Anda di halaman 1dari 53

i

ANALISIS PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN PADA PASIEN

NY. D YANG MENGALAMI PLACENTA PREVIA DENGAN

INTERVENSI TERAPI RELAKSASI NAFAS DALAM DI KAMAR

BERSALIN RSUD H. ANDI SULTHAN DAENG

RADJA BULUKUMBA

(Tanggal 08 Desember 2021)

KARYA TULIS ILMIAH AKHIR NERS

Disusun oleh:

Asmawati Abbas

NIM. D2109040

STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

2022
ANALISIS PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN PADA PASIEN
NY. D YANG MENGALAMI PLACENTA PREVIA DENGAN
INTERVENSI TERAPI RELAKSASI NAFAS DALAM DI
KAMAR BERSALIN RSUD H. ANDI SULTHAN DAENG
RADJA BULUKUMBA
(Tanggal 08 Desember 2021)

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Ners Pada Program Studi
Pendidikan Profesi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba

Disusun oleh:

Asmawati Abbas

NIM. D2109040

STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

2022
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Analisis Praktek Klinik Keperawatan Pada Pasien

Ny. D Yang Mengalami Placenta Previa Dengan Intervensi Terapi Relaksasi Nafas

Dalam Di Kamar Bersalin RSUD H. Andi Sulthan Daeng Radja Bulukumba”

ini telah disetujui untuk diujikan pada Ujian Sidang dihadapan Tim Penguji

pada bulan 2022

Pembimbing

Tenriwati, S.Kep, Ns, M.Kes


3

LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Analisis Praktek Klinik Keperawatan Pada Pasien

Ny. D Yang Mengalami Placenta Previa Dengan Intervensi Terapi Relaksasi Nafas

Dalam Di Kamar Bersalin RSUD H. Andi Sulthan Daeng Radja Bulukumba” ini

telah diujikan dandinyatakan “Lulus” dalam Ujian Sidang dihadapan

Tim Penguji pada 2022.

Pembimbing

Tenriwati, S.Kep, Ns, M.Kes

Penguji 1 Penguji 2

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Ners

Haerani, S.Kep, Ns, M. Kep


NIDN. 00-0909-900
4

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
bimbingan-Nya saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah Akhir Ners dengan
judul “Analisis Praktek Klinik Keperawatan Pada Pasien Ny. D Yang Mengalami
Placenta Previa Dengan Intervensi Terapi Relaksasi Nafas Dalam Di Kamar
Bersalin RSUD H. Andi Sulthan Daeng Radja Bulukumba”. KIAN ini merupakan
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners pada Program Studi Pendidikan
Profesi Ners Stikes Panrita Husada Bulukumba. Bersamaan ini perkenankanlah saya
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya dengan hati yang tulus kepada:
1. H. Muh. Idris Aman., S.Sos selaku Ketua Yayasan Panrita Husada Bulukumba.
2. DR. Muriyati., S.Kep, M.Kes selaku Ketua Stikes Panrita Husada Bulukumba.
3. Haerani, S.Kep, Ns, M. Kep selaku Ketua Program Studi Pendidikan Profesi
Ners
4. Tenriwati, S.Kep, Ns, M.Kes, Selaku dosen pembimbing atas arahan, bimbingan
dan bantuannya selama menyusun KIAN ini.
5. Selaku dosen penguji 1 atas arahan, bimbingan dan bantuannya selama
menyusun KIAN ini.
6. Selaku dosen penguji 2 atas arahan, bimbingan dan bantuannya selama
menyusun KIAN ini.
7. Bapak/Ibu dosen dan seluruh staf Stikes Panrita Husada Bulukumba atas bekal
keterampilan dan pengetahuan yang telah diberikan.
Dan semua pihak yang telah membantu penyelesaian KIAN ini. Mohon maaf
atas segala kesalahan dan ketidaksopanan yang mungkin telah saya perbuat. Semoga
Allah SWT senantiasa memudahkan setiap langkah-langkah kita menuju kebaikan
dan selalu menganugerahkan kasih sayang-Nya untuk kita semua. Amin.
Bulukumba, Januari 2022

Penulis
5

ABSTRAK

Analisis Praktek Klinik Keperawatan Pada Pasien Ny. D Yang Mengalami Placenta Previa
Dengan Intervensi Terapi Relaksasi Nafas Dalam Di Kamar Bersalin RSUD H. Andi Sulthan
Daeng Radja Bulukumba. Asmawati1. Tenriwati2.

Latar belakang: Penyebab kematian ibu menurut WHO sebanyak 80% disebabkan perdarahan hebat,
infeksi, hipertensi dan aborsi yang tidak aman (WHO, 2019). Salah satu penyebab perdarahan dalam
kehamilan dan persalinan adalah plasenta previa, ditemukan 80% dari kasus plasenta previa terjadi
pada wanita yang multiparitas dan risikonya meningkat pada ibu hamil yang berusia >35 tahun.
Plasenta previa adalah komplikasi kehamilan dimana plasenta terletak di bagian bawah rahim,
sebagian atau seluruhnya menutupi leher rahim, yang menyebabkan perdarahan vagina tanpa rasa sakit
dan beberapa mengarah ke perdarahan yang mungkin cukup besar untuk mengancam kehidupan ibu
dan janin yang mengarahkan ke persalinan segera, baik secara elektif atau darurat. Sehingga Peran
perawat sangat penting dalam mencegah dan mengurangi perdarahan, dan perawat berperan sebagai
pemberi asuhan keperawatan, perawat harus memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang
dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan.
Tujuan penelitian: untuk mendeskripsikan analisis praktek klinik keperawatan pada pasien Ny. D
yang mengalami placenta previa dengan intervensi terapi relaksasi nafas dalam di kamar bersalin
RSUD H. Andi Sulthan Daeng Radja Bulukumba.
Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dalam bentuk studi kasus. Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian studi kasus, yang merupakan rancangan penelitian yang
bersifat komprehensif, merinci, intens, dan mendalam, serta terarah pada upaya dalam mengkaji
masalah-masalah atau fenomena yang bersifat kontemporer atau berbatas waktu.
Hasil: Berdasarkan hasil evaluasi keperawatan dilakukan sejak tanggal 08 Desember 2021 sesuai
dengan tindakan keperawatan pada klien dimana untuk risiko perdarahan dengan factor risiko
komplikasi kehamilan (plasenta previa) teratasi, ansietas terkait dengan kriris situasional teratasi,
risiko cedera pada janin dengan factor risiko komplikasi kehamilan (plasenta previa) teratasi dan
risiko cedera pada ibu dengan factor risiko komplikasi kehamilan (plasenta previa) teratasi..
Kesimpulan: hasil penelitian ini dapat menambah informasi dan masukan bagi petugas kesehatan agar
dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan dan diharapkan juga akan
memberikan manfaat kepada masyarakat dalam hal informasi tentang pentingnya asuhan keperawatan
pada Ny.D dengan placenta previa.

Kata Kunci: Asuhan Keperawatan. Placenta Previa. Terapi Relaksasi Nafas Dalam.
6

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :


Nama : Asmawati Abbas
NIM : D2109040
Program Studi : Profesi Ners
Tahun Akademik : 2021/2022

Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah (KIAN) ini adalah hasil karya saya sendiri
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan
benar. Saya tidak melakukan plagiat dalam penulisan KIAN saya yang berjudul:
Analisis Praktek Klinik Keperawatan Pada Pasien Ny. D Yang Mengalami Placenta
Previa Dengan Intervensi Terapi Relaksasi Nafas Dalam Di Kamar Bersalin RSUD
H. Andi Sulthan Daeng Radja Bulukumba.

Apabila suatu saat nanti terbukti bahwa saya melakukan plagiat, maka saya akan
menerima sanksi yang telah di tetapkan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Bulukumba, 10 Agustus 2021

Asmawati Abbas
NIM. D21.09.040
7

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN......................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................... iii
KATA PENGANTAR.................................................................................. iv
ABSTRAK ............................................................................................ v
KATA PENGANTAR.................................................................................. vi
DAFTAR ISI................................................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Tujuan Penulisan ............................................................................. 3
1. Tujuan Umum ........................................................................... 3
2. Tujuan Khusus .......................................................................... 3
C. Ruang Lingkup ................................................................................ 4
D. Manfaat Penulisan ........................................................................... 4
E. Metode Penulisan ............................................................................ 4
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Standar Prosedur Operasional Relaksasi Nafas Dalam ................... 5
B. Artikel Terkait.................................................................................. 12
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian....................................................................... 15
B. Populasi dan Sampel ....................................................................... 15
C. Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................... 15
BAB IV HASIL DAN DISKUSI
A. Pengkajian Keperawatan ................................................................. 16
B. Diagnosa Keperawatan .................................................................... 20
C. Perencanana Keperawatan ............................................................... 25
D. Pelaksanaan Keperawatan ............................................................... 28
E. Evaluasi Keperawatan ..................................................................... 34
8

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 38
B. Saran ................................................................................................ 38
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kematian ibu saat sedang mengandung atau 42 hari setelah melahirkan,
menurut WHO merupakan Angka Kematian Ibu (AKI) yang berada dalam
indikator penilaian kesehatan ibu yang terjadi bukan karena cedera atau trauma,
melainkan oleh kehamilan itu sendiri. Berdasarkan data yang didapatkan World
Health Organization (WHO) tahun 2016 prevalensi plasenta previa sekitar 458
dari 100.000 kelahiran setiap tahunnya, sedangkan prevalensi plasenta previa
menurut WHO tahun 2019 sekitar 320 dari 100.000 kelahiran. Prevalensi
plasenta previa tertinggi terdapat wilayah Asia yaitu sekitar 1,22% dan Negara
tertiggi kasus plasenta previa di Filipina (0,76%) (Cresswell, 2020). Sedangkan
Di Indonesia dilaporkan oleh beberapa peneliti kasus plasenta previa berkisar
antara 2,4% sampai 3,56% dari seluruh kehamilan (Fitrianingsih, 2020). Angka
kejadian plasenta previa menurut data Dinas Kesehatan Povinsi Sul-Sel 2019
mencapai hingga 2,6%. Berdasarkan data dari RSUD H. Andi Sulthan Dg. Radja
Bulukumba didapatkan jumlah pasien yang di rawat dengan placenta previa pada
tahun 2019 sebesar 93 pasien (15,8%), pada tahun 2020 sebesar 74 pasien
(14,3%) dan tahun 2021 sebesar 82 pasien (15,2%), hasil analisa data awal
didapatkan dimana penanganan placenta previa di rumah sakit sekitar 90%
dilakukan dengan tindakan operasi section caesarea, karena dimana placenta
previa merupakan factor penyulit dalam persalinan normal yang dapat
meningkatkan kematian ibu dan bayi.
Plasenta previa adalah komplikasi kehamilan dimana plasenta terletak di
bagian bawah rahim, sebagian atau seluruhnya menutupi leher rahim. Hal ini
menyebabkan perdarahan vagina tanpa rasa sakit dan beberapa mengarah ke
perdarahan yang mungkin cukup besar untuk mengancam kehidupan ibu dan
janin yang mengarahkan ke persalinan segera, baik secara elektif atau darurat.
2

Plasenta previa disebabkan oleh implantasi blastokista yang terletak rendah


dalam rongga rahim (Widia et.al., 2019).
Faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya plasenta previa ialah
meningkatnya paritas ibu, meningkatnya usia ibu, kehamilan ganda, tindakan
kuratase, riwayat seksio sesarea sebelumnya, adanya bekas luka pada rahim dan
miomektomi atau endometritis, riwayat plasenta previa, dan kebiasaan merokok.
Ditemukan 80% dari kasus plasenta previa terjadi pada wanita yang multiparitas
dan risikonya meningkat pada ibu hamil yang berusia >35 tahun. Usia kecil dari
20 tahun juga dinilai berisiko karena hipoplasia endometrium. Hal ini juga
disebabkan endometrium belum siap menerima hasil konsepsi yang berdampak
pada gangguan vascular dan selanjutnya terjadi plasenta previa (Yeni et.al.,
2017).
Tatalaksana pada pasien dengan plasenta previa adalah menjadwalkan
kelahiran secara elektif pada usia 36-37 minggu melalui prosedur seksio sesaria.
Selama mempersiapkan kelahiran secara elektif pasien perlu dipantau tanda-tanda
vital, dan detak jantung bayi. Sebaiknya pasien juga dipasangkan 2 jalur rehidrasi
intravena untuk berjaga-jaga apabila selama proses kelahiran pasien mengalami
perdarahan. Apabila sebelum usia 36 minggu namun pasien telah sering
mengalami perdarahan aktif, maka proses kelahiran dapat dipercepat dengan
penambahan pemberian magnesium sulfida sebagai neuroprotektan bayi dan
steroid untuk pematangan paru, dan bayi sebaiknya dilahirkan segera (Putri,
2019).
Berdasarkan penelitian (Wahyu, et.al. 2019) tentang hubungan antara usia
kehamilan terhadap kejadian plasenta previa Di RSUD PROF. DR. Margono
Soekarjo Terdapat hubungan yang signifikan antara usia kehamilan dengan
kejadian plasenta preveia di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo. Kehamilan usia
> 35 tahun merupakan salah satu faktor risiko terjadinya plasenta previa dengan
besar peluang terjadinya plasenta preveia 3,86 kali dari pada usia 20-35 tahun.
Peran perawat dalam menurunkan AKI terutama dalam menangani placenta
previa antara lain : memberikan pendidikan tentang kehamilan dan persalinan,
3

pengawasan pada kunjungan ke pelayanan kesehatan selama masa kehamilan,


persalinan dan nifas disini peran perawat sangat diperlukan. Perawat harus
mampu memberikan perawatan yang komprehensif, berkesinambungan, teliti dan
penuh kesabaran. salah satu hal yang perlu bagi perawat dalam menangani rasa
nyeri pasien adalah mengembangkan kompetensi dan pemahaman yang terus
menerus tentang management nyeri non farmakologi. Terdapat beberapa jenis
managemen non farmakologis antara lain: teknik relaksasi, distraksi masase,
terapi es dan panas, stimulasi saraf elektris transkutan, hipnosis, guided imagery
dan musik. Dengan menggunakan implementasi terapi non farmakologi (terapi
tekhnik relaksasi nafas dalam) merupakan suatu metode terapi yang efektif dan
terbukti serta aman untuk diterapkan pada pasien yang mengalami masalah
keperawatan ansietas. Karena dengan diberikannya relaksasi nafas dalam
bermanfaat untuk membantu dalam mengurangi tingkat nyeri yang dirasakan
oleh klien, dengan adanya efek relaksasi, serta memberikan ketenangan, serta
kenyamanan pada pasien. (Bardja, 2020).
Peran perawat dalam menangani kegawatdaruratan perdarahan dan
keselamatan ibu dan janin yang mungkin terjadi pada kasus placenta previa yaitu,
perawat berperan sebagai pemberi pelayanan kesehatan dan diharapkan
mempunyai perhatian yang tinggi dalam membantu ibu untuk meminimalkan
dampak dari placenta previa baik secara fisik maupun psikologis. Pertama
perawat berperan sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat harus
memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui
pemberian pelayanan keperawatan. Yang kedua perawat berperan sebagai
edukator peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan
tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang akan
diberikan (Machmudah, 2015).
Berdasarkan masalah yang terjadi diatas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Analisis Praktek Klinik Keperawatan Pada
Pasien Ny. D Yang Mengalami Placenta Previa Dengan Intervensi Terapi
4

Relaksasi Nafas Dalam Di Kamar Bersalin RSUD H. Andi Sulthan Daeng Radja
Bulukumba “.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mendeskripsikan pelaksanaan analisis praktek klinik
keperawatan pada pasien Ny.D yang mengalami placenta previa dengan
intervensi terapi relaksasi nafas dalam di kamar bersalin RSUD H. Andi
Sulthan Daeng Radja Bulukumba.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengidentifikasi pengkajian keperawatan pada Ny.D yang
mengalami placenta previa dengan intervensi terapi relaksasi nafas dalam
b. Untuk mengidentifikasi diagnosis keperawatan pada Ny.D yang
mengalami placenta previa dengan intervensi terapi relaksasi nafas dalam
c. Untuk mengidentifikasi intervensi keperawatan pada Ny.D yang
mengalami placenta previa dengan intervensi terapi relaksasi nafas dalam
d. Untuk mengidentifikasi implementasi atau tindakan keperawatan yang
sudah direncanakan pada Ny.D yang mengalami placenta previa dengan
intervensi terapi relaksasi nafas dalam
e. Untuk mengidentifikasi evaluasi tindakan keperawatan yang telah
diberikan pada Ny.D yang mengalami placenta previa dengan intervensi
terapi relaksasi nafas dalam.
C. Ruang Lingkup
Analisis praktek klinik keperawatan pada pasien Ny.D yang mengalami
placenta previa dengan intervensi terapi relaksasi nafas dalam di kamar bersalin
RSUD H. Andi Sulthan Daeng Radja Bulukumba pada tanggal 18 Desember
tahun 2021.
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat teoritis
Bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi hasil penelitian
ini dapat dijadikan sebagai bahan dalam pengembangan ilmu pengetahuan
5

dan teknologi di bidang keperawatan maternitas khususnya asuhan


keperawatan klinik keperawatan pada pasien Ny.D yang mengalami placenta
previa dengan intervensi terapi relaksasi nafas dalam.
2. Manfaat aplikatif
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu literature dan
menjadi tambahan informasi yang berguna bagi para pembaca untuk
meningkatkan mutu pendidikan keperawatan, serta diharapkan dapat
digunakan sebagai masukan bagi tenaga kesehatan yang melakukan
edukasi dalam memberikan asuhan keperawatan pada Ny”D” yang
mengalami placenta previa dengan intervensi terapi relaksasi nafas dalam
berat guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
E. Metode Penulisan
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dalam bentuk
studi kasus. Penelitian ini mendeskripsikan proses keperawatan dimulai dari
pengkajian, merumuskan diagnosis keperawatan, merencanakan tindakan
keperawatan, implementasi sampai evaluasi keperawatan dalam analisis praktek
klinik keperawatan pada pasien Ny.D yang mengalami placenta previa dengan
intervensi terapi relaksasi nafas dalam di kamar bersalin RSUD H. Andi Sulthan
Daeng Radja Bulukumba.
6

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Standar Prosedur Operasional Terapi Relaksasi Nafas Dalam


1. Definisi
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan
keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien
bagaimana cara melakukan napas dalam, napas lambat (menahan inspirasi
secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan napas secara perlahan,
Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi napas dalam juga
dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah
(Mansjoer, 2012).
Relaksasi dapat di artikan sebagai teknik yang dilakukan untuk
mengatasi stress dimana akan terjadi peningkatan aliran darah sehingga
perasaan cemas dan khawatir akan berkurang (Abbasi et.al., 2018). Relaksasi
merupakan proses merilekskan otot-otot yang mengalami ketegangan atau
mengendorkan otot-otot tubuh dan pikiran agartercapai kondisi yang nyaman
atau berada pada gelombang otak alfa-teta (Yunus, 2019).
2. Tujuan teknik relaksasi nafas dalam
Menurut (Yunus, 2019) tujuan teknik relaksasi napas dalam adalah
untuk meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah
atelektasi paru, meningkatkan efesiensi batuk, mengurangi stres baik stres
fisik maupun emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan
kecemasan. Teknik relaksasi napas dalam dipercaya dapat menurunkan
intensitas nyeri melalui mekanisme yaitu (Muttaqin, 2019) :
a. Dengan merelaksasikan otot-otot skelet yang mengalami spasme yang
disebabkan oleh peningkatan prostaglandin sehingga terjadi vasodilatasi
pembuluh darah dan akan meningkatkan aliran darah ke daerah yang
mengalami spasme dan iskemic.
7

b. Teknik relaksasi napas dalam dipercayai mampu merangsang tubuh untuk


melepaskan opoiod endogen yaitu endorphin dan enkefalin
c. Mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat relaksasi melibatkan sistem
otot dan respirasi dan tidak membutuhkan alat lain sehingga mudah
dilakukan kapan saja atau sewaktu-waktu.
3. Manfaat teknik relaksasi nafas dalam
Menurut (Yunus, 2019) manfaat dari teknik relaksasi nafas dalam :
a. Ketentraman hati,
b. Berkurangnya rasa cemas, khawatir dan gelisah,
c. Tekanan dan ketegangan jiwa menjadi rendah,
d. Detak jantung lebih rendah,
e. Mengurangi tekanan darah,
f. Ketahanan yang lebih besar terhadap penyakit,
g. Tidur lelap,
h. Kesehatan mental menjadi lebih baik,
i. Daya ingat lebih baik,
j. Meningkatkan daya berpikir logis,
k. Meningkatkan kreativitas,
l. Meningkatkan keyakinan,
m. Meningkatkan daya kemauan,
n. Intuisi,
o. Meningkatkan kemampuan berhubungan dengan orang lain.
Efek atau manfaat relaksasi nafas dalam antara lain terjadinya penurunan
nadi, penurunan ketegangan otot, penurunan kecepatan metabolisme,
peningkatan kesadaran global, perasaan damai dan sejahtera dan periode
kewaspadaan yang santai. Keuntungan teknik relaksasi dalam antara lain
dapat dilakukan setiap saat, kapan saja dan dimana saja, caranya sangat
mudah dan dapat dilakukan secara mandiri oleh pasien atau klien tanpa media
serta merileksasikan otot-otot yang tegang.
8

4. Jenis jenis teknik relaksasi


Macam-macam relaksasi yaitu (Priharjo, 2019) :
a. Autogenic relaxation
Autogenic relaxation merupakan jenis relaksasi yang diciptakan
sendiri oleh individu yang bersangkutan. Cara seperti ini dilakukan
dengan menggabungkan imajinasi visual dan kewaspadaan tubuh dalam
menghadapi stress.
b. Muxcle relaxation
Teknik ini bertujuan untuk memberikan rasa nyaman pada otot- otot.
Ketika terjadi stress otot-otot pada beberapa bagia tubuh menjadi
menegang, seperti otot leher, punggung, lengan. Teknik ini dilakukan
dengan cara merasakakn perubahan dan sensai pada otot bagian tubuh
tersebut. Teknik dapat dilakukan dengan cara : meletakkan kepala
diantara kedua lutut (kira-kira selama 5 detik) dam rebahkan badan ke
belakang secara perlahan selama 30 detik.
c. Visualisasi
Teknik ini merupakan bentuk kemampuan mental untuk berimajinasi
seperti melakukan perjalanan ke suatu tempat yang nyaman atau damai
atau situasi yang tenang. Teknik visualisasi ini seolah-olah menggunakan
beberapa indera secara bersamaan.
5. Mekanisme Kerja Relaksasi Nafas Dalam
Mekanisme relaksasi nafas dalam (deep breathing) pada sistem
pernafasan berupa suatu keadaan inspirasi dan ekspirasi pernafasan dengan
frekuensi pernafasan menjadi 6-10 kali permenit sehingga terjadi peningkatan
regangan kardiopulmonari (Izzo, 2018). Stimulasi peregangan di arkus aorta
dan sinus karotis diterima dan diteruskan oleh saraf vagus ke medula
oblongata (pusat regulasi kardiovaskuler), selanjutnya merespon terjadinya
peningkatan refleks baroreseptor (Gohde, 2016).
9

Impuls aferen dari baroreseptor mencapai pusat jantung yang akan


merangsang aktivitas saraf parasimpatis dan menghambat pusat simpatis
(kardioakselerator), sehingga menyebabkan vasodilatasi sistemik, penurunan
denyut dan daya kontraksi jantung (Muttaqin, 2019).
Sistem saraf parasimpatis yang berjalan ke SA node melalui saraf
vagus melepaskan neurotransmiter asetilkolin yang menghambat kecepatan
depolarisasi SA node, sehingga terjadi penurunan kecepatan denyut jantung
(kronotropik negatif). Perangsangan sistem saraf parasimpatis ke bagian-
bagian miokardium lainnya mengakibatkan penurunan kontraktilitas, volume
sekuncup, curah jantung yang menghasilkan suatu efek inotropik negatif.
Keadaan tersebut mengakibatkan penurunan volume sekuncup, dan curah
jantung. Pada otot rangka beberapa serabut vasomotor mengeluarkan
asetilkolin yang menyebabkan dilatasi pembuluh darah. Akibat dari
penurunan curah jantung, kontraksi serat-serat otot jantung, dan volume darah
membuat tekanan darah menjadi menurun (Muttaqin, 2019).
6. Prosedur teknik relaksasi nafas dalam
Menurut (Priharjo, 2019) bentuk pernapasan yang digunakan pada
prosedur ini adalah pernapasan diafragma yang mengacu pada pendataran
kubah diagfragma selama inspirasi yang mengakibatkan pembesaran
abdomen bagian atas sejalan dengan desakan udara masuk selama inspirasi.
Adapun langkah-langkah teknik relaksasi napas dalam adalah sebagai berikut:
a. Ciptakan lingkungan yang tenang,
b. Usahakan tetap rileks dan tenang,
c. Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara
melalui hitungan 1,2,3,
d. Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan
ekstrimitas atas dan bawah rileks,
e. Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali,
f. Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut
secara perlahan-lahan,
10

g. Membiarkan telapak tangan dan kaki rilek. Usahakan agar tetap


konsentrasi / mata sambil terpejam,
h. Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah yang nyeri,
i. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang,
j. Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali.
k. Bila nyeri menjadi hebat, seseorang dapat bernafas secara dangkal dan
cepat.
7. Faktor yang mempengaruhi teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan
tingkat nyeri
Teknik relaksasi nafas dalam dipercaya dapat menurunkan tingkat
nyeri melalui tiga mekanisme yaitu :
a. Dengan merileksasikan otot skelet yang mengalami spasme atau
ketegangan yang disebabkan oleh insisi/ trauma jaringan saat
pembedahan.
b. Relaksasi otot skelet akan meningkatkan aliran darah ke daerah yang
mengalami trauma sehingga mempercepat proses penyembuhan dan
menurunkan nyeri
c. Teknik relaksasi nafas dalam dipercaya mampu merangsang tubuh untuk
melepaskan opioid endogen yaitu endorphin dan enkefalin.

Standar Prosedur Operasional (SPO)


Teknik Relaksasi Nafas Dalam
1. Pengertian Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk
asuhan kepaerawatan yang dalam hal ini perawat
mengajarkan kepada klien bagaiama cara melakukan nafas
dalam, nafas lambat dan bagaimana menghembuskan nafas
secara perlahan.
2. Tujuan Untuk mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh,
kecemasan sehingga mencegah menghebatnya stimulasi
nyeri.
11

3. Indikasi a. Pasien yang mengalami stres


b. Pasien yang mengalami nyeri yaitu nyeri akut pada
tingkat ringan sampai tingkat sedang akibat penyakit
yang kooperatif
c. Pasien yang mengalami kecemasan
d. Pasien mengalami gangguan pada kualitas tidur seperti
insomnia
4. Pelaksanaan a. Pra Interaksi
1) Membaca status klien
2) Mencuci tangan
b. Interaksi
1) Orientasi
a) Salam : Memberi salam sesuai waktu
b) Memperkenalkan diri.
c) Validasi kondisi klien saat ini.
Menanyakan kondisi klien dan kesiapan klien
untuk melakukan kegiatan sesuai kontrak
sebelumnya
d) Menjaga privasi klien
e) Kontrak.
Menyampaiakan tujuan dan menyepakati
waktu dan tempat dilakukannya kegiatan
2) Kerja
a) Memberikan kesempatan kepada pasien untuk
bertanya bila ada sesuatu yang kurang dipahami/
jelas
b) Atur posisi agar klien rileks tanpa adanya beban
fisik, baik duduk maupun berdiri. Apabila pasien
memilih duduk, maka bantu pasien duduk di tepi
tempat tidur atau posisi duduk tegak di kursi.
12

Posisi juga bisa semifowler, berbaring di tempat


tidur dengan punggung tersangga bantal.
c) Instruksikan pasien untuk melakukan tarik nafas
dalam sehingga rongga paru berisi udara
d) Instruksikan pasien dengan cara perlahan dan
hembuskan udara membiarkannya ke luar dari
setiap bagian anggota tubuh, pada saat
bersamaan minta klien untuk memusatkan
perhatiannya pada sesuatu hal yang indah dan
merasakan lega
e) Instruksikan pasien untuk bernafas dengan irama
normal beberapa saat (1-2 menit)
f) Instruksikan pasien untuk kembali menarik nafas
dalam, kemudian menghembuskan dengan cara
perlahan dan merasakan saat ini udara mulai
mengalir dari tangan, kaki, menuju keparu-paru
dan seterusnya, rasakan udara mengalir
keseluruh tubuh
g) Minta pasien untuk memusatkan perhatian pada
kaki dan tangan, udara yang mengalir dan
merasakan ke luar dari ujung-ujung jari tangan
dan kaki kemudian rasakan kehangatanya
h) Instruksikan pasien untuk mengulangi teknik-
teknik ini apabila rasa nyeri kembali lagi
i) Setelah pasien mulai merasakan ketenangan,
minta pasien untuk melakukan secara mandiri
j) Ulangi latihan nafas dalam ini sebanyak sampai
15 kali dalam sehari dalam waktu 5-10 menit
3) Terminasi
a) Evaluasi hasil: kemampuan pasien untuk
13

melakukan teknik ini


b) Memberikan kesempatan pada klien untuk
memberikan umpan balik dari terapi yang
dilakukan.
c) Tindak lanjut: menjadwalkan latihan teknik
relaksasi banafas dalam
d) Kontrak: topik, waktu, tempat untuk kegiatan
selanjutnya
4) Dokumentasi
a) Mencatat waktu pelaksanaan tindakan
b) Mencatat perasaan dan respon pasien setelah
diberikan tindakan

(Sumber : (Muttaqin, 2019).


B. Artikel Terkait
1. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mursalim Nurulhuda, et.al.
tahun 2021 tentang Analisis Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Plasenta Previa didapatkan Kesimpulan dari penelitian ini adalah
terdapat hubungan faktor risiko paritas, riwayat gemelli pada kejadian
plasenta previa dan didapatkan hubungan faktor risiko antara umur, riwayat
sectio sesarea dengan kejadian plasenta previa di RSUD Batara Guru dan RS
Hikmah Sejahtera Kabupaten Luwu
2. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Antoro Budi dan Amatiria
Gustop tahun 2020 didapatkan bahwa hasil penelitian diperoleh ada pengaruh
teknik relaksasi guide imagery dalam penurunan tingkat kecemasan (p value
=0,000). Saran bagi tenaga kesehatan untuk dapat menerapkan teknik
relaksasi guide imagery dalam asuhan keperawatan untuk menurunkan
tingkat kecemasan pasien pre operasi katarak.
3. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Syisnawati, Keliat Anna
Budi dan Putri Yossie Susanti Eka tahun 2020 didapatkan bahwa terapi
relaksasi progressif berpengaruh terhadap penurunan tanda dan gejala
14

ansietas dan peningkatan kemampuan klien ansietas yang di rawat. Relaksasi


otot progressif merupakan salah satu terapi spesialis yang sangat dianjurkan
untuk menurunkan kecemasan pada klien dengan penyakit kronik karena
terapi ini memiliki efek yang besar terhadap penurunan tanda dan gejala pada
aspek fisiologis
4. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yeni Cut Meurah Syiah,
et.al pada tahun 2021 tentang Plasenta Previa Totalis Pada Primigravida:
Sebuah Tinjauan Kasus. Didapatkan bahwa Adapun pemeriksaan fisik yang
perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosa placenta previa meliputi:
keadaan umum dan tanda vital, inspeksi genitalia eksterna, pemeriksaan
inspekulo dan leopold.
5. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Febtrina Rizka And
Malfasari Eka tahun 2018 didapatkan bahwa terdapat perbedaan rata – rata
tingkat ansietas setelah dilakukan intervensi relaksasi nafas dalam dan
hipnosis 5 jari yang signifikan dibandingkan dengan rata - ratatingkat ansietas
setelah pendidikan kesehatan dengan menggunakan booklet (p value
0.039).Melalui hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu
intervensi mandiri keperawatan yang dapat diterapkan pada pasien gagal
jantung khususnya untuk mengatasi ansietas.
6. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Wahyuningsih Sri Atun dkk
tahun 2020 didapatkan bahwa peserta adalah lansia di RW 02 RT 01-05
terdiri dari 42 orang dilakukan ke rumah masing-masing. Tempat dan waktu
disesuaikan bersama kesepakatan lansia dan peserta pengabdi selain itu
berdasarkan evaluasi lansia ssangat senang dan terbukti relaksasi nafas dalam
dapat menurunkan tekanan darah dan tigkat kecemasan pada lansia.
7. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Iriyanti Ana, Mubin M.F.,
Rahayu Desi Ariyani tahun 2019 didapatkan bahwa hasil penerapan terapi
relaksasi nafas dalam yang diterapkan selama lima hari tersebut terbukti
sangat efektif untuk diaplikasikan, kedua klien tersebut lebih tenang,
kooperatif, dan lebih rileks dan klien mampu mengontrol kecemasan.
15

8. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Haifa, et.al. tahun
2019 tentang Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Plasenta
Previa didapatkan Kesimpulan, berdasarkan uji statistik menunjukan adanya
hubungan yang signifikan antara faktori usia ibu, paritas, riwayat Sectio
Caesarea, riwayat kuretase, jarak kehamilan dengan kejadian plasenta previa.
9. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri Nadila Ayuni. 2019.
Tentang Plasenta Previa Sebagai Faktor Protektif Kejadian Preeklamsia Pada
Ibu Hamil. Didapatkan Kesimpulan, terdapat faktor protektif yang ada pada
pasien plasenta previa sehingga menurunkan kejadian preeklamsia.
10. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Rokawie Agung Octa Nihando,
Sulastri, Anit tahun 2021 didapatkan bahwa hasil penelitian diperoleh tingkat
kecemasan pada pasien pre operasi bedah abdomen sebelum diberikan terapi
relaksasi nafas dalam mempunyai rata-rata skor indeks kecemasan 54,59
(kecemasan sedang) dan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi bedah
abdomen setelah diberikan terapi relaksasi nafas dalam mempunyai rata-rata
skor indeks kecemasan 49,56 (kecemasan ringan) dan terjadi penurunan
sebesar 5,03.
Kesimpulan dari hasil penelitian diatas adalah hal ini membuktikan bahwa
dengan menggunakan implementasi terapi non farmakologi (terapi tekhnik
relaksasi nafas dalam) merupakan suatu metode terapi yang efektif dan terbukti
serta aman untuk diterapkan pada pasien yang mengalami masalah keperawatan
ansietas. Karena dengan diberikannya relaksasi nafas dalam bermanfaat untuk
membantu dalam mengurangi tingkat nyeri yang dirasakan oleh klien, dengan
adanya efek relaksasi, serta memberikan ketenangan, serta kenyamanan pada
pasien.
A.
16

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Desain atau rancangan penelitian adalah sesuatu yang sangat penting dalam
penelitian, memungkinkan pengontrolan maksimal dari beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi suatu hasil dan juga bisa di gunakan sebagai petunjuk dalam
perancangan dan pelaksanaan penelitian untuk mencapai suatu tujuan atau
menjawab suatu pertanyaan penelitian yang merupakan hasil akhir dari suatu
penelitian yang bisa di terapkan (Sastroasmoro & Sofyan, 2014). Jenis penelitian
yang digunakan adalah penelitian studi kasus, yang merupakan rancangan
penelitian yang bersifat komprehensif, merinci, intens, dan mendalam, serta
terarah pada upaya dalam mengkaji masalah-masalah atau fenomena yang
bersifat kontemporer atau berbatas waktu.
B. Populasi Dan Sampel
Populasi terjangkau adalah populasi yang dapat dijangkau oleh peneliti dari
kelompoknya atau keseluruhan objek peneliti. Populasi penelitian ini adalah
semua pasien yang dirawat di ruang kamar bersalin RSUD H. A. Sulthan Dg
Radja Bulukumba dengan kasus Maternitas (Intra Natal Care).
Subyek pada penelitian ini adalah adalah pasien yang dirawat dengan
diagnose placenta previa di kamar bersalin RSUD H. A. Sulthan Dg Radja
Bulukumba.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di kamar bersalin RSUD H. A. Sulthan
Dg. Radja Bulukumba.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan adalah pada tanggal 08 Desember tahun
2021.
17
18

BAB IV
HASIL DAN DISKUSI

A. Pengkajian Keperawatan
1. Data umum
Inisial klien : Ny. D,usia 27 tahun, status perkawinan: kawin,
pekerjaan : IRT, pendidikan terakhir : SMA, agama islam, Alamat : tanete
2. Masalah utama
Keluhan utama : keluar darah dari jalan lahir, Pasien merasa cemas
dengan keadaannya saat ini, Pasien merasa bingung, Pasien mengatakan
khawatir dengan akibat dari kondisi yang dialaminya, pasien mengatakan
tidak berdaya
Riwayat Keluhan Utama : Ny. D dengan usia kehamilan 36 minggu,
masuk IGD pada jam 6 pagi dengan keluhan darah dari jalan lahir,
sebelumnya dirumah ada nyeri perut tembus kebelakang disertai pengeluaran
darah dari jalan lahir,
3. Data umum kesehatan
TB/BB : 151cm/ 77kg, BB sebelum hamil : 65 kg, tidak ada masalah
kesehatan khusus, tidak ada riwayat konsumsi obat-obatan, tidak ada Alergi
(obat/makanan/bahan tertentu), tidak ada alat bantu yang digunakan : (gigi
tiruan/kacamata/lensa kontak/alat dengar). Kebiasaan waktu tidur : siang dan
malam kurang lebih 8-10 jam /hari
4. Data umum kebidanan
a. Kehamilan sekarang direncanakan
b. Status Obstetri : G 1 P0 A0
c. HPHT : 22-03-2021 Taksiran partus : 29-12-2021
d. Tidak mengikuti kelas prenatal
e. Jumlah kunjungan ANC pada kehamilan ini : 3 kali
f. Belum ada rencana KB
g. Pelajaran yang diinginkan saat ini adalah Relaksasi/pernafasan
19

h. Setelah bayi lahir, siapa yang diharapkan membantu : suami dan keluarga
5. Riwayat persalinan sekarang
a. Pengeluaran pervaginam (tanggal/jam) : keluar darah dari jalan lahir 07-
12-2022 (07.30)
b. Denyut jantung janin : Frekuensi 134 x/i,
c. Pemeriksaan fisik :
1) Kenaikan BB selama hamil : 12 kg
2) TTV : TekananDarah:130/80mmHg; Nadi : 87x/I, Suhu :36,7ºC,
Pernapasan : 22 x/mnt
3) Kepala Leher: tidak ada benjolan pada kepala, tidak ada nyeri tekan
pada kepala, simetris, tidak Ada deformitas.
4) Mata : kojungtiva: Tidak anemis
5) Sklera : subikterik, tidak ada pinguekula, tidak ada pterigium
6) Refleks : cahaya langsung +/+, tak langsung +/+
7) Hidung : Bentuk normal, tidak ada deformitas, tidak ada deviasi
sputum, lubang hidung Simetris, tidak keluar secret atau darah dari
hidung.
8) Mulut : Bibir : tidak ada deformitas,warna tidak pucat dan tidak
sianosis, tidak tampak Kering, pecah-pecah.
9) Gigi : tidak ada karier.
10) Gusi : warna merah muda, tidak hiperemi
11) Lidah : bentuk normal, tidak ada deformitas.
12) Telinga : Bentuk normal, tidak ada deformitas, simetris, tidak ada
benjolan, tidak oedeme, Serumen sedikit.
13) Leher : Bentuk normal, tidak ada deformitas, tidak tampak benjolan,
trakea lurus ditengah kelenjar tiroid tidak membesar, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada kaku kuduk.
14) Dada : inspeksi : bentuk dada simetris saat statis dan damis, gerak
pernapasan simetris kanan dan kiri, tidak ada retraksi sela iga, tidak
20

terlihat benjolan, payudara letaknya simetri. Palpasi : palpasi tidak ada


nyeri tekan, tidak adsa benjolan, gerak napas simetris.
15) Jantung : BJ I-II irregular tidak ada murmur, tidak ada gallop.
16) Paru : SD vesikuler, Rh (-/-),Wh (-/-)
17) Payudara : bentuk simetris, puting susu normal
18) Puting susu : normal, tidak ada nyeri tekan
19) Abdomen : Tidak ada nyeri perut
20) Perineum dan Genital : riwayat keluar darah dari jalan lahir
21) Ekstremitas : Ekstremitas Atas, Edema : tidak, Varises : tidak,
Ekstremitas Bawah, Edema : ya, Varises : tidak
22) Eliminasi : Urin : kebiasaan BAK 3-4 kali sehari. BAK saat ini: 750cc
pada urine bag, Fekal : kebiasaan BAB 1-2 kali sehari, Masalah
Khusus:-
23) Istirahat dan Kenyamanan, Pola tidur : kebiasaan tidur : pasien
mengatakan tidak terlalu tidur nyenyak karna kondisi RS kurang
nyaman untuk dia. Lama : 4-5 jam, Keluhan ketidaknyamanan : ya
24) Mobilisasi dan Latihan, Tingkat mobilisasi : dibantu oleh
suami,pergerakan pasien terbatas dan nampak lemah, Latihan : tidak
dilakukan, Masalah khusus : -
25) Nutrisi dan Cairan, Asupan nutrisi : pasien tidak menghabiskan
makanan yang diberikan oleh tim gizi. nafsu makan : kurang
26) Keadaan Mental : Adaptasi psikologis : pasien merasa cemas dan
tampak tegang dengan kondisi yang dialaminya, pasien merasa
bingung dan khawatir dengan akibat dari kondisi yang dialaminya
sehingga pasien pasien sering mengeluh pusing bahkan merasa tidak
berdaya.
Pengkajian adalah tahap awal dari proses perawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengindentifikasi suatu kesehatan kilen. Tahap pengkajian
merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan
21

kenyataan. Kebenaran data sangat penting dalam merumuskan suatu diagnosa


keperawatan dan memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan respon
individu (Nursalam, 2017).
Plasenta previa adalah komplikasi kehamilan dimana plasenta terletak di
bagian bawah rahim, sebagian atau seluruhnya menutupi leher rahim. Hal ini
menyebabkan perdarahan vagina tanpa rasa sakit dan beberapa mengarah ke
perdarahan yang mungkin cukup besar untuk mengancam kehidupan ibu dan
janin yang mengarahkan ke persalinan segera, baik secara elektif atau darurat.
Plasenta previa disebabkan oleh implantasi blastokista yang terletak rendah
dalam rongga rahim (Widia et.al., 2019).
Faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya plasenta previa ialah
meningkatnya paritas ibu, meningkatnya usia ibu, kehamilan ganda, tindakan
kuratase, riwayat seksio sesarea sebelumnya, adanya bekas luka pada rahim dan
miomektomi atau endometritis, riwayat plasenta previa, dan kebiasaan merokok.
Ditemukan 80% dari kasus plasenta previa terjadi pada wanita yang multiparitas
dan risikonya meningkat pada ibu hamil yang berusia >35 tahun. Usia kecil dari
20 tahun juga dinilai berisiko karena hipoplasia endometrium. Hal ini juga
disebabkan endometrium belum siap menerima hasil konsepsi yang berdampak
pada gangguan vascular dan selanjutnya terjadi plasenta previa (Yeni et.al.,
2017).
Berdasarkan hasil klasifikasi data didapatkan DS: Keluar darah dari jalan
lahir, Pasien merasa cemas dengan keadaannya saat ini, Pasien merasa bingung,
Pasien mengatakan khawatir dengan akibat dari kondisi yang dialaminya, pasien
mengatakan tidak berdaya. DO: Pasien nampak gelisah, TTV :
TekananDarah:130/80mmHg; Nadi : 87x/I, Suhu :36,7ºC, Pernapasan : 22 x/mnt,
Pasien nampak lemah, Pasien nampak gelisah, Pasien nampak tegang, Pasien
nampak pucat.
Dari data pengkajian yang didapatkan pada pasien, hal ini sesuai dengan
tanda dan gejala yang terjadi menurut teori dan hasil penelitian (Yeni et.al., 2017)
terkait dengan manifestasi klinik dari placenta previa, yaitu dimana adanya
22

keluhan perdarahan pervaginam (yang keluar melalui vagina) tanpa nyeri. Ibu
dengan plasenta previa pada umumnya asimptomatik (tidak memiliki gejala)
sampai terjadi perdarahan pervaginam. Biasanya perdarahan tersebut tidak terlalu
banyak dan berwarna merah segar. Pada umumnya perdarahan pertama terjadi
tanpa faktor pencetus, meskipun latihan fisik dan hubungan seksual dapat
menjadi faktor pencetus. Perdarahan terjadi karena pembesaran dari rahim
sehingga menyebabkan robeknya perlekatan dari plasenta dengan dinding rahim.
Koagulapati jarang terjadi pada plasenta previa.
Peran perawat dalam menurunkan AKI antara lain : memberikan pendidikan
tentang kehamilan dan persalinan, pengawasan pada kunjungan ke pelayanan
kesehatan selama masa kehamilan, persalinan dan nifas disini peran perawat
sangat diperlukan. Perawat harus mampu memberikan perawatan yang
komprehensif, berkesinambungan, teliti dan penuh kesabaran. Hal diatas, seperti
riwayat, manifestasi yang terdapat dan diungkapkan oleh klien sesuai dengan
teori yang ada tentang placenta previa, meski tidak semua dialami oleh klien
namun hampir sebagian besar dari teori terdapat dan terjadi pada klien.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinik mengenai respons
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik
yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan
untuk mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap
situasi yang berkaitan dengan kesehatan (SDKI, 2016) :
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul adalah sebagai berikut:
a. Risiko perdarahan dengan factor risiko komplikasi kehamilan (plasenta
previa)
b. Ansietas yang berhubungan dengan perdarahan kurangnya pengetahuan
mengenai efek perdarahan dan menejemennya.
c. Risiko cedera pada janin dengan factor risiko komplikasi kehamilan
(plasenta previa)
23

d. Risiko cedera pada ibu dengan factor risiko komplikasi kehamilan (plasenta
previa)
e. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan kontraksi uterus dan
pembukaan jalan lahir
f. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan penatalaksanaan terapi dan
perawatan
Sedangkan diagnosa yang dijumpai pada kasus sama dengan kemungkinan
diagnosa yang muncul yang mengacu pada Nanda dan SDKI yang terdapat 6
diagnosa. Diagnosa yang dijumpai dalam kasus Ny. D sesuai dengan data yang
didapatkan yaitu pada kasus, peneliti menetapkan 4 diagnosis keperawatan sesuai
kasus tersebut yaitu:
1. Risiko perdarahan dengan factor risiko komplikasi kehamilan (plasenta
previa)
Berdasarkan analisis data didapatkan masalah/diagnosis keperawatan
yaitu resiko perdarahan dengan factor risiko komplikasi kehamilan (plasenta
previa) ditandai dengan DS: Pasien mengatakan keluar darah dari jalan lahir,
dan DO: Pasien nampak gelisah, Pasien nampak pucat.
Risiko perdarahan merupakan pasien berisiko mengalami kehilangan
darah baik internal (terjadi di dalam tubuh) maupun ekternal (terjadi hingga
keluar tubuh). Dimana faktor risikonya adalah akibat aneurisma, gangguan
gastrointestinal (misal ulkus, polip, varises), gangguan fungsi hati (misal
sirosis hepatitis), komplikasi kehamilan (misal ketuban pecah sebelum
waktunya, plasenta previa/abrupsio, kehamilan kembar), komplikasi pasca
partum (misal atoni uterus, retensi plasenta), gangguan koagulasi (misal
trombositopenia), efek agen farmakologis, tindakan pembedahan, trauma,
kurang terpapar informasi tentang pencegahan pencegahan perdarahan, dan
proses keganasan (SDKI, 2016).
Menurut analisa peneliti, ada kesesuaian antara teori dengan kasus
dimana klien mengeluh adanya darah keluar dari jalan lahir, dimana gejala
yang ditimbulkan oleh plasenta previa yaitu adanya keluhan perdarahan
24

pervaginam (yang keluar melalui vagina) tanpa nyeri. Ibu dengan plasenta
previa pada umumnya asimptomatik (tidak memiliki gejala) sampai terjadi
perdarahan pervaginam. Biasanya perdarahan tersebut tidak terlalu banyak
dan berwarna merah segar.
2. Ansietas Terkait Dengan Kriris Situasional
Berdasarkan analisis data didapatkan masalah/diagnosis keperawatan
yaitu ansietas terkait dengan kriris situasional ditandai dengan DS: Pasien
merasa bingung, Pasien mengatakan khawatir dengan akibat dari kondisi
yang dialaminya, pasien mengeluh pusing, pasien mengatakan tidak berdaya,
dan DO: Pasien nampak gelisah, Pasien nampak tegang, Pasien nampak pucat
Ansietas adalah kondisi emosi dan pengalaman subjektif individu
terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.
Kondisi ansietas dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya: krisis
situasional, kebutuhan tidak terpenuhi, krisis maturasional, ancaman terhadap
konsep diri, ancaman terhadap kematian, kekhawatiran mengalami kegagalan,
disfungsi fungsi keluarga, hubungan orang tua anak tidak memuaskan, faktor
keturunan (temperamen, mudah teragitasi sejak lahir), dan kurang terpapar
informasi (SDKI 2016).
Menurut (Rudiyanti dan Raidartiwi, 2017) pelayanan kesehatan pada
ibu hamil tidak hanya tertuju pada pemeliharaan kesehatan fisik saja tetapi
juga kesehatan psikologis ibu. Kecemasan ditandai dengan gejala fisik,
seperti : kegelisahan, anggota tubuh bergetar, banyak berkeringat, sulit
bernafas, jantung berdetak kencang, merasa lemas, panas dingin, mudah
marah atau tersinggung. Gejala behavior seperti berperilaku menghindar dan
terguncang, serta gejala kognitif seperti : khawatir tentang sesuatu, perasaan
terganggu akan ketakutan terhadap sesuatu yang terjadi dimasa depan,
keyakinan bahwa sesuatu yang menakutkan akan segera terjadi, ketakutan
akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah, pikiran terasa bercampur
aduk atau kebingungan, sulit berkonsentrasi.
25

3. Risiko cedera pada janin dengan factor risiko komplikasi kehamilan (plasenta
previa)
Berdasarkan analisis data didapatkan masalah/diagnosis keperawatan
yaitu ansietas terkait dengan kriris situasional ditandai dengan DS: Pasien
merasa bingung, Pasien mengatakan khawatir dengan akibat dari kondisi
yang dialaminya, pasien mengeluh pusing, pasien mengatakan tidak berdaya,
dan DO: Pasien nampak gelisah, Pasien nampak tegang, Pasien nampak pucat
Menurut (Heriani, 2019) placenta previa memiliki dampak terhadap
ibu dan juga janin. Pada janin, janin dapat mengalami penghambatan
pertumbuhan dalam uterus, prematur, kematian dalam uterus, peningkatan
angka kematian dan kesakitan perinatal.
Dimana risiko cedera pada janin merupakan janin berisiko mengalami
bahaya atau kerusakan fisik pada janin selama proses kehamilan dan
persalinan, dimana faktor risikonya adalah besarnya ukuran janin, malposisi
janin, induksi persalinan, persalinan lama kala, disfungsi uterus, kecemasan
yang berlebihan tentang proses persalinan, riwayat persalinan sebelumnya,
usia ibu (<15 tahun atau >35 tahun), paritas banyak, efek metode/intervensi
bedah selama persalinan, nyeri pada abdomen, nyeri pada jalan lahir,
penggunaan alat bantu persalinan, kelelahan, dan lain-lain (SDKI 2016).
Hal ini sesuai dengan (Widia et.al., 2019) dimana plasenta previa
merupakan komplikasi kehamilan dimana plasenta terletak di bagian bawah
rahim, sebagian atau seluruhnya menutupi leher rahim. Hal ini menyebabkan
perdarahan vagina tanpa rasa sakit dan beberapa mengarah ke perdarahan
yang mungkin cukup besar untuk mengancam kehidupan ibu maupun janin
yang mengarahkan ke persalinan segera, baik secara elektif atau darurat.
Plasenta previa disebabkan oleh implantasi blastokista yang terletak rendah
dalam rongga rahim.
Terhadap janin, plasenta previa meningkatkan insiden kelainan
kongenital dan pertumbuhan janin terganggu sehingga bayi yang dilahirkan
26

memiliki berat yang kurang dibandingkan dengan bayi yang lahir dari ibu
yang tidak menderita plasenta previa. Risiko kematian neonatal juga
meningkat pada bayi dengan plasenta previa (Hanafiah, 2018).
4. Risiko cedera pada ibu dengan factor risiko komplikasi kehamilan (plasenta
previa)
Berdasarkan analisis data didapatkan masalah/diagnosis keperawatan
yaitu ansietas terkait dengan kriris situasional ditandai dengan DS: Pasien
merasa bingung, Pasien mengatakan khawatir dengan akibat dari kondisi
yang dialaminya, pasien mengeluh pusing, pasien mengatakan tidak berdaya,
dan DO: Pasien nampak gelisah, Pasien nampak tegang, Pasien nampak pucat
Menurut (Heriani, 2019) placenta previa memiliki dampak terhadap
ibu dan juga janin. Ibu dapat mengalami perdarahan (kelainan pada masa
kehamilan, dalam persalinan, atau masa nifas yang ditandai dengan timbulnya
kejang), gagal jantung hingga syok dan kematian. Placenta previa masih
menjadi salah satu penyebab angka kematian ibu dan janin tinggi sehingga
salah satu kebijakan nasional untuk meminimalkan angka kematian ibu dan
bayinya dengan menggunakan alternative dalam menangani placenta previa
yaitu dengan tindakan sectio caesarea.
Menurut (SDKI 2016) risiko cedera pada ibu merupakan ibu yang
berisiko mengalami bahaya atau kerusakan fisik pada ibu selama masa
kehamilan sampai dengan proses persalinan. Dimana faktor risikonya adalah
besarnya ukuran janin, malposisi janin (posisi posterior), induksi persalinan,
persalinan lama kala, disfungsi uterus, efek metode/intervensi bedah selama
persalinan, kurangnya dukungan keluarga dan orang tua, kurang adekuatnya
observasi dan antisipasi, keterlambatan pengambilan keputusan dan
manajemen, skrining dan perawatan prenetal yang tidak adekuat, kecemasan
berlebihan pada proses persalinan, riwayat cidera pada persalinan
sebelumnya, usia ibu (<15 tahun atau >35 tahun), paritas banyak, perubahan
hormonal, perubahan postur tubuh, ketuban pecah, proses infeksi, penyakit
penyerta dan masalah kontraksi.
27

Menurut (Hanafiah, 2019) perdarahan yang salah satunya disebabkan


oleh plasenta previa, dapat menyebabkan kesakitan atau kematian baik pada
ibu maupun pada janinnya. Faktor resiko yang juga penting dalam terjadinya
plasenta previa adalah kehamilan setelah menjalani seksio sebelumnya,
kejadian plasenta previa meningkat 1% pada kehamilan dengan riwayat
seksio. Kematian ibu disebabkan karena perdarahan uterus atau karena DIC
(Disseminated Intravascular Coagulopathy).
C. Perencanana Keperawatan
Pada rencana asuhan keperawatan, peneliti menjelaskan apa saja rencana
intervensi yang tentu sesuai dengan diagnosa keperawatan yang peneliti tersebut
putuskan. Hal ini di seimbangkan juga dengan tujuan dan kriteria hasil serta
rasional apa tidaknya jika dilakukan intervensi tersebut. Selain itu proses
keperawatan adalah metode ilmiah yang dipakai dalam memberikan asuhan
keperawatan yang profesional. Perawat, dimana saja ia bertugas, menghadapi
klien dengan segala macam kasus, dan melayani klien pada semua tingkat usia
juga harus menggunakan proses keperawatan. Perawat diharapkan memahami
tentang konsep proses keperawatan dan mampu menerapkan serta menyusunnya
dalam sebuah dokumen status kesehatan klien Intervensi / perencanaan pun
disusun berdasarkan diagnosa yang ada. Tujuan pencapaian dari setiap intervensi
untuk setiap diagnosa ditetapkan saat menyusun perencanaan. Perencanaan yang
telah ditentukan dilaksanakan untuk mengatasi masalah-masalah yang telah
teridentifikasi. Keberhasilan dari setiap tindakan untuk tiap diagnosa dinilai atau
dievaluasi, dengan demikian rencana perawatan selanjutnya dapat ditetapkan lagi.
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosis keperawatan yang
ditemukan pada kasus. Intervensi keperawatan tersebut terdiri dari perencanaan
tindakan keperawatan pada kasus disusun berdasarkan masalah keperawatan yang
ditemukan yaitu :
1. Risiko perdarahan dengan factor risiko komplikasi kehamilan plasenta previa
Pada diagnosis keperawatan risiko perdarahan diharapkan Setelah
dilakukan tindakan keperawatan 1 X 24 jam diharapkan risiko perdarahan
28

tidak terjadi atau teratasi dengan kriteria hasil : Volume darah intravaskuler
dapat diperbaiki sampai nadi, tekanan darah normal, nilai hemodinamik
normal, serta nilai laboratorium menunjukkan tanda normal. Dengan
intervensi pencegahan pendarahan, observasi : monitor tanda dan gejala
perdarahan, monitor nilai hematokrit/homoglobin sebelum dan setelah
kehilangan darah, monitor tanda-tanda vital ortostatik. Terapeutik :
pertahankan bed rest selama perdarahan, batasi tindakan invasif, jika perlu,
hindari pengukuran suhu rektal. Edukasi : jelaskan tanda dan gejala
perdarahan, anjurkan mengunakan kaus kaki saat ambulasi, anjurkan
meningkatkan asupan cairan untuk menghindari konstipasi, anjurkan
menghindari aspirin atau antikoagulan, anjurkan meningkatkan asupan makan
dan vitamin k, anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan. Kolaborasi :
kolaborasi pemberian obat dan mengontrol perdarhan, jika perlu, kolaborasi
pemberian prodok darah, jika perlu, Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika
perlu.
Perawat berperan besar dalam menangani masalah yang dialami
pasien, dimana perawat berperan penting dalam menetukan bagaimana
asuhan keperawatan (intervensi keperawatan) yang tepat yang dapat diberikan
pada pasien dalam menangani masalah diagnose keperawatan resiko
perdarahan pada pasien akibat komplikasi kehamilan yaitu placenta previa.
Hal ini sesuai dengan (Faradhika, 2018) bahwa kunjungan antenatal care
yang teratur dan memenuhi minimal standar (≥4 kali) selama masa kehamilan
dapat membantu mendeteksi masalah kehamilan sejak dini serta mengurangi
risiko saat persalinan sehingga dapat menurunkan AKI dan AKB. Tidak
terpenuhinya kunjungan antenatal care dapat meningkatkan risiko persalinan
ibu.
2. Ansietas Terkait Dengan Kriris Situasional
Pada diagnosis ansietas terkait dengan kriris situasional diharapkan
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, ansietas teratasi
dibuktikan dengan kriteria hasil: ansietas menurun, dengan intervensi Reduksi
29

Ansietas, Observasi: Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (misal, kondisi,


waktu, stressor), Identifkasi faktor faktor yang dapat meningkatkan dan
menurunkan ansietas, Terapeutik : Ciptakan suasana terapeutik untuk
menumbuhkan kepercayaan, Temani pasien untuk mengurangi kecemasan
(jika memungkinkan), Pahami situasi yang membuat ansietas, dengarkan
dengan penuh perhatian, Ajarkan tekhnik relaksasi untuk mengurangi ansietas
yang dialami, Anjurkan keluarga untuk tetap bersama klien, Edukasi :
Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan, Informasikan
secara factual mengenai diagnosis, pengobatan dan prognosis.
Menurut (Rudiyanti dan Raidartiwi, 2017) kekhawatiran dan kecemasan
pada ibu hamil apabila tidak ditangani dengan serius akan membawa dampak
dan pengaruh terhadap fisik dan psikis, baik pada ibu maupun janin. Menurut
(Devita, 2018) gangguan kecemasan ada bermacam-macam, mulai dari
gangguan kecemasan menyeluruh, serangan panik, hingga fobia. Meskipun
masing-masing gangguan kecemasan memiliki karakteristik yang berbeda,
secara umum kondisi ini dapat ditangani dengan psikoterapi dan obat-obatan.
Salah satu bentuk psikoterapi yang paling dikenal adalah terapi perilaku
kognitif (CBT), di mana penderita diarahkan ke cara berpikir, bereaksi, dan
berperilaku yang dapat membantunya mengurangi gejala kecemasan. Selain
dengan obat-obatan dan psikoterapi, ada beberapa cara sederhana yang dapat
dilakukan secara mandiri dan telah terbukti dapat membantu mengurangi
gejala gangguan kecemasan.
Berdasarkan teori, ansietas bisa menyebabkan seseorang akan
bertambah parah lagi penyakit yang dialami pasien karena penyakit yang di
alaminya hanya dibiarkan saja tidak tahu bagaimana dalam menanganinya.
Pada intervensi keperawatan tidak ada terjadi kesenjangan antara intervensi
keperawatan teori dan kasus intervensi keperawatan dalam hal ini berarti
sama antar teori dan kasus tentang penyakit preeklamsia berat.
3. Risiko cedera pada janin dengan factor risiko komplikasi kehamilan (plasenta
previa)
30

Pada diagnosis keperawatan risiko cedera pada janin, diharapkan setelah


dilakukan tindakan keperawatan 1 X 24 jam keparahan dari cedera yang
diamati atau dilaporkan menurun dengan kriteria hasil : kejadian cedera
menurun (5), perdarahan menurun (5). Dengan intervensi pemantauan djj,
observasi : identifikasi status obstetric, identifikasi riwayat obstetric,
identifikasi pemeriksaan kehamilan sebelumnya, periksa DJJ selama 1 menit,
monitor DJJ, monitor tanda-tanda vital ibu. Terapeutik : atur posisi pasien,
lakukan maneuver leopold untuk menentukan letak janin. Edukasi : jelaskan
tujuan dan prosedur pemantauan, informasikan hasil pemantauan, jika perlu.
4. Risiko cedera pada ibu dengan factor risiko komplikasi kehamilan (plasenta
previa)
Pada diagnosis keperawatan risiko cedera pada ibu diharapkan setelah
dilakukkanya tindakan keperawatan 1 X 24 jam keparahan dari cedera yang
diamati atau dilaporkan menurun dengan kriteria hasil : kejadian cedera
menurun (5), perdarahan menurun (5). Dengan intervensi perawatan
persalinan resiko tinggi, observasi : identifikasi kondisi umum pasien,
monitor tanda-tanda vital, monitor kelainan tanda vital pada ibu dan janin,
monitor tanda-tanda persalinan, monitor denyut jantung janin, identifikasi
posisi janin dengan usg, identifikasi perdarahan pasca persalinan. Terapeutik :
siapkan peralatan yang sesuai, termasuk monitor janin, ultrasound, mesin
anastesi, persediaan resusitasi neonatal, forceps dan penghangat bayi ekstra.
Pelaksanaan adalah pemberian asuhan keperawatan secara nyata
berupa serangkaian kegiatan sistimatis berdasarkan perencanaan untuk
mencapai hasil yang optimal. Pada tahap ini perawat menggunakan segala
kemampuan yang dimiliki dalam melaksanakan tindakan keperawatan
terhadap klien baik secara umum maupun secara khusus pada klien. Pada
penatalaksanaan ini perawat melakukan fungsinya secara independen,
interdependen, dan dependen.
D. Pelaksanaan Keperawatan
31

Peneliti melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan perencanaan yang


telah disusun serta dipilh sesuai dengan kondisi kesehatan klien saat itu.
Implementasi dilakukan sejak tanggal 08 Desember tahun 2021
1. Risiko perdarahan dengan factor risiko komplikasi kehamilan plasenta previa
Berdasarkan implementasi yang telah dilakukan untuk diagnosa risiko
perdarahan yaitu monitor tanda dan gejala perdarahan dengan hasil riwayat
perdarahan pervaginam dirumah, monitor nilai hemoglobin dengan hasil HB
11,2 gr/dl, monitor tanda-tanda vital ortostatik TD 110/80 mmhg, N 92 x/I, P
20 x/i. Mempertahankan bed rest selama perdarahan dengan hasil klien
kooperatif, Membatasi tindakan invasive, menghindari pengukuran suhu
rektal. Menjelaskan tanda dan gejala perdarahan dengan hasil klien mengerti,
menganjurkan mengunakan kaus kaki saat ambulasi dengan hasil klien
kooperatif, menganjurkan meningkatkan asupan cairan untuk menghindari
konstipasi dengan hasil klien mengerti, menganjurkan meningkatkan asupan
makan dan vitamin k dengan hasil klien mengerti, menganjurkan segera
melapor jika terjadi perdarahan dengan hasil klien mengerti.
Menurut (Manuaba, 2015) dalam hal ini perawat berperan dalam
penanganan masalah yang dialami oleh pasien, khususnya dalam penanganan
mencegah terjadinya perdarahan pada ibu hamil, dimana Menurut (Faradhika,
2018) kunjungan antenatal care yang teratur dan memenuhi minimal standar
(≥4 kali) selama masa kehamilan dapat membantu mendeteksi masalah
kehamilan sejak dini serta mengurangi risiko saat persalinan sehingga dapat
menurunkan AKI dan AKB. Pemeriksaan kehamilan ANC berguna untuk
membantu menghadapi persalinan, membantu pasca persalinan, pemberian
ASI serta kesehatan reproduksi. Antenatal care dilakukan dengan
memeriksakan kesehatan ibu dan janin secara terjadwal dan teratur. Peran
aktif ibu hamil sangat dibutuhkan untuk mengetahui perkembangan yang
terjadi terlebih apabila ditemukan adanya perkembangan abnormal. Dengan
melakukan antenatal care maka tanda bahaya dapat diinformasikan dari gejala
yang ditemui. Sehingga pencegahan dan pengobatan dapat membantu
32

mengurangi pengaruh negatif pada ibu dan janin. Dengan mengetahui


ketidaknormalan yang terjadi lebih awal maka pengaruh negatif pada janin
dapat dicegah dan diupayakan untuk lahir sehat. Antenatal care juga
mempersiapkan ibu hamil ketika masa nifas dan ketika pemberian ASI
eksekutif.
Pada tinjauan pustaka dan tinjauan kasus, implementasi yang di
lakukan pada klien tidak ada kesenjangan karena peneliti menggunakan
implementasi yang sama dengan tinjauan pustaka, tetapi pelaksanaan pada
tinjauan pustaka belum dapat di realisasikan secara total, hal ini diakibatkan
karena dalam pemberian intervensi harus menyesuaikan dengan keadaan dan
kondisi pasien, dengan tetap memperhatikan kebutuhan pasien, serta tetap
memaksimalkan prioritas penanganan dalam mengatasi masalah yang dialami
pasien, dan tetap memperhatikan fasilitas dan penunjang yang ada.
2. Ansietas
Berdasarkan implementasi yang telah dilakukan untuk diagnosa ansietas
yaitu: Mengidentifikasi saat tingkat ansietas berubah, H: ketika pasien
mengingat kondisi yang dialami saat ini, Dan yang akan terjadi kedepan.
Mengidentifikasi kemampuan mengambil keputusan, H: belum mampu
mengambil keputusan dengan kondisi yang dialaminya. Memonitor tanda-
tanda ansietas, H: pusing dan susah tidur. Menciptakan suasana terapeutik
untuk menumbuhkan kepercayaan, H: diciptakan. Mendengarkan dengan
penuh perhartian, H: didengarkan. Menggunakan pendekatan yang tenang dan
meyakinkan, H: pasien merasa yakin dan ingin berbicara tentang kecemasan
yang dialami. Melatih teknik relaksasi, H: pasien di anjurkan tekhnik
relaksasi nafas dalam.
Menurut (Bardja, 2020) ansietas (anxiety) atau kecemasan merupakan
sebuah kondisi yang sebenarnya normal terjadi pada siapa saja, namun
seringkali ansietas juga dikenal sebagai kondisi psikologis gangguan
kecemasan. Jika rasa cemas timbul secara berlebihan, persisten, dan juga
intens, maka hal ini merupakan sebuah masalah psikologis yang perlu
33

diwaspadai. Kecemasan yang terjadi secara berlebihan dapat menghambat


kegiatan sehari-hari dan akan jauh lebih sulit untuk mengontrolnya. Namun
seperti apapun bentuk kecemasan yang dialami, penderitanya dapat segera
mengatasi agar tidak berkelanjutan.
Menurut (Amita et.al., 2018) Selain dapat menurunkan intensitas nyeri
teknik nafas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan
oksigenasi darah, tujuan teknik relaksasi nafas dalam adalah untuk
meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah
atelektasi paru, meningkatkan efesiensi batuk, mengurangi stres baik stress
fisik maupun emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan
kecemasan.
Pemahaman dan pengetahuan tentang penyakit sangat penting.
Tujuannya untuk mendapatkan kepastian serta menghilangkan prasangka
akibat ketidakpastian dan juga untuk mengetahui dan memahami hal tentang
penyakit sehingga mengurangi kecemasan yang dialami oleh klien. Metode
atau tindakan yang dilakukan untuk mengatasi ansietas seseorang adalah
dengan tindakan pendekatan kepada klien, memberikan terapi relaksasi serta
pemberian informasi tentang kondisi yang dialami.
3. Risiko cedera pada janin dengan factor risiko komplikasi kehamilan (plasenta
previa)
Berdasarkan implementasi yang telah dilakukan untuk diagnosa risiko
cedera pada janin, yaitu : mengidentifikasi status obstetric dengan hasil G1 P0
A0, mengidentifikasi pemeriksaan kehamilan sebelumnya dengan hasil
riwayat antenatal 3x kunjungan, memeeriksa DJJ selama 1 menit dengan hasil
130 x/i, memonitor DJJ, memonitor tanda-tanda vital ibu dengan hasil TD
110/80 mmhg, N 92 x/I, P 20 x/i. Mengatur posisi pasien dan melakukan
maneuver leopold untuk menentukan letak janin dengan hasil letak janin
persentase bokong. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemantauan dan
menginformasikan hasil pemantauan dengan hasil klien kooperatif.
34

Menurut (Faradhika, 2018) Manfaat antenatal care dibagi menjadi


dua, yaitu untuk ibu dan janin. Pada ibu hamil antenatal care dapat
mengurangi komplikasi kehamilan dan juga mengobati komplikasi secara dini
yang akan mempengaruhi kehamilan .Selain itu juga untuk meningkatkan
kesehatan fisik dan psikis ibu hamil dalam menghadapi persalinan. Bahkan
dalam persiapan kesehatan ibu untuk persalinan dan memberikan ASI.
Sedangkan bagi janin yaitu untuk memelihara kesehatan selama di dalam
kandungan dan mengurangi risiko prematur, berat badan kurang ketika lahir
atau bayi lahir meninggal. Pada ibu hamil setidaknya empat kali melakukan
pemeriksaan selama periode antenatal. Kunjungan pertama pada usia
kehamilan 14 minggu, Kunjungan kedua pada usia kehamilan antara 14-28
minggu. Kunjungan ketiga dan keempat adalah ketika usia kehamilan
trimester ketiga.
Menurut (Amita et.al., 2018) perawat berperan besar dalam
penanggulangan nyeri non farmakologis yakni melatih teknik relaksasi napas
dalam yang merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan. Tujuan relaksasi
nafas dalam yaitu agar individu dapat mengontrol diri ketika terjadi rasa
ketegangan dan stress yang membuat individu merasa dalam kondisi yang
tidak nyaman menjadi nyaman.
Menurut Menurut (Faradhika, 2018) pada usia kehamilan sekitar lima
minggu, jantung bayi mulai berdetak. Pada titik ini, denyut jantung janin yang
normal adalah detak jantung yang sama dengan denyut jantung ibu: 80 hingga
85 denyut per menit (bpm). Dari titik ini, itu akan meningkatkan laju sekitar
tiga denyut per menit per hari selama bulan pertama. namun, jika mengetahui
bahwa detak jantung bayi Anda tidak aktif satu minggu atau lebih, itu dapat
mengindikasikan bahwa keguguran lebih mungkin terjadi. Pada awal minggu
kesembilan kehamilan, denyut jantung janin normal adalah rata-rata 175 bpm.
Pada titik ini, ia memulai deselerasi cepat ke denyut jantung janin normal
untuk pertengahan kehamilan hingga sekitar 120 hingga 180 bpm. Ada juga
35

perlambatan denyut jantung janin normal dalam 10 minggu terakhir


kehamilan.
Oleh karena itu, memonitor denyut jantung janin sangat penting untuk
dilakukan dalam hal mencegah terjadinya resiko cedera pada janin akibat
adanya komplikasi kehamilan yang dialami oleh ibu.
4. Risiko cedera pada ibu dengan factor risiko komplikasi kehamilan (plasenta
previa)
Berdasarkan implementasi yang telah dilakukan untuk diagnosa risiko
cedera pada ibu yaitu : mengidentifikasi kondisi umum pasien dengan hasil
keadaan umum ibu baik dan kesadaran composmentis, memonitor tanda-
tanda vital dengan hasil TD 110/80 mmhg, N 92 x/I, P 20 x/i, memonitor
kelainan tanda vital pada ibu dan janin dengan hasil tidak ada kelainan pada
tanda vital ibu dan janin, memonitor tanda-tanda persalinan dengan hasil
riwayat perdarahan pervaginam dirumah, memonitor denyut jantung janin
dengan hasil 13o x/i, menyiapkan peralatan yang sesuai termasuk monitor
janin, ultrasound, persediaan resusitasi neonatal, forceps dan penghangat bayi
ekstra dengan hasil alat selalu standby dan siap dgunakan apabila dalam
kondisi gawat darurat.
Menurut (Amita et.al., 2018) memonitor kemajuan kehamilan pada
ibu hamil sangat penting dilakukan, guna memastikan kesehatan ibu dan
perkembangan bayi yang normal, mengenali secara dini penyimpangan dari
normal dan memberikan penatalaksanaan yang diperlukan. Pemeriksaan
tanda-tanda vital merupakan hal penting yang bisa dijadikan acuan mengenai
status kesehatan seorang ibu hamil. Ada 3 tanda-tanda vital yang paling dasar
seperti denyut nadi atau jantung, laju pernapasan dan tekanan darah. Gunanya
pemeriksaan tekanan darah adalah untuk mendeteksi apakah tekanan darah
ibu hamil normal atau tidak tekanan darah yang tinggi dikhawatirkan akan
mengalami kondisi hipertensi hingga preeclampsia, sebaliknya, tekanan darah
yang rendah bisa menyebabkan ibu hamil mengalami pusing dan lemas.
36

Menurut pada tinjauan pustaka dan tinjauan kasus, implementasi yang


di lakukan pada klien tidak ada kesenjangan karena peneliti menggunakan
implementasi yang sama dengan tinjauan pustaka, tetapi pelaksanaan pada
tinjauan pustaka belum dapat di realisasikan secara total, hal ini diakibatkan
karena dalam pemberian intervensi harus menyesuaikan dengan keadaan dan
kondisi pasien, dengan tetap memperhatikan kebutuhan pasien, serta tetap
memaksimalkan prioritas penanganan dalam mengatasi masalah yang dialami
pasien, dan tetap memperhatikan fasilitas dan penunjang yang ada.
E. Evaluasi Keperawatan
Sesuai dengan implementasi keperawatan yang telah dilaksanakan, maka
dilakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah diberikan, evaluasi keperawatan
dilakukan sejak tanggal 08 Desember 2021.
1. Risiko perdarahan dengan factor risiko komplikasi kehamilan plasenta previa
Berdasarkan evaluasi keperawatan yang telah dilakukan untuk
diagnosa risiko perdarahan yaitu, dengan Subyektif (S): pasien mengatakan
tidak mengalami perdarahan dari jalan lahir, Obyektif (O): tidak ada
perdarahan pervaginam, Assesment (A): risiko perdarahan teratasi, Plan (P):
Pertahankan intervensi
Pada diagnosis keperawatan risiko perdarahan diharapkan Setelah
dilakukan tindakan keperawatan 1 X 24 jam diharapkan risiko perdarahan
tidak terjadi atau teratasi dengan kriteria hasil : Volume darah intravaskuler
dapat diperbaiki sampai nadi, tekanan darah normal, nilai hemodinamik
normal, serta nilai laboratorium menunjukkan tanda normal. Selama
perawatan dan dilakukan tindakan keperawatan didapatkan bahwa: risiko
perdarahan teratasi hal ini di dapatkan dari hasil pengkajian dan implementasi
dimana pada pasien tidak pernah mengalami perdarahan setelah diberikan
tindakan dan perawatan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Wahyuningsih, et.al., 2020
didapatkan bahwa relaksasi nafas dalam dapat menurunkan tekanan darah dan
tingkat kecemasan pada lansia.
37

2. Ansietas Terkait Dengan Kriris Situasional


Pada diagnosis ansietas terkait dengan kriris situasional diharapkan
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, ansietas teratasi
dibuktikan dengan kriteria hasil: ansietas menurun, dengan intervensi Reduksi
Ansietas, Observasi: Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (misal, kondisi,
waktu, stressor), Identifkasi faktor faktor yang dapat meningkatkan dan
menurunkan ansietas, Terapeutik : Ciptakan suasana terapeutik untuk
menumbuhkan kepercayaan, Temani pasien untuk mengurangi kecemasan
(jika memungkinkan), Pahami situasi yang membuat ansietas, dengarkan
dengan penuh perhatian, Ajarkan tekhnik relaksasi untuk mengurangi ansietas
yang dialami, Anjurkan keluarga untuk tetap bersama klien, Edukasi :
Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan, Informasikan
secara factual mengenai diagnosis, pengobatan dan prognosis.\
Menurut (Rudiyanti dan Raidartiwi, 2017) kekhawatiran dan kecemasan
pada ibu hamil apabila tidak ditangani dengan serius akan membawa dampak
dan pengaruh terhadap fisik dan psikis, baik pada ibu maupun janin. Menurut
(Devita, 2018) gangguan kecemasan ada bermacam-macam, mulai dari
gangguan kecemasan menyeluruh, serangan panik, hingga fobia. Meskipun
masing-masing gangguan kecemasan memiliki karakteristik yang berbeda,
secara umum kondisi ini dapat ditangani dengan psikoterapi dan obat-obatan.
Salah satu bentuk psikoterapi yang paling dikenal adalah terapi perilaku
kognitif (CBT), di mana penderita diarahkan ke cara berpikir, bereaksi, dan
berperilaku yang dapat membantunya mengurangi gejala kecemasan. Selain
dengan obat-obatan dan psikoterapi, ada beberapa cara sederhana yang dapat
dilakukan secara mandiri dan telah terbukti dapat membantu mengurangi
gejala gangguan kecemasan.
Pelaksanaan adalah pemberian asuhan keperawatan secara nyata
berupa serangkaian kegiatan sistimatis berdasarkan perencanaan untuk
mencapai hasil yang optimal. Pada tahap ini perawat menggunakan segala
kemampuan yang dimiliki dalam melaksanakan tindakan keperawatan
38

terhadap klien baik secara umum maupun secara khusus pada klien. Pada
penatalaksanaan ini perawat melakukan fungsinya secara independen,
interdependen, dan dependen.
Hasil ini sesuai dengan penelitian Iriyanti et.al., 2019 didapatkan bahwa
hasil penerapan terapi relaksasi nafas dalam yang diterapkan selama lima hari
tersebut terbukti sangat efektif untuk diaplikasikan, kedua klien tersebut lebih
tenang, kooperatif, dan lebih rileks dan klien mampu mengontrol kecemasan.

Berdasarkan teori, ansietas bisa menyebabkan seseorang akan


bertambah parah lagi penyakit yang dialami pasien karena penyakit yang di
alaminya hanya dibiarkan saja tidak tahu bagaimana dalam menanganinya.
Pada intervensi keperawatan tidak ada terjadi kesenjangan antara intervensi
keperawatan teori dan kasus intervensi keperawatan dalam hal ini berarti
sama antar teori dan kasus tentang penyakit placenta previa.
3. Risiko cedera pada janin dengan factor risiko komplikasi kehamilan (plasenta
previa)
Berdasarkan evaluasi keperawatan yang telah dilakukan untuk
diagnosa risiko perdarahan yaitu, dengan Subyektif (S): pasien mengatakan
tidak mengalami perdarahan dari jalan lahir, Obyektif (O): tidak ada
perdarahan pervaginam, Assesment (A): risiko cedera pada janin teratasi,
Plan (P): Pertahankan intervensi
Pada diagnosis keperawatan risiko cedera pada janin diharapkan setelah
dilakukan tindakan keperawatan 1 X 24 jam keparahan dari cedera yang
diamati atau dilaporkan menurun dengan kriteria hasil : kejadian cedera
menurun (5), perdarahan menurun (5). Selama perawatan dan dilakukan
tindakan keperawatan didapatkan bahwa: risiko cedera pada janin teratasi,
dalam hal ini di dapatkan dari hasil pengkajian dan implementasi dimana
pada pasien tidak pernah mengalami perdarahan setelah diberikan tindakan
dan perawatan.
39

Hasil penelitian ini sejalan dengan Syisnawati, et.al, 2020 didapatkan


bahwa terapi relaksasi merupakan salah satu terapi spesialis yang sangat
dianjurkan untuk menurunkan kecemasan pada klien dengan penyakit kronik
karena terapi ini memiliki efek yang besar terhadap penurunan tanda dan
gejala pada aspek fisiologis

4. Risiko cedera pada ibu dengan factor risiko komplikasi kehamilan (plasenta
previa)
Berdasarkan evaluasi keperawatan yang telah dilakukan untuk diagnosa
risiko perdarahan yaitu, dengan Subyektif (S): pasien mengatakan tidak
mengalami perdarahan dari jalan lahir, Obyektif (O): tidak ada perdarahan
pervaginam, Assesment (A): risiko cedera pada ibu teratasi, Plan (P):
Pertahankan intervensi
Pada diagnosis keperawatan risiko cedera pada ibu diharapkan setelah
dilakukkanya tindakan keperawatan 1 X 24 jam keparahan dari cedera yang
diamati atau dilaporkan menurun dengan kriteria hasil : kejadian cedera
menurun (5), perdarahan menurun (5). Selama perawatan dan dilakukan
tindakan keperawatan didapatkan bahwa: risiko cedera pada janin teratasi,
dalam hal ini di dapatkan dari hasil pengkajian dan implementasi dimana
pada pasien tidak pernah mengalami perdarahan setelah diberikan tindakan
dan perawatan. Hasil ini sesuai dengan evaluasi keperawatan yang telah
didapatkan dimana pada klien.
Pada evaluasi keperawatan, peneliti menjelaskan dan mengkaji ulang lagi
dampak dari implementasi intervensi keperawatannya. Apakah memberikan
dampak yang baik atau tidak terhadap pasien. Saat itu memberikan dampak yang
baik pada perkembangan kesehatan pasien. Peneliti kemudian menghentikan
implementasinya karena pasien sudah kembali kedalam keadaannya yang
homeostatis / sehat. Hal ini menunjukkan bahwa proses keperawatan nya berhasil
dan memberikan asuhan keperawatan yang berhasil pula. Menurut (Muttaqin,
40

2016) pada tahap ini perawat melakukan penilaian dengan cara membandingkan
perubahan keadaan klien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil
yang dibuat pada tahap perencanaan.
Pada evaluasi keperawatan, peneliti menjelaskan dan mengkaji ulang lagi
dampak dari implementasi intervensi keperawatannya. Apakah memberikan
dampak yang baik atau tidak terhadap pasien. Saat itu memberikan dampak yang
baik pada perkembangan kesehatan pasien. si peneliti kemudian menghentikan
implementasinya karena pasien sudah kembali kedalam keadaannya yang
homeostatis / sehat. Hal ini menunjukkan bahwa proses keperawatan nya berhasil
dan memberikan asuhan keperawatan yang berhasil pula
Didapatkan pula bahwa proses keperawatan menjadi pedoman dalam
pemberian asuhan keperawatan. Hubungannya adalah sebagai berikut yaitu
semakin baiknya kemampuan perawat dalam berpikir kritis dan berpikir secara
holistik / menyeluruh terhadap suatu kasus / permasalahan kesehatan maka asuhan
keperawatan yang diberikannya tentu akan menjadi baik.
41

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajian, peneliti menetapkan 4 diagnosis keperawatan
sesuai kasus tersebut yaitu: risiko perdarahan dengan factor risiko komplikasi
kehamilan (plasenta previa), ansietas terkait dengan kriris situasional, risiko
cedera pada janin dengan factor risiko komplikasi kehamilan (plasenta previa),
dan risiko cedera pada ibu dengan factor risiko komplikasi kehamilan (plasenta
previa). Peneliti melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan perencanaan
yang telah disusun serta dipilh sesuai dengan kondisi kesehatan saat itu. rencana
tindakan dari masing-masing masalah tidak semua bisa dilaksanakan. Hal ini
berkaitan dengan implementasi yang dilakukan selalu berdasarkan kondisi dan
kebutuhan pasien yang diperlukan, Implementasi dilakukan sejak tanggal 08
Desember 2021. Berdasarkan evaluasi keperawatan dilakukan sesuai dengan
tindakan keperawatan pada klien dimana untuk risiko perdarahan dengan factor
risiko komplikasi kehamilan (plasenta previa) teratasi, ansietas terkait dengan
kriris situasional teratasi, risiko cedera pada janin dengan factor risiko komplikasi
kehamilan (plasenta previa) teratasi dan risiko cedera pada ibu dengan factor
risiko komplikasi kehamilan (plasenta previa) teratasi.
B. Saran
1. Hasil penelitian ini dapat menambah referensi perpustakaan dan wawasan
mahasiswa Stikes Panrita Husada Bulukumba mengenai asuhan keperawatan
dengan placenta previa.
2. Dapat menambah informasi dan masukan bagi petugas kesehatan agar dapat
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikandan diharapkan
juga akan memberikan manfaat kepada masyarakat dalam hal informasi
tentang pentingnya asuhan keperawatan dengan placenta previa.
3. Bagi penelitian keperawatan diharapkan dapat dilakukan penelitian lanjutan
mengenai asuhan keperawatan dengan placenta previa.
42

DAFTAR PUSTAKA

Antoro Budi dan Amatiria Gustop. 2020. Pengaruh Tehnik Relaksasi Guide Imagery
Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Preoperasi Katarak. Jurnal
Keperawatan, Volume XIII, No. 2, Oktober.

Bardja Sutiati. 2020. Faktor Risiko Kejadian Preeklampsia Berat/Eklampsia pada Ibu
Hamil. Jurnal Kebidanan (Mei 2020), Volume 12, Nomor 1

Faradhika Aviati. 2018. Analisis Faktor Kunjungan Antenatal Care (ANC Berbasis
Teori Transcultural Nursing Di Wilayah Kerja Puskesmas Burneh. Fakultas
Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya

Faridah. 2015. Deep Breathing Exercise (Dbe) Dan Tingkat Intensitas Nyeri Pada
Pasien Post Operasi Laparatomi. 3(1), 31–41.

Febtrina Rizka And Malfasari Eka. 2018. Efek Terapi Relaksasi Nafas Dalam Dan
Hipnosis 5 Jari Terhadap Penurunan Ansietas Pasien Heart Failure. Jurnal
Iptek Terapan Research Of Applied Science And Education

Herdman T Heather. 2015. Nanda Internationl Inc Diagnosis Keperawatan Definisi


& Klarifikasi 2015-2017. Jakarta.ECG

Iriyanti Ana, Mubin M.F., Rahayu Desi Ariyani. 2019. Penurunan Tingkat Cemas
Dengan Relaksasi Nafas Dalam Pada Pasien Diabetes Mellitus Di Puskesmas
Mayong I Jepara. Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Semarang

Mayasari Cristiani Dewi. 2021. Pentingnya Pemahaman Manajemen Nyeri Non


Farmakologi Bagi Seorang Perawat Jurnal Wawasan Kesehatan, Volume: 1,
Nomor 1, Juni

Mubarak, W. I., Indrawati, L., & Susanto, J. (2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan.
Buku 2. Jakarta: Salemba Medika.

Mursalim Nurulhuda, et.al. 2021. Analisis Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Plasenta Previa. Jurnal Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar Vol. 06 No. 02 Juni

Nikmatur Rohmah & Saiful Walid. 2016. Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi.
Jogjkarta : AR-Ruzz Media.
43

Nurarif, A. H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawata Berdasarkan Diagnosa Medis dan


Nanda Nic-Noc. Yogyakarta: Medication Jogja.

Nursalam. (2017). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan (2nd Ed.; T. Editor S. Medika, Ed.). Jakarta: Salemba Medika.

Oktarina, M. 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Yogyakarta: Deepublish.

Pudiastuti, R. D. (2014). Penyakit-Penyakit Mematikan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Putri Nadila Ayuni. 2019. Plasenta Previa Sebagai Faktor Protektif Kejadian
Preeklamsia Pada Ibu Hamil. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada Vol 10,
No, 2, Desember

Risnanto Dan Insani, Uswatun. 2016. Buku Ajar Asuhan Keperawatan. Yogyakarta:
Deepublish

Rokawie Agung Octa Nihando, Sulastri, Anit. 2017. Relaksasi Nafas Dalam
Menurunkan Kecemasan Pasien Pre Operasi Bedah Abdomen. Jurnal
Kesehatan, Volume VIII, Nomor 2, Agustus, hlm 257-262

Rudiyanti Novita dan Raidartiwi Erike. 2017. Tingkat Kecemasan Pada Ibu Hamil
Dengan Kejadian Pre Eklampsia Di Sebuah Rs Provinsi Lampung. Jurnal
Keperawatan, Volume XIII, No. 2, Oktober

Saifuddin, A. B. 2015. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Sudoyo, Aru. 2016. Buku Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Syisnawati, Keliat Anna Budi dan Putri Yossie Susanti Eka. 2021. Penerapan Terapi
Relaksasi Otot Progressif Pada Klien Ansietas Di Kelurahan Ciwaringin,
Bogor. Journal Of Islamic Nursing. Volume 2 Nomor 2, Desember

Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi I. Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi I. Jakarta: DPP PPNI.
44

Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Indikator Diagnostik, Edisi I. Jakarta: DPP PPNI.

Wahyu Haifa, et.al. 2019. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian


Plasenta Previa. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah Bengkulu Volume 07,
Nomor 02, Oktober

Wahyuningsih Sri Atun Dkk. 2020. Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Tingkat
Kecemasan Pada Lansia Yang Menderita Hipertensi Di RT 03 RW 09
Kelurahan Slipi Palmerah Jakarta Barat. Jurnal Kreativitas Pengabdian
Kepada Masyarakat (Pkm), Volume 3, Nomor 2,Oktober 2020. Hal 264-270
264

Widia R, et.al. 2019. Hubungan Kejadian Plasenta Previa dengan Riwayat


Kehamilan Sebelumnya. Ejournal unsrat.

Yeni Cut Meurah Syiah, et.al. 2021. Plasenta Previa Totalis Pada Primigravida:
Sebuah Tinjauan Kasus. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala Volume 17 Nomor 1
April..

Anda mungkin juga menyukai