Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU


KEKERASAN

OLEH :

KOMANG PARTA YASA

210890142032

PROGRAM STUDI FROFESI NERS

STASE KEPERAWATAN JIWA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

2021
LAPORAN PENDAHULUAN
RESIKO PERILAKU KEKERASAN (RPK)

A. KONSEP DASAR TEORI


1. Pengertian
Prilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain, disertai
dengan amuk daan gaduh gelisah yang tidak terkontrol ( kusumawati dan hartono, 2010).
Jadi, perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan individu yang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan/mencederai diri sendiri, orang lain bahkan dapat merusak
lingkungan.
2. Etiologi
Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah. Harga
diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh
perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai
perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai
keinginan.
Frustasi, seseorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan/keinginan yang
diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa terancam dan cemas. Jika ia tidak
mampu menghadapi rasa frustasi itu dengan cara lain tanpa mengendalikan orang lain dan
keadaan sekitarnya misalnya dengan kekerasan.
3. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Perilaku Kekerasan
a. Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan menurut
teori biologik, teori psikologi, dan teori sosiokultural yang dijelaskan oleh Towsend
(1996 dalam Purba dkk, 2008) adalah:
1) Teori Biologik
Teori biologik terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh terhadap
perilaku:
a) Neurobiologik
Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls agresif:
sistem limbik, lobus frontal dan hypothalamus. Neurotransmitter juga mempunyai
peranan dalam memfasilitasi atau menghambat proses impuls agresif. Sistem
limbik merupakan sistem informasi, ekspresi, perilaku, dan memori. Apabila ada
gangguan pada sistem ini maka akan meningkatkan atau menurunkan potensial
perilaku kekerasan. Adanya gangguan pada lobus frontal maka individu tidak
mampu membuat keputusan, kerusakan pada penilaian, perilaku tidak sesuai, dan
agresif. Beragam komponen dari sistem neurologis mempunyai implikasi
memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Sistem limbik terlambat dalam
menstimulasi timbulnya perilaku agresif. Pusat otak atas secara konstan
berinteraksi dengan pusat agresif.
b) Biokimia
Berbagai neurotransmitter (epinephrine, norepinefrine, dopamine,
asetikolin, dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi atau menghambat
impuls agresif. Teori ini sangat konsisten dengan fight atau flight yang dikenalkan
oleh Selye dalam teorinya tentang respons terhadap stress.
c) Genetik
Penelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara perilaku agresif
dengan genetik karyotype XYY.
d) Gangguan Otak
Sindroma otak organik terbukti sebagai faktor predisposisi perilaku agresif
dan tindak kekerasan. Tumor otak, khususnya yang menyerang sistem limbik dan
lobus temporal; trauma otak, yang menimbulkan perubahan serebral; dan penyakit
seperti ensefalitis, dan epilepsy, khususnya lobus temporal, terbukti berpengaruh
terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.
2) Teori Psikologik
a) Psikoanalitik
Teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya kebutuhan untuk mendapatkan
kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan
membuat konsep diri rendah. Agresi dan tindak kekerasan memberikan kekuatan
dan prestise yang dapat meningkatkan citra diri dan memberikan arti dalam
kehidupannya. Perilaku agresif dan perilaku kekerasan merupakan pengungkapan
secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaan dan rendahnya harga diri.
b) Teori Pembelajaran
Anak belajar melalui perilaku meniru dari contoh peran mereka, biasanya
orang tua mereka sendiri. Contoh peran tersebut ditiru karena dipersepsikan
sebagai prestise atau berpengaruh, atau jika perilaku tersebut diikuti dengan pujian
yang positif. Anak memiliki persepsi ideal tentang orang tua mereka selama tahap
perkembangan awal. Namun, dengan perkembangan yang dialaminya, mereka
mulai meniru pola perilaku guru, teman, dan orang lain. Individu yang dianiaya
ketika masih kanak-kanak atau mempunyai orang tua yang mendisiplinkan anak
mereka dengan hukuman fisik akan cenderung untuk berperilaku kekerasan
setelah dewasa.
c) Teori Sosiokultural
Pakar sosiolog lebih menekankan pengaruh faktor budaya dan struktur
sosial terhadap perilaku agresif. Ada kelompok sosial yang secara umum
menerima perilaku kekerasan sebagai cara untuk menyelesaikan masalahnya.
Masyarakat juga berpengaruh pada perilaku tindak kekerasan, apabila individu
menyadari bahwa kebutuhan dan keinginan mereka tidak dapat terpenuhi secara
konstruktif. Penduduk yang ramai /padat dan lingkungan yang ribut dapat berisiko
untuk perilaku kekerasan. Adanya keterbatasan sosial dapat menimbulkan
kekerasan dalam hidup individu.
b. Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali
berkaitan dengan (Yosep, 2009):
1) Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas seperti dalam
sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian masal dan sebagainya.
2) Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
3) Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melalukan kekerasan
dalam menyelesaikan konflik.
4) Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan dirinya
sebagai seorang yang dewasa.
5) Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan alkoholisme
dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa frustasi.
6) Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap
perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.
4. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala dari perilaku kekerasan yaitu;
a. Muka merah dan tegang
b. Pandangan tajam
c. Mengatupkan rahang dengan kuat
d. Mengepalkan tangan
e. Jalan mondar-mandir
f. Bicara kasar
g. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
h. Mengancam secara verbal atau fisik
i. Melempar atau memukul benda/orang lain
j. Merusak barang atau benda
k. Tidak memiliki kemampuan mencegah atau mengendalikan perilaku kekerasan
5. Rentang Respon
Rentang adaptif Respon Maladaptif

