Karya Ilmiah Ners Ini Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Profesi Ners (Ns)
Oleh :
YUSPIA LESTARI
18210100132
Di Susun Oleh :
Yuspia Lestari
18210100132
Karya Ilmiah Ners ini telah diuji dan dinilai oleh Dewan Penguji
Pada Program Studi Profesi Ners
Fakultas Kesehatan
Di Universitas Indonesia Maju
Jakarta, Maret 2023
Mengesahkan,
Pembimbing Penguji
Mengetahui,
i
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST OPERASI
APENDIKTOMI DENGAN METODE HIPNOTERAPI UNTUK
MENGURANGI SKALA NYERI DI RUANG GARDENIA RUMAH SAKIT
DR. HAFIZ CIANJUR TAHUN 2022
ABSTRAK
ii
Kesimpulan : Kesimpulan dari penelitian ini bahwa metode hipnoterapi dapat
digunakan untuk menurunkan skala nyeri pada pasien post operasi apendiktomi.
Disarankan kepada aplikasi keperawatan dapat menerapkan metode hipnoterapi
sebagai terapi non farmakologi dalam mengatasi nyeri.
iii
NURSING CARE IN POSTOPERATIVE APPENDICTOMY PATIENTS
WITH HYPNOTHERAPY METHOD TO REDUCE PAIN SCALE IN THE
GARDENIA ROOM OF DR. HAFIZ CIANJUR HOSPITAL IN 2022
ABSTRACT
iv
Keywords : Hypnotherapy, pain, Nursing Care, appendicitis.
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
Dengan ini peneliti menyatakan bahwa dalam Karya Ilmiah Ners ini tidak terdapat
karya yang pernah dianjurkan untuk penelitian lain, dan sepanjang pengetahuan
peneliti juga tidak terdapat karya orang lain atau pendapat yang pernah ditulis atau
diberitakan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini
dan disebutkan dalam daftar pustaka.
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan
hidayah-nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan karya ilmiah ners yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Operasi Apendiktomi Dengan
Metode Hipnoterapi Untuk Mengurangi Skala Nyeri Di Ruang Gardenia Rumah
Sakit Dr. Hafiz Cianjur Tahun 2022”.
Peneliti mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu peneliti dalam menyelesaikan karya ilmiah ners ini dengan baik bentuk
dukungan secara langsung dan tidak lansung. Dalam kesempatan ini peneliti ingin
mengucapan banyak terimakasih sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Astrid Novita, SKM., MKM Selaku Rektor Universitas Indonesia
Maju.
2. Susaldi. S.ST., M.Biomed Selaku Wakil Rektor I Universitas Indonesia
Maju.
3. Dr. Rindu, S.KM, M., Kes Selaku Wakil Rektor II Universitas Indonesia
Maju.
4. Nina. S.KM., Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Indonesia Maju.
5. Ns. Bambang S, S.Kep., M.Kes Selaku Wakil Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Indonesia Maju.
6. Ns. Ahmad Rizal, S.Kep., M.Kep Selaku Kordinator Program Studi
Profesi Ners Universitas Indonesia Maju.
7. Ns. Asep Solihat, S.Kep., M.Kep selaku pembimbing Karya Ilmiah Ners
yang bersedia memberikan ilmu dan bimbingan serta meluangkan waktu
demi kelancaran penyusunan Karya Ilmiah Ners ini.
8. Ns. Bambang Suryadi, S.Kep., M.Kes selaku dosen Penguji yang telah
meluangkan waktunya dan memberikan nasehat untuk membantu dalam
penyelesaian Karya Ilmiah Ners ini.
9. Seluruh Dosen Dan Staf Karyawan Universitas Indonesia Maju (UIMA)
10. Keluarga besarku yang telah memberikan dukungan doa dan materi demi
kelancaran dalam penyusunan Karya Ilmiah Ners ini.
11. Seluruh teman-teman prodi Profesi Ners angkatan Tahun 2022, yang telah
mendukung peneliti sehingga pengerjaan Karya Ilmiah Ners ini dapat
terselesaikan.
Yuspia Lestari
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................i
ABSTRAK INDONESIA......................................................................................ii
ENGLISH ABSTRACT........................................................................................iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN..................................vi
KATA PENGANTAR..........................................................................................vii
DAFTAR ISI..........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL.................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.........................................................................................1
B. ROADMAP KARYA ILMIAH NERS....................................................................4
C. URGENSI KARYA ILMIAH NERS......................................................................4
D. TUJUAN KARYA ILMIAH NERS.......................................................................5
E. MANFAAT KARYA ILMIAH NERS....................................................................6
x
DAFTAR TABEL
Tabel 3.2 Hasil Pemeriksaan Fisik Pasien I dan II Post Op Apendisitis ...............27
Tabel 3.3 Hasil Pemeriksaan Penunjang Pasien I dan II Post Op Apendisitis ......32
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Apendisitis merupakan proses peradangan akut maupun kronis yang
terjadi pada apendiks vemiformis oleh karena adanya sumbatan yang terjadi
pada lumen apendiks (1)
. Apendisitis adalah penyakit yang menjadi perhatian
karena angka kejadian apendisitis tinggi di setiap negara. Resiko
perkembangan apendisitis bisa seumur hidup sehingga memerlukan tindakan
pembedahan. Apendisitis dapat didefinisikan sebagai radang usus buntu dan
merupakan penyebab paling umum dari abdomen akut . Infeksi ini bisa
(1)
dirasakan seperti ditusuk – tusuk dengan skala nyeri (0-10) dan skala yang
1
2
sering digunakan yaitu skala NRS (Numeric Rating Scale). Nyeri akan
terlokalisasi didaerah operasi dan pada umunya menetap sepanjang hari .
(3)
Data – data pengkajian yang terdapat pada pasien sejalan dengan gejala dan
tanda mayor nyeri akut yaitu subjektif : mengeluh nyeri, objektif : tampak
meringis, frekuensi nadi meningkat dan sulit tidur. Serta gejala dan tanda
minor yaitu objektif : Tekanan darah meningkat (SDKI, 2017) (4).
Nyeri yang paling lazim adalah nyeri insisi. Nyeri terjadi akibat luka,
penarikan, manipulasi jaringan serta organ. Pasca pembedahan (pasca
operasi) pasien merasakan nyeri hebat dan 75% penderita mempunyai
pengalaman yang kurang menyenangkan akibat nyeri yang tidak adekuat.
Bila pasien mengeluh nyeri maka hanya satu yang mereka inginkan yaitu
mengurangi rasa nyeri. Hal itu wajar, karena Waktu pemulihan pasien post
operasi membutuhkan waktu rata-rata 72,45 menit, sehingga pasien akan
mengalami nyeri yang hebat pada dua jam pertama setelah operasi akut akibat
pengaruh obat anastesi yang hilang (3). Nyeri pasca operasi terjadi karena dua
hal, pertama adanya sayatan pada kulit hingga otot dan ke dua adanya proses
inflamasi. Keluhan nyeri bisa bertambah jika terjadi gesekan atau sentuhan
pada daerah operasi pada saat mobilisasi atau perawatan luka, aspek nyeri
sering di abaikan oleh perawat sehingga dapat mempengaruhi proses
penyembuhan luka (3).
Adapun pengelolaan intensitas nyeri klien dengan post appendiktomy
yaitu dengan farmakologi dan non farmakologi. Pengelolaan intensitas nyeri
dengan farmakologi, seperti: Pemberian terapi obat-obatan. Sedangkan
tindakan non farmakologi, seferti: Hipnoterapi, teknik relaksasi nafas dalam,
distraksi, dan imajinasi terbimbing . Salah satu teknik relaksasi
(5)
konsep dalam pikiran, sehingga akan memberikan energi positif bagi suatu
tindakan yang dilakukan.
Saat pemberian hypnoterapi, pasien dibimbing untuk melakukan
imajinasi sehingga mempengaruhi kerja otak, gelombang otak terdiri dari
gelombang beta yaitu gelombang otak yang paling umum dan frekuensinya
paling tinggi dimana kondisi kerja otak dalam keadaan sadar untuk menjaga
pikiran tetap terfokus kemudian menjadi gelombang alpha yaitu gelombang
otak yang frekuensinya sedikit lebih lambat dibanding beta dimana kondisi
kerja otak rileks dan santai, alfa merupakan jembatan penghubung antara
pikiran sadar dan bawah sadar, sedangkan theta yaitu gelombang otak yang
dihasilkan oleh pikiran bawah sadar dan terjadi pada saat seseorang
mengalami keadaan sangat rileks atau sangat mengantuk, pada kondisi
peralihan gelombang otak tersebut akan menghasilkan tubuh menjadi rileks
sehingga dapat melancarkan volume darah dan oksigenasi ke otak dan
menghasilkan hormon endorfin yang dapat menghambat impuls nyeri
sehingga seseorang menjadi rileks.
Efek relaksasi hipnoterapi langsung terlihat pada saat pasien sedang
dalam keadaan kondisi trance yang dalam yaitu responden terlihat santai,
tenang dan rileks, bahkan ada beberapa pasien tampak tertidur selama terapi
hipnosis dan dapat mengikuti sesi terapi sampai selesai dengan penuh
konsentrasi. Saat dalam kondisi rileks, perhatian pasien terhadap nyeri
teralihkan sehingga persepsi nyeri dan respon terhadap nyeri berubah, nyeri
yang dirasakan menurun sampai dengan hilang. Tidak ada efek negatif yang
merugikan pasien. Hampir semua mengatakan suasana hati menjadi lebih
nyaman, tenang dan rileks. Kajian inti dari hipnosis adalah berpijak pada
asumsi dasar bahwa mind control dapat dicoba diterapkan dalam kegiatan
intervensi pembedahan jaringan.
Hal inilah yang disebut hypnoanesthesia. Keberhasilan menerapkan
metode-metode hipnoterapi dalam mengurangi bahkan menghilangkan rasa
nyeri (hypnoanesthesi), penggunaan metode ini mengakibatkan berkurangnya
bahkan menghilangkan rasa nyeri yang di alami tubuh manusia sebagai
respon terhadap suatu trauma ataupun adanya intervensi terhadap jaringan.
4
yang tidak berhasil dicerna sampai halus, sehingga apendiks meradang dan
menjadi bengkak. Apendisitis bisa menyerang siapa saja dan jika tidak
ditangani dengan tepat, penyakit ini bisa menyebabkan komplikasi yang
membahayakan tubuh seperti, pecahnya usus buntu yang akan menyebabkan
peritonitis, abses bahkan kematian. Apendisitis harus segera di operasi karena
operasi usus buntu perlu dilakukan segera sebelum terjadinya komplikasi
radang usus buntu yang bisa berdampak fatal.
Berdasarkan hasil observasi awal dilakukan pada tanggal 7 November
2022 di Ruang Gardenia Rumah Sakit Dr. Hafiz Cianjur di dapatkan data
selama tiga bulan terakhir ada sebanyak 23 kasus yang sudah melakukan post
operasi apendiktomi. Oleh sebab itu peneliti tertarik melakukan penelitian
dengan judul Asuhan Keperawatan pada Pasien Post Operasi Apendiktomi
dengan Metode Hipnoterapi Untuk mengurangi Skala Nyeri di ruang
Gardenia Rumah Sakit Dr. Hafiz Cianjur Tahun 2022, yang bertujuan untuk
membantu pasien mengurangi skala nyeri yang dirasakan setelah melakukan
post operasi apendiktomi dengan menggunakan metode non farmakologis.
1. Tujuan Umum
Mengaplikasikan tindakan metode hipnoterapi untuk mengurangi
skala nyeri pada pasien post operasi apendiktomi di ruang gardenia
rumah sakit dr. hafiz cianjur tahun 2022.
2. Tujuan Khusus
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penyakit
1. Definisi Apendisitis
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau
umbai cacing (apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan peradangan akut
sehingga memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi
yang umumnya berbahaya . Apendiksitis adalah peradangan dari
(6)
7
8
b. Fisiologi
Secara fisiologi apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari,
lendir yang di hasilkan akan di hantarkan ke dalam lumen yang
selanjutnya mengalir ke dalam sekum. Hambatan aliran lendir di muara
apendiks berperan pada patogenisasi apendisitis.
Apendiks mempunyai peranan dalam mekanisme imunologik.
Imunoglobin sekretoar yang dihasilkan oleh Gut Associated Lymphoid
Tissue (GALT) yang terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk
apendiks adalah IgA. Imunoglobin tersebut sangat efektif sebagai
pelindung terhadap infeksi.
Namun demikian, pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi
sistem imun tubuh karena jumlah jaringan limfe disini sangat kecil jika
dibandingkan dengan jumlahnya di saluran cerna dan di seluruh tubuh
.
(7)
4. Patofisiologi Apendisitis
Appendisitis kemungkinan dimulai oleh obstruksi dari lumen yang
disebabkan oleh feses yang terlibat atau fekalit. Penjelasan ini sesuai
dengan pengamatan epidemiologi bahwa appendisitis berhubungan dengan
asupan serat dalam makanan yang rendah. Pada stadium awal dari
appendisitis, terlebih dahulu terjadi inflamasi mukosa. Inflamasi ini
kemudian berlanjut ke submukosa dan melibatkan lapisan muskular dan
10
5. Pathway
Pasca Operasi
APPENDISITIS
OPERASI
Post Op
Peristaltic Usus
Kerusakan Pintu Masuk
Distensi Abdomen
Ujung Syaraf Risiko infeksi
Mual Muntah
Pelepasan
Prostgladin
Risiko
Hipovolumia
Spinal Cord
Gangguan
Nyeri Akut Mobilitas Fisik
6. Klasifikasi
Klasifikasi apendiksitis menurut (Nurarif & Kusuma 2013) terbagi
menjadi 3 yaitu :
a. Apendiksitis akut merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteria,
dan faktor pencetusnya disebabkan oleh sumbatan lumen apendiks.
Selain itu hyperplasia jaringan limfe, fikalit (tinja/batu), tumor
apendiks, dan cacing askaris yang dapat menyebabkan sumbatan dan
juga erosi mukosa apendiks karena parasit.
b. Apendisitis rekurens yaitu riwayat nyeri berulang yang terjadi di perut
bagian kanan bawah yang mendorong dilakukannya apendiktomi.
c. Apendiksitis kronis memiliki semua gejala riwayat nyeri perut kanan
bawah lebih dari dua minggu, radang kronik apendiksitis secara
makroskopik dan mikroskopik dan keluhan hilang setelah apendiktomi
.
(9)
7. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang post operasi apendiktomi menurut Wijaya dan
Putri (2013), yaitu :
a. Laboratorium Pada pemeriksaan ini leukosit meningkat rentang 10.000
- hingga 18.000 / mm3, kemudian neutrofil meningkat 75%, dan WBC
meningkat sampai 20.000 mungkin indikasi terjadinya perforasi
(jumlah sel darah merah).
b. Data Pemeriksaan Diagnostik Radiologi yaitu pada pemeriksaan ini
foto colon menunjukkan adanya batu feses pada katup. Kemudian pada
pemeriksaan barium enema : Menunjukkan apendiks terisi barium
hanya sebagian (10).
8. Penatalaksanaan Apendisitis
a. Medis
Penatalaksanaan pada post operasi apendiktomi di bagi menjadi tiga
bagian menurut (Brunner & Suddarth, 2010), yaitu :
13
2. Etiologi
Penyebab terjadinya nyeri akut seperti agen pencedera fisik (mis.
Abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi,
trauma, latihan fisik berlebihan). Pada pasien pasca operasi apendiktomi
mengalami nyeri akut yang berhubungan dengan agen injuri fisik (Insisi
pembedahan pada apendiktomi) (9).
3. Patofisiologi
Proses terjadinya nyeri adalah sebagai berikut : Ketika bagian tubuh
terluka oleh tekanan, potongan, sayatan, dingin, atau kekurangan O2 pada
sel, maka bagian tubuh yang terluka akan mengeluarkan berbagai macam
substansi yang normalnya ada di intraseluler. Ketika substansi intraseluler
dilepaskan ke ekstraseluler maka akan mengiritasi nosiseptor. Syaraf ini
akan terangsang dan bergerak sepanjang serabut syaraf atau neurotransmisi
yang akan menghasilkan substansi yang disebut neurotransmiter, yang
membawa pesan nyeri dari medula spinalis ditransmisikan ke otak dan
dipersepsikan sebagai nyeri (12).
Skala nyeri yang satu ini tergolong mudah untuk dilakukan karena
hanya dengan melihat ekspresi wajah pasien. Dalam pengukuran skala
nyeri, yang harus diperhatikan perawat yaitu tidak boleh menggunakan
skala tersebut sebagai perbandingan untuk membandingkan skala nyeri
klien. Hal ini karena diakibatkan perbedaan ambang nyeri pada tiap-tiap
individu (13).
5. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dalam proses keperawatan yang
merupakan tahap yang paling menentukan bagi tahap berikutnya.
Kemampuan perawat dalam mengidentifikasi masalah keperawatan dalam
tahap ini akan menentukan diagnosa keperawatan. Diagnosa yang di ambil
akan menentukan bagaimana perencanaan keperawatan yang akan di
18
6. Intervensi Keperawatan
- Identifikasi faktor
yang memperberat
dan memperingan
nyeri
Terapeutik :
nyeri
- Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
- Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi :
- Jelaskan
penyebab,
periode dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Ajarkan teknik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
rasa nyeri seperti
Hipnoterapi
Kolaborasi :
- Kolaborasi dalam
pemberian analgetik,
jika perlu
a) Pre-induction Talk
Tahap mengkondisikan seseorang/ kelompok orang untuk siap
dihipnotis. Fungsi pre-induction adalah membangun hubungan
baik dengan klien, mengatasi rasa takut klien pada proses
hipnoterapi yang akan dijalankan, membangun harapan klien
dan mengumpulkan data dan informasi. Pre-induction juga
dapat meliputi penyiapan tempat, suasana, aroma, properti dan
lain sebagainya untuk mendukung suksesnya proses
hipnoterapi.
b) Tes Sugestibilitas
Proses untuk menguji sugestibilitas seseorang, apakah mudah
disugesti atau tidak.
c) Induction
Proses untuk menurunkan level kesadaran seseorang. Jika
dikaitkan dengan gelombang otak manusia, teknik induction
bertujuan menurunkan gelombang otak manusia dari betha
menuju ke alpha atau theta.
d) Deepening
Proses memperdalam level kesadaran seseorang untuk di
induksi.
e) Trance Level Test/DepthLevel Test
Proses untuk memastikan bahwa klien benar-benar telah
memasuki kondisi hipnotis yang dibutuhkan untuk menjalani
proses selanjutnya.
f) Sugestion
Proses pemberian saran/pesan/informasi yang diberikan
kepada klien ketika sudah berada dalam kondisi hipnotis.
g) Termination/Emerging/Terminasi
22
h) Post Hypnotis
Mengatakan pada klien tentang perilaku baru saat subjek telah
terbangun dalam tidurnya.
C. Hipnoterapi
1. Definisi
Hipnosis dalam bahasa Yunani berarti tidur, bukan benar-benar
tidur, suatu kondisi saat seseorang berada dalam alam bawah sadar.
Seseorang yang berada dalam kondisi hipnosis, meskipun tubuhnya
beristirahat (selayaknya orang tidur), masih bisa mendengar dengan
jelas dan merespon informasi yang diterimanya dari luar. Hypnotherapy
adalah suatu metode dimana pasien dibimbing untuk melakukan
relaksasi, dimana setelah kondisi relaksasi dalam ini tercapai maka
secara alamiah gerbang pikiran bawah sadar seseorang akan terbuka
lebar, sehingga yang bersangkutan cenderung lebih mudah untuk
menerima sugesti penyembuhan yang diberikan (14).
Dalam perkembangan sejarah ilmu hipnosis dunia kesehatan,
sejak tahun 1890 Dr. Grantley Dick Read mengembangkan dan
menerapkan ilmu hipnosis ke dalam ilmu kebidanan dengan program
yang disebut “childbirth without fear”. Penemuan ini kemudian
dilanjutkan oleh Marie F. Morgan dengan mencetuskan program
pertama yaitu Hypnobirthing dan saat ini di Indonesia, Lanny
Kuswandi (seorang perawat dan bidan) sudah mulai mengembangkan
dan memperkenalkan ilmu hipnostetri kepada para bidan dan dokter
dengan berbagai aplikasi hipnosis (14).
Hypnotherapy adalah salah satu teknik yang efektif yang
digunakan dalam pengobatan nyeri. Hypnotherapy adalah terapi yang
dilakukan pada subjek dalam kondisi hipnosis. Kata “hipnosis” berarti
23
2. Dasar-dasar Hipnosis
Pikiran bawah sadar manusia menyimpan misteri yang luar biasa.
Banyak hal yang menyangkut manusia bersumber dari berbagai data
dan nilai yang tersimpan di pikiran bawah sadar. Pikiran bawah sadar
tidak saja terkait dengan perilaku dan mental, tetapi lebih jauh lagi
pikiran bawah sadar dapat merubah metabolisme, mempercepat
penyembuhan, atau bahkan memperburuk suatu kondisi penyakit.
Secara konvensional, Hypnotherapy dapat diterapkan kepada
mereka yang memenuhi persyaratan dasar, yaitu :
a. Bersedia dengan sukarela
b. Memiliki kemampuan untuk fokus
c. Memahami kondisi verbal. Untuk memahami Hypnosis atau
Hypnotherapy secara mudah dan benar, sebelumnya kita harus
memahami bahwa aktivitas pikiran manusia secara sederhana
dikelompokkan dalam 4 wilayah yang dikenal dengan istilah
Brainwave, yaitu Beta, Alpha, Theta, dan Delta.
24
1) Beta adalah kondisi pikiran pada saat seseorang sangat aktif dan
waspada. Kondisi ini adalah kondisi umum ketika seseorang
tengah beraktifitas normal. Frekuensi pikiran pada kondisi ini
sekitar 14-24 Cps (diukur dengan perangkat EEG).
2) Alpha adalah kondisi seseorang tengah fokus pada suatu hal
(belajar, mengerjakan suatu kegiatan teknis, menonton televisi),
atau pada saat seseorang dalam kondisi relaksasi. Frekuensi
pikiran pada kondisi sekitar 7- 14 Cps.
3) Theta adalah kondisi relaksasi yang sangat ekstrim, sehingga
seakan-akan yang bersangkutan merasa “tertidur”, kondisi ini
seperti halnya pada saat seseorang melakukan meditasi yang
sangat dalam. Theta juga gelombang pikiran ketika seseorang
tertidur dengan bermimpi, atau kondisi REM (Rapid Eye
Movement). Frekuensi pikiran pada kondisi ini sekitar 3.5-7 Cps.
4) Delta adalah kondisi tertidur normal (tanpa mimpi). Frekuensi
pikiran pada kondisi ini sekitar 0.5-3.5 Cps.
Kondisi hypnosis sangat mirip dengan kondisi gelombang
pikiran Alpha dan Theta. Yang sangat menarik, bahwa kondisi Beta,
Alpha, dan Theta, merupakan kondisi umum yang berlangsung
secara bergantian dalam diri kita. Suatu saat kita di kondisi Theta,
dan kembali lagi ke Beta, dan seterusnya. Pada setiap orang menuju
proses tidur alami, maka yang terjadi adalah gelombang pikiran ini
secara perlahan-lahan akan menurun mulai tertidur. Perpindahan
wilayah ini tidak berlangsung dengan cepat, sehingga Sebetulnya
walaupun seakan-akan seseorang sudah tampak tertidur, mungkin
saja ia masih berada di wilayah Theta. Pada wilayah Theta seseorang
akan merasa tertidur, suara-suara di luar tidak dapat didengarkan
dengan baik, tetapi justru suara-suara ini didengar dengan sangat
baik oleh pikiran bawah sadarnya, dan cenderung menjadi nilai yang
permanen, karena tidak disadari oleh “pikiran sadar” yang
bersangkutan.
25
3. Tujuan Hipnoterapi
Tujuan dari hipnoterapi ini adalah untuk mengatasi masalah fisik
dan fisiologis seperti ketegangan otot, hipertensi, dan rasa nyeri yang
berlebihan dapat dibantu dengan hipnoterapi. Hipnoterapi dapat
membuat tubuh menjadi rileks dan mengurangi intensitas nyeri yang
berlebihan secara drastis.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Sistem Perkemihan Bersih, tidak ada keluhan Bersih, tidak ada keluhan
berkemih. Produksi urin berkemih. Produksi urin
900-1000 ml/hari, warna 900-1000 ml/hari, warna
kuning dan bau khas kuning dan bau khas
Sistem Pencernaan BB : 65 kg TB : 158 cm BB : 60 kg TB : 160 cm
dan Status Nutrisi IMT : 21 (kategori : IMT : 18,75 (kategori :
normal), normal), Saat dirumah,
Saat dirumah, pasien BAB pasien makan 3x sehari
1x sehari, nafsu makan baik dan BAB 1-2x sehari. Saat
dengan frekuensi 3x sehari, dilakukan pengkajian
porsi makan habis. Saat dirumah sakit pasien
dilakukan pengkajian belum ada BAB dan
dirumah sakit pasien belum belum diizinkan untuk
ada BAB dan belum makan
diizinkan untuk makan
Sistem Saraf Pupil bereaksi dengan Pupil bereaksi dengan
penlight. Pasien dapat penlight. Pasien dapat
menggerakan bola mata menggerakan bola mata
kesegala arah, otot kesegala arah, otot
mengunyah kuat, otot mengunyah kuat, otot
menelan kuat. Klien tidak menelan kuat. Klien tidak
menggunakan alat bantu menggunakan alat bantu
dengar maupun alat bantu dengar maupun alat bantu
30
B. Masalah Keperawatan
Korteks serebri
Respon nyeri
34
Nyeri Akut
Perubahan
jaringan
sekitar
Nyeri
↓
Gangguan
fungsi
↓
Gangguan
mobilitas fisik
35
Korteks serebri
Respon nyeri
Nyeri Akut
Resiko infeksi
Gangguan
fungsi
↓
Gangguan
mobilitas fisik
C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (Prosedur Operasi)
(D.0077)
2. Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasi (D.0142)
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri (D.0054)
D. Intervensi Keperawatan
1. Selasa 08 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen nyeri (I.8238)
November berhubungan selama 3x24 jam diharapkan tingkat nyeri Observasi :
2022 dengan agen (L.08066) menurun dengan Kriteria Hasil :
- Identifikasi lokasi, karakteristik,
pencedera fisik
No Indikator saat Saat target durasi,frekuensi, kualitas nyeri,
(Prosedur
di kaji dikaji intesitas nyeri dan skala nyeri
Operasi) (D.0077)
- Identifikasi respon nyeri non-
1. Keluhan Nyeri 2 5
verbal
menurun
- Identifikasi faktor yang
2. Meringis 2 5 memperberat dan memperingan
menurun nyeri
Edukasi
Kolaborasi:
1. Rabu 09 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen nyeri (I.8238)
November berhubungan selama 3x24 jam diharapkan tingkat nyeri Observasi :
2022 dengan agen (L.08066) menurun dengan Kriteria Hasil :
- Identifikasi lokasi, karakteristik,
pencedera fisik
No Indikator saat Saat target durasi,frekuensi, kualitas nyeri,
(Prosedur
di kaji dikaji intesitas nyeri dan skala nyeri
Operasi) (D.0077)
- Identifikasi respon nyeri non-
1. Keluhan Nyeri 2 5
verbal
menurun
- Identifikasi faktor yang
2. Meringis 2 5 memperberat dan memperingan
menurun nyeri
meredakan nyeri
Edukasi
Kolaborasi:
E. Implementasi Keperawatan
Dines Siang c. Memberikan teknik non farmakologis untuk masih dirasa mengganggu
Jam 14:00 mengurangi rasa nyeri seperti hipnoterapi - Pasien mengatakan nyeri meningkat
Sampai jam d. Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa saat banyak bergerak
20:00 WIB nyeri - Pasien mengatakan nyeri masih
seperti di tusuk-tusuk
- Pasien mengatakan nyeri sudah
jarang muncul
DO :
- Klien tampak masih sesekali meringis
- TD : 110/70 mmHg
- Nadi : 74x/menit
- Suhu : 36,8 ⁰C
- RR : 22x/menit
Jam 14:00 mengurangi rasa nyeri seperti hipnoterapi - Pasien mengatakan jauh lebih nyaman
Sampai jam dan bisa beristirahat dengan nyaman
20:00 WIB DO:
- KU : Baik, kesadaran compos mentis
- Pasien sudah tidak meringis lagi
- TD : 120/80 mmHg
- Nadi : 78x/menit
- RR : 20x/menit
- Suhu : 36,2 ⁰C
47
F. Evaluasi
Selasa 08 1. S :
November 2022 - Keluhan nyeri meningkat di bagian luka operasi,
Dines Pagi skala 5, seperti ditusuk-tusuk dan nyeri hilang
Jam 14.00 WIB timbul
O:
- Pasien masih tampak meringis
- Sikap protektif meningkat
- Pasien terlihat gelisah
- Frekuensi nadi belum membaik
A:
No Indikator saat Saat Saat Target
di kaji dikaji ini
1. Keluhan Nyeri 2 3 5
menurun
2. Meringis 2 3 5
menurun
3 Sikap protektif 2 3 5
menurun
4 Gelisah 2 3 5
menurun
5 Frekuensi nadi 3 3 5
membaik
48
P : Intervensi dilanjutkan
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi
frekuensi, kulaitas nyeri, intensitas nyeri dan
skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri non-verbal.
- Berikan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri seperti hipnoterapi
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri
Rabu 09 1. S :
November 2022 - Keluhan nyeri menurun (skala 3)
Dines Pagi O:
Jam 14.00 WIB - Pasien masih sesekali meringis
- Frekuensi nadi membaik
- Sikap protektif meningkat
A:
No Indikator saat Saat Saat Target
di kaji dikaji ini
1. Keluhan Nyeri 3 4 5
menurun
2. Meringis 3 4 5
menurun
3 Sikap protektif 3 4 5
menurun
4 Gelisah 3 4 5
menurun
5 Frekuensi nadi 3 4 5
membaik
49
P : Intervensi dilanjutkan
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi
frekuensi, kulaitas nyeri, intensitas nyeri dan
skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri non-verbal.
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri seperti hipnoterapi
Kamis 10 1. S :
November 2022 - Keluhan nyeri menurun (skala 1)
Dines Siang O:
Jam 20.00 WIB - Meringis menurun
- Sikap protektif menurun
- Gelisah menurun
- Frekuensi nadi membaik
A:
No Indikator saat Saat Saat Target
di kaji dikaji ini
1. Keluhan Nyeri 4 5 5
menurun
2. Meringis 4 5 5
menurun
3 Sikap protektif 4 5 5
menurun
4 Gelisah 4 5 5
menurun
5 Frekuensi nadi 4 5 5
membaik
50
Rabu 09 1. S :
November 2022 - Keluhan nyeri meningkat di bagian luka operasi,
Dines Pagi skala 4, seperti ditusuk-tusuk dan nyeri hilang
Jam 14.00 WIB timbul
O:
- Keluhan meringis meningkat
- Sikap protektif meningkat
- Gelisah meningkat
- Frekuensi nadi belum membaik
A:
No Indikator saat Saat Saat Target
di kaji dikaji ini
1. Keluhan Nyeri 2 3 5
menurun
51
2. Meringis 2 3 5
menurun
3 Sikap protektif 2 3 5
menurun
4 Gelisah 2 3 5
menurun
5 Frekuensi nadi 3 3 5
membaik
P : Intervensi dilanjutkan
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi
frekuensi, kulaitas nyeri, intensitas nyeri dan
skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri non-verbal.
- Berikan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri seperti hipnoterapi
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri
Kamis 10 1. S :
November 2022 - Keluhan nyeri menurun (skala 2)
Dines Siang O:
Jam 20.00 WIB - Keluhan meringis meningkat
- Frekuensi nadi membaik
- Sikap protektif meningkat
- Gelisah menurun
A:
No Indikator saat Saat Saat Target
di kaji dikaji ini
1. Keluhan Nyeri 3 4 5
52
menurun
2. Meringis 3 4 5
menurun
3 Sikap protektif 3 4 5
menurun
4 Gelisah 3 4 5
menurun
5 Frekuensi nadi 3 4 5
membaik
P : Intervensi dilanjutkan
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi
frekuensi, kulaitas nyeri, intensitas nyeri dan
skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri non-verbal.
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri seperti hipnoterapi
Jumat 11 1. S :
November 2022 - Keluhan nyeri menurun (skala 0)
Dines Siang O:
Jam 20.00 WIB - Meringis menurun
- Sikap protektif menurun
- Gelisah menurun
- Frekuensi nadi membaik
A:
No Indikator saat Saat Saat Target
di kaji dikaji ini
1. Keluhan Nyeri 4 5 5
53
menurun
2. Meringis 4 5 5
menurun
3 Sikap protektif 4 5 5
menurun
4 Gelisah 4 5 5
menurun
5 Frekuensi nadi 4 5 5
membaik
ANALISIS KASUS
terdapat kesamaan pada keluhan pasien 1 dan 2 yaitu nyeri di bagian luka
operasi. Tindakan pembedahan dapat menimbulkan berbagai masalah
keperawatan salah satunya nyeri. Nyeri akut pasca bedah dapat disebabkan
oleh luka operasi (Sjamsuhidajat, 2015). Adapun diagnosa keperawatan pada
pasien 1 dan pasien 2 yang sesuai dengan teori antara lain yaitu : Nyeri akut
Menurut PPNI (2017) Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau
emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional,
dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat
yang berlangsung kurang dari tiga bulan. Pada pasien 1 diagnosa nyeri akut
berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi). Saat pengkajian
didapatkan data subjektif dan data objektif yaitu pasien mengeluh nyeri
dibagian luka operasi di perut kanan bawah Post-op appendiktomi dengan
skala nyeri 5, Pada pasien 2 diagnosa nyeri akut juga berhubungan dengan
agen pencedera fisik (Prosedur operasi). Saat pengkajian didapatkan data
subjektif dan data objektif yaitu pasien mengeluh nyeri di bagian luka operasi
di perut Post-op apendiktomi dengan skala 4. Hidayat (2020) menjelaskan
dalam penelitiannya bahwa pada kasus post-operatif masalah nyeri akut
timbul dikarenakan proses operasi yang menyebabkan rusaknya jaringan kulit
sehingga mengakibatkan rangsangan nyeri.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan pada pasien
I dan pasien II. Pada pasien post operasi appendisitis di Ruang Gardenia
Rumah Sakit Dr. Hafiz Cianjur. Peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Pengkajian
Saat pengkajian pasien I mengeluh nyeri di bagian luka operasi
dengan nilai: P : Saat banyak bergerak, Q : Seperti ditusuk- tusuk, R :
Terpusat di bekas luka operasi, S : 5, T : Nyeri hilang timbul dan
pasien II mengeluh nyeri di bagian luka operasi dengan nilai: P :
Meningkat saat banyak bergerak, Q : Seperti di ditusuk-tusuk, R :
Berfokus pada daerah luka bekas operasi, S : 4, T : Nyeri hilang timbul.
2. Diagnosa keperawatan
Dalam menegakan diagnosa keperawatan didasarkan pada masalah
yang muncul, pada diagnosa keperawatan kedua pasien mempunyai
kesamaan 3 diagnosa keperawatan yaitu:
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (Prosedur
Operasi)
2) Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasi
3) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
Diagnosa yang di prioritaskan pada pasien I dan pasien II yaitu:
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur
operasi).
3. Intervensi Keperawatan
Rencana asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien I dan
pasien II dengan terapi non farmakologis yaitu pemberian metode
hipnoterapi.
4. Implementasi keperawatan
Dalam melakukan implementasi yang dilakukan pada pasien I dan
pasien II dengan kasus apendisitis tidak ditemukan kesulitan,
57
59
B. Saran
1. Bagi pasien post operasi appendisitis
Dapat memberikan pengetahuan dan keterampilan pada pasien dan
keluarga untuk cara penanganan pada pasien post operasi apendiktomi
dengan metode non farmakologis pemberian hipnoterapi untuk
mengurangi skala nyeri pada pasien.
60
60
62
12. Rahmawati L. Penerapan Teknik Relaksasi Nafas Dalam Pada Pasien Post
Operasi Apendiktomi Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Rasa
Aman Nyaman Di RSUD SLEMAN. 2018.
14. Damanik M. Pengaruh hypnotherapy terhadap tingkat rasa nyeri pada ibu
post sectio caesarea di rumah sakit sembiring deli tua. 2017.
63
Lampiran 1
Bulan
1 2 3 4 1 2 3
Pengajuan Judul
Format Pengerjaan
ACC Sidang
Sidang
64
Lampiran 2
Lampiran 3
65
Kepada Yth
Calon Responden Penelitian
Di Tempat
Dengan Hormat,
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Yuspia Lestari
NPM : 18210100132
(....................)
66
Lampiran 4
Informed Consent
(Lembar Persetujuan Menjadi Responden)
Saya bersedia atau tidak bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian yang
berjudul ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST OPERASI
APENDIKTOMI DENGAN METODE HIPNOTERAPI UNTUK
MENGURANGI SKALA NYERI DI RUANG GARDENIA RUMAH SAKIT
DR HAFIZ CIANJUR TAHUN 2022.
Demikian pernyataan ini saya buat tanpa ada unsur paksaan dari pihak lain.
Responden