Disusun Oleh :
Siti Subekti
NIM. A32020251
1
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN
KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT PADA Ny. S DENGAN
MASALAH KEPERAWATAN UTAMA: HIPERVOLUMIA DENGAN
DIAGNOSA CRONIC KEDNEY DESEASE
DI RUANG CEMPAKA RSUD DR. SOEDIRMAN KEBUMEN
Hari :.........................................................
Tanggal :.........................................................
Pembimbing Akademik
2
LAPORAN PENDAHULUAN
KELEBIHAN VOLUME CAIRAN
A. Pengertian Cairan
Cairan adalah volume air bisa berupa kekurangan atau kelebihan air. Air
tubuh lebih banyak meningkat tonisitus adalah terminologi guna perbandingan
osmolalitas dari salah satu cairan tubuh yang normal. Cairan tubuh terdiri dari
cairan eksternal dan cairan internal. Sedangkan Elektrolit adalah substansi
yang menyebabkan ion kation (+) dan anion (-).
B. Fungsi Cairan
1. Mempertahnkan panas tubuh dan pengaturan temperature tubuh.
2. Transport nutrient ke sel
3. Transport hasil sisa metabolism
4. Transport hormone
5. Pelumas antar organ
6. Memperthanakan tekanan hidrostatik dalam system kardiovaskuler.
(Tarwoto & Wartonah, 2010)
C. Keseimbangan Cairan
Keseimbangan cairan ditentukan oleh intake dan output cairan. Intake
cairan berasal dari minuman dan makanan. Kebutuhan cairan setiap hari antara
1.800 – 2.500 ml/hari. Sekitar 1.200ml berasal dari minuman dan 1.000 ml
dari makanan. Sedangkan pengeluaran cairan melalui ginjal dalambentuk
urine 1.200-1.500 ml/hari, paru-paru 300-500 ml, dan kulit 600-800 ml
(Tarwoto & Wartonah, 2010).
3
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit
Beberapa faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit,
diantaranya adalah usia, temperatur lingkungan, diet, stres, dan sakit.
1. Usia
Variasi usia berkaitan dengan luas perkembangan tubuh, metabolism yang
diperlukan dan berat badan.
2. Temperatur Lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat
kehilangan NaCl melalui keringat sebanyak 15-30 g/hari.
3. Diet
Pada saat tubuh kekurangan niutrisi, tubuh akan memecah cadangan
energi, proses ini menimbulkan pergerakan carian dari interstitial ke
intraseluler.
4. Stres
Stres dapat menimbulkan paningkatan metabolism sel, konsentrasi darah
dan glikolisis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan
air. Proses ini dapat meningkatkan produksi ADH dan menurunkan
produksi urine.
5. Sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjaldan jantung,
gangguan hormon akan mengganggu keseimbangan cairan.
4
F. Masalah keseimbangan cairan
1. Hipovolemik
Adalah kondisi akibat kekurangan volume Cairan Ekstraseluler
(CES), dan dapat terjadi karena kehilangan melalui kulit, ginjal,
gastrointestinal, pendarahan sehingga menimbulkan syok hipovolemik.
Mekanisme kompensasi pada hipovolemik adalah peningkatan rangsangan
saraf simpatis (peningkatan frekuensi jantung, kontraksi jantung, dan
tekanan vaskuler), rassa haus, pelepasan hormone ADH dan adosteron.
Hipovolemik yang berlangsung lama dapat menimbulkan gagal ginjal
akut.
Gejala : pusing, lemah, letih, anoreksia, mual, muntah, rasa haus,
gangguan mental, konstipasi dan oliguri, penurunan tekanan darah, HR
meningkat, suhu meningkat, turgor kulit menurun, lidah kering dan kasar,
mukosa mulut kering. Tanda – tanda penurunan berat badan akut , mata
cekung pengosongan vena jugularis. Pada bayi dan anak – anak adanya
penurunana jumlah air mata.
2. Hipervolemia
Adalah penambahan/kelebihan volume cairan CES dapat terjadi
pada saat :
a. Stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air
b. Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air
c. Kelebihan pemberian cairan
d. Perpindahan CIT ke plasma.
Gejala : sesak nafas, peningkatan dan penurunan tekanan darah, nadi kuat,
asites, edema, adanya ronchi, kulit lembab, distensi vena leher dan irama
gallop (Tarwoto & Wartonah, 2010).
5
1. Ginjal
a. Merupakan pengatur utama keseimbangan cairan yang menerima 170
liter darah untuk disaring setiap hari.
b. Produksi urine untuk semua usia 1 ml/kg/jam
c. Pada orang dewaasa produksi urine sekitar 1,5 liter/hari.
d. Jumlah urine yang dipprosuksi oleh ADH dan Aldosteron.
2. Kulit
a. Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis yang
menerima rangsang aktivitas kelenjar keringat
b. Rangsangan kelenjar keringat dapat dihasilkan dari aktivitas otot,
temperatur lingkungan yang meningkat dan demam.
c. Disebut Insimsible Water Loss (IWL) sekitar 15 – 20 ml/24 jam.
3. Paru – paru
a. Menghasilkan IWL sekitar 400 ml/hari
b. Meningkatkan cairan yang hilang sebagai respon terhadap perubahan
kecepatan dan kedalaman nafas akibat pergerakan atau demam.
4. Gastrointestinal
a. Dalam kondisi normal cairan yang hilang dari gastrointestinal setiap
hari sekitar 100 – 200 ml.
b. Perhitungan IWL secara keseluruhan adalah 10 – 15 cc/kg BB/24 jam,
dengan kenaikan 10 % dari IWL pada setiap kenaikan suhu 1O C.
(Tarwoto & Wartonah, 2010)
H. Pengaturan Elektrolit
Macam-macam elektrolit diantaranya yaitu natrium (sodium), kalium
(potassium), kalsium, magnesium, chlorida, bikarbonat, dan fosfat:
6
a. Natrium (sodium)
1) Merupakan kation paling banyak yang terdapat pada Cairan Ekstrasel
(CES)
2) Na+ mempengaruhi keseimbangan air, hantaran implus saraf dan
kontraksi otot.
3) Sodium diatur oleh intake garam aldosteron, dan pengeluaran urine.
Normalnya sekitar 135-148 mEq/lt.
b. Kalium (potassium)
1) Merupakan kation utama dalam CIS
Berfungsi sebagai excitability neuromuskuler dan kontraksi otot.
2) Diperlukan untuk pembentukan glikogen, sintesa protein, pengaturan
keseibangan asam basa, karena ion K+ dapat diubah menjadi ion H+.
Nilai normalnya sekitar 3,5-5,5 mEq/lt.
c. Kalsium
1) Berguna untuk integritas kulit dan struktur sel, konduksi jantung,
pembekuan darah, serta pembentukan tulang dan gigi.
2) Kalsium dalam cairan ekstrasel diatur oleh kelenjar paratiroid dan
tiroid.
3) Hormon paratiroid mengarbsopsi kalsium melalui gastrointestinal,
sekresi melalui ginjal.
4) Hormon thirocaltitonin menghambat penyerapan Ca+ tulang.
d. Magnesium
Merupakan kation terbanyak kedua pada cairan intrasel. Sangat
penting untuk aktivitas enzim, neurochemia, dan muscular excibility.
Nilai normalnya sekitar 1,5-2,5 mEq/lt.
e. Chlorida
Terdapat pada CES dan CIS, normalnya sekitar 95-105 mEqlt.
f. Bikarbonat
1) HCO3 adalh buffer kimia utama dalam tubuh dan terdapat pada cairan
CES dan CIS.
7
2) Bikarbonat diatur oleh ginjal.
g. Fosfat
1) Merupakan anion buffer dalam CIS dan CES
2) Berfungsi untuk meningkatkan kegiatan neuromuskuler, metabolism
karbohidrat, dan pengaturan asam basa.
3) Pengaturan oleh hormone parathyroid.
(Tarwoto & Wartonah, 2010)
DAFTAR PUSTAKA
Kozier, dkk. 2010. Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses, dan
8
praktik Volume 2, Edisi 7. Jakarta : EGC.
Tarwoto & Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses
Keperawatan Edisi 4. Salemba Medika: Jakarta
Repository USU. BAB 2 PENGELOLAAN KASUS. http://repository.usu.ac.id/
bitstream/123456789/45296/4/Chapter%20II.pdf (Diunduh tanggal 19 Mei
2017)
Wilkinson, J. M. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Kriteria Hasil
(NOC ) dan Intervensi (NIC). EGC: Jakarta
9
LAPORAN PENDAHULUAN
10
Penurunan berat jenis
urine
Penurunan status
menta
Perubahan tekanan
arteri pulmonal
Reflek hepatojuguaris
meningkat
11
4. Patofisiologi dan pathway
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk
glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa
nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi
volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam
keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan
ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan
yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi
berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena
jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi
produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi
lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira
fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang
demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih
rendah itu. ( Barbara C Long, 1996).
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang
normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi
uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan
produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia
membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 2001).
a. Penurunan GFR
Penurunan GFR dapat dideteksi dengan mendapatkan urin 24 jam untuk
pemeriksaan klirens kreatinin. Akibat dari penurunan GFR, maka
klirens kretinin akan menurun, kreatinin akan meningkat, dan nitrogen
urea darah (BUN) juga akan meningkat.
2. DATA OBYEKTIF
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan Umum (KU) : Sedang
2) Kesadaran : Composmentis (GCS 15)
3) TD : TD: 170/90 mmHg
4) Nadi : N:96x/menit,
5) RR : 28x/menit
6) Suhu : 36.5 oC
b. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala : Tidak ada jejas
2) Mata : Pupil isokor, diameter pupil kanan : 3 mm, kiri : 3 mm.
Konjungtiva anemis, sclera non icterik.
3) Hidung : Bentuk simetris, tidak ada perdarahan
4) Mulut : Bentuk simetris, tidak ada pendarahan, mukosa bibir
lembab, gigi utuh.
5) Telinga : Bentuk simetris, bersih, tidak ada perdarahan, tidak ada
edema
6) Leher : Vena jugularis tidak ada pembesaran
7) Dada
a) Paru-paru
Inspeksi :Bentuk dada simetris, irama nafas reguler, tidak
Ada bekas luka, tidak ada otot bantu nafas.
Palpasi :Tidak ada massa atau odem, tidak ada nyeri tekan,
pengembangan dada normal
Perkusi : Suara redup pada kedua lapang paru.
Auskultasi : Suara nafas pada kedua paru ronkhi.
Data Tambahan Lainnya:
Penggunaan O2 via Nasal kanul 8 l/menit
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : redup
Auskultasi : S1 dan S2 normal
8) Abdomen
Inspeksi : tidak ada jejas
Auskultasi : bising usus 20x/menit
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : timpani
9) Ektermitas
a) Atas : tangan kiri terpasang IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
b) Bawah : berfungsi dengan baik, oedema kaki kanan dan kiri
10) Kulit : kering kehitaman
11) Genetalia : pasien tidak BAK
3. HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM
No Jenis Pemeriksaan Nilai Normal Hasil Kesimpulan
1 Leukosit 3.8-10.6 7.50 Normal
2 Hemoglobin 13.2-17.3 7.20 Normal
3 MCHC 32-36 28 Kadar Hb dalam tiap sel
darah merah lebih rendah
dari normal
4 Creatinin 0.9-1.3 6.84 Dehidrasi atau fungsi ginjal
terganggu
B. ANALISA DATA
N Data Fokus Masalah Penyebab Diagnosa
o Keperawatan
1 DS: tek. vena Oedema Pola napas
- Pasien mengatakan pulmonalis pulmo tidak efektif
napasnya sesak naik b.d posisi
- Pasien mengatakan tubuh yang
nafasnya lebih kapiler paru menghambat
enak ketika duduk naik ekspansi paru
DO: (D.0005).
- Terdapat pernapasan perubahan
cuping hidung pola nafas
- Terdapat penggunaan
otot bantu pernapasan
- Pola napas
Cepat/takipneu
- RR: 28 x/menit
- Fase ekspirasi lebih
Panjang dibandingkan
inspirasi
- Terdapat suara ronkhi
2 DS: aliran darah retensi Na Hipervolemi
Pasien mengatakan napasnya ginjal turun & H2O b.d gangguan
terasa sesak naik Mekanisme
Pasien mengatakan selama di RAA turun regulasi
rumah kencingnya sedikit (D.0022).
(oliguria) retensi Na
- Hb turun: 7.2 gr/dL & H2O naik
- Ht turun: 26 %
- Oliguria kelebihan
- Frekuensi napas 28 x/menit vol. cairan
- Terdengar suara napas
tambahan ronkhi
- Hasil pemeriksaan thoraks:
edema pulmonal
- Suara jantung S1 & S2,
frekuensi ireguler.
- BC: Input – output :1106-
1000 = +106 cc
- Terdapat edema di kaki +2
3 DS: - produksi Hb Hemoglob Perfusi perifer
DO: turun in turun tidak efektif
- Akral teraba dingin b.d penurunan
- Warna kulit pucat oksihemogl konsentrasi
- CRT > 2 detik obin turun hb.(D.0009)
- Hb: 7,2 gr/dL
- Ht: 26 % suplai O2
- Eritrosit: 3,00 10˄6/µL turun
- Turgor kulit menurun
perfusi
jaringan
j. PRIORITAS DIAGNOSA
Hipervolemi b.d gangguan Mekanisme regulasi (D.0022).
Pola napas tidak efektif b.d posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
(D.0005).
Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi hb.(D.0009)
PERENCANAAN (INTERVENSI KEPERAWATAN)
No. Tanggal Diagnose Tujuan dan Intervensi
Dx ditemuka Keperawatan Kriteria
n Hasil
1 2-1-2021
14.00 Pola napas Setelah dilakukan 1.1 Monitor pola
tidak intervensi 3 x 24 napas (frekuensi,
efektif b.d jam maka pola kedalaman, usaha
posisi napas membaik, napas)
tubuh yang dengan kriteria 1.2 Monitor bunyi napas
menghambat hasil: tambahan
ekspansi paru - Dipsnea 1.3 Monitor sputum
sedang 1.4 Posisikan
- Penggunaan semi- fowler atau
otot bantu fowler
napas sedang 1.5 Berikan minum
- Pernapasan air
cuping hidung hangat
sedang 1.6 Beri oksigen,
- Ortopnea jika perlu
sedang 1.7 Ajarkan batuk efektif
mengalami tanda dan gejala seperti sesak napas, terdapat pernapasan cuping
fakta dan teori yang ada. Berdasarkan data yang ditemukan terdapat kesamaan
dan kesenjangan tanda dan gejala pada pasien yang ditemukan di kenyataannya
dengan tanda dan gejala yang ada pada teori yang dikemukaan pada pasien
kaki, dan mengalami edem paru, terdengar suara napas tambahan ronkhi
Hal ini sesuai dengan teori menurut Doenges (2014), hipervolemia ditandai
CVP (Central Venous Pressure), edema, peningkatan berat badan dalam waktu
ini ditunjang dengan nilai hemoglobin 9,0 g/dL, pengisian kapiler (CRT)> 2
detik, akral teraba dingin, dan warna kulit pucat yang merupakan tanda dari
penyakit anemia.
Pada pasien terjadi perfusi perifer tidak efektif. Hal ini ditunjang dengan
data nilai hemoglobin 7,2 g/dL, akral dingin, warna kulit pucat , CRT > 2
detik.Hal ini sesuai dengan teori Suhardjono (2009), yang menyatakan bahwa
anemia terjadi pada 80-90% pasien PGK, terutama bila sudah mencapai
diferensiasi dan maturasi prekursor eritroid. Keadaan anemia ini terjadi karena
Sukandar (2006), faktor lain yang dapat menyebabkan anemia pada PGK
adalah defisiensi besi defisiensi besi, defisiensi vitamin, penurunan masa hidup
eritrosit yang mengalami hemolisis, dan akibat perdarahan. Tanda dan gejala
yang ditunjukkan antara lain lemas, kelelahan, sakit kepala, masalah dengan
konsentrasi, pucat, pusing, kesulitan bernapas atau sesak napas, dan nyeri dada.
2 Diagnosa
Terdapat 3 diagnosa keperawatan yang muncul pada penyakit ginjal kronik
yang ditegakkan pada pasien yaitu pola napas tidak efektif b.d posisi tubuh
regulasi , perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi hb, deficit
regulasi .
1. Pola napas tdak efektif b.d posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
Pasien mengeluh sesak napas dan pola pernapasan pasien cepat/takipneu,
terdapat bunyi napas tambahan, kulit pucat, terdapat pernapasan cuping hidung.
Tanda dan gejala tersebut biasa muncul pada pasien dengan penyakit ginjal.
Gangguan pertukaran gas terjadi karena adanya edem pada paru sehingga
Menurut pengkaji karena adanya edem paru pada pasien lah yang
mengakibatkan pasien sesak napas sehingga harus dalam posisi duduk untuk
memaksimalkan ventilasi.
3. Hipervolemi b.d gangguan mekanisme regulasi
edema +1, edema paru, dan urin keluar sedikit jika tidak menggunakan bantuan
obat diuretic. Hal ini terjadi karena pada pasien dengan penyakit ginjal kronik
pasien sering merasa kesemutan, hasil pemeriksaan Hb: 7,2 gr/dL, hasil
dingin, CRT > 2 detik, akral dingin, dan turgor kulit menurun, timbul gejala
kulit pucat, CRT> 2 detik, dan turgor kulit menurun. Hal ini disebabkan karena
karena oksigen yang terikat pada hb dan seharusnya dialirkan keseluruh tubuh
3. Intervensi
Intervensi keperawatan yang akan dilakukan pada pasien dengan pola
napas tidak efektif b.d posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru yang
posisikan semi-fowler atau fowler, berikan minum air hangat, dan beri
24 jam dengan harapan bengkak berkurang dengan kriteria hasil: haluaran urin
monitor intake dan output, monitor tanda-tanda vital, batasi asupan cairan dan
garam, ajarkan cara mengukur dan mencatat asupan dan haluaran cairan,
harapan perfusi jaringan perifer adekuat dengan kriteria hasil: warna kulit
membaik, akral membaik, turgor kulit membaik yaiu: periksa sirkulasi perifer,
tekanan darah secara rutin, informasikan tanda dan gejala darurat yang harus
4. Implementasi
Implementasi keperawatan yang dilakukan di hari pertama pada pasien
implementasi yang dilakukan pada pasien yaitu memonitor pola napas pasien
dengan hasil evaluasinya pasien pola napas nya cepat, dengan frekuensi napas
selanjutnya yaitu mendengarkan ada atau tidaknya suara napas tambahan dan
sesak dengan pola napas cepat dan frekuensi napas > 25x/menit, mendengarkan
suara napas tambahan pasien tidak terdengar suara napas tambahan, kemudian
input dan output nya selama 24 jam, mengajarkan batuk efektif, memberikan
air hangat. Pengkaji juga mengajarkan diit yang seharusnya dimakan oleh
pasien yaitu rendah protein dan rendah garam dan jangan makan yang terlalu
5 . Evaluasi
1 Pola napas tidak efektif b.d posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
Hasil evaluasi pasien setelah dilakukan perawatan selama 3 hari hari yaitu
sesak berkurang, penggunaan otot bantu napas tidak ada, pola napas baik dan
CRT < 2 detik, turgor kulit baik, dapat berkomunikasi sesuai dengan orientasi
dan hasil pemeriksaan Hb 8.6 gr/dl dan Ht 25,0 % dan masalah teratasi
Desember 2020
EGC
Jakarta: EGC
Info Media
http://www.depkes.go.id/download.php?
file=download/pusdatin/infodatin/ infodatin%20ginjal
Menular. Yogyakarta:
https://www.persi.or.id/images/2018/data/materi_menkes.pdf