DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 9
1. AFIYAH DEVI AZZAHRO (202301073)
2. NINA AMELIA RAHAYU (202301074)
3. FAHREZA CAHYA BUANA (202301075)
S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih
ekstremitas secara mandiri,misalnya pada seseorang yang mengalami gangguan
musculoskeletal,gangguan neuromuscular, kerusakan integritas struktur tulang ,kekakuan
sendi,dan penurunan kekuatan otot.
Mobilitas merupakan kegiatan penting pada periode post operasi untuk mencegah
komplikasi.Kemampuan pasien untuk mencegah komplikasi.Kemampuan pasien untuk
memberi kesempatan pada pergerakan yang maksimal.Bergerak dan beraktifitas diatas
tempat tidur membantu mencegah komplikasi pada sistem
pernapasan,kardiovaskuler,mencegah decubitus, di Indonesia sendiri kasus yang
berhubungan dengan mobilitas fisik dapat dijumpai dengan pasien stroke,trauma benda
tajam.
Hambatan mobilitas fisik ini disebabkan karena adanya kerusakan pada Upper
Motoric Neuron (UMN) dan mengakibatkan kehilangan kontrol volunter terhadap gerakan
motorik sehingga terjadi kelumpuhan yng sifatnya spastik pada penderita stroke.Apabila
kelemahan atau penurunan pada kontraksi otot tidak diatasi dan dikelola dengan baik,
maka kondisi ini akan banyak menimbulkan banyak permasalahan.Permasalahan ini yang
timbul salah satunya yaiu hambatan mobilitas fisik yang akan menyebabkan gangguan
kesejajaran tubuh,keterbatasan rentang gerak,gangguan keseimbangan dan gangguan
motorik yang apabila tidak digunakan dalam waktu yang lama dapat berakibat pada
atrofi,cidera,dan juga pengeroposan tulang.
Dampak dari imobilitas dalam tubuh dapat mempengaruhi sistem tubuh , seperti
perubahan pada metabolism tubuh ,ketidak seimbangan cairan dan elektrolit, gangguan
dalam kebutuhan nutrisi , gangguan fungsi gastrointesnital, perubahan kulit, perubahan
eliminasi (buang air besar dan air kecil )
Individu yang mengalami gangguan gerak akan berdampak pada aktivitas sehari-
harinya maka perlu dilakukan latihan mobilisasi diperlukan untuk meningkatkan
kemandirian diri, yaitu harga diri dan citra tubuh.Adapun jenis rentang gerak mobilitas dini
yaitu rentang gerak pasif berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian
dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan
menggerakkan kaki pasien.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan dalam latar belakang masalah di atas, maka dapat disusun
rumusan yaitu “Gangguan Mobilitas Fisik”.
C. Tujuan Makalah
1. Tujuan umum
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan studi kasus ini yaitu untuk
mempelajari dan memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan
keperawatan dengan masalah gangguan mobilitas fisik atau Melakukan Asuhan
Keperawatan pada Pasien dengan Masalah Gangguan Mobilitas Fisik.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penulisan ini adalah diperolehnya gambaran asuhan
keperawatan yang meliputi :
D. Manfaat Makalah
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat serta menambah wawasan,
pengetahuan dan informasi mengenal tentang Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Masalah Gangguan Mobilitas Fisik
Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan pembelajaran untuk referensi
lebih lanjut pada mahasiswa khususnya dalam bidang keperawatan.
2. Manfaat praktis
A. Bagi masyarakat
Penelitian ini dapat memberikan informasi penting kepada masyarakat serta dapat
memberikan pengetahuan dan pembelajaran agar dapat mencegah dan lebih berhati-
hati terhadap penyakit ini.
Sebagai bahan masukan bagi warga masyarakat sebagai bahan referensi dan dapat
dijadikan bukti nyata dalam penerapan Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Masalah Gangguan Mobilitas Fisik.
B. Institut pendidikan
Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan pembelajaran untuk referensi
lebih lanjut pada mahasiswa khusunya dalam bidang keperawatan.
Menambah bahan pustaka atau bahan bacaan sehingga menambah pengetahuan
pembaca khususnya mahasiswa Universitas Bina Sehat PPNI Mojokerto.
C. Keluarga
Menambah wawasan dan pengetahuan keluarga tentang masalah gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi pada kasus gangguan mobilitas fisik.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Gangguan Mobilitas Fisik adalah keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau
lebih ekstremitas secara mandiri. Merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat
bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan (aktivitas),
misalnya trauma tulang belakang., cedera otak berat disertai fraktur pada ekstremitas,
dan sebagainya. Gangguan mobilitas fisik didefinisikan oleh North American Nursing
Diagnosis Association (NANDA) sebagai suatu keadaan dimana individu yang
mengalami keterbatasan gerakan fisik.
Individu yang mengalami keterbatasan gerakan fisik antara lain: lansia, individu
dengan penykit yang mengalami penurunan kesadaran lebih dari 3 hari atau lebih,
individu yang kehilangan fungsi anatomic akibat perubahan fisiologi (kehilangan fungsi
motoric, klien pengguna kursi roda) pengguna alat eksternal (seperti gips atau traksi)
dan pembatasan gerakan volunteer atau gangguan fungsi motoric dan rangka.
Penanganan terhadap gangguan mobilitas fisik yaitu dapat diberikan kompres air
hangat yang memiliki tujuan memperlancar sirkulasi darah, mengurangi rasa sakt,
memberi rasa nyaman dan tenang sehingga dapat mengurangi terjadinya nyeri pada saat
melakukan mobilitas fisik.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnose keperawatan yang ditegakkan pada gangguan mobilitas fisik
adalah suatu penilaian klinis mengenai respons klien terhadap masalah keehatan
atau proses kehidupan yang berlangsung potensial maupun aktual yang dimana
bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas
terhadap situasi yeng berkaitan dengan kesehatan.
Gangguan mobilitas fisik dalam kategori fisiologis. Kategori fisiologis
sendiri terdiri dari beberapa subkatergori, antara lain respirasi, sirkulasi, nutrisi
dan cairan, eliminasi, aktivitas dan istirahat, neurosensory, serta reproduksi dan
seksualitas. Gangguan mobalitas fisik masuk dalam subkategori aktivitas dan
istirahat bersama dengan masalah keperawatan disorganisasi perilaku bayi,
gangguan pola tidur, intoleransi aktivitas, kaletihan, kesiapan peningkatan tidur
risiko disorgonisasi perilaku bayi, dan risiko intoleransi aktivitas.
Gejala dan tanda mayor dalam mobilitas fisik
Subjektif:
1. mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas
Objektif:
1. kekuatan otot menurun
2, rentang gerak (rom) menurun
Subjektif:
1. nyeri saat bergerak
2. enggan melakukan pergerakan
3. merasa cemas saat bergerak
Objektif:
1. sendi kaku
2. gerakan tidak terkoodinasi
3. gerakan terbatas
4. fisik lemah
3. Intervensi Keperawatan