Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT DENGAN GANGGUAN MOBILITAS FISIK PADA

PASIEN RADIKULOPATI LUMBAR DI RSUD dr. SLAMET GARUT

Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah KDM (Kebutuhan Dasar Manusia)

Disusun oleh :

SITI NUR AZIZAH

KHGC18103

STIKes KARSA HUSADA GARUT

2022
AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT DENGAN GANGGUAN MOBILITAS FISIK

KONSEP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA (KDM)

A. LATAR BELAKANG

Radikulopati adalah suatu keadaan yang berhubungan dengan gangguan fungsi dan

struktur radiks atau kerusakan pada akar saraf disekitar area tulang belakang sedangkan

radikulopati lumbar merupakan bentuk radikulopati pada daerah lumbar yang disebabkan

oleh iritasi atau kompresi dari radiks saraf lumbal, keluhan nyeri punggung bawah (low

back pain) Sering didapatkan. Pada kasus ini pasien mengatakan sudah 4 bulan dan sampai

sekarang tidak bisa berjalan sendiri dan harus dibantu oranglain. Gejala yang timpul pada

pasien ini biasanya sering mengalami nyeri punggung bawah yang menjalar ke ekstermitas

bawah sesuai dengan dermatoma saraf yang terkena, gejala lain yang mungkin timbul yaitu

mati rasa, kelemahan anggota gerak bawah dan hilangnya refleks.

B. PENGERTIAN

1. Pengertian Aktivitas Dan Istirahat

Aktivitas adalah suatu energy atau keadaan bergerak dimana manusia

memerlukannya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu tanda kesehatan

adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan dan

bekerja. Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan system

persarafan dan muskuloskeletel.

Kebutuhan aktivitas (pergerakan) merupakan satu kesatuan yang saling

berhubungan dengan kebutuhan dasar dan tidur, dan saling mempengaruhi manusia yang

lain seperti istirahat.


Aktivitas sebagai salah satu tanda bahwa seseorang itu dalam keadaan sehat.

Seseorang dalam rentang sehat dilihat dari bagaimana kemampuannya dalam melakukan

berbagai aktivitas seperti misalnya berdiri, berjalan dan bekerja. Kemampuan aktivitas

seseorang itu tidak terlepas dari keadekuatan system persarafan dan musculoskeletal.

Aktivitas sendiri sebagai suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia

memerlukan hal tersebut agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

2. Definisi Gangguan Mobilitas Fisik

a. Mobilitas

Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara

mudah, bebas dan teratur untuk mencapai suatu tujuan, yaitu untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya baik secara mandiri maupun dengan bantuan orang lain dan

hanya dengan bantuan alat (Widuri, 2010). Mobilitas adalah proses yang kompleks yang

membutuhkan adanya koordinasi antara sistem muskuloskeletal dan sistem saraf (P.

Potter, 2010)

Jadi mobilitas atau mobilisasi adalah kemampuan individu untuk bergerak secara

bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna

mempertahankan kesehatannya untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara

mandiri.

b. Gangguan Mobilitas Fisik

Gangguan mobilitas fisik (immobilisasi) didefinisikan oleh North

American Nursing Diagnosis Association (NANDA) sebagai suatu kedaaan

dimana individu yang mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan gerakan fisik.

Individu yang mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan gerakan fisik


antara lain : lansia, individu dengan penyakit yang mengalami penurunan kesadaran

lebih dari 3 hari atau lebih, individu yang kehilangan fungsi anatomic akibat perubahan

fisiologik (kehilangan fungsi motorik, klien dengan stroke, klien penggunaa kursi roda),

penggunaan alat eksternal (seperti gips atau traksi), dan pembatasan gerakan volunter,

atau gangguan fungsi motorik dan rangka (Kozier, Erb, & Snyder, 2010).

3. Jenis Mobilitas

a. Mobilitas penuh merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara

penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran

sehari-hari. Mobilitas penuh ini merupakan fungsi saraf motorik volunter dan

sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang.

b. Mobilitas sebagian merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan

batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh

Mobilitas sebagian permanen merupakan kemampuan individu untuk

bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan oleh

rusaknya sistem saraf yang reversibel, contohnya terjadi hemiplegia karena stroke,

parapelgia karena cedera tulang belakang, poliomielitis karena terganggunya sistem

saraf motorik dan sensorik (Widuri, 2010).

C. ETIOLOGI

Faktor penyebab terjadinya gangguan mobilitas fisik yaitu :

a. Penurunan kendali otot

b. Penurunan kekuatan otot

c. Kekakuan sendi

d. Kontraktur
e. Gangguan muskuloskletal

f. Gangguan neuromuskular

g. Keengganan melakukan pergerakan (Tim Pokja DPP PPNI, 2017)

D. PATOFISIOLOGI

Proses terjadinya gangguan aktivitas tergantung dari penyebab gangguan yang terjadi.

Ada tiga hal yang dapat menyebabkan gangguan tersebut, diantaranya adalah :

1) Kerusakan Otot

Kerusakan otot ini meliputi kerusakan anatomis maupun fisiologis otot. Otot berperan

sebagai sumber daya dan tenaga dalam proses pergerakan jika otot terganggu. Otot

dapat rusak oleh beberapa hal seperti trauma langsung oleh benda tajam yang

merusak kontinuitas otot, kerusakan tendon atau ligament.

2) Gangguan pada skelet

Rangka yang menjadi penopang sekaligus poros pergerakan dapat terganggu pada

kondisi tertentu hingga mengganggu pergerakan atau mobilisasi. Beberapa penyakit

yang dapat mengganggu bentuk, ukuran maupun fungsi dan sistem ranfka diantaranya

adalah fraktur, radang sendi, kekakukan sendi dll.

3) Gangguan pada sistem persyarafan

Syaraf berperan penting dalam menyampaikan impuls ke otak, impuls tersebut

merupakan perintah dan koordinasi antara otak dan anggota gerak, jika syaraf

terganggu maka akan terjadi gangguan diantaranya satunya gangguan mobilitas.

E. TANDA DAN GEJALA

Adapun tanda dan gejala pada gangguan mobilitas fisik yaitu :

1. Gejala dan tanda mayor


a) Subjektif : Mengeluh sulit menggerakan ektermitas

b) Objektif : Kekuatan otot menurun, rentang gerak (ROM) menurun

2. Gejala dan tanda minor

a) Subjektif : Nyeri saat bergerak, enggan melakukan pergeraka, merasa cemas saat

bergerak.

b) Objektif : Sendi kaku, gerakan tidak terkondisikan, gerak terbatas, fisik lemah.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

- Fungsi jantung : EKG, exercise stress test, echocardiography

- Ventilasi dan oksigen : spirometri, oksimetri, pemeriksaan darah lengkap

- Struktur sistem pernafasan : X-ray thorax, bronkhoskopi, CT Scan paru

- Infeksi sistem pernafasan : kultur apus tenggorok, sitologi, BTA

G. PATHWAY

Pengkajian aktifitas dan latihan

Masalah pergerakan

Adanya keterbatasan pergerakan fisik tubuh secara mandiri dan terarah pada satu ekstremitas
atau lebih

Gangguan Mobilitas Fisik

H. PENGKAJIAN

Dalam suhan keperawatan langkah pertama dalam proses keperawatan adalah

pengkajian, langkah pertama pengkajian dapat dimulai dengan pengumpulan data,

pengumpulan data dapat dibagi atas data dasar yaitu data yang menyangkut tentang

identitas pasien, data fokus yaitu data dikaji tentang masalah yang dihadapi oleh pasien
pada saat itu, data subjektif yaitu data yang berasal dari perkataan pasien dan data

objektif data yang didapatkan dari hasil pengamatan perawat, serta pendokumentasian

yang lengkap tentang kebutuhan pasien yang dapat meningkatkan kekuatan dalam

memberikan peroses asuhan keperawatan.

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN

 Gangguan Mobilitas Fisik b.d Nyeri

J. FOKUS INTERVENSI

1. Gangguan mobilitas fisik

2. Tujuan dan Kriteria (SLKI)

Setelah dilakukan perawatan didaptakan kriteria hasil :

- Pergerakan ekstermitas meningkat

- Kekuatan otot meningkat

- Nyeri menurun

- Gerakan terbatas menurun

- Kelemahan fisik menurun

3. Intervensi (SIKI) :

Dukungan mobilisasi observasi

- Mengidentifikasi adanya nyeri keluhan fisik yang lainnya

- Identifikasi toleran fisik melakukan pergerakan

- Monitor konsisi umum selama melakukan mobilisasi

Terapeutik

- Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (misal. Pagar tempat tidur)

- Fasilitasi pergerakan, jika perlu


Edukasi

- Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi

- Anjurkan melakukan mobilisasi dini

- Informasikan kepada keluarga pasien untuk memberikan dukungan kepada

pasien

- Berikan terapi komplementer

- Berikan kompres hangat pada sendi yang kaku

KONSEP PENYAKIT RADIKULOPATI LUMBAR

A. PENGERTIAN RADIKULOPATI LUMBAR

Radikulopati adalah suatu keadaan yang berhubungan dengan gangguan fungsi dan

struktur radiks atau kerusakan pada akar saraf disekitar area tulang belakang.

Radikulopati lumbar merupakan bentuk radikulopati pada daerah lumbar yang

disebabkan oleh iritasi atau kompresi dari radiks saraf lumbal, keluhan nyeri punggung

bawah (low back pain) Sering didapatkan.

B. ETIOLOGI

Terdapat tiga faktor penyebab terjadinya radikulopati, yaitu proses kompresif salah

satunya terjadi karena dislokasi traumatik fraktur kompresif dsb, proses inflamasi, dan

proses degeneratif sesuai dengan struktur dan lokasi terjadinya proses patologis.

C. PATOFISOLOGI

Patofisiologi radikulopati lumbar bergantung pada penyakit yang mendasarinya.

Secara umum, radikulopati lumbar dapat timbul akibat kompresi, iritasi atau inflamasi pada

saraf lumbar dan radiksnya. Pola penyebaran akan sesuai dengan dermatoma atau miotoma

yang terlibat.
Proses Kompresif pada Lumbal Spinalis :

Pergerakan antara vertebral L4-L5 dan L5-S1 lebih leluasa sehingga lebih sering terjadi

gangguan. Vertebra lumbalis memiliki beban yang besar untuk menahan bagian atas tubuh

sehingga tulang, sendi, nukleus, dan jaringan lunaknya lebih besar dan kuat. Pada banyak

kasus, proses degenerasi dimulai pada usia lebih awal seperti pada masa remaja dengan

degenerasi nukleus pulposus yang diikuti protusi atau ekstrasi diskus. Secara klinis yang

sangat penting adalah arah protusi ke posterior, medial, atau ke lateral yang menyebabkan

tarikan malah robekan nukleus fibrosus.

D. PATHWAY

Masalah muskuloskeletal

Kontraksi punggung

Tulang belakang menyerap goncangan vertikal

Otot ekstermitas melemah Terjadi perubahan dengan discus

Susun atas fibri fertilgo dan matrik gelatinus

Gangguan mobilitas fisik

Fibri kartilago padat dan tidak teratur

Kerusakan sendi pusat

Menekan akar syaraf


Nyeri

E. TANDA DAN GEJALA

Secara umum, tanda dan gejala radikulopati adalah sebagai berikut:

1) Rasa nyeri berupa nyeri tajam yang menjalar dari daerah parasentral dekat vertebra

hingga kearah ektermitas. Rasa nyeri ini mengikuti pola dermatomal.

2) Paresthesia yang mengikuti pola dermatol

3) Hilang atau berkurangnya sensorik (hipesthesia) di permukaan kulit sepanjang distribusi

dermatom radiks yang bersangkutan.

4) Kelemahan otot-otot dipersarafi radiks yang bersangkutan

5) Refleks tendon pada daerah yang dipersarafi radiks yang bersangkutan menurun atau

bahkan menghilang

Tanda dan Gejala Radikulopati pada Daerah Lumbal

- Rasa nyeri pada daerah skroiliaka yang menjalar hingga ke bokong, paha, betis, dan

kaki. Nyeri dapat ditimbulkan dengan Valsava Maneuvers (seperti : batuk, berin atau

mengedan saat defekasi).

- Pada ruptur diskus intervertebra, dirasakan lebih berat bila penderita sedang duduk atau

akan berdiri. Ketika duduk penderita akan menjaga lututnya dalam keadaan fleksi dan

menumpukan berat badannya pada bokong yang berlawanan. Ketika akan berdiri

penderita menopang dirinya pada sisi yang sehat, meletakan tangannya di punggung,

menekuk tungkai yang tertekan. Nyeri mereda ketika pasien berbaring. Umumnya

penderita merasa nyaman dengan berbaring terlentang disertai fleksi coxae dan lutut,

serta bahu disangga dengan bantal untuk mengurangi lordosis lumbal.


- Gangguan postur atau kurvatura vertebra.

- Ketiak pasien berdiri, dapat ditemukan gluteal fold yang menggantung dan tampak

lipatan kulit tambahan karena otot gluteus yang lemah.

- Dapat ditemukan nyeri tekan pada stiatic noth dan sepanjang nervus iskiadikus.

- Pada kompresi radiks spinal yang berat, dapat ditemukan gangguan sensasi paresthesia,

kelemahan otot dan gangguan refleks tendon.

F. PENGKAJIAN RIWAYAT PENYAKIT

a) Timbulnya gejala pada pasien dengan radikulpati lumbal sering tiba-tiba dan berupa

nyeri punggung berat. Beberapa pasien menyatakan nyeri punggung yang sudah ada

sebelumnya menghilang ketika sakit pada kak mulai terasa.

b) Duduk batuk atau bersin dapat memperburuk rasa sakit, yang menjalar dari bokong dan

turun ke tungkai kaki posterior atau posterolateral menuju daerah kaki.

c) Tanyakan apakah ada gangguan sensasi (seperti : kesemutan, baal, dan rasa terbakar)

dan gangguan kerkemih serta defekasi.

d) Tanyakan penjalaran dari nyeri, kelemahan otot dan adanya perubahan postur tubuh,

cara duduk dan berdir, kesulitan ketika berdiri setelah duduk atau berbaring dan

perubahan dalam posisi berjalan.

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang lengkap adalah suatu hal yang penting. Penting memperhatikan

abnormalitas postur, deformitas, nyeri tekan dan spasme otot. Pada pemeriksaan neurologis

harus diperhatikan :

 Gangguan sensorik

 Gangguan motorik (pemeriksaan kekuatan otot, atrofi, fasikulasi dan spasme otot)
 Perubahan refleks : pemeriksaan panggul dan rektum perlu dilakukan untuk

menyingkirkan adanya neoplasma dan infeksi diluar vertebra.

 Tes Lesegue

 Modifikasi/variasi tes lesegue

 Tes Lesegue silang

 Nerve Pressure Sign

 Nffziger Test (dilakukan dengan menekan vena jugularis selama 2 menit)

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

- Radiografi atau Foto Polos Roentgen

- MRI (merupakan pemeriksaan penunjang yang utama untuk mendeteksi kelainan

diskus intervertebral) dan CT-Scan (Dapat memberikan gambaran struktur anatomi

tulang vertebra dengan baik, dan memberikan gambaran yang bagus untuk herniasi

diskus intervertebral).

- Myleography : Pemeriksaan ini memberikan gambaran anatomis yang detail, terutama

elemen osseus vertebra. Myelography merupakan proses yang invasif, karena

melibatkan penetrasi pada ruang subarakhnoid. Secara umum myelogram dilakukan

sebagai tes preoperative dan seringkali dilakukan bersamaan dengan CT-Scan.

- Nerve Conduction Study (NCS) dan Electromyography (EMG) : NCS dan EMG sangat

membantu untuk membedakan asal nyeri atau untuk menentukan keterlibatan saraf,

apakah dari radiks, pleksus saraf, atau saraf tunggal. Selain itu, pemeriksaan ini juga

membantu menentukan lokasi kompresi radiks saraf.

- Laboratorium : Pemeriksaan darah perifer lengkap, laju endap darah, faktor rematoid,

fosfatase alkali/asam, dan kalsium.


DAFTAR PUSTAKA

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. Jakarta : EGC
Tarwoto-Martonah. 2004. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan, Edisi I. Jakarta :
Salemba Medika
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2012 .Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai