Anda di halaman 1dari 80

KARYA ILMIAH NERS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST OPERASI


APENDIKTOMI DENGAN METODE HIPNOTERAPI UNTUK
MENGURANGI SKALA NYERI DI RUANG GARDENIA
RUMAH SAKIT DR. HAFIZ CIANJUR TAHUN 2022

Karya Ilmiah Ners Ini Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Profesi Ners (Ns)

Oleh :
YUSPIA LESTARI
18210100132

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS INDONESIA MAJU
2022
HALAMAN PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST OPERASI


APENDIKTOMI DENGAN METODE HIPNOTERAPI UNTUK
MENGURANGI SKALA NYERI DI RUANG GARDENIA RUMAH SAKIT
DR. HAFIZ CIANJUR TAHUN 2022
KARYA ILMIAH NERS

Di Susun Oleh :
Yuspia Lestari
18210100132

Karya Ilmiah Ners ini telah diuji dan dinilai oleh Dewan Penguji
Pada Program Studi Profesi Ners
Fakultas Kesehatan
Di Universitas Indonesia Maju
Jakarta, Maret 2023
Mengesahkan,
Pembimbing Penguji

(Ns. Asep Solihat, S.Kep.,M.Kep) (Ns. Bambang Suryadi, S.Kep., M.Kes)

Mengetahui,

Koordinator Program Studi Profesi Ners

(Ns. Ahmad Rizal, S.Kep,. M.Kes)

i
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST OPERASI
APENDIKTOMI DENGAN METODE HIPNOTERAPI UNTUK
MENGURANGI SKALA NYERI DI RUANG GARDENIA RUMAH SAKIT
DR. HAFIZ CIANJUR TAHUN 2022

Yuspia Lestari1, Asep Solihat2, Bambang Suryadi3


1
Mahasiswa Program Studi Ners Universitas Indonesia Maju
2,3
Dosen Program Studi Ners Universitas Indonesia Maju

V BAB, Halaman 79, Tabel 14, Gambar 4, Lampiran 4

ABSTRAK

Pendahuluan : Apendisitis merupakan peradangan dari apendik periformis dan


merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Apendisitis memiliki
potensi untuk terjadinya komplikasi parah jika tidak segera diobati, seperti
perforasi atau sepsis dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Tindakan bedah
seperti apendektomi dapat dilakukan sebagai terapi apendisitis untuk mengurangi
resiko terjadinya komplikasi. Pada umumnya post operasi apendektomi seseorang
akan mengalami nyeri sebagai respon protektif tubuh apabila terdapat kerusakan
jaringan. Nyeri akan berdampak pada aktivitas sehari-hari dan apabila tidak
ditangani dapat mengakibatkan syok neurogenik, sehingga harus dilakukan
penanganan nyeri yang sempurna.
Tujuan : Tujuan penulisan Karya Ilmiah Ners ini untuk menganalisis masalah
keperawatan Nyeri dengan Intervensi Hipnoterapi pada pasien Post Operasi
Apendiktomi di Ruang Gardenia Rumah Sakit Dr. Hafiz Cianjur.
Metode : Studi kasus yaitu untuk mengeksplorasi suatu masalah / fenomena
dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam dan
menyertakan berbagai sumber informasi. Studi kasus ini dilakukan pada dua
orang pasien post operasi apendektomi dengan masalah keperawatan nyeri akut.
Hasil : Hasil yang didapatkan pada studi kasus ini adalah nyeri teratasi
menggunakan intervensi Hipnoterapi dengan kriteria hasil skala nyeri pasien
menurun, pada pasien I dari skala nyeri 5 menjadi skala nyeri 1, sedangkan pada
pasien II dari skala nyeri 4 menjadi skala nyeri 0.

ii
Kesimpulan : Kesimpulan dari penelitian ini bahwa metode hipnoterapi dapat
digunakan untuk menurunkan skala nyeri pada pasien post operasi apendiktomi.
Disarankan kepada aplikasi keperawatan dapat menerapkan metode hipnoterapi
sebagai terapi non farmakologi dalam mengatasi nyeri.

Kata Kunci : Hipnoterapi, Nyeri, Asuhan Keperawatan, Apendisitis.

iii
NURSING CARE IN POSTOPERATIVE APPENDICTOMY PATIENTS
WITH HYPNOTHERAPY METHOD TO REDUCE PAIN SCALE IN THE
GARDENIA ROOM OF DR. HAFIZ CIANJUR HOSPITAL IN 2022

Yuspia Lestari1, Asep Solihat2, Bambang Suryadi3


1
Student of the Ners Program at the University of Indonesia Maju
2,3
Lecturer of the Ners Program at the University of Indonesia Maju

V CHAPTER, Pages 79, Tables 14, Figures 4, Attachments 4

ABSTRACT

Introduction : Appendicitis is an inflammation of the periformis appendix and is


the most frequent cause of acute abdomen. Appendicitis has the potential for the
occurrence of severe complications if not treated immediately, such as perforation
or sepsis and can even lead to death. Surgical procedures such as appendectomy
can be performed as appendicitis therapy to reduce the risk of complications. In
general, postoperative appendectomy a person will experience pain as a
protective response to the body if there is tissue damage. Pain will have an impact
on daily activities and if left untreated it can result in neurogenic shock, so perfect
pain management must be carried out.
Objective : The purpose of writing this Ners Scientific Paper is to analyze the
problem of Pain nursing with Hypnotherapy Interventions in Postoperative
Appendictomy patients in the Gardenia Room of Dr. Hafiz Cianjur Hospital.
Methods : Case studies are to esxplore a problem / phenomenon with detailed
boundaries, have in-depth data retrieval and include various sources of
information. This case study was conducted on two postoperative appendectomy
patients with acute pain nursing problems.
Results : The results obtained in this case study were that pain was resolved using
Hypnotherapy interventions with the criteria for patient pain scale results
decreased, in patient I from a pain scale of 5 to a pain scale of 1, while in patient
II from a pain scale of 4 to a pain scale of 0.
Conclusion : The conclusion of this study is that hypnotherapy methods can be
used to lower the scale of pain in postoperative appendectomy patients. It is
recommended that nursing applications can apply hypnotherapy methods as a non
pharmacological therapy in overcoming pain.

iv
Keywords : Hypnotherapy, pain, Nursing Care, appendicitis.

v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Dengan ini peneliti menyatakan bahwa dalam Karya Ilmiah Ners ini tidak terdapat
karya yang pernah dianjurkan untuk penelitian lain, dan sepanjang pengetahuan
peneliti juga tidak terdapat karya orang lain atau pendapat yang pernah ditulis atau
diberitakan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini
dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Jakarta, Maret 2023

Nama : Yuspia Lestari


NPM : 18210100132

vi
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan
hidayah-nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan karya ilmiah ners yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Operasi Apendiktomi Dengan
Metode Hipnoterapi Untuk Mengurangi Skala Nyeri Di Ruang Gardenia Rumah
Sakit Dr. Hafiz Cianjur Tahun 2022”.
Peneliti mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu peneliti dalam menyelesaikan karya ilmiah ners ini dengan baik bentuk
dukungan secara langsung dan tidak lansung. Dalam kesempatan ini peneliti ingin
mengucapan banyak terimakasih sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Astrid Novita, SKM., MKM Selaku Rektor Universitas Indonesia
Maju.
2. Susaldi. S.ST., M.Biomed Selaku Wakil Rektor I Universitas Indonesia
Maju.
3. Dr. Rindu, S.KM, M., Kes Selaku Wakil Rektor II Universitas Indonesia
Maju.
4. Nina. S.KM., Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Indonesia Maju.
5. Ns. Bambang S, S.Kep., M.Kes Selaku Wakil Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Indonesia Maju.
6. Ns. Ahmad Rizal, S.Kep., M.Kep Selaku Kordinator Program Studi
Profesi Ners Universitas Indonesia Maju.
7. Ns. Asep Solihat, S.Kep., M.Kep selaku pembimbing Karya Ilmiah Ners
yang bersedia memberikan ilmu dan bimbingan serta meluangkan waktu
demi kelancaran penyusunan Karya Ilmiah Ners ini.
8. Ns. Bambang Suryadi, S.Kep., M.Kes selaku dosen Penguji yang telah
meluangkan waktunya dan memberikan nasehat untuk membantu dalam
penyelesaian Karya Ilmiah Ners ini.
9. Seluruh Dosen Dan Staf Karyawan Universitas Indonesia Maju (UIMA)
10. Keluarga besarku yang telah memberikan dukungan doa dan materi demi
kelancaran dalam penyusunan Karya Ilmiah Ners ini.
11. Seluruh teman-teman prodi Profesi Ners angkatan Tahun 2022, yang telah
mendukung peneliti sehingga pengerjaan Karya Ilmiah Ners ini dapat
terselesaikan.

Jakarta, Maret 2023


Peneliti

Yuspia Lestari

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................i
ABSTRAK INDONESIA......................................................................................ii
ENGLISH ABSTRACT........................................................................................iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN..................................vi
KATA PENGANTAR..........................................................................................vii
DAFTAR ISI..........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL.................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.........................................................................................1
B. ROADMAP KARYA ILMIAH NERS....................................................................4
C. URGENSI KARYA ILMIAH NERS......................................................................4
D. TUJUAN KARYA ILMIAH NERS.......................................................................5
E. MANFAAT KARYA ILMIAH NERS....................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................7


A. Penyakit........................................................................................................7
1. Definisi Apendisitis.................................................................................7
2. Anatomi Fisiologi Apendisitis.................................................................7
3. Faktor Risiko Apendisitis........................................................................9
4. Patofisiologi Apendisitis.........................................................................9
5. Pathway.................................................................................................11
6. Klasifikasi..............................................................................................12
7. Pemeriksaan Diagnostik........................................................................12
8. Penatalaksanaan Apendisitis..................................................................12
9. Intervensi Keperawatan Apendisitis......................................................14
B. Masalah Keperawatan yang diangkat.........................................................15
1. Definisi Nyeri Akut...............................................................................15
2. Etiologi..................................................................................................16
3. Patofisiologi..........................................................................................16
4. Cara Mengukur Intensitas Nyeri...........................................................16
5. Pengkajian.............................................................................................17
6. Intervensi Keperawatan.........................................................................19
7. Mekanisme Intervensi untuk Mengatasi Masalah.................................20
C. Hipnoterapi.................................................................................................22
1. Definisi Hipnoterapi..............................................................................22
2. Dasar-dasar Hipnoterapi........................................................................23
3. Tujuan Hipnoterapi ...............................................................................25
BAB III TINJAUAN KASUS..............................................................................26
I. DATA ASUHAN KEPERAWATAN...........................................................26
A. PENGKAJIAN........................................................................................26
B. MASALAH KEPERAWATAN.............................................................33
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN............................................................36
D. INTERVENSI KEPERAWATAN.........................................................37
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN....................................................41
F. EVALUASI.............................................................................................47
BAB IV ANALISIS KASUS................................................................................53
A. PROFIL LAHAN PRAKTIK......................................................................53
B. ANALISIS MASALAH KEPERAWATAN DENGAN KONSEP
TERKAIT...................................................................................................53
C. ANALISIS INTERVENSI KEPERAWATAN DENGAN KONSEP DAN
PENELITIAN TERKAIT .........................................................................54
D. IMPLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN......................56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................57
A. KESIMPULAN...........................................................................................57
B. SARAN........................................................................................................58
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................60

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Skala Nyeri (Prasetyo, 2010) ................................................................17

Tabel 2.2 Pengkajian Nyeri dengan PQRST .........................................................18

Tabel 2.3 Intervensi Keperawatan .........................................................................19

Tabel 3.1 Hasil Anamnesis Pasien I dan II Post Op Apendisitis ..........................26

Tabel 3.2 Hasil Pemeriksaan Fisik Pasien I dan II Post Op Apendisitis ...............27

Tabel 3.3 Hasil Pemeriksaan Penunjang Pasien I dan II Post Op Apendisitis ......32

Tabel 3.4 Hasil Analisa Data Pasien I Post Op Apendisitis ..................................33

Tabel 3.5 Hasil Analisa Data Pasien II Post Op Apendisitis ................................35

Tabel 3.6 Intervensi Keperawatan Pasien I Post Op Apendisitis ..........................37

Tabel 3.7 Intervensi Keperawatan Pasien II Post Op Apendisitis ........................39

Tabel 3.8 Implementasi Keperawatan Pasien I Post Op Apendisitis ....................41

Tabel 3.9 Implementasi Keperawatan Pasien II Post Op Apendisitis ...................44

Tabel 3.10 Evaluasi Keperawatan Pasien I Post Op Apendisitis ..........................47

Tabel 3.11 Evaluasi Keperawatan Pasien II Post Op Apendisitis .........................50


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Apendisitis (Handaya, 2017) ...............................................................7

Gambar 2.2 Apendiktomi (Whalen et al, 2017) ......................................................8

Gambar 2.3 Pathway Apendisitis ..........................................................................11

Gambar 2.4 Skala Nyeri Wong Baker Faces ........................................................17


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Kegiatan..................................................................................62

Lampiran 2 Log Book Karya Imiah Ners..............................................................63

Lampiran 3 Lembar Permohonan Menjadi Responden.........................................64

Lampiran 4 Informed Consent...............................................................................65


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Apendisitis merupakan proses peradangan akut maupun kronis yang
terjadi pada apendiks vemiformis oleh karena adanya sumbatan yang terjadi
pada lumen apendiks (1)
. Apendisitis adalah penyakit yang menjadi perhatian
karena angka kejadian apendisitis tinggi di setiap negara. Resiko
perkembangan apendisitis bisa seumur hidup sehingga memerlukan tindakan
pembedahan. Apendisitis dapat didefinisikan sebagai radang usus buntu dan
merupakan penyebab paling umum dari abdomen akut . Infeksi ini bisa
(1)

mengakibatkan peradangan akut sehingga memerlukan tindakan bedah segera


untuk mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya (1).
Menurut World Health Organization (WHO) 2018 kejadian apendisitis di
dunia sangat tinggi, angka moral apendisitis 22.000, laki-laki lebih banyak
dari pada perempuan, ada sekitar 12.000 penduduk laki-laki 10.000 penduduk
wanita. Di Indonesia, jumlah pasien yang menderita penyakit apendisitis
berjumlah sekitar 7% dari jumlah penduduk di Indonesia atau sekitar 179.000
orang (1).
Sedangkan di Jawa Barat menurut data Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Barat pada tahun 2014 jumlah kasus penyakit sistem pencernaan 475.174
kasus (16,09%) untuk usia 5-14 tahun, 996.672 kasus (19,64%) untuk usia
15-44 tahun dan 907.861 kasus (16,82%) untuk usia 45- >75 tahun. Pada
tahun 2013 dilaporkan jumlah kasus apendisitis mencapai 1.148 kasus
(1,94%) untuk usia 5-14 tahun dan 6.018 kasus (2,22%) untuk usia 15-44
tahun . Berdasarkan data yang di peroleh dari Rumah Sakit Dr. Hafiz
(2)

Cianjur, kasus Appendisitis selama tiga bulan terakhir di dapatkan sebanyak


23 kasus yang melakukan operasi apendiktomi di ruang Gardenia Rumah
Sakit Dr. Hafiz Cianjur.
Pasien yang menjalani operasi apendiktomi pada umumnya mengeluh
nyeri pada luka operasi yang akan bertambah saat digerakkan atau ditekan
dan umumnya berkurang setelah diberi obat dan di istirahatkan . Nyeri
(3)

dirasakan seperti ditusuk – tusuk dengan skala nyeri (0-10) dan skala yang

1
2

sering digunakan yaitu skala NRS (Numeric Rating Scale). Nyeri akan
terlokalisasi didaerah operasi dan pada umunya menetap sepanjang hari .
(3)

Data – data pengkajian yang terdapat pada pasien sejalan dengan gejala dan
tanda mayor nyeri akut yaitu subjektif : mengeluh nyeri, objektif : tampak
meringis, frekuensi nadi meningkat dan sulit tidur. Serta gejala dan tanda
minor yaitu objektif : Tekanan darah meningkat (SDKI, 2017) (4).
Nyeri yang paling lazim adalah nyeri insisi. Nyeri terjadi akibat luka,
penarikan, manipulasi jaringan serta organ. Pasca pembedahan (pasca
operasi) pasien merasakan nyeri hebat dan 75% penderita mempunyai
pengalaman yang kurang menyenangkan akibat nyeri yang tidak adekuat.
Bila pasien mengeluh nyeri maka hanya satu yang mereka inginkan yaitu
mengurangi rasa nyeri. Hal itu wajar, karena Waktu pemulihan pasien post
operasi membutuhkan waktu rata-rata 72,45 menit, sehingga pasien akan
mengalami nyeri yang hebat pada dua jam pertama setelah operasi akut akibat
pengaruh obat anastesi yang hilang (3). Nyeri pasca operasi terjadi karena dua
hal, pertama adanya sayatan pada kulit hingga otot dan ke dua adanya proses
inflamasi. Keluhan nyeri bisa bertambah jika terjadi gesekan atau sentuhan
pada daerah operasi pada saat mobilisasi atau perawatan luka, aspek nyeri
sering di abaikan oleh perawat sehingga dapat mempengaruhi proses
penyembuhan luka (3).
Adapun pengelolaan intensitas nyeri klien dengan post appendiktomy
yaitu dengan farmakologi dan non farmakologi. Pengelolaan intensitas nyeri
dengan farmakologi, seperti: Pemberian terapi obat-obatan. Sedangkan
tindakan non farmakologi, seferti: Hipnoterapi, teknik relaksasi nafas dalam,
distraksi, dan imajinasi terbimbing . Salah satu teknik relaksasi
(5)

nonfarmakologi dan terapi yang dapat dilakukan di Indonesia adalah


Hipnoterapi, karena dengan melakukan teknik hipnoterapi dapat
menghasilkan rasa nyaman sehingga rasa nyaman tersebut dapat merangsang
hormon endorfin yang dapat menekan rasa nyeri seseorang. Pikiran sadar bisa
mengandung semua unsur dari proses yang secara tradisional disebut sebagai
“fenomena trans”. Kunci dari hypnosis adalah adanya kekuatan sugesti atau
keyakinan terhadap sesuatu hal yang positif yang muncul berdasarkan pada
3

konsep dalam pikiran, sehingga akan memberikan energi positif bagi suatu
tindakan yang dilakukan.
Saat pemberian hypnoterapi, pasien dibimbing untuk melakukan
imajinasi sehingga mempengaruhi kerja otak, gelombang otak terdiri dari
gelombang beta yaitu gelombang otak yang paling umum dan frekuensinya
paling tinggi dimana kondisi kerja otak dalam keadaan sadar untuk menjaga
pikiran tetap terfokus kemudian menjadi gelombang alpha yaitu gelombang
otak yang frekuensinya sedikit lebih lambat dibanding beta dimana kondisi
kerja otak rileks dan santai, alfa merupakan jembatan penghubung antara
pikiran sadar dan bawah sadar, sedangkan theta yaitu gelombang otak yang
dihasilkan oleh pikiran bawah sadar dan terjadi pada saat seseorang
mengalami keadaan sangat rileks atau sangat mengantuk, pada kondisi
peralihan gelombang otak tersebut akan menghasilkan tubuh menjadi rileks
sehingga dapat melancarkan volume darah dan oksigenasi ke otak dan
menghasilkan hormon endorfin yang dapat menghambat impuls nyeri
sehingga seseorang menjadi rileks.
Efek relaksasi hipnoterapi langsung terlihat pada saat pasien sedang
dalam keadaan kondisi trance yang dalam yaitu responden terlihat santai,
tenang dan rileks, bahkan ada beberapa pasien tampak tertidur selama terapi
hipnosis dan dapat mengikuti sesi terapi sampai selesai dengan penuh
konsentrasi. Saat dalam kondisi rileks, perhatian pasien terhadap nyeri
teralihkan sehingga persepsi nyeri dan respon terhadap nyeri berubah, nyeri
yang dirasakan menurun sampai dengan hilang. Tidak ada efek negatif yang
merugikan pasien. Hampir semua mengatakan suasana hati menjadi lebih
nyaman, tenang dan rileks. Kajian inti dari hipnosis adalah berpijak pada
asumsi dasar bahwa mind control dapat dicoba diterapkan dalam kegiatan
intervensi pembedahan jaringan.
Hal inilah yang disebut hypnoanesthesia. Keberhasilan menerapkan
metode-metode hipnoterapi dalam mengurangi bahkan menghilangkan rasa
nyeri (hypnoanesthesi), penggunaan metode ini mengakibatkan berkurangnya
bahkan menghilangkan rasa nyeri yang di alami tubuh manusia sebagai
respon terhadap suatu trauma ataupun adanya intervensi terhadap jaringan.
4

Penelitian Ginandes, membuktikan hipnoterapi juga bisa digunakan untuk


meredakan nyeri, melancarkan pernapasan, serta mengatasi gangguan
pencernaan. Dengan hipnoterapi, dapat meningkatkan kadar endorphin dalam
tubuh. Endorphin adalah hormon yang dihasilkan tubuh pada saat rileks atau
tenang. Hal tersebut dapat digunakan untuk mengurangi rasa nyeri (5).
Pada studi pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Dr Hafiz
Cianjur pada bulan November 2022 terhadap banyaknya pasien yang terkena
penyakit apendisitis dan melakukan post operasi apendiktomi, berdasarkan
permasalahan dan kronologi kasus diatas perlu dikaji lebih mendalam
terdahap pengaruh pemberian hipnoterapi terhadap penurunan skala nyeri
pada pasien post operasi apendiktomi, sehingga peneliti tertarik untuk
melakukan pengkajian tentang “Asuhan Keperawatan pada Pasien Post
Operasi Apendiktomi dengan Metode Hipnoterapi untuk Mengurangi Skala
Nyeri di ruang Gardenia Rumah Sakit Dr. Hafiz Cianjur Tahun 2022”.

2. Roadmap Karya Ilmiah Ners


Berikut ini penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya :
Menurut penelitian yang dilakukan Iwan Samsugito dkk (2021) yang
meneliti tentang efek hipnosis dalam mengurangi nyeri luka akut pasca
operasi. Dari hasil penelitian dapat diperoleh nilai mean intensitas nyeri
sebelum dihipnosis 6,31 dan setelah di hipnosis turun menjadi 1,69 serta nilai
P value sebesar 0,000 berarti kurang dari nilai α 0,005 maka dapat dinyatakan
bahwa ada pengaruh yang signifikan hipnosis dalam penurunan nyeri akut
pasca operasi (5).
Berdasarkan pada penelitian terdahulu ini didapatkan bahwa dengan
metode hipnoterapi sangat efektif untuk mengurangi skala nyeri pada pasien
post operasi apendiktomi.

3. Urgensi Karya Ilmiah Ners


Apendisitis adalah peradangan atau pembengkakan apendik (usus buntu).
Penyakit ini dikenal juga sebagai penyakit usus buntu. Umumnya usus buntu
disebabkan karena penyumbatan pintu masuk oleh feses atau sisa makanan
5

yang tidak berhasil dicerna sampai halus, sehingga apendiks meradang dan
menjadi bengkak. Apendisitis bisa menyerang siapa saja dan jika tidak
ditangani dengan tepat, penyakit ini bisa menyebabkan komplikasi yang
membahayakan tubuh seperti, pecahnya usus buntu yang akan menyebabkan
peritonitis, abses bahkan kematian. Apendisitis harus segera di operasi karena
operasi usus buntu perlu dilakukan segera sebelum terjadinya komplikasi
radang usus buntu yang bisa berdampak fatal.
Berdasarkan hasil observasi awal dilakukan pada tanggal 7 November
2022 di Ruang Gardenia Rumah Sakit Dr. Hafiz Cianjur di dapatkan data
selama tiga bulan terakhir ada sebanyak 23 kasus yang sudah melakukan post
operasi apendiktomi. Oleh sebab itu peneliti tertarik melakukan penelitian
dengan judul Asuhan Keperawatan pada Pasien Post Operasi Apendiktomi
dengan Metode Hipnoterapi Untuk mengurangi Skala Nyeri di ruang
Gardenia Rumah Sakit Dr. Hafiz Cianjur Tahun 2022, yang bertujuan untuk
membantu pasien mengurangi skala nyeri yang dirasakan setelah melakukan
post operasi apendiktomi dengan menggunakan metode non farmakologis.

4. Tujuan Karya Ilmiah Ners

1. Tujuan Umum
Mengaplikasikan tindakan metode hipnoterapi untuk mengurangi
skala nyeri pada pasien post operasi apendiktomi di ruang gardenia
rumah sakit dr. hafiz cianjur tahun 2022.

2. Tujuan Khusus

a. Menggambarkan hasil pengkajian pada pasien post operasi


apendiktomi.
b. Menggambarkan hasil diagnosa keperawatan pada pasien post
operasi apendiktomi.
c. Menggambarkan intervensi pada pasien post operasi apendiktomi.
d. Menggambarkan implementasi pada pasien post operasi
apendiktomi.
6

e. Menggambarkan hasil evaluasi pada pasien post operasi


apendiktomi.
f. Menggambarkan hasil pemberian metode hipnoterapi untuk
mengurangi skala nyeri pada pasien post operasi apendiktomi.

5. Manfaat Karya Ilmiah Ners

1. Bagi rumah Sakit


Dapat memberikan informasi tentang asuhan keperawatan pada
pasien post operasi apendiktomi dengan metode hipnoterapi untuk
mengurangi skala nyeri, sehingga perawat dapat memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan lebih optimal serta meningkatkan
keterampilan dalam memberikan penatalaksanaan yang lebih baik pada
pasien post operasi apendiktomi.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai informasi kepada mahasiswa profesi ners tentang asuhan
keperawatan pada pasien post operasi apendiktomi, sehingga dapat
memberikan gambaran tentang penatalaksanaan metode hipnoterapi
untuk mengurangi skala nyeri.
3. Bagi Pasien
Sebagai tambahan informasi dan dapat menambah pengetahuan
tentang penyakit appendiks, serta dapat menyikapi dan mengatasi nyeri
pada luka post operasi apendiktomi dengan metode hipnoterapi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penyakit
1. Definisi Apendisitis
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau
umbai cacing (apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan peradangan akut
sehingga memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi
yang umumnya berbahaya . Apendiksitis adalah peradangan dari
(6)

apendiks vermiformis dan merupakan penyebab nyeri abdomen akut yang


paling sering (6).
Sebuah penelitian oleh Anonim, Apendiksitis 2007 (dikutip dalam
Jitowiyono & Kristiyanasari 2010) mendemonstrasikan bahwa
Apendiksitis adalah kondisi dimana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam
kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus
memerlukan laparatomi dengan menyingkirkan umbai cacing yang
terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi, dikarenakan
oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur.
Apendiksitis adalah salah satu penyakit saluran pencernaan yang paling
umum di temukan dan yang paling sering memberikan keluhan abdomen
yang akut (6).

2. Anatomi Fisiologi Apendisitis


a. Anatomi

Gambar 2.1 Apendisitis (Handaya, 2017)

7
8

Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus


buntu. Secara anatomi apendiks merupakan tabung berujung buntu
dengan diameter kurang lebih sebesar pensil dengan pangkal terletak
pada bagian pangkal usus besar bernama sekum yang terletak pada
perut kanan bawah. Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar
di bagian distal. Namun demikian, pada bayi apendiks berbentuk
kerucut, lebar pada pangkalnya dan menyempit ke arah ujungnya.
Dinding apendiks berisi jaringan limfatik yang merupakan bagian dari
sistem kekebalan tubuh untuk membuat antibodi. Pada orang dewasa,
apendiks rata-rata berukuran 10 cm tetapi juga dapat bervariasi dari 2
sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung
apendiks bisa berbeda-beda, mungkin berada di retrocaecal atau di
pinggang (pelvis), namun yang jelas tetap terletak di peritoneum.
Persarafan para simpatis dari apendiks berasal dari cabang nervus
vagus yang mengikuti arteri mesenterika superior dan arteri
apendikularis, sedangkan persarafan simpatis berasal dari nervus
torakalis X. Peredaran darah apendiks berasal dari arteri apendikularis
yang merupakan arteri tanpa kolateral.
Posisi apendiks yang normal adalah apendiks yang terletak pada
dinding abdomen di bawah titik Mc. Burney. Menentukan titik Mc.
Burney dilakukan dengan cara menarik garis semu dari umbilikal kanan
ke anterior superior iliac spina kanan dan 2/3 dari garis tersebut
merupakan titik Mc Burney. Operasi membuang umbai cacing dikenal
sebagai apendektomi (7).

Gambar 2.2 Apendektomi (Whalen et al, 2017)


9

b. Fisiologi
Secara fisiologi apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari,
lendir yang di hasilkan akan di hantarkan ke dalam lumen yang
selanjutnya mengalir ke dalam sekum. Hambatan aliran lendir di muara
apendiks berperan pada patogenisasi apendisitis.
Apendiks mempunyai peranan dalam mekanisme imunologik.
Imunoglobin sekretoar yang dihasilkan oleh Gut Associated Lymphoid
Tissue (GALT) yang terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk
apendiks adalah IgA. Imunoglobin tersebut sangat efektif sebagai
pelindung terhadap infeksi.
Namun demikian, pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi
sistem imun tubuh karena jumlah jaringan limfe disini sangat kecil jika
dibandingkan dengan jumlahnya di saluran cerna dan di seluruh tubuh
.
(7)

3. Faktor Resiko Apendisitis


Apendisitis umumnya terjadi karena infeksi bakteri. Berbagai hal
berperan sebagai faktor pencetusnya, diantaranya adalah obstruksi yang
terjadi pada lumen apendiks. Obstruksi ini biasanya disebabkan karena
adanya timbunan tinja yang keras (fekalit), hyperplasia jaringan limfoid,
tumor apendiks, benda asing dalam tubuh, dan cacing askaris. Penelitian
epidemilogi menunjukan peranan kebiasaan mengkonsumsi makanan
rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya penyakit
apendiks (8).

4. Patofisiologi Apendisitis
Appendisitis kemungkinan dimulai oleh obstruksi dari lumen yang
disebabkan oleh feses yang terlibat atau fekalit. Penjelasan ini sesuai
dengan pengamatan epidemiologi bahwa appendisitis berhubungan dengan
asupan serat dalam makanan yang rendah. Pada stadium awal dari
appendisitis, terlebih dahulu terjadi inflamasi mukosa. Inflamasi ini
kemudian berlanjut ke submukosa dan melibatkan lapisan muskular dan
10

serosa (peritoneal). Cairan eksudat fibrinopurulenta terbentuk pada


permukaan serosa dan berlanjut ke beberapa permukaan peritoneal yang
bersebelahan, seperti usus atau dinding abdomen, menyebabkan peritonitis
lokal. Dalam stadium ini mukosa glandular yang nekrosis terkelupas ke
dalam lumen, yang menjadi distensi dengan pus. Akhirnya, arteri yang
menyuplai apendiks menjadi bertrombosit dan apendiks yang kurang
suplai darah menjadi nekrosis atau gangren. Perforasi akan segera terjadi
dan menyebar ke rongga peritoneal. Jika perforasi yang terjadi dibungkus
oleh omentum, abses lokal akan terjadi (9).
11

5. Pathway

Pasca Operasi

APPENDISITIS

OPERASI

Post Op

Luka Insisi Ansietas

Peristaltic Usus
Kerusakan Pintu Masuk

Distensi Abdomen
Ujung Syaraf Risiko infeksi

Mual Muntah
Pelepasan
Prostgladin
Risiko
Hipovolumia
Spinal Cord

Gangguan
Nyeri Akut Mobilitas Fisik

Cortex Serebri Nyeri

Sumber : ( Nurarif & Kusuma, 2015)

Gambar 2.3 Pathway Apendisitis


12

6. Klasifikasi
Klasifikasi apendiksitis menurut (Nurarif & Kusuma 2013) terbagi
menjadi 3 yaitu :
a. Apendiksitis akut merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteria,
dan faktor pencetusnya disebabkan oleh sumbatan lumen apendiks.
Selain itu hyperplasia jaringan limfe, fikalit (tinja/batu), tumor
apendiks, dan cacing askaris yang dapat menyebabkan sumbatan dan
juga erosi mukosa apendiks karena parasit.
b. Apendisitis rekurens yaitu riwayat nyeri berulang yang terjadi di perut
bagian kanan bawah yang mendorong dilakukannya apendiktomi.
c. Apendiksitis kronis memiliki semua gejala riwayat nyeri perut kanan
bawah lebih dari dua minggu, radang kronik apendiksitis secara
makroskopik dan mikroskopik dan keluhan hilang setelah apendiktomi
.
(9)

7. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang post operasi apendiktomi menurut Wijaya dan
Putri (2013), yaitu :
a. Laboratorium Pada pemeriksaan ini leukosit meningkat rentang 10.000
- hingga 18.000 / mm3, kemudian neutrofil meningkat 75%, dan WBC
meningkat sampai 20.000 mungkin indikasi terjadinya perforasi
(jumlah sel darah merah).
b. Data Pemeriksaan Diagnostik Radiologi yaitu pada pemeriksaan ini
foto colon menunjukkan adanya batu feses pada katup. Kemudian pada
pemeriksaan barium enema : Menunjukkan apendiks terisi barium
hanya sebagian (10).

8. Penatalaksanaan Apendisitis
a. Medis
Penatalaksanaan pada post operasi apendiktomi di bagi menjadi tiga
bagian menurut (Brunner & Suddarth, 2010), yaitu :
13

a) Sebelum operasi / pre op


1) Observasi
Dalam kurun waktu 8-12 jam setelah munculnya keluhan, perlu
di observasi dengan ketat karena tanda dan gejala apendisitis
belum jelas. Pasien akan diminta untuk melakukan tirah baring
dan dipuasakan terlebih dahulu. Laksatif tidak boleh di berikan
apabila di curigai adanya apendisitis. Diagnosis yang ditegakkan
dengan lokasi nyeri pada kuadran kanan bawah setelah
timbulnya keluhan nyeri.
2) Antibiotik
Apendisitis ganggrenosa atau apenditis perforasi akan
memerlukan obat jenis antibiotik, kecuali apendiksitis tanpa
komplikasi yang tidak memerlukan antibiotik.
b) Operasi
Operasi atau pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat
apendiks yaitu apendiktomi. Apendiktomi dilakukan dibawah
anestesi umum dengan pembedahan abdomen bawah atau dengan
laparoskopi. Apendiktomi dilakukan dengan dua metode
pembedahan, yaitu secara teknik terbuka (pembedahan
konvensional laparatomi) atau dengan teknik laparoskopi yang
merupakan teknik pembedahan minimal invasive.
c) Setelah Operasi
Kaji tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya perdarahan di
dalam. Baringkan klien dalam posisi semi fowler. Klien dikatakan
baik apabila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan, dan selama itu
klien dipuasakan. Satu hari setelah operasi, klien di anjurkan untuk
duduk tegak di tempat tidur selama 2 x 30 menit. Hari kedua pasien
dapat dianjurkan duduk di luar kamar. Hari ke tiga dapat di angkat
dan di bolehkan untuk pulang (9).
14

9. Intervensi Keperawatan Apendisitis


Rencana Asuhan Keperawatan yang diberikan pada pasien post
operasi apendiktomi
a. Nyeri akut (D.0077) berhubungan dengan agen pencedera fisik
(Prosedur Operasi)
Manajemen nyeri (I.08238)
1) Observasi :
a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
nyeri, intensitas nyeri dan skala nyeri
b) Identifikasi respon nyeri non-verbal
c) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
nyeri
2) Terapeutik :
d) Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
e) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
f) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
3) Edukasi :
g) Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
h) Jelaskan strategi meredakan nyeri
i) Ajarkan teknik non farmakologi untuk mengurangi rasa
nyeri seperti metode hipnoterapi
4) Kolaborasi :
j) Kolaborasi dalam pemberian analgetik, jika perlu

b. Risiko infeksi (D.0142) berhubungan dengan prosedur invasive


Pencegahan infeksi (I.14539)
1) Observasi :
a) Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik
b) Batasi jumlah pengunjung
c) Berikan perawatan luka dan ganti perban
d) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien
15

e) Pertahankan tehnik aseptik


2) Edukasi :
f) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
g) Anjarkan cara mencuci tangan dengan benar
3) Kolaborasi :
h) Kolaborasi dalam pemberian antibioti, jika perlu

c. Gangguan mobilitas fisik (D.0054) berhubungan dengan nyeri


Dukungan Mobilisasi (I.05173)
1) Observasi :
a) Identifikasi adanya nyeri dan keluhan fisik lainnya
b) Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
2) Terapeutik :
c) Fasilitasi melakukan pergerakan, bila perlu
d) Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
melakukan pergerakan
3) Edukasi :
e) Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
f) Anjurkan melakukan mobilisasi dini

B. Masalah Keperawatan yang diangkat


1. Definisi Nyeri Akut
IASP International Association for the Study of Pain mendefinisikan
nyeri merupakan suatu sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman
emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial.
Nyeri akut merupakan pengalaman sensorik yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual dengan onset mendadak dan berintensitas ringan
hingga berat dan berlangsung kurang dari tiga bulan (11).
16

2. Etiologi
Penyebab terjadinya nyeri akut seperti agen pencedera fisik (mis.
Abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi,
trauma, latihan fisik berlebihan). Pada pasien pasca operasi apendiktomi
mengalami nyeri akut yang berhubungan dengan agen injuri fisik (Insisi
pembedahan pada apendiktomi) (9).

3. Patofisiologi
Proses terjadinya nyeri adalah sebagai berikut : Ketika bagian tubuh
terluka oleh tekanan, potongan, sayatan, dingin, atau kekurangan O2 pada
sel, maka bagian tubuh yang terluka akan mengeluarkan berbagai macam
substansi yang normalnya ada di intraseluler. Ketika substansi intraseluler
dilepaskan ke ekstraseluler maka akan mengiritasi nosiseptor. Syaraf ini
akan terangsang dan bergerak sepanjang serabut syaraf atau neurotransmisi
yang akan menghasilkan substansi yang disebut neurotransmiter, yang
membawa pesan nyeri dari medula spinalis ditransmisikan ke otak dan
dipersepsikan sebagai nyeri (12).

4. Cara Mengukur Intensitas Nyeri


1) Skala Numerik
Skala yang digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata.
Dalam pengukuran ini diberikan skala 0-10 untuk menggambarkan
keparahan nyeri. Angka 0 berarti klien tidak merasa nyeri, sedangkan
angka 10 mengindikasikan nyeri paling hebat. Skala ini efektif
digunakan sebelum dan sesudah dilakukan intervensi terapeutik.

Nilai Skala Nyeri


0 Tidak nyeri
1 Seperti gatal, tersetrum / nyut-nyut
2 Seperti melilit atau terpukul
3 Seperti perih
4 Seperti kram
5 Seperti tertekan atau tergesek
17

6 Seperti terbakar atau ditusuk-tusuk


7-9 Sangat nyeri tetapi dapat dikontrol oleh klien dengan
aktivitas yang biasa di lakukan
10 Sangat nyeri dan tidak dapat dikontrol oleh klien
Keterangan : 1-3 (Nyeri ringan)
4-6 (Nyeri sedang)
7-9 (Nyeri berat)
10 (Sangat nyeri)
Tabel Skala Nyeri 2.1 (Prasetyo, 2010)

2) Skala Wong Baker Faces

Gambar 2.4 Skala Nyeri Wong Baker Faces

Skala nyeri yang satu ini tergolong mudah untuk dilakukan karena
hanya dengan melihat ekspresi wajah pasien. Dalam pengukuran skala
nyeri, yang harus diperhatikan perawat yaitu tidak boleh menggunakan
skala tersebut sebagai perbandingan untuk membandingkan skala nyeri
klien. Hal ini karena diakibatkan perbedaan ambang nyeri pada tiap-tiap
individu (13).

5. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dalam proses keperawatan yang
merupakan tahap yang paling menentukan bagi tahap berikutnya.
Kemampuan perawat dalam mengidentifikasi masalah keperawatan dalam
tahap ini akan menentukan diagnosa keperawatan. Diagnosa yang di ambil
akan menentukan bagaimana perencanaan keperawatan yang akan di
18

terapkan. Selanjutnya, tindakan keperawatan dan evaluasi mengikuti


perencanaan yang telah di buat. Maka dari itu pengkajian keperawatan
harus dilakukan secara teliti dan cermat sehingga segala kebutuhan
perawatan pasien dapat diidentifikasi (7).

Adapun pengkajian Nyeri dengan menggunakan PQRST sebagai


berikut :
Tabel 2.2 Pengkajian Nyeri dengan PQRST

P : Provokatif / Paliatif  Apa penyebab timbulnya nyeri?


(Penyebab)  Misalnya nyeri akibat kerusakan jaringan
tubuh, cedera otot akibat olahraga atau
nyeri pada radang sendi.
Q : Qualitas / Quantitas  Seberapa berat keluhan nyeri terasa?
 Bagaimana rasanya? Misalnya: seperti
ditusuk, tertekan/tertimpa benda berat,
diris-iris, seperti diremas, membakar, nyeri
berat, kolik, kaku.
 Seberapa sering terjadinya?
R : Region / Radiasi  Dimana lokasi nyeri dirasakan/ditemukan?
(Penyebaran)  Apakah menyebar ke daerah lain?
 Apaka berfokus pada satu titik?
S : Skala Seviritas  Seperti apa sakitnya (skala nyerinya)?
(Keparahan)  Penilaian dapat dilakukan dengan:
 Skala nyeri deskriptif/Verbal Descriptor
Scale (VDS)
 Skala numerik angka/Numerical Rating
Scale (NRS)
 Skala wajah/Faces Scale
T : Timing (Waktu)  Kapan nyeri mulai dirasakan?
 Seberapa sering keluhan nyeri terjadi?
 Apakah terjadi mendadak atau bertahap?
19

 Apakah akut atau kronis?


 Apakah nyeri muncul secara terus-
menerus atau kadang-kadang?
 Apakah pernah mengalami nyeri seperti
ini sebelumnya?

6. Intervensi Keperawatan

Tabel 2.3 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan
1 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
dengan agen pencedera keperawatan selama 3x24 (L.08238)
fisik (Prosedur operasi). jam diharapkan tingkat nyeri Observasi :
(D.0077) (L.08066) menurun dengan - Identifikasi lokasi,
kriteria hasil : karakteristik, durasi,
1. Keluhan nyeri menurun frekuensi, kualitas
2. Meringis menurun nyeri, intensitas
3. Sikap protektif menurun nyeri dan skala
4. Gelisah menurun nyeri
5. Frekuensi nadi membaik
- Identifikasi
respon nyeri
non-verbal

- Identifikasi faktor
yang memperberat
dan memperingan
nyeri
Terapeutik :

- Berikan teknik non


farmakologi untuk
mengurangi rasa
20

nyeri
- Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
- Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri

Edukasi :
- Jelaskan
penyebab,
periode dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Ajarkan teknik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
rasa nyeri seperti
Hipnoterapi
Kolaborasi :
- Kolaborasi dalam
pemberian analgetik,
jika perlu

7. Mekanisme Intervensi untuk Mengatasi Masalah


Mekanisme untuk mengurangi skala nyeri dengan metode hipnoterapi
pada pasien post operasi apendiktomi :
Standar Operasional Prosedur Hipnoterapi
Prosedur Pelaksanaan :
a. Tahapan Hypnotherapy
21

1) Tahapan hypnotherapy adalah sebagai berikut :

a) Pre-induction Talk
Tahap mengkondisikan seseorang/ kelompok orang untuk siap
dihipnotis. Fungsi pre-induction adalah membangun hubungan
baik dengan klien, mengatasi rasa takut klien pada proses
hipnoterapi yang akan dijalankan, membangun harapan klien
dan mengumpulkan data dan informasi. Pre-induction juga
dapat meliputi penyiapan tempat, suasana, aroma, properti dan
lain sebagainya untuk mendukung suksesnya proses
hipnoterapi.
b) Tes Sugestibilitas
Proses untuk menguji sugestibilitas seseorang, apakah mudah
disugesti atau tidak.
c) Induction
Proses untuk menurunkan level kesadaran seseorang. Jika
dikaitkan dengan gelombang otak manusia, teknik induction
bertujuan menurunkan gelombang otak manusia dari betha
menuju ke alpha atau theta.
d) Deepening
Proses memperdalam level kesadaran seseorang untuk di
induksi.
e) Trance Level Test/DepthLevel Test
Proses untuk memastikan bahwa klien benar-benar telah
memasuki kondisi hipnotis yang dibutuhkan untuk menjalani
proses selanjutnya.
f) Sugestion
Proses pemberian saran/pesan/informasi yang diberikan
kepada klien ketika sudah berada dalam kondisi hipnotis.
g) Termination/Emerging/Terminasi
22

Proses membangunkan klien dari kondisi hipnotis yang


dialami. Yang mana ini merupakan sesi akhir dari suatu
penghipnotisan.

h) Post Hypnotis
Mengatakan pada klien tentang perilaku baru saat subjek telah
terbangun dalam tidurnya.

C. Hipnoterapi
1. Definisi
Hipnosis dalam bahasa Yunani berarti tidur, bukan benar-benar
tidur, suatu kondisi saat seseorang berada dalam alam bawah sadar.
Seseorang yang berada dalam kondisi hipnosis, meskipun tubuhnya
beristirahat (selayaknya orang tidur), masih bisa mendengar dengan
jelas dan merespon informasi yang diterimanya dari luar. Hypnotherapy
adalah suatu metode dimana pasien dibimbing untuk melakukan
relaksasi, dimana setelah kondisi relaksasi dalam ini tercapai maka
secara alamiah gerbang pikiran bawah sadar seseorang akan terbuka
lebar, sehingga yang bersangkutan cenderung lebih mudah untuk
menerima sugesti penyembuhan yang diberikan (14).
Dalam perkembangan sejarah ilmu hipnosis dunia kesehatan,
sejak tahun 1890 Dr. Grantley Dick Read mengembangkan dan
menerapkan ilmu hipnosis ke dalam ilmu kebidanan dengan program
yang disebut “childbirth without fear”. Penemuan ini kemudian
dilanjutkan oleh Marie F. Morgan dengan mencetuskan program
pertama yaitu Hypnobirthing dan saat ini di Indonesia, Lanny
Kuswandi (seorang perawat dan bidan) sudah mulai mengembangkan
dan memperkenalkan ilmu hipnostetri kepada para bidan dan dokter
dengan berbagai aplikasi hipnosis (14).
Hypnotherapy adalah salah satu teknik yang efektif yang
digunakan dalam pengobatan nyeri. Hypnotherapy adalah terapi yang
dilakukan pada subjek dalam kondisi hipnosis. Kata “hipnosis” berarti
23

tidurnya sistem saraf. Orang terhipnotis menunjukkan karakteristik


tertentu yang berbeda dengan yang tidak, yang paling jelas adalah
mudah disugesti. Hypnotherapy sering digunakan untuk memodifikasi
perilaku subjek, isi perasaan, sikap, juga keadaan seperti kebiasaan
disfungsional, kecemasan, sakit sehubungan stress, manajemen rasa
sakit, dan perkembangan pribadi (14).
Hypnotherapy sesuai dengan namanya adalah terapi yang
menggunakan hipnosis sebagai sarana untuk menjangkau pikiran bawah
sadar klien, karena yang diotak-atik adalah pikiran, terapis perlu
mengetahui teori mengenai pikiran dan cara kerjanya (14).
Menurut APA (American Psychological Association) dalam
Dictionary of Psychology Edisi 2007, bukti–bukti ilmiah menunjukkan
bahwa Hypnotherapy bermanfaat dalam mengatasi hipertensi, asma,
insomnia, manajemen rasa nyeri akut maupun kronis, anorexia,
nervosa, nafsu makan berlebih, merokok, dan gangguan kepribadian.

2. Dasar-dasar Hipnosis
Pikiran bawah sadar manusia menyimpan misteri yang luar biasa.
Banyak hal yang menyangkut manusia bersumber dari berbagai data
dan nilai yang tersimpan di pikiran bawah sadar. Pikiran bawah sadar
tidak saja terkait dengan perilaku dan mental, tetapi lebih jauh lagi
pikiran bawah sadar dapat merubah metabolisme, mempercepat
penyembuhan, atau bahkan memperburuk suatu kondisi penyakit.
Secara konvensional, Hypnotherapy dapat diterapkan kepada
mereka yang memenuhi persyaratan dasar, yaitu :
a. Bersedia dengan sukarela
b. Memiliki kemampuan untuk fokus
c. Memahami kondisi verbal. Untuk memahami Hypnosis atau
Hypnotherapy secara mudah dan benar, sebelumnya kita harus
memahami bahwa aktivitas pikiran manusia secara sederhana
dikelompokkan dalam 4 wilayah yang dikenal dengan istilah
Brainwave, yaitu Beta, Alpha, Theta, dan Delta.
24

1) Beta adalah kondisi pikiran pada saat seseorang sangat aktif dan
waspada. Kondisi ini adalah kondisi umum ketika seseorang
tengah beraktifitas normal. Frekuensi pikiran pada kondisi ini
sekitar 14-24 Cps (diukur dengan perangkat EEG).
2) Alpha adalah kondisi seseorang tengah fokus pada suatu hal
(belajar, mengerjakan suatu kegiatan teknis, menonton televisi),
atau pada saat seseorang dalam kondisi relaksasi. Frekuensi
pikiran pada kondisi sekitar 7- 14 Cps.
3) Theta adalah kondisi relaksasi yang sangat ekstrim, sehingga
seakan-akan yang bersangkutan merasa “tertidur”, kondisi ini
seperti halnya pada saat seseorang melakukan meditasi yang
sangat dalam. Theta juga gelombang pikiran ketika seseorang
tertidur dengan bermimpi, atau kondisi REM (Rapid Eye
Movement). Frekuensi pikiran pada kondisi ini sekitar 3.5-7 Cps.
4) Delta adalah kondisi tertidur normal (tanpa mimpi). Frekuensi
pikiran pada kondisi ini sekitar 0.5-3.5 Cps.
Kondisi hypnosis sangat mirip dengan kondisi gelombang
pikiran Alpha dan Theta. Yang sangat menarik, bahwa kondisi Beta,
Alpha, dan Theta, merupakan kondisi umum yang berlangsung
secara bergantian dalam diri kita. Suatu saat kita di kondisi Theta,
dan kembali lagi ke Beta, dan seterusnya. Pada setiap orang menuju
proses tidur alami, maka yang terjadi adalah gelombang pikiran ini
secara perlahan-lahan akan menurun mulai tertidur. Perpindahan
wilayah ini tidak berlangsung dengan cepat, sehingga Sebetulnya
walaupun seakan-akan seseorang sudah tampak tertidur, mungkin
saja ia masih berada di wilayah Theta. Pada wilayah Theta seseorang
akan merasa tertidur, suara-suara di luar tidak dapat didengarkan
dengan baik, tetapi justru suara-suara ini didengar dengan sangat
baik oleh pikiran bawah sadarnya, dan cenderung menjadi nilai yang
permanen, karena tidak disadari oleh “pikiran sadar” yang
bersangkutan.
25

3. Tujuan Hipnoterapi
Tujuan dari hipnoterapi ini adalah untuk mengatasi masalah fisik
dan fisiologis seperti ketegangan otot, hipertensi, dan rasa nyeri yang
berlebihan dapat dibantu dengan hipnoterapi. Hipnoterapi dapat
membuat tubuh menjadi rileks dan mengurangi intensitas nyeri yang
berlebihan secara drastis.
BAB III

TINJAUAN KASUS

I. Data Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
Tabel 3.1 Hasil Anamnesis Pasien I dan II Post Op Appendicitis
Data Anamnesis Pasien 1 Pasien II
Nama Tn. A Tn. A
Jenis kelamin Laki-laki Laki-laki
Umur 31 Tahun 50 Tahun
Alamat Kp. Muhara Desa Cicadaeun Kp. Kopo Wetan Rt/Rw 02/06
Rt/Rw 009/002 Desa Sukataris Kecamatan
Karang Tengah
Status perkawinan Menikah Menikah
Pekerjaan Wiraswasta Wiraswasta
Pendidikan SMA SMA
Agama Islam Islam
Suku Sunda Sunda
Tanggal Masuk RS 07-11-2022 08-11-2022
Tanggal Pengkajian 08-11-2022 09-11-2022
Diagnosa medik Post Operasi Apendiktomi Post Operasi Apendiktomi
Keluhan Utama Nyeri pada area luka post Nyeri pada area luka post
operasi operasi
Riwayat Penyakit Saat pengkajian pasien Saat pengkajian pasien
Sekarang mengeluh nyeri di bagian mengeluh nyeri di bagian
luka operasi dengan nilai : luka operasi dengan nilai :
P : Saat banyak bergerak P : Meningkat saat banyak
Q : Seperti ditusuk-tusuk bergerak
R : Terpusat di bekas luka Q : Seperti di ditusuk-tusuk
operasi R : Berfokus pada daerah
S:5 luka bekas operasi
T : Nyeri hilang timbul S:4
T : Nyeri hilang timbul
Riwayat Penyakit Pasien mengatakan tidak Pasien mengatakan tidak
27

Dahulu ada penyakit sebelumnya ada menderita penyakit


sebelumnya
Riwayat Penyakit Pasien mengatakan tidak Pasien mengatakan
Keluarga ada yang memiliki penyakit Keluarga tidak ada yang
bawaan atau kelainan memiliki kelainan /
kecacatan dan menderita
suatu penyakit yang berat

Tabel 3.2 Hasil Pemeriksaan Fisik Pasien I dan II Post Op Appendicitis


Pemeriksaan Pasien 1 Pasien
II
Keadaan umum Sedang Sedang
Tampak terpasang infuse Tampak terpasang infuse
RL di tangan sebelah kiri RL di tangan sebelah kiri

Kesadaran Compos Mentis Compos Mentis


GCS : E4 M6 V5 GCS : E4 M6 V5
Tanda-tanda vital TD : 120/78 mmHg TD : 117/84 mmHg
Nadi : 78x/menit Nadi : 71x/menit
Suhu : 36 oC Suhu : 36, 3 oC
RR : 20x/menit RR : 22x/menit
Pemeriksaan Kepala Bentuk kepala pasien oval, Bentuk kepala pasien
a. Rambut tidak ditemukan adanya bulat, tidak ditemukan
penonjolan pada tulang adanya penonjolan pada
kepala pasien, kulit kepala tulang kepala pasien,
bersih, penyebaran rambut kulit kepala bersih,
merata, rambut warna hitam penyebaran rambut
merata, rambut warna
hitam
b. Mata Mata lengkap dan simetris Mata lengkap dan simetris
kanan dan kiri, tidak ada kanan dan kiri tidak ada
pembengkakan pada pembengkakan pada
kelopak mata, sclera putih, kelopak mata, sclera
konjungtiva anemia, putih, konjungtiva anemia,
palpebra tidak ada edema, palpebra tidak ada edema,
kornea jernih, reflek + pupil kornea jernih, reflek +
28

isokor pupil isokor


c. Hidung Tidak ada pernafasan cuping Tidak ada pernafasan
hidung, tidak ada secret atau cuping hidung, tidak ada
sumbatan pada lubang secret atau sumbatan pada
hidung, ketajaman lubang hidung, ketajaman
penciuman normal, dan tidak penciuman normal, dan
ada kelainan tidak ada kelainan
d. Rongga Mulut Bibir berwarna merah Bibir berwarna merah
muda, lidah berwarna merah muda, lidah berwarna
muda, mukosa lembab, merah muda, mukosa
tonsil tidak membesar lembab, tonsil tidak
Membesar
e. Telinga Telinga simetris kanan dan Telinga simetris kanan
kiri, ukuran sedang, kanalis dan kiri, ukuran sedang,
telinga bersih kanan dan kiri, kanalis telinga bersih
tidak ada benda asing dan kanan dan kiri, tidak ada
bersih pada lubang telinga benda asing dan bersih
pada lubang telinga
Pemeriksaan Leher Tidak ada lesi jaringan parut, Tidak ada lesi jaringan
tidak ada pembengkakan parut, tidak ada
kelenjar tiroid, Tidak teraba pembengkakan kelenjar
adanya massa di area leher, tiroid, Tidak teraba
tidak ada teraba pembesaran adanya massa di area
kelenjar tiroid, tidak ada leher, tidak ada teraba
teraba pembesaran kelenjar pembesaran kelenjar
limfe tiroid, tidak ada teraba
pembesaran kelenjar limfe
Sistem Kardiovaskuler TD: 120/78 mmHg TD: 117/84 mmHg
N: 78x/menit irama teratur N: 71x/menit irama teratur
dan teraba kuat, bunyi dan teraba kuat, bunyi
jantung normal lupdup. jantung normal lupdup,
Tidak ada nyeri dada CRT< tidak ada nyeri dada
2 detik CRT<2 detik
Sistem Pernapasan Tidak ada sesak, tidak ada Tidak ada sesak, tidak ada
29

batuk. Bentuk dada simetris, batuk. Bentuk dada


frekuensi 20x/menit, tidak simetris, frekuensi
ada pernafasan cuping 22x/menit, irama nafas
hidung, tidak ada otot bantu teratur, pola nafas normal,
nafas. suara perkusi sonor tidak ada pernafasan
Suara nafas vesikuler, suara cuping hidung, tidak ada
ucapan jelas, tidak ada suara otot bantu nafas. suara
nafas tambahan perkusi sonor Suara nafas
vesikuler, suara ucapan
jelas, tidak ada suara
nafas tambahan

Sistem Perkemihan Bersih, tidak ada keluhan Bersih, tidak ada keluhan
berkemih. Produksi urin berkemih. Produksi urin
900-1000 ml/hari, warna 900-1000 ml/hari, warna
kuning dan bau khas kuning dan bau khas
Sistem Pencernaan BB : 65 kg TB : 158 cm BB : 60 kg TB : 160 cm
dan Status Nutrisi IMT : 21 (kategori : IMT : 18,75 (kategori :
normal), normal), Saat dirumah,
Saat dirumah, pasien BAB pasien makan 3x sehari
1x sehari, nafsu makan baik dan BAB 1-2x sehari. Saat
dengan frekuensi 3x sehari, dilakukan pengkajian
porsi makan habis. Saat dirumah sakit pasien
dilakukan pengkajian belum ada BAB dan
dirumah sakit pasien belum belum diizinkan untuk
ada BAB dan belum makan
diizinkan untuk makan
Sistem Saraf Pupil bereaksi dengan Pupil bereaksi dengan
penlight. Pasien dapat penlight. Pasien dapat
menggerakan bola mata menggerakan bola mata
kesegala arah, otot kesegala arah, otot
mengunyah kuat, otot mengunyah kuat, otot
menelan kuat. Klien tidak menelan kuat. Klien tidak
menggunakan alat bantu menggunakan alat bantu
dengar maupun alat bantu dengar maupun alat bantu
30

melihat. Klien dapat melihat. Klien dapat


membedakan aroma, klien membedakan aroma, klien
dapat berbicara dengan jelas, dapat berbicara dengan
tingkat kesadaran CM (E=4, jelas, tingkat kesadaran
V=5, M=6) CM (E=4, V=5, M=6)
Abdomen I: Terdapat luka post I: Terdapat luka post
Operasi apendiktomi di perut operasi apendiktomi di
kanan bawah dengan perut kanan bawah
panjang kurang lebih 10 cm dengan panjang kurang
A: Bising usus 14x/menit lebih 10 cm
P: Ada nyeri tekan A: Bising usus
P: Tympani 15x/menit
P: Ada nyeri tekan
P: Tympani
Sistem Endokrin Tidak ada pembesaran pada Tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid, tidak terdapat pada kelenjar tiroid, tidak
pembesaran pada kelenjar terdapat pembesaran pada
getah bening bagian leher. kelenjar getah bening
Tidak terdapat hipoglikemia bagian leher. Tidak
dan hiperglikemia. Tidak terdapat hipoglikemia dan
terdapat riwayat luka hiperglikemia. Tidak
sebelumnya dan tidak terdapat riwayat luka
terdapat riwayat amputasi sebelumnya dan tidak
Sebelumnya terdapat riwayat amputasi
Sebelumnya
Aman dan nyaman Pasien mengatakan nyeri Pasien mengatakan nyeri
dibagian bekas luka operasi di bagian perut bekas
di perut kanan bawah dengan operasi dengan skala 4,
skala 5, seperti ditusuk-tusuk, seperti ditusuk-tusuk,
nyeri hilang timbul, nyeri nyeri hilang timbul, nyeri
terasa apabila bergerak terasa apabila bergerak
Aktifitas dan istirahat Pasien mengatakan semua Pasien mengatakan semua
aktivitasnya di rumah sakit aktivitasnya di rumah
dengan dibantu oleh sakit dibantu oleh
31

keluarganya dan pasien keluarganya dan pasien


mengatakan susah tidur mengatakan istirahatnya
karena merasakan nyeri terganggu karena
tertusuk-tusuk di daerah perut merasakan nyeri tertusuk-
sebelah kanan bawah tusuk di daerah perut
bekas operasi
Psikososial Pasien dapat berkomunikasi Pasien mengatakan dapat
dengan perawat maupun berkomunikasi dengan
orang lain sangat baik dan perawat maupun orang
lancar serta menjawab lain sangat baik dan lancar
pertanyaan yang diajukan serta menjawab
oleh perawat. Orang yang pertanyaan yang diajukan
paling dekat dengan pasien oleh perawat. Orang yang
adalah istrinya. Ekspresi paling dekat dengan
Klien terhadap penyakitnya pasien adalah istrinya.
yaitu tidak ada masalah. Ekspresi pasien pada
Pasien mengatakan interaksi penyakitnya tidak ada
dengan orang lain baik dan masalah. Pasien
tidak ada masalah. Reaksi mengatakan interaksi
saat interaksi dengan pasien dengan orang lain baik
kooperatif dan tidak ada dan tidak ada masalah.
gangguan konsep diri. Reaksi saat interaksi
dengan pasien kooperatif
dan tidak ada gangguan
konsep diri.
32

Komunikasi Saat di rumah sakit pasien Saat di rumah sakit pasien


berinteraksi dan mengatakan berinteraksi dan
berkomunikasi dengan baik, berkomunikasi sangat baik
pasien juga sering dengan perawat maupun
berinteraksi dengan pasien pasien lainnya dan mudah
yang lainnya dekat dengan orang yang baru
kenal
Seksual Pasien mengatakan tidak Pasien mengatakan tidak ada
nyaman di area kelamin keluhan dalam masalah
karena terpasang kateter reproduksi pada alat
urine kelaminnya
Nilai dan keyakinan Pasien mengatakan jika Pasien mengatakan tetap
mendekatkan diri pada mengejakan shalat 5 waktu
ALLAH SWT, maka dan mengatakan selalu
secepatnya akan diberikan berdoa untuk
kesembuhan dan akan sehat kesembuhannya
selalu
Belajar Pasien mengatakan dapat Pasien mengatakan dapat
informasi dari tenaga medis informasi dari pihak rumah
tentang penyakitnya sakit tentang penyakitnya

Tabel 3.3 Hasil Pemeriksaan Penunjang Pasien I dan II Post Op Appendicitis


Pemeriksaan Pasien 1 Pasien II
Penunjang
Laboratorium Pada tanggal 08 November Pada tanggal 09 November
2022 2022
Hematologi Lengkap Hematologi Lengkap
Hemoglobin : 13.1 g/dL Hemoglobin : 15.72 g/dL
(13.0 – 17.0) (13.0 – 17.0)
Leukosit : 13.25 Leukosit : 14.1
10^3/uL (4.00 -10.00) 10^3/uL (4000 -10000)
Eritrosit : 4.72 Eritrosit : 5.20
10^6/uL (4.50 – 6.20) 10^6/uL (4.50 – 6.20)
Hematokrit : 39 % Hematokrit : 35 %
33

(40.0 – 54.0) (40.0 – 54.0)


Trombosit : 369,000 10^3/uL Trombosit : 345,000 10^3/uL
(150000- 400000) (150000 - 400000)
Gula Darah Sewaktu : 94 Gula Darah Sewaktu : 98
mg/dl (60-180) mg/dl (60-180)

B. Masalah Keperawatan

Tabel 3.4 Hasil Analisa Data Pasien I Post Op Appendicitis


No Tgl/ Data Etiologi Masalah
Jam

1. 08 DS : Pasien mengeluh nyeri di Luka Post Op Nyeri Akut


November bagian luka operasi dengan nilai : ↓ (D.0077)
2022 P : Saat banyak bergerak
Merangsang
Q : Seperti ditusuk- tusuk
pengeluaran
R : Terpusat di bekas luka operasi
mediator kimia
S:5

T : Nyeri hilang timbul
Merangsang
DO : Klien tampak sesekali
ujung saraf
meringis
bebas
KU : Sedang, kesadaran Compos
mentis ↓
- TD : 120/78 mmhg
Medulla
- Nadi : 78x/menit
spinalis
- RR : 20x/menit

- Suhu : 36 oC
Talamus

Korteks serebri

Respon nyeri
34

Nyeri Akut

2. 08 DS : Klien mengatakan nyeri pada Luka post op Risiko infeksi


November luka jahitan ↓ (D.0142)
2022 DO : prosedur invasi
- Terdapat luka insisi post ↓
operasi di perut kanan Resiko infeksi
bawah

3. 08 DS : pasien mengatakan sulit Luka post Op Gangguan


November menggerakan ekstremitas ↓ mobilitas
2022 DO : Diskontinuitas fisik
Pasien tampak lemah tulang (D.0054)
Pasien tampak pergerakan terbatas

Perubahan
jaringan
sekitar

Nyeri

Gangguan
fungsi

Gangguan
mobilitas fisik
35

Tabel 3.5 Hasil Analisa Data Pasien II Post Op Appendicitis


No Tgl/ Data Etiologi Masalah
Jam

1. 09 DS : Pasien mengeluh nyeri di Luka Post Op Nyeri Akut


November bagian luka operasi dengan nilai: ↓ (D.0077)
2022 P : Meningkat saat banyak bergerak
Merangsang
Q : Seperti di tusuk-tusuk
pengeluaran
R : Berfokus pada daerah luka
mediator kimia
bekas operasi

S:4
T : Nyeri hilang timbul Merangsang
DO : Klien tampak sesekali ujung saraf
meringis bebas
KU : Sedang, kesadaran Compos

mentis
Medulla
- TD : 117/84 mmhg
spinalis
- Nadi : 71x/menit
- RR : 22x/menit ↓
- Suhu : 36, 3oC
Talamus

Korteks serebri

Respon nyeri

Nyeri Akut

2. 09 DS : Klien mengatakan nyeri pada Luka post op Risiko infeksi


November area luka jahitan ↓ (D.0142)
2022 DO : Terdapat luka insisi post prosedur invasi
operasi di perut kanan bawah ↓
36

Resiko infeksi

3. 09 DS: Luka post Op Gangguan


November - Pasien mengatakan hanya ↓ mobilitas
bisa berbaring dan tidak
2022 Diskontinuitas fisik
bisa melakukan aktifitas
karna nyeri pada area tulang (D.0054)
operasi

- Pasien mengatakan dalam
memenuhi kebutuhan dan Perubahan
aktivitas pasien dibantu
jaringan
oleh keluarganya
DO: sekitar
- Pasien tampak lemah ↓
- Pasien tampak pergerakan
Nyeri
terbatas

Gangguan
fungsi

Gangguan
mobilitas fisik

C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (Prosedur Operasi)
(D.0077)
2. Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasi (D.0142)
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri (D.0054)

Diagnosa keperawatan pasien I dan pasien II sama yaitu Nyeri akut


berhubungan dengan agen pencedera fisik (Prosedur Operasi ), Risiko infeksi
berhubungan dengan efek prosedur invasi dan Gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan nyeri.
37

D. Intervensi Keperawatan

Tabel 3.6 Intervensi Keperawatan Pasien I Post Op Apendisitis


No Hari/Tanggal Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
Keperawatan (SLKI) (SIKI)

1. Selasa 08 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen nyeri (I.8238)
November berhubungan selama 3x24 jam diharapkan tingkat nyeri Observasi :
2022 dengan agen (L.08066) menurun dengan Kriteria Hasil :
- Identifikasi lokasi, karakteristik,
pencedera fisik
No Indikator saat Saat target durasi,frekuensi, kualitas nyeri,
(Prosedur
di kaji dikaji intesitas nyeri dan skala nyeri
Operasi) (D.0077)
- Identifikasi respon nyeri non-
1. Keluhan Nyeri 2 5
verbal
menurun
- Identifikasi faktor yang
2. Meringis 2 5 memperberat dan memperingan
menurun nyeri

3 Sikap protektif 2 5 Terapeutik :

menurun - Berikan teknik non farmakologi


untuk mengurangi rasa nyeri
4 Gelisah 2 5
- Kontrol lingkungan yang
menurun
memperberat rasa nyeri
5 Frekuensi nadi 3 5 - Pertimbangkan jenis dan sumber
38

membaik nyeri dalam pemilihan strategi


meredakan nyeri

Edukasi

- Jelaskan penyebab, priode dan


pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Ajarkan teknik non farmakologi
untuk mengurangi nyeri seperti
hipnoterapi

Kolaborasi:

- Kolaborasi dalam pemberian


analgetik, jika perlu
39

Tabel 3.7 Intervensi Keperawatan Pasien II Post Op Apendisitis


No Hari/Tanggal Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
Keperawatan (SLKI) (SIKI)

1. Rabu 09 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen nyeri (I.8238)
November berhubungan selama 3x24 jam diharapkan tingkat nyeri Observasi :
2022 dengan agen (L.08066) menurun dengan Kriteria Hasil :
- Identifikasi lokasi, karakteristik,
pencedera fisik
No Indikator saat Saat target durasi,frekuensi, kualitas nyeri,
(Prosedur
di kaji dikaji intesitas nyeri dan skala nyeri
Operasi) (D.0077)
- Identifikasi respon nyeri non-
1. Keluhan Nyeri 2 5
verbal
menurun
- Identifikasi faktor yang
2. Meringis 2 5 memperberat dan memperingan
menurun nyeri

3 Sikap protektif 2 5 Terapeutik :

menurun - Berikan teknik non farmakologi


untuk mengurangi rasa nyeri
4 Gelisah 2 5
- Kontrol lingkungan yang
menurun
memperberat rasa nyeri
5 Frekuensi nadi 3 5 - Pertimbangkan jenis dan sumber
membaik nyeri dalam pemilihan strategi
40

meredakan nyeri

Edukasi

- Jelaskan penyebab, priode dan


pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan
nyeri
- Ajarkan teknik non farmakologi
untuk mengurangi nyeri seperti
hipnoterapi

Kolaborasi:

- Kolaborasi dalam pemberian


analgetik, jika perlu

E. Implementasi Keperawatan

Tabel 3.8 Implementasi Keperawatan Pasien I Post Op Apendisitis


41

No Hari/Tgl/jam No Implementasi Respon TTD


Diagnosa

1. Selasa 08 1 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi DS :


November frekuensi, kualitas nyeri, intensitas nyeri dan - Pasien mengatakan nyeri di bagian
2022 skala nyeri luka operasi di perut kanan bawah
Dines Pagi 2. Mengidentifikasi respon nyeri non-verbal dengan skala nyeri 5
Jam 07:00 3. Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan - Pasien mengatakan nyeri
Sampai jam memperingan nyeri meningkat saat banyak bergerak
14:00 WIB 4. Memberikan teknik non farmakologis untuk - Pasien mengatakan nyeri seperti
mengurangi rasa nyeri terusuk- tusuk.
5. Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa - Pasien mengatakan nyeri dirasa
nyeri hilang timbul
6. Mempertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam DO :
pemilihan strategi meredakan nyeri - Pasien tampak gelisah
7. Menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu - Pasien tampak meringis
nyeri - TD : 120/78 mmHg
8. Menjelaskan strategi meredakan nyeri - Nadi : 78x/menit
9. Mengajarkan teknik non farmakologis untuk - Suhu : 36,8 ⁰C
mengurangi rasa nyeri seperti hipnoterapi - RR : 20x/menit
2. Rabu 09 1 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi DS :
November frekuensi, kulaitas nyeri, intensitas nyeri dan - Pasien mengatakan nyeri masih di
rasakan di bagian luka operasi di perut
42

2022 skala nyeri kanan bawah


Dines Pagi 2. Mengidentifikasi respon nyeri non-verbal - Pasien mengatakan nyeri tidak
Jam 07:00 3. Memberikan teknik non farmakologis untuk seberat kemarin, dengan skala
Sampai jam mengurangi rasa nyeri seperti hipnoterapi nyeri 3
14:00 WIB 4. Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa - Pasien mengatakan nyeri masih
nyeri seperti terusuk-tusuk
- Pasien mengatakan nyeri masih
hilang timbul
DO :
- Klien tampak masih sesekali
meringis
- TD : 121/80 mmHg
- Nadi : 78x/menit
- Suhu : 36,8 ⁰C
- RR : 20x/menit

3. Kamis 1 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi DS:


November frekuensi, kulaitas nyeri, intensitas nyeri dan - Pasien mengatakan nyeri jauh
2022 skala nyeri berkurang skala nyeri 1
2. Mengidentifikasi respon nyeri non-verbal - Pasien mengatkan nyeri sudah jarang
43

Dines Siang 3. Memberikan teknik non farmakologis untuk timbul


Jam 14:00 mengurangi rasa nyeri seperti hipnoterapi - Pasien mengatakan jauh lebih nyaman
Sampai jam dan bisa beristirahat dengan nyaman
20:00 WIB DO:
- Pasien nampak lebih nyaman
- Pasien sudah tidak ada meringis lagi
- TD : 120/80 mmHg
- Nadi : 74x/menit
- RR : 20x/menit
- Suhu : 36,5 ⁰C

Tabel 3.9 Implementasi Keperawatan Pasien II Post Op Apendisitis


No Hari/Tgl/jam No Implementasi Respon TTD
Diagnosa
44

1. Rabu 09 1 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi DS :


November frekuensi, kualitas nyeri, intensitas nyeri dan - Pasien mengatakan nyeri di bagian
2022 skala nyeri luka operasi di perut bagian tengah
Dines Pagi 2. Mengidentifikasi respon nyeri non-verbal dengan skala nyeri 4
Jam 07:00 3. Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan - Pasien mengatakan nyeri
Sampai jam memperingan nyeri meningkat saat banyak bergerak
14:00 WIB 4. Memberikan teknik non farmakologis untuk - Pasien mengatakan nyeri seperti di
mengurangi rasa nyeri tusuk-tusuk
5. Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa - Pasien mengatakan nyeri dirasa
nyeri hilang timbul
6. Mempertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam DO :
pemilihan strategi meredakan nyeri - Pasien tampak gelisah
7. Menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu - Pasien tampak sesekali meringis
nyeri - TD : 117/84 mmHg
8. Menjelaskan strategi meredakan nyeri - Nadi : 71x/menit
9. Mengajarkan teknik non farmakologis untuk - Suhu : 36,3 ⁰C
mengurangi rasa nyeri seperti hipnoterapi - RR : 22x/menit

2. Kamis 10 1 a. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi DS :


November frekuensi, kulaitas nyeri, intensitas nyeri dan - Pasien mengatakan masih nyeri di
2022 skala nyeri bagian luka operasi namun tidak
b. Mengidentifikasi respon nyeri non-verbal seperti kemarin skala nyeri 2 namun
45

Dines Siang c. Memberikan teknik non farmakologis untuk masih dirasa mengganggu
Jam 14:00 mengurangi rasa nyeri seperti hipnoterapi - Pasien mengatakan nyeri meningkat
Sampai jam d. Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa saat banyak bergerak
20:00 WIB nyeri - Pasien mengatakan nyeri masih
seperti di tusuk-tusuk
- Pasien mengatakan nyeri sudah
jarang muncul
DO :
- Klien tampak masih sesekali meringis
- TD : 110/70 mmHg
- Nadi : 74x/menit
- Suhu : 36,8 ⁰C
- RR : 22x/menit

3. Jumat 1 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi DS:


November frekuensi, kulaitas nyeri, intensitas nyeri dan - Pasien mengatakan nyeri sudah sangat
2022 skala nyeri jauh berkurang skala nyeri 0
Dines Siang 2. Mengidentifikasi respon nyeri non-verbal - Pasien mengatkan nyeri sudah jarang
3. Memberikan teknik non farmakologis untuk timbul
46

Jam 14:00 mengurangi rasa nyeri seperti hipnoterapi - Pasien mengatakan jauh lebih nyaman
Sampai jam dan bisa beristirahat dengan nyaman
20:00 WIB DO:
- KU : Baik, kesadaran compos mentis
- Pasien sudah tidak meringis lagi
- TD : 120/80 mmHg
- Nadi : 78x/menit
- RR : 20x/menit
- Suhu : 36,2 ⁰C
47

F. Evaluasi

Tabel 3.10 Evaluasi Keperawatan Pasien I Post Op Apendisitis


Lembar evaluasi

Hari/Tgl/ No. Dx Evaluasi (SOAP) TTD


Waktu

Selasa 08 1. S :
November 2022 - Keluhan nyeri meningkat di bagian luka operasi,
Dines Pagi skala 5, seperti ditusuk-tusuk dan nyeri hilang
Jam 14.00 WIB timbul
O:
- Pasien masih tampak meringis
- Sikap protektif meningkat
- Pasien terlihat gelisah
- Frekuensi nadi belum membaik
A:
No Indikator saat Saat Saat Target
di kaji dikaji ini

1. Keluhan Nyeri 2 3 5
menurun

2. Meringis 2 3 5
menurun

3 Sikap protektif 2 3 5
menurun

4 Gelisah 2 3 5
menurun

5 Frekuensi nadi 3 3 5
membaik
48

P : Intervensi dilanjutkan
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi
frekuensi, kulaitas nyeri, intensitas nyeri dan
skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri non-verbal.
- Berikan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri seperti hipnoterapi
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri
Rabu 09 1. S :
November 2022 - Keluhan nyeri menurun (skala 3)
Dines Pagi O:
Jam 14.00 WIB - Pasien masih sesekali meringis
- Frekuensi nadi membaik
- Sikap protektif meningkat
A:
No Indikator saat Saat Saat Target
di kaji dikaji ini

1. Keluhan Nyeri 3 4 5
menurun

2. Meringis 3 4 5
menurun

3 Sikap protektif 3 4 5
menurun

4 Gelisah 3 4 5
menurun

5 Frekuensi nadi 3 4 5
membaik
49

P : Intervensi dilanjutkan
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi
frekuensi, kulaitas nyeri, intensitas nyeri dan
skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri non-verbal.
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri seperti hipnoterapi
Kamis 10 1. S :
November 2022 - Keluhan nyeri menurun (skala 1)
Dines Siang O:
Jam 20.00 WIB - Meringis menurun
- Sikap protektif menurun
- Gelisah menurun
- Frekuensi nadi membaik
A:
No Indikator saat Saat Saat Target
di kaji dikaji ini

1. Keluhan Nyeri 4 5 5
menurun

2. Meringis 4 5 5
menurun

3 Sikap protektif 4 5 5
menurun

4 Gelisah 4 5 5
menurun

5 Frekuensi nadi 4 5 5
membaik
50

P : Intervensi dihentikan (Pasien pulang)

Tabel 3.11 Evaluasi Keperawatan Pasien II Post Op Apendisitis


Lembar evaluasi

Hari/Tgl/ No. Dx Evaluasi (SOAP) TTD


Waktu

Rabu 09 1. S :
November 2022 - Keluhan nyeri meningkat di bagian luka operasi,
Dines Pagi skala 4, seperti ditusuk-tusuk dan nyeri hilang
Jam 14.00 WIB timbul
O:
- Keluhan meringis meningkat
- Sikap protektif meningkat
- Gelisah meningkat
- Frekuensi nadi belum membaik
A:
No Indikator saat Saat Saat Target
di kaji dikaji ini

1. Keluhan Nyeri 2 3 5
menurun
51

2. Meringis 2 3 5
menurun

3 Sikap protektif 2 3 5
menurun

4 Gelisah 2 3 5
menurun

5 Frekuensi nadi 3 3 5
membaik

P : Intervensi dilanjutkan
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi
frekuensi, kulaitas nyeri, intensitas nyeri dan
skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri non-verbal.
- Berikan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri seperti hipnoterapi
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri
Kamis 10 1. S :
November 2022 - Keluhan nyeri menurun (skala 2)
Dines Siang O:
Jam 20.00 WIB - Keluhan meringis meningkat
- Frekuensi nadi membaik
- Sikap protektif meningkat
- Gelisah menurun
A:
No Indikator saat Saat Saat Target
di kaji dikaji ini

1. Keluhan Nyeri 3 4 5
52

menurun

2. Meringis 3 4 5
menurun

3 Sikap protektif 3 4 5
menurun

4 Gelisah 3 4 5
menurun

5 Frekuensi nadi 3 4 5
membaik

P : Intervensi dilanjutkan
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi
frekuensi, kulaitas nyeri, intensitas nyeri dan
skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri non-verbal.
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri seperti hipnoterapi
Jumat 11 1. S :
November 2022 - Keluhan nyeri menurun (skala 0)
Dines Siang O:
Jam 20.00 WIB - Meringis menurun
- Sikap protektif menurun
- Gelisah menurun
- Frekuensi nadi membaik
A:
No Indikator saat Saat Saat Target
di kaji dikaji ini

1. Keluhan Nyeri 4 5 5
53

menurun

2. Meringis 4 5 5
menurun

3 Sikap protektif 4 5 5
menurun

4 Gelisah 4 5 5
menurun

5 Frekuensi nadi 4 5 5
membaik

P : Intervensi dihentikan (Pasien pulang)


BAB IV

ANALISIS KASUS

A. Profil Lahan Praktik


Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Dr. Hafiz (RSDH) Cianjur yang
terletak di Jl. Pramuka No. 15, Bojong, Kecamatan, Karang tengah,
Kabupaten Cianjur. Rumah Sakit Dr. Hafiz ini di buka pada tanggal 22
Oktober 2014. Rumah Sakit Dr. Hafiz berada dibawah naungan PT. Hz & J
Medika. Rumah Sakit Dr. Hafiz mempunyai motto "We Serve for a Better
Health" Kami Melayani untuk Kesehatan yang Lebih Baik. Rumah Sakit Dr.
Hafiz memiliki keunggulan SDM yang berkualitas tinggi dengan
bergabungnya dokter-dokter yang sangat berkompeten di bidangnya, tenaga
medis serta karyawan yang terlatih dan berorientasi pada patient safety.
Didukung oleh tenaga-tenaga profesional yang ahli di bidangnya masing-
masing. Rumah Sakit Dr. Hafiz Cianjur memiliki pelayanan unggulan
diantaranya Geriatri, Skin & Beauty Center dan Bedah Plastik. Rumah Sakit
Dr. Hafiz bekerja sama dengan perusahaan asuransi, Rumah Sakit lain untuk
rujukan di Jakarta dan Bandung serta Rumah Sakit di Malaysia, Singapore,
Thailand, Korea, Taiwan dan China.
Peneliti menjalani untuk karya ilmiah ners di Gedung Utama Lantai 3
dengan kekhususan penyakit dalam yang terdiri dari 4 ruang kelas I dewasa, 6
ruang kelas II dewasa, 1 ruang kelas III dewasa pria dan 1 ruang kelas III
dewasa wanita.
Selain itu, peneliti juga ditempatkan di Gedung Kencana Lantai 3 dengan
kekhususan pasien pre dan post operasi (Rawat bedah) yang terdiri dari kelas
VIP, Kelas I, Kelas II dan Kelas III.

B. Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep terkait


Peneliti memberikan asuhan keperawatan kepada 2 pasien. Pasien ke I
dan pasien ke II sama-sama dengan diagnosa medis post operasi apendiktomi.
Dari hasil pengkajian didapatkan bahwa pada pasien 1 dilakukan pada hari
Selasa 08 November 2022 dan pasien 2 dilakukan pada hari Rabu 09
November 2022. Pasien 1 berusia 31 tahun dan pasien 2 berusia 50 tahun,
55

terdapat kesamaan pada keluhan pasien 1 dan 2 yaitu nyeri di bagian luka
operasi. Tindakan pembedahan dapat menimbulkan berbagai masalah
keperawatan salah satunya nyeri. Nyeri akut pasca bedah dapat disebabkan
oleh luka operasi (Sjamsuhidajat, 2015). Adapun diagnosa keperawatan pada
pasien 1 dan pasien 2 yang sesuai dengan teori antara lain yaitu : Nyeri akut
Menurut PPNI (2017) Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau
emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional,
dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat
yang berlangsung kurang dari tiga bulan. Pada pasien 1 diagnosa nyeri akut
berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi). Saat pengkajian
didapatkan data subjektif dan data objektif yaitu pasien mengeluh nyeri
dibagian luka operasi di perut kanan bawah Post-op appendiktomi dengan
skala nyeri 5, Pada pasien 2 diagnosa nyeri akut juga berhubungan dengan
agen pencedera fisik (Prosedur operasi). Saat pengkajian didapatkan data
subjektif dan data objektif yaitu pasien mengeluh nyeri di bagian luka operasi
di perut Post-op apendiktomi dengan skala 4. Hidayat (2020) menjelaskan
dalam penelitiannya bahwa pada kasus post-operatif masalah nyeri akut
timbul dikarenakan proses operasi yang menyebabkan rusaknya jaringan kulit
sehingga mengakibatkan rangsangan nyeri.

C. Analisis Intervensi Keperawatan dengan Konsep dan Penelitian Terkait


Berdasarkan hasil intervensi yang dilakukan pada kedua pasien untuk
mengetahui apakah ada hubungan antara pemberian metode hipnoterapi untuk
mengurangi skala nyeri pada pasien post op apendisitis, hasil intervensi yang
diberikan pada kedua pasien mendapatkan hasil bahwa :
Pada pasien pertama yaitu Tn. A mengalami penurunan skala nyeri dari
yang awalnya skala nyeri 5 setelah diberikan intervensi pemberian metode
Hipnoterapi selama 3x24 jam menurun menjadi skala nyeri 1, sedangkan pada
pasien Tn. A mengalami penurunan skala nyeri dari yang awalnya skala nyeri
4 setelah diberikan intervensi pemberian metode hipnoterapi selama 3x24 jam
menurun menjadi skala nyeri 0.
56

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Iwan


Samsugito dkk (2021) yang meneliti tentang efek hipnosis dalam mengurangi
nyeri luka akut pasca operasi. Dari hasil penelitian dapat diperoleh nilai mean
intensitas nyeri sebelum dihipnosis 6,31 dan setelah di hipnosis turun menjadi
1,69 serta nilai P value sebesar 0,000 berarti kurang dari nilai α 0,005 maka
dapat dinyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan hipnosis dalam
penurunan nyeri akut pasca operasi (5).
Salah satu teknik relaksasi nonfarmakologi dan terapi yang dapat
dilakukan di Indonesia adalah Hipnoterapi, karena dengan melakukan teknik
hipnoterapi dapat menghasilkan rasa nyaman sehingga rasa nyaman tersebut
dapat merangsang hormon endorfin yang dapat menekan rasa nyeri
seseorang. Pikiran sadar bisa mengandung semua unsur dari proses yang
secara tradisional disebut sebagai “fenomena trans”. Kunci dari hypnosis
adalah adanya kekuatan sugesti atau keyakinan terhadap sesuatu hal yang
positif yang muncul berdasarkan pada konsep dalam pikiran, sehingga akan
memberikan energi positif bagi suatu tindakan yang dilakukan.
Saat pemberian hypnoterapi, pasien dibimbing untuk melakukan
imajinasi sehingga mempengaruhi kerja otak, gelombang otak terdiri dari
gelombang beta yaitu gelombang otak yang paling umum dan frekuensinya
paling tinggi dimana kondisi kerja otak dalam keadaan sadar untuk menjaga
pikiran tetap terfokus kemudian menjadi gelombang alpha yaitu gelombang
otak yang frekuensinya sedikit lebih lambat dibanding beta dimana kondisi
kerja otak rileks dan santai, alfa merupakan jembatan penghubung antara
pikiran sadar dan bawah sadar, sedangkan theta yaitu gelombang otak yang
dihasilkan oleh pikiran bawah sadar dan terjadi pada saat seseorang
mengalami keadaan sangat rileks atau sangat mengantuk, pada kondisi
peralihan gelombang otak tersebut akan menghasilkan tubuh menjadi rileks
sehingga dapat melancarkan volume darah dan oksigenasi ke otak dan
menghasilkan hormon endorfin yang dapat menghambat impuls nyeri
sehingga seseorang menjadi rileks.
57

Efek relaksasi hipnoterapi langsung terlihat pada saat pasien sedang


dalam keadaan kondisi trance yang dalam yaitu responden terlihat santai,
tenang dan rileks, bahkan ada beberapa pasien tampak tertidur selama terapi
hipnosis dan dapat mengikuti sesi terapi sampai selesai dengan penuh
konsentrasi. Saat dalam kondisi rileks, perhatian pasien terhadap nyeri
teralihkan sehingga persepsi nyeri dan respon terhadap nyeri berubah, nyeri
yang dirasakan menurun sampai dengan hilang. Tidak ada efek negatif yang
merugikan pasien. Hampir semua mengatakan suasana hati menjadi lebih
nyaman, tenang dan rileks. Kajian inti dari hipnosis adalah berpijak pada
asumsi dasar bahwa mind control dapat dicoba diterapkan dalam kegiatan
intervensi pembedahan jaringan.
Hal inilah yang disebut hypnoanesthesia. Keberhasilan menerapkan
metode metode hipnoterapi dalam mengurangi bahkan menghilangkan rasa
nyeri (hypnoanesthesi), penggunaan metode ini mengakibatkan berkurangnya
bahkan menghilangkan rasa nyeri yang di alami tubuh manusia sebagai
respon terhadap suatu trauma ataupun adanya intervensi terhadap jaringan.
Penelitian Ginandes, membuktikan hipnoterapi juga bisa digunakan untuk
meredakan nyeri, melancarkan pernapasan, serta mengatasi gangguan
pencernaan. Dengan hipnoterapi, dapat meningkatkan kadar endorphin dalam
tubuh. Endorphin adalah hormon yang dihasilkan tubuh pada saat rileks atau
tenang. Hal tersebut dapat digunakan untuk mengurangi rasa nyeri (5).

D. Implikasi Asuhan Keperawatan Pada Klien


Berdasarkan hasil penelitian terdapat implikasi terhadap asuhan
keperawatan yaitu metode hipnoterapi harus diterapkan sebagai terapi non
farmakologis untuk menurunkan skala nyeri sesuai dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh peneliti.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan pada pasien
I dan pasien II. Pada pasien post operasi appendisitis di Ruang Gardenia
Rumah Sakit Dr. Hafiz Cianjur. Peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Pengkajian
Saat pengkajian pasien I mengeluh nyeri di bagian luka operasi
dengan nilai: P : Saat banyak bergerak, Q : Seperti ditusuk- tusuk, R :
Terpusat di bekas luka operasi, S : 5, T : Nyeri hilang timbul dan
pasien II mengeluh nyeri di bagian luka operasi dengan nilai: P :
Meningkat saat banyak bergerak, Q : Seperti di ditusuk-tusuk, R :
Berfokus pada daerah luka bekas operasi, S : 4, T : Nyeri hilang timbul.
2. Diagnosa keperawatan
Dalam menegakan diagnosa keperawatan didasarkan pada masalah
yang muncul, pada diagnosa keperawatan kedua pasien mempunyai
kesamaan 3 diagnosa keperawatan yaitu:
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (Prosedur
Operasi)
2) Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasi
3) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
Diagnosa yang di prioritaskan pada pasien I dan pasien II yaitu:
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur
operasi).
3. Intervensi Keperawatan
Rencana asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien I dan
pasien II dengan terapi non farmakologis yaitu pemberian metode
hipnoterapi.
4. Implementasi keperawatan
Dalam melakukan implementasi yang dilakukan pada pasien I dan
pasien II dengan kasus apendisitis tidak ditemukan kesulitan,

57
59

implementasi memberikan terapi non farmakologis yaitu pemberian


metode hipnoterapi. Setelah dilakukan pemberian metode hipnoterapi
pada kedua pasien didapatkan hasil:
1) Pada Tn. A setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam, analisis implementasi pemberian metode hipnoterapi untuk
mengurangi skala nyeri pada pasien post operasi apendiktomi
didapatkan hasil pada hari pertama pemberian metode hipnoterapi
skala nyeri 5, pada hari kedua pemberian metode hipnoterapi skala
nyeri 3 dan pada hari terakhir yaitu hari ke 3 pemberian metode
hipnoterapi didapatkan hasil skala nyeri 1.
2) Sedangkan pada Tn. A setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam, analisis implementasi pemberian metode
hipnoterapi untuk mengurangi skala nyeri pada pasien post operasi
apendiktomi didapatkan hasil pada hari pertama pemberian metode
hipnoterapi skala nyeri 4, pada hari kedua pemberian metode
hipnoterapi skala nyeri 2 dan pada hari terakhir yaitu hari ke 3
pemberian metode hipnoterapi didapatkan hasil skala nyeri 0.
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi yang dilakukan pada pasien I dan II dengan kasus post
operasi apendiktomi dengan diagnosa keperawatan Nyeri akut
berhubungan dengan agen pencedera fisik (Prosedur Operasi). Hasil
evaluasi yang dilakukan oleh peneliti pada pasien I dari skala nyeri 5
menjadi skala nyeri 1 dan pasien II dari skala nyeri 4 menjadi skala
nyeri 0 dari hasil perawatan selama 3 hari menunjukan bahwa masalah
yang dialami pada kedua pasien teratasi sepenuhnya.

B. Saran
1. Bagi pasien post operasi appendisitis
Dapat memberikan pengetahuan dan keterampilan pada pasien dan
keluarga untuk cara penanganan pada pasien post operasi apendiktomi
dengan metode non farmakologis pemberian hipnoterapi untuk
mengurangi skala nyeri pada pasien.
60

2. Bagi Profesi Keperawatan


Sebaiknya intervensi hipnoterapi dapat dijadikan suatu intervensi
untuk meningkatkan pengetahuan tentang post operasi appendisitis dan
prosedur penangan yang efektif dan juga diharapkan perawat dalam
melakukan asuhan keperawatan khususnya pada klien post operasi
appendisitis melakukan asuhan keperawatan dengan pemantau lebih
intensif.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Karya ilmiah ners ini diharapkan dapat dijadikan sebagai literatur
bagi institusi dan menjadi referensi bagi mahasisiwa sebagai bahan bacaan
di perpustakaan dan dijadikan sebagai referensi dalam membuat karya
ilmiah akhir ners untuk penulis selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sabrilina Diyah Aprilliani DSR. Asuhan Keperawatan Pasien Post Op


Apendisitis Dalam Pemenuhan Kebutuhan Aman Dan Nyaman. Lit Rev.
2022.

2. World Health Organization. Kejadian Apendisitis Di Dunia. Kesehatan.


2018.

3. Hera Tania J RDS. Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap


Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operatif Appendictomy. J Kesehat. 2021.

4. SDKI TPDP. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Vol. Vol. III.


2017.

5. Iwan Samsugito, Muhammad Aminuddin, Rita Puspasari DN. Efek


Hipnosis Dalam Mengurangi Nyeri Luka Akut Pasca Operasi. J Kesehat.
2021.

6. Pramesti MA. Asuhan Keperawatan Pada Klien Post Operasi Apendiktomi


Dengan Nyeri Akut Atas Indikasi Apendiksitis Di Ruang Bedah 3A RSUD
Dokter Soekardjo Tasikmalays. 2019.

7. Sari WA. Asuhan Keperawatan Pada Klien Post Operasi Apendiktomi


Dengan Nyeri Akut Di Ruang Melati Lantai Iv RSUD Dr Soekardjo
Tasikmalaya. 2020.

8. Asnawi. Asuhan Keperawatan Post Operasi Apendiktomi Pada Ny. P Di


Ruang Mawar Blud Rumah Sakit Kona We Selatan. 2018.

9. Setiawan W. Penerapan Teknik Relaksasi Benson Untuk Menurunkan


Intensitas Nyeri Pada Ny N Dengan Post Appendiktomi Di Wilayah Kerja
Dipuskesmas Muaro Bungo 1. 2019.

10. Pulungan MA. Pengaruh Teknik Relaksasi Napas Dalam Terhadap


Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi Apendisitis. RSUD
Sekarwangi. Lit Rev. 2021.

11. SDKI TPDP. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. 2016;Edisi 1.

60
62

12. Rahmawati L. Penerapan Teknik Relaksasi Nafas Dalam Pada Pasien Post
Operasi Apendiktomi Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Rasa
Aman Nyaman Di RSUD SLEMAN. 2018.

13. Hanifah E. Asuhan Keperawatan Pada Klien Post Operasi Apendiktomi


Dengan Masalah Nyeri Akut. 2019.

14. Damanik M. Pengaruh hypnotherapy terhadap tingkat rasa nyeri pada ibu
post sectio caesarea di rumah sakit sembiring deli tua. 2017.
63

Lampiran 1

Lampiran Jadwal Kegiatan

Bulan

Kegiatan November Maret

1 2 3 4 1 2 3

Pengajuan Judul

Format Pengerjaan

ACC Sidang

Sidang
64

Lampiran 2

Log Book Karya Ilmiah Ners

Nama Mahasiswa : Yuspia Lestari


Npm : 18210100132
Nama Dosen Pembimbing : Ns. Asep Solihat, S.Kep., M.Kep
No. Tanggal Lokasi Hasil Paraf Dosen Paraf
Pembimbing Mahasiswa
1. 12 Oktober 2022 Offline Diskusi Pedoman
Karya Ilmiah Ners
2. 07 November 2022 Online Mengajukan Judul
dan Acc Judul
3. 23 Januari 2023 Offline Bimbingan Bab I-V

4. 26 Februari 2023 Offline Bimbingan Bab I-V


dan Revisi
5 04 Maret 2023 Online Acc Sidang Karya
Ilmiah Ners
6 09 Maret 2023 Online Sidang Karya Ilmiah
Ners
7 14 Maret 2023 Online Revisi Karya Ilmiah
Ners Bab I-V
8 15 Maret 2023 Online Acc Karya Ilmiah
Ners

Lampiran 3
65

Lembar Permohonan Menjadi Responden

Kepada Yth
Calon Responden Penelitian
Di Tempat

Dengan Hormat,
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Yuspia Lestari
NPM : 18210100132

Adalah mahasiswa di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia


Maju (UIMA), mohon bantuan Bapak/Ibu/Saudara/-i untuk kesediaannya untuk
dilakukan penelitian terkait :
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST OPERASI
APENDIKTOMI DENGAN METODE HIPNOTERAPI UNTUK
MENGURANGI SKALA NYERI DI RUANG GARDENIA RUMAH SAKIT
DR HAFIZ CIANJUR TAHUN 2022.
Dengan ini saya memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik
informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah
dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu
yang akan dilaporkan pada hasil riset. Atas bantuan dan kerjasamanya, saya
ucapkan terima kasih.

Jakarta, November 2022


Responden

(....................)
66

Lampiran 4
Informed Consent
(Lembar Persetujuan Menjadi Responden)

Yang bertanda tangan dibawah ini,


Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Status Keluarga :
Alamat :

Saya bersedia atau tidak bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian yang
berjudul ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST OPERASI
APENDIKTOMI DENGAN METODE HIPNOTERAPI UNTUK
MENGURANGI SKALA NYERI DI RUANG GARDENIA RUMAH SAKIT
DR HAFIZ CIANJUR TAHUN 2022.

Demikian pernyataan ini saya buat tanpa ada unsur paksaan dari pihak lain.

Jakarta, November 2022

Responden

Anda mungkin juga menyukai