Anda di halaman 1dari 61

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN

ELEKTROLIT PADA Ny. S DENGAN MASALAH KEPERAWATAN


UTAMA: HIPERVOLUMIA DENGAN DIAGNOSA
CRONIC KEDNEY DESEASE
DI RUANG CEMPAKA RSUD DR. SOEDIRMAN KEBUMEN

Disusun untuk memenuhi tugas


Pada Pembelajaran Stase KDP

Disusun Oleh :

Siti Subekti
NIM. A32020251

PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN REGULER B13


STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG
TAHUN AKADEMIK 2021

1
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN
KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT PADA Ny. S DENGAN
MASALAH KEPERAWATAN UTAMA: HIPERVOLUMIA DENGAN
DIAGNOSA CRONIC KEDNEY DESEASE
DI RUANG CEMPAKA RSUD DR. SOEDIRMAN KEBUMEN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners Stase KDP


Program Pendidikan Profesi Ners B STIKES Muhammadiyah Gombong

Telah disahkan pada

Hari :.........................................................

Tanggal :.........................................................

Pembimbing Lahan Mahasiswa

(Siti Nurhayati S. Kep. Ners) (Siti Subekti)

Pembimbing Akademik

(Podho Yuwono, S. Kep. Ns.M.Kep, CWCS )

2
LAPORAN PENDAHULUAN
KELEBIHAN VOLUME CAIRAN

A. Pengertian Cairan
Cairan adalah volume air bisa berupa kekurangan atau kelebihan air. Air
tubuh lebih banyak meningkat tonisitus adalah terminologi guna perbandingan
osmolalitas dari salah satu cairan tubuh yang normal. Cairan tubuh terdiri dari
cairan eksternal dan cairan internal. Sedangkan Elektrolit adalah substansi
yang menyebabkan ion kation (+) dan anion (-).

B. Fungsi Cairan
1. Mempertahnkan panas tubuh dan pengaturan temperature tubuh.
2. Transport nutrient ke sel
3. Transport hasil sisa metabolism
4. Transport hormone
5. Pelumas antar organ
6. Memperthanakan tekanan hidrostatik dalam system kardiovaskuler.
(Tarwoto & Wartonah, 2010)

C. Keseimbangan Cairan
Keseimbangan cairan ditentukan oleh intake dan output cairan. Intake
cairan berasal dari minuman dan makanan. Kebutuhan cairan setiap hari antara
1.800 – 2.500 ml/hari. Sekitar 1.200ml berasal dari minuman dan 1.000 ml
dari makanan. Sedangkan pengeluaran cairan melalui ginjal dalambentuk
urine 1.200-1.500 ml/hari, paru-paru 300-500 ml, dan kulit 600-800 ml
(Tarwoto & Wartonah, 2010).

3
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit
Beberapa faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit,
diantaranya adalah usia, temperatur lingkungan, diet, stres, dan sakit.
1. Usia
Variasi  usia berkaitan dengan luas perkembangan tubuh, metabolism yang
diperlukan dan berat badan.
2. Temperatur Lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat
kehilangan NaCl melalui keringat sebanyak 15-30 g/hari.
3. Diet
Pada saat tubuh kekurangan niutrisi, tubuh akan memecah cadangan
energi, proses ini menimbulkan pergerakan carian dari interstitial ke
intraseluler.
4. Stres
Stres dapat menimbulkan paningkatan metabolism sel, konsentrasi darah
dan glikolisis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan
air. Proses ini dapat meningkatkan produksi ADH dan menurunkan
produksi urine.
5. Sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjaldan jantung,
gangguan hormon akan mengganggu keseimbangan cairan.

(Tarwoto & Wartonah, 2010)

E. Kebutuhan Cairan Menurut Usia dan Berat Badan


No. Umur BB (Kg) Cairan (ml/24jam)
1 3 hari 3,0 250 ─ 300
2 1 tahun 9,5 1150 ─ 3000
3 2 tahun 11,8 1350 ─ 1500
4 6 tahun 20 1800 ─ 2000
5 10 tahun 28,7 2000 ─ 2500
6 14 tahun 45 2200 ─ 2700
7 16 tahun (adult) 54 2200 ─ 2700

4
F. Masalah keseimbangan cairan
1. Hipovolemik
Adalah kondisi akibat kekurangan volume Cairan Ekstraseluler
(CES), dan dapat terjadi karena kehilangan melalui kulit, ginjal,
gastrointestinal, pendarahan sehingga menimbulkan syok hipovolemik.
Mekanisme kompensasi pada hipovolemik adalah peningkatan rangsangan
saraf simpatis (peningkatan frekuensi jantung, kontraksi jantung, dan
tekanan vaskuler), rassa haus, pelepasan hormone ADH dan adosteron.
Hipovolemik yang berlangsung lama dapat menimbulkan gagal ginjal
akut.
Gejala : pusing, lemah, letih, anoreksia, mual, muntah, rasa haus,
gangguan mental, konstipasi dan oliguri, penurunan tekanan darah, HR
meningkat, suhu meningkat, turgor kulit menurun, lidah kering dan kasar,
mukosa mulut kering. Tanda – tanda penurunan berat badan akut , mata
cekung pengosongan vena jugularis. Pada bayi dan anak – anak adanya
penurunana jumlah air mata.
2. Hipervolemia
Adalah penambahan/kelebihan volume cairan CES dapat terjadi
pada saat :
a. Stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air
b. Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air
c. Kelebihan pemberian cairan
d. Perpindahan CIT ke plasma.
Gejala : sesak nafas, peningkatan dan penurunan tekanan darah, nadi kuat,
asites, edema, adanya ronchi, kulit lembab, distensi vena leher dan irama
gallop (Tarwoto & Wartonah, 2010).

G. Cara Pengeluaran Cairan


Pengeluaran cairan terjadi melalui organ ginjal, kulit, paru-paru, dan
gastrointestinal :

5
1. Ginjal
a. Merupakan pengatur utama keseimbangan cairan yang menerima 170
liter darah untuk disaring setiap hari.
b. Produksi urine untuk semua usia 1 ml/kg/jam
c. Pada orang dewaasa produksi urine sekitar 1,5 liter/hari.
d. Jumlah urine yang dipprosuksi oleh ADH dan Aldosteron.
2. Kulit
a. Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis yang
menerima rangsang aktivitas kelenjar keringat
b. Rangsangan kelenjar keringat dapat dihasilkan dari aktivitas otot,
temperatur lingkungan yang meningkat dan demam.
c. Disebut Insimsible Water Loss (IWL) sekitar 15 – 20 ml/24 jam.
3. Paru – paru
a. Menghasilkan IWL sekitar 400 ml/hari
b. Meningkatkan cairan yang hilang sebagai respon terhadap perubahan
kecepatan dan kedalaman nafas akibat pergerakan atau demam.
4. Gastrointestinal
a. Dalam kondisi normal cairan yang hilang dari gastrointestinal setiap
hari sekitar 100 – 200 ml.
b. Perhitungan IWL secara keseluruhan adalah 10 – 15 cc/kg BB/24 jam,
dengan kenaikan 10 % dari IWL pada setiap kenaikan suhu 1O C.
(Tarwoto & Wartonah, 2010)

H. Pengaturan Elektrolit
Macam-macam elektrolit diantaranya yaitu natrium (sodium), kalium
(potassium), kalsium, magnesium, chlorida, bikarbonat, dan fosfat:

6
a. Natrium (sodium)
1) Merupakan kation paling banyak yang terdapat pada Cairan Ekstrasel
(CES)
2) Na+ mempengaruhi keseimbangan air, hantaran implus saraf dan
kontraksi otot.
3) Sodium diatur oleh intake  garam aldosteron, dan pengeluaran urine.
Normalnya sekitar 135-148 mEq/lt.
b. Kalium (potassium)
1) Merupakan kation utama dalam CIS
Berfungsi sebagai excitability neuromuskuler dan kontraksi otot.
2) Diperlukan untuk pembentukan glikogen, sintesa protein, pengaturan
keseibangan asam basa,  karena ion K+ dapat diubah menjadi ion H+.
Nilai normalnya sekitar 3,5-5,5 mEq/lt.
c. Kalsium
1) Berguna untuk integritas kulit dan struktur sel,  konduksi jantung,
pembekuan darah, serta pembentukan tulang dan gigi.
2) Kalsium dalam cairan ekstrasel diatur oleh kelenjar paratiroid dan
tiroid.
3) Hormon paratiroid mengarbsopsi kalsium melalui gastrointestinal,
sekresi melalui ginjal.
4) Hormon thirocaltitonin menghambat penyerapan Ca+ tulang.
d. Magnesium
Merupakan kation terbanyak kedua pada cairan intrasel. Sangat
penting untuk aktivitas enzim, neurochemia, dan muscular excibility.
Nilai normalnya sekitar 1,5-2,5 mEq/lt.
e. Chlorida
Terdapat pada CES dan CIS,  normalnya sekitar 95-105 mEqlt.

f. Bikarbonat
1) HCO3 adalh buffer kimia utama dalam tubuh dan terdapat pada cairan
CES dan CIS.

7
2) Bikarbonat diatur oleh ginjal.
g. Fosfat
1) Merupakan anion buffer dalam CIS dan CES
2) Berfungsi untuk meningkatkan kegiatan neuromuskuler, metabolism
karbohidrat, dan pengaturan asam basa.
3) Pengaturan oleh hormone parathyroid.
(Tarwoto & Wartonah, 2010)

DAFTAR PUSTAKA

Kozier, dkk. 2010. Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses, dan

8
praktik Volume 2, Edisi 7. Jakarta : EGC.
Tarwoto & Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses
Keperawatan Edisi 4. Salemba Medika: Jakarta
Repository USU. BAB 2 PENGELOLAAN KASUS. http://repository.usu.ac.id/
bitstream/123456789/45296/4/Chapter%20II.pdf (Diunduh tanggal 19 Mei
2017)
Wilkinson, J. M. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Kriteria Hasil
(NOC ) dan Intervensi (NIC). EGC: Jakarta

9
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Kelebihan volume cairan b.d. mekanisme pengaturan melemah


Definisi :
Peningkatan retensi cairan isotonik (menurut NANDA, 2015)
Hipervolemia: peningkatan volume cairan intravaskuler, interstitial, dan
atau intraseluler (SDKI,2016).
2. Etiologi
a. Gangguan mekanisme regulasi
b. Kelebihan asupan cairan
c. Kelabihan asupan natirum
d. Gannguan aliran balik vena
e. Efek agen farmakologis ( mis: kortikosteroid, tolutaline,
chlorpromazepine)
3. Batasan karakteristik
 Ada bunyi jantung S3  Gangguan tekanan
 Anasarka darah gelisah
 Ansietas  Hepatomegali
 Asupan melebihi  Ketidakseimbangan
haluaran elektrolit
 Azotezemia  Kongestif pulmonal
 Bunyi nafas tambahan  Oliguria
 Dyspnoe  Ortopnoe
 Dyspnoe nokturnal  Penambahan BB
paroksimal dalam waktu singkat
 Distensi vena jugularis  Peningkatan tekanan
 Effusi pleura vena sentral

 Edema  Penurunan hemoglobin

 Gangguan pola nafas  Penurunan hematokrit

10
 Penurunan berat jenis
urine
 Penurunan status
menta
 Perubahan tekanan
arteri pulmonal
 Reflek hepatojuguaris
meningkat

11
4. Patofisiologi dan pathway
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk
glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa
nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi
volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam
keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan
ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan
yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi
berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena
jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi
produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi
lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira
fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang
demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih
rendah itu. ( Barbara C Long, 1996).
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang
normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi
uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan
produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia
membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 2001).
a. Penurunan GFR
Penurunan GFR dapat dideteksi dengan mendapatkan urin 24 jam untuk
pemeriksaan klirens kreatinin. Akibat dari penurunan GFR, maka
klirens kretinin akan menurun, kreatinin akan meningkat, dan nitrogen
urea darah (BUN) juga akan meningkat.

b. Gangguan klirens renal


Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari
penurunan jumlah glumeruli yang berfungsi, yang menyebabkan
penurunan klirens (substansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh
ginjal)
c. Retensi cairan dan natrium
Ginjal kehilangan kemampuan untuk mengkonsentrasikan atau
mengencerkan urin secara normal. Terjadi penahanan cairan dan
natrium; meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung
kongestif dan hipertensi.
d. Anemia
Anemia terjadi sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak
adequate, memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi, dan
kecenderungan untuk terjadi perdarahan akibat status uremik pasien,
terutama dari saluran GI.
e. Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat
Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan yang saling
timbal balik, jika salah satunya meningkat, yang lain akan turun.
Dengan menurunnya GFR, maka terjadi peningkatan kadar fosfat serum
dan sebaliknya penurunan kadar kalsium. Penurunan kadar kalsium ini
akan memicu sekresi paratormon, namun dalam kondisi gagal ginjal,
tubuh tidak berespon terhadap peningkatan sekresi parathormon,
akibatnya kalsium di tulang menurun menyebabkan perubahan pada
tulang dan penyakit tulang.
f. Penyakit tulang uremik(osteodistrofi)
Terjadi dari perubahan kompleks kalsium, fosfat, dan keseimbangan
parathormon.
Pathway
Terlampir.
5. Fokus pengkajian
1) Pengkajian Riwayat Penyakit :
 Keluhan utama dan alasan pasien datang ke rumah sakit
 Lamanya waktu kejadian samapai dengan dibawa ke rumah sakit
 Tipe cedera, posisi saat cedera dan lokasi cedera
 Gambaran mekanisme cedera dan penyakit yang ada (nyeri)
 Waktu makan terakhir
 Riwayat pengobatan yang dilakukan untuk mengatasi sakit
sekarang,imunisasi tetanus yang dilakukan dan riwayat alergi klien.
Metode pengkajian yang sering dipakai untuk mengkaji riwayat klien :
S  (signs and symptoms)
 tanda dan gejala yang di observasi dan dirasakan klien
A  (Allergis)
 alergi yang dimiliki klien
M  (medications)
 tanyakan obat yang telah diminum klien untuk mengatasi
keluhan
P  (pertinent past medical hystori)
 riwayat penyakit yang di derita klien
L  (last oral intakesolid or liquid)
 makan/minum terakhir, jenis makanan
E  (event leading toinjury or illnes)
 pencetus/kejadian penyebab keluhan
Metode yang sering dipakai untuk mengkaji nyeri :
P  (provoked) :
 pencetus nyeri, tanyakan hal yang menimbulkan dan
mengurangi nyeri
Q  (quality)
 kualitas nyeri
R  (radian)
 arah perjalan nyeri
S  (Skala)
 skala nyeri 1-10
T  (Time)
 lamanya nyeri sudah dialami klien
a. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala : edema muka terutama daerah orbita, mulut bau
khas urine
2) Dada : pernafasan cepat dan dalam, nyeri dada
3) Perut : adanya edema anasarka (ascites)
4) Ekstremitas : edema pada tungkai, spatisitas otot
5) Kulit : sianosis, akral dingin, turgor kulit menurun
b. Pemeriksaan diagnostic
1) Pemeriksaan Urine
a) Volume : Biasanya kurang dari 400 ml / 24 jam atau urine tak
ada (anuria)
b) Warna : Secara abnormal urine keruh mungkin disebabkan oleh
pus bakteri, lemah, partikel koloid, fosfat atau urat.
c) Berat jenis : Kurang dari 1,05 (menetap pada 1,010
menunjukkan kerusakan ginjal berat).
d) Osmolaritas : Kurang dari 300 mosm / kg menunjukkan
kerusakan tubular dan rasio urine serum sering 1 : 1.
e) Klirens Kreatinin : Mungkin agak menurun.stadium satu
CCT(40-70ml/menit), stadium kedua, CCT (20-40ml/menit) dan
stadium ketiga, CCT(5 ml/menit)
f) Natrium : Lebih besar dari 40 g/dl, karena ginjal tidak mampu
mereabsorpsi natrium. (135-145 g/dL)
g) Protein : Derajat tinggi proteinuria (3 – 4 + ) secara kuat
menunjukkan kerusakan glomerulus bila SDM dan fragmen juga
ada.
2) Darah
a) BUN/Kreatinin : Meningkat, biasanya meningkat dalam
proporsi, kadar kreatinin 10 mg/dl. Diduga batas akhir mungkin
rendah yaitu 5
b) Hitung darah lengkap  : Ht  namun pula adanya anemia Hb :
kurang dari 7 – 8 9/dl, Hb untuk perempuan (13-15 g/dL), laki-
laki (13-16 g/dL)
c) SDM : Waktu hidup menurun pada defesiensi eriropoetin 
seperti pada azotemia.
3) GDA   :   
a) PH : penurunan asidosis (kurang dari 7,2) terjadi karena
kehilangan kemampuan ginjal untuk mengekskresi hidrogen dan
amonia atau hasil akhir katabolisme protein. Bikarbonat
menurun PCo2 menurun natrium serum mungkin rendah (bila
ginjal ”kehabisan” natrium atau normal  (menunjukkan status
difusi hipematremia)
b) Kalium : Peningkatan normal (3,5- 5,5 g/dL) sehubungan
dengan rotasi sesuai dengan perpindahan selular (asidosis) atau
pengeluaran jaringan (hemolisis SDM) pada tahap akhir
pembahan EKG mungkin tidak terjadi sampai umum gas
mengolah lebih besar.
c) Magnesium / fosfat meningkat di intraseluler : (27 g/dL), plasma
(3 g/dL), cairan intersisial (1,5 g/dL).
d) Kalsium : menurun. Intra seluler (2 g/dL), plasma darah (5
g/dL), cairan intersisial (2,5 g/dL)
e) Protein (khususnya albumin 3,5-5,0 g/dL) : kadar semua
menurun dapat menunjukkan kehilangan protein melalui urine
pemindahan cairan penurunan pemasukan atau penurunan
sintesis karena asam amino esensial.
f) Osmolalitas serum : lebih besar dari 285 mos m/kg. Sering sama
dengan urine Kub Foto : menunjukkan ukuran ginjal / ureter /
kandug kemih dan adanya obstruksi (batu)
g) Pielogram retrograd  : Menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal
dan ureter
4) Arteriogram ginjal :
Mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravakuler
massa. Sistrouretrografi berkemih : menunjukkan ukuran kandung
kemih, refiuks kedalam ureter, rebonsi.
5) Ultrasono ginjal :
Menentukan ukuran ginjal dan adanya massa. Kista obstruksi pada
saluran kemih bagian atas.
6) Biopsi ginjal :
mungkin dilakukan secara endoskopik untuk menentukan pelvis
ginjal : keluar batu hematuria dan pengangkatan tumor selektif 
7) EKG :
Mungkin abnormal menunjukan ketidak keseimbangan elektrolit
asam/basa.
8) Foto kaki, tengkorak, kolumna spinal, dan tangan : Dapat
menunjukkan deminarilisasi, kalsifikasi.
6. Diagnosa keperawatan
1) Kerusakan perfui jaringan perifer b.d suplai o2 menurun (D.0009)
2) Intoleransi aktivitas b.d keletihan/kelemahan, anemia, retensi produk
sampah dan prosedur dialysis(D.0056) .
3) Pola nafas tidak efektif b.d edema paru, asidosis metabolic,
pneumonitis, perikarditis (D.0005)
4) Hipervolumia b.d penurunan haluan urin, retensi cairan dan
natrium(D.0022).
5) Defisit nutrisi b.d intake makanan yang inadekuat (mual, muntah,
anoreksia dll)(D.0019).
6) Gangguan pertukarn gas b. d oedema pulmo (D.0003)
7) Keletihan b.d anemia (D.0057)
No. Diagnosa (SDKI) Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi (SIKI)
(SLKI)
1 D.0022 L.03020 I.03114
Hipervolemia berhubungan Keseimbangan Cairan Manajemen Hipervolemia
dengan gangguan mekanisme Ekspektasi: meningkat Observasi
regulasi, kelebihan asupan Kriteria hasil: - Periksa tanda dan gejala
cairan, kelebihan asupan - Asupan cairan hipervolemia (mis. Ortopnea, dispnea,
natrium. meningkat edema, JVP/CVP meningkat, refleks
Gejala dan tanda - Haluaran urin hepatojugular positif, suara napas
mayor meningkat tambahan)
Subjektif: - Kelembaban membran - Identifikasi penyebab hipervolemia
1. Ortopnea mukosa meningkat - Monitor status hemodinamik (mis.
2. Dispnea - Asupan makanan Frekuensi jantung, tekanan darah, MAP),
3. Paroxysmal meningkat jika tersedia
nocturnal - Edema menurun - Monitor intake dan output cairan
dyspnea - Dehidrasi menurun - Monitor tanda peningkatan tekanan
(PND) - Asites menurun onkotik plasma (mis. kadar protein dan
Objektif: - Konfusi menurun albumin meningkat)
1. Edema anasarka - Monitor keceptan infus secara ketat
dan/atau - Tekanan darah - Monitor efek samping diuretik (mis.
edema perifer membaik Hipotensi ortostatik,
2. Berat badan meningkat - Denyut nadi radial hipovolemia,hipokalemia, hiponatremia)
dalam waktu singkat membaik Terapeutik
3. JugularVenous Pressure - Tekanan arteri rata- - Timbang berat badan setiap hari pada
(JVP) dan/atau Central Venous rata membaik waktu yang sama
Pressure CVP) meningkat - Membran mukosa - Batasi asupan cairan dan garam
4. Refleks hepatojugular membaik - Tinggikan kepala tempat tidur 30-40
Positif - Mata cekung Edukasi
membaik - Anjurkan melapor jika haluaran urin
Gejala dan tanda minor - Turgor kulit membaik < 0,5 mL/kg/jam dalam 6 jam
Subjektif: - Berat badan membaik - Anjurkan melapor jika BB
(tidak tersedia) bertambah > 1 kgdalam sehari
Objektif: - Ajarkan cara mengukur dan mencatat
Distensi vena jugularis asupan dan haluaran cairan
Terdengar suara napas - Ajarkan cara membatasi cairan
tambahan Kolaborasi
Hepatomegali - Kolaborasi pemberian diuretik
Kadar Hb/Ht turun Kolaborasi penggantian kehilangan kalium
Oliguria akibat diuretik
Intake lebih banyak dari output Kolaborasi pemberian continous renal
(balans cairan positif) replacement therapy (CRRT), jika perlu
Kongesti paru
I.03121 Pemantauan Cairan
Observasi
- Monitor frekuensi dan kekuatas nadi
- Monitor frekuensi napas
- Monitor tekanan darah
- Monitor berat badan
- Monitor waktu pengisian kapiler
- Monitor intake dan output cairan
- Terapeutik
Atur interval waktu pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
D.0003 Gangguan pertukaran L.01003 Pertukaran Gas I.01014 Pemantauan Respirasi
gas berhubungan dengan Ekspektasi: meningkat Observasi
ketidakseimbangan ventilasi- Kriteria hasil - Monitor frekuensi, irama kedalaman
perfusi, perubahan membran - Tingkat kesadaran dan upaya napas
alveolus-kapiler. meningkat - Monitor pola napas (seperti
Gejala dan tanda mayor - Dispnea menurun bradipnea,
Subjektif: - Bunyi napas takipnea, hiperventilasi, Kussmaul,
1. Dispnea tambahan Cheyne-Stokes, Biot, ataksik)
Objektif: menurun - Monitor kemampuan batuk efektif
1. PCO2 meningkat/me - Pusing menurun - Monitor adanya produksi sputum
nurun - Penglihatan kabur - Monitor adanya sumbatan jalan
2. PO2 menurun menurun napas
3. Takikardia - Diaforesis menurun - Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
4. pH arteri - Gelisah menurun - Auskultasi bunyi napas
meningkat/meurun - Napas cuping hidung - Monitor saturasi oksigen
5. Bunyi napas tambahan menurun - Monitor nilai AGD
Gejala dan tanda - PCO2 membaik - Monitor hasil x-ray toraks
minor - PO2 membaik Terapeutik
Subjektif: - Takikardia membaik - Atur interval pemantauan respirasi
1. Pusing - pH arterimembaik sesuai
2. Penglihatan kabur - Sianosis membaik kondisi pasien
- Pola napasmembaik - Dokumentasikan hasil pemantauan
Objektif: - Warna kulit membaik Edukasi
1. Sianosis - Jelaskan tujuan dan prosedur
2. Diaforesis pemantauan
3. Gelisah - Informasikan hasil pemantauan, jika
4. Napas cuping hidung perlu
5. Pola napas abnormal
(cepat/lambat,reguler/iregu I.01026 Terapi Oksigen
ler,dalam/dangkal) Observasi
6. Warna kulit abnormal - Monitor kecepatan aliran oksigen
(mis. pucat,kebiruan) - Monitor posisi alat terapi oksigen
7. Kesadaran menurun - Monitor aliran oksigen secara
periodik dan pastikan fraksi yang
diberikan cukup
- Monitor kemampuan melepaskan
oksigen saat makan
- Monitor tanda-tanda hipoventilasi
- Monitor tanda dan gejala toksikasi
oksigen dan atelaktasis

- Monitor tingkat kecemasan akibat


terapi oksigen
- Monitor integritas mukosa hidung
akibat pemasangan oksigen
Terapeutik
- Bersihkan sekret pada mulut, hidung
da trakea, jika perlu
- Pertahankan kepatenan jalan napas
- Siapkan dan atur peralatan
pemberian
oksigen
- Berikan oksigen tambahan, jika perlu
- Tetap berikan oksigen saat pasien
ditransportasi
- Gunakan perangkat oksigen yang
sesuai dengan tingkat mobilitas pasien
Edukasi
- Ajarkan pasien dan keluarga cara
menggunakan oksigen di rumah
Kolaborasi
- Kolaborasi penentuan dosis oksigen
- Kolaborasi penggunaan oksigen saat
aktivitas dan/atau tidur

D.0056 Intoleransi L.05047 Toleransi I.05178 Manajemen Energi


aktivitas berhubungan Aktivitas Observasi
dengan ketidakseimbangan Ekspektasi: meningkat - Identifikasi gangguan fungsi tubuh
antara suplai dan kebutuhan Kriteria hasil: yang mengakibatkan kelelahan
oksigen. - Frekuensi nadi meningkat - Monitor kelelahan fisik dan
Gejala dan tanda mayor - Saturasi oksigen emosional
Subjektif: meningkat - Monitor pola dan jam tidur
1. Mengeluh lelah - - Kemudahan dalam mengakomodasi aktivitas yang dipilih
Objektif: melakukan aktivitas sehari- -Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mis.
1. Frekuensi jantung hari – meningkat Ambulasi, mobilisasi, dan perawatan diri),
meningkat >20% - - Kecepatan berjalan sesuai kebutuhan
dari kondisi istirahat meningkat Tingkatan aktivitas fisik untuk memelihara
Gejala dan tanda minor - - Jarak berjalan meningkat berat badan
Subjektif: - - Kekuatan tubuh bagian Fasilitasi aktivitas motorik untuk
1. Dispnea saat/setelah atas merelaksasi otot
aktivitas Meningkat
2. Merasa tidak nyaman - Kekuatan tubuh bagian Libatkan keluarga dalam aktivitas, jika
setelah beraktivitas bawah meningkat perlu
3. Merasa lemah - Toleransi dalam menaiki Fasilitasi mengembangkan motivasi dan
Objektif: tangga meningkat penguatan diri
1. Tekanan darah berubah - Keluhan lelah Berikan penguatan positif atas partisipasi
>20% dari kondisi - Dipsnea saat aktivitas dalam aktivitas
istirahat menurun Edukasi
2. Gambaran EKG - Dipsnea setelah aktivitas - Jelaskan metode aktivitas fisik
Menunjukkan aritmia menurun sehari-hari,jika perlu
saat/setelah aktivitas - Perasaan lemah menurun - Ajarkan cara melakukan aktivitas
3. Gambaran EKG - Aritmia saat beraktivitas yang dipilih
Menunjukkan iskemia Menurun - Anjurkan melakukan aktivitas fisik,
4. Sianosis - Aritmia setelah sosial, spiritual, dan kognitif dalam
beraktivitas menjaga fungsi dan kesehatan
Menurun Kolaborasi
- Sianosis menurun - Kolaborasi dengan terapi okupasi
- Warna kulit membaik dalam merencanakan dan memonitor
- Tekanan darah membaik program
- Frekuensi napas membaik aktivitas

- EKG Iskemia membaik


D.0009 Perfusi perifer tidak L.02011 Perfusi I.02079 Perawatan Sirkulasi
Efektif berhubungan Perifer Observasi
dengan penurunan konsentrasi Ekspektasi: meningkat - Periksa sirkulasi periver (mis. Nadi
hemoglobin. Kriteria hasil: perifer, edema, pengisian kapiler, warna,
Gejala dan tanda - Denyut nadi suhu, ankle brachial index)
mayor perifer meningkat - Identifikasi faktor resiko gangguan
Subjektif: - Penyembuhan sirkulasi ( mis. Diabetes, perokok, orang
(tidak tersedia) luka meningkat tua hipertensi dan kadar kolestrol tinggi)
Objektif: - Sensasi Meningkat - Monitor panans, kemerahan, nyeri
1. Pengisian kapiler >3 - Warna kulit pucat atau bengkak pada ekstermitas
detik menurun
Teraupetik
2. Nadi perifer menurun - Edema perifer - Hindari pemasangan infus atau
atau tidak teraba Menurun pengambilan darah di daerah keterbatasan
3. Akral teraba dingin - Nyeri ekstremitas perfusi
4. Warna kulit pucat menurun - Hindari pengukuran tekanan darah
5. Turgor kulit menurun - Parastesia menurun pada ekstermitas dengan keterbatasan
Gejala dan tanda minor - Kelemahan otot perfusi
Subjektif: menurun - Hindari penekanan dan pemasangan
1. Parastesia - Kram otot menurun tourniquet pada area yang cidera
2. Nyeri ekstremitas - Bruit femoralis - Lakukan pencegahan infeksi
(klaudikasi intermiten) menurun - Lakukan perawatan kaki dan kuku
- Nekrosis menurun Edukasi
Objektif: - Pengisian kapiler - Anjurkan berhenti merokok
1. Edema membaik - Anjurkan berolah raga rutin
2. Penyembuhan - Akral membaik - Anjurkan minum obat
luka lambat - Turgor kulit membaik pengontrol tekanan darah secara teratur
3. Indeks ankle- - Tekanan darah - Ajarkan program diet
brachial<0,90 sistolik membaik untuk memperbaiki sirkulasi ( mis.
4. Bruit - Tekanan darah Rendah lemak jenuh, minyak ikam omega
femoralis diastolik membaik - Informasikan tanda dan gejala
- Tekanan arteri rata- darurat yang harus dilaporkan (mis. Raasa
rata membaik sakit yang tidak hilang saat istirahat,
- Indeks ankle- brachial lukatidak sembuh, hilangnya rasa)
membaik
I.06195 Manajemen Sensasi Perifer
Observasi
- Identifikasi penyebab perubahan
sensasi
- Identifikasi penggunaan alat
pengikat, prosthesis, sepatu, dan
pakaian
- Periksa perbedaan sensasi tajam dan
tumpul
- Periksa perbedaan sensasi panas dan
dingin
- Periksa kemampuan
mengidentifikasi lokasi dan tekstur benda
- Monitor terjadinya parestesia-
Monitor perubahan kulit
- Monitor adanya tromboflebitis
dan tromboemboli vena
Teraupetik
- Hindari pemakaian benda-benda
yang berlebihan suhunya (terlalu panas
atau dingin)
Edukasi
- Anjurkan penggunaan
thermometer untuk
menguji suhu air
- Anjurkan penggunaan sarung tangan
termal saat memasak
- Anjurkan memakai sepatu
lembut dan bertumit rendah
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgesik
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.


Jakarta : EGC
Doenges E, Marilynn, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman
Untuk Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3.
Jakarta : EGC
Johnson, Marion . (2000) . Nursing Outcomes Classification / NOC . Missouri :
Mosby Inc.
Nahas, Meguid El & Adeera Levin. Chronic Kidney Disease: A Practical Guide
to Understanding and Management. USA : Oxford University Press. 2010
Kresnawan, Markun. Diet Rendah Protein dan penggunaan Protein Nabati Pada
Penyakit Ginjal Kronik. FKUI-RSCM : Jakarta. Available at:
www.gizi.net/makalah/.../diet_rendah_prot-nabati.pdf
Long, B C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan) Jilid 3. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan
Mc. Closkey, Joane C . (1996) . Nursing Interventions Classification / NIC .
Missouri : Mosby Inc.
NANDA International. (2010) . Diagnosis Keperawatan : definisi dan klasifikasi
2009-2011. Jakarta : EGC .
Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Kllinis
Proses-proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC
Suyono, Slamet. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II.
Jakarta.: Balai Penerbit FKUI
SDKI 2016
SIKI 2016
SLKI 2016
ASUHAN KEPERAWATAN
Tanggal masuk : 31 Januari 2021
Tanggal pengkajian : 02 Desember 2020
Ruang : Cempaka 8B
Pengkaji : Siti Subekti
A. PENGKAJIAN
1. DATA SUBYEKTIF
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 1-1-1957( 63 tahun)
Agama : Islam
Pendidikan :
Pekerjaan : Petani
Alamat : Karanganyar,Buluspesantren
Diagnosis medis : CKD.DM
b. Keluhan Utama
Pasien mengatakan sesak nafas
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan saat ini
Klien masuk ke RS pada tanggal 31 Dsember 2020 dengan keluhan
sesak nafas, kedua kaki bengkak dan badan terasa lemas, BAK(- )
sejak satu minggu sebelum dibawa ke RS.
Saat dilakukan pengkajian pasien memakai nasal kanul 5lpm. Pasien
mengaku sesak saat berbaring dan lebih nyaman ketika dalam posisi
duduk, NRM kanul 10 lpm. Saat dilakukan pengkajian hasil vital sign
yaitu TD: 170/90 mmHg, N:96x/menit, RR:28x/menit, T:36,5o C.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Keluarga mengatakan.terdiagnosa gagal ginjal sejak 2 bulan yang lalu,
dan sudah menjalani HD sebanyak 10 kali, klien mengatakan
mempunyai penyakit DM sudah 5 tahun
3) Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan di dalam keluarganya ada yang memiliki riwayat
diabetes melitus yaitu dari ibunya dan kakak kandung pasien juga
menderita diabetes, untuk penyakit asma, hipertensi, jantung tidak ada
riwayat.
d. Pola Pemenuhan Kebutuhan Dasar Virginia Henderson
1) Pola Oksigenasi
Sebelum sakit : Pasien dapat bernafas dengan normal tanpa alat
bantu pernafasan
Saat dikaji : sesak napas, irama napas cepat, pola abnormal,
terdapat pernapasan cuping hidung, terdapat otot
bantu pernapasan, menggunakan nrm 10 lpm.
2) Pola Nutrisi
Sebelum dirawat : Pasien mengatakan pola makan 3x sehari.
Pasien tidak pernah mengalami gangguan makan,
pasien makan lewat mulut, tidak ada gangguan
menelan, minum ± 1-2 liter perhari
Selama di RS : Pasien mengatakan makan satu porsi tidak habis
3) Pola Eliminasi
Sebelum dirawat : Pasien mengatakan mengalami kesulitan saat
BAK yaitu sudah 1 minggu tidak BAK
Selama di RS : Pasien mengatakan tidak BAK selama seminggu
BAB karena harus memakai pispot
4) Pola Aktivitas
Sebelum dirawat : Sehari-hari pasien dapat melakukan aktivitasnya
secara mandiri
Selama di RS : Sebagian ADL pasien dibantu oleh keluarga dan
perawat
5) Pola Istirahat
Sebelum sakit : Pasien bisa tidur 7-8 jam/hari tanpa gangguan
dan pada siang hari jarang tidur
Saat dikaji : Pasien mengatakan susah tidur semalaman dan
di siang hari juga susah tidur
6) Pola Mempertahankan suhu
Sebelum sakit : Pasien mengatakan jika dingin memakai jaket
dan selimut, jika panas hanya memakai kaos tipis
yang menyerap keringat
Saat dikaji : Pasien hanya memakai baju tipis karena merasa
panas
7) Pola Berpakaian
Sebelum sakit : Pasien mengatakan dapat memakai baju sendiri
Saat dikaji : Pasien membutuhkan bantuan keluarga dalam
mengenakan pakaian
8) Pola Personal Higiene
Sebelum sakit : Pasien mengatakan mandi sendiri 2x sehari
Saat dikaji : Pasien mengatakan hanya diseka badannya 2x
sehari
9) Pola Komunikasi
Sebelum sakit : Pasien mengatakan lancar dalam berkomunikasi
Saat dikaji : Pasien dapat berkomunikasi dengan baik

10) Pola Aman dan Nyaman


Sebelum sakit : Pasien mengatakan lebih nyaman di rumah dengan
anggota keluarga dan lingkungannya
Saat dikaji : Pasien mengatakan tidak nyaman sekarang yang
sering berbaring di tempat tidur rumah sakit, tidak
leluasa
11) Pola Bekerja
Sebelum sakit : Pasien mengatakan bekerja sebagai petani
Selama di RS : Pasien tidak bisa menjalani pekerjaan terlebih
dahulu karena dirawat di RS
12) Pola Spiritual
Sebelum sakit : Pasien mengatakan beragaman Islam dan selalu
sholat 5 waktu dan membaca Al-Qur’an
Saat dikaji : Pasien mengatakan sholat hanya bisa dengan tidur
13) Pola Rekreasi
Sebelum sakit : Pasien mengatakan jarang bepergian bersama
keluarga
Saat dikaji : Pasien mengatakan hanya bisa tiduran dan
terkadang bicara dengan pasien sebelahnya
14) Pola Belajar
Sebelum sakit : Pasien mengatakan tidak tahu penyakit yang
dideritanya
Saat dikaji : Pasien mengatakan tahu tentang penyakitnya
setelah mendapat penjelasan dari dokter

2. DATA OBYEKTIF
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan Umum (KU) : Sedang
2) Kesadaran : Composmentis (GCS 15)
3) TD : TD: 170/90 mmHg
4) Nadi : N:96x/menit,
5) RR : 28x/menit
6) Suhu : 36.5 oC
b. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala : Tidak ada jejas
2) Mata : Pupil isokor, diameter pupil kanan : 3 mm, kiri : 3 mm.
Konjungtiva anemis, sclera non icterik.
3) Hidung : Bentuk simetris, tidak ada perdarahan
4) Mulut : Bentuk simetris, tidak ada pendarahan, mukosa bibir
lembab, gigi utuh.
5) Telinga : Bentuk simetris, bersih, tidak ada perdarahan, tidak ada
edema
6) Leher : Vena jugularis tidak ada pembesaran
7) Dada
a) Paru-paru
Inspeksi :Bentuk dada simetris, irama nafas reguler, tidak
Ada bekas luka, tidak ada otot bantu nafas.
Palpasi :Tidak ada massa atau odem, tidak ada nyeri tekan,
pengembangan dada normal
Perkusi : Suara redup pada kedua lapang paru.
Auskultasi : Suara nafas pada kedua paru ronkhi.
Data Tambahan Lainnya:
Penggunaan O2 via Nasal kanul 8 l/menit
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : redup
Auskultasi : S1 dan S2 normal
8) Abdomen
Inspeksi : tidak ada jejas
Auskultasi : bising usus 20x/menit
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : timpani
9) Ektermitas
a) Atas : tangan kiri terpasang IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
b) Bawah : berfungsi dengan baik, oedema kaki kanan dan kiri
10) Kulit : kering kehitaman
11) Genetalia : pasien tidak BAK
3. HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM
No Jenis Pemeriksaan Nilai Normal Hasil Kesimpulan
1 Leukosit 3.8-10.6 7.50 Normal
2 Hemoglobin 13.2-17.3 7.20 Normal
3 MCHC 32-36 28 Kadar Hb dalam tiap sel
darah merah lebih rendah
dari normal
4 Creatinin 0.9-1.3 6.84 Dehidrasi atau fungsi ginjal
terganggu

4. PEMBERIAN TERAPI OBAT


No Jenis Obat Dosis Waktu Indikasi
Pemberian
1 Ceftriaxone 1000 mg 2x1 Mengobati infeksi pada saluran
kemih
2 Furosemid 20 mg 0-0-1 Diuretik
3 Prorenal 500 mg 3x1 Mengendalikan uremia
4 Bic Nat 50 mg 2x1 Meredakan nyeri
5 Caco 3 500 mg 3x1 Suplemen calsium untuk menambah
calsium.
Amlodipine 10 mg/ Pengobatan pada pasien hipertensi.
24 jam

B. ANALISA DATA
N Data Fokus Masalah Penyebab Diagnosa
o Keperawatan
1 DS: tek. vena Oedema Pola napas
- Pasien mengatakan pulmonalis pulmo tidak efektif
napasnya sesak naik b.d posisi
- Pasien mengatakan tubuh yang
nafasnya lebih kapiler paru menghambat
enak ketika duduk naik ekspansi paru
DO: (D.0005).
- Terdapat pernapasan perubahan
cuping hidung pola nafas
- Terdapat penggunaan
otot bantu pernapasan
- Pola napas
Cepat/takipneu
- RR: 28 x/menit
- Fase ekspirasi lebih
Panjang dibandingkan
inspirasi
- Terdapat suara ronkhi
2 DS: aliran darah retensi Na Hipervolemi
Pasien mengatakan napasnya ginjal turun & H2O b.d gangguan
terasa sesak naik Mekanisme
Pasien mengatakan selama di RAA turun regulasi
rumah kencingnya sedikit (D.0022).
(oliguria) retensi Na
- Hb turun: 7.2 gr/dL & H2O naik
- Ht turun: 26 %
- Oliguria kelebihan
- Frekuensi napas 28 x/menit vol. cairan
- Terdengar suara napas
tambahan ronkhi
- Hasil pemeriksaan thoraks:
edema pulmonal
- Suara jantung S1 & S2,
frekuensi ireguler.
- BC: Input – output :1106-
1000 = +106 cc
- Terdapat edema di kaki +2
3 DS: - produksi Hb Hemoglob Perfusi perifer
DO: turun in turun tidak efektif
- Akral teraba dingin b.d penurunan
- Warna kulit pucat oksihemogl konsentrasi
- CRT > 2 detik obin turun hb.(D.0009)
- Hb: 7,2 gr/dL
- Ht: 26 % suplai O2
- Eritrosit: 3,00 10˄6/µL turun
- Turgor kulit menurun
perfusi
jaringan

j. PRIORITAS DIAGNOSA
Hipervolemi b.d gangguan Mekanisme regulasi (D.0022).
Pola napas tidak efektif b.d posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
(D.0005).
Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi hb.(D.0009)
PERENCANAAN (INTERVENSI KEPERAWATAN)
No. Tanggal Diagnose Tujuan dan Intervensi
Dx ditemuka Keperawatan Kriteria
n Hasil
1 2-1-2021
14.00 Pola napas Setelah dilakukan 1.1 Monitor pola
tidak intervensi 3 x 24 napas (frekuensi,
efektif b.d jam maka pola kedalaman, usaha
posisi napas membaik, napas)
tubuh yang dengan kriteria 1.2 Monitor bunyi napas
menghambat hasil: tambahan
ekspansi paru - Dipsnea 1.3 Monitor sputum
sedang 1.4 Posisikan
- Penggunaan semi- fowler atau
otot bantu fowler
napas sedang 1.5 Berikan minum
- Pernapasan air
cuping hidung hangat
sedang 1.6 Beri oksigen,
- Ortopnea jika perlu
sedang 1.7 Ajarkan batuk efektif

2-1-2021 Hypervolemia Setelah dilakukan 2.1 Periksatanda dan


14.00 b.d gangguan intervensi 3 x 24 Gejala hipervolem
mekanisme jam maka (mis.Ortopnea,dipsnea,edema,
regulasi keseimbangan Suara napas tambahan)
cairan eningkat, 2.2 Identifikasi
dengan kriteria Penyebab hipervolemi
hasil: 2.3 Monitor intake dan
- Haluaran urin output cairan
sedang 2.4 Monitor tanda-tanda
- Kelembapan vital
Membrane 2.5 Batasi asupan cairan
mukosa sedang dan garam
- Edema edang 2.6 Ajarkan cara
- Tekanan arah mengukur dan
Membaik mencatat asupan dan
- Turgor kulit haluaran cairan
Membaik 2.7 Kolaborasi pemberian
- Berat badan diuretik
membaik
2-1-2021 Perfusi perifer Setelah dilakukan 3.1 Periksasirkulasi
14.00 tidak efektif intervensi 3 x 24 perifer (mis. Nadi
b.d maka perfusi perifer,edeme
penurunan perifer pengisian kapiler,
konsentrasi hb meningkat, warna, suhu)
dengan kriteria 3.2 Identifikasi rencana
hasil: transfuse darah
- Warna kulit 3.3 Monitor panas,
pucat kemerahan, nyeri Atau
menurun bengkak pada ekstermitas
- Edema perifer 3.4 Monitor hasil
cukup menurun Laboratorium yang
- Parestesia dibutuhkan
cukup 3.5 Monitor terjadinya
menurun parestesia, jika perlu
- Pengisian 3.6 Lakukan pencegahan
kapiler infeski
membaik 3.7 Anjurkan minum obat
- Akral pengontrol tekanan darah
membaik secara teratur
- Turgor 3.8 Informasikan tanda
kulit dan gejala darurat yang harus
membaik dilaporkan (mis. Rasa sakit
yang tidak hilang saaistirahat,
luka tidak sembuh, hilangnya
rasa)
3.9 Kolaborasi pemberian
transfuse darah
D. PELAKSANAAN (IMPLEMENTASI KEPERAWATAN)
No Tanggal/ Tindakan Keperawatan Evaluasi Tindakan Para
Jam
1 2-1-2021 1.1 Memonitor pola napas Irama napas cepat, frekuensi
14.00 1.2 Mendengarkan ada napas 28x/menit
tidaknya suara napas Terdengar ronkhi dan suara
tambahan tambahan paru
1.3 Menanyakan ada/tidak Sputum keluar lumayan
mengeluarkan dahak banyak
1.4 Memberikan posisi Pasien merasa nyaman
fowler
1.5 Memberikan air
hangat
1.6 Memasangkan nasal
kanul NRM 10 lpm
1.7 Mengajarkan cara
batuk efektif
2 2-1-2021 2.1 Memperiksa tanda Pasien mengalami ortopnea,
14.00 dan gejala hipervolemi dipsnea, edema, dan suara
2.2 Mengidentifikasi napas tambahan ronkhi
penyebab hipervolemi Kemungkinan karena retensi
2.3 Memonitor intake hipervolemi natrium
dan output pasie Minum sekitar 6 sendok
2.4 Membatasi asupan Input: 180ml
cairan dan garam pada pasien (07.00-sekarang)
3.5 Mengukur berat Output: 110ml
badan sekarang)
Pasien BB 45 kg
3.6 Melihat hasil lab Hb: 7,2 gr/dl
pasien Ht: 22 %
3 2-1-2021 2.1 Memperiksa sirkulasi N: 90x/menit
14.00 perifer (mis. Nadi CRT> 2 detik, edema di kaki
edema, pengisian +1, suhu tubuh 36,5 o C
warna, suhu)
2.2 Mengidentifikasi ada rencana transfuse
transfuse darah Darah on HD
2.3 Memoonitor Bengkak pada kaki
kemerahan, nyeri bengkak
pada ekstermitas Hb: 7,2 gr/dL
2.4 Memonitor Ht: 22,0 %
laboratorium dibutuhkan
2.5 Memonitor terjadinya
parestesia, jika perlu Tidak ada
2.6 Melakukan
pencegahan infeski dengan
cuci tangan 6 langkah Pasien mampu melakukan
2.7 Menganjurkan minum cuci tangan 6 langkah
pengontrol tekanan secara
teratur Pasien rutin minum
2.8 Menginformasikan Irbesartan setiap pagi
dan gejala darurat harus
dilaporkan (mis. Rasa sakit Keluarga dan pasien mengerti
yang tidak hilang saat
istirahat, luka tidak sembuh,
hilangnya rasa)

No Tanggal/ Tindakan Keperawatan Evaluasi Tindakan Para


Jam
1 2-1-2021 1.1 Memonitor pola napas Pola napas sedang dengan
14.00 pasien frekuensi 24x/menit
1.2 Memonitor suara Ronkhi berkurang
napas tambahan
1.3 Memonitor sputum Sputum banyak keluar
1.4 Memberikan posisi Pasien nyaman
fowler
1.6 Memberikan nasal
kanulm5lpm
1.7 Mengajarkan batuk
efektif
2 2-1-2021 4.1 Memperiksa tanda Terdapat sesak, ortopnea,
14.00 dan gejala hipervolemi (mis. edema, dan suara ronkhi
Ortopnea, dipsnea, edema,
suara napas tambahan)
4.2 Mengidentifikasi Retensi natrium
penyebab hipervolemi
4.3 Memonitor intake dan Intake: 250ml
output cairan Output: 350 ml
4.4 Memonitor tanda- TD: 160/80 mmHg
tanda vital N: 88x/mrnit
4.5 Membatasi asupan RR: 29x/menit
cairan dan garam T: 36,6 o C
4.6 Mengajarkan cara Pasien mengerti
mengukur dan mencatat Pasien dan keluarga mengerti
asupan dan haluaran cairan
kepada keluarga

4.3 Memonitor intake dan Intake ±5 jam: 200 ml


output pasien Output ±5 jam: 250 ml
4.7 Memberikan Pasien merasa nyaman
furosemide 10mg/jam sirimp-
ump
3 2-1-2021 2.1 Memperiksa sirkulasi N: 90x/menit
14.00 perifer (mis. Nadi perifer, CRT> 2 detik, edema di kaki
edema, pengisian kapiler, +1, suhu tubuh 36,6o C
warna, suhu)
2.2 Mengidentifikasirencana Tidak ada rencana transfuse
transfuse darah Darah
2.3 Memoonitor panas,
kemerahan, nyeri atau Bengkak pada kaki
bengkak pada ekstermitas Hb: 8, 6gr/dL dan Ht: 25,5 %
2.4 Memonitor hasil
Laboratorium yang Tidak ada
dibutuhkan
2.5 Memonitor terjadinya
parestesia, jika perlu
2.6 Melakukan Pasien mampu melakukan
pencegahan infeski dengan cuci tangan 6 langkah
cuci tangan 6 langkah
2.7 Menganjurkan minum Pasien rutin minum
obat pengontrol tekana darah Irbesartan setiap pagi
secara teratur
2.8 Menginformasikan Keluarga dan pasien mengerti
tanda dan gejala darurat
yang harus dilaporkan (mis.
Rasa sakit yang tidak hilang
saat istirahat, luka tidak
sembuh, hilangnya rasa)
No Tanggal/ Tindakan Keperawatan Evaluasi Tindakan Para
Jam
1 2-1-2021 1.1 Memonitor pola napas Irama pernapasan cepat
14.00 pasien dengan frekuensi 27x/menit
1.2 Memonitor suara Terdengar suara ronkhi
napas tambahan
1.3 Memonitor sputum Sputum keluar lumayan
1.4 Memberikan posisi banyak
fowler Pasien merasa nyaman
1.5 Memberikan minum Pasien merasa nyaman
air hangat Pasien mampu melakukan
1.6 Memberikan nasal batuk efektif
kanul 5lpm
1.7 Mengajarkan batuk
efektif

2 2-1-2021 4.3 Memonitor intake dan Intake : 280 ml


15.00 output pasien Output: 300 ml
4.7 Memberikan injeksi
furosemide 20 mg/iv
3 2-1-2021 2.1 Memperiksa sirkulasi Intake ±5 jam: 200 ml
16.00 perifer Output ±5 jam: 250 ml
2.3 Memonitor panas, Pasien merasa nyaman
kemerahan, nyeri, bengkak
pada ekstermitas N: 88x/menit
2.5 Memonitor adanya Edema di kaki, CRT> 2 detik,
kesemutan atau tidak suhu tubuh 36,6
Bengkak pada kaki
Berkurang
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Hari/Jam Diagnosa Evaluasi (SOAP)
Paraf
Keperawatan
2-1-2021 Pola napas tidak S:
16.00 efektif b.d posisi - Pasien mengatakan masih sesak
tubuh yang O:
menghambat - Irama napas cepat
ekspansi paru - RR: 29x/menit
- Terdapat penggunaan otot bantu pernapasan
- Terdapat cuping hidung
A: masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi:
1.1 Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman,
usaha napas)
1.2 Monitor bunyi napas tambahan
1.3 Monitor sputum
1.4 Posisikan semi-fowler atau fowler
1.5 Berikan minum air hangat
1.6 Beri oksigen, jika perlu
1.7 Ajarkan batuk efektif
2-1-2021 Hipervolemi b.d S:
16.00 Gangguan - Pasien mengatakan napas sesak
mekanisme O:
regulasi - RR: 29x/menit
- Terdengar ronkhi
- Pitting edem kaki kanan +1
- Input ±8 jam: 200ml
- Output ±8 jam: 180 ml
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
4.3 Monitor intake dan output cairan
4.4 Monitor tanda-tanda vital
4.7 Kolaborasi pemeberian diuretic dan
tindakan hemodialisa selanjutnya
2-1-2021 Perfusi perifer S:
16.00 efektif b.d - Pasien mengatakan kaki masih sering
penurunan kesemutan
konsentrasi hb O:
- Kulit pucat
- Turgor kulit menurun
- CRT > 2 detik
- Hb: 8,6 gr/dL
- Ht:25,0 %
- Eritrosit: 3,25 10˄6/µL
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi:
2.1 Periksa sirkulasi perifer (mis. Nadi perifer,
edema, pengisian kapiler, warna, suhu)
2.3 Monitor panas, kemerahan, nyeri atau
bengkak pada ekstermitas
2.4 Monitor hasil laboratorium yang dibutihkan
2.5 Monitor terjadinya parestesia, jika perlu
2.9 Kolaborasi pemberian transfuse darah

