Anda di halaman 1dari 68

ANALISIS TERAPI JUS MENTIMUN TERHADAP PENURUNAN TEKANAN

DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI LINGKUNGAN GUSUNGE


TAHUN 2022

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Disusun Oleh:

Hasrini S.Kep
NIM D.21.09.017

STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN AJARAN 2021/2022
ANALISI TERAPI JUS MENTIMUN TERHADAP PENURUNAN TEKANAN
DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI LINGKUNGAN GUSUNGE
TAHUN 2022

KARYA ILMIAH AKHIR NERS


Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Ners Pada Program Studi Profesi
Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba

Disusun Oleh:

Hasrini S.Kep
NIM D.21.09.017

STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN AJARAN 2021/2022

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Ilmiah Akhir Ners Dengan Judul “Analisis Keperawatan Klien An.M Yang Mengalami
Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Di Ruang Perawatan Mawar
RSUD H. Andi Sultan Daeng Radja Bulukumba”
Tanggal 31 Desember S/D 03 Januari
Tahun 2022”

Telah Di Setujui Untuk Diujikan Pada Ujian Sidang Di Hadapan Tim


Penguji Pada Tanggal 17 Februari 2022
Oleh :

SRI SUDARNI KARIM


NIM. D2109035

Pembimbing

Fitriani, S.Kep, Ns, M.Kes

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Ilmiah Akhir Ners Dengan Judul “Analisis Pemberian Terapi Jus Mentimun Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Lingkungan Gusunge
Tanggal 09 Mei S/D 13 Mei Tanggal 31 Desember S/D 03 Januari
Tahun 2022”

Telah Di Setujui Untuk Diujikan Pada Ujian Sidang Di Hadapan Tim


Penguji Pada Tanggal 17 Februari 2022
Oleh :

SRI SUDARNI KARIM


NIM. D2109035

Pembimbing

Fitriani, S.Kep, Ns, M.Kes

Penguji I Penguji II

Haerati, S.Kep, Ns, M.Kep Etty , S.Kep, Ners,.M.Kep

Ketua Program Studi Profesi NERS

Hj. Fatmawati, S.Kep, Ns, M.Kep

iii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : Sri Sudarni Karim


Nim : D2109035
Program studi : Ners
Tahun akademik 2022

Menyatakan bahwa karya ilmiah akhir ners (KIAN) ini adalah hasil karya sendiri dan

semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Saya

tidak melakukan plagiat dalam penulisan KIAN saya yang berjudul :

“Analisis Keperawatan Klien An.M Yang Mengalami Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif

Di Ruang Perawatan Mawar RSUD H. Andi Sultan Daeng Radja Bulukumba Tanggal 02

Februari S/D 06 Februari Tahun 2022”.

Apabila suatu saat nanti terbukti bahwa saya melakukan plagiat, maka saya akan

menerima sanksi yang telah di tetapkan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Bulukumba, 16 Februari 2022

Sri Sunarti Karim


NIM. D2109035

iv
ABSTRAK
Analisis Keperawatan Klien An.M Yang Mengalami Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Di
Ruang Perawatan Mawar RSUD H. Andi Sultan Daeng Radja Bulukumba.
Sri Sudarni Karim1, Fitriani2
Bronchopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya menyerang di bronkiolus
terminal. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas (mukus
berlebih). Ketidakefektifan bersihan jalaan nafas merupakan ketidakmampuan membersihkan
sekresi atau obstruksi dari saluran nafas untuk mempertahankan bersihan jalan nafas. Fisioterapi
dada adalah suatu cara terapi yang sangat berguna bagi penderita penyakit respirasi baik respirasi.
Tujuan penelitian yaitu mampu melaksanakan analisis keperawatan secara komprehensif kepada
klien yang mengalami bersihan jalan nafas tidak efektif.
Jenis penelitian ini adalah diskriptif dengan menggunakan metode studi kasus. Populasi
penelitian adalah semua pasien anak yang mempunyai penyakit Bronkhopneumonia. Subjek dalam
studi kasus adalah satu orang anak bronkhopneumonia dengan bersihan jalan nafas tidak efektif
dalam pemenuhan kebutuhan fisiologis: oksigenasi. Penelitian ini telah dilakukan di Ruang
Perawatan Anak Mawar RSUD H. Andi Sultan Daeng Radja Kabupaten Bulukumba pada tanggal
31 Desember 2021 – 03 Januari 2022.
Berdasarkan analisa data didapatkan diagnosa keperawatan yaitu bersihan jalan nafas tidak
efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan nafas. Maka intervensi yang diberikan adalah
fisioterapi dada (clubbing, vibrasi dan perkusi). Implementasi dilakukan sebanyak 3-4 kali selama 3
hari. Evaluasi didapatkan bersihan jalan nafas paten sehingga masalah teratasi.
Adapun kesimpulan yaitu sesuai dengan hasil yang didapat pada pasien An.M tindakan
fisioterapi dada dapat mengeluarkan sekret secara efektif hal ini sama dengan jurnal-jurnal terkait.
Diharapkan untuk lebih diperhatikan lagi bagi tenaga kesehatan dalam melakukan asuhan
keperawatan yang tepat dan dapat memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat untuk
meningkatkan dan memperhatikan perilaku kesehatan atau kebiasaan sehari-hari.

Kata Kunci: Fisioterapi Dada, Bersihan Jalan Napas, Bronkopneumonia,

v
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
bimbingannya saya dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN)
dengan judul “Analisis Keperawatan Klien An.M Yang Mengalami Bersihan
Jalan Nafas Tidak Efektif Di Ruang Perawatan Mawar RSUD H. Andi Sultan
Daeng Radja Bulukumba Tanggal 02 Februari S/D 06 Februari Tahun 2022”.
KIAN ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners pada
Program Studi Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba.
Bersama dengan ini perkenankanlah saya mengucapkan terimakasih
khususnya kepada kedua orang tua tercinta, hormatku kepada mereka yang telah
memberikan doa, dorongan, dukungan moril serta materi kepada penulis dalam
menuntut ilmu. Dan terima kasih yang sebesar-besarnya dengan hati yang tulus
kepada :
1. H. Idris Aman, S.Sos selaku Ketua Yayasan Stikes Panrita Husada
Bulukumba.
2. Dr. Muriyati., S.Kep, M.kes selaku Ketua Stikes Panrita Husada Bulukumba.
3. Dr. A. Suswani Makmur, S.Kep, Ns, M.Kes selaku Wakil Ketua 1
4. Hj. Fatmawati, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Ketua Program Studi Prodi Ners.
5. Fitriani, S.Kep, Ns, M.Kes selaku Pembimbing Pendamping yang telah
bersedia memberikan bimbingan sejak awal sampai akhir penyusunan KIAN
ini.
6. Bapak/Ibu dosen dan seluruh staf Stikes Panrita Husada Bulukumba atas bekal
keterampilan dan pengetahuan yang telah diberikan kepada penulis selama
proses perkuliahan.
7. Teman-teman Ners angkatan 2022, yang telah memberikan dukungan serta
bantuan hingga proposal ini dapat terselesaikan.

vi
Dan semua pihak yang telah membantu penyelesaian KIAN ini. Mohon
maaf atas segala kesalahan dan ketidaksopanan yang munkin telah saya perbuat.
Semoga Allah SWT senantiasa memudahkan setiap langkah-langkah kita menuju
kebaikan dan selalu menganugerahkan kasih sayang-Nya untuk kita semua. Amin.

Bulukumba,17 Februari 2022

Penulis

vii
DAFTAR ISI

Halaman judul
Halaman judul
Lembar Persetujuan............................................................................................ii
Lembar Pengesahan...........................................................................................iii
Lembar Pernyataan Orisinalitas....................................................................... iv
Abstrak................................................................................................................v
Kata Pengantar...................................................................................................vii
Daftar Isi............................................................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Tujuan.............................................................................................................4
1. Tujuan Umum..........................................................................................4
2. Tujuan Khusus.........................................................................................4
C. Ruang Lingkup...............................................................................................5
D. Manfaat...........................................................................................................5
1. Manfaat Untuk Mahasiswa.......................................................................5
2. Manfaat untuk Lahan Praktek..................................................................5
3. Manfaat untuk Institusi.............................................................................5
E. Metodologi Penelitian.....................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................7
A. Standar Prosedur Operasional Fisioterapi Dada..............................................7
B. Artikel Terkait ..............................................................................................11
C. Konsep Keperawatan Keluarga .....................................................................14
D. Konsep Hipertensi ........................................................................................24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN..............................................................................43


A. Rancangan Penelitian.....................................................................................43
B. Populasi Dan Sampel.....................................................................................43
C. Tempat Dan Waktu Penelitian.......................................................................44

BAB IV HASIL DAN DISKUSI..........................................................................................45

viii
A. Data Demografi Pasien..................................................................................45
B. Status Kesehatan............................................................................................46
C. Riwayat Kesehatan Masa Lalu...........................................................................
D. Proses Keperawatan......................................................................................27

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................................33


A. Kesimpulan....................................................................................................33
B. Saran..............................................................................................................34

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN DOKUMENTASI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Riskesdas (2018) penyakit jantung dan pembuluh darah

(kardiovaskuler) merupakan masalah kesehatan utama di negara maju maupun

Negara berkembang dan menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia

setiap tahunnya. Hipertensi merupakan salah-satu penyakit kardiovaskuler

yang paling umum dan paling banyak disandang masyarakat.

Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif. Umumnya

tekanan darah bertambah secara perlahan dengan bertambahnya umur. Resiko

untuk menderita hipertensi pada populasi ≥ 55 tahun yang tadinya tekanan

darahnya pre hipertensi sebelum mereka di diagnosis hipertensi terjadi pada

umur di antara dekade ketiga dan decade kelima. Sampai dengan umur 55

tahun, laki-laki lebih banyak menderita hipertensi disbanding perempuan. Dari

umur 55-74 tahun, sedikit lebih banyak perempuan dibanding laki-laki yang

menderita hipertensi. Pada populasi lansia (umur ≥ 60 tahun), prevelensi untuk

hipertensi sebesar 65,4% (Triyanto, 2014). Di Amerika, diperkirakan 30%

penduduknya (± 50 juta jiwa) menderita tekanan darah tinggi (≥140/90

mmHg); dengan presentase biaya kesehatan cukup besar setiap tahunnya,

(Triyanto, 2018).

Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan

sekitar 1,13 Milliar orang didunia menyandang hipertensi, artinyan 1 dari 13

orang di dunia terdiagnosis hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus

meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 milliar

11
orang yang terkena hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang

meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya

Faktor resiko hipertensi menurut lembaga Pusat Data dan Informasi

(Infodatin, 2014) adalah umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, genetic (faktor

resiko yang tidak dapat diubah/dikontrol), kebiasaan merokok, konsumsi

garam, konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah, kebiasaan konsumsi

minum-minuman beralkohol, obesitas, kurang aktifitas fisik, stress,

penggunaan esterogen. Salah satu factor resiko yang dapat dikelola adalah

pengendalian asupan makanan. Modifikasi asupan bahan makanan yang

mengandung kalium dan magnesium menjadi salah satu terapi komplementer

untuk menjurunkan tekanan darah, baik sistolik maupun diastolik.

Rekomendasi asupan kalium dan magnesium International Food Information

Council Foundation dan North Corolina DieteticAssociation untuk kalium

4700 mg dan magnesium 400 mg.

Apabila tekanan darah tidak dikontrol, maka dapat menyebabkan

wwkomplikasi seperti: penyakit jantung, stroke, penyakit ginjal, retinopati

(kerusakan retina), penyakit pembuluh darah tepi, gangguan saraf, semakin

tinggi tekanan darah, semakin tinggi resiko kerusakan pada jantung dan

pembuluh darah pada organ besar seperti otak dan ginjal, (Kemenkes RI,

2019).

Untuk menhindari kondisi yang buruk munculnya komplikasi maka

diperlukan suatu terapi pengobatan. Pengobatan terdiri dari 2 cara yaitu

farmakologi dan non farmakologi. Pengobatan farmakologi merupakan

pengobatan medsi, sedangkan pengobatan non farmakologi yaitu pengobatan


tanpa menggunakan bahan kimia. Obat anti hipertensi sudah terbukti sangat

efektif untuk mengtrol tekanan darah, namun sumber daya alam nabati juga

mampu menberikan peranan penting dan dapat dimanfaatkan untuk mengontrol

tekanan darah. Tindakan non farmakologi dengan menggunakan sumber daya

alam nabati juga dapat dimanfaatkan dalam mengontrol tekanan darah. Sumber

daya bias dimanfaatkan untuk mengontrol tekanan darah yaitu buah-buahan

dan sayur-sayuran yang kaya vitamin serta mineral (mengandung banyak air )

salah satunya adalah mentimun, (Wulandari,2019).

Buah mentimun mampu menbantu menurunkan tekanan darah karena

kandungan mentimun diaantaranya kalium, magnesium, dan fosfor efektif

mengobati hipertensi kalium yaitu elektrolit intraseluler yang utama 98 %

kalium tubuh berada di dalam sel 2% sisanya di luar sel untuk fungsi

neuromuskuler, kalium menpengaruhi aktifitas otot jantung, (Brunner &

Suddarth, 2014).

Penelitian tentang pengaruh pemberian sumber kalium dari jus pepaya

(270 gram), jus semangka (300 gram), dan jus melon (200 gram) yang setara

dengan 500,2 mg kalium terhadap tekanan darah pada 47 subjek penderita

hipertensi di Jawa Barat selama 5 hari, menunjukkan bahwa secara statistik

terdapat penurunan yang signifikan terhadap tekanan darah sistolik pada

kelompok perlakuan pepaya, semangka, dan melon masing-masing adalah

sebesar 16,3 mmHg, 18,50 mmHg, dan 14,67 mmHg. Begitu juga pada tekanan

darah diastolik secara statistik terjadi penurunan yang signifikan pada kelompk

perlakuan pepaya, semangka, dan melon masing-masing 12,44 mmHg, 12,69

mmHg, dan 10,3 mmHg.17, (Lovindy,2019).


Penelitian Agung prakoso (2019) menbuktikan bahwa buah mentimun

dapat menurunkan tekanan darah karena kandungan kaliumnya yang

menyebabkan penghambatan pada Renin-Angiotensin System juga

menyebabkan penurunan sekresi aldosteron. Penelitian ini dilakukan di

posyandu Demak dengan sampel 40 orang selama seminggu dengan sehari 2

kali (pagi & sore) dan menggunakan buah mentimun 200 gram (150ml) dan

hasilnya p value sebesar 0,000 (p<0,05).

Berdasarkan data yang diperoleh di Lingkungan Gusunge bahwa

terdapat 53,5 % orang yang menderita hipertensi, dari berbagai penyakit seperti

ISPA, TBC, Diare, Remathoid DM, Gastritis penyakit hipertensi yang lebih

banyak di derita oleh masyarakat Gusunge., maka dengan ini peneliti tertarik

untuk melakukan analisis terapi jus mentimun terhadap penurunan tekanan

darah pada penderita hipertensi.

Dari beberapa uraian di atas, maka penulis berusaha untuk memahami

dan lebih mendalami kasus Hipertensi Bronkopneumonia sebagai tindakan

lanjutan ujian praktek, sehingga dapat menerapkan asuhan keperawatan secara

optimal dan mengangkat laporan akhir dengan judul “Analisis Keperawatan

Pemberian Terapi Jus Mentimun Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada

Penerita Hipertensi Di Lingkungan Gusunge Kabupaten Bulukumba.”

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu melaksanakan Analisis Keperawatan secara komprehensif

kepada klien yang mengalami penyakit hipertensi


2. Tujuan Khusus

a. Mampu menentukan diagnosa prioritas

b. Mampu melakukan intervensi dan implementasi keperawatan

c. Mampu melakukan evaluasi keperawatan

C. Ruang Lingkup

Analisis Keperawatan Terapi Jus Mentimun Terhadap Penurunan Tekana

Darah Pada Penderita Hipertensi Di Lingkungan Gusunge di mulai 9 Mei

Tahun 2022.

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat untuk mahasiswa

Memperoleh pengalaman dan pengetahuan mengenai Analisis

Keperawatan Terapi Jus Mentimun Terhadap Penurunan Tekana Darah

Pada Penderita Hipertensi.

2. Manfaat untuk lahan praktek

Menjadi bahan masukan dan informasi yang bermanfaat mengenai

Asuhan Keperawatan keluarga terutama dengan pasien Hipertensi

3. Manfaat untuk institusi pendidikan

Menjadi bahan masukan dan referensi untuk STIKES Panrita Husada

Bulukumba mengenai Asuhan Keperawatan keluarga , terutama pada

penananganan penyakit Hipertensi.

4. Manfaat untuk profesi keperawatan

Diharapkan dapat menjadi bahan masukan terhadap sesama profesi

keperawatan dalam menerapkan Asuhan Keperawatan yang meliputi

pengkajian, menentukan masalah, memberikan intervensi, memberikan


implementasi dan mengevaluasi tindakan yang telah diberikan kepada klien

dengan penyakit Hipertensi.

E. Metode Penulisan

Metode dalam penulisan KIAN ini menggunakan metode Deskriptif dan

metode studi kepustakaan. Dalam metode desktiptif pendekatan yang

digunakan adalah studi kasus dengan mengelolah 1 kasus dengan

menggunakan pendekatan proses keperawatan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Standar Prosedur Operasional Mentimun

1. Pengertian Mentimun

Mentimun merupakan tumbuhna dari family Curcubitaceae (Timun-

timunan), family ini terdiri dari sekitar 90 marga dengan 700 jenis, dan

penyebarannya didaerah tropis dan subtropics, sedikit sekali di temprata.

Tanaman tergolong salah satu jenis sayuran buah yang sangat dikenal dan

cukup diminati masyarakat. Mentimun diduga berasal dari pegunungan

Himalaya Di India Utara. Mentimun dibudidayakan dimana-dimana, baik

di ladang, halaman rumah, atau di rumah kaca. Tanaman ini tidak tahan

terhadap hujan yang terus menerus. Pertumubuhannya memerlukan

kelembaban udara yang tinggi, tanah subur yang gembur, dan

mendapatkan sinar matahari penuh dengan drainage yang baik, (Siti,

2020).

2. Manfaat Mentimun

Menurut, (Hamid sakti, 2020) terdapat beberapa manfaat buah mentimun

antara lain:

1. Mengontrol tekanan darah tinggi

Bagi sobat yang mengalami tekanan darah tinggi dapat mencoba

mengkonsumsi jus mentimun atau mengkonsumsi mentimun lansung.

Kandungan kalium, magnesium dan serat alami yang terdapat pada

mentimun berkhasiat dalam menurunkan tekanan darah timggi

7
8

2. Memperlancar pencernaan

Kandungan serat yang terdapat pada mentimun terbukti dapat

memperlancar pencernaan. Mengkonsumsi mentimun secara teratur

dapat membantu mengatasi masalah pencernaan seperti gastritis,

maag, perut mulas atau konstipasi (kondisi susah buang air besar)

3. Kesehatan ginjal

Mentimun ternyata juga mampu menjaga kesehatan ginjal dan

kantung kemih. Kandungan air pada mentimun membantu kinerja

ginjal dalam memproduksi urine (urinase).

4. Menurunkan kadar gula dalam darah

Mengkonsumsi mentimun baik bagi penderita diabetes karena

mentimun mengandung mineral mangan yang bermanfaat selama

proses sintesa hormone insulin dalam tubuh.

3. Kandungan Mentimun

Kandungan mineral yang terdapat buah mentimun seperti protassium,

magnesium dan fosfor dapat mengobati hipertensi. Sifat mentimun yang

sebagai diuretik dan kandungan air yang tinggi bermanfaat untuk

menurunkan tekanan darah tinggi. Mentimun memiliki efek yang sama

seperti obat hipertensi ACE inhibitor yang berfungsi sebagai penghambat

protein angiotensin I dalam darah. Apabila protein tersebut tidak dihambat,

maka protein tersebut dapat berubah menjadi angiotensin II yang akan

menyebabkan penyempitan pada pembuluh darah, yang mengakibatkan

meningkatnya tekanan darah. Mentimun juga memiliki kandungan kalium

yang baik untuk menurunkan tekana darah dikarenakan kalium bekerja


9

untuk melebarkan pembuluh darah, sehingga tekanan darah menjadi turun,

(Dhian Luluh, 2021).

Dalam jurnal dari Eva Marvia, dkk (2018), Mentimun mengandung

saponin (menghilangkan lendir), protein, lemak, kalsium, kalium,

magnesium, fosfor, zat besi, belerang, vitamin A, B1, dan C. Dalam

mengatur tekanan darah adalah kalium/ kalium. Kandungan kalium/kalium

dapat meningkatkan konsentrasi dalam cairan intraseluler sehingga

tekanan darah turun, sehingga cenderung menarik cairan dari bagian

ekstraseluler dan menurunkan tekanan darah karena efek vasodilatasi

pembuluh darah, kalium merupakan ion utama dalam cairan intraseluler

yang bekerja kebalikan dari natrium/garam. Dan juga mentimun dapat

menurunkan tekanan darah tanpa efek samping..

Langkah-langkah pembuatan terapi mentimun yaitu dengan mencuci

mentimun hingga bersih, kemudian buang kulitnya dan hancurkan dengan

blender lalu saring lalu ambil sarinya. Konsumsi jus mentimun sebanyak

250 ml selama 2 kali sehari pagi dan sore selama 5 hari.

Standar Prosedur Operasional

Standar Operasional Terapi Jus Mentimun

Prosedur

Pengertian Jus mentimun merupakan terapi nonfarmakologis yang

digunakan untuk menurunkan tekanan darah

Tujuan 1. Untuk mengontrol tekana darah dsn mencegah penyakit

jantung dan oembuluh darah

2. Mempertahankan tekanan darah kurang dari 140/90


10

mmHg

Prosedur 1. Persiapan

Siapakan alat dan bahan

a. Buah mentimun

b. Blender

c. Pisau

d. Air bersih

e. Gelas

f. Sendok

g. Saringan the

2. Tahap pra interaksi

a. Mencuci tangan

b. Mempersiapkan alat

3. Tahap orientasi

a. Salam

b. Menjelaskan tujuan

4. Tahap kerja

a. Kupas mentimun menggunakan pisau lalu

tuangkan ke air bersih

b. Setelah bersih masukkan timun dan air

secukupnya ke dalam blender

c. Setelah hancur masukkan kedalam saringan the

dan tuang kedalam gelas

d. Aduk menggunakan sendok dan siap disajikan


11

5. Tahap terminasi

a. Mengevaluasi cara menbuat jus mentimun

b. Menbersihkan dan merapikan alat

c. Mencuci tangan

B. Artikel Terkait

1. Pada penelitian (Illis Mahbubah, 2020) Hasil penelitian dapat diketahui bahwa

Sebelum dilakukan pemberian mentimun (pre-test), rata-rata teekanan darrah

sebesar 150,03. Sesudah dilakukan pemberian mentimun (post-test), rata-rrata

tensi sebesar 145,69. Ada pengaruh mentimun terhadap penurunan tekanan darah

pada penderita hipertensi.

2. Pada penelitian Meirlina dkk (2020) di dapatkan hasil Analisis tekanan darah

sebelum diberikan terapi jus mentimun yang mana pre di ambil pada

pemberian pertama dimana rata-rata tekanan darah pada saat pre dengan

sistole rata-rata 150 dan diastole rata-rata 91,7. Analisis tekanan darah

sesudah diberikan terapi jus mentimun yang mana post di ambil pada

pemberian terakhir dengan rata-rata tekanan darah pada post sistole rata-

rata 124,7 dan diastole 78,8 mmHg.

3. Pada penelitian Mardiati Barus, dkk. (2019) responden diberi 100 gram jus

mentimun selama 7 hari. Hasil Uji Wilcoxon p < a ( 0,001 < 0,05 ) untuk

tekanan sistolik dan diastolik yang berarti terdapat perbedaan yang

signifikan antara tekanan darah sebelum dan sesudah perlakuan. Dengan

data perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah intervensi didapatkan

tekanan darah sistolik sebelum intervensi adalah 149,13 mmHg dan

tekanan darah sistolik setelah intervensi adalah 136,09 mmHg. Dengan


12

hasil tersebut, tekanan sistolik mengalami penurunan sebesar 13,04

mmHg. Dan untuk tekanan darah diastolik sebelum intervensi adalah

97,83 mmHg dan tekanan diastolik setelah intervensi sebesar 86,96

mmHg. Dengan hasil tersebut maka tekanan diastolik mengalami

penurunan sebesar 10,87 mmHg

4. Penelitian yang dilakukan oleh Candra Kusuma, dkk (2018) menemukan

bahwa rata-rata tekanan darah sistolik sebelum pengobatan adalah 149,68

mmHg, dengan tekanan darah sistolik terendah 140 mmHg dan tertinggi

160 mmHg. Sebelum perlakuan, rata-rata tekanan darah diastolik adalah

95,88 mmHg dengan tekanan diastolik terendah 90 mmHg dan tertinggi

105 mmHg. Sedangkan rata-rata tekanan darah sistolik setelah perlakuan

adalah 136,65 mmHg, dengan penurunan 13,03 mmHg. Rata-rata tekanan

darah diastolik setelah perlakuan adalah 89,08 mmHg dengan penurunan

6,8 mmHg. Responden diberikan perlakuan jus mentimun dengan

komposisi 200 gram mentimun dengan 100 ml air, yang diberikan selama

3 hari pada pagi hari pukul 09.00 WITA

5. Pada penelitian Dinda dkk (2022) setelah pemberian jus mentimun pada lansia

penderita hipertensi sebanyak 100-200 gram per hari selama 7 hari , terjadi

penurunan tekanan darah sistolik 13-34 mmHg dan penurunan tekanan darah

diastolik sebesar 4-10,87 mmHg.

6. Pada penelitian yang telah dilakukan Armaita dkk (2021) dengan judul

pengaruh jus mentimun pada tekanan darah pada penderita hipertensi di

Komunitas Pauh Barat ilayah Kerja Puskesmas Pariaman Tahun 2021 di

dapat hasil yaitu terdapat perubahan tekanan darah yang signifikan

sebelum dan sesudah diberikan terapi jus mentimun 250 ml pada


13

kelompok pengobatan hipertensi di Desa Pauh Barat Kecamatan Pariaman

Tengah Kota Pariaman;

7. Pada penelitian Siti Fadlilah (2020) dengan judul Mentimun (Cucumis

Sativus) dan Tomat (Solanum Lycopersicum) Efektif Menurunkan Tekana

Darah Di Yogyakarta Pada Tahun 2020 di dapatkan hasil penelitian

menunjukkan bahwa pemberian jus mentimun dan jus tomat efektif

menurunkan tekanan darah, baik sistol maupun diastol. Sedangkan

diantara kedua buah tersebut tidak ada perbedaan efektivitas dalam

menurunkan tekanan darah, diantara keduanya memiliki hasil yang sama

dalam menurunkan tekanan darah, tidak ada yang lebih baik dari yang lain.

Kedua buah ini mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan hasil penelitian, jus mentimun dan jus tomat diharapkan dapat

digunakan sebagai dasar terapi nonfarmakologis bagi penderita hipertensi.

Peneliti selanjutnya disarankan untuk melanjutkan penelitian pada

responden dengan hipertensi.

8. Pada penelitian Muchamad di panti jompo Budi Luhur Yogyakarta tahun

2018, Responden diberikan terapi jus mentimun sebanyak dua kali pada

pagi dan sore hari selama 6 jam dan dilakukan dalam 7 hari. Setiap asupan

jus mentimun sebanyak 210 gram di dapatkan pre test sistolik 145,43 dan

diastolik 90,87 sedangkan post test sistolik 143,29 dan diastolic 83,71

dengan menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test diperoleh asim. Sig

(2-tailed) sebesar 0,013 dengan = 0,025. Artinya jus mentimun

berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah sistolik lansia penderita


14

hipertensi. Hasil analisis data tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah

intervensi

9. Pada penelitian Reni tahun 2020 megenai efektifitas jus mentimun suri

(Cucumis Sativus) pada tekanan darah pada menopause di dapatkan hasil

baha setelah pemberian 400 mg jus mentimun selama 7 hari yaitu terdapat

perbedaan yang signifikan dalam tekanan darah antara pre test dan post

test dengan nilai p value < 0,05 yang berarti pemberian jus mentimun suri

berpengaruh terhadap tekanan darah pada anita menopause.

10. Pada penelitian Mrs. S. Vimala dkk tahun mengenai efektivitas mentimun

dalam penurunan tekanan darah diantara klien hipertensi di daera pedesaan

terpilih di India di dapatkan hasil bahwa mentimun ditemukan efektif

dalam mengurangi tingkat BP diantara klien hipertensi. Perbandingan nilai

tingkat tekanan darah antara kelompok eskperimen dan kelompok control

menunjukkan bahwa pada kelompok eksperimen antara pre test dan post

test perbedaannya besar dan signifikan secara statistic dengan p = 0,001.

C. Konsep Keperawatan Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Keluarga menurut UU No.52 Tahun 2009 adalah unit terkecil dalam

masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami, istri dan anaknya, atau

ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Keluarga adalah sekumpulan

orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan

untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan

perkembangan fisik, mental, emosional serta sosial dari tiap anggota

keluarga (Friedman, 2013).


15

2. Bentuk Keluarga

a. Keluarga tradisional

1) The Nuclear family (keluarga inti), yaitu keluarga yang terdiri

atas suami, istri, dan anak, baik anak kandung maupun anak

angkat.

2) The dyad family (keluarga dyad), suatu rumah tangga yang

terdiri atas suami dan istri tanpa anak. Hal yang perlu Anda

ketahui, keluarga ini mungkin belum mempunyai anak atau

tidak mempunyai anak.

3) Single parent yaitu keluarga yang terdiri atas satu orang tua

dengan anak (kandung atau angkat). Kondisi ini dapat

disebabkan oleh perceraian atau kematian.

4) Single adult yaitu suatu rumah tangga yang terdiri atas satu

orang dewasa. Tipe ini dapat terjadi pada seorang dewasa yang

tidak menikah atau tidak mempunyai suami.

5) Extended family yaitu keluarga yang terdiri atas keluarga inti

ditambah keluarga lain, seperti paman, bibi, kakek, nenek, dan

sebagainya. Tipe keluarga ini banyak dianut oleh keluarga

Indonesia terutama di daerah pedesaan.

6) Middle-aged or elderly couple yaitu orang tua yang tinggal

sendiri di rumah (baik suami/istri atau keduanya), karena anak-

anaknya sudah membangun karir sendiri atau sudah menikah.


16

7) Kin-network family yaitu beberapa keluarga yang tinggal

bersama atau saling berdekatan dan menggunakan barang-

barang pelayanan, seperti dapur dan kamar mandi yang sama.

b. Tipe keluarga nontradisional

1) Unmarried parent and child family yaitu keluarga yang

terdiri atas orang tua dan anak dari hubungan tanpa nikah.

2) Cohabitating couple yaitu orang dewasa yang hidup bersama

di luar ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu.

3) Gay and lesbian family yaitu seorang pasangan yang

mempunyai persamaan jenis kelamin tinggal dalam satu

rumah sebagaimana pasangan suami istri.

4) The nonmarital heterosexual cohabiting family yaitu keluarga

yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui

pernikahan.

5) Foster family yaitu keluarga menerima anak yang tidak ada

hubungan keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada

saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan

untuk menyatukankembali keluarga yang aslinya, (Kholifah

& Widagdo, 2016).

