Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Prodi Profesi Ners Keperawatan Stase
Keperawatan Gadar Kritis
Disusun Oleh :
Christian Arius A
NIM : A32020155
Disusun Oleh :
Christian Arius A
NIM : A32020155
Mahasiswa
Christian Arius A
i
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
LAPORAN PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Pengertian........................................................................................................................1
B. Etiologi............................................................................................................................1
C. Batasan Karakteristik......................................................................................................2
D. Fokus Pengkajian............................................................................................................2
E. Patofisiologi Dan Pathway Keperawatan........................................................................4
G. Intervensi Keperawatan...............................................................................................7
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KRITIS..............................................................................9
ii
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
Bersihan jalan napas tidak efektif adalah ketidakmampuan membersihkan sekret
atau obstruksi jalan napas untuk mempertahankan jalan napa paten (Tim Pokja
SDKI DPP PPNI, 2017). Bersihan jalan napas tidak efektif adalah suatu keadaan
ketika seseorang individu mengalami suatu ancaman yang nyata atau potensial pada
status pernapasan sehubung dengan ketidamampuan untuk batu secara efektif.
(Lyanda Juall & Carpenito, 2010). Menurut Herdman (2012) bersihan jalan napas
tidak efektif adalah ketidakmampuan dalam membersihkan sekresi atau obstruksi
dari saluran pernapasan untuk menjaga bersihan jalan napas.
Jadi dapat disimpulkan, bersihan jalan napas tidak efektif adalah keadaan
dimana seseorang tidak mampu dalam membersihkan sekret atau obstruksi jalan
napas dengan ketidakmampuan melakukan batuk efektif yang dapat mengancam
kesehatan individu tersebut pada saluran pernapasan.
B. Etiologi
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) etiologi bersihan jalan napas tidak
efektif sebagai berikut:
1. Fisiologis
a. Spasme jalan napas i. Respon alergi.
b. Hipersekresi jalan napas. j. Efek afen farmakologis
c. Disfungsi neuromuskuler. (mis. anastesi)
d. Benda asing dalam jalan
napas.
e. Adanya jalan napas buatan.
f. Sekresi yang tertahan.
g. Hiperplasia dinding jalan
napas.
h. Proses infeksi
1
2. Situasional
a. Merokok aktif
b. Merokok pasif
c. Terpajan polutan
C. Batasan Karakteristik
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) etiologi bersihan jalan napas tidak efektif
sebagai berikut:
1. Gejala dan Tanda Mayor
a. Subjektif (belum tersedia).
b. Objektif
1) Batuk tidak efektif
2) Tidak mampu batuk
3) Sputum berlebih
4) Mengi, wheezing dan/atau ronkhi kering.
5) Mekonium di jalan napas (pada neonatus).
2. Gejala dan Tanda Minor
a. Subjektif
1) Dispnea
2) Sulit bicara
3) Ortopnea
b. Objektif
1) Gelisah
2) Sianosis
3) Bunyi napas menurun
4) Frekuensi napas berubah
5) Pola napas berubah
D. Fokus Pengkajian
1. Riwayat Keperawatan
a. Masalah keperawatan yang pernah dialami
1) Pernah mengalami perubahan pola pernapasan?
2) Pernah mengalami batuk dengan sputum?
3) Pernah mengalami nyeri dada?
2
4) Aktivitas apa saja yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala di atas?
b. Riwayat penyakit pernapasan
1) apakah sering mengalami ISPA, alergi, batuk, asma, TBC, dan lain-lain?
2) bagaimana frekuensi setiap kejadian?
c. Riwayat kardiovaskuler
Pernah mengalami penyakit jantung (gagal jantung, gagal ventrikel kanan,dll)
atau peredaran darah?
d. Gaya hidup
Merokok, keluarga perokok, lingkungan kerja dengan perokok.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Mata
1) konjungtiva pucat (karena anemia).
2) konjungtiva sianosis (karena hipoksemia).
3) konjungtiva terdapat pethechia (karena emboli lemak atau endokarditis).
b. Kulit
1) Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunnya aliran darah perifer)
2) Penurunan turgor (dehidrasi)
3) Edema.
4) Edema periorbital.
c. Jari dan kuku
1) Sianosis
2) Clubbing finger.
e. Mulut dan bibir
1) membrane mukosa sianosis
2) bernapas dengan mengerutkan mulut.
f. Hidung
pernapasan dengan cuping hidung.
g. Vena leher
Adanya distensi / bendungan.
h. Dada
1) retraksi otot Bantu pernapasan (karena peningkatan aktivitas pernapasan,
dispnea, obstruksi jalan pernapasan)
2) pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan dada kanan.
3
3) Tactil fremitus, thrills (getaran pada dada karena udara/suara melewati
saluran/rongga pernapasan)
4) Suara napas normal (vesikuler, bronchovesikuler, bronchial)
5) Suara napas tidak normal (creklerlr/rales, ronkhi, wheezing, friction
rub/pleural friction)
6) Bunyi perkusi (resonan, hiperesonan, dullness)
i. Pola pernapasan
1) pernapasan normal(eupnea)
2) pernapasan cepat (tacypnea)
3) pernapasan lambat (bradypnea)
4
b. Mekanisme neurohormonal
Istilah neurohormon memiliki arti yang sangat luas, dimana neurohormon pada
gagal jantung diproduksi dari banyak molekul yang diuraikan oleh neuroendokrin
(Mann, 2012). Renin merupakan salah satu neurohormonal yang diproduksi atau
dihasilkan sebagai respon dari penurunan curah jantung dan peningkatan aktivasi
sistem syaraf simpatik.
c. Aktivasi sistem Renin Angiotensin Aldosteron (RAAS)
Pelepasan renin sebagai neurohormonal oleh ginjal akan mengaktivasi RAAS.
Angiotensinogen yang diproduksi oleh hati dirubah menjadi angiotensin I dan
angiotensinogen II. Angiotensin II berikatan dengan dinding pembuluh darah
ventrikel dan menstimulasi pelepasan endotelin sebagai agen vasokontriktor.Selain
itu, angiotensin II juga dapat menstimulasi kelenjar adrenal untuk mensekresi
hormon aldosteron. Hormon inilah yang dapat meningkatkan retensi garam dan air
diginjal, akibatnya cairan didalam tubuh ikut meningkat. Hal inilah yang mendasari
timbulnya edema cairan pada gagal jantung kongestif (Mann, 2012).
d. Cardiac remodeling
Cardiac remodeling merupakan suatu perubahan yang nyata secara klinis sebagai
perubahan pada ukuran, bentuk dan fungsi jantung setelah adanya stimulasi stress
ataupun cedera yang melibatkan molekuler, seluler serta interstitial(Kehat dan
Molkentin, 2010).
5
2. Pathway
Gagal Jantung
Gagal pompa
ventrikel kiri
Tekanan vena
Metabolisme pulmonalis meningkat
anaerob
Gangguan
Intoleransi Reflek batuk Pertukaran Gas
Aktivitas menurun
Penumpukan sekret
Bersihan Jalan
Napas Tidak Efektif
6
F. Masalah Keperawatan Lain Yang Muncul
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
2. Gangguan pertukaran gas
3. Intoleransi aktivitas
G. Intervensi Keperawatan
No SLKI INTERVENSI / SIKI RASIONAL
1 Setelah dilakukan Manajemen Jalan 1. Mengetahui
tindakan keperawatan Napas (I.01011) kepatenan jalan
selama 3x24 jam. 1. Monitor pola napas. napas klien.
diharapkan masalah 2. Posisikan semi fowler 2. Membantu
bersihan jalan napas atau fowler. pengembangan paru
meningkat dengan 3. Monitor sputum. dan mengurangi
kriteria hasil: 4. Ajarkan batuk efektif. tekanan dari
Bersihan jalan napas 5. Berikan oksigen. abdomen pada
(L.01001) 6. Kolaborasi pemberian diafragma.
1. Batuk efektif cukup bronkodilator 3. Membebaskan jalan
membaik. 7. Lakukan suction, jika napas pasien.
2. Wheezing menurun perlu. 4. Mencegah adanya
3. Dispnea menurun. penumpukan lendir
4. Sianosis menurun serta penyumbatan
5. Gelisah menurun jalan napas.
6. Frekuensi napas cukup 5. Memaksimalkan
membaik kebutuhan oksigen
7. Pola napas cukup pada pasien.
membaik 6. Memaksimalkan
jalan napas, serta
mencegah
penyempitan pada
jalan napas.
7. Membebaskan jalan
napas pasien.
2 Setelah dilakukan Pemantauan Respirasi
tindakan keperawatan (I.01014)
selama 2 x 24 jam. 1. Monitor frekuensi, 1. Mengetahui
diharapkan pertukaran irama, kedalaman kepatenan jalan
gas meningkat dengan napas. napas.
kriteria hasil: 2. Monitor pola napas. 2. Mengetahui adanya
Pertukaran Gas 3. Monitor adanya gangguan pola napas.
(L.01003) sumbatan jalan napas. 3. Mencegah adanya
8. Tingkat kesadaran 4. Palpasi kesimetrisan hipoksia
meningkat. ekspansi paru. 4. Mengetahui kondisi
1. Dispnea cukup 5. Auskultasi bunyi napas. paru-paru klien.
menurun. 6. Monitor saturasi 5. Mengetahui ada
2. Bunyi napas tambahan oksigen. tidaknya sumbatan
7
cukup menurun. jalan napas.
3. Gelisah cukup 6. Mengetahui adanya
menurun. perubahan
4. Napas cuping hidung kandungan oksigen
cukup menurun. dalam darah.
5. Sianosis cukup
membaik.
6. Pola napas cukup
membaik
3 Setelah dilakukan Manajemen Energi 1. Mengetahui tanda
tindakan keperawatan (I.05178) dan kelelahan.
selama 3x24 jam. 1. Monitor kelelahan 2. Mencegah faktor-
diharapkan toleransi fisik dan emosional. faktor yang
aktivitas meningkat 2. Monitor lokasi dan menyebabkan
dengan kriteria hasil: ketidaknyamanan kelelahan.
Toleransi Aktivitas selama melakukan 3. Mengatur pola tidur
(L.05047) aktivitas. untuk mengurangi
1. Saturasi oksigen 3. Monitor pola dan jam kelelahan.
cukup meingkat. tidur. 4. Memfasilitasi dalam
2. Keluhan lelah cukup 4. Berikan aktivitas pemenuhan aktivitas
menurun. distraksi yang yang terapeutik.
3. Dispnea setelah menenangkan. 5. Mencegah kelelahan
aktivitas cukup 5. Sediakan lingkungan saat beraktivitas.
menurun. yang nyaman dan 6. Melatih aktivitas
4. Sianosis cukup rendah stimulasi. secara bertahap.
menurun. 6. Fasilitasi duduk di sisi
5. Frekuensi napas tempat tidur.
cukup membaik.
6. Warna kulit cukup
membaik.
8
Sekolah Tinggi IlmuKesehatan Muhammadiyah Gombong
Program Studi PendidikanProfesiNers
Jl. YosSudarso No 461, Telp/Fax (0287)472433, 473749, Gombong, 54412
Website: www.stikesmuhgombong.ac.id E-mail: stikesmuhgombong@yahoo.com
9
RIWAYAT KESEHATAN DAHULU DAN KELUARGA
Riwayat di igd :
Pasien dengan keluhan muntah darah dari pagi sebanyak +/- 1000 cc,BAB berwarna hitam dan
sesak. Saat di igd kesadaran pasien composmentis, TD: 106/68 mmHg, N: 100x/m, RR: 24x/m,
SpO2 : 98%, S: 36,6 °C, reflek cahaya +/+, pupil 3/3. Pasien dipindahkan ke ruang ICU untuk
mendapatkan perawatan.
Riwayat Allergi :
Tidak memiliki riwayat alergi obat maupun makanan.
Riwayat Pengobatan :
Keluarga pasien mengatakan pasien pernah melakukan pengobatan dan pernah dirawat di RS
dengan keluhan yang serupa beberapa tahun yang lalu.
Riwayat penyakit sebelumnya dan Riwayat penyakit keluarga :
Keluarga pasien mengatakan didalam keluarga tidak ada pnyakit keturunan atau menahun seperti
DM, Hipertensi maupun Asma.
11
Lain-lain: ……
Masalah Keperawatan:
Kesadaran: Composmentis Delirium Somnolen Apatis Koma
GCS : Eye 2 Verbal 1 Motorik 4
Pupil : Isokor Unisokor Pinpoint Midriasis
Refleks Cahaya: Ada Tidak Ada
Refleks Muntah: Ada Tidak Ada
Refleks fisiologis: (+) Patela (+/-) Lain-lain … …
BRAIN
Refleks patologis : (-) Kaku Kuduk (+/-) (-) Babinzky (+/-) (-)Kernig (+/-) Lain-lain ... ...
Bicara : Lancar Cepat Lambat
Tidur malam : 7 jam Tidur siang : … … jam
Ansietas : Ada Tidak ada
PTIK: Ada Tidak ada
CPP: …..mmHg
Lain-lain: … …
Masalah Keperawatan:
Nyeri pinggang: Ada Tidak
Nokturia: Ada TidakAda
BAK : Lancar Inkontinensia Anuri
BLADDER
TB : 158 cm BB : 50 kg
Nafsu makan : Baik Menurun
Makan : Padat Cair , Frekuensi ... ...x/hr Jumlah : ... ... cc/porsi
Minum : Frekuensi ............ gelas /hr Jumlah : 100 cc/hr
NGT: (+)
BAB : Teratur Tidak
Hematemesis : Ada Tidak Ada
Diare: Ada Tidak Ada
Frekuensi BAB : belum BAB dari 1 hari yang lalu. Konsistensi: ... Warna: .... darah (-)/ lendir (-)
12
Stoma: (-)
Ulkus: Ada Tidak Ada
Kondisi Ulkus: Lokasi……, ……cm, luas/sedikit, basah/kering
Lain-lain: … …
Masalah Keperawatan:
BONE
(Muskuloskletal & Integumen)
13
Lain-lain: … …
Masalah Keperawatan:
Kepala
HEAD TO TOE
Bentuk : Mesochepal
Rambut : Bersih, beruban
Kulit kepala : Bersih, tidak ada luka atau jejas
Penglihatan : baik penurunan kesadaran
Konjungtiva : Anemis Tidak Anemis
Sclera : Ikterik Tidak Ikterik
Pernafasan Cuping hidung Ada Tidak Ada
Infeksi sinus : Ya Tidak Lokasi ... ...
Mulut : bersih kurang , kondisi………………
Stomatitis mukosa bibir : Ya Tidak
Pendengaran : baik penurunan kesadaran
Telinga : ada perdarahan Tidak serumen
Dada; Paru
Bentuk : normal pigeon chest barrel chest flail chest
Lesi : Ada Tidak Lokasi ... ...
Retraksi otot bantu nafas : Ada Tidak Ada
Vokal fremitus: Ada Tidak
Perkusi : Normal Tidak , dengan bunyi sonor
Bunyi Paru : Vesikuler Bronchovasikuler bronchial
Bunyi tambahan Paru : Ronchi Wheezing Crachless
Dada; Jantung
Denyut : Terlihat Tidak Lokasi ... ...
Denyut : Teraba Tidak Lokasi ... ...
Perkusi : normal, terdapat bunyi pekak Tidak normal, ... ...
Bunyi Jantung: normal ada suara tambahan
Suara tamabahan: gallop murmur friction rub
Abdomen
Inspeksi Simetris, tidak ada luka dan jejas.:
Bentuk: datar cembung cekung
14
Asites: Ada Tidak Ada
Luka Jahit: Ada Tidak Ada
Ruam: Ada Tidak Ada
Ekimosis: Ada Tidak Ada
Dilatasi vena: Ada Tidak Ada
Pulsasi aorta: Ada, lokasi……… Tidak Ada
Lingkar Perut:……..cm
Auskultasi, bising usus: 9 x
Palpasi:
Distensi: Ada Tidak Ada
Nyeri: Ada, Lokasi………………. Tidak Ada
Hepar: Teraba Tidak Teraba
Perkusi, Pekak Timpani
Ekstremitas
Edema: Ada Tidak Ada
Lokasi: ………..
Pitting Edema:…..mm
Terpasang IVFD: perifer central
Syringe pump: Ada, jenis obat nicardipine 0,05 mcq/kgBB Tidak Ada
Infus pump: Ada, jenis cairan RL 20 tpm Tidak Ada
Kulit
Sianosis: Ada Tidak Ada
Pallor: Ada Tidak Ada
Eritema: Ada Tidak Ada
Jaundice: Ada Tidak Ada
Petekie: Ada Tidak Ada
Lesi: Bula pustula vesikel sisik Tidak Ada
15
Data Sekunder
1. Data Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium (abnormal)
Tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
11 april hemoglobin 7.1 L 13.2 -17.3 g/dl
2021 leukosit 13.2 3.8 – 10.6 10 ^3/ul
gula darah sewaktu 126 80 - 110 mg/dl
rapid test negatif negatif
2. Terapi
Nama Nama
No Tanggal Dosis No Tanggal Dosis
therapi therapi
1 11 April RL 500 ml 2 14 April RL 500 ml
2021 Ceftriaxone 2 x 2 gr 2021 Ceftriaxone 2 x 2 gr
Gentamicyn 2 x 80mg Gentamicyn 2 x 80mg
Metronidazol 3 x 500mg Metronidazole 3 x 500mg
e 2 x 500mg Citicolin 2 x 500mg
Citicolin 2 x 50mg Ranitidine 2 x 50mg
Ranitidine 0,05 Nicardipine 0,05
Nicardipine mcq/kgBB mcq/kgBB
2x1 Asam folat 2x1
Asam folat 3 x 2 cth Akita 3 x 2 cth
Sucralfat 3 x 2 cth Sucralfat 3 x 2 cth
Lansoprazole 1-0-1 Lansoprazole 1-0-1
16
Nama Nama
No Tanggal Dosis No Tanggal Dosis
therapi therapi
Bicnat 2x1 Bicnat 2x1
Prorenal 2 x1 Prorenal 2 x1
3 13April RL 500 ml
2021 Ranitidine 2 x 50mg
Nicardipine 0,05
mcq/kgBB
MPS 2 x 62,5
Ciprofloxaci 2 x 500
m mg
3 x 500mg
Kalnex 3x1
Vit K 2x1
Asam folat 3 x 2 cth
Akita 3 x 2 cth
Sucralfat 1-0-1
Lansoprazole 2x1
Bicnat 2 x1
Prorenal
ANALISA DATA
No Tanggal Data Fokus Etiologi Masalah
1 13 April - Ds : - Spasme jalan napas Bersihan Jalan
2021 - Do : Napas Tidak
Pasien tampak sesak, tidak Efektif
dapat batuk, sputum berlebih,
tampak gelisah, pola napas
cepat, RR: 26x/m.
2 - Ds : - Ketidakseimbangan Gangguan
- Do : ventilasi-perfusi pertukaran gas
Pasien tampak sesak,
menggunakan pernapasan
cuping hidung, kesadaran
menurun.
3 - Ds : - Ketidakseimbangan Intoleransi
- Do : antara suplai dan aktivitas
Pasien tampak lemas, lelah, kebutuhan oksigen
tampak lemas saat sesak
muncul, TD: 120/78 mmHg.
17
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d spasme jalan napas d.d adanya sputum dan tidak
mampu batuk.
2. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi d.d. sesak
3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigend.d
pasien tampak lelah saat sesak muncul.
18
RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa
No SLKI SIKI Rasional
Keperawatan
1 Bersihan jalan napas Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Jalan Napas (I.01011) 1. Mengetahui kepatenan
tidak efektif b.d spasme selama 3x24 jam. diharapkan masalah 1. Monitor pola napas. jalan napas klien.
jalan napas d.d adanya bersihan jalan napas meningkat dengan 2. Posisikan semi fowler atau 2. Membantu
sputum dan tidak kriteria hasil: fowler. pengembangan paru
mampu batuk. Bersihan jalan napas (L.01001) 3. Monitor sputum. dan mengurangi
1. Batuk efektif cukup membaik. 4. Ajarkan batuk efektif. tekanan dari abdomen
2. Wheezing menurun 5. Berikan oksigen. pada diafragma.
3. Dispnea menurun. 6. Kolaborasi pemberian 3. Membebaskan jalan
4. Sianosis menurun bronkodilator napas pasien.
5. Gelisah menurun 7. Lakukan suction, jika perlu. 4. Mencegah adanya
6. Frekuensi napas cukup membaik penumpukan lendir
7. Pola napas cukup membaik serta penyumbatan
jalan napas.
5. Memaksimalkan
kebutuhan oksigen
pada pasien.
6. Memaksimalkan jalan
napas, serta mencegah
penyempitan pada
jalan napas.
7. Membebaskan jalan
napas pasien.
2 Gangguan pertukaran Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pemantauan Respirasi (I.01014) 1. Mengetahui kepatenan
gas b.d selama 3 x 24 jam. diharapkan 1. Monitor frekuensi, irama, jalan napas.
ketidakseimbangan pertukaran gas meningkat dengan kriteria kedalaman napas. 2. Mengetahui adanya
ventilasi-perfusi d.d. hasil: 2. Monitor pola napas. gangguan pola napas.
sesak Pertukaran Gas (L.01003) 3. Monitor adanya sumbatan jalan 3. Mencegah adanya
1. Tingkat kesadaran meningkat. napas. hipoksia
19
Diagnosa
No SLKI SIKI Rasional
Keperawatan
2. Dispnea cukup menurun. 4. Palpasi kesimetrisan ekspansi 4. Mengetahui kondisi
3. Bunyi napas tambahan cukup paru. paru-paru klien.
menurun. 5. Auskultasi bunyi napas. 5. Mengetahui ada
4. Gelisah cukup menurun. 6. Monitor saturasi oksigen. tidaknya sumbatan
5. Napas cuping hidung cukup jalan napas.
menurun. 6. Mengetahui adanya
6. Sianosis cukup membaik. perubahan kandungan
7. Pola napas cukup membaik oksigen dalam darah.
3 Intoleransi aktivitas b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Energi (I.05178) 1. Mengetahui tanda dan
ketidakseimbangan selama 3x24 jam. diharapkan toleransi 1. Monitor kelelahan fisik dan kelelahan.
antara suplai dan aktivitas meningkat dengan kriteria hasil: emosional. 2. Mencegah faktor-
kebutuhan oksigend.d Toleransi Aktivitas (L.05047) 2. Monitor lokasi dan faktor yang
pasien tampak lelah 1. Saturasi oksigen cukup meingkat. ketidaknyamanan selama menyebabkan
saat sesak muncul. 2. Keluhan lelah cukup menurun. melakukan aktivitas. kelelahan.
3. Dispnea setelah aktivitas cukup 3. Monitor pola dan jam tidur. 3. Mengatur pola tidur
menurun. 4. Berikan aktivitas distraksi yang untuk mengurangi
4. Sianosis cukup menurun. menenangkan. kelelahan.
5. Frekuensi napas cukup membaik. 5. Sediakan lingkungan yang 4. Memfasilitasi dalam
6. Warna kulit cukup membaik. nyaman dan rendah stimulasi. pemenuhan aktivitas
6. Fasilitasi duduk di sisi tempat yang terapeutik.
tidur. 5. Mencegah kelelahan
saat beraktivitas.
6. Melatih aktivitas
secara bertahap.
20
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No Dx Jam Implementasi Respon TTD
13 April 2021
1 12.00 Monitor pola napas. - S:-
- O : Pola napas teratur, cepat.
2 12.01 Monitor frekuensi, irama, kedalaman napas. - S:-
- O : RR: 26x/m, irama napas cepat.
2 12.05 Monitor adanya sumbatan jalan napas. - S:-
- O : Tidak ada sumbatan jalan napas, jalan napas
paten.
2 12.08 Palpasi kesimetrisan ekspansi paru. - S:-
- O : Ekspansi dinding dada simetris.
2 12.12 Auskultasi bunyi napas. - S:-
- O : Bunyi napas vesikuler, tidak adanya bunyi
napas tambahan.
2 12.13 Monitor saturasi oksigen. - S:-
- O : SpO2 : 99%.
1 12.15 Monitor sputum. - S:-
- O : Terdapat sputum, warna sputum kecoklatan
lendir, 50cc.
1 12.16 Berikan oksigen. - S:-
- O : Terpasang O2 NRM 12 lpm.
1 13.00 Lakukan suction, jika perlu. - S:-
- O : Terdapat sputum 50 cc.
1 13.05 Posisikan semi fowler atau fowler. - S:-
- O : Pasien tampak sesak.
3 13.30 Monitor kelelahan fisik dan emosional. - S:-
- O : Pasien tampak kelelahan saat sesak muncul.
3 13.35 Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama - S:-
melakukan aktivitas. - O : Saat sesak muncul pasien tampak gelisah.
3 13.37 Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah - S:-
21
No Dx Jam Implementasi Respon TTD
stimulasi. - O : Membatasi jam besuk pasien.
1 14.00 Memonitor status hemodinamik - S:-
- O : TD= 110/79 mmHg, N: 89x/m, RR: 24x/m,
SpO2: 99%.
2 14.01 Memonitor balance cairan - S:-
- O : Intake – (output+iwl) 160 - 124 = +36
1 15.00 Monitor pola napas. - S:-
- O : Pola napas teratur.
22
No Dx Jam Implementasi Respon TTD
SpO2: 100%.
2 18.15 Memonitor balance cairan - S:-
- O : Intake – (output+iwl) 680 - 1003 = -323
1 20.00 Monitor pola napas. - S:-
- O : Pola napas teratur.
23
No Dx Jam Implementasi Respon TTD
1 02.00 Monitor pola napas. - S:-
- O : Pola napas teratur.
2 02.01 Monitor frekuensi, irama, kedalaman napas. - S:-
- O : RR: 24x/m, irama napas cepat
1 02.05 Memonitor status hemodinamik - S:-
- O : TD= 119/69 mmHg, N: 100x/m, RR: 24x/m,
SpO2: 99%.
2 02.10 Memonitor balance cairan - S:-
- O : Intake – (output+iwl) 1100 - 1210 = -110
1 04.00 Monitor sputum. - S:-
- O : Sputum berkurang.
1 04.05 Berikan oksigen. - S:-
- O : Terpasang O2 NRM 12 lpm.
3 06.00 Monitor kelelahan fisik dan emosional. - S:-
- O : Pasien tampak kelelahan saat sesak muncul.
3 06.05 Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama - S:-
melakukan aktivitas. - O : Saat sesak muncul, pasien sangat gelisah.
3 06.10 Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah - S:-
stimulasi. - O : Membatasi jam besuk pasien dan tidak boleh
ada yang menunggu pasien diruang ICU.
1 07.05 Memonitor status hemodinamik - S:-
- O : TD= 118/68 mmHg, N: 101x/m, RR: 24x/m,
SpO2: 100%.
2 07.10 Memonitor balance cairan - S:-
- O : Intake – (output+iwl) 40 - 31 = +9
1 08.00 Monitor pola napas. - S:-
- O : Pola napas teratur, cepat.
2 08.01 Monitor frekuensi, irama, kedalaman napas. - S:-
- O : RR: 26x/m, irama napas cepat.
2 08.05 Monitor adanya sumbatan jalan napas. - S:-
- O : Tidak ada sumbatan jalan napas, jalan napas
24
No Dx Jam Implementasi Respon TTD
paten.
2 08.08 Palpasi kesimetrisan ekspansi paru. - S:-
- O : Ekspansi dinding dada simetris.
2 08.12 Auskultasi bunyi napas. - S:-
- O : Bunyi napas vesikuler, tidak adanya bunyi
napas tambahan.
2 08.13 Monitor saturasi oksigen. - S:-
- O : SpO2 : 99%.
1 08.15 Monitor sputum. - S:-
- O : Terdapat sputum, warna sputum kecoklatan
lendir, 50cc.
1 08.16 Berikan oksigen. - S:-
- O : Terpasang O2 NRM 12 lpm.
1 09.00 Lakukan suction, jika perlu. - S:-
- O : Terdapat sputum 50 cc.
25
No Dx Jam Implementasi Respon TTD
2 12.01 Monitor frekuensi, irama, kedalaman napas. - S:-
- O : RR: 26x/m, irama napas cepat.
1 14.00 Memonitor status hemodinamik - S:-
- O : TD= 118/80 mmHg, N: 105x/m, RR: 24x/m,
SpO2: 100%.
2 14.01 Memonitor balance cairan - S:-
- O : Intake – (output+iwl) 320 - 448 = -128
1 16.00 Monitor sputum. - S:-
- O : Terdapat sputum, warna sputum kecoklatan
lendir, 50cc.
1 16.05 Berikan oksigen. - S:-
- O : Terpasang O2 NRM 12 lpm.
3 18.00 Monitor kelelahan fisik dan emosional. - S:-
- O : Pasien tampak kelelahan saat sesak muncul.
3 18.05 Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama - S:-
melakukan aktivitas. - O : Saat sesak muncul, pasien sangat gelisah.
3 18.10 Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah - S:-
stimulasi. - O : Membatasi jam besuk pasien dan tidak boleh
ada yang menunggu pasien diruang ICU.
1 18.11 Memonitor status hemodinamik - S:-
- O : TD= 120/78 mmHg, N: 99x/m, RR: 22x/m,
SpO2: 100%.
2 18.15 Memonitor balance cairan - S:-
- O : Intake – (output+iwl) 680 - 1003 = -323
26
No Dx Jam Implementasi Respon TTD
SpO2: 100%.
2 20.10 Memonitor balance cairan - S:-
- O : Intake – (output+iwl) 760 - 1034 = -274
1 22.00 Monitor sputum. - S:-
- O : Terdapat sputum, warna sputum kecoklatan
lendir, 50cc.
1 22.05 Berikan oksigen. - S:-
- O : Terpasang O2 NRM 12 lpm.
3 23.00 Monitor kelelahan fisik dan emosional. - S:-
- O : Pasien tampak kelelahan saat sesak muncul.
3 23.05 Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama - S:-
melakukan aktivitas. - O : Saat sesak muncul, pasien sangat gelisah.
3 23.10 Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah - S:-
stimulasi. - O : Membatasi jam besuk pasien dan tidak boleh
ada yang menunggu pasien diruang ICU.
1 24.05 Memonitor status hemodinamik - S:-
- O : TD= 112/80 mmHg, N: 78x/m, RR: 24x/m,
SpO2: 100%.
2 24.10 Memonitor balance cairan - S:-
- O : Intake – (output+iwl) 760 - 1034 = -274
15 April 2021
1 02.00 Monitor pola napas. - S:-
- O : Pola napas teratur.
2 02.01 Monitor frekuensi, irama, kedalaman napas. - S:-
- O : RR: 24x/m, irama napas cepat
1 02.05 Memonitor status hemodinamik - S:-
- O : TD= 120/72 mmHg, N: 94x/m, RR: 24x/m,
SpO2: 100%.
2 02.10 Memonitor balance cairan - S:-
- O : Intake – (output+iwl) 1100 - 1210 = -110
1 04.00 Monitor sputum. - S:-
27
No Dx Jam Implementasi Respon TTD
- O : Sputum berkurang.
1 04.05 Berikan oksigen. - S:-
- O : Terpasang O2 NRM 12 lpm.
3 06.00 Monitor kelelahan fisik dan emosional. - S:-
- O : Pasien tampak kelelahan saat sesak muncul.
3 06.05 Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama - S:-
melakukan aktivitas. - O : Saat sesak muncul, pasien sangat gelisah.
3 06.10 Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah - S:-
stimulasi. - O : Membatasi jam besuk pasien dan tidak boleh
ada yang menunggu pasien diruang ICU.
1 07.05 Memonitor status hemodinamik - S:-
- O : TD= 118/73 mmHg, N: 105x/m, RR: 22x/m,
SpO2: 100%.
1 08.00 Monitor pola napas. - S:-
- O : Pola napas teratur, cepat.
2 08.01 Monitor frekuensi, irama, kedalaman napas. - S:-
- O : RR: 22x/m, irama napas cepat.
2 08.05 Monitor adanya sumbatan jalan napas. - S:-
- O : Tidak ada sumbatan jalan napas, jalan napas
paten.
2 08.08 Palpasi kesimetrisan ekspansi paru. - S:-
- O : Ekspansi dinding dada simetris.
28
No Dx Jam Implementasi Respon TTD
1 08.16 Berikan oksigen. - S:-
- O : Terpasang O2 NRM 12 lpm.
1 09.00 Lakukan suction, jika perlu. - S:-
- O : Terdapat sputum 50 cc.
1 09.05 Posisikan semi fowler atau fowler. - S:-
- O : Pasien tampak sesak.
3 09.30 Monitor kelelahan fisik dan emosional. - S:-
- O : Pasien tampak kelelahan saat sesak muncul.
3 09.35 Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama - S:-
melakukan aktivitas. - O : Saat sesak muncul pasien tampak gelisah.
3 09.37 Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah - S:-
stimulasi. - O : Membatasi jam besuk pasien.
1 10.00 Memonitor status hemodinamik - S:-
- O : TD= 112/80 mmHg, N: 93x/m, RR: 24x/m,
SpO2: 99%.
2 10.01 Memonitor balance cairan - S:-
- O : Intake – (output+iwl) 160 - 124 = +36
1 12.00 Monitor pola napas. - S:-
- O : Pola napas teratur.
2 12.01 Monitor frekuensi, irama, kedalaman napas. - S:-
- O : RR: 24x/m, irama napas cepat.
1 14.00 Memonitor status hemodinamik - S:-
- O : TD= 116/78 mmHg, N: 98x/m, RR: 22x/m,
SpO2: 100%.
2 14.01 Memonitor balance cairan - S:-
- O : Intake – (output+iwl) 320 - 448 = -128
EVALUASI
29
No
Tanggal EVALUASI (SOAP) PARAF
Dx
13 April 1 - S:- Arius
2021 - O : KU sedang, somnolen, RR: 24x/m, tidak terdapat bunyi wheezing, TD: 130/80 mmHg, sianosis
berkurang.
- A : Masalah keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif belum teratasi.
- P : Monitor KU, TTV, monitor adanya sumbatan jalan napas atau sputum, monitor frekuensi napas,
monitor saturasi oksigen monitor bunyi napas tambahan.
2 - S:- Arius
- O : KU sedang, somnolen, takipnea, menggunakan otot bantu pernapasan dan cuping hidung, TD=
118/75 mmHg, N: 98x/m, RR: 24x/m, SpO2: 100%.
- A : Masalah keperawatan gangguan pertukaran gas belum teratasi.
- P : Monitor KU, TTV, manajemen airway, monitor pola napas, monitor saturasi oksigen, pertahankan
posisi fowler, berikan oksigen 12 lpm dengan NRM.
3 - S:- Arius
- O : KU cukup, kesadaran somnolen, pasien tampak lemas dan lelah saat sesak napas.
- A : Masalah keperawatan intoleransi aktivitas belum teratasi.
- P : Monitor KU, TTV, batasi aktivitas yang memperberat sesak napas.
30
No
Tanggal EVALUASI (SOAP) PARAF
Dx
monitor saturasi oksigen monitor bunyi napas tambahan.
2 - S:-
- O : KU sedang, somnolen, takipnea, menggunakan otot bantu pernapasan dan cuping hidung, TD:
118/80 mmHg, N: 105x/m, RR: 24x/m, SpO2: 100%.
Arius
- A : Masalah keperawatan gangguan pertukaran gas belum teratasi.
- P : Monitor KU, TTV, manajemen airway, monitor pola napas, monitor saturasi oksigen, pertahankan
posisi fowler, berikan oksigen 12 lpm dengan NRM.
3 - S:- Arius
- O : KU cukup, kesadaran somnolen, pasien tampak lemas dan lelah saat sesak napas.
- A : Masalah keperawatan intoleransi aktivitas belum teratasi.
- P : Monitor KU, TTV, batasi aktivitas yang memperberat sesak napas.
15 April 1 - S:- Arius
2021 - O : KU sedang, somnolen, RR: 22x/m, tidak terdapat bunyi wheezing, sputum berkurang.
- A : Masalah keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif belum teratasi.
- P : Monitor KU, TTV, monitor adanya sumbatan jalan napas atau sputum, monitor frekuensi napas,
monitor saturasi oksigen monitor bunyi napas tambahan.
2 - S:-
- O : KU sedang, somnolen, takipnea, menggunakan otot bantu pernapasan dan cuping hidung sudah
berkurang, TD= 116/78 mmHg, N: 98x/m, SpO2: 100%.
- A : Masalah keperawatan gangguan pertukaran gas belum teratasi.
- P : Monitor KU, TTV, manajemen airway, monitor pola napas, monitor saturasi oksigen, pertahankan
31
No
Tanggal EVALUASI (SOAP) PARAF
Dx
posisi fowler, berikan oksigen 12 lpm dengan NRM.
3 - S:- Arius
- O:-
- A : Masalah intoleransi aktivitas belum teratasi.
- P : Hentikan intervensi.
32
DAFTAR PUSTAKA
Herdman, T.H & Kamitsuru, S. (2014). Nursing Diagnosis Definitions and Classification
2015-2017. 10th Ed. Oxford: Willey Blackwell.
Kitong, et al. (2019). Pengaruh Tindakan Penghisapan Lendir Endotrakeal Tube (Ett)
Terhadap Kadar Saturasi Oksigen Pada Pasien Yang Dirawat Di Ruang Icu Rsup
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Manado: Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
Septimar, Z.M., Novita, A.R. (2018). Pengaruh Tindakan Penghisapan Lendir (Suction)
terhadap Perubahan Kadar Saturasi Oksigen pada Pasien kritis di ICU.
Tangerang: Program Studi Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan YATSI
Tangerang
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Wiyoto. 2010, April. Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Prosedur Suction
Dengan Perilaku Perawat Dalam Melakukan Tindakan Suction di ICU Rumah
Sakit dr. Kariadi Semarang (Online), (http://digilib.unimus.ac.id/ gdl.php?
mod=browse&op=read=jtptunimus-gdl-wiyotog2a2-5560, diakses tanggal 8
November 2020, jam 19.43 WIB
33