Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Setiap orang dalam hidupnya pasti akan menghadapi yang namanya


masalah, Sikap seseorang dalam menghadapi masalah sangat ditentukan oleh
keyakinan mereka masing-masing. Keyakinan yang dimiliki setiap orang
selalu dikaitkan dengan kepercayaan atau agama. Spiritual, keyakinan dan
agama merupakan hal yang berbeda namun seringkali diartikan sama. Penting
sekali bagi seorang perawat memahami perbedaan antara Spiritual, keyakinan
dan agama guna menghindarkan salah pengertian yang akan mempengaruhi
pendekatan perawat dengan pasien.
Pasien yang sedang dirawat dirumah sakit membutuhkan asuhan
keperawatan yang holistic dimana perawat dituntut untuk mampu memberikan
asuhan keperawatan secara komprehensif bukan hanya pada masalah secara
fisik namun juga spiritualnya. Untuk itulah materi spiritual diberikan kepada
calon perawat guna meningkatkan pemahaman dan kemampuan perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan kebutuhan spiritual.
Adapun Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang
unuiversal dan kejadian yang sifatnya unik bagi setiap individual dalam
pengalaman hidup seseorang. Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang
dalam pandangan umum berarti sesuatu yang kurang enak atau nyaman untuk
dibicarakan. Hal ini dapat disebabkan karena kondisi ini lebih banyak
melibatkan emosi/ego dari diri yang bersangkutan atau disekitarnya.
Pandangan-pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang perawat
apabila menghadapi kondisi yang demikian. Pemahaman dan persepsi diri
tentang pandangan diperlukan dalam memberikan asuhan keperawatan yang
komprehensif. Kurang memperhatikan perbedaan persepsi menjurus pada
informasi yang salah, sehingga intervensi perawatan yang tidak tetap (Suseno,
2004).
Perawat berkerja sama dengan klien yang mengalami berbagai tipe
kehilangan. Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
menghadapi dan menerima kehilangan. Perawat membantu klien untuk
memahami dan menerima kehilangan dalam konteks kultur mereka sehingga
kehidupan mereka dapat berlanjut. Dalam kultur Barat, ketika klien tidak
berupaya melewati duka cita setelah mengalami kehilangan yang sangat besar
artinya, maka akan terjadi masalah emosi, mental dan sosial yang serius.
Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam lingkungan
asuhan keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi dengan klien dan
keluarga yang mengalami kehilangan dan dukacita. Penting bagi perawat
memahami kehilangan dan dukacita. Ketika merawat klien dan keluarga,
parawat juga mengalami kehilangan pribadi ketika hubungan klien-kelurga-
perawat berakhir karena perpindahan, pemulangan, penyembuhan atau
kematian. Perasaan pribadi, nilai dan pengalaman pribadi mempengaruhi
seberapa jauh perawat dapat mendukung klien dan keluarganya selama
kehilangan dan kematian (Potter & Perry, 2005).
Dengan dasar itu lah penulis membuat makalah ini untuk lebih
memahami konsep dasar spiritual dan konsep kehilangan,kematian dan
berduka agar bisa di aplikasikan kepada klien baik di rumah sakit atau pun di
masyarakat.

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian konsep kesehatan spiritual ?
2. Apa pengertian agama dan hubungannya dengan sehat dan sakit ?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi kebutuhan spiritual ?
4. Apa itu support keagamaan.
5. Apakah arti dari kehilangan dan berduka?
6. Apa saja jenis-jenis berduka dan kehilangan?
7. Apa saja dampak dan respon dari berduka dan kehilangan?
C. Tujuan
1. Untuk menambah wawasan mengenai konsep kesehatan spiritual.
2. Untuk mengetahui pengertian agama dan hubungannya dengan sehat dan
sakit.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan spiritual.
4. Untuk menambah pengetahuan mengenai support keagamaan.
5. Untuk mengetahui arti dari berduka dan kehilangan
6. Untuk mengetahui jenis-jenis berduka dan kehilangan.
7. Untuk mengetahui dampak dan respon berduka dan kehilangan

BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Konsep Kesehatan Spiritual
Spirituality atau spiritual berasal dari bahasa latin “spiritus” yang
berarti nafas atau udara, spirit memberikan hidup,menjiwai seseorang. Spirit
memberikan arti penting ke hal apa saja yang sekiranya menjadi pusat dari
seluruh aspek kehidupan seseorang (Dombeck,1995). Spiritual adalah konsep
yang unik pada masing-masing individu (Farran et al, 1989). Masing-masing
individu memiliki definisi yang berbeda mengenai spiritual, hal ini dipengaruhi
oleh budaya, perkembangan, pengalaman hidup dan ide-ide mereka sendiri
tentang hidup. Spiritual menghubungkan antara intrapersonal (hubungan
dengan diri sendiri), interpersonal (hubungan antara diri sendiri dan orang
lain), dan transpersonal (hubungan antara diri sendiri dengan tuhan/kekuatan
gaib). Spiritual adalah suatu kepercayaan dalam hubungan antar manusia
dengan beberapa kekuatan diatasnya, kreatif, kemuliaan atau sumber energi
serta spiritual juga merupakan pencarian arti dalam kehidupan dan
pengembangan dari nilai-nilai dan sistem kepercayaan seseorang yang mana
akan terjadi konflik bila pemahamannya dibatasi.
Dalam hirarki kebutuhan manusia, kesehatan spiritual tampak untuk
pemenuhan yang mengandung arti dari kebutuhan melebihi tingkat aktualisasi
diri. Kesehatan spiritual berkaitan erat dengan dimensi lain dan dapat dicapai
jika terjadi keseimbangan dengan dimensi lain (fisiologis, psikologis,
sosiologis, kultural). Peran perawat adalah bagaimana perawat mampu
mendorong klien untuk meningkatkan spiritualitasnya dalam berbagai kondisi,
Sehingga klien mampu menghadapi, menerima dan mempersiapkan diri
terhadap berbagai perubahan yang terjadi pada diri individu tersebut.

2. Pengertian Agama dan Hubungannya dengan Sehat dan Sakit


Agama merupakan suatu system ibadah yang terorganisir atau teratur.
Agama mempunyai keyakinan sentral, ritual, dan praktik yang biasanya
berhubungan dengan kehilangan,kematian dan berduka,perkawinan dan
keselamatan/penyelamatan (salvation). Agama mempunyai aturan-aturan
tertentu yang dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari yang memberikan
kepuasan bagi yang menjalankannya. Perkembangan keagamaan individu
merujuk pada penerimaan keyakinan, nilai, aturan dan ritual tertentu
Agama merupakan petunjuk perilaku karena di dalam agama terdapat
ajaran baik dan larangan yang dapat berdampak pada kehidupan dan kesehatan
seseorang, contohnya minuman beralkohol sesuatu yang dilarang agama dan
akan berdampak pada kesehatan bila di konsumsi manusia. Agama sebagai
sumber dukungan bagi seseorang yang mengalami kelemahan (dalam keadan
sakit) untuk membangkitkan semangat untuk sehat, atau juga dapat
mempertahankan kesehatan untuk mencapai kesejahteraan. Sebagai contoh
orang sakit dapat memperoleh kekuatan dengan menyerahkan diri atau
memohon pertolongan dari Tuhannya.
Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh
setiap manusia. Apabila seseorang dalam keadaan sakit, maka hubungan
dengan Tuhannya pun semakin dekat, mengingat seseorang dalam kondisi sakit
menjadi lemah dalam segala hal, tidak ada yang mampu membangkitkan dari
kesembuhan, kecuali Sang Pencipta. Dalam pelayanan kesehatan, perawat
sebagai petugas kesehatan harus memiliki peran utama dalam memenuhi
kebutuhan spiritual. Perawat dituntut mampu memberikan pemenuhan yang
lebih pada saat pasien kritis atau menjelang ajal.
Dengan demikian, terdapat keterkaitan antara keyakinan dengan
pelayanan kesehatan, di mana kebutuhan dasar manusia yang diberikan
melalui pelayanan kesehatan tidak hanya berupa aspek biologis, tetapi juga
aspek spiritual. Aspek spiritual dapat membantu membangkitkan semangat
pasien dalam proses penyembuhan.

3. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Spiritual


1. Perkembangan,usia perkembangan dapat menentukan proses pemenuhan
kebutuhan spiritual, karena setiap tahap perkembangan memiliki cara
meyakini kepercayaan terhadap Tuhan.
2. Keluarga, keluarga memiliki peran yang cukup strategis dalam pemenuhan
kebutuhan spiritual, karena keluarga memilki ikatan emosional yang kuat
dan selalu berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari.
3. Ras/suku, memiliki keyakinan/kepercayaan yang berbeda, sehingga proses
pemenuhan kebutuhan spiritual pun berbeda sesuai dengan keyakinan yang
dimiliki.
4. Agama yang dianut, keyakinan pada agama tertentu yang dimiliki oleh
seseorang dapat menetukan arti pentingnya kebutuhan spiritual.
5. Kegiatan keagamaan, adanya kegiatan keagamaan dapat selalu
mengingatkan keberadaan dirinya dengan Tuhan, dan selalu
mendekatkan diri kepada Penciptanya.

4. Support Keagamaan
Support keagamaan merupakan dukungan yang diberikan oleh orang-
orang terdekat klien maupun petugas kesehatan agar klien tidak merasa sendiri
dalam menghadapi penyakitnya. Klien dianjurkan untuk lebih berserah diri
kepada Tuhan dan menerima ketentuan yang ada dengan melakukan usaha-
usaha untuk mencapai kesembuhan. Beberapa klien yang memerlukan support
keagamaan diantaranya:
 Pasien Kesepian
Pasien dalam keadaan sepi dan tidak ada yang menemani akan
membutuhkan bantuan spiritual karena mereka merasakan tidak ada
kekuatan selain kekuatan Tuhan, tidak ada yang menyertainya selain Tuhan.

 Pasien Ketakutan dan cemas


Adanya ketakutan atau kecemasan dapat menimbulkan pasien kacau, yang
dapat membuat pasien membutuhkan ketenangan pada dirinya, dan
ketenangan yang paling besar adalah bersama Tuhan.
 Pasien menghadapi pembedahan
Menghadapi pembedahan adalah sesuatu yang sangat mengkhawatirkan
karena akan timbul perasaan antara hidup dan mati. Pada saat itulah
keberadaan pencipta dalam hal ini adalah Tuhan sangat penting sehingga
pasien selalu membutuhkan bantuan spiritual.
 Pasien yang harus mengubah gaya hidup
Perubahan gaya hidup dapat membuat seseorang lebih membutuhkan
keberadaan Tuhan (kebutuhan spiritual). Pola gaya hidup dapat membuat
kekacauan keyakinan bila ke arah yang lebih buruk. Akan tetapi bila
perubahan gaya hidup ke arah yang lebih baik, maka pasien akan lebih
membutuhkan dukungan spiritual.
Support keagamaan sangat penting karena dapat mempengaruhi tingkat
kesehatan dan perilaku selfcare klien. Pengaruh dari support keagamaan yang
perlu dipahami adalah sebagai berikut:
1. Menuntun kebiasaan hidup
Praktik tertentu pada umumnya yang berhubungan dengan pelayanan
kesehatan mungkin mempunyai makna keagamaan bagi pasien. Sebagai
contoh, ada agama yg menetapkan makanan yang boleh dan tidak boleh
dimakan. Begitu pula metode keluarga berencana ada agama yang melarang
cara tertentu untuk mencegah kehamilan termasuk terapi medik atau
pengobatan.
2. Sumber dukungan
Pada saat mengalami stress, individu akan mencari dukungan dari
keyakinan agamanya. Dukungan ini sangat diperlukan untuk dapat
menerima keadaan sakit yang dialami, khususnya jika penyakit tersebut
memerlukan proses penyembuhan yang lama dengan hasil yang belum
pasti. Sembahyang atau berdoa, membaca kitab suci, dan praktik
keagamaan lainnya sering membantu memenuhi kebutuhan spiritual yang
juga merupakan suatu perlindungan terhadap tubuh.
3. Sumber kekuatan dan penyembuhan
individu cenderung dapat menahan stress baik fisik maupun psikis yang luar
biasa karena mepmpunyai keyakinan yang kuat. Keluarga klien akan
mengikuti semua proses penyembuhan yang memerlukan upaya ekstra,
karena keyakinan bahwa semua upaya tersebut akan berhasil
4. Sumber konflik
Pada suatu situasi tertentu, bisa terjadi konflik antara keyakinan agama
dengan praktik kesehatan. Misalnya ada orang yang memandang penyakit
sebagai suatu bentuk hukuman karena pernah berdosa. Ada agama tertentu
yang menganggap manusia sebagai makhluk yg tidak berdaya dalam
mengendalikan lingkungannya, oleh karena itu penyakit diterima sebagai
nasib bukan sebagai sesuatu yang harus disembuhkan.

5. Pengertian berduka,kehilangan dan kematian.


1. Pengertian Berduka
Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap
kehilangan yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas,
sesak nafas, susah tidur, dan lain-lain. Berduka merupakan respon normal
pada semua kejadian kehilangan.

NANDA merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi
dan berduka disfungsional.
i) Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman
individu dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang
dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan
fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas
normal.
ii) Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman
individu yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan
secara aktual maupun potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan
fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal, atau
kesalahan/kekacauan

6. Jenis-jenis berduka dan kehilangan


Ada 4 Jenis Berduka :
(a) Berduka normal, terdiri atas perasaan, perilaku, dan reaksi yang
normal terhadap kehilangan.Misalnya, kesedihan, kemarahan,
menangis, kesepian, dan menari diri dari aktivitas untuk
sementara.
(b) Berduka antisipatif, yaitu proses’melepaskan diri’ yng muncul
sebelum kehilangan atau kematian yang sesungguhnya
terjadi.Misalnya, ketika menerima diagnosis terminal, seseorang
akan memulai proses perpisahan dan menyesuaikan beragai
urusan didunia sebelum ajalnya tiba.
(c) Berduka yang rumit, dialami oleh seseorang yang sulit untuk
maju ke tahap berikutnya,yaitu tahap kedukaan normal.Masa
berkabung seolah-olah tidak kunjung berakhir dan dapat
mengancam hubungan orang yang bersangkutan dengan orang
lain.
(d) Berduka tertutup, yaitu kedudukan akibat kehilangan yang tidak
dapat diakui secara terbuka.Contohnya:Kehilangan pasangan
karena AIDS, anak mengalami kematian orang tua tiri, atau ibu
yang kehilangan anaknya di kandungan atau ketika bersalin.
Teori dari Proses Berduka Tidak ada cara yang paling tepat
dan cepat untuk menjalani proses berduka. Konsep dan teori
berduka hanyalah alat yang hanya dapat digunakan untuk
mengantisipasi kebutuhan emosional klien dan keluarganya dan
juga rencana intervensi untuk membantu mereka memahami
kesedihan mereka dan mengatasinya. Peran perawat adalah
untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku berduka,
mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku dan memberikan
dukungan dalam bentuk empati.

7. Dampak dan Respon dari kehilangan,kematian dan berduka.


Ada beberapa teori antara lain :
Teori Engels Menurut Engel (1964) proses berduka
mempunyai beberapa fase yang dapat diaplokasikan pada
seseorang yang sedang berduka maupun menjelang ajal. Antara
lain
(i) Fase I (shock dan tidak percaya) Seseorang menolak
kenyataan atau kehilangan dan mungkin menarik diri, duduk
malas, atau pergi tanpa tujuan. Reaksi secara fisik termasuk
pingsan, diaporesis, mual, diare, detak jantung cepat, tidak
bisa istirahat, insomnia dan kelelahan.
(ii) Fase II (berkembangnya kesadaran) Seseoarang mulai
merasakan kehilangan secara nyata/akut dan mungkin
mengalami putus asa. Kemarahan, perasaan bersalah,
frustasi, depresi, dan kekosongan jiwa tiba-tiba terjadi.
(iii) Fase III (restitusi) Berusaha mencoba untuk sepakat/damai
dengan perasaan yang hampa/kosong, karena kehilangan
masih tetap tidak dapat menerima perhatian yang baru dari
seseorang yang bertujuan untuk mengalihkan kehilangan
seseorang.
(iv) Fase IV Menekan seluruh perasaan yang negatif dan
bermusuhan terhadap almarhum. Bisa merasa bersalah dan
sangat menyesal tentang kurang perhatiannya di masa lalu
terhadap almarhum.
(v) Fase V Kehilangan yang tak dapat dihindari harus mulai
diketahui/disadari. Sehingga pada fase ini diharapkan
seseorang sudah dapat menerima kondisinya. Kesadaran
baru telah berkembang.
Teori Kubler-Ross Kerangka kerja yang ditawarkan oleh
Kubler-Ross (1969) adalah berorientasi pada perilaku dan
menyangkut 5 tahap, yaitu sebagai berikut:
a) Penyangkalan (Denial) Individu bertindak seperti seolah
tidak terjadi apa-apa dan dapat menolak untuk mempercayai
bahwa telah terjadi kehilangan. Pernyataan seperti “Tidak,
tidak mungkin seperti itu,” atau “Tidak akan terjadi pada
saya!” umum dilontarkan klien.
b) Kemarahan (Anger) Individu mempertahankan kehilangan
dan mungkin “bertindak lebih” pada setiap orang dan segala
sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan. Pada fase ini
orang akan lebih sensitif sehingga mudah sekali tersinggung
dan marah. Hal ini merupakan koping individu untuk
menutupi rasa kecewa dan merupakan menifestasi dari
kecemasannya menghadapi kehilangan.
c) Penawaran (Bargaining) Individu berupaya untuk membuat
perjanjian dengan cara yang halus atau jelas untuk mencegah
kehilangan. Pada tahap ini, klien sering kali mencari
pendapat orang lain.
d) Depresi (Depression) Terjadi ketika kehilangan disadari dan
timbul dampak nyata dari makna kehilangan tersebut. Tahap
depresi ini memberi kesempatan untuk berupaya melewati
kehilangan dan mulai memecahkan masalah.
e) Penerimaan (Acceptance) Reaksi fisiologi menurun dan
interaksi sosial berlanjut. Kubler-Ross mendefinisikan sikap
penerimaan ada bila seseorang mampu menghadapi
kenyataan dari pada hanya menyerah pada pengunduran diri
atau berputus asa. 3. Teori Martocchio Martocchio (1985)
menggambarkan 5 fase kesedihan yang mempunyai lingkup
yang tumpang tindih dan tidak dapat diharapkan. Durasi
kesedihan bervariasi dan bergantung pada faktor yang
mempengaruhi respon kesedihan itu sendiri. Reaksi yang
terus menerus dari kesedihan biasanya reda dalam 6-12
bulan dan berduka yang mendalam mungkin berlanjut
sampai 3-5 tahun.

Teori Rando Rando (1993) mendefinisikan respon berduka


menjadi 3 katagori:
a) Penghindaran Pada tahap ini terjadi shock, menyangkal dan
tidak percaya.
b) Konfrontasi Pada tahap ini terjadi luapan emosi yang sangat
tinggi ketika klien secara berulang-ulang melawan
kehilangan mereka dan kedukaan mereka paling dalam dan
dirasakan paling akut.
c) Akomodasi Pada tahap ini terjadi secara bertahap penurunan
kedukaan akut dan mulai memasuki kembali secara
emosional dan sosial dunia sehari-hari dimana klien belajar
untuk menjalani hidup dengan kehidupan mereka.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perawat berupaya untuk membantu memenuhi kebutuhan spiritual klien
sebagai bagian dari kebutuhan menyeluruh klien, antara lain dengan
memfasilitasi pemenuhan kebutuhan spiritual klien tersebut, walaupun perawat
dan klien mempunyai keyakinan spiritual atau keagamaan yang berbeda.
Peran agama dalam keperawatan sangat berpengaruh. Agama dijadikan
pedoman yang digunakan perawat dalam melakukan suatu tindakan terhadap
klien oleh karena itu,pemahamaan tentang peranan agama sangat penting dan
pendasar dalam memberikan asuhan keperawatan dimana nilai spiritual pasien
selalu menjadi pertimbangan dan dihormati. Dengan demikian setiap perawat
harus menunjukkan sikap etis profesional yang baik dalam setiap penampilan
dan tindakannya, termasuk dalam mengambil keputusan ketika merespon
sebuah situasi yang sulit.
Selain bertugas untuk merawat klien, perawat juga mempunyai tugas
untuk mensupport klien agar tetap semangat menjalani hidup dengan berserah
diri kepada Tuhan dan menerima ketentuan yang ada. Menerima ketentuan
yang ada bukan berarti berdiam diri, tetapi harus disertai dengan usaha dan
diiringi dengan do’a. Dengan begitu klien tidak akan merasa kesepian dan
merasa sendiri dalam menghadapi penyakit yang dideritanya.
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu
kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah
dimiliki. Kematian merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu
yang sebelumnya ada menjadi tidak ada dan berduka merupakan respon normal
pada semua kejadian kehilangan.

B. Saran
Sebagai Penulis, kami merasa masih banyak kekurangan dalam
pembuatan makalah ini, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca sangat kami harapkan agar kami bisa
memperbaikinya di makalah yang selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Kuliat,Budi,Anna(1994), Proses Keperawatan.Jakarta:EGC
Doengoes,Mary,Marlyn (1995). Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa
Keperawatan.Edisi 2.Jakarta:EGC Husain,M. (1993), MAKALAH
KEHILANGAN DAN BERDUKA MAKALAH DHF, MAKALAH
KEPERAWATAN, MAKALAH KESEHATAN, MAKALAH SOSIOLOGI

MAKALAH
KONSEP KESEHATAN SPIRITUAL
KONSEP KEHILANGAN,KEMATIAN DAN
BERDUKA

DISUSUN OLEH :
DEDE MUSAMA JUNAEDI

MAHASISWA PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN NON REGULER

STIKES BUDI LUHUR CIMAHI


2017
DAFTAR ISI
BAB I : Pendahuluan ………………………………………………..…………………………………hal 1
A. Latar belakang …………………………………………………..….…………………….hal 1
B. Rumusan masalah ……………………………………………..………………………..hal 2
C. Tuajuan masalah …………………………………………..…………………………….hal 3
BAB II : Pembahasan …………………………………………..……………………………………….hal 4
1. Pengertian konsep kesehatan spiritual ………………………………………..hal 4
2. Pengertian agama dan hubungannya dengan sehat dan sakit ……..hal 5
3. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan spiritual …………………………hal 6
4. Support keagamaan …………………………………………………………………….hal 6
5. Pengertian berduka,kehilangan dan kematian …………………………….hal 8
6. Jenis-jenis berduka dan kehilangan ……………………………………………..hal 9
7. Dampak dan respon kehilangan,kematian dan berduka……….…….hal 10
BAB III : Penutup …………………………………………………………………………………….....hal 13
A. Kesimpulan ……………………………………………………………………………….hal 13
B. Saran ………………………………………………………………………………………...hal 14
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………………………………..hal 15

Anda mungkin juga menyukai