1
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN...................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I LAPORAN PENDAHULUAN
A. Konsep Dasar Masalah Medis
1. Pengertian ………….………………………………………………...3
2. Etiologi ……………………………………………………………….3
3. Manifestasi …………………………………………………………...4
4. Patofisiologi ………………………………………………………….4
B. Konsep Dasar Masalah Medis
1. Pengertian Nyeri ……………………………………………………...5
2. Teori Pengontrolan Nyeri …………………………………………….6
3. Jenis Nyeri…………………………………………………………… 5
4. Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri
…………………………………...7
5. Gejala dan Tanda Mayor atau Minor ………………………………...8
6. Kondisi Klinis Terkait ………………………………………………..8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengkajian ……………………………………………………………...10
1. Data Subyektif ……………………………………………………....13
2. Data Obyektif ……………………………………………………….18
B. Analisa data …………………………………………………………….19
C. Diagnosa Keperawatan.………………………………………………...19
D. Intervensi Keperawatan ………………………………………………...20
E. Implementasi Keperawatan …………………………………………….26
F. Evaluasi Keperawatan ………………………………………………….29
BAB III PEMBAHASAN
A. Inovasi Keperawatan menurut Analisis Jurnal …………………………37
B. Kesimpulan …………………………………………………………….38
DAFTAR PUSTAKA
2
3
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
4
D. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk Benigna Prostatic Hyperplasia atau BPH
menurut Neil & pierce (2007) adalah:
a. Medikamentosa :
1) Ubah asupan cairan oral, kurangi konsumsi kafein
2) Alpha blocker (suatu ά adrenergic receptor antagonists, misalnya
fenoksibenzamin)
3) katerisasi.
b. Pembedahan :
1) Transurethral resection of the prostate atau TUR-P.
2) Prostatectomy
3) Retropubic prostatektomy
E. Patofisiologi
Perubahan mikroskopik pada prostat telah terjadi pada pria usia
30-40 tahun. Bila perubahan mikroskopik ini berkembang, akan terjadi
perubahan patologi, anatomi yang ada pada pria usia 50 tahunan.
Perubahan hormonal menyebabkan hiperplasia jaringan penyangga
stromal dan elemen glandular pada prostat. Proses pembesaran prostat
terjadi secara perlahan-lahan sehingga perubahan pada saluran kemih juga
terjadi secara perlahan-lahan. Pada tahap awal setelah terjadi pembesaran
prostat, resistensi urin pada leher buli-buli dan daerah prostat meningkat,
serta otot detrusor menebal dan merenggang sehingga timbul sakulasi atau
divertikel. Fase penebalan detrusor ini disebut fase kompensasi. Apabila
keadaan berlanjut, maka detrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami
dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi
retensi urin yang selanjutnya dapat menyebabkan hidronefrosis dan
disfungsi saluran kemih atas. Penurunan kekuatan dan aliran yang
disebabkan resistensi uretra adalah gambaran awal dan menetap dari BPH.
Retensi akut disebabkan oleh edema yang terjadi pada prostat yang
membesar. (Nursalam & Fransisca, 2015).
5
F. Diagnosa keperawatan
a. Pre operasi :
1) Retensi urin berhubungan dengan sumbatan: obstruksi kandung
kemih (Herdman & Heather, 2012).
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik: spasme kandung
kemih (Herdman & Heather, 2012).
3) Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasife: kateterisasi
(Herdman & Heather, 2012).
4) Ansietas berhubungan dengan krisis situasional (Herdman &
Heather, 2012)
b. Post Operasi:
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik: spasme kandung
kemih (Herdman & Heather, 2012)
2) Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasife: kateterisasi
(Herdman & Heather, 2012)
3) Defisit perawatan diri: higiene berhubungan dengan kelemahan,
nyeri (Wilkinson & Judith, 2011)
G. Konsep Dasar Masalah Keperawatan
A. Pengertian Nyeri
Nyeri adalah suatu sensasi tidak menyenangkan bersifat subjektif.
Keluhan nyeri setiap individu berbeda tergantung nilai skala maupun
tingkatanya sehingga ketika nyeri muncul hanya individu itu saja yang bisa
menjelaskan dan mengevaluasi rasa nyeri yang dialami (Imaniah, 2019).
Nyeri akut merupakan pengalaman sensori emosional tidak menyenangkan
dan muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial yang
menyerang secara tiba-tiba ataupun lambat dari intensitas ringan hingga
berat dengan evaluasi akhir yang dapat diantisipasi/ diprediksi langsunng
dengan jangka waktu <6 bulan (NANDA, 2018).
Pasien dengan keluhan nyeri akut akan menunjukkan peningkatan
gejala persipirasi, denyut jantung dan tekanan darah meningkat serta pallor
(Keadaan kulit pucat) (Potter& Perry, 2005 dalam Supriyadi, 2016).
6
B. Teori Pengontrolan Nyeri
Nyeri diatur ataupun dihambat oleh mekanisme pertahanan di
sepanjang system saraf pusat menurut teori gate control dari Melzacik., et
al (1965). Impuls nyeri dihantarkan saat pertahanan dibuka dan impuls
dihambat saat sebuah pertahanan tertutup. Upaya penutupan atau teori
menghilangkan nyeri, neuron delta A dan C akan melepaskan substansi C
dan menghambat substansi P kemudian menstranmisi impuls melalui
mekanisme pertahanan.
Penutupan mekanisme pertahanan terjadi jika mekanoreseptor
neuron beta A. Impuls yang dihantarkan ke otak memodifikasi nyeri oleh
pusat korteks yang lebih tinggi di otak. Saraf desenden akan melepaskan
opiate endogen seperti endorphine dan dinorfin yang merupakan suatu
penyebab nyeri alami yang berasal dari tubuh. Teknik konseling, relaksasi,
atau pemberian placebo merupakan upaya untuk melepaskan endorphin
(Potter& Perry, 2005 dalam Supriyadi, 2016).
C. Jenis Nyeri
Menurut Delaune & Ladner (2011) menyatakan bahwa nyeri
diklasifikasikan menjadi 2 (dua) yaitu;
(1) Nyeri berdasarkan penyebab atau asal
(a) Nyeri Kutaneous (Disebabkan oleh stimulus ujung saraf kutaneus
di kulit dan menghasilkan sensasi terbakar dan menusuk yang
terakolasi dengan baik).
(b) Nyeri Somatik (Bersifat nonlokalisasi, berasal dari struktur
pendukung seperti tendon, ligament, dan saraf yang
memungkinkan nyeri dalam, sela lutut/jari).
(c) Nyeri Viseral (Ketidaknyamanan oragan dalam yang tidak
terlokalisir dan lebih lambat, dalam penilaian skala lebih sulit
karena lokasinya tidak terkait langsung dengan penyebabnya.
(2) Nyeri berdasarkan deskripsi atau sifatnya
(a) Nyeri Akut (Serangan mendadak dan durasi relative singkat.
Intensitas nyeri ringan-berat dengan onset lambat. Bersifat
7
berulang dan dapat kambuh dalam jangka waktu lama sepanjang
hidup pasien).
(b) Nyeri Kronik (Nyeri berulang dan menghasilkan perubahan
signifikan dengan jangka waktu lama berlangsung 6 bulan/lebih
setelah patogis teratasi).
D. Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi persepsi nyeri,
sebagai berikut;
1) Usia
Bertambahnya usia maka bertambhanya pengalaman masalah
yang berakibat dari tindakan dan memiliki usahan dalam
mengatasinya. Umur lansia atau umur tua lebih siap menerima
dampak/efek meupun komplikasi nyeri (Retnopurwandri, 2018 dalam
Sari, 2017). Usia anak dikaitkan kedalam kategori yang masih takut
dengan pengalaman rasa sakit, karena anak tidak mengerti rasa sakit
yang muncul berasal darimana (Delaune & Ladner, 2011).
2) Pengalaman Terhadap Rasa Sakit
Pengalaman terhadap rasa sakit yang sebelumnya dirasakan
sangat berpengaruh terhadap reaksi penerimaan terhadap nyeri.
Mekanisme penanganan sebelumnya akan mempengaruhi kehidupan
dan tindakan yang dapat digunakan dalam mengatasi nyerinya dengan
melakukan metode pengelolaan nyeri sehingga ketakutan klien akan
menghilang karena manajemen rasa sakit yang sudah berhasil Delaune
& Ladner, 2011).
3) Norma Budaya dan Sikap
Lingkungan sosial budaya akan memberikan peluang harapan
berbeda pada individu, anggota keluarga menjadi tempat bergantung
pada saat mengalami nyeri untuk memperoleh dukungan, bantuan, dan
perlindungan (Potter & Perry, 2006 dalam Sari, 2017).
4) Jenis Kelamin
Tidak ada perbedaan yang bermakna terhadap respon terhadap
nyeri, namun pria lebih siap untuk menerima efek dan komplikasi
8
nyeri, sedangkan perempuan lebih suka mengeluhkan dan
mengutarakan rasa sakitnya dengan menangis (Adha, 2014 dalam Sari
2017).
5) Makna Nyeri, Keletihan, Ansietas dan Perhatian
Respon individu terhadap nyeri dengan putus asa, cemas,
depresi, dan kurang perhatian maka mereka tidak dapat menerima
makna positif maupun tujuan nyeri (Kozier, 2010).
E. Gejala dan Tanda Mayor atau Minor
Menurut SDKI (2016) gejala dan tanda mayor dan minur dari nyeri
akut adalah;
1) Tanda Mayor
Subjektif :
Mengeluh nyeri.
Objektif :
a) Tampak meringis
b) Bersikap protektif (Mis; waspada, posisi menghindari
nyeri).
c) Gelisah.
d) Frekuensi nadi meningkat.
e) Sulit tidur.
2) Tanda Minor
Subjektif:
(Tidak tersedia).
Objektif :
a) Tekanan darah meningkat.
b) Pola napas berubah.
c) Nafsu makan berubah.
d) Proses berpikir terganggu.
e) Menarik diri.
f) Berfokus pada diri sendiri.
g) Diaforesis.
F. Kondisi Klinis Terkait
9
Pengkajian nyeri dapat menggunakan instrument skala nyeri, seperti;
1) FLACC Behavioral Pain Scale (Untuk usia ≤ 3 tahun).
2) Baker-Wong-Faces scale (Untuk usia 3-7 tahun).
Adapun kondisi klinis terkait nyeri akut menurut SDKI (2016),
terdiri dari;
1) Kondisi pembedahan.
2) Cedera traumatis.
3) Infeksi.
4) Sindrom koroner akut.
5) Glaukoma.
10
BAB II
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Tanggal masuk RS : 25 Maret 2021, Pukul 17.00 WIB
Tanggal Pengkajian : Jum’at, 26 Maret 2021, Pukul 21.00 WIB
Ruang : Bangsal Barokah
Pengkaji : Puspa Dewi Sumiasih
1. DATA SUBYEKTIF
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. T (421092)
Umur : 71 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Alamat : Grenggeng 1/8 Karanganyar. Kebumen
Dx Medis : Retensi Urine + Hipertensi
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. R
Umur :68 Tahun
Alamat : Grenggeng 1/8 Karanganyar. Kebumen
Hubungan dengan pasien : Istri
c. Keluhan Utama (yang paling dirasakan)
Klien mengeluh nyeri dan panas saat BAK.
d. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Klien datang ke IGD RS PKU Muhammadiyah Gombong
diantar keluarga pada tanggal 25 Maret 2021 jam 17.00 WIB dengan
keluhan nyeri terasa panas saat BAK. Klien mengatakan susah BAK
dan saat BAK terasa nyeri. Saat dilakukan pengkajian nyeri,
problem/lokasi nyeri yang dirasakan dibagian pinggang dan perut
11
bagian bawah yang menjalar kepunggung, qualitas nyeri terasa panas,
skala nyeri 4, dan nyeri hilang timbul saat akan maupun setelah BAK.
Nyeri dirasakan sejak 3 hari sebelum masuk RS. Hasil dari pemeriksaan
saat di IGD TD 160/80 mmHg, N 102 x/menit, S 36.90C, RR 20
x/menit, kesadaran Composmentis GCS E4M6V5. Klien terpasang
infus Rl 20 tpm, sudah diberikan terapi injek ketorolac 30mg/8 jam,
Ranitidine injek 50 mg/12 jam dan amplodipine tablet 10 mg/24 jam
serta sudah terpasang FC kateter. Pasien dipindah ke ruang barokah 4A
pada tanggal 25 Maret 2021 jam 18.30 WIB untuk mendapatkan terapi
dan perawatan lanjutan. Saat dikaji di ruang barokah TD 150/90
mmHg, N 84 x/menit, S 36.40C, RR 28 x/menit, kesadaran
Composmentis GCS E4M6V5. dengan keluhan nyeri terasa panas saat
BAK. Klien mengatakan susah BAK dan saat BAK terasa nyeri. Saat
dilakukan pengkajian nyeri, problem/lokasi nyeri yang dirasakan
dibagian pinggang dan perut bagian bawah yang menjalar kepunggung,
kualitas nyeri terasa panas, skala nyeri 4, dan nyeri hilang timbul saat
akan maupun setelah BAK. Riwayat kesehatan dahulu Klien
mengatakan memiliki riwayat penyakit hipertensi terkontrol 2 tahun
yang lalu. Klien mengatakan tidak memiliki penyakit yang sifatnya
dapat diturunkan.
2. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan didalam anggota keluarganya tidak ada
yang menderita penyakit seperti klien.
e. Pola Pemenuhan Kebutuhan Dasar Virginia Henderson
12
5-7 gelas/hari, tidak mengatakan ada sedikit
ada keluhan dalam pengurangan nafsu makan
makan dan minum tetapi nutrisi tetap
terpenuhi.
3 Eliminasi Klien mengatakan Klien mengatakan sudah
BAB lancar 1x BAB selama masuk RS,
dalam sehari dengan Bising usus 10x/menit.
konsistensi faces Pola eliminasi BAK klien
lunak dan BAK 4-5x terpasang FC kateter
dalam sehari, warna nomor 18 dengan warna
jernih dengan bau urine kuning pekat, bau
khas. khas dan terjadi
penurunan jumlah urin
dengan volume urine
300cc/4 jam. Keluhan
sakit pinggang,
pemeriksaan Batu VU
dengan kesan tampak
bayangan batu opak,
bentuk oval di proyeksi
cavum pelvis DX:
Vesicolithiasis.
4 Aktifitas Klien mengatakan Klien mengatakan
aktifitas biasa, mengalami keterbatasan
dalam melakukaan aktifitas dan hanya
kegiatan sehari-hari berbaring ditempat tidur,
tanpa adanya saat di rawat klien
keluhan mengatakan semua
aktifitas dibantu keluarga
dan petugas kesehatan.
5 Pola Istirahat Klien mengatakan Klien mengatakan
Tidur istirahat cukup, tidur istirahat tidur sedikit
6-7 jam dalam terganggu saat nyeri tiba-
sehari tiba terasa.
6 Berpakaian Klien mengatakan Klien mengatakan
menggunakan menggunakan pakaian di
pakaian secara bantu keluarga dan 1x hari
mandiri 2x ganti sekali ganti.
dalam sehari
7 Menjaga Suhu Klien mengatakan Suhu tubuh klien 36.40C
Tubuh akan memakai
pakaian tebal jika
udara dingin dan
sebaliknya akan
memakai pakaian
tipis jika udara
panas
8 Personal Klien mengatakan Klien hanya diseka
Hygiene mandi 2x sehari, keluarganya 2x dalam
sikat gigi 2x sehari sehari
secara teratur
9 Rasa Aman dan Klien mengatakan Klien mengatakan lebih
13
Nyaman merasa aman dan sering dengan posisi kaki
nyaman dengan lebih atas dari kepala
kehidupannya untuk mengurangi nyeri
perut sebelah kanan
bawah
10 Komunikasi Klien mengatakan Klien mengatakan
dalam berkomunikasi normal
kesehariannya
menggunakan
bahasa indonesia
dan berkomunikasi
dengan keluarga
baik
2. DATA OBYEKTIF
a. Pemeriksaan Umum
1. Keadaan Umum : Sedang
2. Kesadaran : Composmentis (CM) E4M6V5
3. Tekanan Darah : 160/80 mmHg
4. Nadi : 84 x/menit
5. Suhu : 36.4 0C
6. RR : 20 x/menit
14
b. Pemeriksaan Fisik
15
Neutrofil % 80.6 H 50.00-70.00 %
Limfosit % 10.7 L 25.0-40.0 % Flowcytometri
Monosit % 4.5 2.0-8.0 % Flowcytometri
Hematologi Flowcytometri
Golongan darah A A/B/O/AB
ABO
Elektrolit
Natrium 139.6 135-147 Meq/L ISE
Kalium 3.9 3.5-5.0 Meq/L ISE
d. Rongent
Tanggal Pemeriksaan Letak Pemeriksaan Kesan
25 Ro-Thorax 1. Apeks Kedua Pulmo bersih. 1) Corakan pulmo
Maret 2. Corakan Bronchovaskuler normal.
2021 normal. 2) Cardiomegali
3. Sinus CF lancip, Diagragma dengan
licin. elengatio aorta
4. CTR < 0,5, Tampak aorta
memanjang
26 Ro-Abdomen Batu Vesika urinaria Tampak bayangan
Maret batu opak, bentuk
2021 oval, di proyeksi
cavum pelvis Dx:
Vesicolithiasis.
e. Program Terapi
Tanggal Nama obat Dosis Rute Interval Kegunaan
pemberian
obat
26-30 NaCL 30 Tpm Infus 500 ml
Maret NaCl 0.9%
2021 merupakan sediaan
infus steril yang
mengandung
elektrolit untuk
mengganti cairan
tubuh yang hilang
karena beberapa
faktor, misalnya
16
dehidrasi, serta
menjaga
keseimbangan kadar
air dalam tubuh. Tak
hanya itu, NaCl
0.9% juga berfungsi
untuk mengatur
kerja dan fungsi otot
jantung, mendukung
metabolisme tubuh,
dan merangsang
kerja saraf.
Keterolac 30 mg Injek 18 jam Obat untuk
meredakan nyeri dan
peradangan. Obat ini
sering digunakan
setelah operasi atau
prosedur medis yang
bisa menyebabkan
nyeri. Ketorolac
merupakan obat
golongan
antiinflamasi
nonsteroid (OAINS)
yang memiliki
bentuk sediaan tablet
dan suntik.
Ranitidine 50 mg Injek 12 jam Obat yang
digunakan untuk
menangani gejala
atau penyakit yang
berkaitan dengan
produksi asam
berlebih di dalam
lambung. Produksi
asam lambung yang
berlebihan dapat
membuat memicu
iritasi dan
peradangan pada
dinding lambung
dan saluran
pencernaan.
Ceftriaxone 1 gr Injek 24 jam Obat yang
digunakan untuk
mengatasi berbagai
infeksi bakteri yang
terjadi pada tubuh.
Salah satu penyakit
infeksi bakteri yang
bisa diatasi oleh
17
cefriaxone adalah
gonore. Obat ini
tersedia dalam
bentuk suntik.
Tramadol 1 ampul Injek Obat pereda rasa
(100mg/2 (Drip sakit, misalnya rasa
ml) dengan sakit atau nyeri
ketorolac setelah operasi. Obat
30 mg) ini tersedia dalam
bentuk injeksi
(suntik), serta tablet
dan kapsul yang
hanya boleh
dikonsumsi
berdasarkan resep
dokter.
Amlodipine 10 mg Oral 0-0-1 Obat darah tinggi
atau hipertensi.
Tekanan darah yang
terkontrol dapat
mencegah penyakit
stroke, serangan
jantung, dan
penyakit ginjal.
18
ANALISA DATA
1. Klien tampak
menahan nyeri
2. Klien meringis
kesakitan saat
disuruh miring
kanan dan kiri
19
3. Adanya nyeri tekan
perut bagian bawah
kanan pada
pemeriksaan
abdomen
4. Hasil TTV
didapatkan TD
160/80 mmHg, N
88x/menit, S
36.40C, RR
24x/menit
3 DS: Ansietas Krisis Ansietas
1) Klien (D.0080) situasional (D.0080) b.d
mengatakan Krisis situasional
merasa
cemas terkait
penyakitnya,
2) Klien
mengatakan
takut saat
akan BAK
karena
menimbulkan
nyeri.
DO;
1. Klien terlihat
bingung dan merasa
khawatir dengan
kondisi
kesehatanya saat
ini.
2. Hasil TTV
didapatkan TD
160/80 mmHg, N
88x/menit, S
36.40C, RR
24x/menit.
B. Diagnosa Keperawatan
1) Retensi urine (D.0050) b.d Sumbatan: Obstruksi kandung kemih.
2) Nyeri akut b.d Agen pencedera fisik (Spasme kandung kemih).
3) Ansietas (D.0080) b.d Krisis situasional.
20
Intervensi Keperawatan
NO Diagnosa SLKI SIKI Rasionaliasasi
Keperawatan
1 Retensi urine Setelah dilakukan intervensi Manajemen cairan Modalitas terapi yang
(D.0050) b.d selama 3x8 jam, diharapkan (I.03098) umum digunakan untuk
Sumbatan: retensi urine dapat teratasi Observasi mengobati pasien yang
Obstruksi dengan kriteria hasil; 1.Monitor status hidrasi membutuhkan kebutuhan
kandung Eliminasi Urine (L.08066) (frekuensi nadi, akral, cairan.
kemih Menurun kelembapan mukosa,
Label Saat Target turgor kulit, dan tekanan
ini darah).
Sensasi 3 5 2.Monitor pemeriksaan
berkemih Laboratorium.
Distensi 2 5 Terapeutik
kandung 1.Berikan asupan cairan
kemih sesuai kebutuhan.
Berkemih 3 5 2.Berikan cairan intravena
tidak
tuntas Perawatan Kateter urine
(I.04164) Dilakukan untuk
Karakteris 3 5
Observasi: menghindari terjadinya
tik
1.Monitor kepatenan resiko infeksi selama
Urine
kateter urine. pemasangan kateter
Keterangan: berlangsung.
1. Meningkat 2.Monitor tanda dan gejala
2. Cukup meningkat infeksi saluran kemih.
3. Sedang 3.Monitor tanda dan gejala
4. Cukup menurun obstruksi aliran urine.
5. Menurun 4.Monitor kebocoran
kateter, selang, dan
kantung urine.
5.Monitor input dan output
cairan.
Terapeutik:
1. Gunakan Teknik
aseptic selama
perawatan kateter urine.
2. Pastikan selang kateter
dan kantung urine
terbebas dari lipatan.
3. Pastikan kantung urine
diletakkan dibawah
ketinggian kandung
kemih dan tidak
dilantai.
Edukasi:
1.Ajarkan Teknik
perawatan perinela yang
dilakukan minimal 1 kali
21
sehari.
2.Jelaskan tujuan, manfaat,
dan risiko sebelum
pemasangan kateter.
2 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nyeri a. Observasi
Agen selama 3x8 jam, diharapkan (I.08238) 1. Untuk mengetahui lokasi,
pencedera nyeri akut dapat teratasi a. Observasi karakteristik, durasi,
biologis dengan kriteria hasil; 1. Identifikasi lokasi, frekuensi, kualitas,
(Hematuria) Tingkat Nyeri (L.08066) karakteristik, durasi, intensitas nyeri
yang ditandai Menurun frekuensi, kualitas, 2. Untuk mengetahui skala
dengan infeksi Label Saat Target intensitas nyeri nyeri
ini 2. Identifikasi skala nyeri 3. Untuk mengetahui respon
Keluhan 3 5 3. Identifikasi respon nyeri nyeri non verbal
nyeri non verbal 4. Untuk mengetahui faktor
Meringis 3 5 4. Identifikasi faktor yang nyeri
Sikap 3 5 memperberat dan 5. Untuk mengetahui
protektif memperingan nyeri pengetahuan tentang
Gelisah 3 5 5. Identifikasi pengetahuan nyeri
Keterangan: dan keyakinan tentang 6. Untuk mengetahui respon
1. Meningkat nyeri nyeri
2. Cukup meningkat 6. Identifikasi pengaruh 7. Untuk mengetahui
3. Sedang budaya terhadap respon kualitas hidup
4. Cukup menurun nyeri 8. Untuk memberikan terapi
5. Menurun 7. Identifikasi pengaruh komplementer
nyeri pada kualitas 9. Untuk memantau
hidup penggunaan analgetik
8. Monitor keberhasilan b. Terapeutik
terapi komplementer 1. Untuk mengetahui teknik
yang sudah diberikan non Farmakologis
9. Monitor efek samping 2. Untuk mengetahui faktor
penggunaan analgetik yang memperberat nyeri
b. Terapeutik 3. Untuk mengurangi nyeri
1. Berikan teknik 4. Untuk mengetahui
nonfarmakologis untuk sumber nyeri dan strategi
mengurangi rasa nyeri tindakan.