Asertif frustasi pasif agresif kekerasan

Keterangan :
a. Asertif
individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain dan memberikan
ketenangan.
b. Frustasi
Individu gagal mencapai tujuan kupuasan saat marah dan tidak dapat menemukan alternative
c. Pasif
Individu tidak dapat mengungkapkan perasaanya
d. Agresif
Prilaku yang menyertai marah terhadap dorongan untuk menuntut tetapi masih terkontrol
e. Kekerasan
Perasan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya control

Perbandingan antara prilaku asertif, pasif, agrsif / kekerasan


Pasif Asertif Agresif
Isi Negatif menurun Positif dan Menyombongkan
pembicaraan menandakan diit, menwarkan diri, diri, memindahkan
contoh contoh : orang lain contoh
“dapatkah saya?” “saya dapat…. “ kamu selalu….”
“Dapatkah kamu “saya akan…. “kamu tidak
?” pernah…”
Tekanan Cepat lambat , Sedang Keras dan mengotot
suara mengeluh.
Posisi badan Menundukan Tegap dan santai Kaku, cenderung
kepala
Jarak Menjaga jarak Mempertahankan Siap dengan jarak
dengan sikap acuh jarak yang dan menyerang orang
mengabaikan nyaman lain
Penampilan Loyo, tidak dapat Sikap tenang Mengancam posisi
tenang menyerang
Kontak mata Sedikit/ sama Mepmpertahanka Mata melotot dan di
sekali tidak n kontak mata pertahankan
sesuai dengan
hubungan

6. Pohon Masalah

Perilaku Kekerasan effect

Resiko Prilaku Kekerasan core problem

Harga Diri Rendah causa

7. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul


a. Perilaku kekerasan
b. Resiko perilaku kekerasan
c. Harga diri rendah
8. Data yang perlu dikaji
Masalah Keperawatan Data yang perlu di kaji
Resiko Perilaku Subjektif :
Kekersan Klien mengancam
Klien mengumpat dengan kata-kata kotor
Klien mengaatkan dendam dan jengkel
Klien mengatakan ingin berkelahi
Klien mengatakan menyalahkan dan menuntut
Klien meremehkan
Objektif:
Mata melotot/pandangan tajam
Tangan mengepal
Rahang mengatup
Wajah memerah dan tegang
Postur tubuh kaku
Suara keras

Faktor-faktor yang berhubungan dengan masalah perilaku kekerasan, antara lain sebagai berikut:
a. Ketidakmampuan mengendalikan dorongan marah
b. Stimulus lingkungan
c. Konflik interpersonal
d. Status mental
e. Putus obat
f. Penyalahgunaan narkoba
9. Diagnosa keperawatan.
ResikoPerilakuKekerasan
10. Rencana Tindakan Keperawatan
Tgl No. Dx. Perencanaan
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Risiko TUM :
Perilaku Klien tidak melakukan tindakan 1. Setelah …x pertemuan 1. Bina hubungan saling percaya dengan :
Kekerasan. kekerasan. klien menunjukkan tanda-  Beri salam setiap berinteraksi.
tanda percaya pada perawat  Perkenalkan nama, nama panggilan
TUK 1 : : perawat, dan tujuan perawat
Klien dapat membina hubungan  Wajah cerah, berinteraksi.
saling percaya. tersenyum.  Tanyakan dan panggil nama kesukaan
 Mau berkenalan. klien, tunjukkan sikap empati, jujur
 Ada kontak mata. dan menepati janji setiap kali
 Bersedia menceritakan berinteraksi.
perasaan.  Tanyakan perasaan klien dan masalah
yang dihadapi klien.
 Buat kontrak interaksi yang jelas.
 Dengarkan dengan penuh perhatian,
ungkapan perasaan klien.
TUK 2 : 2. Setelah …x pertemuan, 2. Bantu klien mengungkapkan perasaan
Klien dapat mengidentifikasi klien menceritakan marahnya:
penyebab perilaku kekerasan yang penyebab perilaku  Motivasi klien untuk menceritakan
dilakukannya. kekerasan yang penyebab rasa kesal atau jengkelnya.
dilakukannya:  Dengarkan tanpa menyela atau
 Menceritakan penyebab memberi penilaian setiap ungkapan
perasaan jengkel atau perasaan klien.
kesal baik dari diri
sendiri maupun
lingkungannya.
TUK 3 : 3. Setelah … x pertemuan, 3. Bantu klien mengungkapkan tanda-tanda
Klien dapat klien menceritakan tanda- perilaku kekerasan yang dialaminya:
mengidentifikasi tanda-tanda tanda saat terjadi perilaku  Motivasi klien menceritakan kondisi
perilaku kekerasan. kekerasan : fisik ( tanda-tanda fisik) saat perilaku
 Tanda fisik : mata kekerasan terjadi.
merah, tangan  Motivasi klien menceritakan kondisi
mengepal, ekspresi emosinya ( tanda-tanda emosional)
tegang, dll. saat terjadi perilaku kekerasan.
 Tanda emosional :  Motivasi klien menceritakan kondisi
perasaan marah, hubungan dengan orang lain ( tanda-
jengkel, bicara kasar. tanda sosial) saat terjadi perilaku
 Tanda sosial : kekerasan.
bermusuhan yang
dialami saat terjadi
perilaku kekerasan.
TUK 4 : 4. Setelah … x pertemuan, 4. Diskusikan dengan klien perilaku
Klien dapat klien menjelaskan : kekerasan yang dilakukannya selama ini :
mengidentifikasi jenis perilaku  Jenis-jenis ekspresi  Motivasi klien menceritakan jenis-
kekerasan yang pernah kemarahan yang jenis tindak kekerasan yang selama ini
dilakukannya. selama ini telah pernah dilakukannya.
dilakukannya.  Motivasi klien menceritakan perasaan
 Perasaannya saat klien setelah tindak kekerasan tersebut
melakukan kekerasan. terjadi.
 Efektifitas cara yang  Diskusikan apakah dengan tindak
dipakai dalam kekerasan yang dilakukannya,
menyelesaikan masalah. masalah yang dialami teratasi.
TUK 5 : 5. Setelah … x pertemuan 5. Diskusikan dengan klien akibat negatif
Klien dapat klien menjelaskan akibat (kerugian) cara yang dilakukan pada :
mengidentifikasi akibat perilaku tindak kekerasan yang  Diri sendiri.
kekerasan. dilakukannya :  Orang lain / lingkungan.
 Diri sendiri : luka,  Lingkungan.
dijauhi teman, dll.
 Orang lain/keluarga :
luka, tersinggung,
ketakutan, dll.
 Lingkungan : barang
atau benda rusak, dll.
TUK 6 : 6. Setelah … x pertemuan 6. Diskusikan dengan klien:
Klien dapat klien :  Apakah klien mau mempelajari cara
mengidentifikasi cara  Menjelaskan cara-cara baru mengungkapkan marah yang
konstruktif dalam sehat sehat.
mengungkapkan kemarahan. mengungkapkan marah.  Jelaskan berbagai alternatif pilihan
untuk mengungkapkan marah selain
perilaku kekerasan yang diketahui
klien.
 Jelaskan cara-cara sehat untuk
mengungkapkan marah :
- Cara fisik : nafas dalam, pukul
bantal/ kasur, olah raga.
- Verbal : mengungkapkan bahwa
dirinya sedang kesal kepada orang
lain.
- Sosial : latihan asertif dengan orang
lain.
- Spiritual :sembahyang / doa, zikir,
meditasi, dsb sesuai keyakinan
agamanya masing-masing.
TUK 7 : 7. Setelah … x pertemuan 7.1 Diskusikan cara yang mungkin
Klien dapat klien memperagakan cara dipilih dan anjurkan klien memilih
mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku cara yang mungkin untuk
mengontrol perilaku kekerasan. kekerasan : mengungkapkan kemarahan.
 Fisik : nafas dalam, 7.2 Latih klien memperagakan cara yang
pukul bantal/ kasur, dipilih :
olah raga.  Peragakan cara melaksanakan
 Verbal: cara yang dipilih.
mengungkapkan bahwa  Jelaskan manfaat cara tersebut.
dirinya sedang kesal  Anjurkan klien menirukan
kepada orang lain. peragaan yang sudah dilakukan.
 Sosial : latihan asertif  Beri penguatan pada klien,
dengan orang lain. perbaiki cara yang masih belum
 Spiritual:sembahyang / sempurna.
doa, zikir, meditasi, dsb 7.3 Anjurkan klien menggunakan cara
sesuai keyakinan yang sudah dilatih saat marah /
agamanya masing- jengkel.
masing.
TUK 8 : 8. Setelah … x pertemuan 8.1 Diskusikan pentingnya peran serta
Klien keluarga : keluarga sebagai pendukung klien
 Menjelaskan cara untuk mengatasi perilaku kekerasan.
merawat klien dengan 8.2 Diskusikan potensi keluarga untuk
perilaku kekerasan. membantu klien mengatasi perilaku
 Mengungkapkan rasa kekerasan.
puas dalam merawat 8.3 Jelaskan pengertian, penyebab,
klien. akibat, dan cara merawat klien
perilaku kekerasan yang dapat
dilaksanakan oleh keluarga.
8.4 Peragakan cara merawat klien
(menangani petilaku kekerasan).
8.5 Beri kesempatan keluarga untuk
memperagakan ulang..
8.6 Beri pujian kepada keluarga setelah
peragaan.
8.7 Tanyakan perasaan keluarga setelah
mencoba cara yang dilatihkan.
TUK 9 : 9.1 Setelah … x pertemuan 9.1 Jelaskan manfaat menggunakan obat
Klien menggunakan obat sesuai klien menjelaskan : secara teratur dan kerugian jika
program yang telah ditetapkan.  Manfaat minum obat. tidak menggunakan obat.
 Kerugian tidak minum 9.2 Jelaskan kepada klien:
obat.  Jenis obat (nama, warna, dan
 Nama obat. bentuk obat).
 Bentuk dan warna obat.  Dosis yang tepat untuk klien.
 Dosis yang diberikan  Waktu pemakaian.
kepadanya.  Cara pemakaian.
 Waktu pemakaian.  Efek yang akan dirasakan
 Cara pemakaian. klien.
 Efek yang dirasakan.
9.3 Anjurkan klien :
9.2 Setelah … x pertemuan  Minta dan menggunakan obat
klien menggunakan obat tepat waktu.
sesuai program.  Lapor ke perawat atau dokter
jika mengalami efek yang tidak
biasa.
 Beri pujian terhadap
kedisiplinan klien
11. Implementasi Keperawatan
Melakukan implementasi sesuai dengan intervensi

12. Evalusasi Keperawatan


a. Pasien mampu mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala RPK, akibat
b. Pasien mampu melakukan cara fisik 1 dan 2 secara mandiri
c. Pasien mampu melakukan latihan cara verbal secara mandiri
d. Pasien mampu melakukan latihan spritial secara mandiri
e. Pasien mampu melakukan latihan patuh obat secara mandiri

13. Intervensi Berdasarkan SP Pasien dan Keluarga


Pasien Keluarga
SP 1 SP 1
1. Mengidentifikasi penyebab prilaku 1. Mendiskusikan masalah yang diharapkan
kekerasan. keluarga dalam merawat klien .
2. Mengidentifikasi tanda dan gejala prilaku 2. Menjelaskan pengertian prilaku
kekerasan. kekerasan, tanda dan gejala prilaku
3. Mengidentifikasi prilaku kekerasan yang kekerasan, serta proses terjadinya prilaku
di lakukan. kekerasan.
4. Mengidentifikasi akibat perilaku 3. Cara merawat pasien RPK
kekrasan. 4. Latih/simulasi 2 cara merawat
5. Menyebutkan cara mengontrol prilaku 5. RTL Keluarga
kekerasan.
6. Membantu klien mempraktekan latihan
cara mengontrol prilaku kekerasan secara
fisik 1 : latihan nafas dalam.
7. Menganjurkan klien memasukkan ke
dalam kegiatan harian.
SP 2 SP 2
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian 1. Mengevaluasi SP 1
klien (SP1). 2. Melatih keluarga mempraktikan langsung
2. Melatih pasien untuk patuh obat. cara pemberian obat ke pasien.
3. Masukan ke jadwal harian pasien 3. RTL Keluarga
SP 3 SP 3
1. Mengevaluasi SP 1&2 1. Mengevaluasi SP 1&2
2. Melatih pasien mengontrol prilaku 2. Melatih 2 cara lain untuk merawat pasien
kekerasan dengan cara fisik 2: pukul 3. Melatih keluarga untuk merawat
kasur dan bantal . langsung ke pasien
3. Memasukkan ke dalam kegiatan harian 4. RTL Keluarga
SP 4 SP 4
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian 1. Mengevaluasi SP 1,2&3
klien (SP 1,2&3) 2. Melatih langsung keluarga ke pasien
2. Melatih klien mengontrol prilaku 3. RTL keluarga: Follow up dan rujukan
kekerasan dengan cara spiritual
3. Memasukan ke dalam kegiatan harian
DAFTAR PUSTAKA

Direja Ade Herman Surya. (2016). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Nuha Medika:
Yogyakarta.

Fitria,Nita. (2014). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan ( LP & SP ) untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa
Berat bagi Program S1 Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta.

Purba. (2013). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial dan Gangguan
Jiwa.Medan: USU Press.

Keliat Budi Anna, Panjaitan Ria Utami, Helena Novy. (2011). Proses Keperawatan Kesehatan
Jiwa Edisi 2. EGC: Jakarta.

Kusumawati dan Hartono. (2015) .Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai