Disusun Oleh :
TAHUN 2023/2024
LAPORAN PENDAHULUAN
3. Patofisiologi
Penyebab utama imobilisasi adalah adanya nyeri, lemah, kekakuan otot,
ketidakseimbangan, dan masalah psikologis, kekhawatiran keluarga yang
berlebihan dapat menyebabkan orang usia lanjut terus menerus berbaring di
tempat tidur baik diumah maupun di rumah sakit (Setiati dan Roosheroe,2012).
Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem
otot, skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Penyebab gangguan
mobilitas fisik terjadi karena trauma pada sistem muskuloskeletal yang
menyebabkan gangguan pada otot dan skeletal. Pengaruh otot terjadi karena
pemecahan protein terus menerus sehingga kehilangan massa tubuh dibagian otot.
Massa otot semakin menurun karena otot tidak dilatih sehingga menyebabkan
atrofi sehingga pasien tidak mampu bergerak terus menerus.
Pasien yang mengalami tirah baring lama berisiko mengalami kontraktur
karena sendi-sendi tidak digerakan. Imobilisasi atau tirah baring juga dapat
menyebabkan penurunan fungsi sensorik, perubahan emosional atau perilaku
seperti : permusuhan, perasaan pusing, takut, dan perasaan tak berdaya samapi
ansietas ringan bahkan sampai psikosis, depresi karena perubahan peran dan
konsep diri, gangguan pola tidur karena perubahan rutinitas atau lingkungan, dan
perubahan koping.
Imobilitas yang lama durasinya juga akan mengakibatkan bahaya psikologis
yang semakin besar pada pasien pasca laparatomi dan sectiocaesarea (Potter &
Perry, 2012)
4. Pohon Masalah
Gangguan Mobilisasi
Ketidakaktifan
Gangguan Metabolisme
Muskuloskeletal
Kelemahan Otot
Hambatan Mobilitas
Fisik
Kekurangan Energi
Intoleransi Aktivitas
5. Gejala Klinis
a. Gangguan Mobilitas Fisik
Gejala dan tanda Mayor
Subjektif
1) Mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas
Objektif
Objektif
1) Sendi kaku
2) Gerakan tidak terkoordinasi
3) Gerakan terbatas
4) Fisik lemah
b. Intoleransi Aktivitas
Subjektif
1) Mengeluh lelah
Objektif
Subjektif
Objektif
b. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah dan urine
2) Pemeriksaan Hb
7. Penatalaksanaan
a. Edukasi pada pasien dan keluarga mengenai bahaya tirah baring lama,
pentingnya latihan bertahap dan ambulasi dini, serta mencegah ketergantungan
pasien dengan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari sendiri, semampu
pasien.
b. Program latihan dan remobilisasi dimulai ketika kestabilan kondisi medis
terjadi meliputi latihan mobilitas di tempat tidur, latihan gerak sendi (pasif,
aktif, dan aktif dengan bantuan), latihan penguat otot - otot (isotonik,
isometrik, isokinetik), latihan koordinasi/keseimbangan, dan ambulasi
terbatas.
c. Tatalaksana faktor risiko imobilisasi
d. Tatalaksana komplikasi akibat imobilisasi.
e. Pengaturan Posisi Tubuh sesuai Kebutuhan Pasien
Pengaturan posisi dalam mengatasi masalah kebutuhan mobilitas, digunakan
untuk meningkatkan kekuatan, ketahanan otot, dan fleksibilitas sendi. Posisi-
posisi tersebut, yaitu :
1) Posisi semi fowler (setengah duduk)
2) Posisi litotomi
3) Posisi dorsal recumbent
4) Posisi supinasi (terlentang)
5) Posisi pronasi (tengkurap)
6) Posisi lateral (miring)
f. Latihan ROM Pasif dan Aktif
Latihan ini baik ROM aktif maupun pasif merupakan tindakan pelatihan untuk
mengurangi kekakuan pada sendi dan kelemahan otot. Latihan-latihan itu,
yaitu :
1) Fleksi dan ekstensi pergelangan tangan
2) Fleksi dan ekstensi siku
3) Pronasi dan supinasi lengan bawah
4) Pronasi fleksi bahu
5) Abduksi dan adduksi
6) Rotasi bahu
8. Komplikasi
a. Denyut nadi frekuensinya mengalami peningkatan, irama tidak teratur
b. Tekanan darah biasanya terjadi penurunan tekanan sistol
c. Pernafasan mengalami peningkatan frekuensi, pernafasan cepat dan dangkal
d. Status emosi
(rosidawati, dkk 2008)
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian keperawatan
Fokus pengkajian yang harus dikaji pada pasien dengan kebutuhan aktivitas dan
istirahat
a. Identitas klien meliputi : nama, alamat, umur, pekerjaan, tanggal masuk rumah
sakit, nama penanggung jawab, nomor rekam medis, dan catatan kedatangan.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan utama merupakan keluhan yang paling dirasakan dan yang paling
sering mengganggu pasien pada saat itu.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan pasien yang
menyebabkan terjadi keluhan atau gangguan dalam mobilitas dan
imobilitas, seperti adanya nyeri, kelemahan otot, kelelahan, tingkat
mobilitas dan imobilitas, daerah terganggunya mobilitas dan imobilitas,
dan lama terjadinya gangguan mobilitas.
3) Riwayat Penyakit yang Pernah Diderita
Pengkajian riwayat penyakit yang berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan mobilitas, misalnya adanya riwayat penyakit system neurologis
(kecelakaan cerebrovascular, trauma kepala, peningkatan tekanan, riwayat
penyakit system musculoskeletal (osteoporosis, fraktur, artritis), riwayat
penyakit system pernapasan (penyakit paru obstruksi menahun,
pneumonia, dan lain-lain), riwayat pemakaian obat, seperti sedativa,
hipnotik, depresan system saraf pusat, laksansia, dan lain - lain.
4) Kemampuan Fungsi Motorik
Pengkajian fungsi motorik antara lain pada tangan kanan dan kiri,kaki
kanan dan kiri untuk menilai ada atau tidaknya kelemahan, kekuatan atau
spastis.
5) Kemampuan Mobilitas
Pengkajian kemampuan mobilitas dilakukan dengan tujuan untuk menilai
kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun, dan berpindah
tanpa bantuan.
6) Perubahan Intoleransi Aktivitas
Pengkajian intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan perubahan pada
system pernapasan, antara lain: suara napas, analisis gas darah, gerakan
dinding thorak, adanya mukus, batuk yang produktif diikuti panas, dan
nyeri
saat respirasi. Pengkajian intoleransi aktivitas terhadap perubahan system
kardiovaskular, seperti nadi dan tekanan darah, gangguan sirkulasi perifer,
adanya thrombus, serta perubahan tanda vital setelah melakukan aktivitas
atau perubahan posisi.
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang ditegakkan pada kasus ini yaitu
a. Gangguan Mobilitas Fisik (D.0054) b.d kerusakan integritas struktur tulang
d.d mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas, kekuatan otot menurun, rentang
gerak (ROM) menurun, nyeri saat bergerak, enggan melakukan pergerakan,
merasa cemas saat bergerak, sendi kaku, gerakan terbatas, fisik lemah.
b. Intoleransi Aktivitas (D.0056) b.d ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen, d.d mengeluh lelah, merasa lemah, frekuensi jantung
meningkat >20% dari kondisi istirahat.
3. Perencanaan Keperawatan
dan kompres
hangat/ dingin,
terapi bermain)
2. Fasilitasi
istirahat tidur
3. Kontrol
lingkungan
yang
memperberat
nyeri (missal:
suhu ruangan,
pencahayaan
dan
kebisingan).
Edukasi
1. Jelaskan
penyebab,
periode dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan
strategi
meredakan
nyeri
3. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
4. Ajarkan teknik
nonfarmakologi
s untuk
mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu
2. Identifikasi memberikan
melakukan pemulihan.
ambulasi 3. Mengidentifikasikan
memulai ambulasi.
ambulasi 4. Mengetahui
4. Monitor kecenderungan
kondisi umum tingkat kesadara
selama dan potensi
melakukan peningkatan
ambulasi tekanan darah.
Terapeutik
4. Membantu dala
Terapeutik peningkatan
1. Fasilitasi aktifitas denga
aktivitas menggunkan al
ambulasi bantu
dengan alat 5. Meminimalkan atro
bantu ( mis otot, meningkatka
tongkat, kruk ) sirkulasi,
2. Fasilitasi mencegahterjadiny
melakukan kontraktur
mobilisasi fisik, 6. Membantu kebutuha
jika perlu ambulasi pasie
3. Libatkan dengan bantua
keluarga untuk keluarga.
membantu Edukasi
pasien dalam 4. Memberikan pemahama
meningkatkan mengenai manfa
ambulasi. tindakan yan
Edukasi didahulukan.
1. Jelaskan tujuan 5. Meminimalkan atro
dan prosedur otot, meningkatka
ambulasi sirkulasi,
2. Anjurkan untuk mencegahterjadinya
melakukan kontraktur.
ambulasidini 6. Membantu kembali jar
3. Anjurkan saraf, meningkatka
ambulas respon propioseptif da
sederhana yang motoric
harus
dilakukan
( mis. Berjalan
dari tempat
tidur ke kursi
roda, berjalan
dari tempat
tidur ke kamar
mandi, berjalan
sesuai
toleransi).
4. Implementasi
Perawat mengimplementasikan Tindakan yang telah diidentifikasi dalam rencana
asuhan keperawatan. Perawat mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan partisipasi klien dalam tindakan
keperawatan berpengaruh pada hasil yang diharapkan.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan
kepada pasien. Evaluasi dapat dibagi dua yaitu: Evaluasi proses atau formatif yang
dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan, evaluasi hasil tau sumatif yang
dilakukan dengan membandingkan antara respons pasien dan tujuan khusus serta
umum yang telah ditentukan. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan
pendekatan SOAP, sebagai berikut:
S : Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
dapat di ukur dengan menanyakan kepada pasien langsung.
O : Respon objektif pasien terhadap tinddakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
Dapat diukur dengan mengobservasi perilaku pasien pada saat tindakan dilakukan.
A : Analisis ulang atas data subjektif data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan
apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontradiksi
dengan masalah yang ada
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respon pasien yang
terdiri dari tindakan lanjut pasien dan tindakan lanjut oleh perawat.
DAFTAR PUSTAKA
Heriana, P. (2014). Buku ajar kebutuhan dasar manusia. Tangerang : Binarupa Aksara.
Mubarak & Chayatin (2008), Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi dalam
Praktik, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan : DPP PPNI
Tim Pokja DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.
Potter & Perry. 2010. Fundamental of Nursing Fundamental Keperawatan, Buku 3 Edisi7.
Jakarta: Elsevier
Price, A. Sylvia., & Lorraine, M. Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta : EGC.