(mis. TENS, hypnosis, c. Edukasi
akupresur, terapi musik, 1. Untuk mengetahui
biofeedback, terapi pijat, penyebab, periode, dan
aroma terapi, teknik pemicu nyeri
imajinasi terbimbing, 2. Untuk mengurangi
kompres hangat/dingin, nyeri
terapi bermain) 3. Untuk memonitor nyeri
2. Control lingkungan yang secara mandiri
memperberat rasa nyeri 4. Untuk menurunkan
(mis. Suhu ruangan, nyeri menggunakan
pencahayaan, analgetik
kebisingan) 5. Untuk memberikan
3. Fasilitasi istirahat dan terapi dengan teknik
tidur nonfarmakologis
4. Pertimbangkan jenis dan d. Kolaborasi
sumber nyeri dalam Untuk mengurangi nyeri
pemilihan strategi dengan pemberian analgetik
22
meredakan nyeri 5.
c. Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri Jelaskan strategi
meredakan nyeri
2. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
3. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
4. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
d. Kolaborasi
5. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
23
jenis relaksasi yang
tersedia.
2. Jelaskan secara rinci
intervensi relaksasi
yang dipilih.
3. Anjurkan mengambil
posisi nyaman.
4. Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi
relaksasi.
5. Anjurkan sering
mengulangi atau
memilih teknik yang
dipilih.
6. Demonstrasikan dan
latih teknik relaksasi.
Implementasi
Jum’at, 26 Maret 2021 Jam 19.30-07.00 WIB
24
komplementer
yang sudah
diberikan
6. Menganjurkan
memonitor nyeri S: klien mengatakan nyeri timbul saat
secara mandiri beraktifitas
O: Klien melakukan terapi nafas dalam
secara mandiri
7. Menganjurkan
menggunakan S: -
analgetik secara O: pemberian analgetik untuk
05.00 tepat mengurangi nyeri
8. Melakukan
pengecekan S: Klien mengatakan merasakan nyeri
lokasi, pada saat akan dan setelah BAK
karakteristik, O: Klien tampak menahan nyeri,
durasi, frekuensi, meringis kesakitan.
kualitas,
05.30 intensitas nyeri
9. Melakukan
pengecekan S: Skala nyeri 6
skala nyeri O: Klien tampak menahan nyeri,
meringis kesakitan.
25
1. EVALUASI
Jum’at, 25 Maret 2021 Jam 07.00 WIB
26
4. Ajarkan mengukur asupan cairan dan keluaran urine
5. Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada
kontraindikasi
6. Kolaborasi pemberian obat supositoria uretra, jika perlu
Implementasi
Minggu, 28 Maret 2021 Jam 08.00-14.00 WIB
S: klien mengatakan
4. Mengidentifikasi mengetahui sedikit tentang
pengetahuan dan nyeri
keyakinan tentang O: klien berlatih relaksasi
nyeri nafas dalam
10.00
S: klien berlatih terapi nafas
5. Melakukan dalam
pengecekan O: klien kooperatif berlatih
keberhasilan terapi terapi nafas dalam
komplementer yang
sudah diberikan
S: -
7. mengannjurkan O: Pemberian analgetik untuk
menggunakan mengurangi nyer
analgetik secara tepat
27
8. Melakukan S: Skala nyeri 4
pengecekan skala nyeri O: Klien tampak menahan
nyeri, meringis kesakitan.
4. Melakukan pengecekan S: -
tanda dan gejala O: Tidak ada tanda sumbatan
12.00 obstruksi aliran urine. dan kebocoran di area foley
5. Melakukan pengecekan cateter
kebocoran kateter,
selang, dan kantung
14.00 urine. S:
6. Melakukan pengecekan
input dan output cairan. O:
Total cairan masuk :
Infus : 900cc
Obat injeksi : 150 cc
Air Metabolisme : 5cc x 50
250 (Rumusnya AM =
5cc/kgBB/hari)
Total cairan keluar :
28
Urine : 350 cc/4 jam
BAB : 250 cc
29
EVALUASI
Minggu, 28 Maret 2021 Jam 14.00 WIB
P: Lanjutkan intervensi
Manajemen Nyeri (I.08238)
a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
b. Identifikasi skala nyeri
c. Identifikasi respon nyeri non verbal
d. Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
e. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
nyeri
f. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi
pijat, aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin, terapi bermain)
g. Fasilitasi istirahat dan tidur
h. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
i. Jelaskan strategi meredakan nyeri
j. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
k. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
2 Retensi urine S: Klien mengatakan mengalami perubahan pola
(D.0050) b.d eliminasi dan penurunan jumlah output
Sumbatan: O: Warna urine kuning pekat, Volume urine
Obstruksi
350cc/4 jam.
kandung kemih
Total cairan masuk :
Infus : 900cc
30
Obat injeksi : 150 cc
Air Metabolisme : 5cc x 50
250 (Rumusnya AM = 5cc/kgBB/hari)
Total cairan keluar :
Urine : 350 cc/4 jam
BAB : 250 cc
P: Lanjutkan intervensi
Manajemen Eliminasi Urine (I.04152)
1. Identifikasi tanda dan gejala retensi atau
inkontinensia urine
2. Monitor eliminasi urine (mis. Frekuensi,
konsistensi, aroma, warna dan volume)
3. Catat waktu-waktu dan kaluaran berkemih
4. Ajarkan mengukur asupan cairan dan keluaran
urine
5. Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada
kontraindikasi
3 Ansietas S:
(D.0080) b.d 1. Klien mengatakan merasa gelisah terkait
Krisis kondisi status kesehatanya saat ini
situasional. 2. Klien mengatakan setelah dilakukan
distraksi relaksasi nafas dalam merasa lega
dan nyaman.
O:
3. Pasien terlihat gelisah
4. Hasil TTV didapatkan TD 130/80 mmHg,
N 84x/menit, S 36.90C, RR 24x/menit
P: Lanjutkan Intervensi
Terapi Relaksasi (I.09326)
1. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif
digunakan.
2. Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan
darah, dan suhu sebelum dan sesudah latihan.
3. Monitor respons terhadap terapi relaksasi.
31
Implementasi
Senin, 29 Maret 2021 Jam 08.00-14.00 WIB
7. mengannjurkan S: -
O: Pemberian analgetik untuk
menggunakan
mengurangi nyer
analgetik secara
32
tepat
8. Melakukan
S: Skala nyeri 4
pengecekan skala
O: Klien tampak menahan
nyeri
nyeri, meringis kesakitan.
9. Melakukan
S: Klien mengatakan
pengecekan
merasakan nyeri pada perut
respon nyeri non
bawah kanan
verbal
O: Kliendapat mengontrol
nyeri yang dirasakan
10.00 S: -
O:
2. Melakukan 1. urine output 400cc
pengecekan 2. Tidak ada kebocoran
kepatenan kateter di area foley cateter.
urine. 3. Tidak ada sumbata di
area foley cateter
S: -
O: Tidak ada tanda dan gejala
infeksi di area pemasangan
foley cateter
3. Melakukan
pengecekan tanda
dan gejala infeksi S: -
saluran kemih. O: Tidak ada tanda sumbatan
12.00 dan kebocoran di area foley
cateter
4. Melakukan
pengecekan tanda
14.00 dan gejala S:
obstruksi aliran
urine. O:
5. Melakukan
Total cairan masuk :
pengecekan
kebocoran kateter, Infus : 900cc
selang, dan
Obat injeksi : 150 cc
kantung urine.
6. Melakukan Air Metabolisme : 5cc x 50
pengecekan input
250 (Rumusnya AM =
33
dan output cairan. 5cc/kgBB/hari)
Total cairan keluar :
Urine : 4000 cc/4 jam
BAB : 250 cc
34
EVALUASI
Senin, 29 Maret 2021 Jam 14.00 WIB
P: Lanjutkan intervensi
Manajemen Nyeri (I.08238)
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
tentang nyeri
6. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
7. Fasilitasi istirahat dan tidur
8. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
9. Jelaskan strategi meredakan nyeri
10. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
11. Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
2 Retensi urine S: Klien mengatakan mengalami perubahan pola
(D.0050) b.d eliminasi dan penurunan jumlah output
Sumbatan: O: Warna urine kuning pekat, Volume urine 350cc/4
Obstruksi
35
kandung kemih jam.
Total cairan masuk :
Infus : 900cc
Obat injeksi : 150 cc
Air Metabolisme : 5cc x 50
250 (Rumusnya AM = 5cc/kgBB/hari)
Total cairan keluar :
Urine : 400 cc/4 jam
BAB : 250 cc
P: Lanjutkan intervensi
Manajemen Eliminasi Urine (I.04152)
1. Identifikasi tanda dan gejala retensi atau
inkontinensia urine
2. Monitor eliminasi urine (mis. Frekuensi,
konsistensi, aroma, warna dan volume)
3. Catat waktu-waktu dan kaluaran berkemih
4. Ajarkan mengukur asupan cairan dan
keluaran urine
5. Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada
kontraindikasi
3 Ansietas S:
(D.0080) b.d 1. Klien mengatakan merasa gelisah terkait
Krisis kondisi status kesehatanya saat ini
situasional. 2. Klien mengatakan setelah dilakukan
distraksi relaksasi nafas dalam merasa lega
dan nyaman.
O:
1. Pasien terlihat aktif saat menjwab
dan berkomunikasi.
2. Hasil TTV didapatkan TD 140/90
mmHg, N 88x/menit, S 36,80C, RR
19x/menit
36
3. Monitor respons terhadap terapi relaksasi.
37
BAB III
PEMBAHASAN
Studi Kasus : Infeksi Pengkajian, Masalah nyeri 1. Hasil pengkajian didapatkan diag
Manajemen Saluran Kemih penegakan akut teratasi keperawatan pada Tn.M yaitu
Nyeri Pada (ISK) adalah diagnosa sebagian akut berhubungan dengan agen i
Klien Infeksi suatu keadaan keperawatan, sehingga biologis.
Saluran yang perencanaan, membutuhkan 2. Intervensi keperawatan nyeri
Kemih Di disebabkan implementasi, perawatan berhubungan dengan agen i
Ruang karena adanya dan evaluasi lebih lanjut (biologis)yang sesuai dengan NIC
Anggrek invasi keperawatan. dan kerjasama adalah sebagai berikut NOC I : Ko
Rumah Sakit bakteri pada Tindakan antara petugas Nyeri, Kriteria Hasil : Menge
Umum saluran kemih. keperawatan medis, klien faktor penyebab nyeri; Menge
Negara Infeksi saluran 2x24 jam yang dan keluarga permulaan terjadinya n
kemih dilakukan pada agar asuhan Menggunakan tindakan pencega
sebagian besar klien dengan keperawatan Melaporkan gejala; Melapo
disebabkan infeksi saluran dapat berhasil kontrol nyeri. NOC II : Tingkat N
oleh kemih secara Kriteria Hasil : Melaporkan
bakteri,virus adalah maksimal berkurang atau hilang; Frekuensi
dan jamur mengajarkan berkurang; Lamanya
tetapi bakteri teknik non- berlangsung; Ekspresi wajah
yang sering farmakologi nyeri; Posisi tubuh melindungi.
menjadi untuk 3. Impelementasi yang dilakukan ad
penyebabnya. menurunkan mengajarkan teknik relaksasi
umumnya nyeri yaitu dalam dan teknik distraksi d
mempunyai menganjurkan merileksasikan otot, dan mem
gejala nyeri klien untuk transmisi impuls nyeri
pinggang, relaksasi nafas memberikan injeksi analgesik
disuria, sering dalam, dan ketorolac 30 mg yang berfu
atau terburu- mengajarkan menurunkan nyeri akut derajat se
buru buang air klien teknik hingga berat segera setelah nyeri
kecil, nyeri distraksi. diindikasikan untuk penatalaksa
suprapubik. jangka pendek maksimal 2 hari,
paracetamol infus 1000 mg yang
berfungsi sebagai pengobatan u
nyeri akut
4. Evaluasi dari diagnosa keperaw
nyeri akut berhubungan dengan
injuri (biologis) masalah ter
sebagian.
Program Studi S1 Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Buleleng Singaraja,
Indonesia
B. Kesimpulan
38
Penatalaksanaan nyeri secara farmakologis dilakukan secara
berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam pemberian analgetik.
Sedangkan tindakan non farmakologis yaitu salah satunya adalah dengan
memberikan terapi relaksasi (Syamsiah &Muslihat, 2015).
Perawat sebagai komponen tim kesehatan berperan penting untuk
mengatasi nyeri pasien. Perawat berkolaborasi dengan dokter ketika melakukan
intervensi untuk mengatasi nyeri, mengevaluasi keefektifan obat dan berperan
sebagai advocate pasien ketika intervensi untuk mengatasi nyeri menjadi tidak
efektif atau ketika pasien tidak dapat berfungsi secara adekuat (Black & Hawk,
2005). Petugas Kesehatan juga mengemukakan bahwa mendengarkan dengan
penuh perhatian, mengkaji intensitas nyeri dan distress, merencanakan
perawatan, memberikan edukasi tentang nyeri, meningkatkan penggunaan
teknik nyeri non-farmakologi dan mengevaluasi hasil yang dicapai adalah
tanggung jawab Perawat.
Managemen nyeri atau pain management adalah salah satu bagian dari
disiplin ilmu medis yang berkaitan dengan upaya-upaya menghilangkan nyeri
atau pain relief. Management nyeri ini menggunakan pendekatan multidisiplin
yang didalamnya termasuk pendekatan farmakologikal (termasuk pain
modifiers), non farmakologikal dan psikologikal. managemen nyeri non
farmakologikal merupakan upaya-upaya mengatasi atau menghilangkan nyeri
dengan menggunakan pendekatan non farmakologi. Upaya-upaya tersebut
antara lain relaksasi, distraksi, massage, guided imaginary dan lain sebagainya
(Syamsiah &Muslihat, 2015).
39
DAFTAR PUSTAKA
40
Syamsiah, N., & Muslihat, E. (2015). Pengaruh Terapi Relaksasi Autogenik
Terhadap Tingkat Nyeri Akut Pada Pasien Abdominal Pain di IGD
RSUD Karawang 2014. Jurnal Ilmu Keperawatan. Vol. III, No. 1.
ISSN: 2338-7246.
Welch TR. (2012). An Approach to the Child With Acute Glomerulonephritis.
International Journal of Pediatrics.; 1-3.
41