BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
Hambatan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam gerakan fisik satu
atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah. (Herdman&Kamitsuru,
2015).
Hambatan mobilitas fisik adalah tingkat aktifitas yang kurang dari
keadaan optimal. (Asmadi, 2008)
Hambatan mobilitas fisik adalah suatu keterbatasan dalam kemandirian,
pergerakan fisik yang bermanfaat dari tubuh atau satu ekstremitas atau lebih
berdasarkan tingkatan (Wilkinson, 2006).
B. ETIOLOGI
1. Agen farmaseutikal
2. Ansietas
3. Depresi
4. Disuse
5. Fisik tidak bugar
6. Gangguan fungsi kognitif
7. Gangguan metabolisme
8. Gangguan musculoskeletal
9. Gangguan neoromuskuler
10. Gangguan sensori perseptual
11. Gaya hidup kurang gerak
12. Indeks massa tubuh diatas persentil ke-75 sesuai usia
13. Intoleransi aktivitas
14. Kaku sendi
15. Keengganan memulai pergerakan
16. Kepercayaan budaya tentang aktivitas yang tepat
17. Kerusakan integritas struktur tulang
1
i
C. BATASAN KARAKTERISTIK
1. Dispnea setelah beraktivitas
2. Gerakan sikap berjalan
3. Gerakan lambat
4. Gerakan spastik
5. Gerakan tidak terkoordinasi
6. Instabilitas postur
7. Kesulitan membolak- balik posisi
8. Keterbatasan rentang gerak
9. Ketidak nyamanan
10. Melekukan aktivitas lain sebagai pengganti pergerakan (mis.
Meningkatkan perhatiaan pada aktivitas orang lain, mengendalikan
perilaku, focus pada aktivitas sebelum sakit )
11. Penurunan kemampuan melakukan ketrampilan motorik halus
12. Penurunan kemampuan melakukan ketrampilan motorik kasar
13. Penurunan waktu reaksi
14. Tremor akibat bergerak
2
i
D. PATOFISIOLOGI
Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di
otak. Luasnya infark tergantung pada factor-faktor seperti lokasi dan
besarnya pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area
yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak
dapat berubah (makin lambat atau cepat) pada gangguan local (thrombus,
emboli, perdarahan, dan spasme vascular) atau karena gangguan umum
(hipoksia karena gangguan paru dan jantung. Aterosklerosis sering sebagai
factor penyebab infark pada otak. Thrombus dapat berasal dari plak
aterosklerotik, atau darah dapat beku pada area yang stenosis, tempat aliran
darah mengalami perlambatan atau terjadi turbulensi.
Thrombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai
emboli dalam aliran darah. Thrombus dapat mengakibatkan iskemi jaringan
otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan dan edema dan
kongesti di sekitar area. Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih
besar daripada area infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam
beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa hari. Dengan
berkurangnya edema klien mulai menunjukkan perbaikan. Oleh karena
thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan masif. Oklusi
pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema dan
nekrosis diikuti thrombosis. Jika terjadi septic infeksi akan meluas pada
dinding pembuluh darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis, atau jika
sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan
dilatasi aneurisme pembuluh darah. Hal ini menyebabkan perdarahan
serebral, jika aneurisme pecah atau rupture.
Perdarahan otak disebabkan oleh rupture arteriosklerotik dan
hipertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan
lebih sering menyebabkan kematian dibandingkan keseluruhan penyakit
serebrovaskuler, karena perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak,
peningkatan tekanan intracranial, dan yang lebih berat dapat menyebabkan
herniasi otak pada falks serebri atau lewat foramen magnum.
3
i
4
i
1. PATHWAY
Darah menurun
Mobilitas Perfusi jar cerebral tdk efektif
Mobilitammenurun
Defisit
perawatan diri Hemiplegi
Hambatan mobilitas
fisik
5
i
F. INTERVENSI KEPERAWATAN
1 Kerusakan mobilitasSetelah dilakukan Askep ..x 24 jam Latihan : gerakan sendi (ROM)
fisik b.d kerusakandiharapkan terjadi peningkatan a. Kaji kemampuan klien dalam melakukan mobilitas fisik.
neuromuskuler, mobilisasi, dengan criteria: b. Jelaskan kepada klien dan keluarga manfaat latihan.
kerusakan persepsiLevel mobilitas: c. Kolaborasi dg fisioterapi utk program latihan.
sensori, penurunan 1. Peningkatan fungsi dan d. Kaji lokasi nyeri/ ketidaknyamanan selama latihan.
kekuatan otot. kekuatan otot. e. Jaga keamanan klien.
2. ROM aktif / pasif meningkat. f. Bantu klien utk mengoptimalkan gerak sendi pasif
3. Perubahan pposisi adekuat. manpun aktif.
4. Fungsi motorik meningkat. g. Beri reinforcement ppositif setipa kemajuan
5. ADL optimal Terapi latihan : kontrol otot
a. Kaji kesiapan klien utk melakukan latihan.
b. Evaluasi fungsi sensorik.
c. Berikan privacy klien saat latihan.
6
i
7
i
8
i
BAB 11
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 23 Januari 2017
Nama Pengkaji : Sri Handayani
Ruang : Kenanga RSUD DR.Soedirman Kebumen
Waktu Pengkajian : Jam 14.00 wib
1. IDENTITASPASIEN
Nama : Tn.S
Umur : 20-10-1936
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Tanuharjo Rt01/Rw01 Alian, Kebumen
Status : Menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tani
Tanggal masuk RS : 22 Januari 2017 Jam 11.00 wib
No RM : 334706
Diagnosa Medik : Stroke infark
Umur : 67 th
3. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
Kelemahan anggota gerak atas bagian kanan
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien datang ke IGD RSU Dr.SOEDIMAN, dengan keluhan Badan
mengalami kelemahan anggota gerak atas bagian kanan, kurang lebih 4
bln tangan kanan pasien mengalami lemah , tiap memegang gelas jatuh
kmdn pecah. Setelah itu berobat ke mantri setempat tp tidak ada
perubahan, TD: 140/85 Mmhg, S: 36,30C, N: 77x/mnt, RR 24x/mnt.
GCS: 15 E4 M6 V5 Kemudian pasien mondok di ruang kenanga,
terpasang infuse Asering 25 tpm/mnt ditangan kanan. Kekuatan motorik
atas kiri 5 kekuatan kanan 4, Kekuatan motorik bawah kanan 5 kiri 5.
Gerakan tangan kanan lebih lambat dari tangan kiri, tangan kanan tidak
kuat untuk memegang gelas.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit seperti yang
diderita pasien saat ini dan tidak ada yang menderita penyakit menurun
spt DM , HT, ataupun asma
10
i
e.Genogram
5. Keadaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis, GCS 15 (E4, V6, M5)
c. BB / TB : 60kg /170 cm
d. Tanda vital
1) Tekanan darah : 140/85 mm Hg
2) Nadi : 77 x / menit
3) Suhu : 36,3o C
4) Penafasan : 24 x/ menit
e. Kepala : Bentuk mesochepal, rambut agak ikal berwarna hitam,
tidak terdapat lesi, kepala bersih.
13
i
14
i
6. Pemeriksaan Penunjang
a) Laboratorium tanggal 22 Januari 2017
15
i
7. Terapi : 22-1-2017
No Nama Obat Dosis Cara pemberian
1 Asering 25 tpm IUFD
2 Inj.Ranitidin 2x50 mg IV
3 Inj Ondancetron 3x8 mg IV
4 Inj Citicolin 2x250 mg IV
5 Inj N500/drip 1X1amp IV
6 Kalbamin 1 tab/hari Oral
7 Pamol Tblet 3x500 mg Oral
8 Sukrafat 3x2 cth Oral
9 Vastigo 3x1 Oral
10 Piracetam 2x800mg Oral
11 Diit BK RG
1. Discharge Planing
a. Mencapai peningkatan mobilisasi
b. Kerusakan kulit terhindar, tidak ada kontraktur dan
footdrop
c. Berpartisipasi dalam program latihan
d. Penggunaan sisi tubuh yang tidak sakit untuk membantu ROM
untuk mempertahankan fungsi
e. Dapat merawat diri; dalam bentuk perawatan kebersihan dan
menggunakan adaptasi terhadap alat-alat
f. Agar dapat memenuhi kebutuhan dasar tanpa bantuan
16
i
B. ANALISA DATA
Tgl/Jam DATA PROBLEM ETIOLOGI
23-1-2017 DS : Hambatan Penurunan
14.00 Pasien mengatakan ekstremitas mobilitas kekuatan
atas bagian kanan mengalami fisik otot
kelemahan
DO:
1. semua aktifitas dibantu
petugas dan keluarganya,
kekuatan otot 4 5
5 5
2. Tanda-tanda vital :
-Tekana darah:140/85mm Hg
-Nadi : 77 x / menit
17
i
-Suhu : 36,3o C
-Penafasan : 24 x/ menit
3. Gerakan tangan kanan lebih
............lambat dan lemah
4. Tangan kanan tidak kuat
memegang gelas sehingga
jatuh gelasnya
18
i
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama Klien : Tn.S
Ruang : Kenanga RSUD Dr.Soedirman
Tgl/Jam No. Tujuan dan Hasil yang Intervensi TTD&
DP diharapkan/Kriteria Hasil Nama
23-1-2017 Dx.1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Monitori vital sign sebelum/sesudah latihan
14.30
selama 3 x 24 jam mobilitas pasien meningkat dan lihat respon pasien saat latihan
Kriteria Hasil : 2. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi Ani
1. Klien meningkat dalam aktivitas fisik dari 3. Ajarkan dan diskusikan tentang terapi
bedrest, miring kanan, menggenggam , mobilisasi/ terapi ROM
menekuk. 4. Ajarkan pasien dan keluarga bagaimana
2. Mengerti tujuan dari terapi mobilitas merubah posisi dan berikan bantuan jika
3. Konsultasi dengan petugas Fisioterapi diperlukan
5. Berikan obat analgetik sesuai instruksi
1.pasien dapat makan bbrp sendok sendiri 2.Sediakan kebutuhan yang diperlukan untuk
ADL.
2.pasien dapat BAK sendiri
3.Bantu ADL sampai mampu mandiri.
3.mandi teratur 4.Latih klien untuk mandiri jika memungkinkan.
5.Anjurkan, latih dan libatkan keluarga untuk
4.ADL terpenuhi
membantu memenuhi kebutuhan klien sehari-hari.
6.Berikan reinforcement positif atas usaha yang
telah dilakukan klien
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Klien : Tn.S
Ruang : kenanga RSUD DR.Soedirman
20
i
23-1-17 DX1 Memantau kondisi pasien Kondisi pasien kompos mentis, lemah anggota gerak kanan Ani
14.30 ADL dibantu
21
i
DX1 Mengajarkan terapi ROM Pasien tampak mengikuti gerakan yang diajarkan perawat dan Ani
17.00 -menggerakan sendi bahu mengulang ngulang gerakan sampai pasien merasa nyaman
-menggerakan sendi siku
-menggerakan
pergelanganan tangan
-menggerakan jari dan ibu
jari
17.15 DX 1 Berikan obat analgetik dan Injeksi neurobion 1 amp Ani
DX 2 injeksi lainnya Injeksi citicolin 1 amp
Injeksi rantin 50 mg
Amlodipin 10 mg
Dan menyampaikan tujuan diberikan obat
17.45 Dx.1 Memantau tetesan infus Terpasang infuse aseing 20 tpm danpasa drip neurobion satu amp , Ani
terpasang lancar
22
i
18.00 Dx.2 Menyediakan kebutuhan Makan dan minun didekatkan dengan pasien agar lebih mudah Ani
pasien harian mengambilnya dan mengurangi resiko jatuh atau pecah
18.30 Dx.1 Memberi kesempatan Keluarga terlihat paham , tidak lagi bertanya setelah mendapatkan Ani
kepada pasien dan penjelasan tentang penyakit dan tindak lanjut melaksanakan
keluarga untuk ROM agar tidak terjadi kekakuan/peredaran darah lancar dll
menanyakan hal-hal yang
blm jelas
19.00 Dx2 Membantu pasien pasien mencoba makan dengan tangan kanan walaupun agak Ani
. memenuhi kebutuhan hari kesusahan dan lama
hari dan sesekali pasien
makan sendiri walau lama
dan susah
19.15 DX2 Memberikan reinforcemet Pasien merasa mendapat pujian dan menjadi lebih semangat untuk Ani
positive setiap kali latihan berlatih
24/1/17 Dx. 1 Memonitor vital sign Tekanan darah: 137/75 mm Hg Ani
14.00 sebelum/sesudah latihan Nadi : 70 x / menit
dan lihat respon pasien Suhu : 36 o C
saat latihan
23
i
Penafasan : 22 x/ menit
Pasien mau mengikuti instruksi dari perawat dengan semangat
15.00 Dx.1 Mengkaji kemampuanS: Pasien mengatakan tangan kanan lebih ringan dan lebih mudah Ani
pasien dalam mobilisasi digerakan. Memegang sendok lebih kuat: Kekuatan motorik
atas ka 4 ki 5, Kekuatan motorik bawah ka 5 ki 5
Pasien tampak berusaha dalam mencoba menggerakan tangan
16.00 DX 1 Berikan obat analgetik dan Inj Ondancetron 3x1 amp IV Ani
DX 2 obat lainnya Sukrafat 3x2 cth Oral
Pamol Tablet 3x500 mg Oral
Dan menyampaikan tujuan diberikan obat
17.10 Dx.1 Mengulang terapi Keluarga/Istri semangat mengulang dan mempraktekan cara Ani
mobilisasi/ terapi ROM mobilisasi ROM/tirah baring mika /miki, menggerakan tangan dan
kaki, serta latihan jalan
17.20 Dx.1 Membantu dan Pasien makan beberapa suap walaupun pelan dan agak susah Ani
mengawasi pasien selanjutnya dibantu keluarga
memenuhi ADL
24
i
18.00 Dx 1 Memberikan penjelasan Pasien dan keluarga mengangguk tanda mengerti dan sesekali Ani
tujuan mobilisasi bertanya pada petugas
16.00 Dx1 Memanatu dan melatih Pasien mampu menggenggam sedikit kuat, bisa mika miki sendiri Ani
ROM pasien oleh duduk dan berjalan bisa sendiri walaupun pelan
fisioterapi yaitu
Menggenggam,mika miki,
duduk dan jalan
17.00 Dx1,2 Keluarga membantu dan Tampak pasien dan mampu BAK sendiri, mandi juga sendiri
mengawasi pasien dalam sebagian Ani
memenuhi kebutuhan ADL
18.00 Dx2 Memberikan Pasien menjadi semangat dan ingin bisa sembuh Ani
25
i
F. EVALUASI
26
i
O : makan dan minum sedikit dengan bantuan keluarga, BAK masih dibantu keluarga,
pasien tampak kesusahan dalam makan
27
i
P : Lanjutkan intervensi
1.ADL dibantu
24-1-2017 DX 1 S: Pasien mengatakan tangan kanan nya sudah lebih kuat untuk bergerak Ani
18.00
O: Pasien tampak bersemangat untuk melatih dan menggerakan tangan kanan, tangan
kanan bisa menggenggam / mengepal belum kuat
P: Lanjutkan intervensi
1.ROM tangan kanan
18.00 O: Makan sudah bisa sendiri walaupun Cuma beberapa suap, BAK sendiri’pasien sudah Ani
28
i
mau belajar berjalan, tangan kanan bisa memegang sendok walaupun belum kuat
P: Pertahankan intervensi
1.melatih pasien memenuhi ADL sendiri
25-1-17
18.00 Dx 1 Ani
S: Pasien mengatakan tangan kanan nya sudah lebih kuat untuk bergerak
O: Pasien tampak bersemangat untuk melatih dan menggerakan tangan kanan
29
i
30
i
18.00 O: Pasien tampak makan sendiri walaupun dengan pelan pelan, BAK sudah
kekamar mandi sendiri walaupun dengan pengawasan
P: Pertahankan intervensi
31
i
BAB III
PEMBAHASAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian yang dilakukan pada Tn.S menggunakan format
pengkajian Virginia Henderson, karena format pengkajian ini sesuai dengan
pengkajian pada system musculoskelektal yang mencakup 14 sistem pola,
mulai dari pola bernafas sampai pola kebutuhan pasien akan belajar.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa yang utama pada kasus Tn.S tidak sesuai dengan
NANDA 2015 – 2017 . Pada kasus Tn.S hambatan mobilitas fisik sedangkan
dalam teori nyeri akut, ini disebabkan hambatan mobilitas fisik yang dialami
Tn.S lebih prioritas dibandingkan dengan nyeri yang dialaminya. Untuk
diagnose lain yang muncul, pada kasus Tn.S deficit perawatan diri, sedangkan
dalam teori nyeri akut, ketidak efektifan perfusi jaringan perifer , resiko syok
hipovolemik. Hal ini disebabkan saat pengkajian tidak ditemukan data-data
yang mendukung untuk mengangkat diagnosa ketidak efektifan perfusi
jaringan perifer dan resiko syok hipovolemik.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Perencanaan asuhan keperawatan pada Tn. S ditentukan
berdasarkan NIC yang disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan yang
dialami oleh pasien, untuk masalah hambatan mobilitas fisik difokuskan pada
tehnik ambulasi untuk meningkatkan mobilitas pasien dan pemenuhan
kebutuhan ADLs pasien
32
i
D. IMPLEMENTASI
Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang
ada pada pasien mengacu pada intervensi yang sudah ditentukan, dan
disesuaikan juga dengan situasi dan kondisi pasien, yaitu berfokus pada terapi
ambulasi/mobilisasi dan pemenuhan kebutuhan ADLs pasien.
E. EVALUASI
Setelah dilakukan implementasi untuk mengatasi masalah yang ada
, maka dilakukan evaluasi dari masalah tersebut, dari dua masalah yang
ditemukan semua teratasi pasien pulang atas indikasi Dokter.
1. Masalah hambatan mobilitas fisik teratasi karena dari hasil evaluasi sesuai
dengan kriteria hasil yang ditetapkan, pasien bisa beraktifitas secara
mandiri, sehingga intervensi keperawatan dapat dilanjutkan sesuai dengan
kondisi dirumah.
2. Masalah deficit perawatan diri karena sesuai dengan kriteria hasil yang
ditetapkan.
Pasien dapat merawat diri sendiri pada aktivitas yang ringan seperti mandi
sendiri, makan sendiri , BAK/BAB sendiri untuk aktivitas yang berat
pasien masih perlu dibantu orang lain ataupun keluarga. Walaupun bisa
aktivitas ringan tapi tetap masih dalam pengawasan keluarga.
.
DAFTAR PUSTAKA
33
i
Asmadi. 2008. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba
Medika
Wilkinson, J.M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dengan Intervensi NIC
danKriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC
34