Anda di halaman 1dari 50

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

ASKEP PPOK (PENYAKIT PERNAFASAN OBSTRUKSI


KRONIK)

KELOMPOK 6
SRIMUTIA RAHAYU 1210105081

SISILIA INTAN JUITA 12101050

SRI RAHAYU FATMA DEWINDA 1210105082

INDRA FERI 1210105059

TIKA FAITUR RAHMI 1210105091

FITRA DELA 11101050

Dosen :

Ns. Zuriati, M. Kep, CBWT

S1 KEPERAWATAN

VB

STIKes ALIFAH PADANG

2014/2015
KATA PENGANTAR

Dengan rasa syukur ke Hadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan kita
kesehatan, sehingga kelompok kami bisa menyelesaiakan makalah ini. Makalah ini disusun
untuk memenuhi mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II dengan judul “Asuhan
Keperawatan PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronik)”

Semoga makalah yang kami susun ini berguna dan bermanfaat bagi yang membacanya ,
kritik dan saran sangat kami harapkan dari pembaca.

Padang,November 2014

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang ............................................................................ 1


2. Rumusan Masalah ........................................................................ 2
3. Tujuan Penulisan .......................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian PPOK (Penyakit Pernafasan Obstruksi Kronik)……. 3


B. Klasifikasi ………………………………………………………. 3
1. Bronkitis Kronis……………………………………………….. 4
2. Emfisema ……………………………………………………… 5
3. Asma Bronkial…………………………………………………. 6
C. Etiologi………………………………………………………… 7
D. Patofisiologi……………………………………………………. 7
E. Pemeriksaan Penunjang………………………………………… 9
F. Komplikasi……………………………………………………… 10
G. Penatalaksanaan………………………………………………… 11

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS PPOK

A. Pengkajian……………………………………………………… 14
B. Diagnosa Keperawatan…………………………………………. 18
C. Intervensi Keperawatan………………………………………… 25
D. Implementasi…………………………………………………… 25
E. Evaluasi…………………………………………………………. 26
BAB IV LAPORAN KASUS PPOK 27

BAB V PENUTUP

1. Kesimpulan ................................................................................... 45
2. Saran ............................................................................................. 45
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 46

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

PPOK/PPOM/COPD (Cronic Obstruction Pulmonary Disease) merupakan istilah yang


sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh
peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya (Price,
Sylvia Anderson : 2005).PPOK atau penyakit paru obstruksi kronik adalah suatu penyakit yang
merujuk pada sejumlah gangguan yang mempengaruhi pergerakan udara dari dan keluar Paru.
Gangguan yang paling sering adalah Bronkhitis Obstruktif, Emphysema dan Asthma Bronkial.
(Suraditya, 2009).
Pemakaian istilah penyakit obstruktif kronik (CPOD) menunjukkan dua gangguan yang
secara umum terjadi bersamaan− bronkitis kronik dan emfisema.Walaupun asma bronkial
termasuk dalam bagian ini karena komponen asma seringkali terdapat dua gangguan
tersebut,namun asma biasanya dibicarakan sebagai penyakit tersendiri karena dapat timbul
sendiri.
COPD adalah penyebab kematian keempat di Amerika Serikat.Merokok sigaret adalah
faktor risiko yang paling penting.COPD kira-kira dua kali lebih sering terjadi pada laki-laki
daripada perempuan,namun angka kejadian pada perempuan cepat meningkat karena kebiasaaan
merokok.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa menjelang tahun 2020
prevalensi PPOK akan meningkat sehingga sebagai penyebab penyakit tersering peringkatnya
meningkat dari ke-12 menjadi ke-5 dan sebagai penyebab kematian tersering peringkatnya
jugameningkat dari ke-6 menjadi ke-3. Di Eropa, tingkat kejadian PPOK tertinggi terdapat
pada negara-negara Eropa Barat sepert Inggris dan Prancis, dan paling rendah pada negara-
negara Eropa Selatan seperti Italia. Negara Asia Timur seperti Jepang dan China memiliki
kejadian terendah PPOK, dengan jarak antara angka kejadian terendah dan tertinggi mencapai
empat kali lipat.
Pada 12 negara Asia Pasifik, WHO menyatakan angka prevalensi PPOK sedang-berat
pada usia 30 tahun keatas, dengan tingkat sebesar 6,3%, dimana Hongkong dan Singapura
dengan angka prevalensi terkecil yaitu 3,5% dan Vietnam sebesar 6,7%. Indonesia sendiri
belumlah memiliki data pasti mengenai PPOK ini sendiri, hanya Survei Kesehatan Rumah
Tangga Depkes RI 1992 menyebutkan bahwa PPOK bersama-sama dengan asma bronchial
menduduki peringkat ke-6 dari penyebab kematian terbanyak di Indonesia.
Makalah ini akan membahas Asuhan Keperawatan dari PPOK (Penyakit Pernafasan
Obstruksi Kronik) beserta klasifikasi penyakit yang termasuk PPOK itu secara singkat dan padat
yang di ringkas berdasarkan referensi buku kesehatan yang membahas tentang PPOK secara
lengkap.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas ,maka penulis mengambil rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Apa itu PPOK (Penyakit pernafasan Obstruksi Kronik)?
2. Bagaimana dengan klasifikasi dari PPOK?
3. Apa Saja Etiologi PPOK secara umum?
4. Bagaimana dengan patofisiologi dan WOC dari PPOK?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang PPOK?
6. Bagaimana dengan penatalaksanaan PPOK?
7. Bagaimana Format Askep Teoritis PPOK?
8. Bagaimana contok kasus PPOK?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari makalah ini yaitu :
1. Mengetahui pengertian PPOK.
2. Memahami klasifikasi dari PPOK.
3. Mengetahui dan memahami apa saja etiologi secara umumdari PPOK.
4. Memahami patofisiologi dan WOC dari PPOK.
5. Mengetahui pemeriksaan penunjang dari PPOK.
6. Mengetahui penatalaksanaan PPOK.
7. Memahami format Askep teoritis PPOK.
8. Dapat mengaplikasi format askep PPOK ke dalam kasus.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian PPOK (Penyakit Pernafasan Obstruksi Kronik)

PPOK merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-
paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara
sebagai gambaran patofisiologi utamanya. Ketiga penyakit yang membentuk satu kesatuan yang
dikenal dengan COPD adalah : Bronchitis kronis, emfisema paru-paru dan asthma bronkial (S
Meltzer, 2001).

Gangguan paru umum didiskusikan sebelumnya adalah potensial penyebab yang tak
pulih kembali dari gangguan pernafasan ,tetapi banyak penyakit menyebabkan PPOK,yaitu
meliputi Bronkitis kronik,emfisema,asma bronkial,dan bronkoekstasis.Hal penting utama untuk
tim kesehatan adalah kenyataan bahwa PPOK adalah penyebab utama dan umun dari kegagalan
pernafasan.

B. KLASIFIKASI

Penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit paru obstruksi kronik adalah sebagai berikut:
Gambar 2. Bronkitis kronik dan Emfisema

1. Bronkitis Kronis

a. Definisi

Bronchitis Kronis merupakan gangguan klinis yang ditandai dengan pembentukan mucus
yang berlebihan dalam bronkus dan termanifestasikan dalam bentuk batuk kronis dan pembentuk
sputum selama 3 bulan dalam setahun, paling sedikit 2 tahun berturut – turut (Bruner &
Suddarth, 2002).

b. Etiologi

Terdapat 3 jenis penyebab bronkitis yaitu:


1) Infeksi : stafilokokus, sterptokokus, Pneumokokus spp., Haemophilus influenzae.
2) Alergi
3) Rangsang : misal asap pabrik, asap mobil, asap rokok dll
c. Manifestasi klinis
1) Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mukus pada bronchi besar, yang mana akan
meningkatkan produksi mukus.
2) Mukus lebih kental
3) Kerusakan fungsi cilliary sehingga menurunkan mekanisme pembersihan mukus. Oleh
karena itu, "mucocilliary defence" dari paru mengalami kerusakan dan meningkatkan
kecenderungan untuk terserang infeksi. Ketika infeksi timbul, kelenjar mukus akan menjadi
hipertropi dan hiperplasia sehingga produksi mukus akan meningkat.
4) Dinding bronchial meradang dan menebal (seringkali sampai dua kali ketebalan normal)
dan mengganggu aliran udara. Mukus kental ini bersama-sama dengan produksi mukus yang
banyakakan menghambat beberapa aliran udara kecil dan mempersempit saluran udara besar.
Bronchitis kronis mula-mula mempengaruhi hanya pada bronchus besar, tetapi biasanya seluruh
saluran nafas akan terkena.
5) Mukus yang kental dan pembesaran bronchus akan mengobstruksi jalan nafas, terutama
selama ekspirasi. Jalan nafas mengalami kollaps, dan udara terperangkap pada bagian distal dari
paru-paru. Obstruksi ini menyebabkan penurunan ventilasi alveolar, hypoxia dan asidosis.
6) Klien mengalami kekurangan oksigen jaringan ; ratio ventilasi perfusi abnormal timbul,
dimana terjadi penurunan PaO2. Kerusakan ventilasi dapat juga meningkatkan nilai PaCO2.
7) Klien terlihat cyanosis. Sebagai kompensasi dari hipoxemia, maka terjadi polisitemia
(overproduksi eritrosit). Pada saat penyakit memberat, diproduksi sejumlah sputum yang hitam,
biasanya karena infeksi pulmonary.
8) Selama infeksi klien mengalami reduksi pada FEV dengan peningkatan pada RV dan FRC.
Jika masalah tersebut tidak ditanggulangi, hypoxemia akan timbul yang akhirnya menuju
penyakit cor pulmonal dan CHF.
2. Emfisema

a. Definisi
Perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai pelebaran dinding alveolus, duktus
alveolaris dan destruksi dinding alveolar (Bruner & Suddarth, 2002).
Emfisema diklasifikasikan sebagai :
 Panlobular (panasinar) : ditandai dengan destruksi bronkiole pernafasan,duktus
alveolar,dan alveoli ;spasium udara di dalam lobules lebih atau kurang membesar
,dengan sedikit penyakit inflasi.Sering disebut sebagai “pink puffer”’.
 Sentrilobular (sentriasinar) : menyebabkan kelainan patologis dalam
bronkiolus,menghasilkan hipoksia kronis,hiperkapnea,positemia, dan episode
gagal jantung sebelah kanan.Seringkali disebut “blue bloater” .
b. Etiologi
1) Faktor tidak diketahui
2) Predisposisi genetik
3) Merokok
4) Polusi udara

c. Manifestasi klinis
1) Dispnea
2) Takipnea
3) Inspeksi : barrel chest, penggunaan otot bantu pernapasan
4) Perkusi : hiperresonan, penurunan fremitus pada seluruh bidang paru
5) Auskultasi bunyi napas : krekles, ronchi, perpanjangan ekspirasi
6) Hipoksemia
7) Hiperkapnia
8) Anoreksia
9) Penurunan BB
10) Kelemahan

3. Asma Bronkial

a. Definisi
Suatu penyakit yang ditandai dengan tanggap reaksi yang meningkat dari trachea dan
bronkus terhadap berbagai macam rangsangan dengan manifestasi berupa kesukaran bernafas
yang disebabkan oleh peyempitan yang menyeluruh dari saluran nafas (Bruner & Suddarth,
2002).
b. Etiologi
1) Alergen (debu, bulu binatang, kulit, dll)
2) Infeksi saluran nafas
3) Stress
4) Olahraga (kegiatan jasmani berat)
5) Obat-obatan
6) Polusi udara
7) Lingkungan kerja
8) Lain-lain (iklim, bahan pengawet)
c. Manifestasi Klinis
1) Dispnea
2) Permulaan serangan terdapat sensasi kontriksi dada (dada terasa berat),
3) wheezing,
4) batuk non produktif
5) takikardi
6) takipnea

C. ETIOLOGI
Secara keseluruhan penyebab terjadinya PPOK tergantung dari jumlah partikel gas
yang dihirup oleh seorang individu selama hidupnya. Partikel gas ini termasuk :
1. asap rokok
a. perokok aktif
b. perokok pasif
2. polusi udara
a. polusi di dalam ruangan- asap rokok - asap kompor
b. polusi di luar ruangan- gas buang kendaraan bermotor- debu jalanan
3. polusi di tempat kerja (bahan kimia, zat iritasi, gas beracun)
a. infeksi saluran nafas bawah berulang

D. PATOFISIOLOGI
Saluran napas dan paru berfungsi untuk proses respirasi yaitu pengambilan oksigen untuk
keperluan metabolisme dan pengeluaran karbondioksida dan air sebagai hasil metabolisme.
Proses ini terdiri dari tiga tahap, yaitu ventilasi, difusi dan perfusi. Ventilasi adalah proses masuk
dan keluarnya udara dari dalam paru. Difusi adalah peristiwa pertukaran gas antara alveolus dan
pembuluh darah, sedangkan perfusi adalah distribusi darah yang sudah teroksigenasi. Gangguan
ventilasi terdiri dari gangguan restriksi yaitu gangguan pengembangan paru serta gangguan
obstruksi berupa perlambatan aliran udara di saluran napas. Parameter yang sering dipakai untuk
melihat gangguan restriksi adalah kapasitas vital (KV), sedangkan untuk gangguan obstruksi
digunakan parameter volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1), dan rasio volume ekspirasi
paksa detik pertama terhadap kapasitas vital paksa (VEP1/KVP) (Sherwood, 2001).
Faktor risiko utama dari PPOK adalah merokok. Komponen-komponen asap rokok
merangsang perubahan pada sel-sel penghasil mukus bronkus. Selain itu, silia yang melapisi
bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan-perubahan pada
sel-sel penghasil mukus dan silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan
menyebabkan penumpukan mukus kental dalam jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari saluran
napas. Mukus berfungsi sebagai tempat persemaian mikroorganisme penyebab infeksi dan
menjadi sangat purulen. Timbul peradangan yang menyebabkan edema jaringan. Proses ventilasi
terutama ekspirasi terhambat. Timbul hiperkapnia akibat dari ekspirasi yang memanjang dan
sulit dilakukan akibat mukus yang kental dan adanya peradangan (GOLD, 2009).
Komponen-komponen asap rokok juga merangsang terjadinya peradangan kronik pada
paru.Mediator-mediator peradangan secara progresif merusak struktur-struktur penunjang di
paru. Akibat hilangnya elastisitas saluran udara dan kolapsnya alveolus, maka ventilasi
berkurang. Saluran udara kolaps terutama pada ekspirasi karena ekspirasi normal terjadi akibat
pengempisan (recoil) paru secara pasif setelah inspirasi. Dengan demikian, apabila tidak
terjadi recoil pasif, maka udara akan terperangkap di dalam paru dan saluran udara kolaps
(GOLD, 2009).
Berbeda dengan asma yang memiliki sel inflamasi predominan berupa eosinofil,
komposisi seluler pada inflamasi saluran napas pada PPOK predominan dimediasi oleh
neutrofil. Asap rokok menginduksi makrofag untuk melepaskan Neutrophil Chemotactic
Factors dan elastase, yang tidak diimbangi dengan antiprotease, sehingga terjadi kerusakan
jaringan (Kamangar, 2010). Selama eksaserbasi akut, terjadi perburukan pertukaran gas dengan
adanya ketidakseimbangan ventilasi perfusi. Kelainan ventilasi berhubungan dengan adanya
inflamasi jalan napas, edema, bronkokonstriksi, dan hipersekresi mukus.Kelainan perfusi
berhubungan dengan konstriksi hipoksik pada arteriol (Chojnowski, 2003).
Gambar 3. Patofosiologi PPOK

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan radiologi
a. Pada bronchitis kronik secara radiologis ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1) Tubular shadows atau farm lines terlihat bayangan garis-garis yang parallel, keluar
dari hilus menuju apeks paru. Bayangan tersebut adalah bayangan bronkus yang menebal.
2) Corak paru yang bertambah
b. Pada emfisema paru terdapat 2 bentuk kelainan foto dada yaitu:
1) Gambaran defisiensi arteri, terjadi overinflasi, pulmonary oligoemia dan
bula. Keadaan ini lebih sering terdapat pada emfisema panlobular dan pink puffer.
2) Corakan paru yang bertambah.
3) Pemeriksaan faal paru
Pada bronchitis kronik terdapat VEP1 dan KV yang menurun, VR yang bertambah dan
KTP yang normal. Pada emfisema paru terdapat penurunan VEP1, KV, dan KAEM (kecepatan
arum ekspirasi maksimal) atau MEFR (maximal expiratory flow rate), kenaikan KRF dan VR,
sedangkan KTP bertambah atau normal. Keadaan diatas lebih jelas pada stadium lanjut, sedang
pada stadium dini perubahan hanya pada saluran napas kecil (small airways). Pada emfisema
kapasitas difusi menurun karena permukaan alveoli untuk difusi berkurang.
2. Analisis gas darah
Pada bronchitis PaCO2 naik, saturasi hemoglobin menurun, timbul sianosis, terjadi
vasokonstriksi vaskuler paru dan penambahan eritropoesis. Hipoksia yang kronik merangsang
pembentukan eritropoetin sehingga menimbulkan polisitemia. Pada kondisi umur 55-60 tahun
polisitemia menyebabkan jantung kanan harus bekerja lebih berat dan merupakan salah satu
penyebab payah jantung kanan.
3. Pemeriksaan EKG
Kelainan yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung. Bila sudah terdapat kor
pulmonal terdapat deviasi aksis kekanan dan P pulmonal pada hantaran II, III, dan aVF. Voltase
QRS rendah Di V1 rasio R/S lebih dari 1 dan V6 rasio R/S kurang dari 1. Sering terdapat RBBB
inkomplet.
4. Kultur sputum, untuk mengetahui petogen penyebab infeksi.
5. Laboratorium darah lengkap
F. KOMPLIKASI
1. Hipoxemia
Hipoxemia didefinisikan sebagai penurunan nilai PaO2 kurang dari 55 mmHg, dengan nilai
saturasi Oksigen <85%. Pada awalnya klien akan mengalami perubahan mood, penurunan
konsentrasi dan pelupa. Pada tahap lanjut timbul cyanosis.
2. Asidosis Respiratory
Timbul akibat dari peningkatan nilai PaCO2 (hiperkapnia). Tanda yang muncul
antara lain : nyeri kepala, fatique, lethargi, dizzines, tachipnea.
3. Infeksi Respiratory
Infeksi pernafasan akut disebabkan karena peningkatan produksi mukus, peningkatan
rangsangan otot polos bronchial dan edema mukosa. Terbatasnya aliran
udara akan meningkatkan kerja nafas dan timbulnya dyspnea.
4. Gagal jantung
Terutama kor-pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit paru), harus diobservasi
terutama pada klien dengan dyspnea berat. Komplikasi ini sering kali berhubungan dengan
bronchitis kronis, tetapi klien dengan emfisema berat juga dapat mengalami masalah ini.
5. Cardiac Disritmia
Timbul akibat dari hipoxemia, penyakit jantung lain, efek obat atau asidosis respiratory.
6. Status Asmatikus
Merupakan komplikasi mayor yang berhubungan dengan asthma bronchial. Penyakit ini
sangat berat, potensial mengancam kehidupan dan seringkali tidak berespon terhadap therapi
yang biasa diberikan.Penggunaan otot bantu pernafasan dan distensi vena leher seringkali
terlihat.
G. PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan PPOK adalah:
1. Memeperbaiki kemampuan penderita mengatasi gejala tidak hanya pada fase akut,
tetapi juga fase kronik.
2. Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan aktivitas harian.
3. Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila penyakitnya dapat dideteksi lebih
awal.
Penatalaksanaan PPOK pada usia lanjut adalah sebagai berikut:
1. Meniadakan faktor etiologi/presipitasi, misalnya segera menghentikan merokok,
menghindari polusi udara.
2. Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara.
3. Memberantas infeksi dengan antimikroba. Apabila tidak ada infeksi antimikroba
tidak perlu diberikan. Pemberian antimikroba harus tepat sesuai dengan kuman penyebab infeksi
yaitu sesuai hasil uji sensitivitas atau pengobatan empirik.
4. Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator. Penggunaan
kortikosteroid untuk mengatasi proses inflamasi (bronkospasme) masih kontroversial.
5. Pengobatan simtomatik.
6. Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul.
7. Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan. Oksigen harus diberikan dengan aliran
lambat 1 - 2 liter/menit.
Tindakan rehabilitasi yang meliputi:
1. Fisioterapi, terutama bertujuan untuk membantu pengeluaran secret bronkus.
2. Latihan pernapasan, untuk melatih penderita agar bisa melakukan pernapasan yang
paling efektif.
3. Latihan dengan beban oalh raga tertentu, dengan tujuan untuk memulihkan
kesegaran jasmani.
4. Vocational guidance, yaitu usaha yang dilakukan terhadap penderita dapat kembali
mengerjakan pekerjaan semula
Pathogenesis Penatalaksanaan (Medis)
1. Pencegahan : Mencegah kebiasaan merokok, infeksi, dan polusi udara
2. Terapi eksaserbasi akut di lakukan dengan :
a. Antibiotik, karena eksaserbasi akut biasanya disertai infeksi Infeksi ini umumnya disebabkan
oleh H. Influenza dan S. Pneumonia, maka digunakan ampisilin 4 x 0.25-0.56/hari atau
eritromisin 4×0.56/hari Augmentin (amoksilin dan asam klavulanat) dapat diberikan jika kuman
penyebab infeksinya adalah H. Influenza dan B. Cacarhalis yang memproduksi B. Laktamase
Pemberiam antibiotik seperti kotrimaksasol, amoksisilin, atau doksisiklin pada pasien yang
mengalami eksaserbasi akut terbukti mempercepat penyembuhan dan membantu mempercepat
kenaikan peak flow rate. Namun hanya dalam 7-10 hari selama periode eksaserbasi. Bila terdapat
infeksi sekunder atau tanda-tanda pneumonia, maka dianjurkan antibiotik yang kuat.
b. Terapi oksigen diberikan jika terdapat kegagalan pernapasan karena hiperkapnia dan
berkurangnya sensitivitas terhadap CO2
c. Fisioterapi membantu pasien untuk mengelurakan sputum dengan baik.
d. Bronkodilator, untuk mengatasi obstruksi jalan napas, termasuk di dalamnya golongan
adrenergik b dan anti kolinergik. Pada pasien dapat diberikan salbutamol 5 mg dan atau
ipratopium bromida 250 mg diberikan tiap 6 jam dengan nebulizer atau aminofilin 0,25 - 0,56 IV
secara perlahan.
3. Terapi jangka panjang di lakukan :
a. Antibiotik untuk kemoterapi preventif jangka panjang, ampisilin 4×0,25-0,5/hari dapat
menurunkan kejadian eksaserbasi akut.
b. Bronkodilator, tergantung tingkat reversibilitas obstruksi saluran napas tiap pasien maka
sebelum pemberian obat ini dibutuhkan pemeriksaan obyektif dari fungsi faal paru.
c. Fisioterapi
4. Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi aktivitas fisik
5. Mukolitik dan ekspektoran
6. Terapi oksigen jangka panjang bagi pasien yang mengalami gagal napas tipe II dengan
PaO2 (7,3Pa (55 MMHg)
Rehabilitasi, pasien cenderung menemui kesulitan bekerja, merasa sendiri dan terisolasi, untuk
itu perlu kegiatan sosialisasi agar terhindar dari depresi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS PPOK

A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan dengan melakukan anamnesis pada pasien. Data-data yang
dikumpulkan atau dikaji meliputi :
1. Identitas Pasien
Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah,
agama, suku bangsa, status perkawinan, pendidikan terakhir, nomor registrasi, pekerjaan pasien,
dan nama penanggungjawab.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari pertolongan
atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien dengan Penyakit Paru Obstriksi Kronik
(PPOK) didapatkan keluhan berupa sesak nafas.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dengan PPOK biasanya akan diawali dengan adanya tanda-tanda seperti batuk,
sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat badan menurun dan sebagainya. Perlu
juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk
menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhannya tersebut.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


Perlu ditanyakan apakah sebelumnya pasien pernah masuk RS dengan keluhan yang
sama.

d. Riwayat Penyakit Keluarga


Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit yang
sama.

Riwayat Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta
bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya.
3. Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual

1. Aktivitas dan Istirahat


Gejala :
· Keletihan, kelelahan, malaise,
· Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit bernafas
· Ketidakmampian untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi
· Dispnea pasa saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan
Tanda :
· Keletihan
· Gelisah, insomnia
· Kelemahan umum/kehilangan massa otot
2. Sirkulasi
Gejala :Pembengkakan pada ekstremitas bawah
Tanda :
· Peningkatan tekanan darah
· Peningkatan frekuensi jantung
· Distensi vena leher
· Edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit jantung
· Bunyi jantung redup (yang berhubungan dengan peningkatan diameterAPdada)
· Warna kulit/membrane mukosa : normal/abu-abu/sianosis; kuku tabuh dansianosis perifer
· Pucat dapat menunjukkan anemia.
3. Integritas Ego
Gejala :
· Peningkatan factor resiko
· Perubahan pola hidup
Tanda :
· Ansietas, ketakutan, peka rangsang
4. Makanan/ cairan
Gejala :
· Mual/muntah
· Nafsu makan buruk/anoreksia (emfisema)
· ketidakmampuan untuk makankarena distress pernafasan
· penurunan berat badan menetap (emfisema), peningkatan berat badan menunjukkan
edema (bronchitis)
Tanda :
· Turgor kulit buruk
· Edema dependen
· Berkeringat
5. Hyigene
Gejala :
- Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan
aktivitassehari-hari
Tanda :
· Kebersihan buruk, bau badan
6. Pernafasan
Gejala :
· Nafas pendek (timbul tersembunyi dengan dispnea sebagai gejala menonjol pada
emfisema) khususnya pada kerja; cuaca atau episode berulangnyasulit nafas (asma); rasa dada
tertekan,m ketidakmampuan untuk bernafas(asma)
· Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari (terutama pada saat bangun) selama
minimum 3 bulan berturut-turut tiap tahun sedikitnya 2tahun. Produksi sputum (hijau, puith, atau
kuning) dapat banyak sekali(bronchitis kronis)
· Episode batuk hilang timbul, biasanya tidak produksi pada tahap dinimeskipun dapat
menjadi produktif (emfisema)
· Riwayat pneumonia berulang, terpajan pada polusi kimia/iritan pernafasandalam jangka
panjang (mis. Rokok sigaret) atau debu/asap (mis.asbes, debu batubara, rami katun, serbuk
gergaji
· Penggunaan oksigen pada malam hari secara terus-menerus.
Tanda :
· Pernafasan : biasanya cepat,dapat lambat; fase ekspresi memanjangdengan mendengkur,
nafas bibir (emfisema)
· Penggunaaan otot bantu pernafasan, mis. Meninggikan bahu, melebarkan hidung.
· Dada: gerakan diafragma minimal.
· Bunyi nafas : mungkin redup dengan ekspirasi mengi (emfisema);menyebar, lembut atau
krekels lembab kasar (bronchitis); ronki, mengisepanjang area paru pada ekspirasi dan
kemungkinan selama inspirasi berlanjut sampai penurunan atau tidak adanya bunyi nafas (asma)
· Perkusi : Hiperesonan pada area paru (mis. Jebakan udara denganemfisema); bunyi pekak
pada area paru (mis. Konsolidasi, cairan, mukosa)
· Kesulitan bicara kalimat atau lebih dari 4 atau 5 kata sekaligus.
· Warna : pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku; abbu-abukeseluruhan; warna merah
(bronchitis kronis, “biru mengembung”). Pasiendengan emfisema sedang sering disebut “pink
puffer” karena warna kulitnormal meskipun pertukaran gas tak normal dan frekuensi
pernafasancepat.
· Tabuh pada jari-jari (emfisema)
7. Keamanan
Gejala :
· Riwayat reaksi alergi atau sensitive terhadap zat/faktor lingkungan
· Adanya/berulang infeksi
· Kemerahan/berkeringat (asma)
8. Seksualitas
Gejala :
· penurunan libido
9. Interaksi Sosial
Gejala :
· Hubungan ketergantungan Kurang sistem penndukung
· Kegagalan dukungan dari/terhadap pasangan/orang dekat
· Penyakit lama atau ketidakmampuan membaik
Tanda :
· Ketidakmampuan untuk membuat//mempertahankan suara karena distress pernafasan
· Keterbatasan mobilitas fisik
· Kelalaian hubungan dengan anggota kelurga lain
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan bronkokontriksi, peningkatan
produksi sputum, batuk tidak efektif, kelelahan/berkurangnya tenaga dan infeksi
bronkopulmonal.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan napas pendek, mukus, bronkokontriksi
dan iritan jalan napas.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksamaan ventilasi perfusi
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dengan
kebutuhan oksigen.
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dispnea,
kelamahan, efek samping obat, produksi sputum dan anoreksia, mual muntah.
6. Kurang perawatan diri berhubungan dengan keletihan sekunder akibat peningkatan
upaya pernapasan dan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.

C. RENCANA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA NOC NIC
KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan napas NOC : 1. Beri pasien 6


tidak efektif b.d sampai 8 gelas
 Respiratory status :
bronkokontriksi, cairan/hari kecuali
Ventilation
peningkatan produksi  Respiratory status : terdapat kor pulmonal.
sputum, batuk tidak Airway patency
2. Ajarkan dan
efektif,  Aspiration Control
berikan dorongan
kelelahan/berkurangnya
Kriteria Hasil : penggunaan teknik
tenaga dan infeksi
pernapasan diafragmatik
bronkopulmonal.  Mendemonstrasikan
dan batuk.
batuk efektif dan suara
nafas yang bersih, tidak 3. Bantu dalam
ada sianosis dan pemberian tindakan
dyspneu (mampu nebuliser, inhaler dosis
mengeluarkan sputum, terukur
mampu bernafas dengan
4. Lakukan drainage
mudah, tidak ada pursed
postural dengan perkusi
lips)
dan vibrasi pada pagi hari
 Menunjukkan jalan
dan malam hari sesuai
nafas yang paten (klien
yang diharuskan.
tidak merasa tercekik,
irama nafas, frekuensi 5. Instruksikan pasien

pernafasan dalam untuk menghindari iritan

rentang normal, tidak seperti asap rokok,

ada suara nafas aerosol, suhu yang

abnormal) ekstrim, dan asap.

 Mampu 6. Ajarkan tentang


mengidentifikasikan dan tanda-tanda dini infeksi
mencegah factor yang yang harus dilaporkan
dapat menghambat jalan pada dokter dengan
nafas segera: peningkatan
sputum, perubahan warna
sputum, kekentalan
sputum, peningkatan
napas pendek, rasa sesak
didada, keletihan.

7. Berikan antibiotik
sesuai yang diharuskan.

8. Berikan dorongan
pada pasien untuk
melakukan imunisasi
terhadap influenzae dan
streptococcus
pneumoniae.

2. Pola napas tidak NOC : 1. Ajarkan klien


efektifberhubungan latihan bernapas
 Respiratory status :
dengan napas pendek, diafragmatik dan
Ventilation
mukus, bronkokontriksi pernapasan bibir
 Respiratory status :
dan iritan jalan napas dirapatkan.
Airway patency
 2. Berikan dorongan

 Vital sign Status untuk menyelingi


aktivitas dengan periode
Kriteria Hasil :
istirahat.

 Mendemonstrasikan 3. Biarkan pasien


batuk efektif dan suara membuat keputusan
nafas yang bersih, tidak tentang perawatannya
ada sianosis dan dyspneu berdasarkan tingkat
(mampu mengeluarkan toleransi pasien.
sputum, mampu bernafas
dengan mudah, tidak ada 4. Berikan dorongan

pursed lips) penggunaan latihan otot-

 Menunjukkan jalan nafas otot pernapasan jika


yang paten (klien tidak diharuskan.
merasa tercekik, irama
nafas, frekuensi
pernafasan dalam
rentang normal, tidak
ada suara nafas
abnormal)
 Tanda Tanda vital
dalam rentang normal
(tekanan darah (sistole
110-130mmHg dan
diastole 70-90mmHg),
nad (60-100x/menit)i,
pernafasan (18-
24x/menit))

3. Gangguan pertukaran  Respiratory status : 1. Deteksi


gasberhubungan dengan Ventilation bronkospasme
ketidaksamaan ventilasi saatauskultasi .
Kriteria Hasil :
perfusi
2. Pantau klien
 Frkuensi nafas normal
terhadap dispnea dan
(16-24x/menit)
hipoksia.
 Itmia
 Tidak terdapat disritmia 3. Berikan obat-obatan

 Melaporkan penurunan bronkodialtor dan


dyspnea kortikosteroid dengan

 Menunjukkan perbaikan tepat dan waspada

dalam laju aliran kemungkinan efek

ekspirasi sampingnya.

4. Berikan terapi
aerosol sebelum waktu
makan, untuk membantu
mengencerkan sekresi
sehingga ventilasi paru
mengalami perbaikan.

5. Pantau pemberian
oksigen

4. Intoleransi NOC : 1. Kaji respon


aktivitasberhubungan individu terhadap
 Energy conservation
dengan aktivitas; nadi, tekanan
 Self Care : ADLs
ketidakseimbangan antara darah, pernapasan
suplai dengan kebutuhan Kriteria Hasil :
2. Ukur tanda-tanda
oksigen
 Berpartisipasi dalam vital segera setelah
aktivitas fisik tanpa aktivitas, istirahatkan
disertai peningkatan klien selama 3 menit
tekanan darah, nadi dan kemudian ukur lagi
RR tanda-tanda vital.
 Mampu melakukan
3. Dukung pasien
aktivitas sehari hari
dalam menegakkan
(ADLs) secara mandiri
latihan teratur dengan
menggunakan treadmill
dan exercycle, berjalan
atau latihan lainnya yang
sesuai, seperti berjalan
perlahan.

4. Kaji tingkat fungsi


pasien yang terakhir dan
kembangkan rencana
latihan berdasarkan pada
status fungsi dasar.

5. Sarankan konsultasi
dengan ahli terapi fisik
untuk menentukan
program latihan spesifik
terhadap kemampuan
pasien.

6. Sediakan oksigen
sebagaiman diperlukan
sebelum dan selama
menjalankan aktivitas
untuk berjaga-jaga.

7. Tingkatkan
aktivitas secara bertahap;
klien yang sedang atau
tirah baring lama mulai
melakukan rentang gerak
sedikitnya 2 kali sehari.

8. Tingkatkan
toleransi terhadap
aktivitas dengan
mendorong klien
melakukan aktivitas lebih
lambat, atau waktu yang
lebih singkat, dengan
istirahat yang lebih
banyak atau dengan
banyak bantuan.
9. Secara bertahap
tingkatkan toleransi
latihan dengan
meningkatkan waktu
diluar tempat tidur
sampai 15 menit tiap hari
sebanyak 3 kali sehari.

5. Perubahan nutrisi kurang NOC : 1. Kaji kebiasaan diet,


dari kebutuhan masukan makanan saat
 Nutritional Status : food
tubuhberhubungan ini. Catat derajat
and Fluid Intake
dengan dispnea, kesulitan makan.
kelamahan, efek samping Kriteria Hasil : Evaluasi berat badan dan
obat, produksi sputum ukuran tubuh.
 Adanya peningkatan
dan anoreksia, mual
berat badan sesuai 2. Auskultasi bunyi
muntah.
dengan tujuan usus
 Berat badan ideal
3. Berikan perawatan
sesuai dengan tinggi
oral sering, buang sekret.
badan
 Mampu 4. Dorong periode

mengidentifikasi istirahat I jam sebelum

kebutuhan nutrisi dan sesudah makan.

 Tidak ada tanda tanda 5. Pesankan diet


malnutrisi lunak, porsi kecil sering,
 Tidak terjadi penurunan tidak perlu dikunyah
berat badan yang berarti lama.

6. Hindari makanan
yang diperkirakan dapat
menghasilkan gas.
7. Timbang berat
badan tiap hari sesuai
indikasi.

6. Kurang perawatan diri NOC : 1. Ajarkan


berhubungan dengan mengkoordinasikan
keletihan sekunder akibat  Self care : Activity of pernapasan diafragmatik
peningkatan upaya Daily Living (ADLs) dengan aktivitas seperti
pernapasan dan insufisiensi berjalan, mandi,
Kriteria Hasil :
ventilasi dan oksigenasi membungkuk, atau menaiki
 Klien terbebas dari bau tangga
badan
2. Dorong klien untuk
 Menyatakan kenyamanan
mandi, berpakaian, dan
terhadap kemampuan
berjalan dalam jarak dekat,
untuk melakukan ADLs
istirahat sesuai kebutuhan
 Dapat melakukan ADLS
untuk menghindari
dengan bantuan
keletihan dan dispnea
berlebihan. Bahas tindakan
penghematan energi.

3. Ajarkan tentang
postural drainage bila
memungkinkan.

D. IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat terhadap
pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan rencana keperawatan
diantaranya :
Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi ; ketrampilan
interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang
tepat, keamanan fisik dan psikologis klien dilindungi serta dokumentasi intervensi dan respon
pasien.
Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari rencana intervensi
yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan perawatan yang muncul pada pasien
(Budianna Keliat, 1994,4).
E. EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana evaluasi adalah
kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan anggota
tim kesehatan lainnya, Kriteria dalam menentukan tercapainya suatu tujuan, pasien.
Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan
tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang (US. Midar H, dkk,
1989).
BAB IV
LAPORAN KASUS PPOK
Kasus :
Tn. J datang ke RS Dr. M jamil pada tanggal 17 oktober 2014 ,pasien mengeluh dadanya sesak
dan akhirnya di opname ,keluhan bertambah parah dan tidak kunjung sembuh walau keluarga
sudah membawa pasien kedokter dan sudah berlangsung sejak 29 september 2014 yang lalu
,istrinya mengatakan pasien memiliki riwayat hipertensi tetapi tidak pernah kontrol rutin ke
rumah sakit,sejak muda pasien sering merokok dan pernah diopname pada tahun 2012 karena
pembesaran prostate.Dokter mendiagnosa bahwa pasien mengalami PPOK (Penyakit Obstruksi
Kronik).Melalui Pemeriksaan didapatkan S: 36,P: 80 x/menit,N: 32x/menit,TD: 150/90 mmHg.
A. PENGKAJIAN
 Anamnesa
1. Identitas Pasien
Nama : Tn J
Agama : Islam
Jenis kelamin : Laki-laki
Status marital : Menikah
Pendidikan : Tamat SMA
Pekerjaan : Dagang
Asuransi : Tidak
Suku bangsa : Sunda
Alamat : Padang Marapalam
Tanggal masuk : 17/10/2014
Tanggal pengkajian : 21/10/2014
No Register : 478941
Diagnosa medis : PPOK
2. Identitas Penanggung jawab
Nama penanggung : Ny A
Hubungan dengan pasien : Istri
Alamat : Padang Marapalam
No.Telp :-
Nomor Kartu Identitas :-
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : PNS
2.1.2 Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama
Pasien mengatakan dada terasa sesak dan batuk.
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan sesak nafas dan batuk-batuk tapi riak sulit keluar mulai tanggal 29
September 2014 keluhan bertambah parah dan tidak kunjung sembuh walau keluarga sudah
membawa pasien kedokter. Sesak yang dirasakan pasien tidak berkurang bila untuk istirahat dan
keluhan sesak meningkat pada malam hari disertai batuk-batuk tapi bila tidur dengan posisi
duduk keluhan agak berkurang.
3. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan punya riwayat hipertensi tapi tidak pengobatan rutin dan pernah
diopname pada tahun 2012 di RS Dr. M. Jamil karena pembesaran prostate hingga dokter
menyarankan untuk rencana operasi tapi pasien menolak dan menunda operasi hingga sekarang.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan riwayat keluarganya ada yang menderita penyakit hipertensi dan asma.
Genogram

X X X

Tn. J Ny.
A
Keterangan :
: Laki-laki

: Perempuan

: Keturunan (Anak Tn. J dan Ny. A)

X : Meninggal :

: Tinggal serumah

5. Riwayat sosiokultural
Pasien mengatakan beragama islam dan rajin sholat waktu mudanya dulu, saat tua dan sakit-
sakitan ini pasien mengatakan jarang sholat.
6. Review Pola sehat-sakit
Sejak muda pasien sangat suka merokok begitu pula dengan lingkungan disekitar pasien
adalah mayoritas perokok semua. Pasien mengatakan mengalami sakit sesak pada saat berumur
50 tahun hingga sekarang sakit sering kambuh-kambuh.
7. Pola fungsi kesehatan Gordon
1) Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Pasien mengatakan dadanya sesak seperti dililit tali besar sehingga sulit bernafas. Bila
keluhan datang pasien berobat kedokter umum dan Rumah sakit.
2) Pola Nutrisi Metabolik
Dirumah : pasien makan 3 kali sehari dengan nasi, sayur dan lauk (tanpa daging dan ayam),
makan habis 1/2 porsi
Minum : ± 4-5 gelas/hari (teh, kopi air putih)
Dirumah sakit : pasien makan lunak 3 kali sehari dengan diit rendah garam 0,8 gr makan
habis ¼ porsi
Minum : ± 4-5 gelas/hari (teh, syrup, air putih)
3) Pola Eliminasi
BAK ± 3-4 kali/hari warna jernih, kencing keluar sedikit-sedikit, BAB ± 2 hari sekali.
4) Pola Aktivitas dan Latihan
Pasien tidak bekerja, pasien lebih banyak menghabiskan waktu duduk dikursi dan tempat
tidur karena sesak. Selama dirumah sakit pasien hanya tiduran ditempat tidur.

5) Pola Kognitif dan Persepsi


Pasien mengatakan bahwa sakitnya karena pasien sudah tua dan saat diajak berkomunikasi
pasien mampu mengingat kejadian di masa lalu dengan jelas.
6) Pola Persepsi-Konsep Diri
Pasien mengatakan sangat terganggu dengan keluhan sesak.
7) Pola Tidur dan Istirahat
Dirumah : pasien tidur dan istirahat kurang lebih selama 5 jam
Dirumah sakit : Pasien beristirahat dan tidur selama 3-4 jam
8) Pola Peran-Hubungan
Pasien dirumah berperan sebagai kepala rumah tangga. Dirumah sakit Tn J berperan sebagai
pasien. Hubungan dengan keluarga baik dan dirumah sakit pasien dapat kooperatif dengan
perawat, dokter dan petugas kesehatan lainya.
9) Pola Seksual-Reproduksi
Semenjak pasien sakit, pasien tidak pernah melakukan hubungan intim
10) Pola Toleransi Stress-Koping
Pasien mengatakan bila sakit keluarga membawa pasien kedokter umum dan bila tidak
sembuh juga baru membawa pasien kerumah sakit
11) Pola Nilai-Kepercayaan
Pasien mengatakan beragama Islam tetapi sekarang jarang sholat. Pasien percaya dengan berobat
di Rumah Sakit RS. Dr. M jamil sakitnya akan sembuh.
2.1.3 Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : Pasien tampak sesak dan gelisah
2. Tanda vital :
S: 36 P: 80 x/menit N: 32x/menit TD: 150/90 mmHg
3. Kepala
Rambut putih, tipis dan rontok, tidak tampak ada ketombe Tidak teraba adanya benjolan
dikepala, tidak nyeri tekan
4. Mata
Simetris, konjungtiva sedikit anemis, sclera putih, sedikit cowong.
5. Hidung
Simetris, tidak ada pengeluaran sekret dari hidung, tidak ada perdarahan, terpasang selang
O2 3 liter permenit.
6. Telinga
Bersih, tidak ada serumen pada lubang telinga, tidak ada nyeri tekan
7. Mulut :Pasien menggunakan gigi palsu, lidah sedikit kotor, mulut kering
8. Leher :Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid di leher, tidak ada nyeri tekan
9. Dada dan punggung
Inspeksi :
Simetris : tidak ada bekas operasi, tidak ada kelainan bentuk dada
Palapsi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba adanya massa/tumor
Perkusi :
Auscultasi : terdengar wheezing disertai ronchi pada dada kanan dan kiri
10. Abdomen
Tidak tampak acites, perut teraba kembung, bising usus 8-9 kali permenit, tidak teraba
adanya massa atau benjolan, tidak tamapak adanya bekas operasi
11. Extremitas
Siku tangan sebelah kanan nyeri sedangkan Ektremitas lain tidak ada kelemahan, tidak ada
odema pada ekstremitas
12. Genetalia
Tidak terkaji
13. Anus
Tidak terkaji
2.1.4 Data penunjang ( Pemeriksaan diagnostik )
Tanggal 17/10/2014
TGL Pemeriksaan Hasil Nilai normal Interpretasi
2/4 GDP 112 76-110 mg/dl DBN
2/4 WBC 11.4 k/ul 4.1-10.9 k/ul Meningkat
LYM 2.6 27.7 % 0.6-4.1 DBN
MID 0.8 81 %M 0.0-1.8 DBN
GRAN 6.0 64%G 2.0-7.8 DBN
RBC 5.51 M/UL 4.20-6.30 M/UL DBN
HGB 16.0 12.0-18.0g/dl DBN
HCT 45.3% 37.0-51.0 % DBN
MCV 82.3 FL 80.0-97.0 FL DBN
MCHC 35.3 g/dl 31-36 g/dl DBN
RDW 14.05 14.05 11.5-14.5 % DBN
PLT 242 140-440 K/UL DBN
¾ Creatinin 2.34
Urid acid 10.2 3.4-7.0 mg/dl Meningkat

2.1.5 Data tambahan ( Penatalaksanaan )


Terapi
Allopurinol 100 mg TID
Aminophilyn 100 mg TID
Halfilyn syp 10 cc TID
ISDN 5 mg BID
Pectocyl 1 tab TID
Salbutamol 1 mg TID
Tensivask 10 mg 1tab Q H
Asthin F 1x1
Paracet 1 prn
Lilac SR 100 mg Q H
B. ANALISA DATA

1. Analisa Data

Data Masalah
Etiologi kolaboratif/keperawatan
DS:Pasien mengatakan sesak nafas Ketidaknyamanan pada Inefektif bersihan jalan
mulut
dan batuk tidak sembuh-sembuh nafas b/d obstruksi jalan
DO: napas
 Pasien tampak gelisah karena mukus berlebihan
Substansi vasoaktif
 Terpasang selang O2
canule 3 ltr/menit
 Riak kental
Merangsang sekresi
 Terdengar wheezing mucus
disertai ronchi pada
paru kanan dan kiri
produksi mucus
 RR 32x/menit bertambah

DS:Pasien mengatakan tidak ada Nutrisi kurang dari


nafsu makan Obstruksi jalan nafas kebutuhan tubuh
Reaksi antigen dan
DO: antibody
 Porsi makan habis ¼
porsi
 Kulit dan membran Bersihan jalan napas
mukosa kering tidak efektif Nutrisi dari
kebutuhan
 Pasien tampak lemah
 Perut kembung
 Bising usus
 8-9 x/menit
B. DIAGNOSA DAN RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL TTD


KEPERAWATAN
Inefektif bersihan jalan Kepatenan jalan 1. Ajarkan klien tentang metode 1 Batuk yang tidak
nafas b/d obstruksi jalan nafas setelah yang tepat pengontrolan batuk terkontol adalah melelahkan
napas karena mukus diberikan - Napas dalam dan dan tidak efektif,
berlebihan ditandai perawatan dengan perlahan saat duduk setegak menyebabkan frustasi Duduk
dengan :Pasien kriteria hasil : mungkin tegak memindahkan organ-
mengatakan sesak nafas - Klien - Lakukan pernapasan organ abdomen menjauh dari
dan batuk tidak sembuh- menunjukkan diafragma. paru-paru, memungkinkan
sembuh, Pasien tampak batuk efektif dan - Tahan nafas selama 3 ekspansi lebih luas,
gelisah, Terpasang selang meningkatkan sampai 5 detik kemudian ,Pernapasan diafragma
O2 canule 3 ltr/menit, pertukaran gas keluarkan sebanyak mungkin menurunkan frekuensi
Riak kental Terdengar pada paru melalui mulut (sangkar iga pernapasan dan meningkatkan
wheezing disertai ronchi - Klien bawah dan abdomen harus ventilasi alveolar,
pada paru kanan dan kiri, mampu turun). Meningkatkan volume udara
RR 32x/menit menyebutkan - Lakukan napas kedua, dalam paru mempermudahkan
strategi untuk tahan, dan batukkan dari dada pengeluaran sekresi.
menurunkan (bukan dari belakang mulut atau
kekentalan sekresi tenggorok) dengan melakukan
- Pergerakan dua batuk pendek dan kuat.
sputum keluar dari 2. Ajarkan klien tindakan
jalan nafas untuk menurunkan vikositas
- Bebas dari sekresi:dengan miun air hangat 2 Sekresi kental sulit
suara nafas sedikit tapi sering untuk diencerkan dan dapat
tambahan seperti menyebabkan sumbatan
wheezingdan 3. Auskultasi paru sebelum mukus, yang mengarah pada
ronchi. dan sesudah klien batuk atelektasis
3 Pengkajian ini
4. Dorong dan berikan membantu mengevaluasi
perawatan mulut yang baik keefektifan upaya batuk klien
4 Higiene mulut yang
baik meningkatkan rasa
sejahtera dan mencegah bau
mulut.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL TTD


2. Nutrisi kurang dari Klien akan 1. Pantau kesulitan 1. Pasien distress
kebutuhan tubuh menunjukkan makan/masukan. Evaluasi BB pernafasan sering anoreksia.
berhubungan dengan kemajuan/penin Dan juga sering mempunyai
ketidakyamanan pada gkatan status pola makan yang buruk.
mulut karena prosuksi nutrisi Sehingga cenderung Bb
sekret mengental, yang Kriteria hasil 2. Berikan perawatan oral menurun
ditandai dengan: Pasien - Klien sebelum dan sesudah makan 2. kebersihan oral
mengatakan tidak ada tidak mengalami menhilangkan bakteri
nafsu makan, Porsi kehilangan BB penumbuh bau mulut dan
makan habis ¼ porsi, lebih lanjut meningkatkan rangsangan
Kulit dan membran - Masukan 3. Hindari makanan penghasil gas /nafsu makan
mukosa kering, Pasien makanan dan dan minuman karbohidrat 3. Makanan yang
tampak lemah, Perut cairan mengandung gas dan
kembung, Bising usus 8- meningkat berkarbonat dapat
9 x/menit - Urine menimbulkan distensi
tidak pekat abdomen dan meningkatkan
- Output 4. Sajikan menu dalam keadaan dispnea
urine meningkat hangat 4. Menu hangat
- Membran mempengaruhi relaksasi
mukosa lembab spingkter / saluran pencernaan
- Kulit sehinga respon mual/muntah
tidak kering 5. Anjurkan makan sedikit tapi berkurang
- Tonus sering 5. Menegah perut penuh
otot membaik 6. Kolaborasi ahli gizi untuk dan menurunkan resiko mual
menentukan diit 6. Mencukupi kebutuhan
kalori dan nutrisi sesuai
dengan diit yang tepat sesuai
perhitungan ahli gizi
IMPLEMENTASI

Nama :Tn J
No : 478941
NO DX IMPLEMENTASI KET
1 1 1. Mengajarkan klien napas dalam dan
19.10.14 batuk efektif
- Napas dalam dan perlahan saat duduk
setegak mungkin
- Lakukan pernapasan diafragma.
- Tahan nafas selama 3 sampai 5 detik
kemudian keluarkan sebanyak mungkin melalui
mulut (sangkar iga bawah dan abdomen harus
turun).
- Lakukan napas kedua, tahan, dan
batukkan dari dada (bukan dari belakang mulut
atau tenggorok) dengan melakukan dua batuk
pendek dan kuat.
2. Menganjurkan untuk minum air hangat
sedikit tapi sering
3. Melakukan auscultasi paru sebelum dan
sesudah klien batuk
4. Membantu melakukan perawatan mulut
5. Mengobservasi warna dan karakeristik
sputum; sputum kental warna putih kekuning-
kuningan
Memberikan obat :
Allopurinol 100 mg TID
Aminophilyn 100 mg TID
Halfilyn syp 10 cc TID
Pectocyl 1 tab TID
Salbutamol 1 mg TID
IMPLEMENTASI

Nama :Tn J
No : 478941
NO DX IMPLEMENTASI KET
1 2 1. Mengobservasi porsi makanan
19.10.14 yang dihabiskan klien; makan habis ¼
porsi
2. Membantu perawatan mulut
sebelum dan sesudah makan
3. Anjurkan makan dalam porsi
kecil sedikit tetapi sering
4. Anjurkan untuk menghindari
makanan penghasil gas dan minuman
karbohidrat
5. Membantu menyajikan makanan
6. Membantu ahli gizi untuk
menentukan diit: makan lunak rendah
garam 0,8
IMPLEMENTASI

Nama :Tn J.
No : 478941
NO DX/TGL IMPLEMENTASI KET
1 1 1. Membantu memposisikan pasien dengan
20/10/14 posisi semi fowler
2. Melakukan auscultasi paru sebelum dan
sesudah klien batuk
3. Membantu melakukan perawatan mulut
4. Mengobservasi warna dan karakeristik
sputum; spuitm kental warna putih kekuning-
kuningan
5. Memberikan obat :
Allopurinol 100 mg TID
Aminophilyn 100 mg TID
Halfilyn syp 10 cc TID
Pectocyl 1 tab TID
Salbutamol 1 mg TID

2 2 1. Mengobservasi porsi makanan yang


20.10.14 dihabiskan klien; makan habis ¼ porsi
2. Membantu perawatan mulut sebelum dan
sesudah makan
3. Menganjurkan makan dalam porsi kecil
sedikit tetapi sering
4. Menganjurkan untuk membawakan
makan yang disukai pasien sesuai dengan diit
5. Membantu menyajikan makanan
EVALUASI

Nama :Tn J.
No : 478941
NO DX/TGL EVALUASI KET
1 1 S: Pasien mengatakan dada terasa sesak
19.10.14 O:
- Pasien tampak lemah
- Pasien tampak gelisah
- Pasien tampak batuk-batuk
- RR 32 X/menit
- Tampak penggunaan otot-otot
bantu pernapasan
A: Tujuan belum tercapai
P: Intervensi dilanjutkan
- Membantu memposisikan pasien
dengan posisi semi fowler
- Melakukan auscultasi paru
sebelum dan sesudah klien batuk
- Membantu melakukan perawatan
mulut
- Mengobservasi warna dan
karakeristik sputum; spuitm kental warna
putih kekuning-kuningan
- Memberikan obat sesuai dengan
advis dokter

2 S: Pasien mengatakan mual


19.10.14 O:
- Porsi makan habis ¼ porsi
- Membran mukosa dan kulit
kering
- Konjungtiva anemis
- Pasien tampak lemah
A: Tujuan belum tercapai
P: Intervensi dilanjutkan
- Mengobservasi porsi makanan
yang dihabiskan klien; makan habis ¼
porsi
- Membantu perawatan mulut
sebelum dan sesudah makan
- Menganjurkan makan dalam porsi
kecil sedikit tetapi sering
- Menganjurkan untuk
membawakan makan yang disukai pasien
sesuai dengan diit
- Membantu menyajikan makanan
EVALUASI

Nama :Tn J
No : 478941
NO DX/TGL EVALUASI KET
1 1 S: Pasien mengatakan sesak agak
20.10.14 berkurang tetapi batuk masih belum
berkurang
O:
- Pasien tampak lemah
- Pasien tampak gelisah
- Pasien tampak batuk-batuk
- RR 28 X/menit
A: Tujuan belum tercapai
P: Intervensi dilanjutkan
- Membantu memposisikan pasien
dengan posisi semi fowler
- Melakukan auscultasi paru
sebelum dan sesudah klien batuk
- Membantu melakukan perawatan
mulut
- Mengobservasi warna dan
karakeristik sputum
- Memberikan obat sesuai dengan
advis dokter

2 2 S: Pasien mengatakan sudah mau makan


20.10.14 agak banyak
O:
- Porsi makan habis ¼ porsi lebih
- Membran mukosa dan kulit
kering
- Konjungtiva anemis
- Pasien tampak lemah
A: Tujuan belum tercapai
P: Intervensi dilanjutkan
- Mengobservasi porsi makanan
yang dihabiskan klien
- Membantu perawatan mulut
sebelum dan sesudah makan
- Menganjurkan makan dalam porsi
kecil sedikit tetapi sering
- Menganjurkan untuk
membawakan makan yang disukai pasien
sesuai dengan diit
- Membantu menyajikan makanan
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit paru obtruksi menahun (PPOK) adalah aliran udara mengalami obstruksi yang
kronis dan pasien mengalami kesulitan dalam pernafasan. PPOK sesungguhnya merupakan
kategori penyakit paru-paru yang utama dan bronkitis kronis, dimana keduanya menyebabkan
perubahan pola pernafasan (Reeves, 2001 : 41).

Tujuan penatalaksanaan PPOK adalah:


1. Memeperbaiki kemampuan penderita mengatasi gejala tidak hanya pada fase akut,
tetapi juga fase kronik.
2. Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan aktivitas harian.
3. Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila penyakitnya dapat dideteksi lebih
awal.
B. Saran

Semoga dengan membaca dan memahami makalah ini,pembaca dapat mengaplikasikan


asuhan keperawatan dengan pasien yang terdiagnosa PPOK dan juga memahami teoritis PPOK
ini secara menyeluruh.
DAFTAR PUSTAKA

Baughman ,diane C. 2000.Keperawatan Medikal-Bedah : Buku Saku dari Brunner &

Suddarth.Jakarta : EGC.

Hudak,Carolyn M. 1997.Keperawatan Kritis : Pendekatan holistik.Jakarta : EGC.

Carpenito Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC

Johnson, M.,et all, 2002, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition, IOWA

Intervention Project, Mosby.

Mc Closkey, C.J., Iet all, 2002, Nursing Interventions Classification (NIC) second Edition,

IOWA Intervention Project, Mosby.

NANDA, 2012, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi

Price, Sylvia. 2003. Patofisiologi Volume 2. Jakarta: EGC.

Kato,mastur.2014.Askep Penyakit Paru Obstruktif.(http://mastur-

kato.blogspot.com/2014/03/askep-penyakit-paru-obstruksi-

kronis.html),diakses Sabtu 1 November 2014.

Anonim.2014.LaporanPendahuluanPPOK.(http://lpkeperawatan.blogspot.com/2014/01/Laporan

-pendahuluan-ppok.html#.VFLcSNhT7rQ), diakses Sabtu 1 November

2014.

Anda mungkin juga menyukai