A. PENGERTIAN
Pengertian aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana
manusia memerlukannya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Kemampuan
seseorang untuk melakukan suatu aktivitas seperti berdiri, berjalan dan bekerja
merupakan salah satu dari tanda kesehatan individu tersebut dimana kemampuan
aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan sistem persarafan dan
muskuloskeletal. Aktivitas fisik yang kurang memadai dapat menyebabkan berbagai
gangguan pada system musculoskeletal seperti atrofi otot, sendi menjadi kaku dan
juga menyebabkan ketidakefektifan fungsi organ internal lainnya.
Latihan merupakan suatu gerakan tubuh secara aktif yang dibutuhkkan untuk
menjaga kinerja otot dan mempertahankan postur tubuh. Latihan dapat memelihara
pergerakan dan fungsi sendi sehingga kondisinya dapat setara dengan kekuatan dan
fleksibilitas otot. Selain itu, latihan fisik dapat membuat fungsi gastrointestinal
dapat bekerja lebih optimal dengan meningkatkan selera makan orang tersebut dan
melancarkan eliminasinya karena apabila seseorang tidak dapat melakukan aktifitas
fisik secara adekuat maka hal tersebut dapat membuat otot abdomen menjadi lemah
sehinga fungsi eliminasinya kuang efektif.
Aktivitas sehari-hari (ADL) merupakan salah satu bentuk latihan aktif pada
seseorang termasuk didalamnya adalah makan/minum, mandi, toileting, berpakaian,
mobilisasi tempat tidur, berpindah dan ambulasi/ROM. Pemenuhan terhadap ADL
ini dapat meningkatkan harga diri serta gambaran diri pada seseorang, selain itu
ADL merupakan aktifitas dasar yang dapat mencegah individu tersebut dari suatu
penyakit sehingga tindakan yang menyangkut pemenuhan dalam mendukung
pemenuhan ADL pada klien dengan intoleransi aktifitas harus diprioritaskan.
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak
secara bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan guna
mempertahankan kesehatannya. Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan
dimana seseorang tidak dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang
mengganggu pergerakan misalnya mengalami trauma tulang belakang, cedera otak
berat disertai fraktur pada ekstremitas dan sebagainya.
Istirahat adalah suatu keadaan dimana kegiatan jasmaniah menurun yang
berakibat badan menjadi lebih segar. Sedangkan Tidur adalah suatu keadaan yang
relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan
siklus yang berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan
badaniah yang berbeda.
B. NILAI-NILAI NORMAL
Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah sebagai berikut :
Tingkat aktivitas / Kategori
mobilitas
Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh
Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat
Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau pengawasan
orang lain
Tingkat 3 Memerlukan bantuan, pengawasan orang
lain dan peralatan
Tingkat 4 Sangat tergantung dan tidak dapat
melakukan atau berpartisipasi dalam
perawatan
Keadaan postur yang seimbang sesuai dengan garis sumbu dengan sentralnya adalah
gravitasi. Kemampuan tubuh dalam mempertahankan keseimbangan seperti
kemampuan mangangkat beban, maksimal 57 %.
Kebutuhan istirahat atau tidur bervariasi tergantung pada:
1. Status kesehatan
2. Aktivitas
3. Gaya hidup
4. Usia, berikut lama tidur normal berdasarkan usia:
a. Remaja: 7,5 jam/hari
b. Dewasa muda: 7-9 jam/hari
c. Dewasa tengah: ± 7 jam/hari
d. Lansia: ± 6 jam/hari
D. KONSEP IMOBILISASI
1. MOBILISASI
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas,
mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat.
Mobilisasi diperlukan untuk meningkatkan kesehatan, memperlambat proses
penyakit khususnya penyakit degeneratif.
Tujuan mobilisasi:
a. Memenuhi kebutuhan dasar manusia
b. Mencegah terjadinya trauma
c. Mempertahankan tingkat kesehatan
d. Mempertahankan interaksi sosial
e. Mencegah hilangnya kemampuan fungsi tubuh
Faktor yang mempengaruhi mobilisasi:
a. Gaya hidup orang yang berpengetahuan tinggi akan senantiasa melakukan
mobilisasi dengan cara yang sehat.
b. Proses penyakit dan injuri yang diderita seseorang akan mempengaruhi
mobilitasnya.
c. Kebudayaan dapat mempengaruhi pola dan sikap dalam melakukan
aktivitas.
d. Tingkat energi orang yang sakit akan berbeda mobilitasnya dibandingkan
dengan orang yang sehat.
e. Usia dan status perkembangan seorang anak akan berbeda tingkat
mobilitasnya dibandingkan dengan seorang dewasa.
2. IMOBILISASI
Imobilisasi adalah suatu keadaan ketida individu mengalami atau beresiko
mengalami keterbatasan gerak fisik. Perubahan tingkat mobilitas fisik dapat
mengakibatkan instruksi untuk melakukan pembatasan gerak fisik dalam
bentuk tirah baring.
Upaya untuk mencegah terjadinya masalah akibat kurangnya mobilisasi
antara lain yaitu perbaikan status gizi, memperbaiki kemampuan mobilisasi,
melaksanakan latihan aktif dan pasif, mempertahankan posisi tubuh dengan
benar, dan melakukan perubahan posisi tubuh secara periodik.
Pengaruh imobilisasi dapat berupa pengaruh psikososial maupun fisiologis.
Dampak psikologis antara lain:
a. Penurunan motivasi.
b. Kemunduran kemampuan memecahkan masalah.
c. Perubahan konsep diri.
d. Ketidaksesuaian emosi dan situasi.
e. Perasaan tidak berharga dan tidak berdaya.
f. Kesepian yang diekspresikan dengan perilaku
menarik diri dan apatis.
Dampak fisinya adalah
a. Pada sistem
muslkuluskeletal, otot yang tidak pernah digunakan akan kehilangan
sebagian besar kekuatan dan fungsi normalnya, lama-lama kondisi akan
mengakibatkan kontraktur.
b. Eliminasi urin akan
terganggu karena posisi individu yang berbaring dalam waktu yang lama
menyebabkan pengosongan urin terganggu dan terjadi statis urin
(terhentinya/ terhambatnya aliran urin).
c. Pada sistem kardiovaskuler,
sistem saraf otonom tidak dapat menjaga keseimbangan suplai darah ke
tubuh saat individu bangun dari posisi berbaring dalam waktu yang lama.
d. Pada sistem integumen
mengakibatkan turgor kulit menurun dan kulit dapat mengalami atropi
sehingga mengganggu sirkulasi dan suplai nutrisi ke area tertentu.
Tingkat imobilisasi:
a. Komplit: imobilisasi ini dilakukan pada individu yang mengalami gangguan
tingkat kesadaran.
b. Parsial: dilakukan pada pasien yang mengalami fraktur.
Imobilisasi karena alasan pengobatan: dilakukan pada individu yang bmengalami gangguan
pernafasan/ gangguan pada jantung.
Faktor yang
berhubungan :
- Kurang
pengetahuan
tentang kegunaan
pergerakan fisik
- Tidak nyaman,
nyeri
- Kerusakan
muskuloskeletal
dan
neuromuskuler
- Intoleransi
aktivitas/penurun
an kekuatan dan
stamina
DAFTAR PUSTAKA
Alimul H, A Aziz. 2006. Pengantar KDM Aplikasi Konsep & Proses Keperawatan. Salemba
Medika. Jakarta.
Towarto, Wartonal. 2007. Kebutuhan Dasar & Prose Keperawatan. Edisi 3. Salemba
Medika. Jakarta.
Johnson, M., Maas, M., Moorhead, S. 2008. Nursing Outcomes Classification Fifth Edition.
Mosby, Inc : Missouri.
McCloskey, J.C., Bulechek, G.M. 2008. Nursing Intervention Classification Fifth Edition.
Mosby, Inc : Missouri.
North American Nursing Diagnosis Association. 2012. Nursing Diagnoses : Definition &
Classification 2012-2014. Philadelphia.
Wilkinson, J.M. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC. EGC. Jakarta.