Hari/Jam Diagnosa Evaluasi (SOAP)


Paraf
Keperawatan
4-1-2021 Pola napas tidak S:
16.00 efektif b.d posisi - Pasien mengatakan sesak tapi sudah tidak
tubuh yang terlalu
menghambat O:
ekspansi paru - RR: 27x/menit
- Terdapat pernapasan cuping hidung
- Irama napas sedang
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi:
1.1 Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman,
usaha napas)
1.2 Monitor bunyi napas tambahan
1.3 Monitor sputum
1.4 Posisikan semi-fowler atau fowler

4-1-2021 Hipervolemi b.d S:


16.00 Gangguan - Pasien mengatakan napas sesak
mekanisme O:
regulasi - RR: 27x/menit
- Terdengar ronkhi berkurang
- Pitting edem kaki kanan +1
- Input ±10 jam: 200ml
- Output ±8 jam: 200 ml
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
4.3 Monitor intake dan output cairan
4.4 Monitor tanda-tanda vital
4.7 Kolaborasi pemeberian diuretic

4-1-2021 Perfusi perifer tidak S:


16.00 Efektif b.d - Pasien mengatakan kaki kadang kesemutan
penurunan O:
konsentrasi hb - Kulit pucat
- Turgor kulit turun
- CRT > 2 detik
- TD:150/80 mmHg
- N: 86x/menit
- RR: 26x/menit
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi:
2.1 Periksa sirkulasi perifer (mis. Nadi perifer,
edema, pengisian kapiler, warna, suhu)
2.3 Monitor panas, kemerahan, nyeri atau
bengkak pada ekstermitas
2.4 Monitor hasil laboratorium yang dibutihkan
2.5 Monitor terjadinya parestesia, jika perlu
2.9 Kolaborasi pemberian transfuse darah
Hari/Jam Diagnosa Evaluasi (SOAP)
Paraf
Keperawatan
5-1-2021 Pola napas tidak S:
16.00 efektif b.d posisi - Pasien mengatkan sesak berkurang dan merasa
tubuh yang lebih enakan
menghambat O:
ekspansi paru - RR: 26x/menit
- Irama napas sedang
- Terdapat pernapasan cuping hidung
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi:
1.1 Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman,
usaha napas)
1.2 Monitor bunyi napas tambahan
1.4 Posisikan semi-fowler atau fowler
1.5 Berikan minum air hangat

5-1-2021 Hipervolemi b.d S:


16.00 Gangguan - Pasien mengatakan sesak berkurang
mekanisme O:
regulasi - Bengkak mulai berkurang
- Kemerahan tidak ada
- Frekuensi napas sedang
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi:
4.3 Monitor intake dan output cairan
4.4 Monitor tanda-tanda vital
4.7 Kolaborasi pemeberian diuretic

5-1-2021 Perfusi perifer tidak S:


16.00 Efektif b.d - Pasien mengatakan kaki sudah jarang
penurunan kesemutan hanya sekali
konsentrasi hb O:
- Turgor kulit baik
- CRT < 2 detik
- TD: 140/90 mmHg
- N: 80x/menit
- RR: 26x/menit
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi:
2.1 Periksa sirkulasi perifer (mis. Nadi perifer,
edema, pengisian kapiler, warna, suhu)
2.3 Monitor panas, kemerahan, nyeri
atau bengkak pada ekstermitas
2.4 Monitor hasil laboratorium yang
dibutuhkan
2.5 Monitor terjadinya parestesia, jika perlu
2.9 Kolaborasi pemberian transfuse darah
BAB III
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil Asuhan Keperawatan yang dilakukan pada subyek


didapatkan diagnose keperawatan pada pasien sesuai dengan prioritas masalah
keperawatan yaitu pola napas tidak efektif , hipervolemi, perfusi perifer tidak
efektif.
1 Pengkajian
Hasil pengkajian gangguan pernapasan pada pasien ditemukan data
subjektif dan objektif. Data subjektifnya yaitu: pasien mengatakan napasnya
sesak dan terengah-engah, sedangkan data objektifnya yaitu: terdapat
pernapasan cuping hidung, terdapat penggunaan otot bantu pernapasan,
kemudian pola napas cepat/takipneu, fase ekpirasi lebih panjang dibandingkan
inspirasi, dan frekuensi napas pasien 28x/menit.
Menurut Mary Baradero (2009) dimana pasien dengan Penyakit Ginjal

mengalami tanda dan gejala seperti sesak napas, terdapat pernapasan cuping

hidung, pola napas abnormal, takipneu, pernapasan kussmaul, terdapat

penggunaan otot bantu pernapasan,sputum yang lengket, dan edema paru

Menurut penulis gangguan pernapasan sering terjadi pada pasien dengan

penyakit ginjal dengan gejala sesak, pernapasan cuping hidung, penggunaan

otot bantu pernapasan, takipneu, fase ekspirasi lebih panjang dibandingkan

inspirasi dikarenakan karena banyak hal, misalnya karena posisi yang

menghambat ekspansi paru, atau adanya penumpukan cairan sesuai dengan

fakta dan teori yang ada. Berdasarkan data yang ditemukan terdapat kesamaan

dan kesenjangan tanda dan gejala pada pasien yang ditemukan di kenyataannya

dengan tanda dan gejala yang ada pada teori yang dikemukaan pada pasien

dengan penyakit ginjal.


Masalah selanjutnya hipervolemi pada pasien mengatakan pasien sesak

dengan frekuensi napas 28 x/menit, dan mengalami edem ekstermitas +1di

kaki, dan mengalami edem paru, terdengar suara napas tambahan ronkhi

Hal ini sesuai dengan teori menurut Doenges (2014), hipervolemia ditandai

dengan penurunan output, oliguria, peningkatan tekanan darah, peningkatan

CVP (Central Venous Pressure), edema, peningkatan berat badan dalam waktu

singkat, edema pulmonal, perubahan pada status mental, kegelisahan,

penurunan hemoglobin/hematokrit, dan ketidakseimbangan elektrolit.

Masalah selanjutnya adalah perfusi perifer tidak efektif berhubungan

dengan penurunan konsentrasi hemoglobin yang terdapat pada pasien .Masalah

ini ditunjang dengan nilai hemoglobin 9,0 g/dL, pengisian kapiler (CRT)> 2

detik, akral teraba dingin, dan warna kulit pucat yang merupakan tanda dari

penyakit anemia.

Pada pasien terjadi perfusi perifer tidak efektif. Hal ini ditunjang dengan

data nilai hemoglobin 7,2 g/dL, akral dingin, warna kulit pucat , CRT > 2

detik.Hal ini sesuai dengan teori Suhardjono (2009), yang menyatakan bahwa

anemia terjadi pada 80-90% pasien PGK, terutama bila sudah mencapai

stadium Anemia terutama disebabkan oleh defisiensi Erythropoietic

Stimulating Factors (ESF). Kemudian menurut National Kidney Foundation

(2002), dalam keadaan normal 90% eritropoietin (EPO) dihasilkan di ginjal

tepatnya oleh juxtaglomerulus dan hanya 10% yang diproduksi di hati.

Eritropoietin mempengaruhi produksi eritrosit dengan merangsang proliferasi,

diferensiasi dan maturasi prekursor eritroid. Keadaan anemia ini terjadi karena

defisiensi eritropoietin yang dihasilkan oleh sel peritubular sebagai respon


hipoksia lokal akibat pengurangan parenkim ginjal fungsional. Lalu menurut

Sukandar (2006), faktor lain yang dapat menyebabkan anemia pada PGK

adalah defisiensi besi defisiensi besi, defisiensi vitamin, penurunan masa hidup

eritrosit yang mengalami hemolisis, dan akibat perdarahan. Tanda dan gejala

yang ditunjukkan antara lain lemas, kelelahan, sakit kepala, masalah dengan

konsentrasi, pucat, pusing, kesulitan bernapas atau sesak napas, dan nyeri dada.

2 Diagnosa
Terdapat 3 diagnosa keperawatan yang muncul pada penyakit ginjal kronik

yaitu gangguan pertukaran gas, hypervolemia, perfusi perifer tidak efektif.

Berdasarkan hasil pengkajian dan analisa data terdapat 3 diagnosa keperawatan

yang ditegakkan pada pasien yaitu pola napas tidak efektif b.d posisi tubuh

yang menghambat ekspansi paru, hipervolemi b.d gangguan mekanisme

regulasi , perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi hb, deficit

nutrisi b.d kurangnya asupan makanan, hipervolemi b.d gangguan mekanisme

regulasi .

1. Pola napas tdak efektif b.d posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
Pasien mengeluh sesak napas dan pola pernapasan pasien cepat/takipneu,

terdapat bunyi napas tambahan, kulit pucat, terdapat pernapasan cuping hidung.

Tanda dan gejala tersebut biasa muncul pada pasien dengan penyakit ginjal.

Gangguan pertukaran gas terjadi karena adanya edem pada paru sehingga

mengganggu fungsi pertukaran gas di alveoli.

Menurut pengkaji karena adanya edem paru pada pasien lah yang

mengakibatkan pasien sesak napas sehingga harus dalam posisi duduk untuk

memaksimalkan ventilasi.
3. Hipervolemi b.d gangguan mekanisme regulasi

Pada pasien mengalami bengkak di ekstermitas bawah dengan pitting

edema +1, edema paru, dan urin keluar sedikit jika tidak menggunakan bantuan

obat diuretic. Hal ini terjadi karena pada pasien dengan penyakit ginjal kronik

mengalami kerusakan ginjal, ginjal tidak mampu memfiltrasi dan

mengeluarkan cairan dalam bentuk urin dengan semestinya sehingga cairan

tersebut mengendap di interstisial.

4. Diagnose keperawatan perfusi perifer tidak efektif

Ditegakkan pada pasien dikarenakan pada pasien timbul gejala seperti

pasien sering merasa kesemutan, hasil pemeriksaan Hb: 7,2 gr/dL, hasil

pemeriksaan Ht: 22,0 %, hasil pemeriksaan Eritrosit: 304 10˄6/µL, akral

dingin, CRT > 2 detik, akral dingin, dan turgor kulit menurun, timbul gejala

seperti hasil pemeriksaan Hb 8, 6gr/dl, pemeriksaan Ht 25,0 %, akral dingin,

kulit pucat, CRT> 2 detik, dan turgor kulit menurun. Hal ini disebabkan karena

sekresi eritropoetin pada ginjal menurun sehingga produksi hb turun dan

oksihemoglobin turun dan mengakibatkan perfusi perifer tidak efektif.

Menurut pengkaji penurunan hb mengakibatkan oksihemoglobin turun,

karena oksigen yang terikat pada hb dan seharusnya dialirkan keseluruh tubuh

tidak berjalan sesuai dengan fungsinya. Ginjal yang terganggu mengakibatkan

sekresi eritropoetin menurun dan produksi hb juga ikut turun sehingga

timbullah masalah perfusi perifer tidak efektif.

3. Intervensi
Intervensi keperawatan yang akan dilakukan pada pasien dengan pola

napas tidak efektif b.d posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru yang

akan dilakukan selama 3 x 24 jam dengan harapan diharapkan pola napas

membaik, Dipsnea sedang, penggunaan otot bantu napas sedang, pernapasan

cuping hidung sedang, ortopnea sedangyaitu: Monitor pola napas (frekuensi,

kedalaman, usaha napas), monitor bunyi napas tambahan, monitor sputum,

posisikan semi-fowler atau fowler, berikan minum air hangat, dan beri

oksigen, jika perlu, ajarkan batuk efektif.

Intervensi keperawatan yang akan dilakukan pada pasien dengan

hipervolemi b.d gangguan mekanisme regulasi yang akan dilakukan selama 3 x

24 jam dengan harapan bengkak berkurang dengan kriteria hasil: haluaran urin

sesuai dengan input, kelembapan membrane mukosa baik, edema berkurang,

tekanan darah membaik, turgor kulit membaik, napasnya membaik yaitu:

periksa tanda dan gejala hypervolemia, identifikasi penyebab hypervolemia,

monitor intake dan output, monitor tanda-tanda vital, batasi asupan cairan dan

garam, ajarkan cara mengukur dan mencatat asupan dan haluaran cairan,

kolaborasi pemberian diuretic.

Intervensi keperawatan pasien dengan perfusi perifer tidak efektif b.d

penurunan konsentrasi hb yang akan dilakukan selama 3 x 24 jam dengan

harapan perfusi jaringan perifer adekuat dengan kriteria hasil: warna kulit

pucat menurun, edema perier menurun, parestesia menurun, pengisian kapiler

membaik, akral membaik, turgor kulit membaik yaiu: periksa sirkulasi perifer,

identifikasi rencana transfuse darah, monitor panas kemerahan, nyer atau


bengkak pada ekstermitas, monitor hasil lab, monitor terjadinya parestesia,

jika perlu, lakukan pencegahan infeksi, anjurkan minum obat pengontrol

tekanan darah secara rutin, informasikan tanda dan gejala darurat yang harus

dilaporkan, kolaborasi pemberian transfusi darah.

4. Implementasi
Implementasi keperawatan yang dilakukan di hari pertama pada pasien

yaitu mengkaji tentang riwayat kesehatan pasien , riwayat kesehatan keluarga,

riwayat kesehatan terdahulu. Pada gangguan pola napas tidak efektif

implementasi yang dilakukan pada pasien yaitu memonitor pola napas pasien

dengan hasil evaluasinya pasien pola napas nya cepat, dengan frekuensi napas

28x/menit, Kemudian menanyakan ada atau tidaknya mengeluarkan dahak

dengan hasil evaluasi pasien tersebut tidak memiliki dahak. Implementasi

selanjutnya yaitu mendengarkan ada atau tidaknya suara napas tambahan dan

hasil evaluasinya pasien tidak terdengar suara napas tambahan. Implementasi

selanjutnya yaitu memberikan posisi fowler atau duduk untuk meaksimalkan

ventilasi dan hasil evaluasinya kedua pasien merasa nyaman.

Pada hari kedua Pengkaji memonitor pernapasan pasien masih mengalami

sesak dengan pola napas cepat dan frekuensi napas > 25x/menit, mendengarkan

suara napas tambahan pasien tidak terdengar suara napas tambahan, kemudian

memasangkan NRM 10 lpm, menidentifikasi bengkak pada pasien, memonitor

input dan output, memonitor tanda-tanda vital, mengajarkan cara mencatat

input dan output nya selama 24 jam, mengajarkan batuk efektif, memberikan

air hangat. Pengkaji juga mengajarkan diit yang seharusnya dimakan oleh
pasien yaitu rendah protein dan rendah garam dan jangan makan yang terlalu

manis, pasien memahami yang telah diajarkan, kemudian menganjurkan untuk

makan sedikit tapi sering.

5 . Evaluasi
1 Pola napas tidak efektif b.d posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru

Hasil evaluasi pasien setelah dilakukan perawatan selama 3 hari hari yaitu

sesak berkurang, penggunaan otot bantu napas tidak ada, pola napas baik dan

frekuensi napas 22x/menit, dapat mendemonstrasikan batuk efektif, sputum

mudah untuk keluar, suara ronkhi mulai berkurang

2. Hipervolemi b.d gangguan mekanisme regulasi


Pada pasien bengkak di kaki sudah berkurang, kencng juga muai banyak,

serta tidak merasakan sesak lagi.

3. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi hb


Hasil evaluasi pada pasien setelah perawatan 3 hari yaitu akral hangat,

CRT < 2 detik, turgor kulit baik, dapat berkomunikasi sesuai dengan orientasi

dan hasil pemeriksaan Hb 8.6 gr/dl dan Ht 25,0 % dan masalah teratasi

sebagian karena pasien mengalami penurunan konsentrasi Hb.


DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC

Allen, Carol Vestal. (1998). Memahami Proses Keperawatan

dengan Pendekatan Latihan. Jakarta: EGC

Bagian Perencanaan. (2017). Profil 2017 Rumah Sakit Umum

Daerah Abdul Wahab Sjahranie. Diunduh pada tanggal 18

Desember 2020

Baradero, Mary, dkk. (2009). Klien Gangguan Ginjal. Jakarta :

EGC

Corwin, Elizabeth J. (2009). Buku Saku Patofisiologi, Ed. 3.

Jakarta: EGC

Hasmi. (2012). Metode Penulisan Epidemiologi. Jakarta: CV. Trans

Info Media

Hidayat Alimul Aziz, A. (2007). Metode Penelitian Keperawatan

dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika

http://www.depkes.go.id/download.php?

file=download/pusdatin/infodatin/ infodatin%20ginjal

%202017.pdfIrwan. (2016). Epidemiologi Penyakit yang Tidak

Menular. Yogyakarta:

DeepublishKementrian Kesehatan Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan. (2018).


Moeloek, F Nila. (2018). Air Bagi Kesehatan: Upaya Peningkatan

Promotif Preventif Bagi Kesehatan Ginjal Di Indonesia. Diunduh

pada tanggal 18 Desember 2020

https://www.persi.or.id/images/2018/data/materi_menkes.pdf

Nuari, Nian A. (2017). Gangguan Pada Sistem Perkemihan &

Penatalaksanaannya, Ed.1. Yogyakarta: Penerbit Deepublish

Anda mungkin juga menyukai