem perifer, dizziness.
- Pernafasan
Nafas pendek yang progresif, batuk (sedang-parah), batuk
produktif/non produktif, bendungan atau sesak pada dada.
- Integument
- Kering, gatal, rash dan lesi, turgor jelek, petekie positif.
-
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan kulit atau
jaringan, perawatan luka.
2. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan infeksi
saluran kemih.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan
mekanis dari jaringan sekunder akibat tekanan dan gesekan.
4. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri atau tak
nyaman, penurunan kekuatan dan tahanan.
Daftar Pustaka

Ackley, Betty, dkk. 2011. Nursing Diagnosis handbook:an evidence based


cevide to planning care.USA:mosby Elsevier

Andarmoyo, 2013. Skala nyeri visual analog scale. Jakarta: Salemba


Medika

Andre, Terrence & Eugene. 2011. Case Files Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta:
Karisma Publishing Group

Ardiansyah, Muhammad. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa.


Jogjakarta : DIVA Ekspres

Ariani, D Wahyu. 2010. Manajemen Operasi Jasa. Yogyakarta: Rineka

Cipta Deswani. 2009. Proses keperawatan dan berpikir kritis.


Jakarta:Selemba Medika

Fransisca, baticaca. 2009. Asuhan keperawatan pada pasien dengan


gangguan system perkemihan. Jakarta : salemba medika

Haryono, Rudi. 2012. Keperawatan medical bedah system perkemihan.


Yogyakarta :rapha publishing

Herdman, T Heather. 2015. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi


2015- 2016. Edisi 10. Jakarta: EGC

Hidayat, A. Aziz alimul.2009. Pengantar kebutuhan dasar manusia dan


aplikasi konsep dan proses keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika

Hidayat,Alimul. 2011. Aplikasi konsep dan proses keperawatan.


Jakarta:Selemba Medika

Jitowiyono, sugeng. 2010. Asuhan keperawatan post operasi. Yogyakarta :


nuha medika

Joyce dkk. 2014. Medical Surgical Nursing vol 2. Jakarta : Salemba Medika

Judha,M. 2012. Teori Pengukuran Nyeri dan nyeri persalinan. Yogyakarta

Nuha Medika Mangku G dkk. 2015. Buku Ajar Ilmu Anastesi dan
reanimasi. Jakarta : Indeks

Nugroho, taufan. 2011. Asuhan keperawatan maternitas, anak, bedah,


penyakit dalam. Yogyakarta:nuha medika 73 74

Anda mungkin juga menyukai