Anda di halaman 1dari 10

Pandangan Islam Terhadap Taharah Dan Ibadah

Di Susun Oleh:
Kelompok 1

1. Asih Nugrahani 6. Syifa Nur Qobidin


2. Ani Muzayanah 7. Sumpeno Adi Prasetyo
3. Priya Dwi Saputra 8. Theresia Febryna Yusvi
Saputri
4. Rina Wiji Astuti 9. Wiwi Khasanah
5. Roger Julian
PENDAHULUAN
Thaharah merupakan miftah (alat pembuka) pintu untuk memasuki
ibadah shalat. Tanpa thaharah pintu tersebut tidak akan terbuka. Tanpa
thaharah ibadah shalat, baik yang fardhu maupun yang sunnah tidak sah.
Karena fungsi thaharah sebagai pembuka, maka setiap muslim yang akan
melaksanakan shalat harus thaharah.
“Perbedaan diantara seorang laki-laki (muslimin dan muslimat)
dengan orang yang kafir yaitu meninggalkan shalat ” (HR. Muslim).
Bagaimana pula bagi orang sakit terhadap pelaksanaan shalat yang
wajib dilaksanakannya? Dan bagaimana cara orang sakit untuk
melaksanakan thaharah/bersuci. Untuk itu kelompok kami ingin
memaparkannya lewat sebuah Kajian Klinik Islaman (KKI) tentang
thaharah dan ibadah/shalat.
TINJAUAN KASUS
Klien Tn. M di rawat di Ruang Teratai Rumah Sakit dr. Soedirman Kebumen dengan keluhan
nyeri pada bagian bawah pusar dan teraba keras. Dilakukan tindakan pemeriksaan tanda-
tanda vital dengan hasil menunjukan TD : 140/90 mmHg, N : 82 x/menit, RR : 20 x/menit, S :
36,6 C. Klien terpasang infus NaCl 0,9 %, dan kateter. Pada pengkajian spiritual didapatkan klien
beragama Islam. Klien menanyakan apabila sholat apakah ibadahnya diterima sedangkan dia
tidak bisa bersuci.
 Nama : Tn. M
 Tanggal lahir : 06 -03- 1951
 Alamat : Wonosari, sadang 03/01 sadang kebumen
 Tanggal masuk : 27 Desember 2020
 Agama : Islam
 Status : Menikah
PEMBAHASAN
Thaharah menurut arti bahasa “suci dan lepas dari kotoran”, dan menurut istilah
syara’ ialah menghilangkan halangan yang berupa hadast atau najis. Kata thaharah
sama dengan “nadlafah” artinya bersih atau suci, sedangkan jika dibaca thuharah
maka berarti ‘kelebihan dari air yang dipergunakan untuk bersuci”.
Secara lahiriah shalat berarti beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai
dengan takbir dan diakhir dengan salam, yang dengannya kita beribadah kepada
Allah menurut syarat - syarat yang telah ditentukan. Adapun secara hakikinya ialah
“berhadapan hati (jiwa) kepada Allah, secara yang mendatangkan takut kepada-Nya
serta menumbuhkan di dalam jiwa rasa kebesarannya dan kesempurnaan
kekuasaan-Nya” atau “mendahirkan hajat dan keperluan kita kepada Allah yang kita
sembah dengan perkataan dan pekerjaan atau dengan kedua - duanya”.
Dalil-dalil Tentang Kewajiban Sholat Dan Taharah
Al-Baqarah: 43
Artinya: ”Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukulah beserta orang – orang
yang ruku.”
Al-Baqarah: 110
Artinya : “Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat dan apa – apa yang Kamu
usahakan dari kebaikan bagi dirimu, tentu kamu akan dapat pahalanya pada sisi
Allah sesungguhnya Allah maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan.
Al –Ankabut : 45
Artinya: “Kerjakanlah shalat, sesungguhnya sholat itu bias mencegah perbuatan
keji dan mungkar”
An-Nur 56
Artinya: “Dan kerjakanlah sholat, berikanlah zakat, dan taat kepada Rasul, agar
supaya kalian semua diberi rahmat
Al – Maidah ayat 2
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman , apabila kamu hendak mengerjakan shalat,
maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu
dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka
mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang
air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka
bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih) , sapulah mukamu dan tanganmu
dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak
membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat;Nya bagimu, supaya kamu
bersyukur. ”
Jenis-jenis Taharah
Thaharah dari najis
Najis dalam hukum syara’ adalah semua benda yang kotor yang mencegah kita
dari melakukan shalat, tawaf, berkhutbah di shalat jum’at dan kegiatan lainnya. Yang
termasuk najis antara lain anjing dan babi, air kencing dan tahi, air mazi dan air
madi, bangkai, darah, nanah dan yang lainnya.
Thaharah dari hadas
Hadas terbagi menjadi hadas kecil dan besar. Hadas kecil adalah perkara-perkara
yang membatalkan wudu dan bisa dihilangkan dengan berwudhu. Sedangkan hadas
besar adalah hal-hal yang dapat menghalani utuk salat, dan diwajibkan mandi besar
untuk menghilangkan hadas besar.
Shalat Bagi Orang Sakit
Shalat walaupun dalam keadaan bagaimanapun harus di kerjakan, namun ada
keringanan tersendiri bagi muslim. Dalam hal sakit dalam fiqih kontemporer
disebutkan beberapa pendapat, yakni:
 Dalam mazhab syafi’iyah dikatakan bahwa: “Barang siapa berhadas secara terus
menerus dia wajib berwudhu di setiap shalat wajib”
 Mazhab Hanafiyah mereka mengatakan: “Tidak wajib berwudhu disetiap shalat,
namun dia wajib berwudhu di setiap waktu shalat”
 Mazhab Malikiyah menyebutkan bahwa: “Dia tidak perlu berwudhu disetiap
waktu shalat berwudhu jika ada yang membatal wudhu saja seperti: keluarair
seni, mengeluarkan tinja, baik shalat wajib maupun shalat sunah”.
 Allah memberikan kemudahan dalam thaharah dalam keadaan darurat , seperti
tidak ada air, atau dalam keadaan udzur yang tidak memperbolehkan terkena air
(sakit), diperbolehkan bersuci dengan cara tayamum.
KESIMPULAN
Orang islam di perbolehkan shalat sesuai dengan keadaan yang dia mampu. Jika
tidak mampu dengan berdiri maka dengan duduk, jika tidak mampu dengan duduk
maka dengan berbaring. Sebelum beribadah/shalat harus bersuci, jika kondisinya
sakit dan tidak memungkinkan untuk berwudhu diperbolehkan dengan tayamum.
Seperti di jelaskan dalam surah Al-Maidah dimana Allah tidak membebani maka
bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih) , sapulah mukamu dan tanganmu
dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak
membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat;Nya bagimu, supaya kamu
bersyukur. Hikmah dari ibadah adalah kita dapat meningkatkan ketaqwaan tehadap
Allah swt dan hidup berdasarkan apa yang Allah perintahkan.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai