Anda di halaman 1dari 77

ANALISIS KEPERAWATAN KELUARGA TN.

P DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN MANAJEMEN KESEHATAN KELUARGA TIDAK
EFEKTIF DAN PENERAPAN DUKUNGAN KOPING KELUARGA
DI KELURAHAN JALANJANG KECAMATAN GANTARANG
KABUPATEN BULUKUMBA

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Disusun Oleh:

Darmila, S.Kep
NIM D.21.09.037

STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN AJARAN 2021/2022
ANALISIS KEPERAWATAN KELUARGA TN.P DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN MANAJEMEN KESEHATAN KELUARGA TIDAK
EFEKTIF DAN PENERAPAN DUKUNGAN KOPING KELUARGA
DI KELURAHAN JALANJANG KEC. GANTARANG
KABUPATEN BULUKUMBA

KARYA ILMIAH AKHIR NERS


Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Ners Pada Program Studi Profesi
Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba

Disusun Oleh:

Darmila, S.Kep
NIM D.21.09.037

STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN AJARAN 2021/2022

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Ilmiah Akhir Ners Dengan Judul “Analisis Keperawatan Keluarga Tn.P Dengan Masalah
Keperawatan Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif Dan Penerapan Dukungan Koping
Keluarga Di Kelurahan Jalanjang Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba”
Tanggal 10 Mei S/D 12 Mei Tahun 2022”

Telah Di Setujui Untuk Diujikan Pada Ujian Sidang Di Hadapan Tim


Penguji Pada Tanggal Agustus 2022
Oleh :

DARMILA
NIM. D2109037

Pembimbing

DR. Aszrul AB, S.Kep, Ns, M.Kes


NIDN: 09011704

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Ilmiah Akhir Ners Dengan Judul “Analisis Keperawatan Keluarga Tn.P Dengan Masalah
Keperawatan Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif Dan Penerapan Dukungan Koping
Keluarga Di Kelurahan Jalanjang Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba”
Tanggal 10 Mei S/D 12 Mei
Tahun 2022”

Telah Di Setujui Untuk Diujikan Pada Ujian Sidang Di Hadapan Tim


Penguji Pada Tanggal Agustus 2022
Oleh :

DARMILA
NIM. D2109037

Pembimbing

DR. Aszrul AB, S.Kep, Ns, M.Kes

Penguji I Penguji II

Haerati, S.Kep, Ns, M.Kep Etty , S.Kep, Ners,.M.Kep

Ketua Program Studi Profesi NERS

Haerani, S.Kep, Ns, M.Kep

iii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : Darmila
Nim : D2109037
Program studi : Ners
Tahun akademik 2022

Menyatakan bahwa karya ilmiah akhir ners (KIAN) ini adalah hasil karya sendiri dan

semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Saya

tidak melakukan plagiat dalam penulisan KIAN saya yang berjudul :

“Analisis Keperawatan Keluarga Tn.P Dengan Masalah Keperawatan Manajemen

Kesehatan Keluarga Tidak Efektif Dan Penerapan Dukungan Koping Keluarga Di

Kelurahan Sapiri Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba Tanggal 10 Mei S/D 12

Mei Tahun 2022”.

Apabila suatu saat nanti terbukti bahwa saya melakukan plagiat, maka saya akan

menerima sanksi yang telah di tetapkan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Bulukumba, 04 Agustus 2022

Darmila
NIM. D2109037

iv
ABSTRAK

Analisis Keperawatan Keluarga Tn.P Dengan Masalah Keperawatan Manajemen Kesehatan


Keluarga Tidak Efektif Dan Penerapan Dukungan Koping Keluarga Di Kelurahan Jalanang
Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba. Darmila1, Azsrul AB2
Berdasarkan dengan tinjauan awal pada keluarga binaan didapatkan data awal secara
deskripsi bahwasanya keluarga mengungkapkan kesulitan dalam merawat anggota keluarga yang
sakit sehingga terkait diet pasien tidak terpenuhi dengan baik dan tujuan pengobatan gangguan jiwa.
Oleh karena itu pasien dengan diabetes mellitus dan gangguan jiwa memerlukan dukungan koping
dari keluarga dalam menangani penyakit yang diderita. Tujuan penelitian yaitu Mampu
melaksanakan Analisis Keperawatan secara komprehensif kepada keluarga dan klien yang
mengalami manajemen kesehatan keluarga tidak efektif.
Jenis penelitian ini adalah diskriptif dengan menggunakan metode studi kasus. Populasi
penelitian adalah keluarga Tn.P sebanyak 6 orang. Subjek dalam studi kasus adalah keluarga Tn.P
dyang anggota keluarganya menderita Diabetes Mellitus dan Gangguan Jiwa. Penelitian ini telah
dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Ponre Kelurahan Jalanjang Kecamatan Gantarang Kabupaten
Bulukumba pada tanggal 10 Mei 2022 – 12 Mei 2022.
Berdasarkan analisa data didapatkan diagnosa keperawatan yaitu manajemen kesehatan
keluarga tidak efektif berhubungan dengan kompleksitas program perawatan/pengobatan. Maka
intervensi yang diberikan adalah dukungan koping keluarga. Implementasi dilakukan sebanyak 3
hari. Evaluasi didapatkan manajemen kesehatan keluarga meningkat/efektif.
Adapun kesimpulan yaitu sesuai dengan hasil yang didapat pada keluarga Tn.P tindakan
dukungan koping keluarga dapat meningkatkan manajemen kesehatan keluarga jadi secara efektif
hal ini sama dengan jurnal-jurnal terkait. Diharapkan untuk lebih diperhatikan lagi bagi tenaga
kesehatan dalam melakukan asuhan keperawatan yang tepat dan dapat memberikan pendidikan
kesehatan pada masyarakat untuk meningkatkan dan memperhatikan perilaku kesehatan atau
kebiasaan sehari-hari.

Kata Kunci: Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif, Diabetes Mellitus, Dukungan
Koping Keluarga,

v
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
bimbingannya saya dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN)
dengan judul “Analisis Keperawatan Keluarga Tn.P Dengan Masalah
Keperawatan Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif Dan Penerapan
Dukungan Koping Keluarga Di Kelurahan Jalanjang Kecamatan Gantarang
Kabupaten Bulukumba Tanggal 10 Mei S/D 12 Mei Tahun 2022”. KIAN ini
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners pada Program Studi
Prodi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba.
Bersama dengan ini perkenankanlah saya mengucapkan terimakasih
khususnya kepada kedua orang tua tercinta, hormatku kepada mereka yang telah
memberikan doa, dorongan, dukungan moril serta materi kepada penulis dalam
menuntut ilmu. Dan terima kasih yang sebesar-besarnya dengan hati yang tulus
kepada :
1. H. Idris Aman, S.Sos selaku Ketua Yayasan Stikes Panrita Husada
Bulukumba.
2. Dr. Muriyati., S.Kep, M.kes selaku Ketua Stikes Panrita Husada Bulukumba.
3. Dr. A. Suswani Makmur, S.Kep, Ns, M.Kes selaku Wakil Ketua 1
4. Haerani, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Ketua Program Studi Prodi Ners.
5. DR. Aszrul AB, S.Kep, Ns, M.Kes selaku Pembimbing yang telah bersedia
memberikan bimbingan sejak awal sampai akhir penyusunan KIAN ini.
6. Bapak/Ibu dosen dan seluruh staf Stikes Panrita Husada Bulukumba atas bekal
keterampilan dan pengetahuan yang telah diberikan kepada penulis selama
proses perkuliahan.
7. Teman-teman Ners angkatan 2022, yang telah memberikan dukungan serta
bantuan hingga proposal ini dapat terselesaikan.
vi
Dan semua pihak yang telah membantu penyelesaian KIAN ini. Mohon
maaf atas segala kesalahan dan ketidaksopanan yang munkin telah saya perbuat.
Semoga Allah SWT senantiasa memudahkan setiap langkah-langkah kita menuju
kebaikan dan selalu menganugerahkan kasih sayang-Nya untuk kita semua. Amin.

Bulukumba,19 Mei 2022

Penulis

vii
DAFTAR ISI

Halaman judul
Halaman judul
Lembar Persetujuan...........................................................................................iii
Lembar Pengesahan...........................................................................................iv
Lembar Pernyataan Orisinalitas........................................................................ iv
Abstrak................................................................................................................v
Kata Pengantar....................................................................................................vi
Daftar Isi.............................................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Tujuan.............................................................................................................6
1. Tujuan Umum..........................................................................................6
2. Tujuan Khusus.........................................................................................6
C. Ruang Lingkup...............................................................................................6
D. Manfaat...........................................................................................................7
1. Manfaat Untuk Mahasiswa.......................................................................7
2. Manfaat untuk Lahan Praktek..................................................................7
3. Manfaat untuk Institusi.............................................................................7
E. Metodologi Penelitian.....................................................................................7
F. Sistematika Penulisan ....................................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................9
A. Tinjauan Kasus...............................................................................................9
B. Tinjauan Teori ..............................................................................................21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN..............................................................................45


A. Rancangan Penelitian.....................................................................................45
B. Populasi Dan Sampel.....................................................................................45
C. Tempat Dan Waktu Penelitian.......................................................................46

BAB IV HASIL DAN DISKUSI..........................................................................................47


A. Data Demografi Anggota Keluarga Yang Sakit.............................................47
B. Status Kesehatan Keluarga............................................................................47

viii
C. Proses Keperawatan......................................................................................50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................................62


A. Kesimpulan....................................................................................................62
B. Saran..............................................................................................................63

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN DOKUMENTASI

ix
1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Kementerian Kesehatan Tahun 2013 bahwa keluarga adalah

unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa

orang yang berkumpul serta tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam

keadaan saling bergantung. Keluarga dijadikan sebagai unit pelayanan karena

masalah kesehatan keluarga saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara

sesama anggota keluarga dan akan mempengaruhi pula keluarga-keluarga

disekitarnya atau masyarakat secara keseluruhan (Hartati, 2018). Status sehat

atau sakit para anggota keluarga saling mempengaruhi satu sama lain. Satu

penyakit dalam keluarga mempengaruhi seluruh keluarga dan sebaliknya

mempengaruhi jalannya suatu penyakit dan status kesehatan anggota keluarga.

Keluarga cenderung menjadi seorang reaktor terhadap masalh kesehatan dan

menjadi aktor dalam menentukan masalah-masalah kesehatan anggota keluarga.

(Friedman, 2010).

Hal yang dapat mempengaruhi sistem dalam keluarga adalah adanya

anggota keluarga yang sakit, seperti halnya Diabetes Mellitus. Diabetes Mellitus

merupakan salah satu masalah kesehatan yang dapat menurunkan produktivitas

SDM. Diabetes Mellitus merupakan penyakit kronis progresif yang ditandai

dengan ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat, lemak,

dan protein, mengarah ke hiperglikemia (Black & Hawks, 2014).

Diabetes merupakan salah satu dari berbagai penyakit yang mengancam

hidup banyak orang. Laporan statistik dari International Diabetes Federation

(IDF) mengatakan, ada sekitar 230 juta penderita diabetes di dunia. Angka

1
2

tersebut terus bertambah 3% atau sekitar 7 juta orang setiap tahunnya. Jumlah

penderita diabetes diperkirakan akan mencapai 350 juta pada tahun 2025.

Setengah dari angka tersebut berada di Asia terutama India, China, Pakistan

dan Indonesia. World Health Organization (WHO) memprediksikan kenaikan

jumlah penyandang diabetes di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000

menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Jumlah tersebut menempati urutan

ke-4 terbesar di dunia setelah India (31,7 juta), Cina (20,8) juta dan Amerika

Serikat (17,7 juta) (Syafey dalam Masriadi, 2016).

Penyakit Diabetes Mellitus untuk Indonesia berada diperingkat ke – 6

di dunia dengan angka kejadian sebanyak 10,3 juta orang. Jika tidak ditangan

dengan baik angka kejadian Diabetes Melitus di Indonesia akan melonjak

drastis menjadi 21,3 juta orang pada tahun 2030 (IDF, 2017). Hasil Riset

Kesehatan Dasar yang dilaporkan oleh Kementerian Kesehatan tahun 2018

menunjukkan prevalensi diabetes mellitus berdasarkan diagnosis dokter

meningkat dari 1,5% pada tahun 2013 menjadi 2% pada tahun 2018. Dengan

prevalensi diabetes mellitus terbanyak di wilayah perkotaan sebanyak 1,89%

atau 556,419 jiwa dan wilayah pedesaan sebanyak 1,01% atau 460,871 jiwa.

Kelompok umur yang paling tinggi prevalensinya adalah 55-64 tahun (6,29%)

dan prevalensi jenis kelamin perempuan (1,78%) lebih tinggi dari laki-laki

(1,21%) (Kemenkes, 2018).

Sulawesi Selatan termasuk salah satu provinsi yang memiliki prevalensi

diabetes terbanyak. Berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk semua umur

penderita diabetes sebanyak 1,3% atau 33.693 jiwa, sedangkan pada penduduk

umur ≥15 tahun sebanyak 1,8% atau 23.069 jiwa (Kemenkes, 2018). Data
3

Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan (2019) juga melaporkan bahwa kejadian

diabetes mellitus di tahun 2019 mencapai 143.311 kasus dan menduduki

peringkat kedua penyakit tidak menular setelah hipertensi. Salah satu daerah di

Sulawesi Selatan yang mempunyai penderita diabetes terbanyak adalah

Kabupaten Bulukumba.

Berdasarkan laporan kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bulukumba

tahun 2020 diabetes termasuk masalah kesehatan prioritas selain hipertensi.

Hal tersebut karena kasus diabetes di Kabupaten Bulukumba terus mengalami

peningkatan. Kasus diabetes tahun 2018 mencapai 5.520 kasus dan meningkat

menjadi 8.121 kasus di tahun 2019 dan menjadi 10.551 kasus di tahun 2020

dengan mayoritas penderita diabetes berada di wilayah perkotaan. Daerah

perkotaan Kabupaten Bulukumba terdiri dari 3 wilayah meliputi Puskesmas

Caile, Puskesmas Ponre dan Puskesmas Bonto Bahari. Sedangkan daerah

pedesaan terdiri dari 16 wilayah yaitu Puskesmas Gantarang, Puskesmas

Herlang, Puskesmas Tanete, Puskesmas Bontotiro, Puskesmas Ujung Loe,

Puskesmas Palangisang, Puskesmas Borong Roppoa, Puskesmas

Bontonyeleng, Puskesmas Mayampa, Puskesmas Salassae, Puskesmas Bonto

bangun, Puskesmas Balibo, Puskesmas Batang, Puskesmas Karassing,

Puskesmas Kajang dan Puskesmas Lembanna. Menurut laporan Dinas

Kesehatan Kabupaten Bulukumba tahun 2020 diperoleh kasus diabetes

tertinggi di wilayah perkotaan adalah puskesmas Caile dengan jumlah

penderita sebanyak 1.355 orang pada tahun 2019 dan meningkat menjadi 1.500

orang pada tahun 2020 dengan jumlah penderita diabetes mellitus tipe 2

sebanyak 210 orang. Sedangkan di wilayah pedesaan yaitu Puskesmas Tanete


4

dengan jumlah penderita 220 orang di tahun 2019 dan meningkat menjadi 275

di tahun 2020 dengan 100 orang diantaranya diagnosis diabetes tipe 2.

Berdasarkan jumlah Pasien Diabetes Mellitus di wilayah kerja

Puskesmas Ponre yaitu pada tahun 2019 sebanyak 235 orang, tahun 2020

sebanyak 251 orang dan tahun 2021 sebanyak 285. Dari data tersebut dapat

dilihat bahwa jumlah penyakit DM ini meningkat dari tahun ke tahun (PKM

Ponre, 2022).

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa penyakit diabetes mellitus

di Indonesia masih menjadi masalah kesehatan yang cukup serius dan

memerlukan tindakan dari berbagai pihak. Jika tidak segera diatasi, situasi ini

dapat memberikan dampak yang merugikan dan mengakibatkan penurunan

produktivitas, mengurangi usia harapan hidup kecacatan bahkan kematian dini

Penelitian tentang dukungan keluarga yang dilakukan oleh Firdaus,

Sriyono, dan Asmoro (2014) dalam penelitian Ariyani (2019) menunjukkan

bahwa 32,8% penyandang Diabetes Melitus mendapat dukungan keluarga yang

baik dengan tingkat kepatuhan terapi insulin tinggi, 63.8% mendapat dukungan

keluarga sedang dengan tingkat kepatuhan sedang, dan 3,4% mendapat

dukungan keluarga kurang dengan tingkat kepatuhan rendah. Oleh karena itu

dukungan keluarga sangatlah penting dan berpengaruh besar dalam pengobatan

Diabetes Melitus di keluarga.

Prinsip penanganan dan pengendalian DM yaitu diet, olahraga,

perubahan perilaku dan pengonsumsian obat. Pola makan adalah kunci dari

keberhasilan penatalaksanaan DM tipe 2. Pola makan bertujuan untuk

memperbaiki kebiasaan makan agar kadar gula darah dapat terkendali (Yulia,
5

2016). WHO mengemukakan ada banyak faktor yang mempengaruhi

keberhasilan diet antara lain adalah penyakit, stress, jenis kelamin dan

lingkungan, kepercayaan diri, dukungan keluarga dan pengetahuan tentang

diabetes mellitus (Evi & Yanita, 2016). Kendala utama pada pengendalian pola

makan adalah kejenuhan pasien dalam mengikuti terapi diet. Untuk mengubah

pola hidup dan melakukan terapi diet adalah hal yang cukup sulit karena pasien

sudah terbiasa dengan gaya hidup mereka sebelumnya dan harus merubah

kebiasaan mereka yang sudah mereka lakukan bertahun-tahun. Sehingga

banyak pasien yang mengalami stress ketika melakukan terapi diet ini. Banyak

pasien yang menganggap bahwa diet yang dilakukan tidak menyenangkan

sehingga mereka masih makan sesuai dengan apa yang mereka inginkan

(Kusnanto et al., 2019).

Berdasarkan dengan tinjauan awal pada keluarga binaan didapatkan

data awal secara deskripsi bahwasanya keluarga mengungkapkan kesulitan

dalam merawat anggota keluarga yang sakit sehingga terkait diet pasien tidak

terpenuhi dengan baik dan tujuan pengobatan gangguan jiwa. Oleh karena itu

pasien dengan diabetes mellitus dan gangguan jiwa memerlukan dukungan

koping dari keluarga dalam menangani penyakit yang diderita. Dalam

melakukan asuhan keperawatan keluarga, keluarga adalah komponen yang

penting dan melibatkan anggota keluarga dalam pengkajian, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi dengan memobilisasi sumber pelayanan kesehatan

yang tersedia di keluarga dan sumber dari profesi lain (Kemenkes,2017).

Dari beberapa uraian di atas, maka penulis berusaha untuk memahami

dan lebih mendalami kasus keluarga yang anggota keluarga mengalami


6

penyakit Diabetes Mellitus sebagai tindakan lanjutan ujian praktek, sehingga

dapat menerapkan asuhan keperawatan secara optimal dan mengangkat

laporan akhir dengan judul “Analisis Keperawatan Keluarga Tn.P Dengan

Masalah Keperawatan Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif Dan

Penerapan Dukungan Koping Keluarga Di Kelurahan Sapiri Kecamatan

Gantarang Kabupaten Bulukumba.”

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu melaksanakan Analisis Keperawatan secara komprehensif

kepada keluarga dan klien yang mengalami manajemen kesehatan keluarga

tidak efektif.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada keluarga dan klien yang mengalami

manajemen kesehatan keluarga tidak efektif

b. Mampu menentukan diagnosa prioritas pada keluarga dan klien yang

mengalami manajemen kesehatan keluarga tidak efektif

c. Mampu menentukan intervensi dan melakukan implementasi

keperawatan pada keluarga dan klien yang mengalami manajemen

kesehatan keluarga tidak efektif

d. Mampu melakukan dan membimbing klien praktek dukungan koping

pada keluarga dan klien yang mengalami manajemen kesehatan keluarga

tidak efektif

e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada keluarga dan klien yang

mengalami manajemen kesehatan keluarga tidak efektif.


7

C. Ruang Lingkup

Analisis Keperawatan Keluarga Tn.P Dengan Masalah Keperawatan

Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif Dan Penerapan Dukungan

Koping Keluarga Di Kelurahan Jalanjang Kecamatan Gantarang Kabupaten

Bulukumba dimulai dari tanggal 10 Mei 2022 – 12 Mei 2022.

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat untuk mahasiswa

Memperoleh pengalaman dan pengetahuan mengenai Analisis

Keperawatan Keluarga dengan masalah manajemen kesehatan keluarga

tidak efektif.

2. Manfaat untuk lahan praktek

Menjadi bahan masukan dan informasi yang bermanfaat mengenai

Asuhan Keperawatan Keluarga terutama dengan pasien Diabtes Mellitus di

wilayah kerja Puskesmas Ponre Kelurahan Jalanjang Kecamatan Gantarang

Kabupaten Bulukumba.

3. Manfaat untuk institusi pendidikan

Menjadi bahan masukan dan referensi untuk STIKes Panrita Husada

Bulukumba mengenai Asuhan Keperawatan Keluarga, terutama pada

penananganan penyakit Diabetes Mellitus.

4. Manfaat untuk profesi keperawatan

Diharapkan dapat menjadi bahan masukan terhadap sesama profesi

keperawatan dalam menerapkan Asuhan Keperawatan Keluarga yang

meliputi pengkajian, menentukan masalah, memberikan intervensi,

memberikan implementasi dan mengevaluasi tindakan.


8

E. Metode Penulisan

Metode dalam penulisan KIAN ini menggunakan metode Deskriptif dan

metode studi kepustakaan. Dalam metode desktiptif pendekatan yang

digunakan adalah studi kasus dengan mengelolah 1 kasus dengan

menggunakan pendekatan proses keperawatan.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan bertujuan untuk memudahkan dalam memahami isi

dan maksud dari laporan tugas akhir. Berikut ini merupakan sistematika

penulisan yang terdiri dari 5 bab, yakni:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, tujuan, ruang lingkup, manfaat

penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORI

Bab ini berisi landasan teori dari Keperawatan Keluarga, Manajemen

Kesehatan Keluarga Tidak Efektif dan Dukungan Keluarga dengan masalah

Diabetes Mellitus

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi tentang asuhan keperawatan yang telah diberikan pada Keluarga

“...” dengan kasus Diabetes Mellitus.

BAB IV HASIL DAN DISKUSI

Bab ini berisi tentang anlisis terhadap asuhan keperawatan yang telah

diberikan dan dikaitkan dengan teori.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran


BAB II TINJAUAN UMUM

A. Tinjauan Kasus

1) Dukungan Koping Keluarga

a. Pengertian Dukungan Koping Keluarga

Menurut Sutini (2014) dalam Aji (2021) bahwa koping keluarga

yaitu respon yang ditunjukkan oleh keluarga dalam mengatasi stresor

yang ada, berusaha untuk memperbaiki masalah yang ada dan

beradaptasi dengan situasi yang terjadi.

Sedangkan menurut Friedman (2013) Koping keluarga adalah

proses aktif saat keluarga memamfaatkan sumber keluarga yang ada

dan mengembangkan perilaku serta sumber baru yang akan

memperkuat unit keluarga dan mengurangi dampak peristiwa hidup

penuh stres. Strategi koping keluarga adalah suatu cara positif yang

dilakukan oleh keluarga untuk dapat beradaptasi dengan keadaan yang

terjadi baik dalam upaya pemecahan masalah maupun mengurangi stres

yang terjadi.

Menurut (Agustin, 2015) bahwa keluarga merupakan sumber

dukungan sosial yang harus memiliki kemampuan dalam memberikan

perawatan bagi anggota keluarga yang mengalami masalah sehingga

perlu membentuk koping yang adaptif untuk dapat mengoptimalkan

peran keluarga dalam sistem keseluruhan untuk mengurangi beban

keluarga baik secara fisik maupun mental (Kitu et al., 2019). Sedangkan

menurut Sulistiyowati (2018) bahwa keluarga dan dukungan dari

keluarga memiliki peranan penting dalam promosi kesehatan dan

9
10

pencegahan terhadap penyakit keluarganya (Suki Okta Hamimi, 2019).

Menurut beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa

dukungan koping keluarga merupakan sumber dukungan sosial yang

harus memberikan perawatan bagi anggota keluarga yang memiliki

masalah baik dalam upaya pemecahan masalah maupun mengurangi

stres yang terjadi.

b. Manfaat Dukungan Koping Keluarga

Keluarga mungkin perlu mendistribusikan ulang tanggung jawab,

memodifikasi rutinitas harian dan negosiasi ulang peran keluarga

karena diabetes. Ikatan dan koping keluarga memainkan peran penting

dalam manajemen diabetes sekaligus meningkatkan motivasi akibat

kebersamaan. Telah ditunjukkan tingkat konflik yang rendah, tingkat

kohesi yang tinggi dan organisasi dan pola organisasi yang baik

dikaitkan dengan kepatuhan rejimen yang lebih baik. Dukungan

diabetes terkait dari pasangan juga membantu dalam kepatuhan rejimen

yang baik15. Status perkawinan terkait dengan persepsi kesehatan,

khususnya janda dikaitkan dengan kesehatan yang dinilai lebih buruk

dan dukungan ekonomi dan emosional dari kerabat dapat meningkatkan

hasil positif dari penyakit apapun (Yeow, 2019).

Beberapa keluarga di Asia percaya bahwa keluarga harus

membantu dan mendorong, tetapi akhirnya pasien bertanggung jawab

untuk perawatan diri. Dukungan keluarga juga berfungsi untuk

melindungi efek buruk dari stres pada kontrol glikemik dan dengan

demikian mempengaruhi manajemen diabetes (Rhee, 2015). Dukungan


11

instrumental dalam bidang diet, latihan, kepatuhan pengobatan,

mengelola saran dokter, dan pemantauan glukosa darah dilaporkan

sebagai dukungan yang paling umum dari keluarga. Pasangan juga

dapat membantu mengembangkan kebiasaan perawatan diri (Kholil,

2019).

c. Bentuk Dukungan Keluarga

Menurut Friedman (2013), menyatakan bahwa keluarga berfungsi

sebagai sistem pendukung bagi anggotanya. Anggota keluarga memandang

bahwa orang yang bersifat mendukung, selalu siap memberikan

pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Terdapat empat dimensi dari

dukungan keluarga yaitu:

1) Dukungan emosional berfungsi sebagai pelabuhanistirahat dan

pemulihan serta membantu penguasaan emosional serta meningkatkan

moral keluarga. Dukungan emosianal melibatkan ekspresi empati,

perhatian, pemberian semangat, kehangatan pribadi, cinta, atau bantuan

emosional. Dengan semua tingkah laku yang mendorong perasaan

nyaman dan mengarahkan individu untuk percaya bahwa ia dipuji,

dihormati, dan dicintai, dan bahwa orang lain bersedia untuk

memberikan perhatian.

2) Dukungan informasi, keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan

disseminator (penyebar) informasi tentang dunia (Friedman, 1998).

Dukungan informasi terjadi dan diberikan oleh keluarga dalam bentuk

nasehat, saran dan diskusi tentang bagaimana cara mengatasi atau

memecahkan masalah yang ada.

3) Dukungan instrumental, keluarga merupakan sebuah sumber


12

pertolongan praktis dan konkrit. Dukungan instrumental merupakan

dukungan yang diberikan oleh keluarga secara langsung yang meliputi

bantuan material seperti memberikan tempat tinggal, memimnjamkan

atau memberikan uang dan bantuan dalam mengerjakan tugas rumah

sehari-hari.

4) Dukungan penghargaan, keluarga bertindak (keluarga bertindak sebagai

sistem pembimbing umpan balik, membimbing dan memerantai

pemecahan masalah dan merupakan sumber validator identitas anggota

(Friedman, 2010). Dukungan penghargaan terjadi melalui ekspresi

penghargaan yang positif melibatkan pernyataan setuju dan panilaian

positif terhadap ide-ide, perasaan dan performa orang lain yang

berbanding positif antara individu dengan orang lain.

d. Tugas Keluarga Di Bidang Kesehatan

Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai

tugas di dalam bidang kesehatan yang perlu di pahami dan dilakukan.

Ada 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus di lakukan

(Fridman, 2013).

1) Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya perubahan sekecil

apapun yang di alami anggota keluarga secara tidak langsung

menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka apabila

menyadari adanya perubahan perlu segera di catat kapan terjadinya,

perubahan apa yang terjadi dan seberapa perubahannya.

2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi

keluarga. Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk

mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga,


13

dengan pertimbangan siap diantara keluarga yang mempunyai

kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga

maka segeralah melakukan tindakan yang tepat agar masalah

kesehatan dapat dikurangi atau bahkan bisa teratasi. Jika keluarga

mempuyai keterbatasan agar meminta bantuan orang lain

dilingkungan sekitar keluarga.

3) Memberikan keperawatan anggota keluarga yang sakit atau yang

tidak dapat membatu dirinya sendiri karena cacat atau usianya

terlalu mudah. Perawat ini dapat di lakukan di rumah apabila

keluarga mempunyai kemampuan melakukan tindakan untuk

pertolongan pertama atau ke pelayanan kesehatan untuk

memperoleh tindakan lanjutan agar masalah yang lebih parah tidak

terjadi (Suparyanto , 2012).

4) Memodifikasi lingkungan keluarga seperti pentingnya hygiene

sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan penyakit yang dilakukan

keluarga, upaya pemeliharaan lingkungan yang dilakukan keluarga,

kekompakan anggota keluarga dalam menata lingkungan dalam

dan luar rumah yang berdampak pada kesehatan keluarga.

5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan, seperti kepercayaan

keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas pelayanan

kesehatan, keberadaan fasilitas kesehatan yang ada, keuntungan

keluarga terhadap pengunaan fasilitas kesehatan, apakah pelayanan

kesehatan terjangkau oleh keluarga, adakah pengalaman yang

kurang baik dipersepsikan keluarga.


14

2) Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif

a. Manajemen Kesehatan Keluarga Efektif

Manajemen diri diabetes yang efektif adalah langkah penting dalam

mencapai hidup yang sehat dan memuaskan. Namun, hal itu

membutuhkan banyak motivasi pribadi dan perubahan perilaku. Sejauh

mana dukungan sosial dan keluarga mempengaruhi hasil kesehatan dan

kepatuhan terhadap pengobatan diabetes yang memiliki implikasi

penting untuk kebijakan dan praktik. (Alva, 2020).

b. Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif

Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif adalah pola

penanganan masalah kesehatan dalam keluarga yang tidak memuaskan

untuk memulihkan kondisi kesehatan anggota keluarga (PPNI, 2016).

Dalam hal ini keluarga mengalami keterbatasan merawat keluarganya

yang diakibatkan oleh pengetahuan keluarga yang kurang tetang

penyakit tersebut, keluarga tidak mengetahui tentang perkembangan

perawatan yang dibutuhkan, kurang atau tidak ada fasilitas yang

diperlukan untuk perawatan, sumber-sumber yang ada dalam keluarga

tidak seimbang (misalnya, keuangan, anggota keluarga yang

bertanggung jawab, fasilitas fisik untuk perawatan), sikap negatif

terhadap yang sakit, konflik individu dalam keluarga, sikap dan

pandangan hidup, dan perilaku yang mementingkan diri sendiri.

Peran keluarga dalam hal ini meliputi keluarga mampu memberikan

perawatan pada anggota keluarga yang sakit misalnya meningatkan atau

memonitor waktu minum obat, mengontrol persediaan obat,


15

mengantarkan pasien kontrol, meningkatkan kesehatan lingkungan

pasien, mengontrol diet rendah purin dan pemenuhan kebutuhan

psikologis pasien. Menurut (PPNI, 2016) penyebab manajemen

kesehatan keluarga tidak efektif pada anggota keluarga yang dengan

diabetes mellitus disebabkan karena : a). Kompleksitas sistem

pelayanan kesehatan b) Kompleksitas program perawatan atau

pengobatan c) Konflik dalam pengambilan keputusan d). Kesulitan

ekonomi e). Banyak tuntutan f). Konflik keluarga.

3) Arikel Terkait

1. Artikel 1

Penelitian oleh Syamsiah, Andi Baso Tombong dan Andi Nurlaelah

Amin tahun 2021 dengan judul Diabetes Mellitus Tipe-2 Lama

Berhubungan dengan Insiden Neuropati: Studi Cross Sectional.

Berdasarkan hasil peneltian yang dilakukan pada 38 responden yang

mengalami Diabetes Mellitus. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan

pasien Diabetes Mellitus yang masa terdiagnosa yang baru maka akan

rendah mengalami insieden neuropati begitu sebaliknya jika pasien

yang sudah lama terkena Diabetes Mellitus maka tingkat terkena

neuropati juga lebih banyak. Adanya gangguan neuropati ini

mengakibatkan kualitas hidup pasien menurun sehingga koping

keluarga menjadi terganggu lalu keluarga menjadi stres.

2. Artikel 2

Penelitian yang dilakukan Putri Pradani tahun 2017 dengan judul

penelitian Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Bp.W Dengan


16

Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Dengan Diabetes Mellitus Di

Desa Kutawis RT04/RW01 Kecamatan Bukateja Kabupaten

Perbalingga. Klien bernama Ny R, usia 50 Tahun dengan pekerjaan

IRT.

Setelah pengkajian maka didapatkan diagnosa prioritas adalah

Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga karena adanya anggota

keluarga yang sakit Diabetes Mellitus. Didapatkan keluarga tidak

mampu memilihkan makanan untuk klien DM, keluarga tidak mampu

menentukan manajemen kesehatan. Intervensi yang diberikan adalah

dukungan koping keluarga. Peneliti memberikan edukasi dan

mendampingi keluarga dalam memecahkan masalah. Hasil evaluasi

yaitu keluarga mampu melakukan manajemen kesehatan keluarga

efektif.

3. Artikel 3

Penelitian yang dilakukan oleh Alva C. Mustamu tahun 2020

dengan judul Dukungan dan Koping dalam Motivasi Pengobatan

Penderita Diabetes Mellitus. Dalam penelitian melibatkan 41 responden

untuk mengetahui hubungan dukungan dan koping dalam pengobatan

DM.

Hasil perhitungan hubungan antara dukungan keluarga dan

motivasi pengobatan menggunakan korelasi menunjukan nilai

signifikan. Penelitian ini menemukan bahwa terdapat antara koping dan

dukungan keluarga serta motivasi pengobatan. Faktor-faktor yang dapat

meningkatkan motivasi termasuk dukungan keluarga dan koping.


17

4. Artikel 4

Penelitian yang dilakukan oleh Chusnul Khotimah pada tahun 2021

dengan judul penelitian Asuhan Keperawatan Keluarga Diabetes

Melitus Di Wilayah Puskesmas Sepinggan Kota Balikpapan

Kalimantan Timur. Penelitian dilakukan terhadap keluarga Tn.B dan

Tn.L yang mengalami salah satu anggota keluarga mengalami Diabetes

Mellitus. Diagnosa prioritas yang diangkat adalah manajemen

kesehatan keluarga tidak efektif.

Berdasarakan analisa data kedua klien diperoleh diagnosa

keperawatan defisit pengetahuan dan ketidakstabilan glukosa darah

dalam tubuh dengan kriteria hasil pengetahuan meningkat dan kadar

gula darah dapat stabil. Klien 1 mempunyai riwayat dm dari

keluarganya, tidak menerapkan diit diabetes melitus serta kurang

mengetahui tentang dm. Klien 2 tidak memiliki riwayat dm

sebelumnya, keluarga kurang mengetahui masalah diabetes melitus.

Klien 1 memiliki tanda dan gejala lemah serta kurang nafsu makan,

klien 2 merasa haus berlebihan dan sering buang air kecil. Perencanaan

dan pelaksanaan dilakukan seuai dengan kebutuhan klien. Evaluasi

pada klien 1 dan klien 2 semua teratasi dengan intervensi dukungan

koping keluarga.

5. Artikel 5

Penelitian yang dilakukan oleh Mega Hartati dan Lucia Firsty

Puspita Krishna pada tahun 2018 dengan judul penelitian Asuhan

Keperawatan Keluarga Dengan Diabetes Mellitus. Sampel sebanyak 2


18

orang yaitu Tn. K sebagai Kepala Keluarga yang menderita Diabetes

Mellitus dan Ny.L sebagai ibu rumah tangga yang menderita

Hipertensi.

Hasil penelitian yaitu berdasarkan pengkajian yang dilakukan

peneliti didapatkan data bahwa ketidakmampuan keluarga dalam

melaksanakan tugas keluarga dalam kesehatan. Sehingga intervensi

yang diberikan adalah dukungan koping keluarga dengan meningkatkan

pengetahuan keluarga melalui edukasi mengenati manajemen kesehatan

keluarga yang efektif.

6. Artikel 6

Penelitian yang dilakukan oleh Lilian Cristiane Gomes pada tahun

2017 dengan judul penelitian Kontribusi dukungan sosial keluarga

untuk kontrol metabolisme orang dengan diabetes mellitus: Sebuah uji

klinis terkontrol secara acak. Penelitian ini dilakukan pada 82 orang

pasien Diabetes Mellitus.

Mengenai dampak klinis, hasilnya menunjukkan penurunan gula

darah yang lebih besar dan hemoglobin terglikasi pada kelompok

intervensi dibandingkan pada kelompok kontrol, menunjukkan efek

positif pada pengendalian penyakit. Kesimpulan: Keluarga harus

dimasukkan ke dalam perawatan penderita diabetes mellitus dan

terutama di program perawatan kesehatan, khususnya yang dapat

mempromosikan berbagai bentuk dukungan sosial untuk memperkuat

ikatan antar anggota keluarga.


19

7. Artikel 7

Penelitian yang dilakukan oleh Indah Wulandari, dkk pada tahun

2020 dengan judul penelitian Pengalaman Keluarga Merawat Pasien

Diabetes Mellitus: Studi Kualitatif. Hasil penelitian menggambarkan

bahwa Pengalaman anggota keluarga saat merawat pasien diabetes

melitus dapat digunakan untuk mengetahui adanya 5 tema yaitu

perasaan keluarga yang muncul saat merawat pasien diabetes melitus,

kepatuhan pasien minum obat, ketidakpatuhan pasien terhadap dietnya,

ketidakpatuhan pasien dalam beraktivitas. dan harapan keluarga di masa

depan Kesimpulan: Dalam setiap tema, keluarga mengalami hambatan

yang muncul antara keinginan keluarga dan kebutuhan pasien. Diet dan

aktivitas menjadi kendala utama untuk perawatan diabetes di rumah.

Beberapa topik membutuhkan perhatian lebih, seperti informasi dan

dukungan yang diberikan untuk keluarga.

8. Artikel 8

Penelitian yang dilakukan Maria Sofia Martinez pada tahun 2019

dengan judul penelitian Manajemen dan Pendidikan di Penderita

Diabetes Mellitus. Penderita Diabetes Mellitus (DM) dapat aktif

berpartisipasi dalam pengelolaan penyakit ini, dengan pendidikan

terapeutik memainkan peran penting dalam optimalisasi pengetahuan,

sumber daya dan keterampilan yang dibutuhkan untuk mencapai target

kontrol metabolik, kurangi onset komplikasi akut dan kronis, dan

menjaga kualitas kehidupan. Dalam konteks ini, manajemen DM

menjadi upaya holistik, dengan mempromosikan penggunaan yang


20

wajar dari sumber daya terapeutik dengan melibatkan pasien itu sendiri

manajemen diri dan efikasi diri, keluarga mereka dan masyarakatnya,

dengan tujuan untuk memperoleh hasil yang optimal.

9. Artikel 9

Penelitian yang dilakukan Ajeng Cintya Baeti Putri pada tahun

2020 dengan judul penelitian Pengelolaan Manajemen Kesehatan

Keluarga Tidak Efektif Pada Keluarga Tn. W Dengan Riwayat

Diabetes Mellitus Di Kelurahan Candirejo Ungaran. Adapun hasil

penelitiannya yaitu Hasil pengelolaan didapatkan masalah manajemen

kesehatan tidak efektif berhasil diatasi diatasi dibuktikan keluarga

mampu menjelaskan kembali mengenai penyakit diabetes mellitus,

keluarga klien mampu mengikuti arahan yang diberikan untuk

memelihara kesehatan pada penderita diabetes.

10. Artikel 10

Penelitian yang dilakukan Ery Prastika Wati dan Wulansari pada

tahun 2021 denga judul penelitian Dukungan Keluarga Merencanakan

Perawatan Dengan Masalah Pengelolaan Manajemen Kesehatan

Keluarga Tidak Efektif. Hasil penelitian yaitu Pengelolaan manajemen

kesehatan keluarga tidak efektif dilakukan selama 3 hari, dengan teknik

pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan studi kasus.

Kemudian dilakukan rencana keperawatan yaitu dukungan keluarga

merencanakan perawatan dan edukasi diet DM. Didapatkan hasil akhir

pasien paham bagaimana manajemen kesehatan, mengetahui penyakit

DM dan diet DM.


21

Jadi dari hasil penelitian diatas adalah diagnosa manajemen kesehatan

keluarga tidak efektif dapat dilakukan intervensi dukungan koping keluarga

yaitu memberikan edukasi dan tindakan pendampingan dengan melatih

keluarga untuk menambah pengetahuan dalam melakukan perawatan

anggota keluarga yang sakit. Kesimpulan dari penelitian yaitu dukungan

keluarga atau dengan melibatkan keluarga dalam menentukan manajemen

kesehatan keluarga berpengaruh terhadap masalah manajemen kesehatan

keluarga tidak efektif.

B. Tinjauan Teori

1. Konsep Dasar Keluarga

a. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang yang disatukan oleh

kebersamaan dan kedekatan emosional serta yang mengidentifikasi

dirinya sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 2013). Keluarga

merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan

perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan untuk meningkatkan dan

mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan

fisik, mental, emosional, dan sosial dari tiap anggota keluarga (Duvall).

b. Tipe Keluarga

Menurut Setiadi (2008) dalam Sakinah (2019) Tipe atau bentuk

keluarga terdiri dari sebagai berikut :

1) Nuclear Family (Keluarga inti) yaitu Terdiri dari ayah, ibu, dan anak.

Keluarga yang dibentuk berdasarka suatu perkawinan.

2) Extended Family (Keluarga besar) yaitu Keluarga inti yang


22

ditambahkan dengan keuarga yan berada diluar rumah seperti,

kakek, nenek,sepupu dan sebagainya. (guy/lesbian families).

3) Keluarga Campuran (Blended Family) yaitu Keluarga inti yang di

tambah dengan keluuarga tiri.

4) Keluarga menurut hukum umum (Common Law Family) yaitu Anak-

anak yang tinggal bersama.

5) Keluarga orang tua tunggal yaitu Dimana keluarga yang tidak

lengkap karena tidak adanya kepala keluarga seperti pasangan yang

sudah bercerai secara hidup atau pun yang sudah berpisah

berdasarkan maut atau kematian.

6) Keluarga Hidup Bersama (Commune Family) yaitu Dimana keluarga

ini memiliki tujuan dan kepercayaan yang sama.

7) Keluarga Serial (Serial Family) yaitu Dalam keluarga ini yang

dimana terdiri dari pria dan wanita yang telah menikah dan memilki

anak tetap bercerai dan memilih keluarga baru masing-masing.

8) Keluarga Gabungan (Composite Family) yaitu Keluarga yang terdiri

dari poligami atau poliandri yang dimana memiliki pasangan lebih

dari satu.

9) Hidup bersama dan tinggal bersama (Cohabitation Family) Keluarga

yang terdiri dari laki-laki dan perempuan yang hidup bersama tidak

ada ikatan perkawinan yang sah.

c. Struktur Keluarga

Menurut Muhlisin (2012), struktur keluarga terdiri atas:

1) Pola dan proses komunikasi


23

Fungsi dari pola interaksi keluarga adalah bersifat terbuka dan jujur,

selalu menyelesaikan konflik keluarga, berpikiran positif dan tidak

mengulang-ulang isi dan pendapat sendiri

2) Karakteristik komunikasi keluarga

Terdiri dari karakteristik pengirim dan penerima yang berfungsi

untuk :

a) Karakteristik penerima : siap mendengarkan, memberi umpan

balik, melakukan validasi

b) Karakteristik pengirim : apa yang disampaikan jelas dan

berkualitas, selalu meminta dan menerima umpan balik dan yakin

dalam mengemukakan sesuatu atau pendapat.

3) Struktur peran

Peran adalah beberapa rangkaian perilaku yang diharapkan sesuai

dengan yag diinginkan, tekadang peran ini tidak bisa dijalankan leh

masing-masing individu dengan baik.

4) Struktur kekuatan

Merupakan saah satu kemampuan yang berpotensial dan actual dari

individu itu sendiri untuk merubah perilaku yang lebih baik lagi.

5) Nilai-nilai keluarga

Nilai adalah suatu keadaan dimana system, sikap dan kepercayaan

yang sadar atau tidak. Norma adalah suau pola perilaku yang baik

menurut masyarakat dan juga keluarga.

d. Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga (Friedman, 2013), sebagai berikut:


24

1) Fungsi Afektif

Fungsi afektif adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan

kebutuhan psikososial, saling mengasuh dan memberikan cinta

kasih, serta saling menerima dan mendukung.

2) Fungsi Sosialisasi

Fungsi sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan

individu keluarga, tempat anggota keluarga berinteraksi sosial dan

belajar berperan di lingkungan sosial.

3) Fungsi Reproduksi

Fungsi reproduksi, adalah fungsi keluarg meneruskan kelangsungan

keturunan dan menambah sumber daya manusia.

4) Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi, adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan

keluarga, seperti sandang, pangan, dan papan.

5) Fungsi Perawatan / Pemeliharaan Kesehatan

Fungsi perawatan kesehatan, adalah kemampuan keluarg untuk

merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan

e. Peran Keluarga

Peran Keluarga adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan

orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam satu sistem

(Mubarak dkk, 2012). Peran didasarkan pada preskipsi dan harapan

peran yang menerangkan apa yang individu-individu harus lakukan

dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan mereka

sendiri atau harapan orang lain menyangkut peran tersebut (Harmoko,


25

2012). Peran formal dalam keluarga adalah peran-peran yang bersifat

terkait, yaitu sejumlah perilaku yang kurang lebih bersifat homogen.

Keluarga membagi peran secara merata kepada anggotanya (Khotimah,

2021).

Peran- peran informal bersifat implisit biasanya tidak tampak ke

permukaan dan dimainkan hanya untuk memenuhi kebutuhan-

kebutuhan emosional individu dan atau untuk menjaga keseimbangan

dalam keluarga. misalnya: pendorong, penguat, pendamai,

pengharmonis (Sakinah, 2019).

f. Tugas Perkembangan Keluarga dengan Keluarga Melepaskan Anak

Dewasa Muda

1) Memperluas siklus keluarga dengan memuaskan anggota keluarga

yang baru didapatkan melalui perkawinan anak-anak.

2) Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali

hubungan perkawinan.

3) Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami maupun

istri (Aryani, 2019).

g. Masalah – Masalah yang Muncul pada Keluarga dengan Melepaskan

Anak Dewasa Muda

Masalah komunikasi anak dengan orang tua (jarak), perawatan usia

lanjut, masalah penyakit kronis, diabetes, hipertensi, kolesterol, dll.

h. Peran Perawat Keluarga

Menurut Widyanto (2014) dalam Aryani (2019), peran dan fungsi

perawat dalam keluarga yaitu:


26

1) Pendidik kesehatan mengajarkan secara formal maupun informal

kepada keluarga tentang kesehatan penyakit

2) Pemberi pelayanan, pemberi asuhan keperawatan kepada anggota

keluarga yang sakit dan melakukan pengawasan terhadap

pelayanan/pembinaan yang diberikan guna meningkatkan

kemampuan merawat bagi keluarga.

3) Advokat keluarga, mendukung keluarga berkaitan dengan isu-isu

keamanan dan akses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.

4) Penemu kasus (epidiomologist), mendeteksi kemungkinan penyakit

yang akan muncul dan menjalankan peran utama dalam pengamatan

dan pengawasan penyakit.

5) Peneliti, mengidentifikasi masalah praktik dan mencari penyelesaian

melalui investigasi ilmiah secara mandiri maupun kolaborasi.

6) Manager dan koordinator, mengelola dan bekerja sama dengan

anggota keluarga, pelayanan kesehatan dan sosial, serta sektor lain

untuk mendapatkan akses pelayanan kesehatan.

7) Fasilitator, menjalankan peran terapeutik untuk membantu mengatasi

masalah dan mengidentifikasi sumber masalah.

8) Konselor, sebagai konsultan bagi keluarga untuk mengidentifikasi

dan memfasilitasi keterjangkauan keluarga/masyarakat terhadap

sumber yang diperlukan.

9) Mengubah atau memodifikasi Lingkungan, memodifikasi

lingkungan agar dapat meningkatkan mobilitas dan menerapkan

asuhan secara mandiri.


27

2. Konsep Dasar Penyakit

a. Pengertian Diabetes Mellitus

Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolit yang

ditandai peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikimia) akibat

kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (smeltzer

dan bare, 2015 ).

Diabetes melitus adalah gangguan metabolik yang ditandai oleh

hiperglikemia (kenaikan kadar glukosa) akibat kurangnya hormon

insulin, menurunnya efek insulin atau keduanya. (kowalak, dkk. 2016).

b. Etiologi

Diabetes melitus atau labih dikenal dengan istilah penyakit kencing

manis mempunyai beberapa penyebab, antara lain (smeltzer dan bare,

2015):

1) Pola makan

2) Obesitas

3) Factor genetik

4) Bahan – bahan kimia dan obat- obatan

5) Penyakit dan infeksi pada pancreas

6) Pola Hidup

7) Kadar Kortikosteroid YangTinggi. Kehamilan gestasional.

8) Obat-obatan yang dapat merusak pankreas.

9) Racun yang mempengaruhi pembentukan atau efek dari insulin.

c. Klasifikasi

1) Diabetes type 1
28

Diabetes melitus tipe satu atau Insulin Dependen Diabetes Melitus

(IDDM), dapat terjadi disebabkan karena adanya kerusakan sel-B,

biasanya menyebabkan kekurangan insulin absolut yang disebabkan

oleh proses autoimun atau idiopatik. Umumnya penyakit ini

berkembang kearah ketoasidosis diabetik yang menyebabkan

kematian.Diabetes melitus tipe 1 terjadi sebanyak 5-10 % dari semua

diabetes melitus. Diabetes melitus tipe 1 dicirikan dengan onset yang

akut dan biasanya terjadi pada usia 30 tahun (SmeltZer dan Bare.

2015).

2) Diabetes type 2

Diabetes melitus tipe 2 atau Non Insulin Dependen Diabetes Melitus

(NIDDM), dapat terjadi karena kerusakan progresif sekretorik

insulin akibat resistensi insulin. Diabetes melitus tipe 2 juga

merupakan salah satu gangguan metabolik dengan kondisi insulin

yang diproduksi oleh tubuh tidak cukup jumlahnya akan tetapi

reseptor insulin dijaringan tidak berespon terhadap insulin tersebut.

Diabetes melitus tipe 2 mengenai 90-95 % pasien dengan diabetes

melitus. Insidensi terjadi lebih umum pada usia 30 tahun, obesitas,

herediter, dan factor lingkungan. Diabetes melitus tipe ini sering

terdiagnosis setelah terjadi komplikasi (SmeltZer dan Bare. 2015).

3) Diabetes Melitus Tipe Tertentu

Diabetes melitus tipe ini dapat terjadi karena penyebab lain misalnya

defek genetik pada fungsi sel-B, defek genetik pada kerja insulin,

penyakit eksokrin pankreas (Seperti fibrosis kistik dan pankreatitis),


29

penyakit metabolik endokrin, infeksi, sindrom genetik lain dan

karena disebabkan oleh obat atau kimia (seperti dalam pengobatan

HIV/AIDS atau setelah transplantasi organ (Smeltzer dan

Bare,2015).

4) Diabetes Melitus Gestasional

Diabetes melitus ini merupakan diabetes melitus yang didiagnosis

selama masa kehamilan, dimana intoleransi glukosa didapati pertama

kali pada masa kehamilan.Terjadi pada 2-5% semua wanita hamil

tetapi hilang saat melahirkan (Smeltzer dan Bare, 2015).

d. Fatofisiologi

1) DM Tipe I

Pada Diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan pankreas

menghasilkan insulin karena hancurnya sel-sel beta pulau

langerhans. Dalam hal ini menimbulkan hiperglikemia puasa dan

hiperglikemia post prandial. Dengan tingginya konsentrasi glukosa

dalam darah, maka akan muncul glukosuria (glukosa dalam darah)

dan ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang

berlebihan (diuresis osmotic) sehingga pasien akan mengalami

peningkatan dalam berkemih (poliurra) dan rasa haus (polidipsia).

(Brunner & suddarth 2015)

2) DM Tipe II

Terdapat dua masalah utama pada DM Tipe II yaitu resistensi insulin

dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan berkaitan

pada reseptor kurang dan meskipun kadar insulin tinggi dalam darah
30

tetap saja glukosa tidak dapat masuk kedalam sel sehingga sel akan

kekurangan glukosa. Mekanisme inilah yang dikatakan sebagai

resistensi insulin. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah

terbentuknya glukosa dalam darah yang berlebihan maka harus

terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Namun

demikian jika sel-sel beta tidak mampu mengimbanginya maka

kadar glukosa akan meningkat dan terjadilah DM tipe II (Brruner &

suddarth 2015).

e. Manifestasi Klinis

1) Poliuri

Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui membran

dalam sel menyebabkan hiperglikemia sehingga serum plasma

meningkat atau hiperosmolariti menyebabkan cairan intrasel

berdifusi kedalam sirkulasi atau cairan intravaskuler, aliran darah ke

ginjal meningkat sebagai akibatdari hiperosmolariti dan akibatnya

akan terjadi diuresis osmotic (poliuria).

2) Polidipsia

Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel kedalam vaskuler

menyebabkan penurunan volume intrasel sehingga efeknya adalah

dehidrasi sel. Akibat dari dehidrasi sel mulut menjadi kering dan

sensor haus teraktivasi menyebabkan seseorang haus terus dan ingin

selalu minum (polidipsia).


31

3) Poliphagia

Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya

kadar insulin maka produksi energi menurun, penurunan energi akan

menstimulasi rasa lapar. Maka reaksi yang terjadi adalah seseorang

akan lebih banyak makan (poliphagia).

4) Penurunan berat badan

Karena glukosa tidak dapat di transport kedalam sel maka sel

kekurangan cairan dan tidak mampu mengadakan metabolisme,

akibat dari itu maka sel akan menciut, sehingga seluruh jaringan

terutama otot mengalami atrofidan penurunan secara otomatis.

5) Malaise atau kelemahan

6) Kesemutan

7) Lemas

8) Mata kabur (Brunner & Suddart, 2015)

f. Komplikasi

Kompilkasi DM terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan

komplikasi kronik.

1) Komplikasi akut adalah komplikasi akut pada DM yang penting dan

berhubungan dengan keseimbangan kadar glukosa darah adalah

dalam jangka pendek, ketiga komplikasi tersebut adalah

a) Diabetik ketoasedosis (DKA).

Ketoasidosis diabetik merupakan defesiensi insulin berat dan akut

dari suatu perjalanan penyakit DM. Dibetik ketoasidosis di


32

sebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah

insulin yang nyata.

b) Hipoglikemia.

Hipoglikemia terjadi kalau gadar gula dalam darah turun bawah

50- 60 mg/dl keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian preparat

insulin atau preparat oral berlebihan, konsumsi makanan yang

terlalu sedikit.

2) Kompilkasi kronik

Diabetes melitus pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh darah

di seluruh bagian tubuh (angipati diabetik) di bagi menjadi 2: yaitu

mikrovaskuler dan makrovaskuler.Penyakit ginjal, Penyakit mata,

Neuropati (mikrovaskuler) dan Pembuluh darah kaki, Pembuluh

darah ke otak (makrovaskuler) (Brunner & Suddart, 2015).

g. Penatalaksanaan

1) Tujuan Jangka Pendek : menghilangkan keluhan diabetes mellitus

memperbaiki kualitas hidup, dan mengurangi resiko komplikasi akut.

2) Tujuan Jangka Panjang : mencegah dan menghambat progresivitas

penyulit mikroangiopati dan makroangiopati.

3) Tujuan akhir pengelolaan adalah turunya morbiditas dan mortalitas

diabetes mellitus. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan

pengendalian glukosa darah, tekanan darah, berat badan, dan profil

lifid (mengukur kadar lemak dalam darah), melalui pengelolaan

pasien secra komprehensif. Pada dasarnya, pengelolaan diabetes

mellitus dimulai dengan pengaturan makan disertai dengan latihan


33

jasmani yang cukup selama beberapa waktu (2-4 Minggu) (Brunner

& Suddart, 2015).

3. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga

a. Pengkajian Keperawatan

1) Data umum :

a) Identitas kepala keluarga

Nama atau inisial kepala keluarga, umur, alamat, dan no telfon

jika ada, pekerjaan dan pendidikan kepala keluarga.komposisi

keluaerga yang terdiri atas nama, jenis kelamin, umur, hubungan

dengan kepala keluarga, agama, pendidikan, status imunisasi, dan

genogram dalam tiga generasi.

b) Tipe keluarga

Menjelaskan jenis tipe keluarga (tipe keluarga tradisional atau

tipe non tradisional)

c) Suku bangsa

Mengkaji asal suku bangsa keluarga serta mengidentifikasi

budaya suku bangsa atau kebiasaan terkait dengan kesehatan.

d) Agama

Mengkaji agama dan kepercayaan yang dianut oleh keluarga yang

dapat mempengaruhi kesehatan.

e) Status sosial ekonomi keluarga

Status sosial ekonomi keluarga ditentuka oleh pendapatan seluruh

anggota keluarga baik dari kepala keluarga maupun anggota

keluarga lainnya. Selain itu status sosial ekonomi keluarga


34

ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh

keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga.

f) Aktivitas rekreasi

Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kaan keluarga pergi

bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi, tetapi jiga

penggunaan waktu luang atau senggang keluarga.

2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

a) Tahap perkembangan keluarga saat ini:

Menurut Duval, tahap perkembangan keluarga ditemukan dengan

anak tertua dari keluarga inti dan mengakaji sejauh mana keluarga

melaksanakan tugas tahap perkembangan keluarga.

b) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi menjelaskan

bagaiman tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh

keluarga serta kendalanya.

c) Riwayat kesehatan keluarga inti. Memjelakan riwayat kesehatan

masing-masing anggota pada keluarga inti, upaya pencegahan dan

pengobatan pada anggota keluarga yang sakit, serta

memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.

d) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya. Menjelaskan kesehatan

keluarga asal kedua orang tua.

3) Data lingkungan

a) Karakteristik dan denah rumah. Menjelaskan gambaran rumah,

luas bangunan, pembagian dan pemanfaatan ruang, ventilasi,

kondisi rumah, tata perabotan, kebersihan dan sanitasi


35

lingkungan, ada atau tidaknya saran air bersih dan sistem

pembuangan limbah.

b) Karakteristik tetangga dan komunitasnya. Menjelaskan tipe dan

kondisi lingkungan tempat tinggal, nilai dan norma atau aturan

penduduk setempat yang mempengaruhi kesehatan.

c) Mobilitas keluarga. Ditentukan dengan apakah keluarga hidup

menetap dalam satu tempat atau mempunyai kebiasaan berpindah-

pindah tempat tinggal.

d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat.

Menjelaskan waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul

atau berinteraksi dengan masyarakat lingkungan tempat tinggal.

e) Sistem pendukung keluarga. Sumber dukungan dari keluarga dan

fasilitas sosial atau dukungan masyarakat setempat serta jaminan

pemeliharaan kesehatan yang dimiliki keluarga untuk

meningkatkan upaya kesehatan.

4) Struktur keluarga

a) Pola komunikasi keluarga

Menjelaskan cara berkomunikasi antar anggota keluarga

menggunakan sistem tertutup dan terbuka, kualitas dan frekuensi

kumunikasi yang berlangsung serta isi pesan yang disampaikan.

b) Struktur kekuatan keluarga

Mengkaji model kekuatan atau kekuasaan yang digunakan

keluarga dalam membuat keputusan.

c) Struktur dan peran keluarga


36

Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik

secara formal maupun non formal.

d) Nilai dan norma keluarga

Menjelaskan nilai norma yang dianut keluarga dengan kelompok

atau komunitas serta sebagaimana nilai dan norma tersebut

mempengaruhi status kesehatan keluarga.

5) Fungsi keluarga

a) Fungsi afektif

Mengkaji gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan

dimuliki dalam keluarga, dukungan anggota keluarga, hubungan

psikososial dalam keluarga, dan bagaimana keluarga

mengembangkan sikap saling menghargai.

b) Fungsi sosial

Menjelaskan tentang hubungan anggota keluarga, sejauh mana

anggota keluarga belajar disiplin, nilai,norma dan budaya serta

perilaku yang berlaku dikeluarga dan masyarakat.

c) Fungsi pemenuhan (perawatan/pemeliharaan) kesehatan

Sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian dan

perlindungan terhadap anggota keluarga yang sakit. Pengetahuan

keluarga mengenai sehat sakit, kesanggupan keluarga melakukan

pemenuhan tugas perawatan keluarga, yaitu :

a) Mengenal masalah kesehatan keluarga

b) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat

c) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit


37

d) Memodifikasi lingkungan

e) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada

d) Fungsi reproduksi

Mengkaji beberapa jumlah anak, merencanakan jumlah anggota

keluarga, metode apa yang digunakan keluarga dalam

mengendalikan jumlah anggota keluarga.

e) Fungsi ekonomi

Menjelaskan bagaiman upaya keluarga dalam pemenuhan

kebutuhan sandang, pangan, dan papan serta pemanfaatan

lingkungan rumah untuk meningkatkan penghasilan keluarga.

6) Stres dan koping keluarga

a) Stresor jangka pendek dan panjang

Stresor jangka pendek yaitu stresor yang dialami keluarga yang

memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 6 bulan.

Stresor jangka panjang yaitu stresor yang saat ini dialami yang

memerlukan penyelesaian situasi stresor yang ada.

b) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stresor

Mengkaji sejauh mana keluarga berespon terhadap situasi stresor

yang ada

c) Strategi koping yang digunakan

Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila menghadapi

permasalahan.
38

d) Strategi adaptasi disfungsional

Menjelaskan adaptasi disfungsional (perilaku keluarga tidak

adaptif) ketika keluarga menghadapi masalah.

7) Pemeriksaan fisik

a) Status kesehatan umum

Meliputi keadaan penderita, kesadaran, tinggi badan, berat badan,

dan tanda-tanda vital, biasanya pada penderita diabetes melitus

didapatkan berat badan yang diatas normal/ obesitas.

b) Kepala dan leher

Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, apakah ada pembesaran pada

leher, kondisi mata, hidung, mulut dan apakah ada kelainan pada

pendengaran. Biasanya pada penderita DM ditemui penglihatan

kabur, dan lensa mata yang keruh, telinga kadang-kadang

berdenging, lidah serih terasa tebal, ludah kadang menjadi lebih

kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak, dan berdarah.

c) Sistem integumen

Biasanya pada penderita DM akan ditemui turgor kulit menurun,

kulit menjadi kering, dan gatal, jika ada luka maka warna sekitar

luka akan memerah dan menjadi warna kehitaman jika sudah

kering. Pada luka yang suka kering, biasanya akan menjadi

gangren.

d) Sistem pernafasan

Dikaji adalah apakah pasien sesak nafas, batuk, sputum, nyeri

dada, biasanya pada penderita DM mudah terjadi infeksi pada


39

sistem pernafasan.

e) Sistem kardiovaskuler

Pada penderita DM biasanya ditemui perfusi jaringan menurun,

nadi perifer lemah, hipertensi/hipotensi, aritmia, dan

kardiomegalis.

f) Sistem gastrointestinal

Pada penderita DM akan terjadi polifagi, polidipsi,mual muntah,

diare, konstipasi, dehidrasi, perubahan berat badan,peningkatan

lingkar abdomen, dan obesitas.

g) Sistem perkemihan

Pada penderita DM biasanya ditemui terjadinya poliuri, retensi

urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.

h) Sistem muskuloskeletal

Pada penderita DM biasanya ditemui terjadinya penyebaran

lemak, penyebaran masa otot, perubahan tinggi badan, cepat

lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstremitas.

i) Sistem neurologis

Pada penderita DM biasanya ditemui terjadinya penurunan

sensori, latergi,mengantuk,reflek lambat, kacau mental,

disorientasi dan rasa kesemutan pada tangan dan kaki.

8) Lima fungsi kesehatan keluarga

a) Mengenal masalah kesehatan

Yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga mengetahui atau

mengenai fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi


40

pengertian diabetes melitus, tanda dan gejala DM, faktor

penyebab dan yang mempengaruhi serta persepsi keluarga

terhadap masalah.

b) Mengambil keputusan kesehatan

Sejauh mana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat dan

luasnya masalah diabetes melitus. Apakah masalah dirasakan

keluarga, apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah

yang dialami, apakah keluarga merasa takut akan akibat dari

tindakan penyakit diabetes melitus, apakah keluarga mempunyai

sikap negatif terhadap masalah kesehatan, apakah keluarga dapat

menjangkau fasilitas kesehatan yang ada, apakah keluarga kurang

peracya terhadap masalah kesehatan.

c) Merawat anggota keluarga yang sakit

Sejauhmana keluarga mengetahui keadaan penyakit diabetes

melitus (sifat penyebaran,komplikasi prognosa dan cara

perawatannya). Sejauhman keluarga mengetahui tentang sikap

dan perkembangan perawatan diabetes melitus yang dibutuhkan,

sejauhmana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan

yang diperlukan perawatan, sejauhman keluarga mengetahui

sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang

bertanggung jawab sumber keuangan/finansial). Bagaimana sikap

keluarga terhadap yang sakit diabetes melitus, sejauhmana

keluarga mengetahui sumber-sumber keluarga yang dimiliki.


41

d) Memodifikasi lingkungan untuk kesehatan

Keluarga mampu memodifikasi lingkungan dengan baik

e) Memanfaatkan fasilitas kesehatan

Keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada (Nanggo,

2018)

b. Diagnosa Keperawatan

1) Diagnosa keperawatan keluarga yang mungkin muncul adalah :

a) Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif, yaitu pola

penangananmasalah kesehatan dalam keluarga tidak memuaskan

untuk memulihkan kondisi kesehatan anggota keluarga.

b) Pemeliharaan kesehatan tidak efektif, yaitu ketidakmampuan

mengidentifikasi, mengelola dan atau menemukan bantuan untuk

mempertahankan status kesehatan yang ada.

c) Kesiapan peningkatan koping keluarga yaitu pola adaptasi

anggota keluarga dalam mengatasi situasi yang dialami klien

secara efektif dan menunjukkan keinginan serta kesiapan untuk

meningkatkan kesehatan keluarga dan klien.

d) Ketidakberdayaan, persepsi bahwa tindakan seseorang tidak akan

mempengaruhi hati secara signifikan, persepsi kurang kontrol

pada situasi saat ini atau yang akan datang.

e) Ketidakmampuan koping keluarga, yaitu perilaku orang terdekat

(anggota keluarga) yang membatasi kemampuan dirinya dan klien

untuk beradaptasi dengan masalah kesehatan yang dihadapi klien

(SDKI, 2018).
42

2) Yang menjadi etiologi atau penyebab dari masalah keperawatan

yang muncul adalah hasil dari pengkajian tentang tugas kesehatan

keluarga yang meliputi 5 unsur sebagai berikut :

a) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi yang

terjadi pada anggota keluarga

b) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat

untuk mengatasi penyakit hipertensi

c) Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi

lingkungan yang dapat mempengaruhi penyakit hipertensi

d) Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas

pelayanankesehatan guna perawatan dan pengobatan hipertensi.

(Friedman, 2013).

3) Tanda (Sign )

Adalah terkumpulnya data-data yang diperoleh baik dari

penderita dan keluarga yang memunculkan penyebab atau etiologi

sehingga dapat dijadikan suatu diagnosis yang pasti. Strategi didalam

diagnose masalah keperawatan menurut Suprajitno (2009:43) dibagi

menjadi 2 yaitu :

a) Diagnosa Aktual yaitu masalah yang timbul dalam keluarga yang

mengancam serta memerlukan bantuan dari petugas kesehatan

salah satunya perawat dalam waktu yang tepat. Didalam masalah

ini diperlukan tindakan yang tepat dan cepat karena dapat

menyebabkan resiko tinggi apabila tidak segera diselesaikan.


43

b) Diagnosis Potensial adalah suatu keadaan keluarga yang sejahtera

dari keluarga yang memiliki kebutuhan serta fasilitasnya untuk

memenuhi kekurangan kesehatan.

4) Prioritas Masalah

Kriteria Skor Bobot


1. Sifat masalah
a. Aktual (tidak/kurang sehat) 3 1
b. Ancaman kesehatan 2
c. Krisis atau keadaan sejahtera 1
2. Kemungkinan masalah dapat di ubah
a. Mudah
b. Sebagian 2 2
c. Tidak dapat 1
0
3. Potensi masalah untuk di cegah
a. Tinggi 3 1
b. Cukup 2
c. Rendah 1
4. Menonjolnya masalah
a. Masalah berat, harus segera di tangani 2 1
b. Ada masalah, tetapi tidak harus segera di tangani 1
c. Masalah tidak di rasakan 0
d. Perencanaan Keperawatan

Intervensi yang akan diberikan tetap berdasakan Standar Intervensi

Keperawatan Indonesia (SIKI). Secara garis besar, tindakan

keperawatan yang diberikan meliputi :

1) Intervensi keperawatan dasar dalam pemenuhan kebutuhan dasar

keluarga

2) Terapi komplementer

3) Terapi keperawatan

4) Pendidikan Kesehatan dan Promosi Kesehatan pada Keluarga

5) Monitoring kesehatan keluargadan kepatuhan dalam pelayanan

keperawatan keluarga
44

6) Melalukan tindakan kedaruratan dalam pelayanan keperawatan

keluarga

7) Memotivasi keluarga untuk memodifikasi lingkungan yang

menguntungkan kesehatannya (Nanggo, 2018).

e. Pelaksanaan Keperawatan

Pelaksanaan implementasi keperawatan merupakan suatu proses

keperawatan dimana seorang perawat memberikan intervensi

keperawatan langsung dan tidak langsung terhadap pasien (Potter &

Perry, 2016) Implementasi yang dilakukan pada studi kasus ini adalah

memberikan edukasi terhadap keluarga mengenai penyakit serta

memberikan penyuluhan kesehatan yang berguna untuk meningkatkan

manajemen kesehatan keluarga menjadi lebih efektif.

f. Evaluasi Keperawatan

Tahap penilaian atau evaluasi adalah tahap yang menentukan

perbandingan yang terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan

yang ditetapkan, dilakukan dengan cara bersambungan dengan

melibatkan klien, keluarga, dan tenaga kesehatan. Tujuan evaluasi ini

adalah untuk melihat perkembangan klien apakah mencapai tujuan yang

disesuaikan dengan kriteria hasil pada perencanaan (Wahyuni, 2016).


45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah diskriptif dengan menggunakan metode studi

kasus. Studi kasus adalah recana penelitian yang dirancang sedemikian rupa

sehingga penelitian dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan peneliti

(Setiadi, 2018). Studi kasus ini untuk mengeksplorasi masalah asuhan

keperawatan keluarga dengan masalah manajemen kesehatan keluarga tidak

efektif dalam pemenuhan penyuluhan dan pembelajaran melalui dukungan

koping keluarga di Kelurahan Jalanjang Wilayah Kerja Puskesmas Ponre

Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek

yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2018). Populasi dalam penelitian ini adalah semua anggota keluarga Tn.P

yang mempunyai penyakit maupun yang tidak memiliki penyakit.

2. Sampel

Subjek dalam studi kasus adalah satu anggota keluarga yaitu istri dari

kepala keluarga yang menderita Diabetes Mellitus. Fokus studi yang

dibahas adalah struktur keluarga dengan masalah manajemen kesehatan

keluarga tidak efektif karena adanya anggota keluarga yang menderita

Diabetes Mellitus sehingga muncul tugas keluarga dalam kesehatan tidak

berjalan dengan baik. Anggota keluarga yang sakit usia 54 Tahun.

45
46

C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Ponre

Kelurahan Jalanjang Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 10 Mei 2022 – 12 Mei 2022.


BAB IV HASIL DAN DISKUSI

A. Data Demografi Anggota Keluarga Yang Sakit

Pengkajian dilakukan di rumah Tn.P (60 Tahun) pada hari Selasa

tanggal 10 Mei 2022 pukul 09:30 WITA. Fokus klien yaitu Ny.H dengan

jenis kelamin perempuan lahir pada tanggal 01 Juli 1968, dan usia sekarang

54 Tahun. Ny.H di diagnosa medis mengalami Diabetes Mellitus dengan

keluhan luka diabet pada kaki kanan. Anggota keluarga kedua yang sakit

adalah An. M usia 35 tahun mengalami gangguan psikis. Keluarga Tn.P

memiliki anggota keluarga sebanyak 5 ART. Tn.P memiliki anak sebanyak 4

orang. Anak pertama An.M (35 Tahun), anak kedua An.H (24 Tahun), anak

ketiga An.Ha (22 Tahun) dan anak keempat An.He (18 Tahun).

Saat ini dalam keluarga Tn.P hanya kepala keluarga dan 1 orang anak

yang bekerja untuk pemenuhan dalam keluarga. Kondisi rumah yang

ditempati oleh keluarga Pasauri yaitu rumah milik sendiri, jenis rumah

permanen, keadaan rumah nampak kurang bersih, banyak debu di ruang

tamu , terdapat 3 kamar tidur , dapur dan kamar mandi.

B. Status Kesehatan Keluarga

1. Data status sosial keluarga

Saat ini status social keluarga yaitu keluarga mampu beradaptasi dan

bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Sedangkan aktivitas rekreasi

keluarga dilakukan setiap harinya hanya menghabiskan waktu di rumah

saja, membersihkan rumah, menonton TV bersama anggota keluarga,

sedangkan anggota keluarga yang sakit jarang keluar rumah.

47
48

2. Data tahap perkembangan keluarga

Tahap perkembangan keluarga saat ini yakni keluarga Tn. P dalam

tahap perkembangan tahap VI yaitu keluarga dengan anak dewasa

(pelepasan). Tahap ini dimulai pada saat terakhir kali meninggalkan rumah

dan berakhir pada saat anak terakhir kali meninggalkan rumah. 2 anaknya

telah menikah dan mempunyai tempat tinggal masing-masing yaitu An.H

(24 Tahun) dan An.Ha (22 Tahun).

Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi saat ini adalah 1

anak belum menikah, 1 anak masih mengalami gangguan jiwa. Tn. P

setelah kecelakaan tidak bisa bekerja seperti sedia kala sehingga ekonomi

nya berkurang.

Berdasarkan riwayat kesehatan keluarga inti didapatkan keluarga

mengatakan mempunyai riwayat penyakit keturununan yaitu penyakit DM.

Istri Tn.P yaitu Ny.H selama 15 tahun mengalami DM. 1 tahun yang lalu

mengalami kecelakaan. Kemudian anak pertama keluarga Tn.P mengalami

gangguan jiwa sejak remaja.

3. Data fungsi keluarga

Keluarga Tn.P memiliki fungsi ekonomi yaitu penghasilan Tn.P setiap

hari ± Rp 50.000 hasil dari membibit rumput laut di rumah. Keluarga dapat

memenuhi kebutuhan makan sehari-hari, dan biaya untuk berobat istrinya.

Fungsi mendapatkan status social yaitu keluarga Tn.P aktif mengikuti

kegiatan yang diadakan di desanya. Fungsi pendidikan keluarga Tn.P yaitu

keluarga mendidik anak-anaknya, membentuk perilaku yang baik.

Anggota keluarga Tn P ada yang sudah sarjana.


49

Sedangkan fungsi sosialisasi keluarga Tn.P mempunyai hubungan

baik dengan antar sesama, keluarga merasakan nyaman dan hangat satu

sama lain antar keluarga. Begitu juga warga sekitar lingkungan rumahnya.

Fungsi pemenuhan (perawatan/pemeliharaan) kesehatan dalam keluarga

Tn.P yaitu penyediaan makanan selalu dimasak oleh anggota keluarga

dengan komposisi nasi, lauk pauk, dan sayur, frekuensi 3x sehari namun

keluarga tidak bisa memastikan makanan pantangan untuk Ny.H.

Kemudian keluarga Tn.P tidak dapat mengenal masalah kesehatan setiap

anggota keluarganya. Keluarga tidak mampu mengambil keputusan untuk

melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga yang sakit. Ketidakmampuan

keluarga merawat istri Tn P yang setiap hari di ganti verban oleh perawat

karena luka bekas operasi. Kemampuan keluarga memelihara lingkungan

yang sehat : keluarga membersihkan rumah setiap hari. Ketidakmampuan

keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan dengan baik.

Fungsi religius keluarga Tn.P taat ini menjalankan ibadah dan

melaksanakan shalat 5 waktu. Fungsi rekreasi keluarga Tn.P jarang

berekreasi. Hanya menghabiskan waktu di rumah saja berkumpul bersama

anggota keluarganya sema istri Tn P sakit. Fungsi reproduksi keluarga

Tn.P mempunyai anak 4 dan 2 anaknya tersebut sudah menikah dan

berkeluarga. Sekarang Tn. P sudah tidak berencana untuk memiliki anak

lagi karena sudah tua.

4. Data stress dan koping keluarga

Berdasarkan stress jangka pendek dan panjang keluarga Tn. P

mengatakan bahwa selama sudah mengalami kecelakaan 1 tahun yang lalu


50

membuat keluarga merasa kesulitan ekonomi karena sudah tidak bisa

bekerja seperti biasa dan menghasilkan uang yang cukup karena istrinya

masih dalam pemulihan dan harus di rawat dengan cara home care oleh

perawat sehingga membutuhkan biaya yang banyak. Kemudian merasa

mengabaikan anaknya yang mengalami gangguan jiwa.

Sedangkan berdasarkan kemampuan keluarga berespon terhadap

stressor yaitu bila terjadi sesuatu masalah dalam keluarga selalu

berembung atau bermusyawarah, keputusan diambil dari kesepakatan

musyawarah bersama anggota keluarga serta keluarga mengatakan bahwa

keluarganya sudah berusaha untuk kesembuhan istri Tn P. Adapun strategi

koping yang digunakan yaitu kalau ada masalah keluarga atau sesuatu hal

yang tidak sesuai dengan keluarga, keluarga Tn P tidak pernah

menggunakan strategi koping untuk memecahkan masalah dengan benar.

C. Proses Keperawatan

1. Penegakan diagnosis keperawatan keluarga

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinik mengenai

respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang

dialaminya baik yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnosa

keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu,

keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan

(SDKI, 2016).

Berdasarkan pengkajian langkah pertama yang dilakukan, maka

didapatkan data subjektif yaitu keluarga Tn. P tidak mengetahui penyebab

masalah kesehatan, keluarga Tn. P tidak mengetahui tanda dan gejala


51

masalah kesehatan, keluarga Tn. P tidak mengetahui akibat masalah

kesehatan yang dialami anggota keluarganya bila tidak diobati/dirawat,

keluarga belum mampu memahami tentang pengobatan masalah kesehatan

yang dialami oleh anggota keluarga dan keluarga Tn. P belum mampu

melakukan pencegahan masalah kesehatan yang dialami anggota

keluarganya. Sedangkan data objektif yang didapatkan yaitu keluarga

nampak kurang mengerti dalam menangani masalah kesehatan, gejala

penyakit anggota keluarga semakin berat (luka DM tidak kunjung sembuh)

dan aktivitas keluarga mengatasi masalah kesehatan tidak tepat. Adapun

penyebab dari diatas adalah karena kompleksitas program

perawatan/pengobatan sehingga dapatkan masalah keperawatan yaitu

manajemen kesehatan keluarga tidak efektif.

Kemudian selaian diatas didapatkan pula data subjektif yaitu

mengekspresikan keinginan untuk mengelolah masalah kesehatan dan

pencegahannya, mengatakan selalu mengikuti anjuran dari dokter,

mengikuti program yang diterapkan untuk mengatasi masalah kesehatan

dan menggambarkan berkurangnya factor terjadinya masalah kesehatan.

Sedangkan data objektif yaitu tidak ada masalah penyakit yang lain dan

pilihan hidup sehari-hari tepat untuk memenuhi program kesehatan.

Masalah keperawatan yang ditemukan adalah kesiapan peningkatan

manajemen kesehatan.

Dalam asuhan keperawatan keluarga dilakukan scoring diagnosis

keperawatan sebagai berikut:


52

NO KRITERIA SKOR PEMBENARAN


DX
1 a. Sifat masalah Masalah kesehatan sudah terjadi
- Actual 3 dan sudah terlihat tanda dan gejala
- Resiko 2 3/3x1 = 1 penyakit
- Potensial 1

b. Kemungkinan Fasilitas pelayanan kesehatan


masalah dapat terjangkau dari tempat tinggal Tn P
dirubah tapi keluarga Tn P tidak segera
- Mudah 2 membawa Ny.H dan An M ke
- Sebagian 1 2/2x2 = 2 pelayanan kesehatan namun hanya
- Tidak dapat 0 menyuruh perawat datang ganti
verban istrinya dan tdk membawa
anaknya ke ahli psikiater. Dan
mengatakan belum paham tentang
makanan yang harus dihindari oleh
Ny H dan penanganan sakit
anaknya

c. Potensi masalah Keluarga mengatakan tidak tahu


untuk dicegah tentang bagaimana cara
- Tinggi 3 pencegahan masalah kesehatan
- Cukup 2 3/3x1 = 1 yang dialami anggota keluarganya
- Rendah 1

d. Menonjolnya Ny.H mengatakan jika merasakan


masalah lemas, kesemutan, penglihatannya
- Segera 2 kabur dan tidak bisa berjalan
- Tidak perlu 1 2/2x1 = 1 normal.
- Tidak 0
dirasakan
Total Skor 1+2+1+1 5
2
Sifat masalah
- Masalah tidak terjadi karena
1/3x1 = 1/3
Skala : keluarga Ny.H mampu
- Wellness =3 melakukan program kesehatan
- Aktual =3 sehari-hari.
- Resiko =2
- Potensial =1
Kemungkinan masalah - Fasilitas pelayanan kesehatan
dapat diubah 2/2x2 = 2 terjangkau dan keluarga Ny.H
53

Skala : selalu menerapkan pola hidup


- Mudah =2 bersih dan sehat.
- Sebagian =1
- Tidak dapat = 0
Potensi masalah untuk - Keinginan untuk meningkatkan
dicegah program kesehatan keluarga
Skala : Ny.H selalu mengutamakan
- Tinggi =3 2/3x1 = 2/3 kesehatan dengan selalu hidup
- Cukup =2 bersih dan sehat.
- Rendah =1

- Tidak ada masalah


Menonjolnya masalah 0/2x1 = 0
Skala :
- Segera =2
- Tidak perlu =1
- Tidak dirasakan = 0
Total Skor 2 2/3

Berdasarkan scoring diatas didapatkan diagnosa pertama total skor 5

sedangkan diagnosa kedua didapatkan total skor 2 2/3. Sehingga prioritas

diagnosa keperawatan adalah diagnosa pertama yaitu Manajemen

kesehatan keluarga tidak efektif.

2. Rencana asuhan keperawatan keluarga

Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosis keperawatan

yang ditemukan pada kasus. Intervensi keperawatan tersebut terdiri dari

perencanaan tindakan keperawatan pada kasus disusun berdasarkan

masalah keperawatan yang ditemukan yaitu manajemen kesehatan

keluarga tidak efektif berhubungan dengan kompleksitas program


54

perawatan/pengobatan.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam manajemen

kesehatan keluarga efektif / meningkat dengan luaran yaitu kemampuan

menjelaskan masalah kesehatan yang dialami meningkat, aktivitas

keluarga mengatasi masalah kesehatan tepat meningkat, partisipasi dalam

program kesehatan komunitas meningkat dan verbalisasi kesulitan

menjalankan perawatan yang ditetapkan menurun (SLKI, 2019).

Perencanaan keperawatan berdasarkan SIKI (2018) yaitu dukungan

koping keluarga. Perawat melakukan observasi yaitu Identifikasi respon

emosional terhadap kondisi saat ini, Identifikasi beban prognosis secara

psikologis, Identifikasi pemahaman tentang keputusan perawatan setelah

pulang. Adapun tindakan terapeutik yaitu Dengarkan masalah, perasaan

dan pertanyaan keluarga, lalu Terima nilai-nilai keluarga dengan cara yang

tidak menghakimi, Diskusikan rencana medis dan perawatan, Fasilitasi

memperoleh pengetahuan, keterampilan dan peralatan yang diperlukan

untuk mempertahankan keputusan perawatan pasien, Hargai dan dukung

mekanisme koping adaptif yang digunakan. Kemudian edukasi yang

diberikan adalah Informasikan kemajuan pasien secara berkala,

Infomasikan fasilitas perawatan kesehatan yang tersedia. Adapun

kolaborasi yang dapat dilakukan yaitu rujuk untuk terapi keluarga jika

perlu.

Intervensi diatas sejalan dengan intervensi yang digunakan oleh Putri

Pradani (2017) dalam penelitiannya dengan judul Asuhan Keperawatan

Pada Keluarga Bp.W Dengan Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan


55

Dengan Diabetes Mellitus Di Desa Kutawis RT04/RW01 Kecamatan

Bukateja Kabupaten Perbalingga. Klien bernama Ny R, usia 50 Tahun

dengan pekerjaan IRT. Setelah pengkajian maka didapatkan diagnosa

prioritas adalah Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga karena

adanya anggota keluarga yang sakit Diabetes Mellitus. Didapatkan

keluarga tidak mampu memilihkan makanan untuk klien DM, keluarga

tidak mampu menentukan manajemen kesehatan. Intervensi yang

diberikan adalah dukungan koping keluarga. Peneliti memberikan edukasi

dan mendampingi keluarga dalam memecahkan masalah. Hasil evaluasi

yaitu keluarga mampu melakukan manajemen kesehatan keluarga

efektif/Meningkat.

3. Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan harus disesuaikan dengan rencana tindakan

keperawatan dimana perawat perlu memvalidasi secara singkat apakah

rencana tindakan keperawatan sesuai yang dibutuhkan untuk klien sesuai

dengan kondisinya saat ini. Pada saat dilaksanakan tindakan keperawatan,

perawat perlu melakukan kontrak dengan klien untuk menjelaskan apa

yang akan dikerjakan serta peran klien yang diharapkan. Kemudian

melakukan dokumentasi semua tindakan yang telah dilaksanakan beserta

respon klien (Aji, 2021).

Implementasi keperawatan yang dilakukan pada hari Selasa tanggal 10

Mei 2022 diagnosa prioritas yaitu : Manajemen kesehatan keluarga tidak

efektif berhubungan dengan adanya kompleksitas program

perawatan/pengobatan tindakan keperawatannya yaitu Mengidentifikasi


56

respon emosional terhadap kondisi saat ini, Mengidentifikasi beban

prognosis secara psikologis, Mengidentifikasi pemahaman tentang

keputusan perawatan setelah pulang. Mendengarkan masalah, perasaan

dan pertanyaan keluarga, Menerima nilai-nilai keluarga dengan cara yang

tidak menghakimi, Mendiskusikan rencana medis dan perawatan,

Memfasilitasi memperoleh pengetahuan, keterampilan dan peralatan yang

diperlukan untuk mempertahankan keputusan perawatan pasien,

Menghargai dan dukung mekanisme koping adaptif yang digunakan.

Menginformasikan kemajuan pasien secara berkala, Menginfomasikan

fasilitas perawatan kesehatan yang tersedia, Merujuk untuk terapi keluarga

jika perlu.

Pada implementasi pertama didapatkan hasil bahwa kemampuan

menjelaskan masalah kesehatan yang dialami sudah meningkat, aktivitas

keluarga mengatasi masalah kesehatan tepat belum meningkat, partisipasi

dalam program kesehatan komunitas belum meningkat dan verbalisasi

kesulitan menjalankan perawatan yang ditetapkan sudah menurun.

Implementasi keperawatan yang dilakukan pada hari Rabu tanggal 11

Mei 2022 diagnosa prioritas yaitu : Manajemen kesehatan keluarga tidak

efektif berhubungan dengan adanya kompleksitas program

perawatan/pengobatan tindakan keperawatannya yaitu Mendengarkan

masalah, perasaan dan pertanyaan keluarga, Menerima nilai-nilai keluarga

dengan cara yang tidak menghakimi, Mendiskusikan rencana medis dan

perawatan, Memfasilitasi memperoleh pengetahuan, keterampilan dan

peralatan yang diperlukan untuk mempertahankan keputusan perawatan


57

pasien, Menghargai dan dukung mekanisme koping adaptif yang

digunakan. Menginformasikan kemajuan pasien secara berkala.

Pada implementasi kedua ini perawat mengkolaborasikan intervensi

dengan memfasilitasi memperoleh pengetahuan, keterampilan dan

peralatan yang diperlukan untuk mempertahankan keputusan perawatan

pasien yaitu memberikan edukasi terkait penyakit Diabetes Mellitus.

Keluarga Tn. P mampu memahami apa yang didiskusikan. Maka

didapatkan hasil bahwa kemampuan menjelaskan masalah kesehatan yang

dialami sudah meningkat, aktivitas keluarga mengatasi masalah kesehatan

tepat meningkat, partisipasi dalam program kesehatan komunitas belum

meningkat dan verbalisasi kesulitan menjalankan perawatan yang

ditetapkan sudah menurun.

Implementasi keperawatan yang dilakukan pada hari Kamis tanggal

12 Mei 2022 diagnosa prioritas yaitu : Manajemen kesehatan keluarga

tidak efektif berhubungan dengan adanya kompleksitas program

perawatan/pengobatan tindakan keperawatannya yaitu Mendiskusikan

rencana medis dan perawatan, Memfasilitasi memperoleh pengetahuan,

keterampilan dan peralatan yang diperlukan untuk mempertahankan

keputusan perawatan pasien, Menghargai dan dukung mekanisme koping

adaptif yang digunakan. Menginformasikan kemajuan pasien secara

berkala.

Pada implementasi ketiga ini perawat mendapatkan hasil bahwa Tn.P

akan membawa anaknya berobat ke dokter jiwa dan kembali konsultasi

dengan dokter terkait luka DM yang dialami Ny.H. kemajuan


58

perkembangan luka DM yang dialami Ny.H mulai membaik. Keluarga Tn.

P mampu memahami apa yang didiskusikan. Maka didapatkan hasil bahwa

kemampuan menjelaskan masalah kesehatan yang dialami sudah

meningkat, aktivitas keluarga mengatasi masalah kesehatan tepat

meningkat, partisipasi dalam program kesehatan komunitas meningkat dan

verbalisasi kesulitan menjalankan perawatan yang ditetapkan sudah

menurun.

4. Evaluasi

Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, perawat

melakukan penilaian seperti verbal dan nonverbal untuk melihat

keberhasilan. Bila tidak atau belum berhasil perlu disusun rencana baru

yang sesuai. Berikut penyusunan evaluasi dengan menggunakan metode

SOAP (Aji, 2021):

S (Subjektif) : Pernyataan atau perasaan yang diungkapkan klien terhadap

tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan, klien dapat berkomunikasi

dengan lancar saat berinteraksi dengan orang lain.

O (Objektif) : Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang

telah dilakukan, klien tampak percaya diri saat melakukan interaksi dengan

orang lain.

A (Analisa) : Analisa ulang data subjektif dan data objektif untuk

menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru,

masalah yang dialami klien sudah dapat diatasi atau belum dapat diatasi.

P (Planning) : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa

pada respon klien. Melakukan kegiatan selanjutnya yang sesuai dengan


59

kebutuhan klien yang dapat mengatasi masalahnya.

Pada hari Selasa tanggal 10 Mei 2022 setelah dilakukan tindakan

keperawatan pada diagnosa manajemen kesehatan keluarga tidak efektif

berhubungan dengan kompleksitas program perawatan/pengobatan

didapatkan data subyektif keluarga Tn.P mengatakan telah mengetahui

tentang penyakit yang di alami oleh klien seperti, penyebab, tanda dan

gejala, dan kurang pengetahuan tentang cara pencegahannya namun

keluarga belum mampu melakukan perawatan yang diajarkan seperti

merawat luka dan fasilitas mana membawa pasien dengan gangguan jiwa.

Data obyektif yaitu Keluarga nampak memahami apa yang telah di

sampaikan terhadap penyakit yang di alami oleh klien. Asssesment yaitu

Manajamen kesehatan keluarga tidak efektif belum teratasi. Lanjutkan

intervensi yaitu Mendengarkan masalah, perasaan dan pertanyaan

keluarga, Menerima nilai-nilai keluarga dengan cara yang tidak

menghakimi, Mendiskusikan rencana medis dan perawatan, Memfasilitasi

memperoleh pengetahuan, keterampilan dan peralatan yang diperlukan

untuk mempertahankan keputusan perawatan pasien, Menghargai dan

dukung mekanisme koping adaptif yang digunakan. Menginformasikan

kemajuan pasien secara berkala.

Pada hari Rabu tanggal 11 Mei 2022 setelah dilakukan tindakan

keperawatan pada diagnosa manajemen kesehatan keluarga tidak efektif

berhubungan dengan kompleksitas program perawatan/pengobatan

didapatkan data subyektif keluarga Tn.P mengatakan mampu menjelaskan

masalah kesehatan yang dialami, aktivitas keluarga mengatasi masalah


60

kesehatan tepat meningkat dan Verbalisasi kesulitan menjalankan

perawatan yang ditetapkan sudah menurun. Sedangkan data obyektif

didapatkan yaitu keluarga Tn.P belum partisipasi dalam program

kesehatan komunitas. Asssesment yaitu Manajamen kesehatan keluarga

tidak efektif belum teratasi. Lanjutkan intervensi Mendiskusikan rencana

medis dan perawatan, Memfasilitasi memperoleh pengetahuan,

keterampilan dan peralatan yang diperlukan untuk mempertahankan

keputusan perawatan pasien, Menghargai dan dukung mekanisme koping

adaptif yang digunakan. Menginformasikan kemajuan pasien secara

berkala.

Pada hari Kamis tanggal 12 Mei 2022 setelah dilakukan tindakan

keperawatan pada diagnosa manajemen kesehatan keluarga tidak efektif

berhubungan dengan kompleksitas program perawatan/pengobatan

didapatkan data subyektif keluarga Tn.P mengatakan mampu menjelaskan

masalah kesehatan yang dialami, aktivitas keluarga mengatasi masalah

kesehatan tepat meningkat dan Verbalisasi kesulitan menjalankan

perawatan yang ditetapkan sudah menurun. Sedangkan data obyektif

didapatkan yaitu keluarga Tn.P sudah mau partisipasi dalam program

kesehatan komunitas. Asssesment yaitu Manajamen kesehatan keluarga

tidak efektif teratasi.

Berdasarkan hasil diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Ery Prastika Wati dan Wulansari (2021) denga judul penelitian

Dukungan Keluarga Merencanakan Perawatan Dengan Masalah

Pengelolaan Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif. Hasil


61

penelitian yaitu Pengelolaan manajemen kesehatan keluarga tidak efektif

dilakukan selama 3 hari, dengan teknik pengumpulan data menggunakan

wawancara, observasi dan studi kasus. Kemudian dilakukan rencana

keperawatan yaitu dukungan keluarga merencanakan perawatan dan

edukasi diet DM. Didapatkan hasil akhir pasien paham bagaimana

manajemen kesehatan, mengetahui penyakit DM dan diet DM.


BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Analisis keperawatan yang diawali dengan melakukan konsep

keperawatan dimulai dengan pengkajian secara menyeluruh meliputi bio-

psiko-sosio-kultural. Pengkajian melakukan pemeriksaan TTV, pemeriksaan

fisik, dan riwayat kesehatan. Berdasarkan pemaparan asuhan keperawatan

mengenai pelaksanaan dukungan koping keluarga dengan masalah

keperawatan manajemen kesehatan keluarga tidak efektif dengan luaran

menajemen keluarga efektif/meningkat pada keluarga Tn.P yang anggota

keluarganya menderita Diabetes Mellitus dan mengalami gangguan jiwa di

Wilayah Kerja Puskesmas Ponre Kelurahan Jalanjang Kecamatan Jalanjang

Kabupaten Bulukumba dapat disimpulkan bahwa:

1. Berdasarkan pengkajian yang didapatkan diagnosa yang muncul pada

keluarga Tn.P yaitu manajemen kesehatan keluarga tidak efektif

berhubungan dengan kompleksitas program perawatan/pengobatan.

2. Dari intervensi keperawatan yang dibuat untuk asuhan keperawatan pada

keluarga Tn.P adalah dukungan koping keluarga. Dari hasil implementasi

yang dilakukan yaitu Mengidentifikasi respon emosional terhadap kondisi

saat ini, Mengidentifikasi beban prognosis secara psikologis,

Mengidentifikasi pemahaman tentang keputusan perawatan setelah pulang.

Mendengarkan masalah, perasaan dan pertanyaan keluarga, Menerima

nilai-nilai keluarga dengan cara yang tidak menghakimi, Mendiskusikan

rencana medis dan perawatan, Memfasilitasi memperoleh pengetahuan,

keterampilan dan peralatan yang diperlukan untuk mempertahankan

62
63

keputusan perawatan pasien, Menghargai dan dukung mekanisme koping

adaptif yang digunakan. Menginformasikan kemajuan pasien secara

berkala, Menginfomasikan fasilitas perawatan kesehatan yang tersedia,

Merujuk untuk terapi keluarga jika perlu.

3. Dalam melakukan binaan keluarga, strategi dukungan koping keluarga

dilakukan dengan pendekatan persuasif oleh perawat.

4. Dari hasil evaluasi dilakukan bahwa masalah keperawatan teratasi dengan

luaran kemampuan menjelaskan masalah kesehatan yang dialami sudah

meningkat, aktivitas keluarga mengatasi masalah kesehatan tepat

meningkat, partisipasi dalam program kesehatan komunitas meningkat dan

verbalisasi kesulitan menjalankan perawatan yang ditetapkan sudah

menurun.

B. Saran

1. Bagi institusi pendidikan

Diharapkan kepada institusi pendidikan untuk mengembangkan ilmu

kesehatan keperawatan keluarga kepada peserta didik yaitu penerapan

dukungan koping keluarga, sehingga pengetahuan dan keterampilan

tentang hal tersebut lebih baik lagi kedepannya dan akan menjadi bahan

ajar di laboratorium pada keperawatan keluarga.

2. Bagi perawat

Diharapkan dapat menjadi acuan dan informasi bagi perawat dalam

penambahan skill pada pelaksanaan dukungan koping keluarga pada

keluarga yang bermasalah kesehatannya.


64

3. Bagi layanan

Diharapkan pihak Puskesmas Ponre dapat mengembangkan standar

dukungan koping keluarga dalam mengatasi masalah keperawatan

keluarga.
65

DAFTAR PUSTAKA

Aji, Syarief Satria,. 2021 Dukungan Koping Keluarga Pada Klien Tn. S Dengan
Risiko Perilaku Kekerasan Di Dusun Blangkungan. Karya Tulis Ilmiah.

Alva C. Mustamu, Sjarfan, Nur Hafni Hasim,. 2020. Dukungan dan Koping
Keluarga dalam Motivasi Pengobatan Penderita Diabetes Melitus. Jurnal
Kesehatan Terpadu (Integrated Health Journal) Vol. 11 No. 1, Mei 2020
(22-27) ISSN 1978-7766 (Print) and ISSN 2597-9566 (Online) Journal
homepage: https://www.jurnalpoltekkesmaluku.com/index.php/JKT.

Awaliah, Rahmi., 2021. Studi Komparasi Determinan Kejadian Diabetes Mellitus


Tipe 2 (DMT2) Di Wilayah Perkotaan Dan Pedesaan Kabupaten
Bulukumba Tahun 2021. Jurnal Kesehatan Masyarakat.

Ajeng Cintya Baeti Putri., 2020. Pengelolaan Manajemen Kesehatan Keluarga


Tidak Efektif Pada Keluarga Tn. W Dengan Riwayat Diabetes Mellitus
Di Kelurahan Candirejo Ungaran. KIAN

Ariyani, Nadhia,. 2019. Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Keluarga


Dengan Diabetes Melitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Sempaja
Samarinda. KTI

Black & Hawks. 2014. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Buku 2. Jakarta:
Salemba Medika.

Cholil AR, Lindarto D, Pemayun TGD, Wisnu W, Kumala P, Puteri HHS.


DiabCare Asia 2012: diabetes management, control, and complications in
patients with type 2 diabetes in Indonesia. Medical Journal of Indonesia.
2019 May 8;28(1):47–56.

Freddy Contreras, Maria Sanchez, Maria Sofia Martinez, etc. 2017. Management
and Education in Patients with Diabetes Mellitus. DOI: 10.21767/2471-
299X.1000049 iMedPub Journals 2017. www.imedpub.com Vol.3
No.2:7

Friedman, Marilyn M. 2013. Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC

Hartati, Mega., Krishna, LF Puspita,. 2018. Asuhan Keperawatan Keluarga


Dengan Diabetes Mellitus. Buletin Kesehatan Vol. 2 No. 1 Januari – Juli
2018, 44-55

International Diabetes Federation (IDF). (2017). Diabetes Atlas 8th Edition.


Brussels: International Diabetes Federation.
http://www.diabetesatlas.org/
66

Kitu, I. F. M., Dwidiyanti, M., & Wijayanti, D. Y. (2019). Terapi Keperawatan


terhadap Koping Keluarga Pasien Skizofrenia. Jurnal Keperawatan Jiwa,
7(3), 253. https://doi.org/10.26714/jkj.7.3.2019.253-256
Khotimah, Chusnul,. 2021. Asuhan Keperawatan Keluarga Diabetes Melitus Di
Wilayah Puskesmas Sepinggan Kota Balikpapan Kalimantan Timur.
Karya Tulis Ilmiah

Martins, Lilian Cristiane Gomes, etc. 2017. Contribution of family social support
to the metabolic control of people with diabetes mellitus: A randomized
controlled clinical trial. Applied Nursing Research 36 (2017) 68–76

Masriadi. 2016. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : Trans Info Media

Nanggo, Simplisia,. 2018. Asuhan Keperawatan Keluarga Ny M. Dengan Diabetes


Melitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Sikumana-Kota Kupang. KTI

Rhee E-J. Diabetes in Asians. Endocrinol Metab (Seoul). 2015 Sep;30(3):263–9.

Sakinah,. Asuhan Keperawatan Keluarga Bapak. E Dengan Hipertensi Dengan


Penerapan Intervensi Jus Mentimun Di Kelurahan Batang Bungo
Kecamatan Pasar Muara Bungo Tahun 2019. Karya Ilmiah Akhir Ners
(KIA-N)

Syamsiah, 2021. Diabetes Mellitus Tipe-2 Lama Berhubungan dengan Insiden


Neuropati: Studi Cross Sectional. Jurnal Stikes Panrita Husada.

Suki, Okta Hamimi,. (2019). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan


Kontrol Pasien Skizofrenia Di Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Jiwa Prof.
Dr. Muhammad Ildrem Medan Tahun 2019. In Penelitian Kesehatan.
Politeknik Kesehatan Medan Jurusan Keperawatan Prodi D-IV.
Sugiyono, 2018. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung:
Alfabeta.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.


Edisi 1. Jakarta : PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi
1. Jakarta : PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.


Edisi 1. Jakarta : PPNI

Yeow TP, Aun ES-Y, Hor CP, Lim SL, Khaw CH, Aziz NA. Challenges in the
classification and management of Asian youth-onset diabetes mellitus-
lessons learned from a single centre study. PLOS ONE. 2019 Jan
25;14(1):e0211210
67

Wulandari, Indah,. Kusnanto, Sony Wibisono, and Titin Puspitasari., 2020.


Family Experience of Caring for a Diabetes Mellitus Patient: A
Qualitative Study. Jurnal Ners. Vol. 15, No. 2, Special Issue 2020.
http://dx.doi.org/10.20473/jn.v15i2.19010

Wati, E. Prastika, Wulansari,. 2021. Dukungan Keluarga Merencanakan


Perawatan Dengan Masalah Pengelolaan Manajemen Kesehatan
Keluarga Tidak Efektif. Karya Tulis Ilmiah, Juni 2021.

Anda mungkin juga menyukai