C. Patofisiologi
Terdapat kemiripan proses patofisiologis yang terjadi setelah obstruksi usus, tanpa
memandang penyebab obstruksi baik mekanis atau fungsional. Perbedaan utamanya adalah
pada obstruksi paralitik (fungsional), peristaltik dihambat sejak awal, sedangkan pada
obstruksi mekanis, awalnya peristaltik diperkuat kemudian timbul intermitten dan akhirnya
menghilang.
Obstruksi usus yang secara khusus terjadi pada usus halus, menyebabkan akumulasi isi
usus, cairan dan gas terjadi di daerah atas usus yang mengalami obstruksi. Distensi dan retensi
cairan mengurangi absorpsi dan merangsang lebih banyak sekresi lambung. Dengan
peningkatan distensi, tekanan dalam lumen usus meningkat, menyebabkan penurunan
tekanan kapiler vena, dan arteriola. Sekitar 8 liter cairan disekresi ke dalam saluran cerna
setiap harinya, dengan tidak adanya absorpsi dapat mengakibatkan penimbunan intralumen
dengan cepat.
Peregangan usus yang terus menerus mengakibatkan timbulnya lingkaran setan
penurunan absorpsi cairan dan peningkatan sekresi cairan ke dalam usus. Efek lokal
peregangan usus adalah iskemia akibat peregangan dan peningkatan permeabilitas yang
disebabkan oleh nekrosis, disertai dengan absorpsi toksin bakteri ke dalam rongga peritoneum
dan sirkulasi sistimeik. Pada gilirannya hal ini terjadilah edema, kongesti, nekrosis dan
akhirnya rupture atau perforasi dari dinding usus dengan akibat peritonitis.
Muntah refluks dapat terjadi akibat distensi abdomen. Muntah mengakibatkan
kehilangan ion hidrogen dan kalium dari lambung, serta menimbulkan penurunan klorida dan
kalium dalam darah, yang akhirnya mencetuskan alkalosis metabolik. Pengaruh kehilangan
cairan tersebut dapat menyebabkan pengerutan ruang cairan ekstra sel yang mengakibatkan
syok hipotensi, berkurangnya curah jantung, berkurangnya perfusi jaringan, dan asidosis
metabolik. Dehidrasi dan asidosis yang kemudian juga dapat terjadi, disebabkan karena
hilangnya cairan dan natrium. Dengan kehilangan cairan akut, syok hipovolemik dapat
terjadi.
D. Tanda dan Gejala
Gejala awal pada obstruksi usus halus biasanya berupa nyeri kram yang terasa seperti
gelombang dan bersifat kolik. Nyeri biasanya menyerupai kejang di pertengahan abdomen
(terutama daearah praumbilikal) dan memberat bila letak obstruksi makin tinggi. Pasien
dapat mengeluarkan darah dan mukus, tetapi bukan materi fekal dan tidak terdapat flatus.
Terjadi muntah. Pada awal mengandung makanan tak dicerna, selanjutnya muntah air
dan mengandung empedu, hitam, dan fekal. Frekuensi muntah bervariasi tergantung letak
obstruksi. Bila obstruksi pada usus halus bagian atas, maka muntah akan lebih sering terjadi
dibandingkan dengan obstruksi yang terjadi pada ileum atau usus besar.
Pada obstruksi komplit, gelombang peristaltic pada awalnya menjadi sangat keras dan
akhirnya berbalik arah, dan isi usus terdorong ke depan mulut. Apabila obstruksi terjadi pada
ileum, maka muntah fekal dapat terjadi. Pertama, pasien memuntahkan isi lambung,
kemudian isi duodenum dan jejunum yang mengandung empedu, dan akhirnya disertai
dengan nyeri parokisme, pasien memuntahkan isi ileum yaitu suatu bahan mirip fekal yang
berwarna lebih gelap.
Tanda yang pasti adalah dehidrasi. Pasien mengalami haus terus menerus, mengantuk,
malaise umum, dan lidah serta membrane mukosa menjadi pecah-pecah. Abdomen menjadi
distensi. Semakin ke bawah obstruksi yang terjadi di gastrointestinal, semakin jelas distensi
abdomennya. Apabila obstruksi berlanjut tidak diatasi, dapat terjadi syok akibat dehidrasi dan
kehilangan volume plasma.
E. Pathway
Obstruksi Usus
A. Definisi
Suatu tindakan pembedahan dengan mengangkat sebagian dari kolon beserta pembuluh
darah dan saluran limfe
Brunner & Suddarth. 2005. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC
Bulecheck, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., Wagner, C. M. 2013. Nursing
Interventions Classification (NIC) 6th Edition. USA: Elsevier Mosby
Corwin, E. J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Herdman, T. H., Kamitsuru, S. 2015. NANDA International Nursing Diagnoses: Definition &
Classification 2015-2017. Oxford: Wiley Blakwell.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., Swanson, E. 2013. Nursing Outcomes Classification
(NOC) 5th Edition. SA: Elsevier Mosby
Price, S.A & Wilson, L.M. 2005. Patofisiologi; Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6
Volume 1. Jakarta: EGC
Smeltzer, C. S. & Bare, G. B. 2008. Brunner & Suddarth’s Texbook of Medical-Surgical
Nursing11th Edition. Philadelpia: Lippincot Williams & Wilkins
Wijaya, A. S., Putri, Y. M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan Dewasa).
Yogyakarta: Nuha Medika