Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN


KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT

Dosen Pembimbing : Ns. I Gusti Ayu Ari Rasdini, S.Kep.,M.Pd.

Disusun Oleh :

Nama : Ni Kadek Bintang Deliana


Nim : P07120122108
Absen : 25
Kelas / Prodi : 2.3/D-III Keperawatan

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR

DIPLOMA TIGA JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2023/2024
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN


KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT

A. Konsep Dasar Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas dan Istirahat (Mobilisasi)


1. Definisi
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia memerlu
kan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu tanda kesehatan adalah
adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan dan
bekerja. Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan sistem
persarafan dan musculoskeletal.
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah
dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi
diperlukan untuk meningkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya
penyakit degeneratif dan untuk aktualisasi (Mubarak, 2008),
Aktivitas sendiri sebagai suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukan hal tersebut agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. (Asmadi, 2008).
Jadi dapat diartikan bahwa gangguan aktivitas merupakan ketidakmampuan seseorang
untuk melakukan kegiatan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
2. Penyebab/ factor
Seseorang dikatakan menderita gangguan aktivitas disebabkan oleh :
a. Gangguan mobilitas fisik
1) Kerusakan integritas struktur tulang
2) Perubahan metabolisme
3) Ketidakbugaran fisik
4) Penurunan kendali otot
5) Penurunan masa otot
6) Penurunan kekuatan otot
7) Keterlambatan perkembangan
8) Kekakuan sendi
9) Kontraktur
10) Malnutrisi
11) Gangguan musculoskeletal
12) Gangguan neuromuscular
13) Indeks masa tubuh diatas persentil ke-75 sesuai usia
14) Efek agen farmakologis
15) Program pembatasan gerak
16) Nyeri
17) Kurang terpapar informasi tentang aktivitas fisik
18) Kecemasan
19) Gangguan kognitif
20) Keengganan melakukan pergerakan
21) Gangguan persoripersepsi
b. Intoleransi aktivitas
1) Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
2) Tirah baring
3) Kelemahan
4) Imobilitas
5) Gaya hidup monoton

3. Patofisiologi
Penyebab utama imobilisasi adalah adanya nyeri, lemah, kekakuan otot,
ketidakseimbangan, dan masalah psikologis, kekhawatiran keluarga yang
berlebihan dapat menyebabkan orang usia lanjut terus menerus berbaring di
tempat tidur baik diumah maupun di rumah sakit (Setiati dan Roosheroe,2012).
Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem
otot, skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Penyebab gangguan
mobilitas fisik terjadi karena trauma pada sistem muskuloskeletal yang
menyebabkan gangguan pada otot dan skeletal. Pengaruh otot terjadi karena
pemecahan protein terus menerus sehingga kehilangan massa tubuh dibagian otot.
Massa otot semakin menurun karena otot tidak dilatih sehingga menyebabkan
atrofi sehingga pasien tidak mampu bergerak terus menerus.
Pasien yang mengalami tirah baring lama berisiko mengalami kontraktur
karena sendi-sendi tidak digerakan. Imobilisasi atau tirah baring juga dapat
menyebabkan penurunan fungsi sensorik, perubahan emosional atau perilaku
seperti : permusuhan, perasaan pusing, takut, dan perasaan tak berdaya samapi
ansietas ringan bahkan sampai psikosis, depresi karena perubahan peran dan
konsep diri, gangguan pola tidur karena perubahan rutinitas atau lingkungan, dan
perubahan koping.
Imobilitas yang lama durasinya juga akan mengakibatkan bahaya psikologis
yang semakin besar pada pasien pasca laparatomi dan sectiocaesarea (Potter &
Perry, 2012)
4. Pohon Masalah

Nyeri Lemah Kekuatan otot

Trauma Pada Sistem Muskuloskeletal

Gangguan Mobilisasi

Defisiensi Kalori dan Atrofi Otot


Protein

Ketidakaktifan
Gangguan Metabolisme
Muskuloskeletal

Kelemahan Otot
Hambatan Mobilitas
Fisik

Kekurangan Energi

Intoleransi Aktivitas

5. Gejala Klinis
a. Gangguan Mobilitas Fisik
Gejala dan tanda Mayor
Subjektif
1) Mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas
Objektif

1) Kekuatan otot menurun


2) Rentan gerak (ROM) menurun
Gejala dan tanda Minor
Subjektif
1) Nyeri saat bergerak
2) Enggan melakukan pergerakan
3) Merasa cemas saat bergerak

Objektif

1) Sendi kaku
2) Gerakan tidak terkoordinasi
3) Gerakan terbatas
4) Fisik lemah
b. Intoleransi Aktivitas

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif

1) Mengeluh lelah

Objektif

1) Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat

Tanda dan Gejala Minor

Subjektif

1) Dispnea saat/setelah aktivitas


2) Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
3) Merasa lemah

Objektif

1) Tekanan darah berubah >20% dari konisi istirahat


2) Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/ setelah aktivitas
3) Gambaran EKG menunjukkan iskemia
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan Rontgen (Untuk menentukan lokasi, dan perubahan
hubungan tulang)
2) USG
3) MRI (untuk mengetahui penyempitan jalur jaringan lunak melalui tulang)
4) DL, BT
5) Program latihan dan remobilisasi dimulai ketika kestabilan kondisi medis terjadi
meliputi latihan mobilitas di tempat tidur, latihan gerak sendi (pasif, aktif, dan
aktif dengan bantuan), latihan penguat otot-otot (isotonik, isometrik, isokinetik),
latihan koordinasi/keseimbangan, dan ambulasi terbatas.
6) Bila diperlukan, sediakan dan ajarkan cara penggunaan alat-alat bantu berdiri dan
ambulasi.
7) Manajemen miksi dan defekasi, termasuk penggunaan komod atau toilet.

b. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah dan urine
2) Pemeriksaan Hb
7. Penatalaksanaan
a. Edukasi pada pasien dan keluarga mengenai bahaya tirah baring lama,
pentingnya latihan bertahap dan ambulasi dini, serta mencegah ketergantungan
pasien dengan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari sendiri, semampu
pasien.
b. Program latihan dan remobilisasi dimulai ketika kestabilan kondisi medis
terjadi meliputi latihan mobilitas di tempat tidur, latihan gerak sendi (pasif,
aktif, dan aktif dengan bantuan), latihan penguat otot - otot (isotonik,
isometrik, isokinetik), latihan koordinasi/keseimbangan, dan ambulasi
terbatas.
c. Tatalaksana faktor risiko imobilisasi
d. Tatalaksana komplikasi akibat imobilisasi.
e. Pengaturan Posisi Tubuh sesuai Kebutuhan Pasien
Pengaturan posisi dalam mengatasi masalah kebutuhan mobilitas, digunakan
untuk meningkatkan kekuatan, ketahanan otot, dan fleksibilitas sendi. Posisi-
posisi tersebut, yaitu :
1) Posisi semi fowler (setengah duduk)
2) Posisi litotomi
3) Posisi dorsal recumbent
4) Posisi supinasi (terlentang)
5) Posisi pronasi (tengkurap)
6) Posisi lateral (miring)
f. Latihan ROM Pasif dan Aktif
Latihan ini baik ROM aktif maupun pasif merupakan tindakan pelatihan untuk
mengurangi kekakuan pada sendi dan kelemahan otot. Latihan-latihan itu,
yaitu :
1) Fleksi dan ekstensi pergelangan tangan
2) Fleksi dan ekstensi siku
3) Pronasi dan supinasi lengan bawah
4) Pronasi fleksi bahu
5) Abduksi dan adduksi
6) Rotasi bahu
8. Komplikasi
a. Denyut nadi frekuensinya mengalami peningkatan, irama tidak teratur
b. Tekanan darah biasanya terjadi penurunan tekanan sistol
c. Pernafasan mengalami peningkatan frekuensi, pernafasan cepat dan dangkal
d. Status emosi
(rosidawati, dkk 2008)
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian keperawatan
Fokus pengkajian yang harus dikaji pada pasien dengan kebutuhan aktivitas dan
istirahat
a. Identitas klien meliputi : nama, alamat, umur, pekerjaan, tanggal masuk rumah
sakit, nama penanggung jawab, nomor rekam medis, dan catatan kedatangan.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan utama merupakan keluhan yang paling dirasakan dan yang paling
sering mengganggu pasien pada saat itu.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan pasien yang
menyebabkan terjadi keluhan atau gangguan dalam mobilitas dan
imobilitas, seperti adanya nyeri, kelemahan otot, kelelahan, tingkat
mobilitas dan imobilitas, daerah terganggunya mobilitas dan imobilitas,
dan lama terjadinya gangguan mobilitas.
3) Riwayat Penyakit yang Pernah Diderita
Pengkajian riwayat penyakit yang berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan mobilitas, misalnya adanya riwayat penyakit system neurologis
(kecelakaan cerebrovascular, trauma kepala, peningkatan tekanan, riwayat
penyakit system musculoskeletal (osteoporosis, fraktur, artritis), riwayat
penyakit system pernapasan (penyakit paru obstruksi menahun,
pneumonia, dan lain-lain), riwayat pemakaian obat, seperti sedativa,
hipnotik, depresan system saraf pusat, laksansia, dan lain - lain.
4) Kemampuan Fungsi Motorik
Pengkajian fungsi motorik antara lain pada tangan kanan dan kiri,kaki
kanan dan kiri untuk menilai ada atau tidaknya kelemahan, kekuatan atau
spastis.
5) Kemampuan Mobilitas
Pengkajian kemampuan mobilitas dilakukan dengan tujuan untuk menilai
kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun, dan berpindah
tanpa bantuan.
6) Perubahan Intoleransi Aktivitas
Pengkajian intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan perubahan pada
system pernapasan, antara lain: suara napas, analisis gas darah, gerakan
dinding thorak, adanya mukus, batuk yang produktif diikuti panas, dan
nyeri
saat respirasi. Pengkajian intoleransi aktivitas terhadap perubahan system
kardiovaskular, seperti nadi dan tekanan darah, gangguan sirkulasi perifer,
adanya thrombus, serta perubahan tanda vital setelah melakukan aktivitas
atau perubahan posisi.
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang ditegakkan pada kasus ini yaitu
a. Gangguan Mobilitas Fisik (D.0054) b.d kerusakan integritas struktur tulang
d.d mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas, kekuatan otot menurun, rentang
gerak (ROM) menurun, nyeri saat bergerak, enggan melakukan pergerakan,
merasa cemas saat bergerak, sendi kaku, gerakan terbatas, fisik lemah.
b. Intoleransi Aktivitas (D.0056) b.d ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen, d.d mengeluh lelah, merasa lemah, frekuensi jantung
meningkat >20% dari kondisi istirahat.

3. Perencanaan Keperawatan

N Diagnosis Tujuan dan Kriteria


o Keperawatan Hasil Intervensi (SIKI) Rasional
(SDKI) (SLKI)
1 Gangguan Mobilitas Fisik Intervensi utama Observasi
Mobilitas Fisik (L.05042) Dukungan ambulasi 1. Membantu menentuka
(D.0054) b.d Setelah dilakukan (I.06171) derajat nye
kerusakan intervensi Observasi ataukeluhan fis
integritas struktur keperawatan 1. Identifikasi lainnya. kerusaka
tulang d.d selama…x…jam adanya nyeri dan kesulita
mengeluh sulit dalam ….x atau keluhan terhadap keadaa
menggerakkan pertemuan fisik lainnya yang dialami. 
ekstremitas diharapkan 2. Identifikasi 2. Mengidentifikasi
mobilitas fisik toleransi fisik kekuatan/kelemah
membaik dengan melakukan n dan dap
kriteria hasil : ambulasi memberikan
1. Pergerakan 3. Monitor informasi mengen
ekstremitas frekuensi pemulihan. 
meningkat jantung dan 3. Mengidentifikasikan
2. Kekuatan tekanan darah adanya  perubaha
otot sebelum tekanan darah da
meningkat memulai frekuensi jantun
3. Rentang ambulasi sebelum da
gerak 4. Monitor sesudah dilakuka
(ROM) kondisi umum ambulasi. 
meningkat selama 4. Mengetahui
4. Nyeri melakukan kecenderungan
menurun ambulasi tingkat kesadara
5. Kecemasan dan potensi
menurun Terapeutik peningkatan
6. Kaku sendi 1. Fasilitasi tekanan darah.
menurun aktivitas Terapeutik
7. Gerakan ambulasi 1. Membantu dala
tidak dengan alat peningkatan 
terkodinasi bantu ( mis aktifitas denga
menurun tongkat, kruk ) menggunkan al
8. Gerakan 2. Fasilitasi bantu 
Terbatas melakukan 2. Meminimalkan atro
menurun mobilisasi fisik, otot, meningkatka
9. Kelemahaa jika perlu sirkulasi,
n 3. Libatkan mencegahterjadiny
fisik keluarga untuk kontraktur 
menurun membantu 3. Membantu kebutuha
pasien dalam ambulasi  pasie
meningkatkan dengan bantua
ambulasi. keluarga.
Edukasi Edukasi
1. Jelaskan tujuan 1. Memberikan pemahama
dan prosedur mengenai manfa
ambulasi tindakan yan
2. Anjurkan untuk didahulukan.
melakukan 2. Meminimalkan atro
ambulasidini otot, meningkatka
3. Anjurkan sirkulasi,
ambulasi mencegahterjadinya
sederhana yang kontraktur.
harus 3. Membantu kembali jar
dilakukan saraf, meningkatka
( mis. Berjalan respon propioseptif da
dari tempat motoric
tidur ke kursi
roda, berjalan
dari tempat
tidur ke kamar
mandi, berjalan
sesuai
toleransi).
Dukungan Mobilisasi
Observasi
(I.05173)
1. Membantu menentuka
Observasi
derajat kerusakan da
1. Identifikasi
kesulitan terhada
adanya nyeri
keadaan yang dialami.
atau keluhan
2. Mengidentifikasi
fisik lainnya
kekuatan/kelemahan da
2. Identifikasi
dapat memberika
toleransi fisik
informasi mengen
melakukan
pemulihan.
pergerakan
3. Mengidentifikasikan
3. Monitor
adanya perubaha
frekuensi
tekanan darah da
jantung dan
frekuensi jantun
tekanan darah
sebelum dan sesuda
sebelum
dilakukan mobilisasi.
memulai
4. Mengetahui
mobilisasi
kecenderungan tingk
4. Monitor
kesadaran dan potensi
kondisi umum
peningkatan tekana
selama
darah.
melakukan
Terapeutik
mobilisasi
1. Membantu dala
Terapeutik
peningkatan aktifit
1. Fasilitasi
dengan menggunkan al
aktivitas
bantu.
mobilisasi
2. Meminimalkan atrofi
dengan alat
bantu (mis. otot, meningkatka
Pagar sirkulasi,
tempat tidur) mencegahterjadinya
2. Fasilitasi kontraktur.
melakukan Membantu kebutuha
gerak, jika mobilisasi pasiendenga
perlu bantuan keluarga
3. Libatkan Edukasi
keluarga untuk 1. Memberikan pemahama
membantu mengenai manfa
pasien dalam tindakan yan
meningkatkan didahulukan.
pergerakan 2. Meminimalkan atro
Edukasi otot, meningkatka
1. Jelaskan sirkulasi,
tujuan dan mencegahterjadinya
prosedur kontraktur
mobilisasi 3. Membantu kembali jar
2. Anjurkan saraf, meningkatka
melakukan respon propioseptif da
mobilisasi motorik.
dini
Intervensi
Pendukung
Manajemen Nyeri
(I08238)
Observasi
1. Identifikasi Observasi
1. membantu menentuka
lokasi,
derajat kerusakan da
karakteristik,
kesulitan terhada
durasi,
keadaan yang dialami.
frekuensi,
2. mengidentifikasi
kualitas,
kekuatan/kelemahan da
intensitas nyeri
2. Identifikasi dapat memberika
skala nyeri informasi mengen
3. Identifikasi pemulihan.
respon nyeri 3. mengkaji perluny
nonverbal mengidentifikasi
4. Identifikasi intervensi yang tepat.
factor yang 4. mengidentifikasi
memperingan kekuatan/kelemahan da
dan dapat memberika
memperberat informasi mengen
nyeri pemulihan.
5. Identifikasi Terapeutik
pengetahuan 1. Meningkatkan
dan keyakinan kenyamanan istirah
tentang nyeri serta dukunga
6. Identifikasi fisiologis/psikologis.
budaya 2. Mencegah kekakua
terhadap respon sendi, kontraktu
nyeri kelelahan oto
7. Identifikasi meningkatkan
pengaruh nyeri kembalinya aktivit
terhadap secara dini.
kualitas hidup 3. Untuk mengalihka
pasien pikiran pasien
8. Monitor efek 4. Mengoptimalkan ener
samping yang belum digunakan
penggunaan Edukasi
analgetik 1. Meningkatkan
9. Monitor kenyamanan istirah
keberhasilan serta dukunga
terapi fisiologis/psikologis.
komplementer 2. Meminimalkan atro
yang sudah otot, meningkatka
diberikan sirkulasi,
mencegahterjadinya
kontraktur.
Terapeutik 3. Mengidentifikasi
1. Berikan teknik kekuatan/kelemahan da
non dapat memberika
farmakologis informasi mengen
untuk pemulihan
meredakan 4. Mengidentifikasi
nyeri( aromater kekuatan/kelemahan da
api, terapi pijat, dapat memberika
hypnosis, informasi mengen
biofeedback, pemulihan
teknik imajinasi
terbimbimbing, Kolaborasi
teknik tarik 1. Mempercepat proses
napas dalam penyembuhan

dan kompres
hangat/ dingin,
terapi bermain)
2. Fasilitasi
istirahat tidur
3. Kontrol
lingkungan
yang
memperberat
nyeri (missal:
suhu ruangan,
pencahayaan
dan
kebisingan).
Edukasi
1. Jelaskan
penyebab,
periode dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan
strategi
meredakan
nyeri
3. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
4. Ajarkan teknik
nonfarmakologi
s untuk
mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu

2 Intoleransi Toleransi Aktivitas Intervensi Utama Observasi


5. membantu menentuka
Aktivitas (L.05047) Manajemen Nyeri
derajat kerusakan da
(D.0056) b.d Setelah dilakukan (I08238)
kesulitan terhada
ketidakseimbanga asuhan keperawatan Observasi
keadaan yang dialami.
n antara suplai selama ....x 24jam 1. Identifikasi
6. mengidentifikasi
dan kebutuhan diharapkan intoleransi lokasi,
kekuatan/kelemahan da
oksigen, d.d aktivitas meningkat karakteristik,
dapat memberika
mengeluh lelah dengan kriteria hasil : durasi,
informasi mengen
1. Kemudahan frekuensi,
pemulihan.
melakukan kualitas,
7. mengkaji perluny
aktivitas intensitas nyeri
mengidentifikasi
sehari-hari 2. Identifikasi
intervensi yang tepat.
meningkat skala nyeri
8. mengidentifikasi
2. Keluhan lelah 3. Identifikasi
menurun respon nyeri kekuatan/kelemahan da
3. Perasaan nonverbal dapat memberika
lemah 4. Identifikasi informasi mengen
menurun factor yang pemulihan.
Tekanan darah memperingan Terapeutik
membaik dan 5. Meningkatkan
memperberat kenyamanan istirah
nyeri serta dukunga
5. Identifikasi fisiologis/psikologis.
pengetahuan 6. Mencegah kekakua
dan keyakinan sendi, kontraktu
tentang nyeri kelelahan oto
6. Identifikasi meningkatkan
budaya kembalinya aktivit
terhadap respon secara dini.
nyeri 7. Untuk mengalihka
7. Identifikasi pikiran pasien
pengaruh nyeri 8. Mengoptimalkan ener
terhadap yang belum digunakan
kualitas hidup Edukasi
pasien 5. Meningkatkan
8. Monitor efek kenyamanan istirah
samping serta dukunga
penggunaan fisiologis/psikologis.
analgetik 6. Meminimalkan atro
9. Monitor otot, meningkatka
keberhasilan sirkulasi,
terapi mencegahterjadinya
komplementer kontraktur.
yang sudah 7. Mengidentifikasi
diberikan kekuatan/kelemahan da
dapat memberika
Terapeutik informasi mengen
1. Berikan teknik pemulihan
non 8. Mengidentifikasi
farmakologis kekuatan/kelemahan da
untuk dapat memberika
meredakan informasi mengen
nyeri( aromater pemulihan
api, terapi pijat,
hypnosis, Kolaborasi
biofeedback, 1. Mempercepat pros
teknik imajinasi penyembuhan
terbimbimbing,
teknik tarik
napas dalam
dan kompres
hangat/ dingin,
terapi bermain)
2. Fasilitasi
istirahat tidur
3. Kontrol
lingkungan
yang
memperberat
nyeri (missal:
suhu ruangan,
pencahayaan
dan
kebisingan).
Edukasi
1. Jelaskan
penyebab,
periode dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan
strategi
meredakan
nyeri
3. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
4. Ajarkan teknik
nonfarmakologi
s untuk
mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika Observasi
perlu 1. Membantu menentuka

Intervensi derajat nye

Pendukung ataukeluhan fis

Dukungan Mobilisasi lainnya. kerusaka

(I.06171) dan kesulita

Observasi terhadap keadaa

1. Identifikasi yang dialami. 

adanya nyeri 2. Mengidentifikasi

atau keluhan kekuatan/kelemah

fisik lainnya n dan dap

2. Identifikasi memberikan

toleransi fisik informasi mengen

melakukan pemulihan. 

ambulasi 3. Mengidentifikasikan

3. Monitor adanya  perubaha

frekuensi tekanan darah da

jantung dan frekuensi jantun

tekanan darah sebelum da

sebelum sesudah dilakuka

memulai ambulasi.
ambulasi 4. Mengetahui
4. Monitor kecenderungan
kondisi umum tingkat kesadara
selama dan potensi
melakukan peningkatan
ambulasi tekanan darah.
Terapeutik
4. Membantu dala
Terapeutik peningkatan 
1. Fasilitasi aktifitas denga
aktivitas menggunkan al
ambulasi bantu 
dengan alat 5. Meminimalkan atro
bantu ( mis otot, meningkatka
tongkat, kruk ) sirkulasi,
2. Fasilitasi mencegahterjadiny
melakukan kontraktur 
mobilisasi fisik, 6. Membantu kebutuha
jika perlu ambulasi  pasie
3. Libatkan dengan bantua
keluarga untuk keluarga.
membantu Edukasi
pasien dalam 4. Memberikan pemahama
meningkatkan mengenai manfa
ambulasi. tindakan yan
Edukasi didahulukan.
1. Jelaskan tujuan 5. Meminimalkan atro
dan prosedur otot, meningkatka
ambulasi sirkulasi,
2. Anjurkan untuk mencegahterjadinya
melakukan kontraktur.
ambulasidini 6. Membantu kembali jar
3. Anjurkan saraf, meningkatka
ambulas respon propioseptif da
sederhana yang motoric
harus
dilakukan
( mis. Berjalan
dari tempat
tidur ke kursi
roda, berjalan
dari tempat
tidur ke kamar
mandi, berjalan
sesuai
toleransi).

4. Implementasi
Perawat mengimplementasikan Tindakan yang telah diidentifikasi dalam rencana
asuhan keperawatan. Perawat mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan partisipasi klien dalam tindakan
keperawatan berpengaruh pada hasil yang diharapkan.

5. Evaluasi
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan
kepada pasien. Evaluasi dapat dibagi dua yaitu: Evaluasi proses atau formatif yang
dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan, evaluasi hasil tau sumatif yang
dilakukan dengan membandingkan antara respons pasien dan tujuan khusus serta
umum yang telah ditentukan. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan
pendekatan SOAP, sebagai berikut:
S : Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
dapat di ukur dengan menanyakan kepada pasien langsung.
O : Respon objektif pasien terhadap tinddakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
Dapat diukur dengan mengobservasi perilaku pasien pada saat tindakan dilakukan.
A : Analisis ulang atas data subjektif data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan
apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontradiksi
dengan masalah yang ada
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respon pasien yang
terdiri dari tindakan lanjut pasien dan tindakan lanjut oleh perawat.

DAFTAR PUSTAKA

Heriana, P. (2014). Buku ajar kebutuhan dasar manusia. Tangerang : Binarupa Aksara.
Mubarak & Chayatin (2008), Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi dalam
Praktik, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan : DPP PPNI

Tim Pokja DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.

Potter & Perry. 2010. Fundamental of Nursing Fundamental Keperawatan, Buku 3 Edisi7.
Jakarta: Elsevier

Price, A. Sylvia., & Lorraine, M. Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai