Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.E.

P
DENGAN MASALAH KEPERAWATAN
INTOLERANSI AKTIVITAS
DIRUANG CENDANA ATAS RSUD JARAGA SASAMEH BUNTOK

Oleh :
NOVELIA
NIM. 113063J120044

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN
BANJARMASIN
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT

I. Konsep Kebutuhan Aktivitas Dan Istirahat


1.1 Definisi/deskripsi kebutuhan aktivitas dan istirahat
Aktivitas adalah suatu energy atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kebutuhan aktivitas
(pergerakan) merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan dengan
kebutuhan dasar tidur dan saling mempengaruhi seperti istirahat.
Kata istirahat mempunyai arti yang sangat luas meliputi bersantai,
menyegarkan diri, diam menganggur setelah melakukan aktivitas, serta
melepaskan diri dari apapun yang membosankan, menyulitkan atau
menjengkelkan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa istirahat
merupakan keadaan yang tenang, rileks, tanpa tekanan emosional dan bebas
dari kecemasan. Istirahat adalah suatu keadaan dimana kegiatan jasmaniah
menurun yang berakibat badan menjadi lebih segar (Asmadi, 2008).
1.2 Fisiologi sistem/fungsi normal sistem pergerakan
Pergerakan merupakan rangkaian yang terintegrasi dengan sistem
musculoskeletal.
Sistem musculoskeletal berfungsi sebagai:
a. Mendukung dan memberi bentuk jaringan tubuh
b. Melindungi bagian tubuh tertentu seperti hati, ginjal, otak dan paru-paru
c. Tempat melekatnya otot dan tendon

1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi sistem pergerakan


1.3.1 Kesehatan fisik
Penyakit, cacat tubuh dan imobilisasi akan mempengaruhi pergerakan
tubuh
1.3.2 Keadaan nutrisi
Kurangnya nutrisi dapat menyebabkan kelemahan otot dan obesitas
dapat menyebabkan pergerakan menjadi kurang bebas
1.3.3 Emosi
Rasa aman dan gembira dapat mempengaruhi aktivitas tubuh
seseorang. Keresahan dan kesusahan dapat menghilangkan semangat
yang kemudian sering dimanifestasikan dengan kurangnya aktivitas
1.3.4 Kelemahan neuromuskel dan skeletal
Adanya abnormal postur seperti lordosis dapat berpengaruh terhadap
pergerakan
1.4 Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada sistem pergerakan
1.4.1 Gangguan pada tulang
Fisura atau yang biasa disebut retak tulang dan patah tulang
1.4.2 Gangguan pada sendi
Dapat terjadi memar sendi yaitu robeknya selaput sendi
1.4.3 Gangguan pada otot
Jenis-jenis gangguan pada otot meliputi kaku leher, kram/nyeri otot,
dan keseleo

II. Rencana Asuhan dengan Kebutuhan Aktivitas dan Istirahat


2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat keperawatan
a. Riwayat penyakit sekarang
Proses penyakit/cedera dapat mempengaruhi fungsi sistem
tubuh/aktivitas. Seseorang yang mengalami patah tulang akan
kesulitan untuk melakukan aktivitas secara bebas. Misalnya saat
klien menderita penyakit tertentu sehingga klien harus selalu
beristirahat ditempat tidur tetapi pada akhirnya berakibat pada
kelumpuhan.

b. Riwayat penyakit dahulu


Gaya hidup mempengaruhi aktivitas dan istirahat tubuh. Perubahan
gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas seseorang
karena berdampak pada perilaku kebiasaan sehari-hari. Seseorang
yang kurang bergerak dan berolahraga akan mengalami kelemahan
otot. . Demikian pula dengan orang yang pernah menjalani operasi,
karena adanya nyeri mereka cenderung bergerak lebih lamban.

c. Riwayat penyakit keluarga


Apabila ada riwayat penyakit seperti jantung, stroke maka akan
beresiko berpengaruh terhadap aktivitas.

2.1.2 Pemeriksaan fisik: data fokus


a. Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran klien berpengaruh terhadap aktivitas. Dengan
mengkaji menggunakan Skala Koma Glasgow (GCS) dengan hasil
14-15: normal/disfungsi ringan, 11-13: disfungsi sedang, 10 atau
kurang : disfungsi berat.
1) Respon membuka mata
4 : Spontan
3 : Terhadap perintah
2 : Terhadap nyeri
1 : Tidak ada respon
2) Respon verbal
5: Terorientasi
4 : Bingung
3 : Kata-kata yang tidak teratur
2 : Tidak dapat dimengerti
1 :Tidak ada
3) Respon motorik
6 : Mematuhi perintah
5 : Melokalisasi nyeri
4 : Penarikan karena nyeri
3 : Fleksi abnormal
2 : Tidak dapat dimengerti
1 : Tidak ada respon

b. Postur atau bentuk tubuh


1) Skoliosis
Melengkungnya tulang belakang kearah samping,
mengakibatkan tubuh melengkung kearah kanan/kiri
2) Kifosis
Perubahan kelengkungan pada tulang belakang secara
keseluruhan sehingga orang menjadi bongkok
3) Lordosis
Kelengkungan tulang belakang kearah pinggang kearah depan
sehingga kepala tertarik kearah belakang

c. Ektremitas
Kaji kekuatan otot pasien dengan menggunakan skala kekuatan
otot.
0 : Kontarksi otot tidak terdeteksi
1 : Kejapan yang hamper tidak terdeteksi atau bebas kontraksi
denganobservasi atau palpasi
2 : Pergerakan aktif bagian tubuh dengan mengeliminasi gravitasi
3 : Pergerakan aktif hanya melawan gravitasi dan tidak melawan
tahanan
4 : Pergerakan aktif melawan gravitasi dan sedikit tahanan
5 : Pergerakan aktif melawan tahanan penuh tanpa adanya
kelelahan otot

2.1.3 Pemeriksaan Penunjang


a. Sinar – X
Sinar – X tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur dan
perubahan hubungan tulang
b. CT Scan
CT Scan menunjukkan rincian bidang tertentu tulang dan dapat
memperlihatkan tumor jaringan lunak/cedera tendon. CT Scan
digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah
tulang didaerah yang sulit dievaluasi
c. MRI (Magnetik Resonance Imaging)
MRI digunakan untuk memperlihatkan abnormalitas (mis:
tumor/penyempitan jalur jaringan lunak melalui tulang

2.2 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa 1: Deprivasi tidur
2.2.1 Definisi
Periode waktu yang lama tanpa tidur (terputusnya kesadaran relatif
yang periodik dan alami secara terus-menerus

2.2.2 Batasan karakteristik


a. Subjektif
1) Ansietas
2) Mengantuk disiang hari
3) Keletihan
4) Halusinasi
5) Peningkatan sensitivitas
b. Objektif
1) Konfusi akut
2) Agitasi
3) Ansietas
4) Penurunan kemampuan fungsi
5) Tremor pada tangan

2.2.3 Faktor yang berhubungan


a. Perubahan tahap tidur yang berhubungan dengan proses penuaan
b. Demensia
c. Ketidakadekuatan aktivitas disiang hari
d. Mimpi buruk

Diagnosa 2: Intoleransi aktivitas


2.2.4 Definisi
Ketidakcukupan energi fisiologis atau psikologis untuk melanjutkan
atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang ingin atau harus
dilakukan

2.2.5 Batasan karakteristik


a. Subjektif
1) Ketidaknyamanan atau dispnea saat beraktivitas
2) Melaporkan keletihan atau kelemahan secara verbal
b. Objektif
1) Frekuensi jantung atau tekanan darah tidak normal sebagai
respon terhadap aktivitas
2) Perubahan EKG yang menunjukkan aritmia atau iskemia

2.2.6 Faktor yang berhubungan


a. Tirah baring dan imobilitas
b. Kelemahan umum
c. Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
d. Gaya hidup kurang gerak

2.3 Perencanaan
Diagnosa 1: Deprivasi tidur
2.3.1 Tujuan dan kriteria hasil (outcome criteria): berdasarkan NOC
Setelah dilakukannya tindakan keperawatan selama 1x24 jam, pasien
akan:
a. Melaporkan penurunan gejala deprivasi tidur (misalnya konfusi,
ansietas, mengantuk pada siang hari, ganggan perceptual dan
kelelahan)
b. Mengidentifikasi dan melakukan tindakan yang dapat
meningkatkan tidur atau istirahat
c. Mengidentifikasi faktor yang dapat menimbulkan deprivasi tidur

2.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC


a. Intervensi : Lakukan manajemen energi
Rasional : Penggunaan energi yang cukup dapat mengatasi atau
mencegah keletihan dan mengoptimalkan fungsi
b. Intervensi : Lakukan manajemen alam perasaan
Rasional : Untuk menciptakan kestabilan, pemulihan
peningkatkan alam perasaan

Diagnosa 2: Intoleransi aktivitas


2.3.3 Tujuan dan kriteria hasil (outcome criteria): berdasarkan NOC
Setelah dilakukannya tindakan keperawatan selama 1x24 jam, pasien
mampu:
a. Mengidentifikasi aktivitas atau situasi yang menimbulkan
kecemasan yang dapat mengakibatkan intoleransi aktivitas
b. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang dibutuhkan dengan
peningkatan normal denyut jantung, frekuensi pernafasan, dan
tekanan darah serta memantau pola dalam batas normal
c. Menampilkan aktivitas kehidupan sehari-hari dengan beberapa
bantuan (misalnya eliminasi dengan bantuan eliminasi ke kamar
mandi)

2.3.4 Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC


a. Intervensi : Beri anjuran dan bantuan dalam aktivitas fisik, kognitif,
sosial, dan spiritual yang spesifik untuk meningkatkan
rentang, frekuensi atau durasi aktivitas individu
Rasional : Membantu pasien agar mudah dalam melakukan
aktivitas

b. Intervensi : Atur penggunaan energi untuk mengatasi atau


mencegah kelelahan dan mengoptimalkan fungsi
Rasional : Energi yang optimal dan cukup akan mempermudah
dalam melakukan akivitas
c. Intervensi : Lakukan terapi latihan fisik, mobilitas sendi
Rasional : Gerakan tubuh aktif atau pasif untuk mempertahankan
atau memperbaiki fleksibilitas sendi
Daftar Pustaka

Anonim. (2016). Konsep istirahat dan Tidur. Tersedia dalam <


Repository.usu.ac.id> (Diakses 1 Nopember 2016).

Anonim. (2016). Gangguan pergerakan. Tersedia dalam


<www.pendidikanmu.com> (Diakses 1 Nopember 2016).

Jackson M & Jackson L. (2011). Seri Panduan Praktis Keperawatan Klinis.


Jakarta: Erlangga

Wilkinson J.M & Ahern N.R. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi
9. Jakarta: EGC
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN Tn.E
DIRUANGAN CENDANA ATAS
DI RSUD JARAGA SASAMEH BUNTOK

1. PENGKAJIAN
Ruang / Kamar : CENDANA ATAS
Tanggal Masuk RS : 01 April 2020
Tanggal Pengkajian : 02 April 2020
NO.MR : 01xxxx
1. Identitas Pasien
a. Nama : Tn.E.P
b. Tempat Tanggal Lahir : Teluk betung, 2 januari 1934
c. Umur : 85 Tahun
d. Jenis kelamin : Laki-Laki
e. Pendidikan : SLTA
f. Pekerjaan : Petani
g. Agama : Kristen protestan
h. Suku/Bangsa : Dayak
i. Alamat : Desa Teluk Betung
j. Diagnosa Medis : Dyspepsia
2. Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama
Klien mengeluh nyeri ulu hati,mual,muntah,pusing,rasa demam
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Saat masuk rumah sakit klien mengeluh nyeri ulu hati, mual muntah 1x
dirumah, pusing dan tidak nafsu makan. Di UGD dilakukan tindakan
pengkajian, pengukuran TTV, (Temp 37.7○C, HR=92x/mnt,R 24x/mnt,
TD 130/80 mmhg) pemasangan infus RL 20 tts/mnt, pemeriksaan darah
lengkap dan pemberian obat-obatan Ranitidin injeksi(50mg) 1amp,
ondansentron injeksi(8mg) 1amp . Setelah dilakukan tindakan dan
observasi, pasien dirawat inap diruang Cendana Atas.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


Sebelumnya pasien pernah masuk rumah sakit sebanyak 1x dengan
keluhan yang sama beberapa bulan yang lalu.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Dari keluarga tidak ada yang pernah mempunyai riwayat Dyspepsia
atau pun penyakit keturunan dan menular lainnya.

Genogram :

Keterangan :
Laki – Laki

Perempuan

Laki – laki meninggal

Perempuan meninggal

Pernikahan

Keturunan

Pasien
e. Riwayat Sosial :
Hubungan pasien dan keluarga serta kerabat sangat baik, klien dan
keluarga sering bersama untuk sekedar berkumpul atau makan bersama.
3. Keadaan Umum
a. Kesadaran : Compos Mentis / E4V5M6,
tampak meringis dan gelisah
b. Tanda-tanda Vital : TD 130/80 T = 37°C P = 92 x/menit R= 24x/Menit
c. Pengukuran BB dan TB : BB 60 kg, TB 153 cm, BMI 24,3 (berat badan
ideal/normal)
4. Pemeriksaan Fisik (Head to Toe) :
No Area Fisik Hasil pemeriksaan Analisa

1 Kepala I:Kepala Simetris, rambut Normal


hitam beruban,
distribusi rambut rata,
kulit kepala bersih
P:rambut tidak mudah
dicabut, Tidak ada
Massa, tidak ada nyeri
tekan
2 Mata I:bentuk simetris, Normal
Konjungtiva anemis,
sclera putih, pupil
isokor,refleks cahaya
Positif, visus 6/9,
lapang pandang tidak
menyempit dan tidak
melebar
P:Tidak ada edema, tidak
ada nyeri tekan, tidak
ada pembesaran bola
mata
3 Telinga I:Bentuk simetris,tidak Normal
ada sekret yang keluar,
tidak ada serumen, tidak
menggunakan alat bantu
P:tidak ada nyeri tekan,
Pasien dapat
mendengarkan gesekan
tangan
4 Hidung I:bentuk simetris,tidak Normal
ada perdarahan atau
sekret, tidak ada polip
P:tidak ada nyeri tekan
5 Mulut I:bentuk simetris, mukosa Normal
bibir lembab, gigi utuh
dan bersih, tidak ada lesi
pada gusi dan lidah,
tidak ada pembesaran
tonsil (T1)
P:tidak ada nyeri tekan,
tidak disfagia, pasien
tidak kesulitan bicara
6 Leher I:leher simetris, Normal
P:tidak terdapat distensi
vena jugularis, tidak
terdapat massa atau
pembesaran kelenjar
limfe dan kelenjar
tiroid, tidak ada nyeri
tekan
7 Dada (Jantung & Paru) Jantung Normal
I:bentuk dada simetris
P: tidak ada massa, tidak
ada nyeri tekan, tidak
ada edema
P: dull
A: Jantung : S1 S2
tunggal teratur, tidak ada
bunyi tambahan
Paru
I:bentuk dada simetris,
tidak terdapat lesi,
ekspansi dinding dada
simetris, tidak terdapat
pemakaian otot bantu
nafas
P:tidak ada massa, tidak
ada nyeri tekan, tidak
ada edema, taktil
fremitus bergetar
P : Sonor
A : Vesikuler
Abdomen I:bentuk simetris, tidak Nyeri
ada asites, tidak ada lesi
epigastrium
A: peristaltik (+),
P: tympani
P:tidak terdapat massa,
nyeri tekan epigastrium,
skala 5
9 Ekstremitas (atas & bawah) I:anggota gerak lengkap, Normal
bentuk simetris, tidak
terdapat lesi dan edema,
terpasang infus RL di
tangan sebelah kiri 20
tpm
P: tidak ada nyeri
tekan,kekuatan otot

4 4
4 4

10 Kulit I : tidak terdapat lesi, dan Normal


jaringan parut
P: turgor kulit baik, tidak
ada nyeri tekan
5. Pengkajian Pola Kesehatan

a. Persepsi Kesehatan dan Pemeliharaan Kesehatan Sebelum


sakit : Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit maag, dan
rutin berobat ke dokter jika sakitnya kambuh.
Saat ini : pasien mengetahui bahwa dirinya sedang sakit dan
membutuhkan perawatan
Masalah : tidak ada
a. Pola Nutrisi metabolik
Sebelum Sakit : Pasien jarang makan teratur, porsi yang dihabiskan
biasanya 1 piring, tidak memiliki pantangan makanan, minum 4-6
gelas perhari, BB 60 kg
Saat ini : Saat masuk RS pasien makan bubur yang disajikan, dan
hanya mampu menghabiskan ¼ porsi karena rasa mual, mau
muntah dan tidak nafsu makan, minum 4-5 gelas perhari, BB 60
kg
Masalah : Resiko Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b. Pola Eliminasi
Sebelum Sakit : BAB 1x perhari pada waktu pagi dengan
konsistensi lembek. BAK 5-6 kali sehari dengan warna kuning
jernih.
Saat ini : Saat Masuk RS pasien BAB 1x sehari, konsistensi lembek
dan sedikit. BAK 5-6 kali sehari warna kuning.
Masalah : tidak ada
c. Pola Aktivitas dan Latihan
Sebelum Sakit : pasien dapat melakukan aktivitas tanpa dibantu
orang lain
Saat ini : saat masuk RS pasien mengatakan perlu bantuan orang
lain untuk beraktivitas, dibantu oleh keluarga
Masalah : intoleransi aktivitas
d. Pola Tidur dan Istirahat
Sebelum sakit : pasien tidur siang dan malam nyaman teratur, tidur
malam biasanya 8 jam.
Saat ini : tidak bisa tidur,saya sering terbangun bila tidur malam
Masalah : gangguan pola tidur
e. Pola Konsep Diri
Tidak terkaji
f. Pola Peran dan Hubungan
Pasien sebagai kepala Rumah tangga yang bekerja sebagai petani
Masalah : tidak ada
g. Pola seksualitas dan Reproduksi
Tidak terkaji
h. Pola Mekanisme koping
Sebelum sakit : Hal yang biasa dilakukan jika mengalami Stress/
masalah adalah bercerita dan sharing dengan keluarga
Saat ini : berkaitan dengan penyakitnya pasien tetap bercerita
dengan keluarga dan berdoa.
Masalah : tidak ada
i. Pola sistem nilai kepercayaan
Sebelum sakit : Pasien rutin beribadah, pasien suka ke gereja
Saat ini : Kegiatan Agama yang Dilakukan Selama Di RS adalah
Berdoa
Masalah : tidak ada

2. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Analisa

Rabu, Hemoglobin 8,0 g/dl 12,0-16,0 g/dl Penurunan


1/4/2020 hb terjadi
karena
rusaknya
faktor
intrinsik pada
lambung
yang
mengganggu
absorpsi
vitamin B12

Leukosit 10.000/ 3.200-11.000/ Normal


mm3 mm3
LED 17 P < 20 Normal
mm/jam mm/jam

Ht% 26.5% 40-48% Normal

Trombosit 161.000/ 170.000- Normal


3 3
mm 380.000/ mm
GDS 101 mg/dl 110-115 mg/dl Normal

TG 72mg/dl <150mg/dl Normal

CHOLESTEROL 132mg/dl <200mgmg/dl Normal


3. MEDIKASI

Nama Indikasi Kontra indikasi Cara Kerja Efek Samping Konsidera


Obat si Perawat
Ranitidin Menurunk jangan menghambat 1. Ruam Pre :
1amo/8ja an sekresi menggunakan sel-sel di 2. Pruritus, Mengkaji
m/IV asam Ranitidin atau lapisan 3. Mual riwayat
lambung obat-obatan lambung 4. Muntah alergi.
berlebihan sejenis bila ada untuk 5. Nyeri kepala Mengguna
reaksi alergi menghasilkan 6. Nyeri dada kan
terhadap asam 7. Sindrom prinsip 12
Ranitidin lambung, Steven- benar
pasien dengan sehingga Johnson, dalam
gangguan produksi pemberian
ginjal, asam obat.
menderita lambung Menjelask
porfiria,diabete berkurang. an efek
s,liver, Dengan samping
gangguan paru berkurangnya obat.
asam Post :
lambung, Observasi
luka (tukak) efek
pada lambung samping
dan erosi obat.
pada esofagus Observasi
dapat dicegah efek terapi
atau obat.
dipercepat Observasi
penyembuha tanda-
nnya. tanda
alergi.
Ondansen mencegah wanita yang terjadinya 1. Sakit kepala - Menggun
tron 4 mg/ serta sedang hamil, mual dan dan pusing. akan
8 jam IV mengobati menyusui, atau muntah 2. Mudah prinsip 12
mual dan merencanakan disebabkan mengantuk. benar
muntah kehamilan oleh senyawa 3. Kepanasan. dalam
penderita alami tubuh 4. Pusing ketika pemberia
gangguan yang bernama berdiri. n obat.
pencernaan, serotonin. 5. Mudah lelah. - Observasi
konstipasi, Seretonin 6. Konstipasi. efek
gangguan hati, akan bereaksi 7. Sakit perut. samping
dan penyakit terhadap 8. Gangguan obat
jantung reseptor penglihatan
5HT3 yang 9. Hipotensi.
berada di usus
kecil dan
otak, dan
membuat kita
merasa mual.
Ondansetron
akan
menghambat
serotonin
bereaksi pada
reseptor
5HT3 sehingg
a membuat
kita tidak
mual dan
berhenti
muntah.
Paracetam digunakan Hipersensitivit sebagai  Mual, sakit perut - Menggun
ol 1g/ untuk as. Insufisiensi inhibitor bagian atas, akan
8jam drip mengobati hepatoseluler prostaglandin gatal-gatal, prinsip 12
rasa sakit berat. yang lemah. kehilangan nafsu benar
ringan Gagal hati atau Jadi makan dalam
hingga penyakit hati a mekanisme  Urin berwarna pemberia
sedang, ktif. kerjanya gelap, feses n obat.
mulai dari dengan berwarna pucat Observasi
sakit menghalangi Kuning pada kulit efek
kepala, nye produksi dan mata samping
ri prostaglandin obat
haid, sakit , yang
gigi, nyeri merupakan
sendi, dan bahan kimia
nyeri yang yang terlibat
dirasakan dalam
selama flu. transmisi
Paracetam pesan rasa
ol juga bisa sakit ke otak.
digunakan
untuk
meredakan
demam.
Antacid meringank Memiliki mengandung Diare dan Obat cair
3x1 C an gejala masalah pada Aluminium sembelit dapat
maag ginjal Sering dan disimpan
seperti minum alkohol Magnesium dalam
perih di ulu Dehidrasi ini bekerja lemari es,
hati, rasa (kekurangan dengan cepat dan
panas pada Cairan) menurunkan pemberian
perut kiri asam dalam dilakukan
atas, lambung. sebelum
mulas, tidak makan
mual-mual memiliki
dan peran men-
kembung cegah
produksi
asam
lambung

Valisanbe Obat  Hipersensitif Membantu Mengantuk, kepala Simpan


5mg 0-0-1 dengan terhadap mengobati pusing, pengliatan ditempat
kandungan bahan aktif gangguan kabur,hipotensi,am kering
diazepam diazepam, tidur dan nesia dengan
yang psikosis kecemasan suhu 15-30
berfungsi kronok, asma, derajat
mengobati gangguan celcius
gangguan ginjal, liver,
tidur dan ibu hamil dan
kecemasan menyusui

4. ANALISA DATA
Data Etiologi Masalah

DS : pasien Ketidaknormalan kondisi tubuh Intoleransi aktivitas


,lemah.
mengatakan perlu
bantuan orang lain
untuk beraktivitas,
dibantu oleh keluarga
DO :saat duduk dan
kemar kecil dibantu
keluarga

5. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN, IMPLEMENTASI DAN


EVALUASI

Diagnosa Keperawatan I
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring atau imobilisasi, yang
ditandai dengan pasien mengatakan, mengatakan perlu bantuan orang lain untuk
beraktivitas, dibantu oleh keluarga
Hasil yang Intervensi Rasional Implementasi
diharapkan (10.00)

Setelah dilakukan 1. catat respon emosi 1. Mobilisasi yang S: pasien mengata


tindakan keperawatan terhadap aktivitas, berlebihan akan kan masih belum
selama 2x24 jam memperbesar mammpu
pasien bertoleransi kegelisahan beraktivitas sendiri
terhadap aktivitas 2. beriakan aktivitas
dengan kriteria hasil; yang sesuai 2. Meningkatkan O: pasien tampak
1. mampu melakuakn kemampuan klien. normalitas masih lemah
aktivitas sehari-hari organ sesuai A: Masalah
secara mandiri. dengan yang intoleransi aktivitas
2.keseimbangan diharapkan belum teratasi
aktivitas dan istirahat
P : Intervensi
dilanjutkan

3. Mempermudah
3. Monitoring TTV intervensi

4.Kolaborasi dengan 4. Mencegah


tenaga medis dalam keparahan
penyakit
merencanakan program
terapi yang tepat
5. Menghindari
hal yang dapat
memperparah
keadaan
5.Bantu klien untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang mampu 6.Mempermudah
dilakukan. pasien
menjadwalkan
untuk ke pelayanan
kesehatan

6.Kolaborasi dengan
tenaga medis dalam
merencanakan program
terapi yang tepat
ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN
PEMBERIAN OBAT INTRAVENA DIRUANG CENDANA
ATAS
RSUD JARAGA SASAMEH BUNTOK
Intial Klien: Tn.E.P
No MR: 0133xx
Diagnosa medis: Dyspepia
Dispepsia merupakan kumpulan gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak
atau sakit di bagian perut atau mengalami kekambuhan keluhan refluks
gastrosofagus klasik.(Mansjoer.A edisi III,2000).
A. Diagnosa keperawatan:
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah barih atau imobilisasi
B. Tindakan keperawatan yang dilakukan
Pemberian obat Intravena lewat bolus, yang merupakan suatu tindakan
memasukan atau menyuntikan obat injeksi melewati selang infus sehingga
mempermudah obat masuk melewat selang infus tanpa harus menyuntikan
jarum ketubuh pasien.
C. Prinsif-prinsif tindakan dan rasional
1. Bersih
2. Pemberian dengan cara yang tepat dan benar
3. Tindakan yang sesuai dengan advis dan terapi dokter

a. Tujuan
- Pemberian obat intravena untuk memperoleh reaksi obat yang cepat
diabsorpsi dari pada dengan injeksi parenteral lain
- Untuk menghindari kerusakan jaringan
b. Prosedur Kerja
1) Persiapan alat
a. Spuit dan jarum sesuai ukuran dan kebutuhan obat
b. Kapas alkohol
c. Bak spuit
d. Obat yang sudah tersedia didalam tempatnya
2) Prosedur Kerja
a. Cuci tangan sebelum melakukan tindakan
b. Jelaskan pada klien prosedur yang akan diberikan
c. Periksa identitas klien,siapkan obat
d. Posisikan pasien cari tempat penyuntikan obat pada daerah selang
intravena
e. Lakukan desinfeksi dengan alkohol dan klem aliran infus
f. Lakukan penyuntikan dengan memasukan jarum spuit hingga tembus
pada bagian tengan dan masukan obat secara perlahan kedalam selang
intravena,setelah selesai tarik spuit dan peroksa kembali kecepatan
tetesan infus.
g. Setelah 30 menit cek kembali respon obat yang sudah diberikan.
h. Setelah selesai, dokumentasikan
D. Analisa tindakan keperawatan

Dilakukan pemberian obat intravena untuk mempercepat reaksi obat sehingga


obat langsung masuk kedalam pembuluh darah
E. Resiko yang dapat terjadi
1. Nyeri pada penusukan
2. Alergi
3. Resiko infeksi jika tindakan tidak bersih
4. Plebitis
5. Masuk udara kedalam pembuluh darah.
F. Hasil yang didapat dan maknanya
Klien mengatakan nyeri perut berkurang setelah diberikan obat intravena
Klien tidak tampak gelisah dan meringis.
TD; 130/ 71
HR; 10x/m
Rr; 22x/m
Temp; 37 º C

G. Indentifikasi tindakan keperawatan lainnya yang dapat dilakukan untuk


mengatasi masalah / diagnosa tersebut (mandiri atau kolaborasi)
1. Mengatur posisi senyaman mungkin (posisi miring / semi fowler / fowler)
2. Mengajarkan tekhnik relaksasi
3. Menganjurkan banyak minum dan makan sedikit tapi sering
4. Menganjurkan makan dalam keadaan hangat

H. Evaluasi diri
Selama praktek diruang cendana atas saya melakukan tindakan pemeberian obat
intravena sebanyak 3X. Pemberian obat oral melalui intavena bukanlah hal
yang sepele, karena itu saya melakukannya dengan sangat hati-hati. Saat
melakukan tindakan ini saya berusaha sesuai dengan SOP yang sudah ada. Saya
juga memperhatikan reaksi pasien seperti apa. Misalkan pasien merasakan sakit
saat saya mulai memasukan obat,dan menanyakan kepada pasien apa yang
dirasakan saat disuntikan obat.

I. Daftar referensi
T.H Herdman & S.Kamitsuru. NANDA-1 Diagnosa Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi, edisi 11, 2018, EGC, Jakarta.
Standar Operasional Prosedur RSUD JARAGA SASAMEH BUNTOK,2019
Buntok.
ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN
PEMBERIAN OBAT ORAL DIRUANG CENDANA ATAS
RSUD JARAGA SASAMEH BUNTOK
Intial Klien: Tn.E.P
No MR: 0133xx
Diagnosa medis: Dyspepia
Dispepsia merupakan kumpulan gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak
atau sakit di bagian perut atau mengalami kekambuhan keluhan refluks
gastrosofagus klasik.(Mansjoer.A edisi III,2000).
J. Diagnosa keperawatan:
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah barih atau imobilisasi
K. Tindakan keperawatan yang dilakukan
Pemberian obat anti piretik oral melalui mulut
L. Prinsif-prinsif tindakan dan rasional
4. Bersih
5. Pemberian dengan cara yang tepat dan benar
6. Tindakan yang sesuai dengan advis dan terapi dokter

c. Tujuan
- Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam melaksanakan
pemberian obat kepada pasien dengan cara langsung diminumkan
kepada pasien.
- Sebagai tindakan pengobatan.
d. Prosedur Kerja
3) Persiapan alat
e. Sendok dan gelas air mnum
f. Lap bersih/tisue kering
4) Prosedur Kerja
i. Cuci tangan sebelum melakukan tindakan
j. Jelaskan pada klien prosedur yang akan diberikan
k. Periksa identitas klien,siapkan obat
l. Posisikan pasien setengah duduk atau duduk bila memungkinkan
m. Perhatikan kondisi pasien saat meminumkan obat,dengan melakukan
observasi saat pasien minum obat dengan memastiakn obat sudah
benar-benar diminum.
n. Setelah 30 menit cek kembali respon obat yang sudah diberikan.
o. Setelah selesai, dokumentasikan
M. Analisa tindakan keperawatan

Dilakukan pemberian obat antipiretik oral melalui mulut dan masuk kedalm
saluran cerna.
N. Resiko yang dapat terjadi
6. Iritasi pada saluran cerna
7. Alergi
8. Pasien dapat tersedak.
O. Hasil yang didapat dan maknanya
Klien mengatakan nyeri perut berkurang setelah diberikan obat oral
Klien tidak tampak gelisah dan meringis.
TD; 130/ 71
HR; 10x/m
Rr; 22x/m
Temp; 37 º C

P. Indentifikasi tindakan keperawatan lainnya yang dapat dilakukan untuk


mengatasi masalah / diagnosa tersebut (mandiri atau kolaborasi)
5. Menagtur posisi senyaman mungkin (posisi miring / semi fowler / fowler)
6. Mengajarkan tekhnik relaksasi
7. Menganjurkan banyak minum dan makan sedikit tapi sering
8. Menganjurkan makan dalam keadaan hangat

Q. Evaluasi diri
Selama praktek diruang cendana atas saya melakukan tindakan pemeberian obat
antipiretik oral sebanyak 3X. Pemberian obat oral melalui mulut bukanlah hal
yang sepele, karena itu saya melakukannya dengan sangat hati-hati. Saat
melakukan tindakan ini saya berusaha sesuai dengan SOP yang sudah ada. Saya
juga memperhatikan reaksi pasien seperti apa. Misalkan pasien merasakan tidak
nyaman saat obat oral masuk.

R. Daftar referensi
T.H Herdman & S.Kamitsuru. NANDA-1 Diagnosa Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi, edisi 11, 2018, EGC, Jakarta.
Standar Operasional Prosedur RSUD JARAGA SASAMEH BUNTOK,2019
Buntok.

Anda mungkin juga menyukai