Anda di halaman 1dari 103

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

ASUHAN KEPERAWATAN POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF DENGAN


BALLOON BLOWING PADA PASIEN ASMA DI RUANG KECAK
RSUD MANGUSADA BADUNG

Oleh :

ANAK AGUNG ISTRI WAHYULINIYA

NIM.P07120322006

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI PROFESI NERS
DENPASAR
2023
KARYA TULIS ILMIAH AKHIR NERS

ASUHAN KEPERAWATAN POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF


DENGAN BALLOON BLOWING PADA PASIEN ASMA DI
RUANG KECAK RSUD MANGUSADA BADUNG

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Menyelesaikan Pendidikan Profesi Ners
Jurusan Keperawatan

Oleh:

ANAK AGUNG ISTRI WAHYULINIYA

NIM.P07120322006

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI PROFESI NERS
DENPASAR
2023

2
LEMBAR PERSETUJUAN

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

ASUHAN KEPERAWATAN POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF DENGAN


BALLOON BLOWING PADA PASIEN ASMA DI RUANG KECAK RSUD
MANGUSADA BADUNG

TELAH MENDAPATKAN PERSETUJUAN

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Ni Made Wedri A.Per.Pen.S.Kep.,Ns.M.Kes I DPG Putra Yasa,S.Kp.M.kep.,Sp.KMB


NIP.196106241987032002 NIP.197108141994021001

MENGETAHUI:
KETU JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES
DENPASAR

Ners.I Made Sukarja,S.Kep,M.Kep


NIP.196812311992031020

3
LEMBAR PENGESAHAN

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

ASUHAN KEPERAWATAN POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF DENGAN


BALLOON BLOWING PADA PASIEN ASMA DI RUANG KECAK RSUD
MANGUSADA BADUNG

TELAH DIUJI DIHAPAN TIM PENGUJI PADA


HARI:
TANGGAL :

TIM PENGUJI
1. I Wayan Surasta, SKp. .M.Fis. (Ketua) (…………….)

NIP. 196512311987031015

2. Ners. I Made Sukarja. S.Kep. M.Kep (Anggota) (…………….)

NIP. 196812311992031020
3. I Ketut Suardana, SKp., M.Kes. (Anggota) (…………….)

NIP. 196509131989031002

MENGETAHUI:
KETUA JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES
DENPASAR

Ners.I Made Sukarja,S.Kep,M.Kep


NIP.196812311992031020

4
ASUHAN KEPERAWATAN POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF DENGAN
BALLOON BLOWING PADA PASIEN ASMA DI RUANG KECAK
RSUD MANGUSADA BADUNG

ABSTRAK

Asma ialah suatu keadaan yang mana individu merasakan kesulitan ketika
bernafas dikarenakan menyempitnya alur bernafas. Masalah keperawatan yang
biasa terjadi terhadap pasien asma contohnya tidak efektifnya pola nafas, salah
satu teknik non farmakologi yang bisa diberikan dalam menanggulangi
permasalahan pola nafas tidak efektif dengan metode relaksasi nafas melalui
teknik balloon blowing. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui asuhan
keperawatan pola nafas tidak efektif menggunakan Teknik non farmakologi pada
pasien asma di RSUD Mangusada Badung. Penelitian ini menggunakan metode
desain penelitian deskriptif, yakni dengan rancangan penelitian studi kasus.
Sampel penelitian yaitu pasien asma dengan masalah pola nafas tidak efektif.
Teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, serta dokumentasi.
Hasil pengkajian, didapatkan pasien mengalami sesak selama 3 hari RR:
30x/menit menggunakan otot bantu napas sehingga dapat ditegakkan diagnosa
pola napas tidak efektif. Perencanaan keperawatan menggunakan intervensi utama
manajemen jalan napas, implementasi rencana sesuai rencana keperawatan,
dikolaborasikan dengan terapi ballon blowing , Evaluasi keperawatan dari
implementasi rencana keperawatan dan kolaborasi terapi ballon blowing ,
didapatkan tujuan kriteria hasil teratasi. Kesimpulanya berdasarkan analisis kasus
kelolaan dan jurnal terkait, didapatkan bahwa pemberian terapi ballon blowing
dengan waktu yang teratur pada dengan pola nafas tidak efektif dapat mengurangi
sesak.

Kata Kunci : Asuhan Keperawatan, Pola Nafas Tidak Efektif, Asma

5
NURSING CARE FOR INEFFECTIVE BREATHING PATTERNS WITH
BALLOON BLOWING IN ASTHMA PATIENT IN KECAK ROOM AT
BADUNG MANGUSADA HOSPITAL

ABSTRACT

Asthma is a condition in which an individual feels difficult to breathe due to


narrowing of the breathing stream. A common nursing problem for asthma
patients is the inefficiency of breathing patterns, one of the non-pharmacological
techniques that can be given in tackling the problem of ineffective breathing
pathways with breathing relaxation methods through balloon blowing techniques.
The aim of this study is to find out that the non-pharmacological technique is
ineffective in patients with asthma in Mangusada Badung RSUD. This research
uses descriptive research design method, with a case study research plan. The
sample study included asthma patients with ineffective breathing patterns. Data
collection techniques through interviews, observations, and documentation. The
results of the study, obtained patients suffered from shortness for 3 days RR: 30x /
minute using respiratory muscles so that it can be established the diagnosis of
ineffective breathing patterns. Nursing planning using the main interventions of
airway management, implementation of plans according to nursing plan,
collaboration with ballon blowing therapy, nurses evaluation of implementation
nursery plan and collaboration ballon blasting therapy, achieved objective criteria
outcome overcome. Based on the analysis of management cases and related
journals, it was concluded that giving balloon blowing therapy with a regular time
on with ineffective breathing patterns can reduce relapse.

Keywords: Nursing Care, Ineffective Breathing Patterns, Asthma

6
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas

berkatnyalah peneliti dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners dengan judul

“Asuhan Keperawatan Pola Nafas Tidak Efektif Dengan Ballon Blowing Pada

Pasien Asma di Ruang Kecak RSUD Mangusada Badung” tepat pada waktunya.

Karya Ilmiah Akhir Ners ini dapat diselesaikan bukanlah semata-mata usaha

peneliti sendiri, melainkan berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak,

untuk itu melalui kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dr. Sri Rahayu, S.Kp., S.Tr.Keb., M.Kes selaku Direktur Poltekkes

Kemenkes Denpasar yang telah memberikan kesempatan menempuh program

pendidikan Profesi Ners di Jurusan Keperawatan Poltekkes Denpasar.

2. Bapak Ners. I Made Sukarja, S.Kep., M.Kep. selaku Ketua Jurusan

Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar yang telah

memberikan kesempatan dalam menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners ini.

3. Ibu N.L.K Sulisnadewi, M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.An selaku Ketua Program Studi

Profesi Ners Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar

yang telah memberikan kesempatan dalam menyelesaikan Karya Ilmiah

Akhir Ners ini.

4. Ibu Ni Made Wedri A.Per.Pen.S.Kep.,Ns.M.Kes selaku pembimbing utama

yang telah memberikan masukan, pengetahuan dan bimbingan dalam

menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners ini.

5. Bapak I DPG Putra Yasa,S.Kp.M.kep.,Sp.KMB. selaku pembimbing

pendamping yang telah memberikan masukan, pengetahuan dalam

7
menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan sehingga

peneliti mampu Menyusun Karya Ilmiah Akhir Ners ini.

7. Keluarga besar Ibu, Aji, Kakak, Ipar, Mertua dan Suami peneliti yang telah

memberikan doa, dorongan moral, maupun material dalam menyelesaikan

Karya Ilmiah Akhir Ners ini.

8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Karya Ilmiah Akhir

Ners ini yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu.

Peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk

kesempurnaan Karya Ilmiah Akhir Ners ini

Denpasar, 10 Mei 2023

Peneliti

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

8
Nama : Anak Agung Istri Wahyuliniya
NIM : P07120322006
Program Studi : Profesi Ners
Jurusan : Keperawatan
Tahun Akademik : 2023
Alamat : Jl Kebo Iwa Utara, Gang Citarum No.3
Dengan ini menyatakan bahwa :
Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) dengan judul Asuhan Keperawatan Pola Nafas
Tidak Efektif Dengan Balloon Blowing Pada Pasien Asma Di RSUD Mangusada
Badung adalah benar karya sendiri atau bukan plagiat hasil karya orang lain.
1. Apabila di kemudian hari terbukti Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) ini bukan

karya saya sendiri atau plagiat hasil karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi sesuai Peraturan Mendiknas RI No 17 Tahun 2010 dan

ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana


mestinya.

Denpasar, Mei 2023


Yang membuat pernyataan

Anak Agung Istri Wahyuliniya


NIM. P0712032206

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
KHALAMAN JUDUL............................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................................iii

9
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................iv
ABSTRAK...............................................................................................................v
ABSTRACT............................................................................................................vi
KATA PENGANTAR...........................................................................................vii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT.......................................................ix
DAFTAR ISI............................................................................................................x
DAFTAR TABEL................................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................7
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................7
D.    Manfaat Penelitian........................................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Medis Penyakit Asma......................................................................9
1. Definisi......................................................................................................9
2. Faktor presipitasi dan presdisposisi...........................................................9
3. Tanda dan Gejala.....................................................................................10
4. Patofisiologi.............................................................................................11
5. Pemeriksaan Penunjang...........................................................................12
6. Penatalaksanaan.......................................................................................15
B. Konsep Dasar Diagnosa Keperawatan Pola Nafas Tidak Efektif...............17
1. Definisi....................................................................................................17
2. Faktor Penyebab......................................................................................17
3. Tanda dan Gejala.....................................................................................18
4. Kondisi Klinis Terkait.............................................................................19
C. Konsep Teknik Balloon Blowing................................................................20
1. Definisi....................................................................................................20
2. Prosedur Teknik Baloon Blowing............................................................21
D. Asuhan Keperawatan Pola Nafas Tidak Efektif Pada Pasien Asma...........23
1. Pengkajian...............................................................................................23
2. Diagnosa Keperawatan............................................................................28
3. Perencanaan Keperawatan.......................................................................30
4. Implementasi Keperawatan.....................................................................34

10
5. Evaluasi Keperawatan.............................................................................34
BAB III METODE
A. Jenis Penelitian............................................................................................37
B. Alur Penelitian............................................................................................37
C. Tempat dan Waktu Penelitian.....................................................................38
D. Populasi dan Sampel...................................................................................38
1. Populasi...................................................................................................38
2. Sampel.....................................................................................................38
E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data..........................................................39
1. Jenis Data Yang dikumpulkan.................................................................39
2. Cara Pengumpulan Data..........................................................................40
F. Pengolahan dan Analisis Data.....................................................................42
1. Pengolahan Data......................................................................................42
2. Analisis Data...........................................................................................42
G. Etika Penelitian...........................................................................................43
1. Prinsip Manfaat.......................................................................................43
2. Prinsip Menghargai Hak Asasi Manusia (respect human dignity)..........44
3. Prinsip Keadilan (right to justice)...........................................................45
BAB IV LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
A. Pengkajian Keperawatan Pada Asuhan Keperawatan Pola Nafas Tidak
Efektif Pada Pasien Asma di Ruang Kecak RSUD Mangusada Badung...........46
B. Diagnosa Keperawatan Pada Asuhan Keperawatan Pola Nafas Tidak
Efektif Pada Pasien Asma di Ruang Kecak RSUD Mangusada Badung...........49
C. Perencanaan Keperawatan Pada Asuhan Keperawatan Pola Nafas Tidak
Efektif Pada Pasien Asma di Ruang Kecak RSUD Mangusada Badung...........49
D. Implementasi Keperawatan.........................Error! Bookmark not defined.
E. Evaluasi Keperawatan.................................................................................61
BAB V PEMBAHASAN
A. Analisa Asuhan Keperawatan.....................................................................62
1. Pengkajian keperawatan..........................................................................62
2. Diagnosa Keperawatan............................................................................63
3. Rencana Keperawatan.............................................................................64
4. Implementasi Keperawatan.....................................................................65
5. Evaluasi Keperawatan.............................................................................66

11
B. Analisa Intervensi Keperawatan Terapi Balloon Blowing dengan Konsep
Evidance Based Practice....................................................................................67
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................70
B. Saran............................................................................................................72
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................74
Lampiran-Lampiran

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Luaran Keperawatan Pada Pola Napas Tidak Efektif .............................32

12
Tabel 2 Intervensi Keperawatan Pola Nafas Tidak Efektif Menurut SIKI...........33
Tabel 3 Pengkajian Keperawatan Pola Nafas Tidak Efektif Pada Pasien Asma di
Runag Kecak RSUD Mangusada Badung..................................................47
Tabel 4 Analisa Data Pada Asuhan Keperawatan Pola Nafas Tidak Efektif Pada
Pasien Asma di RSUD Mangusada............................................................48
Tabel 5 Diagnosa Keperawatan Pada Asuhan Keperawatan Pola Nafas Tidak
Efektof Pada Pasien Asma di Ruang Kecak RSUD Mangusada Badung. .49
Tabel 6 Perencanaan Keperawatan Pada Asuhan Keperawatan Pola Nafas Tidak
Efektif Pada Pasien Asma di Ruang Kecak RSUD Mangusada Badung...50
Tabel 7 Implementasi Keperawatan Pada Pasien Asma di Ruang Kecak RSUD
Mangusada Badung....................................................................................53
Tabel 8 Evaluasi Keperawatan Pola Nafas Tidak Efektif Pada Pasien Asma di
Ruang Kecak RSUD Mangusada Badung..................................................61

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Kegiatan Penelitian Asuhan Keperawatan Pola Napas Tidak


Efektif dengan Terapi Balon Blowing Pada Pasien Asma di Ruang
Kecak RSUD Mangusada Badung

13
Lampiran 2 Realisasi Anggaran Biaya Penelitian Asuhan Keperawatan Pola
Napas Tidak Efektif dengan Terapi Balon Blowing Pada Pasien
Asma di Ruang Kecak RSUD Mangusada Badung
Lampiran 3 Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 4 Persetujuan Setelah Penjelasan ( Informed Conset) Sebagai Peserta
Penelitian
Lampiran 5 Standar Prosedur Operasional (SPO) Terapi Teknik Balloon Blowing
Lampiran 6 Surat Ijin Penelitian Dan Kelengkapan Berkas
Lampiran 7 Bukti Validasi bimbingan Pada SIAK

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

14
Asma ialah suatu keadaan yang mana individu merasakan kesulitan

ketika bernafas dikarenakan menyempitnya alur bernafas. Gejala asma ialah

wheezing (mengi), sulitnya menarik nafas, rasa sesak pada dada dan batuk

(Lorensia, 2016). Penyakit pernapasan kronik yang sering ditemui di

kalangan masyarakat saat ini yaitu asma. Hal ini mendeskripsikan bahwa

orang yang menderita asma akan merasakan gejala terganggunya pernafasan

yang ditandai dengan timbulnya rasa sesak pada dada hingga batuk.

Menurut data Global Asthma Report pada tahun 2018, terdapat

40 juta (70%) kematian yang diakibatkan penyakit tidak menular di

seluruh dunia, sedangkan kematian terjadi di negara berkembang sebesar

80%. Salah satunya diakibatkan oleh asma yakni penyakit kronis yang

menganggu pernapasan dan menjadi penyebab 15% kematian di belahan

dunia. Asma yaitu penyakit kronis yang diasumsikan dapat berpengaruh

pada 339 juta manusia di dunia. Asma merupaan jenis penyakit substansial

yang mana mendorong terjadinya kualitas hidup yang menurun serta

kematian dini pada seseorang. Saat ini asma berada di peringkat ke-16 di

dunia sebabai sebab pertama disabilitas serta menjadi beban penyakit ke

posisi -28 menurut Disability Adjusted Life Years (Global Asthma

Network, 2018).

Prevalensi asma di Indonesia sebanyak 4,5% dari populasi, dengan

jumlah kumulatif pasien asma sekitar 11.179.032. Prevalensi terendah

terdapat di Provinsi Lampung yaitu sebanyak 1,6%, sementara Sulawesi

15
Tengah memegang prevalensi paling tinggi sejumlah 7,8%. Total pasien

asma paling sedikit yakni Papua Barat sekitar 26 ribu jiwa serta paling

banyak terdapat di Jawa Barat yang berjumlah 2,2 juta jiwa (Kemenkes RI,

2018).

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Provinsi Bali, 2018

menunjukkan bahwa kejadian asma di Provinsi Bali sebanyak 3,90% dari

populasi, dengan jumlah kumulatif pasien asma sebanyak 20.560. Angka

tertinggi kejadian asma terjadi di Kabupaten Karangasem sebanyak 6,17%

dan kejadian terendah terjadi di Kabupaten Buleleng sebanyak 3,8%, pada

usia 75 tahun keatas lebih rentan terkena asma sebanyak 6,49%, usia

kurang dari 1 tahun lebih kecil terkena asma sebanyak 0,92%. Jenis

kelamin perempuan lebih rentan terkena penyakit asma dibandingkan laki-

laki (Riskesdas, 2018). Asuhan keperawatan akan dilakukan di RSUD

Mangusada Badung. Di RSUD Mangusada Badung, pada pasien sama

sejumlah 1.773 (2015), 1.986 pasien (2016), seerta 1.790 penderita asma di

tahun 2017.

 Masalah keperawatan yang biasa terjadi terhadap pasien asma

contohnya tidak efektifnya pola nafas serta intervensi mandiri yang dapat

dilakukan seperti: memposisikan semi flower, kedalaman nafas,

memonitor seringnya pernafasan dan cara nonfarmakologi lain. Ciri pada

pola nafas tidak efektif meliputi turunnya tekanan inspirasi maupun

ekspirasi, menurunnya udara yang bertukar per menit, mempergunakan

otot pernafasan penunjang, nasal flaring, orthopnea, dyspnea, nafas

16
pendek, pernafasan pursed-lip, lamanya tahapan ekspirasi, meningkatnya

diameter anterior-posterior, pernafasan hanya mencapai kedalaman

(volume tidal dewasa 500 ml, 6-8ml/kg pada bayi), perbedaan waktu, serta

berkurangnya kapasitas vital (Prok, 2016)

Salah satu teknik non farmakologi yang bisa diberikan dalam

menanggulangi permasalahan pola nafas tidak efektif melalui tindakan

mandiri keperawatan yakni dengan memberi metode relaksasi nafas

melalui teknik balloon blowing. Teknik terapi ini bisa mengoptimalkan

keefektifitasan sistem nafas baik ventilasi, diffusi ataupun perfusi.

Besarnya difusi pada individu jauh lebih tinggi jika seringkali

dilaksanakan terapi meniup balon dan hasilnya berbeda dibanding individu

yang tak terlatih. Hal ini dikarenakan efesiensi “capillary bed” di parenkim

paru agar area melaksanakan difusi lebih luas (Suparyanto & Rosad,

2020) .

Teknik relaksasi Ballon Blowing ini diaplikasikan terhadap pasien

agar mereka mampu mengontrol nafasnya dengan baik ketika serangan

asma terjadi ataupun bersifat latihan. Teknik ini mempunyai tujuan sebagai

cara meminimalisir gejala asma serta memaksimalkan mutu hidup

(Suparyanto & Rosad, 2020). Terapi pada penderita asma dapat dilakukan

dengan teknik permainan balloon blowing merupakan permainan meniup

balon yang membutuhkan insipirasi maupun ekspirasi lama. Terapi

tersebut bertujuan mengatur pernafasan yakni panjangnya ekspirasi

17
daripada inspirasi dalam mewadahi keluarnya CO2 pada tubuh akibat

obstruksi jalan napas (Irfan, 2019).

Kelebihan terapi ballon blowing ini adalah salah satu Teknik non

farmakologi yang merupakan suatu metode yang lebih efektif sederhana

dan tidak menimbulkan efek samping dan sangat efesien pada biaya

pengobatan serta mampu melatih status respirasi terhadap seseorang yang

pernafasannya terganggu. Adapun kelemahan dari terapi ballon blowing

yaitu terapi harus dilakukan teratur dan sangat lebih efektif karna terapi

menggunakan non farmakologi akan lebih lembat dibandingan dengan

terapi farmakologi. Hal ini sejalan dengan penelitian (Sri, 2022).

Pemberian teknik pernapasan menggunakan tiup balon efektif dilakukan

untuk melatih kemampuan paru-paru berkembang dan menyerap oksigen

dengan baik. Dapat dilihat dari pemberian teknik pernapasan tiup balon

pada kelompok intervensi mengalami peningkatan yang signifikan

terhadap fungsi paru jika diperbandingkan pada kelompok tanpa

diberikannya tindakan tersebut.

Beberapa kajian mengenai intervensi telah banyak diteliti oleh

peneliti sebelumnya. Hasil riset intervensi yang dilakukan oleh (Suwaryo1

et al., 2020) menyatakan bahwa pelatihan meniup balon bermanfaat

menanggulangi timbulnya sesak nafas serta lemahnya oksigen yang ada

pada tubuh memberi kekuatan sel maupun otot memproduksi CO2.

Peneliti telah melakukan Tindakan terapi latihan pernafasan ballon

blowing untuk mengatasi sesak nafas pada pasien yang mengalami

18
kecemasan dan selama sesak berlangsung serta adanya suara wheezing,

Edukasi pada pasien yang mengalami sesak nafas dan penanganan utama

yang dilakukan ketika asma penderita menyerang yang dapat mengurangi

sesak yang dikeluhkan salah satunya dengan mengajarkan tehnik

pernafasan blowing ballon, tehnik ini selain menjadi latihan alternatif lain

juga dapat digunakan untuk meringankan gejala sesak nafas yang dialami.

Penelitian menurut (Sri, 2022) terkait terapi blowing ballon sebagai

teknik meminimalisir sesak nafas pada pasien asma mendeskripsikan

abhwa diperoleh 3 pasien dengan respon positif serta respirasinya dapat

menurun melalui terapi tersebut, rerata frekuensi respirasi pada pasien

sejumlah 21-23 x/menit dimana masalah sesak menurun, dan membantu

kestabilan nafas terhadap pengidap asma. Penelitian sejenis terkait terapi

tiup balon melalui super bubbles juga dilaksanakan oleh (Alfin Nugroho,

Indra Dewi, 2018) menguraikan bahwasannya terdapat frekuensi nafas

yang menurun saat diberi terapi tiup balon. Ini disebsbkan teknik super

bubbles serta meniup balon memberi terapi distraksi yang berfungsi

menyediakan aluran udara pada paru agar meminimalkan sesak. Di

samping itu, terapi ini mengembangkan kapasitas paru serta udaranya,

memaksimalkan efesiensi nafas anak sehingga mengakibatkan frekuensi

bernafas pada orang dengan penyakit asma menurun.

19
B. Rumusan Masalah

Berkaitan dengan latar belakang di atas, maka dirumuskan

permasalahan yaitu : Bagaimanakah asuhan keperawatan Pola Nafas Tidak

Efektif Dengan Balloon Blowing Pada Pasien Asma?

C. Tujuan Penulisan

1.  Tujuan Umum

Untuk Mengetahui asuhan keperawatan Asuhan Keperawatan

Gangguan Pola Nafas Tidak Efektif Dengan Balloon Blowing Pada

Pasien Asma.

2.  Tujuan Khusus

a.  Menjelaskan kajian keperawatan terhadap asuhan keperawatan


menggunakan terapi balloon blowing pada pasien asma.

b.  Membuat rumusan diagnosa keperawatan terhadap asuhan


keperawatan melalui terapi balloon blowing pada pasien asma.

c.  Merancang rencana keperawatan pada asuhan keperawatan melalui


pemberian terapi balloon blowing pada pasien asma.

d. Mendeskripsikan penerapan keperawatan terhadap asuhan


keperawatan melalui terapi balloon blowing pada pasien asma.

e.   Mengevaluasi asuhan keperawatan dengan pemberian terapi


balloon blowing terhadap pasien asma.

20
D.    Manfaat Penelitian

1.      Manfaat Teoritis

a.   Hasil dari Karya Ilmiah Akhir Ners (KIA-N) ini diharapkan

mampu menjadi sumber rujukan ilmiah di bidang keperawatan

terutama pada perkembangan ilmu keperawatan serta teknik asuhan

keperawatan pola nafas tidak efektif pada pasien asma.

b.   Hasil Karya Ilmiah ini (KIA-N) ini bisa dimanfaatkan menjadi

panduan dalam mengkaji terkait balloon blowing pada pola nafas

tidak efektif pada pasien asma secara mendalam.

2.      Manfaat Praktis

a.   Hasil Karya Ilmiah ini (KIA-N) ini diasumsikan mampu memberi

pilihan teknik keperawatan pada perawat saat memberi intervensi

terapi ballon blowing pada pola nafas tidak efektif pada pasien

asma.

b.   Hasil Karya Ilmiah ini (KIA-N) ini diasumsikan mampu

berkontribusi sebagai panduan lembaga Kesehatan khususnya

tempat praktek ketika memberi asuhan keperawatan berdasarkan

SOAP yang berlaku.

21
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Medis Penyakit Asma

1. Definisi

Asma bronkial yaitu sebuah kelainan berbentuk inflamasi

(radang) kronik pada saluran nafas yang mengakibatkan hiper aktivitas

bronkus (Aulia, 2017). Menurut (WHO, 2021), asma bronkial

didefiniskan sebagai keadaan pada kurun waktu lama yang berdampak

pada seseorang yang mana terjadi penyempitan saluran udara pada paru-

parunya akibat radang atau otot sekitar saluran udara kecil mengencang.

Asma juga dimaknai sebagai penyakit heterogen berbentuk radang pada

alur nafas secara kronik (GINA, 2021).

Sesuai dengan definisi yang diuraikan, maka dapat disintesiskan

bahwasannya asma bronkial ialah sebuah penyakit kelainan pernafasan

akibat terjadinya radang atau otot bronkus yang mengencang secara

kronis.

2. Faktor presipitasi dan presdisposisi

Tingginya risiko asma bronkial umumnya diakibatkan sejumlah

faktor. Faktor tersebut dideskripsikan berikut ini sesuai (WHO, 2021).

22
a. Faktor presipitasi

1) Asma bronkial cenderung mungkin timbul apabila salah satu

anggota keluarganya menderita penyakit serupa khususnya

keluarga sedarah misalnya orang tua ataupun saudara kandung.

2) Kejadian di awal kehidupan (ketika lahir) yang bisa berdampak

terhadap pertumbuhan paru-paru seperti berat badan tidak ideal,

prematur, maupun infeksi virus saluran nafas.

b. Faktor Predisposisi

1) Asma bronkial lebih beresiko muncul apabila individu tersebut

mempunyai keadaan alergi berupa eksim, rinitis, dan seringkali

terpapar beragam alergen maupun iritasi lingkungan.

Contohnya cuaca dingin, polusi udara, tungau, jamur, virus,

serbuk bunga, bulu binatang, debu, bahan kimia, maupun

segala bentuk asap yang ada di lingkungan sekitarnya.

2) Faktor gaya hidup misalnya pola makan, kegiatan/pekerjaan,

serta olahraga) maupun keadaan tubuh individu (lebihnya berat

badan/obesitas).

3. Tanda dan Gejala

Berdasarkan (WHO, 2021) dan (Aulia, 2017), keadaan asma

bronkial ditandai dengan gejala berikut.

23
a. Batuk kering/berdahak

b. Sesak nafas

c. Nafas berbunyi (mengi)

d. Dada terasa berat

e. Nafas pendek dan cepat

4. Patofisiologi

Patosfisiologi pada asma yakni terdapatnya faktor penyebab

meliputi debu, asap rokok, bulu, cuaca dingin yang dialami penderitanya.

Segala benda yang sudah terpapar tersebut tidak bisa diketahui sistem

pada tubuh yang mengakibatkan munculnya benda asing (antigen).

Persepsi tersebut mendorong keluarnya antibodi yang bertugas menjadi

respon hipersensitif misalnya neutropil, basophil, serta immunoglobulin

E. Terserapnya antigen dalam tubuh merangsang aksi pada antigen yang

membuat ikatan layaknya key and lock (gembok dan kunci).

Bentuk antibodi yang terikat ini menstimulasi tingginya

mediator kimiawi yang keluar meliputi histamine, neutrophil

chemotactic show acting, epinefrin, norepinefrin, dan prostagandin.

Bertambahnya mediator kimia ini dapat menstimulus terjadinya

permiabilitas kapiler, bengkaknya mukosa saluran nafas (utamanya

bronkus). Bengkak yang muncul secara merata pada keseluruhan

komponen bronkus nantinya mengkiabtkan bronkus menyempit

(bronkokontrikis) ataupun sesak nafas.

24
Sempitnya kondisi bronkus dapat merendahkan kadar oksigen

yang diproduksi ketika inspirasi yang berakibat penurunan oksigen dalam

darah. Keadaan ini berdampak terhadap rendahnya oksigen jaringan

sehingga penderitanya lebih pucat serta lemah. Bengkaknya mukosa

bronkus ini mendorong peningkatan sekres mucu, serta sillia dalam

mukosa. Penderitanya akan mengalami batuk serta memproduksi mucus

yang banyak (Kemenkes RI, 2018)

5. Pemeriksaan Penunjang

Menurut pernyataan (Kemenkes RI, 2018) terdapat sejumlah

pemeriksaan pendukung dalam menentukan diagnosis asma, di

antaranya:

a. Pemeriksaan fungsi/faal paru melalui penilaian

Pemeriksaan fungsi/faal paru melalui penilaian spirometri

seharusnya didapatkan menjadi tes utama dalam menetapkan

diagnosis asma. Spirometri perlu dilaksanakan sebelum

dimulainya pengobatan guna menentukan keadaan serta level

keparahan obstruksi pada jalan nafas awal. Penilaian spirometri

awal dengan maksimal juga perlu diukur sebelum maupun

sesudah inhalasi bronkodilator pendek terhadap keseluruhan

pasien sebagai diagnosa asma. Spirometri menilai besarnya vital

paksa, total maksimum udara yang terhembus pada titik inhalasi

maksimum, serta volume ekspirasi paksa per detiknya. Turunnya

rasio volume ekspirasi paksa pada jumlah vital paksa, jika

25
diperbandingkan pada nilai prediksi membuktikan terdapatnya

obstruksi jalan nafas. Reversibilitas diperlihatkan melalui

bertambahnya 12% dan 200 mL sesudah diberikan bronkodilator

kerja pendek (Morris & Pearson, 2020).

b. Pemeriksaan arus puncak ekspirasi melalui peak flow rate meter

Penilaian berat terhadap gangguan yang dialami diukur

melalui tes faal paru seperti pemeriksaan arus puncak ekspirasi

paksa. Nilai APE yang didapatkan pada diagnosis lebih sederhana

jika mempergunakan Peak Experatory Flow Meter (PEF meter).

Volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) diukur serta

kapasitas vital paksa (KVP) dilaksanakan pada manuver ekspirasi

paksa dengan standar prosedur yang ada. Pemeriksaan ini

tergantung pada kekuatan pasien dalam mengikuti instruksi secara

jelas dan bekerjasama. Guna memperoleh nilai yang tepat,

ditentukan nilai paling tinggi dari 2-3 nilai reproducible and

acceptable. Hasil dari tes fungsi paru terhadap pasien asma bisa

dilihat melalui obstruksi alur nafas jika perbandingan VEP1

(volume ekspirasi paksa detik pertama) ataupun KVP.

c. Uji Reversibilitas

Uji ini menerapkan bronkodilator guna mengamati

respons alur nafas pada bronkodilator.

26
d. Uji Alergi

Tes alergi kulit (skin test) dipakai seseorang

mempergunakan atopi guna memperkirakan IgE individu pada

alergen inhalasi ataupun makanan pada serum/plasma. Ini

berfungsi mendiagnosis reaksi pada alergi yang mengakibatkan

terganggunya saluran pencernaan, rhinitis maupun asma. Alergen

yang seringkali mengakibatkan asma meliputi aeroalergen

semacam tungau, bulu hewan, serbuk bunga, hingga spora jamur.

Kandungan serum imunoglobulin E total lebih tinggi dibanding

100IU membuktikan adanya reaksi alergi. Terdapat dua teknik

dala pengujian kepekaan alergi pada alergen di sekitarnya: tes

alergi kulit serta tes readioalergosorben darah (Morris & Pearson,

2020).

e. Pengukuran Oksimetri

Pengukuran oksimetri dibutuhkan oleh seluruh pasien

asma akut sebagai pendeteksi hipoksemia. Dalam kasus anak-

anak, hal ini seringkali dipergunakan dalam mendeteksi level

keparahan asma akut. Saturasi oksigen 97% dikategorikan asma

ringan, asma sedang (92-97%), serta asma berat jika kurang dari

92% (Morris & Pearson, 2020).

f. Pemeriksaan Radiologi

27
Rontgen toraks yaitu pendeteksian awal terhadap

mayoritas pasien yang mengalami gejala asma. Hasil ini

memperlihatkan bentuk komplikasi maupun faktor mengi ketika

mendiagnosa asma hingga eksaserbasinya. Rontgen toraks

umumnya bermanfaat pada diagnosa awal asma bronkial. Di

mayoritas pasien asma ditunjukkan hasil normal ataupun

hiperinflasi. Hasil ini bisa memudahkan pendeteksian penyakit

paru lain semacam alergi bronkopulmoner aspergillosis hingga

sarkoidosis, yang bisa berkembang sebagai tanda gangguan alur

nafas reaktif (Morris & Pearson, 2020).

6. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan terhadap pasien asma sesuai (Kemenkes RI,

2018) ialah manajemen kasus guna mengoptimalkan serta menjaga

mutu hidup sehingga pasien asma bisa hidup normal tanpa halangan

ketika melaksanakan kegiatan sehari-harinya (asme terkontrol) dengan

di bawah ini:

a. Menyembuhkan serta mengontrol gejala asma.

b. Memaksimalkan maupun mempertahanakn faal paru

semaksimalnya.

c. Mengusahakan kegiatan normal khususnya latihan.

d. Menghilangkan efek samping pengobatan.

e. Menghambat adanya aliran udara terbatas (airflow

limitation)irreversibel.

28
f. Menanggulangi eksaserbasi akut hingga kematian penyebab

asma.

g. Mempertahankan perkembangan terhadap potensi genetik yang

ada pada anak.

Berikut 5 komponen yang bisa diimplementasikan pada

penatalaksanaan asma, yakni:

a. KIE maupun keterkaitan tenaga kesehatan pasien.

b. Identifikasi serta meminimalkan pajanan pada faktor risikonya.

c. Penilaian, pengobatan serta memonitor asma.

d. Penatalaksanaan asma eksaserbasi akut.

e. Kondisi khusus misalnya ibu hamil, hipertensi, diabetes melitus,

dll

Klasifikasi prinsip penatalaksanaan asma terdiri atas dua hal,

yaitu:

a. Penatalaksanaan asma akut/saat serangan

Serangan akut yaitu episodik asma yang memburuh perlu

dikenali oleh pasien itu sendiri. Penatalaksanaan asma seharusnya

dilaksanakan pasien asma di rumahnya, serta jika tidak lebih baik

segera diberikan layanan kesehatan yang semestinya. Tindakan

yang diberikan perlu cepat dan sesuai derajat serangan.

Pengukuran tingkatan serang sesuai riwayat hingga gejala,

29
pemeriksaan fisik hingga faal paru, agar dapat disarankan teknik

penyembuhan yang sesuai dan cepat.

Ketika serangan asma terjadi di rumah, terdapat beberapa

obat yang bisa dipergunakan, di antaranya:

1) Bronkodilator (β2 agonis kerja cepat dan ipratropium

bromida)

2) Kortikosteroid sistemik

b. Penatalaksanaan asma jangka Panjang

Bentuk pemberian tindakan asma jangka panjang

tujuannya mengontrol serta menanggulangi serangan. Prinsip

penyembuhan jangka panjang seperti edukasi, penyediaan obat

asma serta mengontrol kesehatan.

B. Konsep Dasar Diagnosa Keperawatan Pola Nafas Tidak Efektif

1. Definisi

Pola napas tidak efektif dimaknai sebagai keadaan yang mana

inspirasi maupun ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat (PPNI,

2016).

2. Faktor Penyebab

Faktor yang menyebabkan timbulnya diagnosa keperawatan

pola nafas tidak efektif yakni depresi pusat nafas, masalah upaya nafas

30
(seperti: nyeri ketika bernafas, lemahnya otot nafas), deformitas dinding

daa maupun tulang dada, terganggunya neuromuskular, terganggunya

neurologis (mis, elektroensefalogram (EEG) positif, cedera kepala,

kejang), maturitas neurologis, turunnya energi, sindrom hipoventilasi,

rusaknya inervasi diagrama (kerusakan saraf CS ke atas), cidera medula

spinalis, kecemasan, efek agen farmakologis (PPNI, 2016).

3. Tanda dan Gejala

Tanda hingga gejala terhadap pola nafas tidak efektif terdiri atas

dua hal yakni tanda gejala mayor dan minor sesuai uraian berikut (PPNI,

2016)

a. Tanda dan Gejala Mayor

1) Subjektif :

a) Dispnea

2) Objektif

a) Penerapan otot bantu pernafasan

b) Fase ekspirasi lebih panjang

c) Nafas berpola abnormal (Takipnea, bradipnea,

hiperventilasi, kussmaul, Cheyne-stokes)

b. Tanda Gejalan Minor

1) Subjektif

31
a) Ortopnea

2) Objektif :

a) Pernafasan pursed-lip

b) Pernafasan cuping hidung

c) Berkembangnya diameter thoraks anterior-posterior.

d) Penurunan ventilasi per menit

e) Pengurangan kapasitas vital

f) Rendahnya tekanan ekspirasi

g) Berkurangnya tekanan inspirasi

h) Berubahnya ekskursi dada

4. Kondisi Klinis Terkait

a. Depresi sistem saraf pusat

b. Cidera kepala

c. Trauma thoraks

d. Gullian barre syndrome

e. Multiple sclerosis

f. Myasthenia gravis

g. Stroke

h. Kuadriplegia

i. Intoksikasi alcohol

C. Konsep Teknik Balloon Blowing

1. Definisi

32
Blowing Balloons atau seringkali disebut latihan pernafasan

melalui dengan teknik balon ditiup sehingga terjadinya relaksasi nafas

melalui penghirupan udara dengan ihdung serta ekpirasi dari mulut

menuju balon. Relaksasi ini bisa meminimlakan transpor oksigen,

memudahkan pasien dalam memanjangkan ekshalasi serta pertumbuhan

paru dengan maksimal (Tunik, 2017). Menurut Raju (2015), latihan

sederhana yang bisa dilaksanakan dalam peningkatan kapasitas paru

yaitu meniup balon sesering mungkin. Meniup balon bisa melatih otot

interkosta dalam mengelevasi diafragma maupun tulang kosta. Ini

membuat terbentuknya serapan oksigen, merubah bahan kimia pada paru

serta memproduksi karbondioksida pada paru.

Meniup balon adalah latihan yang sangat efesien dalam

memudahkan ekspansi paru. Dampak pada alveoli, meniup balon bisa

mempermudah dalam pembentukan maupun bertukarnya karbondioksida

ketika ekshalasi maupun oksigen ketika inhalasi. Banyaknya oksigen

yang terproduksi diakibatkan efek peniupan balon. Latihan ini

menghambat munculnya sesak nafas maupun kurangnya oksigen yang

masuk pada tubuh sebaga penyedia energi agi sel maupun otot yang

menghasilkan karbondioksida. Balon yang ditiup dengan rutin 10-15

balon bisa memaksimalkan tingkat kekuatan paru, serta otot pernafasan.

1. Tujuan Pemberian Teknik Balloon Blowing

Berdasarkan Tunik (2017), penerapan teknik balloon blowing

ini bertujuan :

33
a. Memaksimalkan alur oksigen.

b. Menstimulasi pola nafas lambat maupun dalam.

c. Memperlambat fase ekspirasi serta mengoptimalkan tekanan

pada jalan nafas pada ekspirasi.

d. Menurunkan udara yang ada pada paru.

e. Menghambat munculnya kolaps paru.

2. Prosedur Teknik Balloon Blowing

Prosedur penerapan Blowing Ballon menurut Boyle (2010)

yakni:

a. Persiapan alat

1) 3 buah balon

2) Jam tangan/stopwatch

3) Sarana pelindung diri (masker, handscone, gaun)

4) Buku tulis serta alat tulisnya.

b. Persiapan Paien

1) Posisikan pasien di tempat nyaman, bila pasien dapat

berdiri lakukanlah ketika berdiri (disebabkan keadaan

berdiri tegak cenderung membuat kapasitas paru

meningkat daripada duduk).

2) Bila pasien melaksanakannya sambil tertidur, tekuklah

kaki pasien hingga menginjak tempat tidur (supinasi)

serta keadaan badan lurus tidak menggunakan bantal.

34
3) Aturlah pasien dalam posisi tubuh, tangan hingga kaki

rileks (memotivasi serta dianjurkan pasien agar santai).

4) Persiapkan balon dan peganglah memakai dua tangan,

ataupun memakai satu tangan yang mana tangan lainnya

lebih santai di samping kepala.

5) Anjurnakn pasien menarik nafas dengan hidung, dan tiup

balon perlahan selama 2 detik daripada tarikan nafas,

(hiruplah nafas selama 6 detik dan keluarkan saat detik

ketujuh_. Selanjutnya tarikan nafas dialksanakan hingga

3-4 detik, dipertahankan 2-3 detik dengan ekshalasi

berdurasi 5-8 detik.

6) Balon ditutup memakai jari tangan.

7) Laksanakan 3 kali pada 1 set latihan.

8) Lakukanlah berulang kali hingga 20-30 kali pada

rentangan 10-15 menit.

9) Istirahatkan sebanyak 1 menit dalam menanggulangi

kekuatan otot.

10) Latihan dihentikan apabila pasien merasa pusing ataupun

nyeri dalam.

c. Evaluasi

1) Pasien dapat mengelembungkan balon.

2) Pasien merasa otot nafasnya lebih santai.

35
3) Pasien yang bisa mengontrol pola nafas dalam maupun

lambat.

D. Asuhan Keperawatan Pola Nafas Tidak Efektif Pada Pasien Asma

1. Pengkajian

Pengkajian pasien asma mempergunakan pengkajian mendalam

terkait permasalahan keperawatan yakni pola nafas kurang efektif yang

dikategorikan fisiologi serta subkategori respirasi. Pengkajian

dilaksanakan berdasarkan tanda mayor ataupun minor yang terjadi.

Gejala maupun tanda mayor pada pila nafas tidak efektif bisa diamat

berdasarkan data subjektif seperti pasien merasakan dispnea, data

objektif dimana pasien terlihat mempergunakan otot bantu bernafas, fase

ekspirasi lebih panjang, abnormalnya pola nafas (misalnya takipnea,

bradipnea, hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes). Tanda minor

daripada pola nafas tak efektif bisa diamat pada data subjektif pasien

yakni merasakan ortopnea, data objektif berupa nafas pursed-lip,

pernadasan cuping hifung, bertambahnya diameter thoraks anterior-

posterior, penurunan ventilasi permenit, penurunan kapasitas vital,

tekanan ekspirasi maupun inspirasi, dan perubahan ekskursi dada (PPNI,

2016).

Pengkajian keperawatan utamanya terhadap asien asma sesuai

(Nurarif dan Kusuma 2015 dalam Pelayati, 2019), yaitu.

a. Biodata

36
Termasuk identitas pasien meliputi nama, tempat/tanggal

kelahiran, jenis kelamin, tanggal masuk sakit serta rekaman

medisnya.

b. Keluhan Utama

Keluhan utama yang muncul terhadap pasien yang

merasakan asma bronkial yaitu dispnea (jangka panjang), batuk,

dan mengi (di sejumlah kasus dengan paroksimal)

c. Riwayat Kesehatan Dahulu

Data ini meliputi pernyataan faktor predisposisi

munculnya penyakit ini, seperti riwayat alergi, penyakit gangguan

nafas di bagian bawah.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Biasanya keluarga pasien yang mengidap asma bronkial

seringkali diperoleh melalui penyakit menurun, namun ada pula

yang tidak mengidap penyakit serupa yang dialami anggota

kerabatnya.

e. Pemeriksaan Fisik

1) Inspeksi

a) Pemeriksaan dada diawali pada torak posterior, dimana

pasiennya sedang duduk, dan dada dalam tahapan observasi.

37
b) Perlakuan dilaksanakan dari atas (apeks) hingga bawah.

c) Inspeksi torak posterior mencakup warna kulit serta

keadaannya, luka ataupun lesi, massa, terganggunya tulang

belakang contohnya kifosis, lordosis ataupun skoliosis.

d) Catatlah frekuensi, irama, tarikan nafas, simetrisme gerakan

dada.

e) Pengamatan tipe pernafasan misalnya pernafasan hidung,

diafragma, serta pemakaian otot penunjang pernafasan.

f) Ketika mengamati respirasi, catatan durasi fase inspirasi (I)

serta fase eksifirasi (E). Perbedaan di tahapan ini secara

normal 1:2. Fase ekspirasi yang lebih panjang

memperlihatkan terjadinya obstruksi dalam jalan nafas serta

seringkali ditemui terhadap pasien disertai Chronic Airflow

Limitation (CAL/Chronic Obstructive Pulmonary Diseases

(COPD).

g) Gangguan terhadap wujud dada.

h) Pengamatan simetris gerakan dada. Terganggunya gerakan

maupun tidak pada adekuat ekspansi dada menimbulkan

penyakit paru ataupun pleura.

i) Pengamatan trakea abnormal ruang interkostal saat inspirasi

yang bisa menyebabkan obstruksi jalan nafas.

2) Palpasi

38
Diagnosis palpasi dalam menilai gerakan simetris dada

hingga melihat abnormalitasnya, mengidentifikasi kondisi

kulit, serta menemukan vocal/tactile premitus (vibrasi). Vocal

premitus, yakni pergerakan dinding dada yang diproduksi saat

bicara. Palpasi torak berguna memastikan keberadaan

abnormalitasnya ketika pemeriksaan diantaranya massa, lesi,

pembengkakan.

3) Perkusi

Perkusi langsung diberikan melalui ketukan jari tangan

langsung terhadap bagian tubuh. Tipe suara perkusi yaitu:

a) Resonan (sonor) : bergaung, nadanya rendah. Diproduksi

oleh jaringan paru yang normal.

b) Dullnes : bunyinya pendek dan lemah, dijumpai pada

bagian atas jantung, mamae serta hati.

c) Timpani : bunyi musikal dengan nada tinggi yang

diproduksi bagian atas perut dengan udara.

d) Hipersonan (hipersonor) : bergaung lebih rendah daripada

resonan yang menimbulkan bagian paru dengan darah.

e) Flatness : sangat dullnes. Maka dari itu bernada lebih

tinggi. Bisa terdengar dalam perkusi daerah hati, yang

mana semuanya berisikan jaringan.

39
4) Auskultasi

Auskultasi yaitu pengkajian terpenting serta berguna

dalam mendengar bunyi nafas normal maupun bunyi nafas

abnormal. Bunyi nafas normal mencakup bronkial,

bronkovesikular hingga vesikular. Nafas abnormal diakibatkan

udara yang bergetar saat melewati alur nafas pada laring

menuju alveoli, yang bersifat bersih. Nafas abnormal bunyinya

berupa wheezing : pleural friction rub, dan crackles.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yaitu sebuah penilaian klinis terkait

responsif klien pada isu kesehatan maupun proses yang dirasakannya

secara aktual ataupun potensial. Diagnosa keperawatan tujuannya bisa

menemukan tanggapan klien seseorang, keluarga maupun kelompok pada

keadaan yang berhubungan pada kesehatan. Diagnosa keperawatan

digolongkan ke dalam dua jenis, yakni diagnosis negatif maupun positif.

Diagnosa negatif memperlihatkan bahwasannya klien pada keadaan sakit

yang tingkat resiko merasakan sakit sehingga penentuan diagnosa dapat

menuju pada penberian intervensi yang sifatnya menyembuhkan,

menanggulangi hingga mencegah.

Diagnosa ini meliputi diagnosis aktual maupun risiko. Sementara

diagnosa positif menekankan pada klien dengan keadaan sehat serta bisa

mencapai keadaan lebih sehat ataupun maksimal. Diagnosa ini

dinamankan diagnosa promosi kesehatan. Dalam diagnosa aktual,

40
indikatori penentunya meliputi penyebab maupun gejalanya. Hanya

mempunyai faktor resiko. Sementara dalam diagnosa promosi kesehatan,

hanya terdapat gejala yang membuktikan kesiapan klien dalam menuju

keadaan yang lebih maksimal. Diagnosa ditentukan sesuai gejalanya

yang mana gejala mayor dijumpai hingga 80%-100% agar diagnosa

tervalidasi, tanda maupun gejala minor tidak dijumpai, tetapi bila

terdapat hal yang diperoleh akan membantu memperkuat diagnosa

(PPNI, 2016). Prosedur penegakan diagnosa keperawatan ini mencakup 3

fase yakni (PPNI, 2016).

a. Analisa data mencakup perbandingan nilai normal serta

pengelompokan data.

b. Penentuan masalah mencakup masalah aktual, risiko hingga promosi

kesehatan.

c. Penentuan diagnosis.

1) Aktual : masalah berkaitan pada penyebab yang didukung

gejala/tandanya.

2) Risiko : masalah diperkuat oleh faktor risiko.

3) Promosi Kesehatan : masalah diperkuat melalui gejala maupun

tanda.

Pola nafas tidak efektif terhadap orang yang mengidap asma

bronkial mencakup diagnosa aktual sebab mempunyai sebab maupun

tanda gejala melalui penulisan seperti “pola nafas tidak efektif berkaitan

pada upaya nafas terbukti melalui dispnea, ortopnea, pemakaian otot

41
bantu nafas, fase ekspirasi lebih panjang, abnormalnya pola nafas,

pernafasan cuping hidung (PPNI, 2016).

Intervensi keperawatan yaitu keseluruhan tindakan yang

diberikan perawat berdasarkan tingkat pengetahuannya pada teknik klinis

dalam mendapatkan tujuan yang ditentukan. Elemen pada intervensi

keperawatan yakni label, definisi, serta tindakan (pengamatan, terapeutik,

edukasi maupun kerjasama) (PPNI, 2018).

Luaran keperawatan bermakna keseluruhan aspek yang bisa

diamat serta dinilai mencakup keadaan, sikap maupun pandangan pasien,

keluarga hingga kelompok sebagai responsif pada intervensi

keperawatan. Luaran keperawatan membuktikan status diagnosanya

sesudah diberlakukan intervensi. Luaran keperawatan mempunya

komponen yakni label, ekspetasi hingga kriteria hasil (PPNI, 2019)

3. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan keperawatan meliputi luaran maupun intervensi.

Intervensi yaitu perlakuan yang diberikan perawat berdasarkan

pengetahuan maupun pengujian klinis yang diketahui guna meraih tujuan

yang ditentukan. Sebelum diberikannya intervensi, perawat harus

menentukan tujuan yang hendak dicapainya berdasarkan keadaan pasien.

Jenis luaran ini terklasifikasi menjadi luaran positi yakni membuktikan

keadaan, sikap yang sehat, sedangkan luaran negatif yakni keadaan yang

kurang sehat. Elemen pada luaran keperawatan ini meliputi label,

ekspetasi, serta kriteria hasilnya. Label luaran yaitu keadaan, pandangan,

42
maupun sikpa pasien yang bisa dirubah, ditanggulangi melalui pemberian

intervensi (PPNI, 2016).

Ekspetasi yaitu penilaian pada hasil yang ditentukan telah

terpenuhi yakni dengan 3 pilihan berupa peningkatan, perbaikan,

penurunan. Kriteria hasil ialah ciri-ciri pasien yang bisa dilihat serta

dinilai perawat dan dijadikan landasan pada penilaian hasil tindakan.

Berikut elemen luaran keperawatan yakni label (nala luaran berbentuk

kata kunci informasi), ekspetasi (berbentuk asumsi peningkatan dalam

wujud ukuran, jumlah hingga peningkatan derajat. Penurunan maknanya

kurang membaik dari aspek ukuran, derahat ataupun jumlah. Membaik

maknanya terdapat efek positif, adekuat serta efesien. Kriteria hasil

(karakteristik pasien yang diobservasi dipakai landasan penilaian capaian

tindakan) (PPNI, 2019).

Penulisan kriteria hasil diaplikasikan melalui dua metode yakni

dokumentasi manual/tulis atau berbasis komputer. Dokumentasi manual

yakni proses penulisan angka ataupun nilai yang tercapai. Sementara bila

berbasis komputer tiap kriterianya ditulisakan berdasar skala 1 sd. 5

penentuan luaran keperawatan perlu dilandasi pengujian klinis melalui

pertimbangan keadaan pasien serta keluarganya (PPNI, 2019). Menurut

Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) tahun 2019, luaran yang

diinginkan pada pila nafas tidak efektif yakni pola nafas (L.01004)

membaik sesuai tabel 1.

43
Tabel 1

Luaran Keperawatan Pada Pola Napas Tidak Efektif

(Sumber : Tim Pokja DPP PPNI SLKI, 2019)

Bagian perencanaan keperawatan mencakup tiga elemen yaitu

label yang menjadi nama atas tindakan serta dijadikan kata kunci pada

sejumlah kata diawali kata benda (nomina) yang berguna

mendeskripsikan penjelasan intervensi. Tindakan pada perencanaan ini

meliputi 4 hal yakni tindakan observasi, teraputik, edukasi serta

kolaborasi (PPNI, 2018). Menurut Standar Intervensi Keperawatan

Indonesia (2018), tindakan yang bisa diaplikasikan pada masalah pola

44
nafas tidak efektif yakni memanajemen alur nafas (I.01011), dan

penunjang ventilasi (I.01002).

Berikut diuraikan secara detail terkait intervensi yang bisa

diberikan pada tabel 2.

Tabel 2
Intervensi Keperawatan Pada Pola Napas Tidak Efektif menurut SIKI
No Label Intervensi Tindakan

1 2 3
1 Manajemen Jalan Napas Observasi
(I.01011) 1. Melihat pola nafas (frekuensi,
kedalaman, upayanapas).
2. Memperhatikan bunyi tambahan ketika
bernafas (mis. Gurgling, mengi
wheezing, ronkhi kering).
3. Mengobservasi sputum (jumlah, warna,
aroma).
Terapeutik
1. Menjaga kepatenan alur nafas pada
head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust jika
curiga trauma servikal).
2. Menempatkan pada keadaan semi-fowler
atau fowler.
3. Memberi minuman lebih hangat
4. Mengarahkan fisioterapi jika diperlukan
5. Laksanakan penyedotan lendir < 15
detik.
6. Melaksanakan hiper
oksigenasi ketika penghisapan pada
endotrakeal .
7. Mengeluarkan benda padat melalui
forsep McGill.
8. Bila dibutuhkan beri oksigenasi
Edukasi
1. Arahkan pemberian asupan cairan
200ml/hari, bila tak ada kontra indikasi
2. Ajari cara batuk yang efesien
Kolaborasi
1. Menggabungkan pemberian
bronkodilator, ekspektoran, mukolitik,
bila dibuthkan.

45
2 Dukungan Ventilasi (I.01002) Observasi
1. Menemukan lelahnya otot bantu nafas
2. Mengobservasi dampak berubahnya
posisi pada status nafas.
3. Memonitoring status respirasinya
maupun oksigenasi seperti frekuensi
atau dalamnya nafas
(Sumber : Tim Pokja DPP PPNI SIKI, 2018)

4. Implementasi Keperawatan

Tindakan keperawatan yaitu sikap ataupun kegiatan tertentu yang

diberikan perawat guna mengaplikasikan intervensi keperawatannya

(PPNI, 2018). Penerapan tindakan ini mengilustrasikan tindakan mandiri,

kerjasama serta ketergantungan berdasarkan perencanaan yakni

pengamatan pada tiap responsivitas pasien sesudah diberikan tindakan.

Penerapan tindakan ini berguna dalam promotif, preventif, kuratif,

rehabilitatif, serta mekanisme kopinh. Pengimplementasian tindakan ini

sifatnya menyeluruh serta mengapresiasi hak pasien. Penerapan tindakan

ini membutuhkan keterlibatan aktif pada pasien (Nursalam, 2020).

Pola nafas tidak efektif bisa diberikan implementasi keperawatan

dengan standar tindakan perawat Indonesia seperti memanajemen alur

napas serta dukungan ventilasi. Pengajuan implementasi didukung

tanggal, waktu, respon pasien sesudah tindakan, serta tanda tangan

perawat yang memberi asuhan.

5. Evaluasi Keperawatan

Penilaian akhir pada proses keperawatan dilandasi sesuai tujuan

yang dicapai. Penetuan kesuksesah sebuah asuhan keperawatan dilihat

46
dari berubahnya sikap dari kriteria hasil yang sudah ditentukan, yakni

munculnya adaptasi terhadap seseorang. Evaluasi dilaksanakan melalui

pendekatan SOAP. Evaluasi ini didasarkan tujuan maupun kriteria hasil

(Nursalam, 2020).

Adapun jenis evaluasi yang bisa diberikan menurut (Adinda,

2021):

a. Evaluasi formatif (proses)

Evaluasi formatif yakni kegiatan selama prosedur

keperawatan maupun hasil mutu layanan yang diberikan. evaluasi

formati perlu diimplementasikan sesegera mungkin sesudah

perencanaan diaplikasikan guna memudahkan penilaian efesiensi

tindakan tersebut. Evaluasi formatif perlu secara berulang kali

diberika sampai tujuannya terpenuhi. Metode pengumpul data pada

penilaian formatif ini mencakup analisa pada rencana asuhan,

pertemuan komunitas, wawncara, pengamatan klien, serta

mempergunakan format evaluasi yang ditulis perawat.

b. Evaluasi sumatif (hasil)

Rekapitulai maupun simpulan atas pengamata hingga anlisa

status kesehatan berdasarkan waktu hingga tujuan penulisan catatan

kemajuan pasien. Evaluasi sumatif menekankan pada berubahnya

sikap ataupun status kesehatan hingga akhir tindakan. Tipe evaluasi

ini diaplikasikan hingga akhir asuhan dengan peripurna.

47
Hasil daripada evaluasi asuhan keperawatan seperti

penjelasan (Adinda, 2021) yakni:

a. Tercapainya tujuan/masalah ditanggulangi, apabila klien

memperlihatkan peruabahan yang ditentukan standar berlaku.

b. Tujuan tercapai sebagian, apabila pasien memberikan

perubahan sebagai menurut standar yang diberlakukan

sebelumnya.

c. Tujuan tidak tercapai dan masalah tidak terselesaikan apabila

klien tidak memberikan perubahan bermakna ataupun justru

memunculkan permasalahan baru lainnya.

Penetapan teratasinya masalah secara lengkap, sebagian

ataupun tidak sama sekali bisa diamat melalui perbandingan pada

SOAP sesuai kriteria hasil ataupun tujuan yang sudah ditentukan

(Adinda, 2021).

a. S (subjektif) : yakni informasi yang diberikan klien berbentuk

ungkapan sesudah pemberian tindakan.

b. O (objektif) : yakni informasi yang didapatkan berbentuk

observasi, nilaai, pengukuran yang perawat lakukan sesudah

diberikannya tindakan.

c. A (analisis) : yaitu memperbandingkan nformasi subjektif

maupun objektif berdasarkan tujuan maupun kriteria hasil.

Selanjutnya diputuskan simpulan berupa masalah diatasi,

diatasi sebagian atau tidak sama sekali.

48
d. P (planning) : bermakna perencanaan keperawatan lanjutan

yang nantinya diaplikasikan sesuai hasil analisis.

BAB III

METODE

A. Jenis Penelitian

Karya ilmiah akhir ners ini memanfaatkan jenis penelitian deskriptif

melalui metode pendekatan studi kasus. Penelitian deskriptif mempunyai

tujuan menjelaskan segala bentuk fenomena penting yang ada saat ini. Studi

kasus ialah desain penelitian deskriptif yang meliputi kajian sebuah unit studi

secara mendalam contohnya satu klien, keluarga, komunitas, institusi ataupun

kelompok (Nursalam, 2016).

B. Alur Penelitian

49
Gambar 1. Alur Penelitian KIAN Asuhan Keperawatan Pola Napas Tidak
Efektif Pada Pasien Asma di Ruang Kecak RSUD Mangusada
Badung.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian pada kasus ini dilaksanakan di ruang rawat inap di ruang

Kecak RSUD Mangusada Badung.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi yaitu subjek yang diklasifikasikan melengkapi kriteria

yang sudah ditentukan (Nursalam, 2016). Populasi studi kasus ini

50
meliputi seluruh pasien Asma dengan diagnosis pola napas tidak efektif

di Ruang Kecak RSUD Mangusada Badung.

2. Sampel

Sampel umumnya meliputi sebagian populasi terjangkau yang

bisa dilibatkan menjadi subjek dengan teknik sampling. Sementara,

sampling ialah prosedur pemilihan banyaknya subjek dari populasi yang

bisa mewakilkan keseluruhan populasi (Nursalam, 2016). Sampel pada

studi kasus ini meliputi 1 pasien asma di Ruang Kecak RSUD

Mangusada Badung dengan pola nafas tidak efektif yang telah

menyesuikan klasifikasi ekslusi maupun inklusi.

a) Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi ialah ciri-ciri umum pada subjek yang

mewakilkan populasi target terjangkau yang nantinya diteliti.

Pemikiran ilmiah semestinya dijadikan panduan ketika menetapkan

kriteria inklusi. Adapun kriteria inklusi ini meliputi:

1) Pasien baru yang terdiagnosa penyakit asma dengan kondisi

masih sadar.

2) Pasien baru yang bersedia terlibat sebagai responden dan

menyetujui informed consent ketika pengumpulan data maupun

pengimplementasian asuhan keperawatannya.

b) Kriteria ekslusi

51
Kriteria eksklusi yaitu mengecualikan/mengeluarkan subjek

yang tidak sesuai klasifikasi inklusi pada studi ini sebab beragam hal

yang ada bisa menghambat pengukuran ataupun pelaporan hasil.

Kriteria ekslusi ini di antaranya:

1) Klien yang menderita asma dengan komplikasi.

2) Klien yang menderita asma dengan kesadaran menurun serta

tidak bisa diajak bekerjasama.

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis Data Yang dikumpulkan

Jenis data yang diperoleh pada penelitian studi kasus ini meliputi

data primer maupun sekunder.

a) Data Primer

Data primer yaitu data yang didapatkan melalui hasil ukur,

observasi, survei ataupun teknik lainnya (Nursalam, 2016). Data

primer yang diperlukan mencakup identitas, jenis keluhan penderita,

riwayat kesehatan terdahulu, riwayat kesehatan kerabat, pemeriksaan

fisik maupun tanda vital.

b) Data Skunder

Data sekunder ialah data yang didapatkan melalui pembacaan

dokumen pada sebuah instansi lembaga maupun sumber lainnya

(Nursalam, 2016). Data sekunder yang terkumpul ini diambil melalui

52
rekaman medis serta catatan pasien seperti hasil pemeriksaan

pendukung hingga obat-obatannya.

2. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data yaitu sebuah prosedur pendekatan terhadap

subjek serta pengambilan karakteristik subjek yang dibutuhkan selama

penelitian dilaksanakan (Nursalam, 2016). Metode pengumpul data yang

dipergunakan yakni metode wawancara serta observasi terstruktur.

Analisis wawancara terstruktur melibatkan teknik yang cenderung

memberikan kondisi pengontrolan terhadap pembicaraan berdasarkan isi

yang diharapkan penelitinya. Daftar pertanyaan umumnya telah

dirancang sebelum wawancara dan disampaikan kepada responden secara

berurutan. Pengamatan terstruktur ini yaitu peneliti dengan akurat

mendeskripsikan hal yang perlu diamati dengan rencana yang matang

(Nursalam, 2016). Wawancara maupun pengamatan terhadap pasien

maupun keluarga mencakup identitas, keluhan, riwayat kesehatan

terdahulu maupun kerabat, pemeriksaan fisik hingga tanda vital.

Pengumpulan data ini dilaksanakan melalui beberapa prosedur, di

antaranya:

a) Pengajuan surat ijin dalam mengambil kasus kelolaan kepada bidang

pendidikan di Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Denpasar.

b) Selanjutnya jika perijinan telah diperoleh, surat tersebut diajukan ke

bagian diklat maupun bagian umum RSUD Mangusada Badung.

53
c) Apabila surat balasan terkait ijin mengambil data ini diperoleh,

mahasiswa diantarkan ke ruang rawat inap yakni Ruang Kecak

RSUD Mangusada Badung serta bertemu kepala ruangan.

d) Memberikan pendekatan formal terhadap kepala ruangan,

memberikan surat ijin pengambilan kasus, serta mendeskripsikan

terkait teknis pengambilan data.

e) Data dikumpulkan oleh peneliti melalui teknik wawancara maupun

pemeriksaan yang telah terorganisir.

f) Pendekatan informal dilaksanakan terhadap asien guna

mendeskripsikan tujuan terapi meniup balon dan memberi lembar

persetujuan. Apabila pasien telah menyetujui pemberian terapinya,

maka lembar tersebut ditandatangani. Namun jika pasien tidak

berkenan, peneliti patut menghargai keputusan dari pasien tersebut.

g) Pasien yang mau terlibat dalam penerapan terapi Ballonn Blowing

ini akan diwawancarai, diobservasi sesuai dengan ketentuan yang

disusun pada instrumen penelitian.

F. Pengolahan dan Analisis Data

Proses pengolahan maupun analisa data pada studi kasus ini

mempergunakan metode analisisi kualitatif. Analisa data diwali peneliti

melalui pngambilan data pada tempat penelitian hingga keseluruhan data

diperoleh. Analisis data dilaksanakan melalui pemberian fakta serta

memperbandingkan pada keberadaan teori yang selanjutnya disampaikan

berupa opini pembahasan. Teknik analisa yang diterapkan yaknik teknik

54
analisis naratif dimana dilaksanakan melalui penguraian jawaban serta hasil

observasi yang didapat pada hasil studi dokumentasi dengan mendetail

menjadi jawaban atas masalah yang dibuat (Nursalam, 2016). Adapun analisis

ini secara berurutan di deskripsikan seperti berikut.

1. Pengolahan Data

Data hasil wawancara maupun observasi yang didapatkan pada

catatan lapangan direpresentasikan pada satu transkerip serta

diklasifikasikan ke dalam data yang dibutuhkan dan sesuai dengan tujuan

penelitian.

2. Analisis Data

Penyajian data disusun berdasarkan desain penelitian yang telah

ditetapkan dimana rancangan deskriptif berupa pendekatan studi kasus.

Penyajian secara terstruktur pada data berbentuk narasi ini dilengkapi

oleh kalimat verbal yang disampaikan subjek sebagai data pelengkap.

Kemudian, prosedur lanjutan berupa penyusunan pembahasan

maupun memperbandingkan pada hasil studi sebelumnya beserta teori

yang ada terkait perilaku kesehatan. Jika telah dideskripsikan, hasil data

digeneralisasi dan dibentuk simpulan melalui teknik induksi yang diurut

berdasarkan langkah keperawatan maupun terapi inovasi mencakup

pengkajian, diagnosis, intervensi, pengimplementasian, penilaian, hasil

analisa dari diberikannya terapi inovatif.

G. Etika Penelitian

55
Pada sebuah studi ilmu keperawatan hampir 90% subjek melibatkan

manusia sehingga penelitinya perlu mengerti sejumlah prinsip etika

penelitian. Ini dilakukan guna menghindari terjadinya pelanggaran hak

otonomi manusia yang dijadikan subjek teliti. Prinsip etika apda pengambilan

data bisa dikategorikan ke dalam 3 bagian, yakni prinsip manfaat, menghargai

hak subjek, serta prinsip keadilan (Nursalam, 2016).

1. Prinsip Manfaat

a) Bebas dari penderitaan

Studi kasus yang diimplementasikan seharusnya tidak

menyebabkan penderitaan terhadap subjek, utamanya bila

mempergunakan tindakan khusus.

b) Bebas dari eksploitasi

Partisipasi subjek pada KIAN ini perlu dijamin

keselamatannya dari kondisi yang kurang menguntungkan. Subjek

dituntun agar yakin bahwa keterlibatannya pada studi kasus tersebut

berikut informasi yang diberikannya tidak akan dimanfaatkan pada

hal yang bisa merugikan subjek dari segi apapun.

c) Risiko (benefits ratio)

Peneliti harus hati-hati mempertimbangkan risiko dan

keuntungan yang akan berakibat kepada subjek pada setiap tindakan

2. Prinsip Menghargai Hak Asasi Manusia (respect human dignity)

a) Hak ikut serta/tidak sebagai responden (right to self determination).

Subjek semestinya diberikan perlakuan yang baik sebab mereka

56
mempunyai hak menentukan kesediaan dirinya saat terlibat menjadi

subjek ataupun tidak. Hal ini dipertimbangkan tanpada pemberian

sanksi ataupun berdampak pada kesembuhannya.

b) Hak memperoleh jaminan atas perawatan yang diberikan (right to

full disclosure). Peneliti memberi penjelasan dengan rinci maupun

bentuk tanggung jawab atas segala bentuk kerugian yang dialami

subjek ketika proses penelitian dilaksanakan.

c) Informed consent

Subjek seharusnya memperoleh informasi dengan detail terkait

tujuan yang nantinya dilakukan, memiliki hak kebebasan ikur serta

sebagai responden. Dalam informed consent harus diinformasikan

bahwasannya data yang didapat hanya dimanfaatkan pada

perkembangan pengetahuan.

3. Prinsip Keadilan (right to justice)

a) Hak dalam memperoleh pengobatan secara adil (right in fair

treatment). Subjek perlu dilayani dengan adil dari awal proses

hingga akhir tanpa adanya diskriminasi jika mereka tidak ingin

terlibat ataupun berpartisipasi pada studi kasus ini.

b) Hak dijaga kerahasiaannya (right to privacy)

Subjek tersebut berhak meminta data yang diberikannya perlu

diharasiakan, sehingga nama data ditulis anonym serta rahasia

(confidentiality).

57
BAB IV

LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA

Bab ini mendeskripsikan terkait satu pasien kelolaan asuhan keperawatan

pola nafas tidak efektif terhadap pasien penyakit asma di Ruang Kecak RSUD

Mangusada Bandung. Deskripsi ini mencakup pengkajian, diagnosa, intervenai,

implementasi serta evaluasi keperawatan.

A. Pengkajian Keperawatan Pada Asuhan Keperawatan Pola Nafas

Tidak Efektif Pada Pasien Asma di Ruang Kecak RSUD Mangusada

Badung.

Data pada pengkajian keperawatan ini diperoleh dengan wawancara

langsung terhadap pasien, keluarga, maupun rekaman medis yang dimilii

58
pasien dengan penyakit Asma pada masalah pola nafas tidak efektif di Ruang

Kecak RSUD Manguasada Badung dari tanggal 10 Maret 2023. Ketika

penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret, populasi penderita asme di ruang

Kecak RSUD Mangusada Badung sebanyak 4 orang. Hal ini menunjukkan

temuan bahwasannya 2 pasien didiagnosa keperawatan bersihan jalan nafas

tidak efektif serta 2 pasien pada diagnosa keperawatan pola nafas tidak

efektif. Penentuan responden dalam proses kelolaan kasus kajian ini

disesuaikan pada kriteria inklusi maupun eksklusi yang akhirnya memperoleh

1 pasien dengan hasil disajikan pada tabel berikut.

Tabel 3
Pengkajian Keperawatan Pola Nafas Tidak Efektif Pada Pasien Asma
di Ruang Kecak RSUD Mangusada Badung
Pengkaji R
an espon
1 2
Identitas klien Klien berinisial Ny. S dengan usia 55 tahun, merupakan
seorang perempuan dengan pekerjaan menjadi pegawai swasta.
Agama hidu serta beralamat di Br. Panti Kediri, Kec. Kediri,
Kab. Tabanan. Tanggal masuk RS pada 10 Maret 2023. Pukul
04.00 wita disertai keluhan berupa sesak nafas sejak 3 hari
sebelum menerima pelayanan RS. Sesak dirasakannya memberat
1 jam sebelum dirujuk menuju RS dimana pasien ini didiagnosis
asma akut.
Pengkajian
Riwayat
Kesehatan
Keluhan Keluhan yang dialami pada pasien berupa sesak nafas
Utama dari 3 hari sebelum dirujuk ke rumah sakit dan gejala tersebut
memberat 1 jam sebelumnya.
Diagnosa Asma
Medis

59
R Ke Pasien menyatakan adanya riwayat penyakit asma dari
iwayat sehatan dulu serta seringkali merasakan sesak pada nafasnya. Tempat
tinggal pasien berada di pinggir jalanan raya besar sehingga
Dulu adanya dampak polusi udara yang bersumber pada kendaraan.
Pasien juga mengungkapkan dirinya pernah masuk RS disertai
kleuhan serupa pada pernafasan serta ditempatkan di ruang rawat
inap sekitar 1 minggu.
R Ke Pasien mengalami sesak nafas dari 3 hari sebelumnya
iwayat sehatan dengan keluhan yang dialami meningkat sebelum 1 jam masuk
Sekarang rumah sakit di tanggal 10 Maret 2023 disertai bunyi nafas ngik-
ngik. Pasien kemudian dibawa menuju IGD RSUD Mangusada
Badung oleh keluarga. Ketika diberikan pengkajian diperoleh
hasil yakni pasien terlihat sesak diserta bunyi nafas tambahan
wheezing, ekspirasi lebih panjang, serta memergunakan otot
bantu nafas. RR : 30x/menit (takipnea), SaO2 : 87%. Pasien
menyatakan keluhan berupa rasa lelah, tidak nyaman setelah
berkegiatan. Keluhan tersebut makin berat sesudah
melaksanakan kegiatan tertentu. Ketika pengkajian ini, pasien
mengutarakan kesulitan saat tidur, perubahan pola tidur, serta
seringkali terbangun akibat sesak yang dirasakannya dengan
istirahat tidak cukup akibat sesak nafas yang terjadi.
R Ke Pasien menyampaikan keluarganya tidak mempunyai
iwayat sehatan penyakit turunan seperti diabetes, hipertensi, TBC dan hepatitis.
K
eluarga
Tindakan Pasien dipasangkan infus intravena di tangan sebelah
Prosedur Invasif kirinya.

1 2
Keadaan Tingkat kesadaran pasien composmentis, disertai tanda
Umun vital seperti : 140/80 mmHg, Suhu : 370C, RR : 30x/m, Nadi :
120 x/m, SpO2 : 87%.
Pemeriksaan Inspeksi: dada berbentuk simetris kanan maupun kiri,
fisik tidak terdapat gangguan bentuk, tidak muncul jejas, adanya
paru-paru pemakaian alat penunjang nafas yakni otot intercostal, berada
pada fase ekspirasi lebih lama, irama nafas pada frekuensi 30
x/menit (takipnea)
Auskultasi : Munculnya bunyi nafas tambahan,
Wheezing (+) Perkusi : Sonor
Palpasi : Simetris, tidak ada nyeri tekan, retraksi dinding
dada (+)

60
Terapi Dokter a.
O2 NRM 8 TPM
b.
IVFD NS 20 tpm.
c.
Cefoperazone 2x1 gr
d.
Ambroxol 3x30 (PO)
e.
Cetirizine 2x10
f.
Hidrocortison 2x100 (IV)
g.
Nebulizer salbutamol + pratropium
h.
Promide + budesonide @12jam
i.
Levofloxacin 1x75 mg

Analisis data pada pengkajian direpresentasikan dalam Tabel 4.

Tabel 4
Analisa Data Pada Asuhan Keperawatan Pola Nafas Tidak Efektif Pada Pasien
Asma di RSUD Mangusada Badung.
Data Etiologi Masalah
1 2 3
Data Subjektif: Faktor Predisposisi dan Pola Nafas
Pasien mengatakan Faktor Presipitasi Tidak Efektif
megeluh sesak napas sejak (Riwayat penyakit asma)
3 hari sebelum ke rumah
sakit serta gejalanya Perubahan anatomis
semakin berat dirasakan 1 parenkim paru
jam sebelumnya, ditambah
bunyi napas ngik-ngik Pembesaran alveoli

Hiperatropi kelenjar
mukosa
Saluran udara menyempit
Penurunan ekspansi paru
Data Objektif :
a. Pasien mengeluh Suplai O2 tidak adekuat
gelisah ke semua bagian tubuh
b. Pasien Nampak sesak
napas (takipnea), Hipokasia
RR:30/xmenit
c. Terlihat pemakaian otot Sesak napas, bunyi
bantu napas tambahan Ketika bernapas
d. Fase ekspirasi lebih (whezzing), fase ekspirasi lebih
Panjang lama, pemakaian otot bantu napas,
e. Whezzing (+) nilai RR 30x/menit (takipnea)
f. SpO2: 87%
Pola Napas Tidak Efektif

61
B. Diagnosa Keperawatan Pada Asuhan Keperawatan Pola Nafas Tidak
Efektif Pada Pasien Asma di Ruang Kecak RSUD Mangusada
Badung.

Dari data yang didapat selama pengkajian maupun analisis di atas,


terdapat diagnosa keperawatan terhadap pasien yang dirumuskan tabel 5
yakni:

Tabel 5
Diagnosa Keperawatan Pada Asuhan Keperawatan Pola Nafas Tidak
Efektif Pada Pasien Asma di Ruang Kecak RSUD Kabupaten Badung.
N Diagnosa Keperawatan
o Klien Ny. S
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
dibuktikan dengan penggunaan otot bantu pernapasan, fase ekspirasi memanjang dan
pola napas abnormal (takipnea, 30x/menit)

Tabel 6
Perencanaan Keperawatan Pada Asuhan Keperawatan Pola Nafas Tidak
Efektif Pada Pasien Asma di Ruang Kecak RSUD Mangusada Badung.
Diag Standar Luaran Standar
asien nosa Keperawatan Intervensi
Kepe Indonesia (SLKI) Keperawatan
rawatan Indonesia (SIKI)
(SDKI)
2 3 4

62
Klien Pola Setelah diberikan Intervensi
Ny. S napas tidak asuhan keperawatan Utama SIKI
efektif
berhubungan selama 3x24 jam, maka Label :
dengan hambatan diharapkan pola napas Manajemen Jalan
upaya napas membaik. Napas (I.01011)
dibuktikan dengan SLKI Label : Observasi
penggunaan otot
bantu pernapasan, Pola Napas (L.01004) 1. Mengamati pola
fase ekspirasi Kriteria hasil : nafas (jumlah,
memanjang dan 1. Dispnea berkurang (5) kedalaman, upaya
pola napas 2. Pemakaian otot nafas)
abnormal
(takipnea,30x/men penunjang nafas 2. Mengamati suara
it) lebih minim (5) nafas tambahan
3. Memanjangnya (mis.
proses ekspirasi (5) gurgling, mengi,
4. Frekuensi nafas lebih wheezing, ronchi
baik (5) kering)
5. Kedalaman napas Terapeutik
meningkat (5) 1. Memposisikan pada
semi flower ataupun
fowler
2. Memberikan minuman
hangat
3. Memberi oksigenasi
jika perlu
Edukasi
1. Menganjurkan
asupan cairan 2000
ml/hari, bila tidak
muncul kontra
indikasi
Kolaborasi
1.
Penggabunga
n pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika
perlu

1 2 3 4
Intervensi
Pendukung

63
SIKI Label
:

Dukungan
Ventilasi (I.01002)

Observas
i

1. Teridentifikasi
terjadinya
kelelahan pada
otot bantu
bernafas.
2. Memonitor statis
respirasi maupun
oksigenisasi (mis.
Jumlah, kedalam
nafas, pemakaian
otot bantu nafas,
bunyi tambahan
saat bernafas,
saturasi oksigen)
Terapeuti
k

1. Jaga kepatenan alur


nafas
2. Sediakan posisi
semi fowler
ataupun fowler.
3. Berikan pelayanan
merubah posisi
yang nyaman
4. Fasilitasi
oksigenasi
berdasarkan

64
1 2 3 4
5. keperluan (nasal
kanul 8 liter/menit)
6. Edukasikan teknik
relaksasi
pernafasan melalui
terapi ballon
blowing

Edukasi

1. Berikan arahan
dalam
melaksanakan
teknik tersebut
melalui nafas
dalam
2. Arahkan
petunjuk untuk
merubah posisi
secara individu
Kolabora
si

1.Kolaborasikan
penyediaan
bronkhodilator,
jika perlu

65
D. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan diberikan klien Ny.S dari Tanggal 10

Maret – 12 Maret 2023. Bentuk implementasi ini dicantumkan pada Tabel 7 .

Tabel 7

Implementasi Keperawatan Pada Pasien Asma di Ruang Kecak RSUD


Mangusada Badung.
Hari/ Diagnosa Imple Evaluasi
Tanggal/ Keperawatan mentasi Formatif
J
am
1 2 3 4

66
Juma Pola Nafas 1. Melakukan DS: Pasien
t, 10 Maret Tidak Efektif pengecekan tanda- mengatakan badan terasa
2023 tanda vital kepada lemas dan sesak nafas.
09.00 pasien Pasien mengatakan mau
2. Memberikan terapi diberikan obat terapi.
Obat kepada pasien
DO:
Tanda-tanda vital
pasien:
TD: 100/70 mmHg
S : 36OC
N : 100x/menit
Rr : 30x/menit
SpO2 : 98%
menggunakan otot bantu
nafas.
Terapi Obat pasien
:
-IVFD NS 20 tpm
-Cetrizine 2x10
-Hidrocortison
2x100(iv)
-
Promide=Budesenide @12
jam
-Ambroxol 3x30

1 2 3 4

67
11.30 Pola Napas 1. Mengobservasi pola DS :
Wita Tidak Efektif bernafas Pasien
(banyaknya, mengatakan
kedalaman, upaya sesak napas.
nafas)
2. Mengamati suara DO :
nafas lain seperti Muncul bunyi
(gurgling, mengi,
nafas tambahan
wheezing, ronchi
kering) (wheezing), timbulnya
Memperhati pemakaian otot bantu
kan status nafas, kedalaman nafas
respirasinya maupun sedang, ekspirasi di fase
oksigenasi pasien lebih panjang.
(misalnya
RR :
kedalaman,
frekuesnsi, 30x/menit,
pemakaian otot Saturasi O2 : 87%.
bantu nafas bunyi
tambahan saat
bernafas, saturasi
O2)
13.00 Pola Napas 1. Mengidentifikasi DS :
wita Tidak Efektif adanya kelelahan Pasien
otot bantu napas mendeskripsikan sesak
2. Menjaga kepatenan nafasnya muncul saat
alur nafas badan digerakkan.
3. Memberi tempat DO :
semi fowler ataupun Pasienterlihat
fowler memakai otot pendukung
jalan nafas, kelelahan,
jalan nafas paten, memberi
tempat fowler dibantu
keluarganya

68
10.20 Pola Nafas 1. Diberikan DS :
wita Tidak Efektif minuman Pasien
hangat menyatakan sesaknya
2. Penerapan lebih berkurang.
terapi DO :
nebulizer Pasien telah
meminum setengah
gelas air ±150 cc Terapi
nebulizer diberi
berdasarkan prosedur
SOP.

1 2 3 4

15.00 Pola Nafas 1. Mengecek DS:


Wita Tidak Efektif Kembali tanda- Pasien mengatakan
tanda vital pasien badan masih terasa lemas
DO:
2. Memberikan
TTV pasien
Kembali terpi TD: 100/80 mmHg
obat kepada S : 36OC
pasien N : 99x/mnt
Rr : 30x/mnt
Terapi Obat
pasien:
-IVFD NS 20Tpm
-Ambroxol 3x30
-Nebu
Salbutamol+Pratropium

17.00 Pola Nafas 1. Memberikan DS :


wita Tidak Efektif layanan perubahan Pasien
posisi yang lebih merasa
nyaman lebih nyaman.
2. Mengedukasikan DO :
teknik perubahan Pasien nampak
posisi dengan mampu merubah posisi
mandiri dengan bantuan
keluarga namun sesak
nafas masih
dirasakannya

69
21.00 Pola Nafas 1. Memperkirakan DS :
Wita Tidak Efektif kepatenan jalan Pasien
nafas mengatakan sesak
nafasnya terjadi saat badan
2. Menyediakan digerakkan
kondisi semi fowler DO :
ataupun fowler Pasien nampak
3. Mengedukasikan mempergunakan otot
teknik pernafasan bantuan nafas, disertai
kecapekan, jalan nafas
melalui terapi
paten, pasien mau
dengan memakai mengikuti terapi yang di
balloon blowing) anjurkan

22.00 Pola Nafas 1. Mengecek tanda- DS:


Wita Tidak Efektif tanda vital pasien Pasien mengatakan
2. Memberitak terapi masih merasakan lemas
dan sesak
obat
DO:
TTV Pasien
TD: 110/70
mmHG
S : 36,4OC
N : 99x/mnt
Rr ; 30x/mnt
spO2: 98%
2 3 Terapi obat
1 Pasien :
-IVFD NS 20 Tpm
4

Ambroxol 3x30
-Ceterizine 2x10
-Hidrocortison
2x100 (iv)
-
Promide+Budesenide@12j
am
-Kodein 1x10
(Malam)
Sab Pola Nafas 3. Melakukan DS: Pasien
tu, 11 Maret Tidak Efektif pengecekan tanda- mengatakan badan terasa
2023 tanda vital kepada lemas dan sesak nafas.
pasien Pasien mengatakan mau
09.
Memberika diberikan obat terapi.
00 Wita n terapi Obat
kepada pasien DO:
Tanda-tanda vital
pasien:
TD: 100/70 mmHg
S : 36OC
N : 98x/menit
Rr : 26x/menit
SpO2 : 98%

70
menggunakan otot bantu
nafas.
Terapi Obat pasien
:
-IVFD NS 20 tpm
-Cetrizine 2x10
-Hidrocortison
2x100(iv)
-
Promide=Budesenide @12
jam
-Ambroxol 3x30

12. Pola Nafas 1. Mengobservasi pola DS :


00 Tidak Efektif bernafas Pasien mengatakan
(banyaknya, masih merasakan sesak
kedalaman, upaya nafas
nafas)
2. Mengamati suara DO :
nafas lain seperti Muncul bunyi
(gurgling, mengi, nafas tambahan
wheezing, ronchi (wheezing), timbulnya
kering) pemakaian otot bantu
3. Memperhatikan nafas, kedalaman nafas
status respirasinya sedang, fase ekspirasi
maupun oksigenasi lebih lama.
pasien (misalnya

1 2 3 4
kedalaman, RR : 30x/menit,
frekuensi, Saturasi O2 : 87%.
pemakaian otot
bantu nafas bunyi
tambahan saat
bernafas,saturasi O2

71
14. Pola Nafas 1. Menemukan DS :
00 Tidak Efektif kelelahan otot yang Pasien melaporkan
timbul sesaknya meningkat bila
badan bergerak
2. Mengarahkan posisi
semi fowler atau DO :
fowler Pasien nampak
mempergunakan otot
bantuan nafas, disertai
kecapekan, jalan nafas
paten, memberi posisi
fowler dari bantuan
keluarganya

15. Pola Nafas 3. Mengecek DS:


00 Tidak Efektif Kembali tanda- Pasien mengatakan
tanda vital pasien badan masih terasa lemas
DO:
4. Memberikan
TTV pasien
Kembali terpi TD: 11080 mmHg
obat kepada S : 36OC
pasien N : 97x/mnt
Rr : 25x/mnt
Terapi Obat
pasien:
-IVFD NS 20Tpm
-Ambroxol 3x30
-Nebu
Salbutamol+Pratropium

17. Pola Nafas 1. Menyediakan DS :


00 wita Tidak Efektif minuman Pasien
hangat mendeskripsikan sesaknya
telah sedikit menghilang
2. Mengedukasik
an teknik DO :
pernafasan Pasien telah
melalui terapi meminum setengah gelas
dengan air ±150 cc. Pasien
nampak mempergunakan
memakai
kondisi fowler serta bisa
balloon melaksanakan instruksi
blowing) terapi nafas dengan Ballon
Blowing dimana pasien
nampak diberikan bantuan
2 3 dari keluarganya. Pasien
4
1
berkemampuan
melaksanakan Ballon
Blowing sekitar 6 menit.

72
20. Pola Nafas 1. Memberi arahan DS :
00 Tidak Efektif pada perubahan Pasien
posisi yang lebih mengungkapkan posisi nya
telah nyaman pada posisi
nyaman semi fowler
2. Menginstruksikan
perubahan keadaan DO :
duduk dengan Pasien dapat
mandiri merubah posisinya dengan
bantuan keluarganya.
21. Pola Nafas 1. Menyarakan asupan DS :
00 Tidak Efektif cairan 2000 Pasien merespon
ml/hari, bila tidak ingin minum berdasarkan
anjurannya
ada kontra indikasi
DO :
Pasien Tampak
tenang dan kooperatif.
22. Pola Nafas 3. Mengecek tanda- DS:
00 Wita Tidak Efetif tanda vital pasien Pasien mengatakan
4. Memberitak terapi masih merasakan lemas
dan sesak
obat
DO:
TTV Pasien
TD: 110/70
mmHG
S : 36,4OC
N : 97/mnt
Rr ; 25x/mnt
spO2: 98%
Terapi obat
Pasien :
-IVFD NS 20 Tpm
-Ambroxol 3x30
-Ceterizine 2x10
-Hidrocortison
2x100 (iv)
-
Promide+Budesenide@12j
am
-Kodein 1x10
(Malam)
Min Pola Nafas 5. Mengecek tanda- DS:
ggu, 12 Tidak Efektif tanda vital pasien Pasien mengatakan
Maret 2023 6. Memberitak terapi masih merasakan lemas
dan sesak
09. obat
DO:
30 wita TTV Pasien
TD: 120/90
mmHG
S : 36,4OC
N : 97/mnt
Rr ; 23x/mnt
2

73
3 spO2: 98%
1 Terapi obat
Pasien :
4
IVFD NS 20 Tpm
-Ambroxol 3x30
-Ceterizine 2x10
-Hidrocortison
2x100 (iv)
-Cefoperazone 2x1
(H-3)

-
Promide+Budesenide@12j
am
-Kodein 1x10
(Malam)

11. Pola Nafas 1. Mengobservasi pola DS :


30 Wita Tidak Efektif nafas pada pasien Pasien menyatakan
2. Memonitoring sesak nafas telah
bunyi nafas berkurang.
tambahan yang
dikeluarkan DO :
3. Mengamati status Nampak bunyi
respirasinya serta nafas tambahan (wheezing)
oksigenisasi (misal: telah menurun, otot bantu
frekuensi, nafas sudah berkurang,
kedalaman, nafas membaik, fase
pemakaian otot ekspirasinya menurun.
bantu, bunyi RR : 22x/menit
tamabahan, saturasi Saturasi : 97%
oksigen)
14. Pola Nafas 1. Menemukan DS :
00 Wita Tidak Efektif kelelahan otot Pasien
bantu nafas mendeskripsikan sesak
nafas telah menurun.
2. Menjaga jalan nafas
tetap paten DO :
3. Menyediakan posisi Otot bantu nafas
fowler maupun tidak muncul, jalur nafas
semi paten, posisinya dalam
kondisi fowler mandiri

74
15. Pola Nafas 1. Mengecek DS:
00 Wita Tidak Efektif Kembali tanda- Pasien mengatakan
tanda vital pasien badan masih terasa lemas
DO:
2. Memberikan
TTV pasien
Kembali terpi TD: 11080 mmHg
obat kepada S : 36OC
pasien N : 97x/mnt
Rr : 25x/mnt
Terapi Obat
pasien:
-IVFD NS 20Tpm
-Ambroxol 3x30
-Nebu
Salbutamol+Pratropium

1 2 3 4
16. Pola Nafas 1. Menyediakan DS :
00 Wita Tidak Efektif minuman hangat Pasien menyatakan
rasa lebih enak
2. Melaksanakan
arahan teknik DO :
pelatihan nafas Pasien dapat
Melalui melaksanakan instruksi
terapi modifikasi nafas ballon blowing
dengan Teknik secara mandiri dan
maksimal. Pasien ini
ballon melaksanakan teknik
blowing/meniup sebanyak 10 menit pada
balon) kondisi fowler

19. Pola Nafas 1. Memberikan DS :


00wita Tidak Efektif layanan posisi Pasien telah
paling aman merasa nyaman di
tempatnya
2. Mengedukasi
perubahan mandiri DO :
pada posisinya Pasien nampak
bisa merubah posisi
dengan mandiri

20. Pola Nafas 1. Menyarankan DS :


00 wita Tidak Efektif asupan cairan 2000 Pasien telah
ml/hari, bila tidak meminum dengan
anjurannya
kontra indikasi
DO :
Pasien tampak
tenang dan kooperatif.
21. Pola Nafas 7. Mengecek tanda- DS:
00 Wita Tidak Efektif tanda vital pasien Pasien mengatakan
8. Memberitak terapi masih merasakan lemas
dan sesak

75
obat DO:
TTV Pasien
TD: 110/70
mmHG
S : 36,4OC
N : 97/mnt
Rr ; 25x/mnt
spO2: 98%
Terapi obat
Pasien :
-IVFD NS 20 Tpm
-Ambroxol 3x30
-Ceterizine 2x10
-Hidrocortison
2x100 (iv)
-
Promide+Budesenide@12j
am
-Kodein 1x10
(Malam)
-Cefoperazone 2x1
(H-3)
-Levofloxacin
1x750 mg (H-3)

E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan terhadap kline Ny. S direpresentasikan dalam

Tabel 8 :

Tabel 8
Evaluasi Keperawatan Pola Nafas Tidak Efektif Pasien Asma di Ruang Kecak
RSUD Mangusada Badung
N Hari/ Catatan Perkembangan (SOAP)
o Tanggal/Jam
Klien Ny. S Subjektif:
Minggu , 12 Pasien mengeluhkan sesak pada nafasnya
Maret mulai menurun.
2023
Pukul 11.00 Objektif:
Wita Nampak bunyi tambahan yang berkurang,
penurunan pada otot bantu nafas, kedalaman nafas lebih
baik, tahapan ekspirasinya lebih berkurang serta frekuensi
nafas lebih baik RR : 22x/menit, SaO2 : 99%.

Assesment (Analisis):

76
Pola nafas membaik, masalahnya teratasi
Planing :
SIKI Label : Manajemen Jalan Nafas dan
Dukungan Ventilasi
a. Mengatur status respirasinya maupun oksigenasi
(misalnya. Frekuensi, kedalaman nafas, pemakaian
otot bantu nafas, suara tambahan, saturasi O2.
b. Menjaga alur nafas tetap paten
c. Mengajar serta menyarankan teknik pelatihan nafas
berupa modifikasi terapi ballon blowing 2 kali/hari
di rumah sekitar 10-15 mnt.
d. Ajarkan asupan cairan sebanyak 2000ml perharinya

BAB V

PEMBAHASAN

A. Analisis Asuhan Keperawatan

Analisis asuhan keperawatan yaitu menganalisis tentang perbandingan

antara teori yang peneliti gunakan, temuan penelitian orang lain dalam

jurnal penelitian dan pendapat peneliti pada asuhan keperawatan yang dikaji

sesuai dokumentasi asuhan pasien asma.

1. Pengkajian keperawatan

Kajian keperawatan temuan studi kasus terhadap subjek

diperoleh data mayor maupun minor. Kajian terhadap subjek

menunjukkan data mayor pola nafas tidak efektif seperti mengeluh

77
sesak, adanya otot bantu nafas, proses ekspirasi lebih lama, frekuensi

nafas 30x/menit (normal sesuai panduan rumah sakit adalah

11-24x/menit), terdapat wheezing, namun data minor tidak timbul.

Berdasarkan kajian teori dalam SDKI, temuan data mayor

terhadap pasien asma yang pola nafasnya tidak efektif ialah penerapan

otot bantu saluran nafas, ekspirasi nampak lebih lama, pola nafas tak

normal. Sementara pada data minor meliputi ortopnea, pernapasan

pursed-lip, nafas cuping hidung, membesar diameter thoraks anterior-

posterior, ventilasi per menitnya semakin rendah, kapasitas vital,

tekanan ekspirasi, perubahan ekskursi dada, serta penurunan inspirasi.

Data mayor pola nafas tidak efektif yang timbul terhadap subjek

berdasarkan data mayor sesuai panduan teori, yakni pemakaian otot

bantu pernafasan, memanjangnya proses ekspirasi, serta pola nafas

kurang normal. Sementara itu, data minor pada pasien tidak muncul

sama sekali saat proses kajian yang mana tidak sejalan dengan panduan

teori yang peneliti gunakan. Pengkajian subjek data minor yang ada

dalam teori tidak terjadi seperti ortopnea, nafas pursed-lip, nafas cuping

hidung, peningkatan diameter thoraks anterior-posterior, ventilasi per

menitnya semakin rendah, kapasitas vital, tekanan ekspirasi, rendahnya

inspirasi, serta berubahnya ekskursi dada.

Berdasarkan perspektif peneliti, data minor yang ada dalam

panduan teori tidak terjadi dalam pengkajian. Ini disebabkan sejumlah

faktor atau memang tidak muncul terhadap pasien tersebut; dan perawat

78
tidak mengkaji dengan dalam terkait gejala mayor maupun minor pada

pasien.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan ialah sebuah uji klinis terkait tanggapan

klien pada isu kesehatan ataupun proses yang dirasakannya baik terjadi

secara aktual ataupun potensial. Diagnosa keperawatan tujuannya

menemukan respons klien baik secara mandiri, keluarga, ataupun

kelompok pada kondisi yang berhubungan pada kesehatan (PPNI,

2018).

Diagnosa keperawatan yang ditegakkan terhadap subjek yakni

nafas tidak efektif berkaitan pada usaha nafas (kelemahan otot nafas)

ditandai sesak nafas, ada suara tambahan (wheezing), terjadi fase

ekspirasi panjang, ada pemakaian alat bantu pernafasan, pola nafas

abnormal pada nilai RR 30X/menit, SPO2 87%.

Diagnosa keperawatan yang diambil dalam penelitian ini adalah

pola nafas tidak efektif. Pola nafas tidak efektif merupakan ventilasi

atau bertukarnya udara yang tidak adekuat pada proses inspirasi

ataupun ekspirasi. Metode merumuskan diagnosa actual, yakni

permasalahan (problem), berkaitan dengan penyebab (etiology), terbukti

melalui tanda (sign) dan gejala (symptom). Dari metode perumusan

diagnosa pada dokumen pasien juga memiliki kesamaan dengan acuan

teori.

3. Rencana Keperawatan

79
Apabila perumusan diagnosa terselesaikan, tahapan lanjutannya

yaitu merencanakan keperawatan sebagai cara meminimalisir,

menyebuhkan serta menhambat terjadinya masalah kesehatan pada

klien (PPNI, 2018).

Berdasarkan hasil perencanaan keperawatan pada klien

dokumen pasien Ny.S pada tujuan dan kriteria hasil maupun pada

rencana keperawatan yang dirumuskan. Tujuan maupun kriteria hasil

ini yaitu setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x 24 jam

harapannya pola nafas lebih baik sesuai kriteria hasil: dyspnea

berkurang, pemakaian otot bantu nafas lebih rendah, durasi ekspirasi

lebih lama, frekuensi nafas lebih baik (18-22x/menit), membaiknya

kedalaman nafas. Rencana kasus kelolaan yaitu terdiri dari 7 tindakan

keperawatan pada manajemen jalan nafas dan 4 tindakan keperawatan

pada dukungan ventilasi. Ketujuh rencana keperawatan pada

manajemen pola nafas yaitu : amati pola nafas (jumlah, kedalaman,

usaha nafas), memonitor bunyi nafas tambahan (mis, Gurgling,

wheezing, ronchi kering), terapeutik dalam kondisi semi fowler,

memberi minuman hangat, sediakan oksigenasi apabila diperlukan,

edukasikan teknik pemberian asupan cairan 200ml/hari (bila tidak ada

kontraindikasi), kolaborasikan pemberikan bronkodilator, ekpetoran,

mukolitik, jika perlu. Pada terapi dukungan ventilasi yaitu : observasi

identifikasi terkait kelelahan otot bantu napas, monitor status respirasi

oksigenasi, terapeutik mempertahankan kestabilan jalan nafas,

memberikan posisi semi fowler ataupun fowler, memfasilitas perubahan

80
tempat yang nyaman, mengajarkan latihan relaksasi nafas dengan terapi

balloon blowing, mengedukasi teknik relaksasi nafas dalam,

mengajarkan perubahan tempat secara individu, kolaborasikan

penerapan bronchodilator bila dibutuhkan.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi yang diberikan terhadap pasien berdasarkan

intervensi keperawatan yang telah dirancang berdasarkan Standar

Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Implementasi yang telah

dilakukan selama 3 x 24 jam terhadap pasien dan telah dilakukan sesuai

standar intervensi yang direncanakan sebelumnya yakni memonitor

pola bernafas, mengamati bunyi wheezing, mengobservasi keadaan

resporasi maupun oksigenasi (frekuensi, kedalaman bernafas, otot bantu

nafas yang digunakan, bunyi wheezing, saturasi O2), identifikasi

kelemahan otot bantu nafas, menjaga kestabilan alur nafas,

menyediakan keadaan semi fowler ataupun fowler, disediakan minuman

hangat, diarahkan mengikuti terapi nebuleizer, fasilitas kepatenan posisi

yang nyamana, akarkan perubahan posisi dengan mandiri, jaga

kestabilan alur napas, posisikan pada keadaan semi fowler ataupun

fowler, ajarkan melakukan reknik relaksasi napas maupun latihan napas

(terapi ballon blowing/meniup balon).

Pemberian terapi ballon blowing/meniup balon merupakan

teknik relaksasi melalui peniupan balon yang memudahkan otot

intracosta mengealuasikan otot diafragma maupun kosta, memberi

81
peluang penyerapan udara, merubah bahan yang terdapat di paru serta

menghembuskan karbonmonoksida pada paru. Meniup balon dengan

efesien mampu mempermudah ekspansi paru yang bisa memperoduksi

karbonmonoksida yang terhambat di paru-paru pasien disertai kelainan

fungsi nafas.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi yaitu tahapan kelima atau paling akhir pada prosedur

keperawatan. Evaluasi mengindikasikan perawat agar memeriksa

dengan kritikal serta mendeskripsikan respons pasien pada proses

intervensinya. Evaluasi ini dicatat sesuai bentuk SOAP (subjektif,

objektif, assesment, planing) (Achjar.K.A.H, 2018).

Berdasarkan data hasil evaluasi keperawatan diperoleh data

pada pasien Ny. S hasil evaluasi yaitu S: pasien mengeluhkan sesak

nafas yang telah berkurang, O: suara nafas tambahan (wheezing) yang

timbul mulai menurun, menurunnya kedalaman nafas, dan frekuensi

bernafas lebih baik pada RR 22/menit, A: pola nafas membaik,

permasalahan ditanggulangi, P: manajemen jalan napas; melihat status

resporasi maupun oksigenasi (mis, frekuensi maupun kedalaman nafas,

pemakaian otot bantu nafas, bunyi wheezing, saturasi oksigen),

pertimbangkan kestabilan jalan nafas, berikan ajuran serta teknik

mengimplementasikan teknik relaksasi nafas menggunakan baloon

blowing di rumah sejumlah 2x/hari selama 10-15 menit, ajarkan asupan

cairan 2000ml/hari.

82
Evaluasi yang diasumsikan berdasarkan permasalahan pasien

yang tengah dihadapi sesuai dengan tujuan maupun kriteria hasil yang

tersusun. Pada pasien dengan masalah keperawatan pola nafas tidak

efektif indikator evaluasi yang diharapkan yaitu menurunnya

pemakaian otot bantu nafas, penurunan ekspirasi terjadi, membaiknya

frekuensi nafas (18-22x/menit), kedalaman napas lebih baik.

B. Analisa Intervensi Keperawatan Terapi Ballon Blowing dengan Konsep

Evidance Based Practice

Intervensi keperawatan merupakan suatu bentuk perawatan yang

perawat berikan sesuai dengan ilmu maupun uji klinis yang diketahuinya

guna meraih tujuan yang ditentukan (PPNI, 2018). Sesuai kasus kelolaan

diatas intervensi yang disarankan terhadap pasien yang menderita pola nafas

tidak efektif yaitu terapi Ballon Bllowing. Sesudah dilaksanakan intervensi

selama 3x24 jam diperoleh temuan bahwa pasien menyatakan sudah merasa

lebih baik, sesak sudah berkurang dan frekuensi nafas membaik.

Intervensi yang dianjurkan terhadap pasien yaitu terapi Ballon

Bllowing, Terapi Ballon Bllowing ataupun yang memiliki makna pelatihan

nafas melalui peniupan balon yang menjadi teknik relaksasi nafas dari hidung

dengan menghirup udara serta ekspirasi ke balon dengan mulut. Teknik

relaksasi melalui cara meniup balon dapat melatih otot intracosta dalam

mengelevasi otot diafragma maupun kosta. Hal ini memberikan peluang

penyerapan O2, merubah bahan yang terdapat pada paru serta memproduksi

CO2. Ballon Blowing sangatlah efesien dalam memudahkan ekspansi paru

83
agar memproduksi oksigen serta memproduksi karbondioksida yang terjebak

pada paru pasien yang mengalami kelainan fungsi pernapasan. Meningkatnya

ventilasi alveoli mampu meningkatkan produksi oksegen, maka bisa dipakai

menjadi terapi untuk mengoptimalkan saturasi oksigenasi. Standar

Operasional prosedur pemberian terapi Ballon Blowing yaitu mengatur posisi

pasien senyaman mungkin, merileskan tubuh , menyiapkan balon kemudian

tarik nafas dari hidung dengan optimal (3-4) detik ditahan selama 2-3 detik

selanjutnya tiup ke dalam balon dengan maksimum 5-8 detik (balon

mengambang) selanjutnya ikat balon yang telah mengembang, ambil balon

berikutnya dan lakukan 3 set latihan setiap sesion meniup balon.

Pemilihan intervensi utama tersebut didukung oleh hasil penelitian

Agina, Widyaswara dan Selfa (2021), yang berjudul “Terapi Blowing Baloon

mengurangi sesak nafas Pasien Asma” yang menyatakan bahwa setelah

diberikan terapi selama 5 hari disertai frekuensi 20 menit tiap terapi.

Terjadinya pengurangan frekuensi pernafasan dalam rentang 21-23 kali/menit

serta berkurangnya sesak nafas.

Penelitian lainya yang dilakukan oleh Sri, Syarif dan Noor (2022),

yang berjudul “Terapi Blowing Ballon untuk mengurangi sesak nafas pada

pasien asma Bronkhiale” menyatakan bahwa diperoleh temuan terkait

penialaian respirasi sebelum maupun setelah diberikan terapi meniup balon

dimana terjadinya frekuensi pernafasan yang menurun dalam responden yakni

di hari ke dua frekuensi nafas 44x/menit menjadi 40x/menit dan hari ketiga

dari 40x/menit ke 36x/menit.

84
85
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Asuhan keperawatan yang diterapkan kepada pasien asma yang

menderita permasalahan pola nafas tidak efektif, pada umumnya memperoleh

hasil serupa antara teori dan kenyataannya di lapangan. Teori yang diterapkan

tentang prosedur asuhan keperawatan yang paling utama dilakukan yaitu

pengkajian, penentuan diagnosa, pembuatan rencana keperawatan,

implementasi keperawatan dan evaluasi sudah dilaksanakan menurut teori

dan langkah yang sudah ada. Berikut simpulan pada karya ilmiah ini adalah :

1. Pada Pengkajian hasil yang didapatkan dari kasus yang dikelola yaitu

diagnosa medis Asma, pasien Ny. S mengeluh sesak nafas , pasien

tampak mempergunakan otot bantu nafas. Pada saat dilakukan

auskultasi, muncul bunyi nafas lainnya (wheezing), pola nafas

abnormal dengan respirasi 30x/menit dan SpO2: 86%.

2. Diagnosa yang didapatkan berdasarkan dari hasil pengkajian yaitu

pola nafas tidak efektif berkaitan dengan kendala dalam upaya nafas

(lemahnya otot nafas). Hal ini terbukti ketika pasien sesak nafas,

timbul wheezing, terdapat fase ekspirasi yang panjang, nampak

mempergunakan otot bantu nafas, abnormalnya pola nafas, pada nilai

RR 30x/menit (takipnea), SpO2 87%

86
3. Intervensi yang dilaksanakan terhadap pasien kelolaan akibat

keperawatan pola nafas tidak efektif menggunakan kriteria hasil

luaran pola nafas dengan ekspetasi membaik atau menurun. Dimana

intervensi pola nafas tidak efektik pada pasien asma yaitu dengan

memberikan terapi inovasi Latihan pernafasan dengan modifikasi

menggunakan Teknik Ballon Blowing

4. Implementasi yang diterapkan terhadap pasien kelolaan pada pola

nafas tidak efektif yang sesuai dengan ntervensi yang sudah

direncanakan yaitu dilakukan selama 3x24 jam dengan yang terdiri

dari Tindakan observasi, terapeutik, edukasi, kolaborasi. Pemberian

implementasi dengan menggunakan Teknik Ballon Blowing dengan

cara menarik nafas secara maksimal melalui hidung, kemudian

tiupkan ke dalam balon secara maksimal dengan waktu 2 detik lebih

lama dari waktu Tarik nafas, (Tarik nafas selama 6 detik selanjutnya

dihembuskan selama 7 detik). Kemudian Tarik nafas selama 3-4 detik

dan ditahan selama 2-3 detik selanjutnya dilakukan ekhalasi dengan

meniup balon selama 5-8 detik yang dilakukan selama 10-20

menit/sesi.

5. Hasil evaluasi intervensi pemberian terapi teknik Ballon Blowing pada

pasien kelolaan yaitu pasien mengalami sesak berkurang, pemakaian

otot bantu nafas mulai berkurang, suara wheezing lebih baik dan pola

nafas pasien sudah membaik,frekuensi nafas membaik dengan

menunjukkan respirasi 22x/menit dan SpO2 98%.

87
6. Pemberian terapi Ballon Blowing kepada pasien asma yang didiagnosa

pola nafas tidak efektif telah memudahkan peningkatan otot intracosta

mengelevasi otot diafragma maupun kosta, sehingga memberikan

peluang dalam penyerapan oksigen serta memproduksi

karbondioksida pada paru. Terapi Ballon Blowing ini juga dapat

mengatasi sesak nafas pada pasien sehingga sesak yang dirasakan

lebih membaik, otot bantu nafas yang digunakan sudah menurun,

suara nafas wheezing membaik, pola nafas membaik, frekuensi nafas

membaik. Dengan dilakukannya terapi Ballon Blowing dengan rutin,

akan mendorong untuk menanggulangi masalah pola nafas yang tidak

efektif.

7. Tanda mayor mengeluh sesak, adanya otot bantu nafas, proses

ekspirasi lebih lama, frekuensi nafas 30x/menit yang muncul pada

pasien kelolan yaitu dan tanda minor yang muncul meliputi

ortopnea,membesar diameter thoraks anterior-posterior,tekanan

ekspirasi,Setelah diberikan terapi ballon blowing pada pasien kelolan

didapatkan hasil bahwa pasien sudah ekspansi paru.

B. SARAN

Sesuai dengan asuhan keperawatan terhadap pasien kelolaan pada

diagnosa asma, terdapat sejumlah saran yang direkomendasikan, di antaranya:

1. Bagi Perawat di Ruang Kecak RSUD Mangusada Badung

88
Diharapkan bentuk tindakan yang diberikan terhadap pasien

dengan diagnosa asma agar dapat memanfaatkan dan menerapakn

pemberian terapi non-farmakologi yaitu terapi Ballon Blowing untuk

meningkatkan otot pernafasan. Tindakan ini efesien untuk pemberian

asuhan keperawatan pada diagnosis media pola nafas tidak efektif,

dimana pada saat diberikanya terapi inovasi Ballon Blowing ini

perawat memperhatikan keadaan kondisi pasien yaitu pasien dengan

keadaan sadar dan tidak mengalami komplikasi.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Disarankan untuk penelit selanjutnya untuk mempergunakan

karya ilmiah ini sebagai sumber rujukan awal ketika meneliti hal

serupa di masa mendatang. Dengan demikian, dapat dikembangkan

asuhan keperawatan ini terhadap pasien asma yang diagnosa media

pola nafas tidak efektif sesuai hasil penelitian serta perkembangan

ilmu terbaru.

89
DAFTAR PUSTAKA

Angina, Putra. 2021. " Terapi Blowing Ballon Untuk Mengurangi Sesak Nafas
Pada Pasien Asma." 2(Februari): 92-109.

Adinda, D. (2021). Komponen Jenis-Jenis Evaluasi Dalam Asuhan Keperawatan.


Jurnal Manajemen: Untuk Ilmu Ekonomi Dan Perpustakaan, 4(1),141-149

Aulia. (2017). Asma Bronkial (FAQ). Kementerian Kesehatan Republik


Indonesia. http://p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/subdit-penyakit-paru
kronik-dan-gangguan-imunologi/asma-bronkial-faq

Global Asthma Network. (2018). The Global Asthma Report Asthma affects.Irfan,
Z. M., Suza, D. E., & Sitepu, N. F. (2019). Perbandingan Latihan Nafas
Buteyko Dan Latihan Blowing Balloons Terhadap Perubahan Arus. Persatuan
Perawat Indonesia, 3(2), 93–100.

Kemenkes RI. (2018). Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Kementerian
Kesehatan RI, 53(9), 1689-1699

KemenkesRI.Keputusan_Menteri_Kesehatan_RI_Tentang_Pedoman_Pengendali
an_Asma1.pdf (p.34).9

Lorensia, A., Yulia, R., & Wahyuningtyas, S. (2016). Hubungan Persepsi


Penyakit (Illness Perception) dengan Kontrol Gejala Asma pada Pasien
Rawat Jalan. 1(2). Indonesia Jurnal Perawat, Volume 3, p. 37

Morris, M. J., & Pearson, D. J. (2020, November). Asthma. Medscape Reference,


8. https://emedicine.medscape.com/article/296301-overview#showall

Nursalam. 2011. Proses Dan Dokumentasi Keperawatan: Konsep Dan Praktik.


Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.0

Nursalam. (2020). Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis


(5th ed.). Jakarta : Salemba.9

90
Alfin Nugroho, Indra Dewi, A. A. (2018). Status Oksigenasi Anak Usia 3-5
Tahun Dengan Pneumonia Di Rumah. 6(2), 39–46.

Prok, W., Gessal, J., & Angliadi, L. S. (2016). Pengaruh latihan gerak aktif
menggenggam bola pada pasien stroke diukur dengan handgrip
dynamometer. E-CliniC, 4(1). https://doi.org/10.35790/ecl.4.1.2016.10939

Riskesdas. (2018). Laporan Provinsi Bali Riskesdas 2018. Badan Penelitian., &
Pengebangan Kesehatan (LPB).

Suparyanto., & Rosad. (2020). Studi Kasus: Terapi Blowing Balloon Untuk
Mengurangi Sesak Nafas Pada Pasien Asma. Suparyanto Dan Rosad (2015,
5(3), 248–253. Dinamika Kesehatan,.Volume 9, p. 13.

PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi Dan Indikator


Diagnostik. Jakarta: Jakarta : DPP PPNI.9

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan


Keperawatan (1st ed.). Jakarta : DPP PPNI

PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi Dan Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tunik, Nimingasih, Rahayu, and Edi Yusmatoro. 2020. "Pengaruah Breathing


Relaxation Dengan Teknik Ballon Blowing Terhadap Saturasi Oksigen
Pasien Asma Anxiety,Depressiom and Coping Mechanism of Nursing
During the Times of Covid-19 Pandemic In Trenggalek." Oktober 9(2): 193-
99

WHO.2017."Chronic Obstructive Pilmonary Disease (COPD)."9

91
Lampiran 1

JADWAL KEGIATAN PENELITIAN ASUHAN KEPERAWTAAN POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF


DENGAN BALLON BLOWING PADA PASIEN ASMA DI RUANG KECAK
RSUD MANGUSADA BADUNG
Waktu Kegiatan (Dalam Minggu)
No. Kegiatan Mare Apri Mei
t l
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan Judul KIA-N
2 Pengurusan surat izin penelitian
3 Pengumpulan data
4 Pelaksanaan asuhan keperawatan
5 Pengolahan data
6 Analisis data
7 Penyusunan laporan
8 Sidang hasil penelitian
9 Revisi laporan
10 Pengumpulan KIA-N
Lampiran 2

REALISASI ANGGARAN BIAYA STUDI KASUS ASUHAN


KEPERAWATAN POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF DENGAN BALLON
BLOWING PADA PASIEN ASMA DI RUANG KECAK RSUD
MANGUSADA BASUNG

No Kegiatan Rencana Biaya


1 Tahap Persiapan
Rp. 50.000,00
a. Pengajuan laporan kasus
2 Tahap Pelaksanaan
Rp. 150.000,00
a. Transfortasi dan akomodasi
3 Tahap Akhir
Rp. 50.000,00
a. Penyusunan laporan
Rp. 100.000,00
b. Pengadaan laporan
Rp. 50.000,00
c. Revisi laporan Rp. 100.000,00
d. Biaya tak terduga
Total Rp. 500.000,00
Lampiran 1

Lembar Permohonan Menjadi Responden

Kepada
Yth. Bapak/Ibu/Saudara/i Calon Responden
Di -
Ruang Rawat Inap Kecak RSUD Mangusada Badung
Dengan hormat,
Saya mahasiswa Prodi Profesi Ners Politeknik Kesehatan Denpasar semester
II bermaksud melakukan penelitian tentang “Asuhan Keperawatan Pola Nafas
Tidak Efektif Dengan Balloon Blowing Pada Pasien Asma Di Ruang Kecak
RSUD Mangusada Badung”, sebagai persyaratan untuk menyelesaikan
Pendidikan Program Studi Profesi Ners. Berkaitan dengan hal tersebut, saya
mohon kesediaan bapak/ibu/saudara/i untuk menjadi responden yang merupakan
sumber informasi bagi penelitian ini. Informasi yang bapak/ibu/saudara/i berikan
akan dijaga kerahasiannya.
Demikian permohonan ini saya sampaikan dan atas partisipasinya saya
ucapkan terima kasih.

Denpasar, 09 Maret 2023


Peneliti

Anak Agung Istri Wahyuliniya


NIM: P07120322006

94
Lampiran 2
Persetujuan Setelah Penjelasan
(Informed Consent)
Sebagai Peserta Penelitian

Yang terhormat Bapak/Ibu/Saudara/i, kami meminta kesediannya untuk


berpartisipasi dalam penelitian ini. Keikutsertaan dari penelitian ini bersifat
sukarela/tidak memaksa. Mohon dibaca penjelasan dibawah dengan saksama dan
disilahkan bertanya bila ada yang belum dimengerti.
Judul Asuhan Keperawatan Pola Nafas Tidak Efektif Dengan
Balloon Blowing Pada Pasien Asma Di Ruang Kecak
RSUD Mangusada Badung
Peneliti Utama Anak Agung Istri Wahyuliniya
Institusi Poltekkes Kemenkes Denpasar
Lokasi Penelitian Ruang Kecak RSUD Mangusada Badung
Sumber pendanaan Swadana
Kepesertaan Bapak/Ibu/Saudara/i pada penelitian ini bersifat sukarela.
Bapak/Ibu/Saudara/i dapat menolak menjawab pernyataan yang diajukan atau
menghentikan kepesertaan kapan saja tanpa ada sanksi. Keputusan Bapak/Ibu/
Saudara/i untuk berhenti sebagai peserta penelitian tidak akan mempengaruhi
mutu akses/kelanjutan pengobatan yang akan diberikan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pola Nafas
Tidak Efektif Pada Pasien Yang Mengalami Asma Di Ruang Kecak RSUD
Mangusada Badung dengan jumlah responden sebanyak 1 orang dengan syarat
yaitu, pasien asma di ruang Kecak RSUD Badung yang bersedia menjadi
responden, berusia 18-60 tahun, mengalami masalah keperawatan pola nafas tidak
efektif, tidak memiliki gangguan pendengaran, serta mampu membaca dan
menulis.

95
Responden akan diberikan intervensi balloon blowing therapy dalam 3 kali
pertemuan yang dilakukan 15 sampai 30 menit.. Kepesertaan dalam penelitian ini
tidak secara langsung memberikan manfaat kepada peserta penelitian, akan tetapi
secara bertahap. Kegiatan ini juga tidak berbahaya karena subyek penelitian hanya
akan diajak mengikuti terapi sederhana serta untuk membantu masalah perawatan
diri yang sedang dialami.
Peneliti menjamin kerahasiaan data peserta penelitian dengan menyimpannya
dengan baik dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Jika setuju untuk
menjadi peserta peneltian ini, Bapak/Ibu/Saudara/i diminta untuk menandatangani
formulir “Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent) Sebagai *Peserta
Penelitian/ *Wali” setelah Bapak/Ibu/Saudara/i benar-benar memahami tentang
penelitian ini. Bapak/Ibu/Saudara/i akan diberi salinan persetujuan yang sudah
ditandatangani. Bila selama berlangsungnya penelitian terdapat perkembangan
baru yang dapat mempengaruhi keputusan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk kelanjutan
kepesertaan dalam penelitian, peneliti akan menyampaikan hal ini kepada
Bapak/Ibu/ Saudara/i. Bila ada pertanyaan, silakan hubungi peneliti : Anak Agung
Istri Wahyuliniya dengan No HP 081918144822.
Tanda tangan Bapak/Ibu/Saudara dibawah ini menunjukkan bahwa
Bapak/Ibu/Saudara telah membaca, telah memahami dan telah mendapat
kesempatan untuk bertanya kepada peneliti tentang penelitian ini dan menyetujui
untuk menjadi *Peserta Penelitian/*Wali.

Peserta/ Subyek Penelitian, Wali,

………………………………… …………………………………
Tanggal : / / Tanggal : / /

Hubungan dengan Peserta/Subyek


……………………………………
Peneliti,

……………………………………………………...

96
Tanggal : / /

Tanda tangan saksi diperlukan pada formulir Consent ini hanya bila
□ Peserta Penelitian memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan, tetapi
tidak dapat membaca/ tidak dapat bicara atau buta.
□ Wali dari peserta penelitian tidak dapat membaca/ tidak dapat bicara atau
buta.
□ Komisi Etik secara spesifik mengharuskan tanda tangan saksi pada
penelitian ini (misalnya untuk penelitian resiko tinggi dan atau prosedur
penelitian invasive)
Catatan :
Saksi harus merupakan keluarga peserta penelitian, tidak boleh anggota tim
penelitian.
Saksi :
Saya menyatakan bahwa informasi pada formulir penjelasan telah telah
dijelaskan dengan benar dan dimengerti oleh peserta penelitian atau walinya dan
persetujuan untuk menjadi peserta penelitian diberikan secara sukarela.

Nama dan Tanda tangan saksi


Tanggal : / /

(Jika tidak diperlukan tanda tangan saksi, bagian tanda tangan saksi ini
dibiarkan kosong)
*coret yang tidak perlu

97
Lampiran 5

Standar Operasional Prosedur (SOP) Terapi Latihan Pernapasan dengan


Modifikasi Teknik Balloon Blowing

No. Terapi Napas Dalam dengan Modifikasi Teknik Ballon Blowing


1. Pengertian Blowing Balloons atau yang mempunyai makna latihan
pernapasan dengan cara meniup balon merupakan salah satu
latihan relaksasi nafas dengan menghirup udara melalui
hidung dan ekspirasi melalui mulut ke dalam balon.
2. Tujuan 1. Memberitahu informasi kepada pasien yang mengalami
PPOK untuk melakukan terapi napas dalam
menggunakan teravi inovasi teknik Ballon Blowing.
2. Membantu mencegah terjadinya perburukan penyakit.
3. Manfaat 1. Meningkatkan volume ekspirasi maksimal
2. Menguatkan otot pernapasan
3. Memperbaiki transport oksigen
4. Menginduksi pola napas lambat dan dalam
5. Memperpanjang ekshalasi dan meningkatkan tekanan
jalan napas selama ekspirasi
6. Mengurangi jumlah udara yang terjebak dalam paru-paru
7. Mencegah terjadinya kolaps paru
4. Prosedur tahap Alat dan bahan
persiapan alat 1. APD (sarung tangan dan masker)
2. Hand sanitizer
3. Arloji
4. Balon tiup
5. Buku catatan dan alat tulis
5. Tahap pra- 1. Cek catatan keperawatan dan catatan medis pasien (TTV
interaksi bagian respirasi dan saturasi oksigen)
2. Cuci tangan
3. Siapkan, periksa kembali alat-alat yang diperlukan
6. Tahap Interaksi 4. Beri salam dan perkenalkan diri kepada pasien

98
5. Identifikasi pasin : tanyakan nama, tanggal lahir, alamat
(minimal 2 item). Cocokkan gelang identitas
6. Tanyakan kondisi/keluhan pasien
7. Jelaskan tujuan, prosedur, lama tindakan, dan hal yang
akan dilakukan pasin
8. Berikan kesempatan pasin/keluarga bertanya sebelum
kegiatan dilakukan
7. Tahap kerja 1. Jaga privasi pasien (menutup pintu, sampiran)
2. Posisikan pasien dengan nyaman
3. Cuci tangan dan pakai APD
4. Rilekskan tubuh, tangan dan kaki pasien (motivasi dan
anjurkan pasien santai dan tenang)
5. Siapkan balon, anjurkan pasien pegang balon dengan
kedua tangan, atau satu tangan memegang balon tangan
yang lain rileks disamping kepala
6. Anjurkan pasien tarik napas secara maksimal melalui
hidung (3-4 detik)
7. Kemudian tiupkan ke dalam balon dengan mulut
dimonyongkan dan dikerutkan selama 5-7 detik (balon
mengembang)
8. Tutup balon dengan jari-jari
9. Tarik napas sekali lagi secara maksimal dan tiupkan lagi
kedalam balon (ulangi prosedur nomor 9)
10. Lakukan terus menerus sebanyak 20-30 kali dalam
rentang 10-15 menit dan diselingi dengan istirahat
11. Hentikan latihan jika terjadi pusing atau nyeri dada
12. Atur kembali posisi pasien dengan nyaman
8. Tahap terminasi 1. Evaluasi perasaan pasien, simpulkan hasil kegiatan,
berikan umpan balik positif serta kontrak kegiatan
selanjutnya.
2. Bereskan alat-alat, lepas APD, dan cuci tangan
3. Akhiri kegiatan dengan mengucapkan salam
9. Tahap 1. Catat hasil kegiatan pada catatan keperawatan dan laporkan
dokumentasi temuan hasil pemeriksaan pasien
(Boyle, 2010)

99
Lampiran 6

Nomor : PP.03.03/020/0063/2023 16 Januari 2023

Lampiran : 1 rangkap
Hal : Mohon Ijin Menggunakan Tempat Praktik, Nama
CI dan Rincian Biaya Praktik

Yth. Direktur RSD Mangusada Jalan Raya


Kapal Mengwi Badung

Dalam rangka memberikan pengalaman nyata di lapangan dan mengaplikasikan


teori/praktik bagi mahasiswa, pada Mata Kuliah Praktik Manajemen Keperawatan
Program Studi Profesi Ners semester genap tahun akademik 2022/2023 Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Denpasar, maka dengan ini kami mohon ijin untuk
mempraktikkan mahasiswa di RS Mangusada. Adapun jumlah mahasiswa yang akan
mengikuti praktik sebagai berikut.
SMT/ JML WAKTU
NO TEMPAT MK KET
KELAS MHS PRAKTIK
PRAKTIK
1 RSD Mangusada 9 Praktik Manajemen 6 -18 Maret 2023
2/I Orang -
Keperawatan
Sekaligus mohon nama Clinical Instructur (CI) per ruangan 1 orang dan rincian biaya
praktik. Ketrampilan kompetensi praktikum dan nama mahasiswa terlampir.

Tembusan:
1. Kepala Bidang Keperawatan RSD Mangusada
2. Kepala Diklat RSD Mangusada
3. Kepala Komkordik RSD Mangusada

100
4. Arsip
Lampiran 1
Nomor :
PP.03.03/020/0063/2023
Tanggal : 16 Januari
2023

LAMPIRAN 1 : KOMPETENSI YANG DIHARAPKAN

Praktik Manajemen Keperawatan

1. Tujuan

a) Mampu memberikan asuhan keperawatan yang lengkap dan


berkesinambungan yang menjamin keselamatan klien (patient safety)
sesuai standar asuhan keperawatan dan berdasarkan perencanaan
keperawatan yang telah atau belum tersedia;
b) Mampu melakukan komunikasi terapeutik dengan klien dan
memberikan informasi yang akurat kepada klien dan/atau keluarga
/pendamping/penasehat utnuk mendapatkan persetujuan keperawatan
yang menjadi tanggung jawabnya;
c) Mampu melakukan studi kasus secara teratur dengan cara refleksi,
telaah kritis, dan evaluasi serta peer review tentang praktik
keperawatan yang dilaksanakannya;
d) Mampu melaksanakan penanganan bencana sesuai SOP;
e) Mampu melakukan upaya pencegahan terjadinya pelanggaran dalam
praktik asuhan keperawatan;
f) Mampu mengelola sistem pelayanan keperawatan dalam satu unit
ruang rawatdalam lingkup tanggungjawabnya;
g) Mampu melakukan penelitian dalam bidang keperawatan untuk
menghasilkan langkah-langkah pengembangan strategis organisasi;
h) Mampu merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi program
promosi kesehatan, melalui kerjasama dengan sesama perawat,
profesional lain serta kelompok masyarakat untuk mengurangi angka
kesakitan, meningkatkan gaya hidup dan lingkungan yang sehat.
i) Mampu melakukan Asuhan Keperawatan menggunakan pendekatan
tekonolgi keperawatan berdasarkan pembuktian ilmiah (Evidence
based practice) pada kasus-kasus tertentu (Perioperatif, Keperawatan
Kritis dan kasus dengan tindakan Haemodialisa)
j) Mampu melaksanakan prosedur Pencegahan dan pengendalian Infeksi
(PPI)
k) Mampu melakukan kegiatan Penelitian Terapan Keperawatan.

101
2. Kegiatan yang dilaksanakan mahasiswa ( Praktik Klinik Manajemen

Keperawatan)

Selama Praktik Klinik Keperawatan di RSD Mangusada, setiap


mahasiswa melaksanakan :
1. Mengikuti orientasi RS dan ruangan tempat praktek pada awal praktik
( 9 mahasiswa).
2. Pelaksanaan preconference dan post conference di awal dan akhir
stase @1X
3. Mahasiswa mengisi presensi di ruangan dengan format yang
disiapkan oleh bagian akademik. Presensi harus diketahui dan
ditandatangani oleh penanggungjawab ruangan dan pembimbing
klinik setiap hari selama 14 hari efektif
4. Membuat laporan kegiatan harian dan ditandatangani
pembimbing institusi dan pembimbing klinik yang ditunjuk
5. Setiap kali memenuhi target tindakan, mahasiswa diharapkan
langsung minta paraf pembimbing klinik
6. Mahasiswa wajib membuat sruktur organisasi kelompok dan
menyerahkan gann chart beserta jadwal dinas sebelum
melaksanakan shift
7. Responsi dilaksanakan sebanyak 2X
8. Adapun kegiatan praktik sebagai berikut :
A. Minggu I
a. Hari 1-2 : pengkajian, analisis situasi ruangan, dan
perencanaan.
b. Hari ke 3: desiminasi awal ruangan dengan dihadiri CT,
CI, perwakilan perawat di setiap ruangan di RS tersebut,
diklat dan bidang perawatan.
Laporan diseminasi wajib dikonsulkan kepada CT dan CI
paling lambat 2 hari sebelum pelaksanaan diseminasi dan
dikumpulkan kepada CT, CI, kepala bidang keperawatan,
dan undangan lainnya yang telah disepakati paling lambat
2 hari sebelum pelaksanaan diseminasi.
c. Hari 4: persiapan pembagian peran
d. Hari ke 5: pelaksanaan MPKP
B. Minggu II
a. Pelaksanaan MPKP (aplikasi peran, ronde, sentralisasi obat,
supervisi keperawatan, timbang terima, penerimaan pasien
baru, discharge planning, dan pelaksanaan program inovasi).
Desiminasi akhir ruangan dengan dihadiri dengan dihadiri CT,
CI, perwakilan perawat di setiap ruangan di RS tersebut, diklat
dan bidang perawatan
b. Mahasiswa wajib hadir dalam semua kegiatan sesuai dengan
gann chart yang telah disepakati. Jika mahasiswa berhalangan
hadir dengan alasan apapaun wajib mengganti jadwal dinas
tersebut sesuai dengan kesepakatan dengan CT.

102
3. Daftar Nama Mahasiswa Praktik Klinik Manajemen Keperawatan

Klp Nama Tempat/ Waktu


4 1. Made Dewi Ayu Virgayanti RSD Mangusada
2. Anak Agung Sayu Risma Kusuma Dewi
3. Kadek Linda Veniawati
4. Kadek Dwi Damayanti
5. Kadek Ayu Rizki Dwijayanti
6. Ni Komang Yuni Adriani
7. AA Istri Wahyuliniya
8. Gede Agus Surya Raditya
9. I Gede Manik Vikantara

4. Format Biodata CI
No Nama Pangkat/ Gol NIP Ruangan
1
2
3 dst

103

Anda mungkin juga menyukai