Tugas Mandiri
Disusun oleh:
16/408435/KU/19463
Estrogen berkurang
Menekan vesika Penekanan Saraf
urinaria dan rektum
Progesteron
kewanitaan menurun
4. Manifestasi Klinis
Separuh penderita mioma uteri tidak memperlihatkan gejala.
Umumnya gejala yang temukan bergantung pada lokasi, ukuran, dan
perubahan pada mioma tersebut seperti :
a. Perdarahan abnormal: hipermenore, menoragia, metroragia. Sebabnya:
Pengaruh ovarium sehingga terjadi hiperplasi endometrium
Permukaan endometrium yang lebih luas dari biasanya
Atrofi endometrium di atas mioma submukosum
Myometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya
sarang mioma di antara serabut myometrium sehingga tidak
dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya dengan baik.
b. Nyeri: dapat timbul karena gangguan sirkulasi yang disertai nekrosis
setempat dan peradangan. Pada mioma submukosum yang dilahirkan
setempat dapat menyempitkan canalis servikalis sehingga
menimbulkan dismenore.
c. Gejala penekanan : penekanan pada vesika urinaria menyebabkan
poliuri, oada uretra menyebabkan retensio urine, pada ureter
menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rectum
menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan limfe
menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.
d. Disfungsia reproduksi
Hubungan antara mioma uteri sebagai penyebab infertilitas
masih belum jelas. Dilaporkan sebesar 27-40% wanita dengan mioma
uteri mengalami infertilitas. Mioma yang terletak di daerah kornu
dapat menyebabkan sumbatan dan gangguan transportasi gamet dan
embrio akibat terjadinya oklusi tuba bilateral. Mioma uteri dapat
menyebabkan gangguan kontraksi ritmik uterus yang sebenarnya
diperlukan untuk motilitas sperma di dalam uterus. Perubahan bentuk
kavum uteri karena adanya mioma dapat menyebabkan disfungsi
reproduksi. Gangguan implantasi embrio dapat terjadi pada keberadaan
mioma akibat perubahan histologi endometrium dimana terjadi atrofi
karena kompresi massa tumor.
Mekanisme gangguan fungsi reproduksi dengan mioma uteri :
Gangguan transportasi gamet dan embrio
Pengurangan kemampuan bagi pertumbuhan uterus
Perubahan aliran darah vaskuler
Perubahan histologi endometrium
(Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma, 2015)
6. Penatalaksanaan Medis
Penanganan yang dapat dilakukan ada dua macam, yaitu penanganan
secara konservatif dan penanganan secara operatif.
a. Penanganan konservatif sebagai berikut :
1) Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodic setiap
3-6 bulan
2) Bila anemia, Hb < 8 g% transfusi PRC
3) Pemberian zat besi
b. Penanganan operatif, bila :
1) Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14 minggu
2) Pertumbuhan tumor cepat
3) Mioma subserosa bertangkai dan torsi
4) Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya
5) Hipermenorea pada mioma submukosa
6) Penekanan pada organ sekitarnya
Jenis operasi yang dilakukan dapat berupa :
Enukleasi Mioma
Dilakukan pada penderita infertile atau yang masih
menginginkan anak atau mempertahankan uterus demi
kelangsungan fertilitas. Sejauh ini tampaknya aman, efektif, dan
masih menjadi pilihan terbaik. Enukleasi sebaiknya tidak dilakukan
bila ada kemungkinan terjadinya karsinoma endometrium atau
sarcoma uterus, juga dihindari pada masa kehamilan. Tindakan ini
seharusnya dibatasi pada tumor dengan tangkai dan jelas yang
dengan mudak dapat dijepit dan diikat. Bila miomektomi
menyebabkan cacat yang menembus atau sangat berdekatan
dengan endometrium, kehamilan berikutnya harus dilahirkan
dengan section caesaria.
Histerektomi
Dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi, dan
pada penderita yang memiliki leiomyoma yang simptomatik atau
yang sudah bergejala.
Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan mioma saja tanpa
pengangkatan uterus. Apabila wanita sudah dilakukan miomektomi
kemungkinan dapat hamil sekitar 30-50%. Dan perlu disadari oleh
penderita bahwa setelag dilakukan miomektomi harus dilanjutkan
histerektomi.
Lama perawatan :
1) 1 hari pasca diagnosa keperawatan
2) 7 hari pasca histerektomi/miomektomi
Masa pemulihan :
1) 2 minggu pasca diagnose keperawatan
2) 6 minggu pasca histerektomi/miomektomi
c. Penanganan radioterapi
Tindakan ini bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga
penderita mengalami menopause. Radioterapi ini umumnya hanya
dikerjakan kalau terdapat kontrak indikasi untuk tindakan operatif akhir-
akhir ini kontrak indikasi tersebut makin berkurang. Radioterapi
hendaknya hanya dikerjakan apabila tidak ada keganasan pada uterus.
1) Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dioperasi (bad risk
patient).
2) Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rectum
3) Tidak dilakukan pada wanita muda, sebab dapat menyebabkan
menopause. Maksud dari radioterapi adalah untuk menghentikan
perdarahan.
Obat-obatan yang biasa kepada penderita mioma yang mengalami
perdarahan melalui vagina yang tidak normal, antara lain :
Obat anti-inflamasi yang nonsteroid (Nonsteroid Anti
Infamation=NSAID)
Vitamin
Dikerok (kuretase)
Obat-obatan hormonal (misalnya, pil KB)
Operasi penyayatan jaringan mioma ataupun mengangkat rahim
keseluruhan
Pemberian hormone steroid sintetik seperti progestin, malah
kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri daerah panggul yang
bertambah. Hormon GnRH agoins (Gonadotropin Releasing
Hormon) bias mengurangi besar ukuran mioma. Akan tetapi,
mioma kembali membesar setelah 6 bulan obat GnRH dihentikan.
Bila uterus hanya sedikit membesar apalagi tidak ada keluhan,
tidak memerlukan pengobatan khusus.
7. Komplikasi
a. Perdarahan sampai terjadi anemia
b. Torsi tangkai mioma dari :
Mioma uteri subserosa
Mioma uteri submukosa
c. Nekrosis dan infeksi, setelah torsi dapat terjadi nekrosis dan infeksi
d. Pengaruh timbal balik mioma dan kehamilan
1) Pengaruh mioma terhadap kehamilan
Infertilitas
Abortus
Persalinan prematuritas dan kelainan letak
Inersia uteri
Gangguan jalan persalinan
Perdarahan post partum
Retensi plasenta
2) Pengaruh kehamilan terhadap mioma uteri
Mioma cepat membesar karena rangsangan estrogen
Kemungkinan torsi mioma uteri bertangkai
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b.d kerusakan jaringan otot (uterus berkontraksi)
b. Resiko kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif
(perdarahan)
c. Resiko syok b.d ketidakcukupan aliran darah ke jaringan tubuh
(perdarahan pervaginam berulang)
d. Resiko infeksi b.d prosedur invasive
e. Retensi urine b.d penekanan oleh masa jaringan neoplasma pada organ
sekitarnya
f. Kerusakan integritas jaringan
g. Disfungsi seksual
h. Konstipasi b.d penekanan pada rectum (prolaps rectum)
i. Ansietas b.d perubahan dalam status peran, ancaman pada status
kesehatanm konsep diri (kurangnya sumber informasi terkait penyakit)
3. Rencana Asuhan Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
No : Diagnosa Keperawatan Intervensi ( NIC )
( NOC )
1. Nyeri akut b.d kerusakan NOC NIC
jaringan otot (uterus Pain Level Pain management
berkontraksi) Pain Control Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
Comfort Level karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi
Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Kriteria Hasil: Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
Mampu mengontrol nyeri nyeri pasien
Melaporkan bahwa nyeri Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
berkurang dengan menggunakan ruangan, pencahayaan, kebisingan
manajemen nyeri Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi,
Mampu mengenali nyeri (skala, dan inter personal)
intensitas, frekuensi dan tanda Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
nyeri) Ajarkan tentang teknik non farmakologi
Menyatakan rasa nyaman setelah Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
nyeri berkurang Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dam tindakan nyeri
tidak berhasil
Analgesic administration
Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesic yang diperlukan atau kombinasi dari analgesic ketika
pemberian lebih dari satu
Tentukan pilihan analgesic tergantung tipe dan beratnya nyeri
Tentukan analgesic pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
Pilih rute pemberian secara IV, Im untuk pengobatan nyeri secara
teratur
Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesic pertama
kali
Berikan analgesic tepat waktu terutama saat nyeri hebat
Evaluasi efektivitas analgesic, tanda dan gejala
2. Resiko kekurangan volume NOC NIC
cairan b.d kehilangan cairan Fluid balance Fluid management
aktif (perdarahan) Hydration Timbang popok/pembalut jika diperlukan
Nutritional status: food and Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
fluid intake Monitor status hidrasi (kelembaban membrane mukosa, nadi adekuat,
tekanan darah ortostatik) jika diperlukan
Kriteria Hasil: Monitor vital sign
Mempertahankan urine output Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori harian
sesuai dengan usia dan BB, BJ Kolaborasikan pemberian cairan IV
urine normal, HT normal
Monitor status nutrisi
Tekanan darah, nadi, suhu tubuh
Berikan cairan IV
dalam batas normal
Dorong masukan oral
Tidak ada tanda-tanda dehidrasi,
Berikan penggantian nesogatrik sesuai output
elastisitas turgor baik,
Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
membrane mukosa lembab,
Tawarkan snack (jus buah, buah segar)
tidak ada rasa haus yag
berlebihan Kolaborasi dengan dokter
Atur kemungkinan transfusi
Persiapan untuk transfuse
Hypovolemia management
Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan
Pelihara IV line
Monitor tingkat Hb dan hematocrit
Monitor tanda vital
Monitor respon pasien terhadap penambahan cairan
Monitor berat badan
Dorong pasien untuk menambah intake oral
Pemberian cairan IV monitor adanya tanda dan gejala kelebihan
volume cairan
Monitor adanya tanda gagal ginjal
3. Resiko syok b.d NOC NIC
ketidakcukupan aliran darah Syok prevention Syok prevention
ke jaringan tubuh Syok management Monitor status sirkulasi BP, warna kulit, suhu kulit, denyut jantung,
(perdarahan pervaginam HR, dan ritme, nadi perifer, dan kapiler refill
berulang) Kriteria Hasil: Monitor tanda inadekuat oksigenasi
Monitor suhu dan pernapasan
Nadi dalam batas yang
Monitor input dan output
diharapkan
Pantau nilai labor : HB, HT, AGD, dan elektrolit
Irama jantung dalam batas
Monitor hemodinamik invasi yang sesuai
yang diharapkan Monitor tanda dan gejala asites
Frekuensi nafas dalam batas Monitor tanda awal syok
yang diharapkan Tempatkan pasien pada posisi supine, kaki elevasi untuk peningkatan
Irama pernapasan dalam preload dengan tepat
batas yang diharapkan Lihat dan pelihara kepatenan jalan napas
Natrium serum dbn Berikan cairan iv dan atau oral yang tepat
Kalium serum dbn Berikan vasodilator yang tepat
Klorida serum dbn Ajarkan keluarga dan pasien tentang tanda dan gejala datangnya syok
Kalsium serum dbn Ajarkan keluarga dan pasien tentang langkah untuk mengatasi gejala
Magnesium serum dbn syok
PH darah serum dbn Syok management
Monitor fungsi neurologis
Monitor fungsi renal
Monitor tekanan nadi
Monitor status cairan, input output
Catat gas darah arteri dan oksigen di jaringan
Monitor EKG
Memanfaatkan pemantauan jalur arteri untuk meningkatkan akurasi
pembacaan tekanan darah
Memantau tingkat karbon dioksida sublingual dan/atau tonometry
lambung
Monitor adanya gejala gagal pernapasan
Monitor nilai laboratorium
Masukkan dan memelihara besarnya kebosanan akses IV
4. Resiko infeksi b.d prosedur NOC NIC
invasive Imunne Status Infection Control
Knowledge: Infection Bersihkan dlingkungan setelah dipakai pasien lain
control Pertahankan teknik isolasi
Risk control Batasi pengunjung bila perlu
Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung
Kriteria Hasil: dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
Klien bebas dari tanda dan gejala Gunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan
infeksi Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
Mendeskripsikan proses Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
penularan penyakit, faktor yang
Pertahankan lingkungan aseptic selama pemasangan alat
mempengaruhi penularan serta
Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan
pelaksanaannya
petinjuk umum
Menunjukkan kemampuan untuk
Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung
mencegah timbulnya infeksi
kencing
Jumlah leukosit dalam batas
Tingkatkan intake nutrisi
normal
Berikan terapi antibiotic bila perlu
Menunjukkan perilaku hidup
Monitor tanda dan gejala infeksi sitemik dan lokal
sehat
Monitor perhitungan granulosit, WBC
Monitor kerentanan terhadap infeksi
Batasi pengunjung
Inspeksi kulit dan membrane mukosa terhadap kemerahan, panas,
drainase
Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
Laporkan kecurigaan infeksi
Laporkan kultur positif
5. Retensi urine b.d penekanan NOC NIC
oleh masa jaringan Urinary elimination Urinary retention care
neoplasma pada organ Urinary continence Monitor intake dan output
sekitarnya Monitor penggunaan obat antikolionergik
Kriteria Hasil: Monitor derajat distensi bladder
Kandung kemih kosong secara Instruksikan pada pasien dan keluarga untuk mencatat output urine
penuh Sediakan privacy untuk eliminasi
Tidak ada residu urin > 100-200 Stimulus refleks bladder dengan kompres dingin pada abdomen
cc Kateterisasi jika perlu
Bebas dari ISK Monitor tanda dan gejala ISK
Tidak ada spasme bladder
Balance cairan seimbang
6. Kerusakan integritas NOC NIC
jaringan Tissue integrity : skin and Pressure ulcer prevention wound care
mucous Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
Wound healing : primary Jaga kulit agar tetap bersih dan kering
and secondary intention Mobilisasi pasien setiap du jam sekali
Monitor kulit akan adanya kemerahan
Kriteria Hasil: Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada daerah yang tertekan
Perfusi jaringan normal Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
Tidak ada tanda-tanda infeksi Monitor status nutrisi pasien
Ketebalan dan tekstur jaringan Memandikan pasien dnegan sabun dan air hangat
normal Observasi luka : lokasi, dimesi, kedalaman luka, jaringan nekrotik,
Menunjukkan pemahaman tanda-tanda infeksi local, formasi traktur
dalam proses perbaikan kulit Ajarkan keluarga tentang luka dan perawatan luka
dan mencegah terjadinya cidera Kolaborasi ahli gizi pemberian diet TKTP (Tinggi Kalori Tinggi
berulang Protein)
Menunjukkan terjadinya proses Cegah kontaminasi feses dan urin
penyembuhan luka Lakukan teknik perawatan luka dengan steril
Berikan posisi yang mengurangi tekanan pada luka
Hindari kerutan pada tempat tidur
7. Disfungsi seksual
8. Konstipasi b.d penekanan NOC NIC
pada rectum (prolaps Bowel elimination Constipation/impaction Management
rectum) Hydration Monitor tanda dan hejala konstipasi
Kriteria Hasil: Monitor bising usus
Mempertahankan bentuk feses Monitor feses : frekuensi, konsistensi dan volume
lunak setiap 1-3 hari Konsultasi dengan dokter tentang penurunan dan peningkatan bising
Bebas dari ketidak nyamanan usus
dan konstipasi Monitor tanda dan gejala rupture usus/peritonitis
Mengidentifikasi indicator Jelaskan etiologi dan rasionalisasi tindakan terhadap pasien
untuk mencegah konstipasi Identifikasi factor penyebab dan kontribusi konstipasi
Feses lunak dan berbentuk Dukung intake cairan
Kolaborasikan pemberian laksatif
Pantau tanda-tanda dan gejala konstipasi
Pantau tanda-tanda dan gejala impaksi
Memantau bising usus
Konsultasikan dengan dokter tentang penurunan / kenaikan frekuensi
bising usus
Evaluasi profil obat untuk efek samping gastrointestinal
Anjurkan pasien / keluarga untuk mencatat warna, volume, frekuensi,
dan konsistensi tinja
Anjurkan pasien/keluarga untuk diet tinggi serat
1.1 Definisi
Istilah histerektomi berasal dari bahasa latin histeria yang berarti
kandungan, rahim, atau uterus, dan ectomi yang berarti memotong, jadi
histerektomi adalah suatu prosedur pembedahan mengangkat rahim yang
dilakukan oleh ahli kandungan. 5,6,7
Histerektomi obstetrik adalah pengangkatan rahim atas indikasi obstetrik. 3
Histerektomi adalah suatu prosedur operatif dimana seluruh organ dari
uterus diangkat. Histerektomi merupakan suatu prosedur non obstetrik untuk
wanita di negara Amerika Serikat. Histerektomi adalah bedah pengangkatan
rahim (uterus) yang sangat umum dilakukan. namun organ-organ lain seperti
ovarium, saluran tuba dan serviks sangat sering dihapus sebagai bagian dari
operasi.
2. Kontraindikasi
a. Atelektasis
b. Luka infeksi
c. Infeksi saluran kencing
d. Tromoflebitis
e. Embolisme paru-paru.
f. Terdapat jaringan parut, inflamasi, atau perubahan endometrial
pada adneksa
g. Riwayat laparotomi sebelumnya (termasuk perforasi appendix) dan
abses pada cul-de-sac Douglas karenadiduga terjadi pembentukan
perlekatan.
1. Histerektomi abdominal
Pengangkatan kandungan dilakukan melalui irisan pada perut, baik
irisan vertikal maupun horisontal (Pfanenstiel). Keuntungan teknik ini
adalah dokter yang melakukan operasi dapat melihat dengan leluasa
uterus dan jaringan sekitarnya dan mempunyai cukup ruang untuk
melakukan pengangkatan uterus. Cara ini biasanya dilakukan pada
mioma yang berukuran besar atau terdapat kanker pada uterus.
Kekurangannya, teknik ini biasanya menimbulkan rasa nyeri yang lebih
berat, menyebabkan masa pemulihan yang lebih panjang, serta
menimbulkan jaringan parut yang lebih banyak.
2. Histerektomi vaginal
Dilakukan melalui irisan kecil pada bagian atas vagina. Melalui irisan
tersebut, uterus (dan mulut rahim) dipisahkan dari jaringan dan
pembuluh darah di sekitarnya kemudian dikeluarkan melalui vagina.
Prosedur ini biasanya digunakan pada prolapsus uteri. Kelebihan
tindakan ini adalah kesembuhan lebih cepat, sedikit nyeri, dan tidak ada
jaringan parut yang tampak.
3. Histerektomi laparoskopi
Teknik ini ada dua macam yaitu histeroktomi vagina yang dibantu
laparoskop (laparoscopically assisted vaginal hysterectomy, LAVH) dan
histerektomi supraservikal laparoskopi (laparoscopic supracervical
hysterectomy, LSH). LAVH mirip dengan histerektomi vagnal, hanya
saja dibantu oleh laparoskop yang dimasukkan melalui irisan kecil di
perut untuk melihat uterus dan jaringan sekitarnya serta untuk
membebaskan uterus dari jaringan sekitarnya. LSH tidak menggunakan
irisan pada bagian atas vagina, tetapi hanya irisan pada perut. Melalui
irisan tersebut laparoskop dimasukkan. Uterus kemudian dipotong-
potong menjadi bagian kecil agar dapat keluar melalui lubang
laparoskop. Kedua teknik ini hanya menimbulkan sedikit nyeri,
pemulihan yang lebih cepat, serta sedikit jaringan parut.
2. Puasa
Pada operasi kecil, tidak perlu ada perawatan khusus. Hanya
perlu puasa beberapa jam sebelum operasi dan makan makanan
ringan yang mudah dicerna malam hari sebelumnya
2. Komplikasi
a. Hemoragik
Keadaan hilangnya cairan dari pembuluh darah yang biasanya
terjadi dengan cepat dan dalam jumlah yang banyak. Keadaan ini
diklasifikasikan dalam sejumlah cara yaitu, berdasarkan tipe
pembuluh darah arterial, venus atau kapiler, berdasarkan waktu
sejak dilakukan pembedahan atau terjadi cidera primer, dalam
waktu 24 jam ketika tekanan darah naik reaksioner, sekitar 7-10
hari sesudah kejadian dengan disertai sepsis sekunder, perdarahan
bisa interna dan eksterna.
b. Thrombosis vena
Komplikasi hosterektomi radikal yang lebih jarang terjadi tetapi
membahayakan jiwa adalah thrombosis vena dalam dengan emboli
paru-paru, insiden emboli paru-paru mungkin dapat dikurangi
dengan penggunaan ambulasi dini, bersama-sama dengan heparin
subkutan profilaksis dosis rendah pada saat pembedahan dan
sebelum mobilisasi sesudah pembedahan yang memadai.
c. Infeksi
Infeksi oleh karena adanya mikroorganisme pathogen,
antitoksinnya didalam darah atau jaringan lain membentuk pus.
d. Pembentukan fistula
Saluran abnormal yang menghubungkan 2 organ atau
menghubungkan 1 organ dengan bagian luar. Komplikasi yang
paling berbahaya dari histerektomi radikal adalah fistula atau
striktura ureter. Keadaan ini sekarang telah jarang terjadi, karena
ahli bedah menghindari pelepasan ureter yang luas dari peritoneum
parietal, yang dulu bisa dilakukan. Drainase penyedotan pada ruang
retroperineal juga digunakan secara umum yang membantu
meminimalkan infeksi. 5,6,7
Pencegahan komplikasi
a. Pencegahan perlekatan
Perlekatan dapat dicegah dengn cara manipulasi jaringan secara
lembut dan hemostasis yang seksama. Untuk mempertahankan
integritas serosa usus, pemasangan tampon dgunakan apabila usus
mengalami intrusi menghalangi lapangan pandang operasi. Untuk
mencegah infeksi, darah harus dievakuasi dari kavum peritonei.
Hal ini dapat dilakukan dengan mencuci menggunakan larutan RL
dan melakukan reperitonealisasi defek serosa dengan hati-hati
b. Drainase
Pada luka bersih (aseptic), pemasangan drain untuk mengevakuasi
cairan yang berasal dari sekresi luka dan darah berguna untuk
mencegah infeksi. Pada luka terinfeksi pemasangan drain dapat
membantu evakuasi pus dan sekresi luka dan menjaga luka tetap
terbuka. System drainase ada yang bersiat pasif (drainase penrose),
aktif (drainase suction) da juga ada yang bersiat terbuka atau
tertutup.
c. Pencegahan thrombosis vena dalam dan emboli
1) Saat praoperasi, perlu dicari faktor resiko. Usahakan
menurunkan berat badan dan memperbaiki keadaan umum
pasien sampai optimal. Kontrasepsi oral harus dihentikan
minimal empat minggu sebelum operasi. Mobilisasi pasien
dilakukan sedini mungkin dan diberikan terapi fisik dan latihan
paru.
2) Upaya intraoperasi, dilakukan hemostasis yang teliti san
pencegahan infeksi. Selain itu, cegah juga hipoksia dan
hipotensi selama pembiusan. Hindari statis vena sedapat
mungkin, terutama dengan memperhatikan posisi kaki.
3) Pada pascaoperasi, antikoagulasi farmkologis dan fisik
dilanjutkan. Upaya fisik meliputi mobilisasi dini pada 4-6 jam
pertama pascaoperasi, bersamaan dengan fisioterapi.
Disamping itu bisa juga dnegan pemakaian stocking ketat dan
mengankat kaki.
1.9 Penatalaksanaan
1. Preoperative
Setengah bagian abdomen dan region pubis serta perineal dicukur
dengan sangat cermat dan dibersihkan dengan sabun dan air (beberapa
dokter bedah tidak menganjurkan pencukuran pasien). Traktus intestinal
dan kandung kemih harus dikosongkan sebelum pasien dibawa keruang
operasi untuk mencegah kontaminasi dan cidera yang tidak sengaja
pada kandung kemih atau traktus intestinal. Edema dan pengirigasi
antiseptic biasanya diharuskan pada malam hari sebelum hari
pembedahan, pasien mendapat sedative. Medikasi praoperasi yang
diberikan pada pagi hari pembedahan akan membantu pasien rileks.
2. Postoperative
Prinsip-prinsip umum perawatan pasca operatif untuk bedah abdomen
diterapkan, dengan perhatian khusus diberikan pada sirkulasi perifer
untuk mencegah tromboflebitis dan TVP (perhatikan varicose,
tingkatkan sirkulasi dengan latihan tungkai dan menggunakan stoking.
5,6,7