3. Fungsi Keluarga

Menurut Friedman (2013) ada lima fungsi keluarga:

a. Fungsi afektif

Fungsi ini meliputi persepsi keluarga tentang pemenuhan

kebutuhan psikososial anggota keluarga. Melalui pemenuhan


17

fungsi ini, maka keluarga akan dapat mencapai tujuan psikososial

yang utama, membentuk sifat kemanusiaan dalam diri anggota

keluarga, stabilisasi kepribadian dan tingkah laku, kemampuan

menjalin secara lebih akrab, dan harga diri.

b. Fungsi sosialisasi dan penempatan social

Sosialisasi dimulai saat lahir dan hanya diakhiri dengan kematian.

Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung seumur

hidup, karena individu secara lanjut mengubah perilaku mereka

sebagai respon terhadap situasi yang terpola secara sosial yang

mereka alami. Sosialisasi merupakan proses perkembangan atau

perubahan yang dialami oleh seorang individu sebagai hasil dari

interaksi sosial dan pembelajaran peran-peran sosial.

c. Fungsi reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah

sumber daya manusia.

d. Fungsi ekonomi

Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara

ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu

meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

e. Fungsi perawatan kesehatan

Menyediakan kebutuhan fisik dan perawatan kesehatan. Perawatan

kesehatan dan praktik-praktik sehat (yang memengaruhi status

kesehatan anggota keluarga secara individual) merupakan bagian

yang paling relevan dari fungsi perawatan kesehatan.


18

4. Tahap Perkembangan Keluarga

Tahap perkembangan keluarga menurut Friedman & Marylin (2010)

adalah berikut :

a. Tahap I ( Keluarga dengan pasangan baru )

Pembentukan pasangan menandakan pemulaan suatu keluarga

baru dengan pergerakan dari membentuk keluarga asli sampai

kehubungan intim yang baru. Tahap ini juga disebut sebagai tahap

pernikahan. Tugas perkembangan keluarga tahap I adalah

membentuk pernikahan yang memuaskan bagi satu sama lain,

berhubungan secara harmonis dengan jaringan kekerabatan,

perencanaan keluarga.

b. Tahap II (Childbearing family)

Mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai

berusia 30 bulan.Transisi ke masa menjadi orang tua adalah salah

satu kunci menjadi siklus kehidupan keluarga.

Tugas perkembangan tahap II adalah membentuk keluarga

muda sebagai suattu unit yang stabil ( menggabungkan bayi yang

baru kedalam keluarga), memperbaiki hubungan setelah

terjadinya konflik mengenai tugas perkembangan dan kebutuhan

berbagai keluarga, mempertahankan hubungan pernikahan yang

memuaskan, memperluas hubungan dengan hubungan dengan

keluarga besar dengan menambah peran menjadi orang tua dan

menjadi kakek/nenek.

c. Tahap III (Keluarga dengan anak prasekolah)


19

Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak

pertama berusia 2½ tahun dan diakhiri ketika anak berusia 5

tahun. Keluarga saat ini dapat terdiri dari tiga sampai lima orang,

dengan posisi pasangan suami-ayah, istri-ibu, putra-saudara laki-

laki, dan putri-saudara perempuan.

Tugas perkembangan keluarga tahap III adalah memenuhi

kebutuhan anggota keluarga akan rumah, ruang, privasi dan

keamanan yang memadai, menyosialisasikan anak, mengintegrasi

anak kecil sebagai anggota keluarga baru sementara tetap.

memenuhi kebutuhan anak lain, mempertahankan hubungan

yang sehat didalam keluarga dan diluar keluarga.

d. Tahap IV (keluarga dengan anak sekolah)

Tahap ini dimulai ketika anak pertama memasuki sekolah

dalam waktu penuh, biasanya pada usia 5 tahun, dan diakhiri ketika

ia mencapai pubertas, sekitar 13 tahun. Keluarga biasanya

mencapai jumlah anggota keluarga maksimal dan hubungan

keluarga pada tahap ini juga maksimal.

Tugas perkembangan keluarga pada tahap IV adalah

menyosialisasikan anak- anak termasuk meningkatkan restasi,

mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan.

e. Tahap V (Keluarga dengan anak remaja)

Ketika anak pertama berusia 13 tahun, tahap kelima dari siklus

atau perjalanan kehidupan keluarga dimulai. Biasanya tahap ini

berlangsung selama enam atau tujuh tahun, walaupun dapat lebih


20

singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih

lama, jika anak tetap tinggal dirumah pada usia lebih dari 19

atau 20 tahun.

Tujuan utama pada keluarga pada tahap anak remaja adalah

melonggarkan ikatan keluarga untuk meberikan tanggung jawab

dan kebebasan remaja yang lebih besar dalam mempersiapkan diri

menjadi seorang dewasa muda.

f. Tahap VI ( keluarga melepaskan anak dewasa muda)

Permulaan fase kehidupan keluarga in ditandai dengan

perginya anak pertama dari rumah orang tua dan berakhir dengan

“kosongnya rumah”, ketika anak terakhir juga telah meninggalkan

rumah.

Tugas keluarga pada tahap ini adalah memperluas lingkaran

keluarga terhadap anak dewasa muda, termasuk memasukkan

anggota keluarga baru yang berasal dari pernikahan anak-

anaknya, melanjutkan untuk memperbarui dan menyesuaikan

kembali hubungan pernikahan, membantu orang tua suami dan

istri yang sudah menua dan sakit.

g. Tahap VII (Orang tua paruh baya)

Merupakan tahap masa pertengahan bagi orang tua, dimulai

ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir dengan

pensiun atau kematian salah satu pasangan. Tugas perkembangan

keluarga pada tahap ini adalah menyediakan lingkungan yang


21

meningkatkan kesehatan, mempertahankan kepuasan dan hubungan

yang bermakna antara orangtua yang telah menua dan anak mereka,

memperkuat hubungan pernikahan.

h. Tahap VIII (Keluarga lansia dan pensiunan)

Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan pensiun

salah satu atau kedua pasangan, berlanjut sampai salah satu

kehilangan pasangan dan berakhir dengan kematian pasangan lain.

Tujuan perkembangan tahap keluarga ini adalah

mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan.

5. Peran Perawat Keluarga

Ada tujuh peran perawat keluarga menurut Sudiharto dalam Fajri (2017)

adalah sebagai berikut:

a. Sebagai pendidik

Perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan

kesehatan pada keluarga, terutama untuk memandirikan keluarga

dalam merawat anggota keluarga yang memiliki masalah kesehatan

b. Sebagai koordinator pelaksan pelayanan kesehatan

Perawat bertanggung jawab memberikan pelayanan

keperawatan yang komprehensif.Pelayanan keperawatan yang

bersinambungan diberikan untuk menghindari kesenjangan antara

keluarga dan unit pelayanan kesehatan.

c. Sebagai pelaksana pelayanan perawatan

Pelayanan keperawatan dapat diberikan kepada keluarga

melalui kontak pertama dengan anggota keluarga yang sakit yang


22

memiliki masalah kesehatan.Dengan demikian, anggota keluarga

yang sakit dapat menjadi “entry point” bagi perawatan untuk

memberikan asuhan keperawatan keluarga secara komprehensif.

d. Sebagai supervisi pelayanan keperawatan

Perawat melakukan supervisi ataupun pembinaan terhadap

keluarga melalui kunjungan rumah secara teratur, baik terhadap

keluarga berisiko tinggi maupun yang tidak. Kunjungan rumah

tersebut dapat direncanakan terlebih dahulu atau secara mendadak,

sehingga perawat mengetahui apakah keluarga menerapkan asuhan

yang diberikan oleh perawat.

e. Sebagai pembela (advokat)

Perawat berperan sebagai advokat keluarga untuk melindungi

hakhak keluarga klien.Perawat diharapkan mampu mengetahui

harapan serta memodifikasi system pada perawatan yang diberikan

untuk memenuhi hak dan kebutuhan keluarga. Pemahaman yang

baik oleh keluarga terhadap hak dan kewajiban mereka sebagai

klien mempermudah tugas perawat untuk memandirikan keluarga.

f. Sebagai fasilitator

Perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga

dan masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan dan

keperawatan yang mereka hadapi sehari-hari serta dapat membantu

jalan keluar dalam mengatasi masalah.


23

g. Sebagai peneliti

Perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat memahami

masalah-masalah kesehatan yang dialami oleh angota keluarga.

Masalah kesehatan yang muncul didalam keluarga biasanya terjadi

menurut siklus atau budaya yang dipraktikkan keluarga.

Selain peran perawat keluarga di atas, ada juga peran perawat

keluarga dalam pencegahan primer, sekunder dan tersier, sebagai

berikut.

a. Pencegahan Primer

Peran perawat dalam pencegahan primer mempunyai

peran yang penting dalam upaya pencegahan terjadinya

penyakit dan memelihara hidup sehat.

b. Pencegahan sekunder

Upaya yang dilakukan oleh perawat adalah mendeteksi

dini terjadinya penyakit pada kelompok risiko, diagnosis, dan

pewnanganan segera yang dapat dilakukan oleh perawat.

Penemuan kasus baru merupakan upaya pencegahan

sekunder, sehingga segera dapat dilakukan tindakan. Tujuan

dari pencegahan sekunder adalah mengendalikan

perkembangan penyakit dan mencegah kecacatan lebih

lanjut. Peran perawat adalah merujuk semua anggota

keluarga untuk skrining, melakukan pemeriksaan, dan

mengkaji riwayat kesehatan. dapat meminimalkan

ketidakmampuan dan memulihkan atau memelihara fungsi


24

tubuh. Fokus utama adalah rehabilitasi. Rehabilitasi meliputi

pemulihan terhadap individu yang cacat akibat penyakit dan

luka, sehingga mereka dapat berguna pada tingkat yang

paling tinggi secara fisik, sosial, emosional

c. Pencegahan tersier

Peran perawat pada upaya pencegahan tersier ini

bertujuan mengurangi luasnya dan keparahan masalah.

D. Konsep Hipertensi

1. Definisi

Pengertian hipertensi menurut Chobanian di dalam Kurnia (2021)

adalah kondisi peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg

dan tekanan darash diastolik lebih dari 90 mmHg berdasarkan dua atau

lebih pengukuran tekanan darah.

Hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau

sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar

95 mmHg (Udjianti, 208).

Menurut JNC-8 yang disusun oleh Kayce Bell et al (2015) tentang

tatalaksana pengelolaan hipertensi, batas tekanan darah yang masih

dianggap normal adalah kurang dari 120/80mmHg dan tekanan darah 120-

139/80-89mmHg dinyatakan sebagai prehipertensi. Hipertensi derajat 1

dengan tekanan darah 140-159/90-99mmHg, dan hipertensi derajat 2

dengan tekanan darah >160/>100mmHg

2. Etiologi

Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.


25

Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan curah jantung atau

peningkatan tekanan perifer. Hipertensi diklasifikasikan menjadi dua

golongan yaitu :

a. Hipertensi primer (esensial)

Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui

penyebabnya, diderita oleh sekitar 95% orang.

Oleh karena itu,penelitian dan pengobatan lebih ditunukan bagi penderita

esensial. Hipertensi primer disebabkan oleh faktor berikut ini :

1) Faktor keturunan

Dari data statistic terbukti bahwa seseorang akan memiliki

kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang

tuanya adalah penderita hipertensi.

2) Ciri perseorangan

Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah

umur (jika umur bertambah maka tekanan darah meningkat), jenis

kelamn (pria lebih tinggi dari perempuan), dan ras (ras kulit hitam lebih

banyak dari kulit putih).

3) Kebiasaan hidup

Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi

adalah konsumsi garam yang tinggi (lebih dari 30g), kegemukan atau

makan berlebih,stress, merokok, minum alcohol,minum obat-obatan

(efedrin, prednisone, epinefrin).


26

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas salah satu contoh

hipertensi sekunder adalah hipertensi vascular renal, yang terjadi akibat

stenosis arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau akibat

aterosklerosis stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke ginjal

sehingga terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan pelepasan

renin, dan pembentukan angiotensin II. Angiotensin II secara langsung

meningkatkan tekanan darah tekanan darah, dan secara tidak langsung

meningkatkan sintesis andosteron dan reabsorpsi natrium. Apabila dapat

dilakukan perbaikan pada stenosis, atau apabila ginjal yang terkena di

angkat,tekanan darah akan kembali ke normal. Penyebab lain dari

hipertensi sekunder, antara lain ferokromositoma, yaitu tumor penghasil

epinefrin di kelenjar adrenal, yang menyebabkan peningkatan kecepatan

denyut jantung dan volume sekuncup, dan penyakit cushing, yang

menyebabkan peningkatan volume sekuncup akibat retensi garam dan

peningkatan CTR karena hipersensitivitas system saraf simpatis

aldosteronisme primer (peningkatan aldosteron tanpa diketahui penyebab-

nya) dan hipertensi yang berkaitan dengan kontrasepsi oral juga dianggap

sebagai kontrasepsi sekunder (Aspiani, 2019).

Klasifikasi Hipertensi

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)


Optimal < 120 < 80
Normal < 130 < 85
Tingkat 1 140-159 90-99
(hipertensi ringan)
Sub group : 140-149 90-94
pembatasan
27

Tingkat 2 160-179 100-109


(hipertensi sedang)
Tingkat 3 ≥ 180 ≥ 110
( hipertensi berat )
Hipertensi sistol ≥ 140 < 90
terisolasi
Sub group : 140-149 < 90
pembatasan

3. Manifestasi klinis

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala,

meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan

dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal

sesungguhnya tidak). Gejala yan dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan

dari hidung, pusing wajah kemerahan; yang bisa saja terjadi pada penderita

hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.

Rokhaeni menyebutkan manifestasi klinis hipertensi secara umum

dibedakan menjadi dua yaitu :

a. Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan

peningkatan tekanan darah.

b. Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi

meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini

merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyak pasien yang

mencari pertolongn medis (Manuntung, 2018).

4. Patofisiologi

Tekanan darah merupakan hasil interaksi antara curah jantung (cardiac


28

out put) dan derajat dilatasi atau konstriksi arteriola (resistensi vascular

sistemik). Tekanan darah arteri dikontrol dalam waktu singkat oleh

baroreseptor arteri yang mendeteksi perubahan tekanan pada arteri utama.

Baroreseptor dalam komponen kardiovaskuler tekanan rendah, seperti

vena, atrium dan sirkulasi pulmonary, memainkan peranan penting dalam

pengaturan hormonal volume vaskuler. Penderita hipertensi dipastikan

mengalami peningkatan salah satu atau kedua komponen ini, yakni curah

jantung dan atau resistensi vascular sistemik.

Sedangkan tekanan intracranial yang berefek pada tekanan intraocular

akan mempengaruhi fungsi penglihatan bahkan jika penanganan tidak

segera dilakukan, penderita akan mengalami kebutaan (Nugraha, 2016).

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak dipusat vasomotor pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini

bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke korda spinalis dan

keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan

abdomen.

Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus yang

bergerak kebawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada

titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang merangsang

serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan

dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.

Berbagai factor, seperti kecemasan dan ketakutan dapat

mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap rangsang

vasokonstriktor. Klien dengan hipertensi sangat sensitive terhadap


29

norepineprin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut

dapat terjadi. Pada saat bersamaan ketika system saraf simpatis

merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar

adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi.

Medula adrenal menyekresi epineprin, yang menyebabkan

vasokonstriksi. Korteks adrenal menyekresi kortisol dan steroid lainnya,

yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.

Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,

menyebabkan pelepasan renin.

Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I yang

kemudian diubah menjadi angiotensin II , vasokontriktor kuat, yang pada

akhirnya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini

menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan

peningkatan volume iwnstravaskuler.Semua factor tersebut cenderung

menyebabkan hipertensi (Aspiani, 2019).

5. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan

laboratorium (darah rutin, ureum, kreatinin, glukosa darah dan elektrolit),

elektrokardiografi (EKG) dan foto dada. Bila terdapat indikasi dapat

dilakukan juga pemeriksaan ekokardiografi dan CT scan kepala (Dwi

Pramana, 2020).

6. Komplikasi

Corwin dalam Manuntung (2018) menyebutkan ada beberapa komplikasi

yang dapat terjadi pada penderita hipertensi yaitu :


30

a. Stroke

Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau

akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan

tekanan tinggi.

b. Infark miokard

Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang aterosklerosis

tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila

terbentuk thrombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh

darah tersebut.

c. Gagal ginjal

Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan

tinggi pada kapiler-kapiler ginjal dan glomerolus. Rusaknya

glomerolus mengakibatkan darah akan mengalir ke unit-unit

fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi

hipoksia dan kematian.

d. Gagal jantung

Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam memompa darah

kembalinya ke jantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul

di paru, kaki, dan jaringan lain sering disebut edema. Cairan di dalam

paru-paru menyebabkan sesak nafas, timbunan cairan ditungkai

menyebabkan kaki bengkak.

7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas

dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan


31

dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah di atas 140/90 mmHg.

Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :

a. Penatalaksanaan non farmakologis

Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat

menurunkan tekanan darah. Beberapa pola hidup sehat yang

dianjurkan oleh banyak guidelines adalah :

1) Penurunan berat badan.

Mengganti makanan tidak sehat dengan memperbanyak asupan

sayuran dan buah-buahan dapat memberikan manfaat yang lebih

selain penurunan tekanan darah, seperti menghindari diabetes dan

dislipidemia.

2) Mengurangi asupan garam.

Makanan tinggi garam dan lemak merupakan makanan tradisional

pada kebanyakan daerah. Tidak jarang pula pasien tidak menyadari

kandungan garam pada makanan cepat saji, makanan kaleng,

daging olahan dan sebagainya. Tidak jarang, diet rendah garam ini

juga bermanfaat untuk mengurangi dosis obat antihipertensi pada

pasien hipertensi derajat ≥ 2. Dianjurkan untuk asupan garam tidak

melebihi 2 gr/ hari.

3) Olahraga.

Olahraga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30 sampai 60

menit/ hari, minimal 3 hari/ minggu, dapat menolong penurunan

tekanan darah. Terhadap pasien yang tidak memiliki waktu untuk

berolahraga secara khusus, sebaiknya harus tetap dianjurkan untuk


32

berjalan kaki, mengendarai sepeda atau menaiki tangga dalam

aktifitas rutin mereka di tempat kerjanya.

4) Mengurangi konsumsi alkohol.

Konsumsi alkohol walaupun belum menjadi pola hidup yang umum

di negara kita, namun konsumsi alkohol semakin hari semakin

meningkat seiring dengan perkembangan pergaulan dan gaya

hidup, terutama di kota besar. Konsumsi alkohol lebih dari 2 gelas

per hari pada pria atau 1 gelas per hari pada wanita, dapat

meningkatkan tekanan darah. Dengandemikian membatasi atau

menghentikan konsumsi alkohol sangat membantu dalam

penurunan tekanan darah.

5) Berhenti merokok.

Merokok sampai saat ini belum terbukti berefek langsung dapat

menurunkan tekanan darah, tetapi merokok merupakan salah satu

faktor risiko utama penyakit kardiovaskular, dan pasien sebaiknya

dianjurkan untuk berhenti merokok (PERKI, 2015).

b. Penatalaksanaan farmakologis

Tujuan pengobatan hipertensi adalah untuk mencegah terjadinya

morbiditas dan mortalitas akibat tekanan darah tinggi. Berikut

penggunaan obat-obatan sebagai penatalaksanaan farmakologis untuk

hipertensi.

1) Diuretik

Obat-obatan jenis diuretic bekerja dengan mengeluarkan cairan

tubuh, sehingga volume cairan tubuh berkurang, tekanan darah


33

turun dan beban jantung lebih ringan.

2) Penyekat beta (beta-blockers)

Mekanis kerja obat antihipertensi ini adalah melalui penurunan

laju nadi dan daya pompa jantung. Beberapa hal yang perlu

diperhatikan pada penggunaan obat ini yaitu tidak dianjurkan pada

penderita asma bronchial, dan pengunaan padapenderita diabetes

harus hati-hati karena dapat menutupi gejala hipoglikemia.

3) Golongan penghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACE) dan

Angiotensin Receptor Blocker (ARB)

Penghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACE

inhibitor/ACEi) menghambat kerja ACE sehingga perubahan

angiotensin I menjadi angiotensin II (vosokontriktor) terganggu.

Sedangkan Angiotensin Receptor Blocker (ARB) menghalangi

ikatan angiotensin II pada reseptornya. ACEI maupun ARB

mempunyai efek vasodilatasi, sehingga meringankan beban

jantung.

4) Golongan Calcium Channel Blockers (CCB)

Calcium Channel Blockers (CCB) menghambat masuknya

kalsium ke dalam sel pemWbuluh darah arteri, sehingga

menyebabkan dilatasi arteri koroner dan juga arteri perifer

(Kemenkes RI, 2013).

E. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga

Asuhan keperawatan keluarga dilaksanakan dengan pendekatan proses

keperawatan. Proses keperawatan terdiri atas lima langkah, yaitu pengkajian,


34

perumusan diagnosa keperawatan, penyusunan perencanaan tindakan

keperawatan, pelaksanaan tindakan keperawatan, dan melakukan evaluasi.

1. Pengkajian Keperawatan Keluarga

Pengkajian keperawatan adalah suatu tindakan peninjauan situasi

manusia untuk memperoleh data tentang klien dengan maksud

menegaskan situasi penyakit, diagnosa klien, penetapan kekuatan, dan

kebutuhan promosi kesehatan klien. Pengkajian keperawatan merupakan

proses pengumpulan data. Pengumpulan data adalah pengumpulan

informasi tentang klien yang dilakukan secara sistematis untuk

menentukan masalah-masalah, serta kebutuhan-kebutuhan keperawatan,

dan kesehatan klien. Pengumpulan informasi merupakan tahap awal

dalam proses keperawatan.

Dari informasi yang terkumpul, didapatkan data dasar tentang

masalah-masalah yang dihadapi klien. Selanjutnya, data dasar tersebut

digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan, merencanakan

asuhan keperawatan, serta tindakan keperawatan untuk mengatasi

masalah-masalah klien (Kholifah & Widagdo, 2016). Pengkajian menurut

Friedman (2013) dalam asuhan keperawatan keluarga diantaranya adalah :

a. Data Umum

Data Umum yang perlu dikaji adalah Nama kepala keluarga, Usia,

Pendidikan, Pekerjaan, Alamat, Daftar anggota keluarga.

b. Genogram

Dengan adanya genogram dapat diketahui faktor genetik atau factor

bawaan yang sudah ada pada diri manusia.


35

c. Status Sosial Ekonomi

Status sosial ekonomi dapat dilihat dari pendapatan keluarga dan

kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan keluarga. Pada pengkajian

status sosial ekonomi berpengaruh pada tingkat kesehatan seseorang.

Dampak dari ketidakmampuan keluarga membuat seseorang enggan

memeriksakan diri ke dokter dan fasilitas kesehatan lainnya.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Riwayat kesehatan keluarga yang perlu dikaji adalah Riwayat

masingmasing kesehatan keluarga (apakah mempunyai

penyakitketurunan), Perhatian keluarga terhadap pencegahan penyakit,

Sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga dan

Pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.

e. Karakteristik Lingkungan

Karakteristik lingkungan yang perlu dikaji adalah Karakteristik rumah,

Tetangga dan komunitas, Geografis keluarga, Sistem pendukung

keluarga.

f. Fungsi Keluarga

1) Fungsi Afektif

Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga,

perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga

terhadap anggota keluarga dan bagaimana anggota keluarga

mengembangkan sikap saling mengerti. Semakin tinggi dukungan

keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit, semakin

mempercepat kesembuhan dari penyakitnya. Fungsi ini merupakan


36

basis sentral bagi pembentukan dan kelangsungan unit keluarga.

Fungsi ini berhubungan dengan persepsi keluarga terhadap

kebutuhan emosional para anggota keluarga. Apabila kebutuhan ini

tidak terpenuhi akan mengakibatkan ketidakseimbangan keluarga

dalam mengenal tanda-tanda gangguann kesehatan selanjutnya.

2) Fungsi Keperawatan

a) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah

kesehatan sejauh mana keluarga mengetahui fakta-fakta dari

masalah kesehatan yang meliputi pengertian, faktor penyebab

tanda dan gejala serta yang mempengaruhi keluarga terhadap

masalah, kemampuan keluarga dapat mengenal masalah,

tindakan yang dilakukan oleh keluarga akan sesuai dengan

tindakan keperawatan, karena Hipertensi memerlukan

perawatan yang khusus yaitu mengenai pengaturan makanan

dan gaya hidup. Jadi disini keluarga perlu tau bagaimana cara

pengaturan makanan yang benar serta gaya hidup yang baik

untuk penderita Hipertensi.

b) Untuk mengtahui kemampuan keluarga mengambil keputusan

mengenai tindakan kesehatan yang tepat. Yang perlu dikaji

adalah bagaimana keluarga mengambil keputusan apabila

anggota keluarga menderita Hipertensi.

c) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga merawat

keluarga yang sakit. Yang perlu dikaji sejauh mana keluarga

mengetahui keadaan penyakitnya dan cara merawat anggota


37

keluarga yang sakit Hipertensi.

d) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga

memelihara lingkungan rumah yang sehat. Yang perlu dikaji

bagaimana keluarga mengetahui keuntungan atau manfaat

pemeliharaan lingkungan kemampuan keluarga untuk

memodifikasi lingkungan akan dapat mencegah kekambuhan

dari pasien Hipertensi.

e) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga

menggunakan fasilitas kesehatan yang mana akan mendukung

kesehatan seseorang.

3) Fungsi Sosialisasi

Pada kasus penderita Hipertensi yang sudah mengalami

komplikasi stroke, dapat mengalami gangguan fungsi sosial baik di

dalam keluarga maupun didalam komunitas sekitar keluarga.

4) Fungsi Reproduksi

Pada penderita Hipertensi perlu dikaji riwayat kehamilan (untuk

mengetahui adanya tanda-tanda Hipertensi saat hamil).

5) Fungsi Ekonomi

Status ekonomi keluarga sangat mendukung terhadap

kesembuhan penyakit. Biasanya karena faktor ekonomi rendah

individu segan untuk mencari pertolongan dokter ataupun petugas

kesehatan lainya.
38

g. Stres dan Koping Keluarga

Stres dan koping keluarga yang perlu dikaji adalah Stresor yang

dimiliki, Kemampuan keluarga berespons terhadap stresor, Strategi

koping yang digunakan, Strategi adaptasi disfungsional.

h. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Fisik meliputi:

1) Keadaan Umum :

a) Kaji tingkat kesadaran (GCS) : kesadaran bisa compos mentis

sampai mengalami penurunan kesadaran, kehilangan sensasi,

susunan saraf dikaji (I-XII), gangguan penglihatan, gangguan

ingatan, tonus otot menurun dan kehilangan reflek tonus, BB

biasanya mengalami penurunan.

b) Mengkaji tanda-tanda vital

Tanda-tanda vital biasanya melebihi batas normal.

2) Sistem Penginderaan (Penglihatan)

Pada kasus Hipertensi, terdapat gangguan penglihatan seperti

penglihatan menurun, buta total, kehilangan daya lihat sebagian

(kebutaan monokuler), penglihatan ganda, (diplopia)/gangguan

yang lain. Ukuran reaksi pupil tidak sama, kesulitan untuk

melihat objek, warna dan wajah yang pernah dikenali dengan

baik.

3) Sistem Penciuman

Terdapat gangguan pada sistem penciuman, terdapat

hambatan jalan nafas.


39

4) Sistem Pernafasan

Adanya batuk atau hambatan jalan nafas, suara nafas tredengar

ronki (aspirasi sekresi).

5) Sistem Kardiovaskular

Nadi, frekuensi dapat bervariasi (karena ketidakstabilan fungsi

jantung atau kondisi jantung), perubahan EKG, adanya penyakit

jantung miocard infark, rematik atau penyakit jantung vaskuler.

6) Sistem Pencernaan

Ketidakmampuan menelan, mengunyah, tidak mampu

memenuhi kebutuhan nutrisi sendiri.

7) Sistem Urinaria

Terdapat perubahan sistem berkemih seperti inkontinensia.

8) Sistem Persarafan :

a) Nervus 1 Olfaktori (penciuman)

b) Nervus II Optic (penglihatan)

c) Nervus III Okulomotor (gerak ekstraokuler mata, kontriksi

dilatasi pupil)

d) Nervus IV Trokhlear (gerak bola mata ke atas ke bawah)

e) Nervus V Trigeminal (sensori kulit wajah, penggerak otot

rahang)

f) Nervus VI Abdusen (gerak bola mata menyamping)

g) Nervus VII Fasial (ekspresi fasial dan pengecapan)

h) Nervus VIII Auditori (pendengaran)

i) Nervus IX Glosovaringeal (gangguan pengecapan, kemampuan


40

menelan, gerak lidah)

j) Nervus X Vagus (sensasi faring, gerakan pita suara)

k) Nervus XI Asesori (gerakan kepala dan bahu)

l) Nervus XII Hipoglosal (posisi lidah)

9) Sistem Musculoskeletal Kaji kekuatan dan gangguan tonus otot,

pada klien Hipertensi didapat klien merasa kesulitan untuk

melakukan aktivitas karena kelemahan, kesemutan atau kebas.

10) Sistem Integument

Keadaan turgor kulit, ada tidaknya lesi, oedem, distribusi

rambut.

i. Harapan Keluarga

Perlu dikaji bagaimana harapan keluarga terhadap perawat

(petugas kesehatan) untuk membantu penyelesaian masalah

kesehatan yang terjadi.

2. Diagnosa Keperawatan Keluarga

Diagnosa keperawatan keluarga merupakan perpanjangan

diagnosis ke sistem keluarga dan subsistemnya serta merupakan hasil

pengkajian keperawatan. Diagnosa keperawatan keluarga termasuk

masalah kesehatan aktual dan potensial dengan perawat keluarga yang

memiliki kemampuan dan mendapatkan lisensi untuk menanganinya

berdasarkan pendidikan dan pengalaman (Friedman & Marylin, 2010).

Kategori diagnosa keperawatan keluarga menurut North American

Nursing Association (NANDA) dalam Kholifah & Widagdo (2016)

adalah :
41

a. Diagnosa keperawatan aktual

Diagnosis keperawatan aktual dirumuskan apabila masalah

keperawatan sudah terjadi pada keluarga. Tanda dan gejala dari

masalah keperawatan sudah dapat ditemukan oleh perawat

berdasarkan hasil pengkajian keperawatan.

b. Diagnosa keperawatan promosi kesehatan

Diagnosis keperawatan ini adalah diagnosa promosi kesehatan yang

dapat digunakan di seluruh status kesehatan. Kategori diagnosa

keperawatan keluarga ini diangkat ketika kondisi klien dan keluarga

sudah baik dan mengarah pada kemajuan.

c. Diagnosa keperawatan risiko

Diagnosis keperawatan ketiga adalah diagnosis keperawatan risiko,

yaitu menggambarkan respon manusia terhadap kondisi kesehatan

atau proses kehidupan yang mungkin berkembang dalam kerentanan

individu, keluarga, dan komunitas. Hal ini didukung oleh faktor-

faktor risiko yang berkontribusi pada peningkatan kerentanan.

d. Diagnosa keperawatan sejahtera

Diagnosis keperawatan keluarga yang terakhir adalah diagnosis

keperawatan sejahtera. Diagnosis ini menggambarkan respon

manusia terhadap level kesejahteraan individu, keluarga, dan

komunitas, yang telah memiliki kesiapan meningkatkan status

kesehatan mereka.

Perumusan diagnosis keperawatan keluarga dapat diarahkan pada

sasaran individu atau keluarga. Komponen diagnosis keperawatan


42

meliputi masalah (problem), penyebab (etiologi) dan atau tanda

(sign). Sedangkan etiologi mengacu pada 5 tugas

keluarga yaitu :

a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah

1) Persepsi terhadap keparahan penyakit.

2) Pengertian.

3) Tanda dan gejala.

4) Faktor penyebab.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah diskriptif dengan menggunakan metode studi

kasus. Studi kasus adalah recana peneltian yang dirancang sedemikian rupa

sehingga penelitian dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan peneliti

(Setiadi, 2018). Studi kasus ini untuk mengeksplorasi masalah asuhan

keperawatan keluarga terhadap penyakit hipertensi Di Lingkungan Gusunge

Kabupaten Bulukumba.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek

yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2018). Populasi dalam penelitian ini adalah anggota keluarga Tn. S Di

Lingkungan Gusunge Kecamatan Jalanjang Kabupaten Bulukumba

2. Sampel

Sampel adalah bagian terkecil dari populasi yang dianggap

mewakilinya (Sugiyono,2018). Sampel pada penelitian ini adalah 1 orang

penderita hipertensi di dalam anggota keluarga Tn. S Di Lingkungan

Gusunge Kecamatan Jalanjang Kabupaten Bulukumba

43
44

C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di Lingkungan Gusunge Kabupaten

Bulukumba.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 9 mei tahun 2022.


BAB IV

HASIL DAN DISKUSI

A. Data Demografi Pasien

Pengkajian dilakukan dirumah Tn.P 58 tahun pada hari senin 9 Mei

2022 pukul 09:30 WITA focus klien yaitu Ny. D dengan jenis kelamin

perempuan lahir pada tanggal 23 juli 1968 dan usia sekarang 54 Tahun. Ny. D

di diagnosa medis mengalami Hipertensi dengan Tekanan Darah 160/100

mmHg. Keluarga Tn. S memiliki

Saat ini dalam keluarga Tn.S yang berperan sebagai kepal keluarga

untuk pemenuhan kebutuhan keluarganya. Tn.S memiliki 3 orang anak yaitu

anak pertama bernama Tn.I (33 Tahun) anak kedua Ny.A (30 Tahun) anak

ketiga Tn. A (28 Tahun) semua anak dari Tn.S dan Ny. D sudah menikah dan

memiliki keluarga. Kondisi rumah yang ditempati oleh keluarga Tn. S yanitu

rumah milik sendiri, jenis rumah permanen, keadaan rumah nampak bersih,

ventilasi yang cukup, terdapat 3 kamar tidur, dapur dan kamar mandi.

B. Status Kesehatan

1. Data Status Sosial Keluarga

Saat ini status social keluarga yaitu keluarga mampu beradptasi dan

bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Sedangkan aktivitas rekreasi

keluarga dilakukan setiap harinya hanya menghabiskan waktu di rumah

saja, membersihkan rumah, menoton TV bersama anggota keluarga,

sedangkan anggota keluarga yang sakit jarang keluar rumah.

45
46

2. Data tahap perkembangan keluarga

Tahap perkembangan keluarga saat ini yakni keluarga Tn S dalam

tahap perkembangan tahap VII yaitu keluarga dengan tahap masa

pertengahan bagi orang tua, dimulai ketika anak terakhir meninggalkan

rumah dan berakhir dengan pensiun atau kematian salah satu pasangan.

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah menyediakan

lingkungan yang meningkatkan kesehatan, mempertahankan kepuasan

dan hubungan yang bermakna antara orangtua yang telah menua dan anak

mereka, memperkuat hubungan pernikahan.

Berdasarkan riwayat kesehatan keluarga inti di dapatkan keluarga

mengatakan mempunyai riayat penyakit keturunan yaitu penyakit

Hipertensi. Dimulai dari orang tua Ny. D yang juga memiliki riayat

penyakit Hipertensi. Istri dari Tn. S yaitu Ny. D mengalam penyakit

Hipertensi semenjak tahun 2019. Saat dikaji pasien mengatakn nyeri dan

pusing pada bagian kepala.

3. Data fungsi keluarga

Keluarga Tn. S memiliki fumgsi ekonomi yaitu penhasilan Tn. S

setiap hari ± Rp 50.000 hasil dari menbibit rumput laut di ruma. Keluarga

dapat memenuhi kebutuhan makan sehari-hari dan, biaya untuk berobat

istrinya. Fungsi mendapatkan status social yaitu keluarga Tn.S aktif

mengikuti kegiatan yanmg diadakan di desanya. Fugsi pendidikan

keluarga Tn.S yaitu keluarga mendidik anak-anaknya, menbentuk

perilaku yang baik. Ketiga anak Tn. S memiliki pendidikan terkhir SMA.
47

Sedangkan fungsi sosialisasi keluarga Tn.S menpunyai hubungan

yang baik atar sesama, keluarga merasakan nyaman dan hangat satu sama

lain antar keluarga. Begitu juga arga sekitar lingkungan rumahnya.

Fungsi poemenuhan (perawatan/pemeliharaan) kesehatan dalam keluarga

Tn.S yaitu penyediaan makanan selalu dimasak oleh anggita keluarga

dengan komposisi nasi, lauk pauk, dan sayur frekuensi 3x sehari namun

keluarega tidak bisa memastikan makanan pantangan untuk Ny. D.

kemudian keluarga Tn.S tidak dapat mengenal masalah kesehatan setiap

anggota keluarganya. Keluarga tidak mampu mengambil keputusan untuk

melakukan tindakan yang tepat bagi keluarganya yang sakit.

Ketidakmampuan Tn.S dalam pemberian obat kepada istrinya baik secara

farmakologi maupun nonfarmakologi. Kemudian kemampuan keluarga

memlihara lingkungan yang sehat dengan membersihkan rumah setiap

hari. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayan

kesehatan dengan baik.

Fungsi religious keluarga Tn. S saat ini menjalankan ibadah dan

melaksanakan shalat 5 waktu. Fungsi rekreasi keluarga Tn.S jarang

berekreasi, hanya memhabiskan waktu di rumah saja berkumpul bersama

anggota keluarganya selama istri Tn. S yang sakit. Fungsi reproduksi

keluarga Tn.S mempunyai 3 orang anak dan ketiga anaknya tersebut

sudak menikah dan memiliki rumah masing-masing. Sekarang Tn.S sudah

tidak berencana untuk memiliki anak lagi karena sudah tua.


48

4. Data stress dan koping keluarga

Berdasarkan stress jangka pendek dan panjang Tn S mengatakan

bahwa selama istrinya mengalami penyakit hipertensi Tn. S merasa

kesulitan ekonomi karena sudah tidak bisa dibantu lagi oleh istrinya yang

sedang sakit dan Tn.S mengatakan kekuatan yang dimilikinya sudah

berkurang sehingga pendapatan dari pekerjaannya juga mulai berkurang

dan merasa malu untuk meminta bantuan kepada anaknya

Sedangkan berdasrkan kemampuan keluarga berespon terhadap

stressor yaitu bila terjadi sesuatu masalah dalam keluarga selalu berembug

atau bermusyawarah, keputusan diambil dari kesepakatan musyawarah

bersama anggota keluarga serta keluarga mengtakan baha keluarganya

sudah berusaha untuk kesembuhan Ny. D. Adapun strategi koping yang

digunakan yaitu kalau ada masa;ah keluarga atau sesuatu hal yang tidak

sesuai dengan keluarga, Tn.S selalu memecahkan masalah dengan strategi

koping yang benar.

C. Proses keperawatan

1. Penegakan diagnose keperawatan

Diagnose keperawatan merupakan suatu penilaian klinik mengenai

respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang

dialaminya baik yang berlansung actual maupun potensial. Diagnose

keperaatan bertujuan untuk mengidentifikasi respo klien individu,

keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan

(SDKI,2016).
49

Berdasarkan pengkajian langkah pertama yanmg dilakukan, maka

di dapatkan data subjektif yaitu Ny. D mengatakan merasa nyeri pada

kepala dan pusing , Ny.D juga mengatakan sering mengalami kelelahan

serta merasa jantung berdebar-debar. Masalah kesehatan anggota keluarga

Tn. S tidak mengetahui akibat masalah kesehatan yang dialami anggota

keluarganya bila tidak diobati/dirawat, keluarga belum mampu

memahami tentang pengobtan masalah kesehatan yang dialami oleh

anggota keluarganya dan keluarga Tn. S belum mampu melakukan

pencegahan masalah kesehatan yang dialami anggota kleuarganya .

sedangkan data objektif yang di dapatkan pada saat pengkajian yaitu

Ny.D Nampak meringis, KU lemah, tekanan darah 160/100 mmHg.

Masalah kesehatan yang ditemukan adalah nyeri kronis.

2. Rencana asuhan keperawatan keluarga

Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosis

keperawatan yang ditemukan pada kasus. Intervensi keperawatan tersebut

terdiri dari perencanaan tindakan keperawatan pada kasus disusun

berdasarkan masalah keperawatan yang ditemukan yaitu Nyeri Kronis

berhubungan dengan peningkatan tekanan darah.

Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah Nyeri Kronis

berhubungan dengan peningkatan tekanan darah yaitu dengan pemberian

terapi nonfarmakologis yang tujuannya setelah mendapatkan tindakan

keperawatan terapi nonfarmakologis dengan pemberian jus mentimun

selama 5 hari setiap 2 kali sehari yaitu pagi dan sore sebanyak 250 ml

tujuannya untuk penurunan tekanan darah dan mengatasi nyeri.


50

1. Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan pertama yang dilakukan pada hari senin

tanggal 9 Mei 2022 dengan diagnosa prioritas yaitu : Nyeri Kronis

berhubungan dengan peningkatan tekanan darah tindakan

keperawatannya yaitu hari pertama mengidentifikas (lokasi, karakteristik,

durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri), mengidentifikasi skala nyeri,

mengidentifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri,

memberikan tehnik nonfaramkologis untuk mengurangi rasa nyeri,

memberikan informasi kepada klien keluarga klien tentang tindakan

nonfarmakologis pemberian jus mentimun dengan pendekatan

komunikasi terapeutik, memberikan tehnik nonfarmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri yaitu dengan terapi jus mentimun sebanyak 250

ml setiap 2 kali sehari pagi dan sore selama 5 hari. Memonitor tekanan

darah setelah pemberian jus mentimun.

Implementasi keperawatan kedua yang dilakukan pada hari selasa

tanggal 19 Mei 2022 dengan diagnosa prioritas yaitu Nyeri Kronis

berhubungan dengan peningkatan tekanan darah tindakan keperawatan

lanjutannya yaitu melanjutkan implementasi kemarin yaitu

mengidentifikasi lokasi nyeri, mengidentifikasi skala nyeri,

mengidentifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri,

memberikan tehnik nonfaramkologis untuk mengurangi rasa nyeri,

memberikan informasi kepada klien keluarga klien tentang tindakan

nonfarmakologis pemberian jus mentimun dengan pendekatan

komunikasi terapeutik, memberikan tehnik nonfarmakologis untuk


51

mengurangi rasa nyeri yaitu dengan terapi jus mentimun sebanyak 250

ml setiap 2 kali sehari pagi dan sore selama 5 hari. Memonitor tekanan

darah setelah pemberian jus mentimun.

Implementasi keperawatan ketiga yang dilakukan pada hari Rabu

tanggal 11 Mei 2022 dengan diagnose prioritas yaitu Nyeri Kronis

berhubungan dengan peningkatan tekanan darah tindakan keperaatan

lanjutannya yaitu melanjutkan impelemtasi kemarin yaitu

mengidentifikas lokasi, mengidentifikasi skala nyeri, mengidentifikasi

factor yang memperberat dan memperingan nyeri, memberikan tehnik

nonfaramkologis untuk mengurangi rasa nyeri, memberikan informasi

kepada klien keluarga klien tentang tindakan nonfarmakologis

pemberian jus mentimun dengan pendekatan komunikasi terapeutik,

memberikan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri yaitu

dengan terapi jus mentimun sebanyak 250 ml setiap 2 kali sehari pagi

dan sore selama 5 hari. Memonitor tekanan darah setelah pemberian jus

mentimun.

Implementasi keperawatan ketiga yang dilakukan pada hari Kamis

tanggal 12 mei 2022 dengan diagnose prioritas yaitu Nyeri Kronis

berhubungan dengan peningkatan tekanan darah tindakan keperaatan

lanjutannya yaitu melanjutkan impelemtasi kemarin yaitu

mengidentifikas lokasi, mengidentifikasi skala nyeri, mengidentifikasi

factor yang memperberat dan memperingan nyeri, memberikan tehnik

nonfaramkologis untuk mengurangi rasa nyeri, memberikan informasi

kepada klien keluarga klien tentang tindakan nonfarmakologis


52

pemberian jus mentimun dengan pendekatan komunikasi terapeutik,

memberikan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri yaitu

dengan terapi jus mentimun sebanyak 250 ml setiap 2 kali sehari pagi

dan sore selama 5 hari. Memonitor tekanan darah setelah pemberian jus

mentimun.

Implementasi keperawatan ketiga yang dilakukan pada hari Jumat

tanggal 13 Mei 2022 dengan diagnose prioritas yaitu Nyeri akut

berhubungan dengan peningkatan tekanan darah tindakan keperaatan

lanjutannya yaitu melanjutkan impelemtasi kemarin yaitu

mengidentifikas lokasi, mengidentifikasi skala nyeri, mengidentifikasi

factor yang memperberat dan memperingan nyeri, memberikan tehnik

nonfaramkologis untuk mengurangi rasa nyeri, memberikan informasi

kepada klien keluarga klien tentang tindakan nonfarmakologis

pemberian jus mentimun dengan pendekatan komunikasi terapeutik,

memberikan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri yaitu

dengan terapi jus mentimun sebanyak 250 ml setiap 2 kali sehari pagi

dan sore selama 5 hari. Memonitor tekanan darah setelah pemberian jus

mentimun.

2. Evaluasi

Pada hari senin tanggal 9 Mei 2022 setelah dilakukan tindakan

keperawatan pada diagnosa nyeri kronik berhubungan dengan

peningkatan tekanan darah didapatkan hasil lokasi nyeri yaitu pada

bagian kepala, skala nyeri 5, nyeri memberat ketika melakukan aktivitas,

tehnik non farmakologis jus mentimun, Tn.S dan istrinya setuju untuk
53

diberikan terapi jus mentimun, Ny. D mengatakan nyerinya berkurang,

tekanan darah 160/100.

Pada hari selasa tanggal 10 Mei 2022 setelah dilakukan tindakan

keperawatan pada diagnosa Nyeri kronis berhubungan dengan

peningkatan tekanan darah didapatkan hasil lokasi nyeri yaitu pada

bagian kepala, skala nyeri 4, nyeri memberat ketika melakukan aktivitas,

tehnik non farmakologis jus mentimun, Tn.S dan istrinya setuju untuk

diberikan terapi jus mentimun, Ny. D mengatakan nyerinya berkurang,

tekanan darah 160/100.

Pada hari Rabu tanggal 11 Mei 2022 setelah dilakukan tindakan

keperawatan pada diagnosa Nyeri kronis berhubungan dengan

peningkatan tekanan darah didapatkan hasil lokasi nyeri yaitu pada

bagian kepala, skala nyeri 3, nyeri memberat ketika melakukan aktivitas,

tehnik non farmakologis jus mentimun, Tn.S dan istrinya setuju untuk

diberikan terapi jus mentimun, Ny. D mengatakan nyerinya berkurang,

tekanan darah 150/90

Pada hari Kamis tanggal 12 Mei 2022 setelah dilakukan tindakan

keperawatan pada diagnosa Nyeri kronis berhubungan dengan

peningkatan tekanan darah didapatkan hasil lokasi nyeri yaitu pada

bagian kepala, skala nyeri 2, nyeri memberat ketika melakukan aktivitas,

tehnik non farmakologis jus mentimun, Tn.S dan istrinya setuju untuk

diberikan terapi jus mentimun, Ny. D mengatakan nyerinya berkurang,

tekanan darah 140/90.


54

Pada hari Jumat tanggal 13 Mei 2022 setelah dilakukan tindakan

keperawatan pada diagnosa Nyeri kronis berhubungan dengan

peningkatan tekanan darah didapatkan hasil lokasi nyeri yaitu pada

bagian kepala, skala nyeri 1, nyeri memberat ketika melakukan aktivitas,

tehnik non farmakologis jus mentimun, Tn.S dan istrinya setuju untuk

diberikan terapi jus mentimun, Ny. D mengatakan nyerinya berkurang,

tekanan darah 130/90.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Analisis keperawatan yang diawali dengan melakukan konsep

keperawatan dimulai dengan pengkajian secara menyeluruh meliputi bio-

psiko-sosio-kultural. Pengkajian melakukan pemeriksaan TTV, pemeriksaan

fisik, dan riwayat kesehatan. Berdasarkan pemaparan asuhan keperawatan

mengenai pelaksanaan pemberian terapi jus mentimun pada Ny. D di

Lingkungan Gusunge dapat disimpulkan bahwa:

1. Berdasarkan pengkajian yang didapatkan diagnosa yang muncul pada

Ny.D yaitu Hipertensi. Diagnosa keperawatan yang didapat yaitu Nyeri

akut b/d peningkatan tekanan darah.

2. Dari hasil intervensi yang dilakukan pada Ny.D adalah penurunan tekanan

darah dan rasa nyeri dengan terapi jus mentimun yang diberikan selama 5

hari setiap 2 kali sehari pagi dan sore sebanyak 250 ml dengan hasil

terdapat penurunan tekanan darah pada Ny.D

3. Sesuai dengan hasil yang didapat pada pasien Ny.D terapi pemberian jus

mentimun dapat menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi hal ini

sama dengan jurnal-jurnal terkait.

B. Saran

1. Bagi institusi pendidikan

Diharapkan kepada institusi pendidikan untuk mengembangkan ilmu

kesehatan keperawatan keluarga khusunya pada penderita Hipertensi

yaitu dengan terapi pemberian jus mentimun terhadap penurunan tekanan

55
56

darah, sehingga pengetahuan dan keterampilan tentang hal tersebut lebih

baik lagi kedepannya dan akan menjadi bahan ajar di kampus pada

keperawatan keluarga

2. Bagi perawat

Diharapkan dapat menjadi acuan dan informasi bagi perawat dalam

pemberian terapi nonfarmakologis berupa terapipemberian jus mentimun

pada penderita Hipertensi.


57

DAFTAR PUSTAKA

Agung Prakoso, (2019). Pengaruh Jus Mentimun Terhadap Penurunan Tekanan


Darah

Aspiani, R. Y. (2019). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan


Kardiovaskuler Aplikasi NIC & NOC.

Brunner & Suddarth, (2014). Keperaatan Medikal Bedah. Edisi 12, Jakarta: Penerbit
Buku

Dian Luluh, (2021). Terapi Komplementer Untuk Menurunkan Tekanan Darah (Evidence
Based Practice).

Dwi Pramana, K. (2020). Penatalaksanaan Krisis Hipertensi. Jurnal Kedokteran, 5(2), 91–
96.

Friedman. (2013). Asuhan Keperawatan Keluarga. Gosyen Publishing

Fajri, Y. S. (2017). Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Hipertensi Pada


Lansia Tahap Awal Di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang.

Hamid, Sakti, (2020). 7 Buah-Buahan Istimea Dalam Al-Quran Dan Manfaatnya Bagi
Kesehatan

Illis Mahbubah, (2020).

Infodatin Hipertensi, (2014)

Kayce Bell, P. D. C. 2015, June Twiggs, P. D. C. 2015, & Bernie R. Olin, P. D. (2015).
Hypertension : The Silent Killer : Updated JNC-8 Guideline. Albama Pharmacy
Association, 1–8.

Kemenkes RI. (2013). Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Hipertensi.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2019). Laporan Riskesdas

Kholifah, S. N., & Widagdo, W. (2016). Keperawatan Keluarga Dan


Komunitas.Pusat.(1st ed.).

Lovindy, (2019). Pengaruh Pembeerian Jus Mentimun (Cucumis Sativus


L) Terhadap Peniurunan Tekana Darah Sistolik Dan Dianstolik Pada
Penderita Hipertensi

Manuntung, A. (2018). Terapi Perilaku Kognitif Pada Pasien Hipertensi

Mardiati Barus, dkk. (2019). Terapi Jus Mentimun Menurunkan Tekanan Darah
Pada Penderita Hipertensi. Vol. 2 No. 2 Juli 2019.
58

Merlina, dkk. (2020). Pengaruh Pemberian Jus Mentimun Terhadap Tekanan


Darah Lansia Dengan Hipertensi di PSTW Sinta Rangkang Tahun 2020.
P-2527-579. e-ISSN: 2580-7633. Vol. 6, No. 1, Juni 2021.

PERKI. (2015). Pedoman Tatalaksana Hipertensi Pada Penyakit Kardiovaskular

Setiadi. (2013). Konsep dan Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teori dan
Praktik. Yogyakarta : Graha ilmu

Siti, N. (2020). Ensiklopedi Mentimun: Deskripsi, Filosofi, Manfaat, Budidaya, dan


Peluang

Triyanto, E. (2019) Pelayanan Keperaatan Bagi Penderita Hipertensi. Graha Ilmu:


Yogyakarta

WHO, (2015) Hari Hipertensi Sedunia.

Wulandari, A, (2019) Cara JItu Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai