OLEH :
DHANDI
NIM: 201133015
1
LEMBAR PENGESAHAN
Pembimbing
2
BAB I
KONSEP DASAR MOBILISASI
1. Pengertian
Mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara
bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas
guna mempertahankan kesehatannnya. Mobilisasi merupakan kemampuan
seseorang untuk bergerak bebas, mudah, teratur, mempunyai tujuan
memenuhi kebutuhan hidup sehat, dan penting untuk kemandirian (Barbara
kozzier, 2010). Mobilisasi yaitu proses aktivitas yang dilakukan setelah
operasi dimulai dari latihan ringan diatas tempat tidur sampai denganbisa
turun dari tempat tidur, berjalan ke kamar mandi dan berjalan ke luar kamar
(Brunner & Suddarth, 2013).
Mobilitas adalah proses yang kompleks yang membutuhkan adanya
koordinasi antara sistem muskuloskeletal dan sistem saraf (P. Potter, 2010).
Carpenito (2013) menjelaskan bahwa mobilisasi merupakan faktor utama
dalam mempercepat pemulihan dan pencegahan terjadinya komplikasi pasca
bedah, mobilisasi sangat penting dalam percepatan hari lama rawat dan
mengurangi resiko karena tirah baring lama seperti terjadinya dekubitus,
kekakuan atau penegangan otot-otot diseluruh tubuh, gangguan sirkulasi
darah, gangguan pernafasan, dan gangguan peristaltik maupun berkemih.
Kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa mobilisasi adalah suatu
upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara
membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologis. Mobilisasi
merupakan suatu kebutuhan dasar manusia yang diperlukan oleh individu
untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang berupa pergerakan sendi, sikap,
gaya berjalan, latihan maupunkemampuan aktivitas (Perry & Potter, 2010).
3
otak berat disertai fraktur pada ekstremitas, dan sebagainya (Widuri, 2010)
imobilitas atau gangguan mobilitasadalah keterbatasan fisik tubuh atau satu
atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah (Nurarif .A.H. dan Kusuma.
H, 2015).
Gangguan mobilitas fisik (immobilisasi) didefinisikan oleh North
American NursingDiagnosis Association(NANDA) sebagai suatu kedaaan
dimana individu yangmengalami atau beresiko mengalami keterbatasan
gerakan fisik. Individu yang mengalami atau beresiko mengalami
keterbatasan gerakan fisik antara lain : lansia, individu denganpenyakit yang
mengalami penurunan kesadaran lebih dari 3 hari atau lebih, individu yang
kehilangan fungsi anatomic akibat perubahan fisiologik (kehilangan fungsi
motorik, klien dengan stroke, klien penggunaa kursi roda), penggunaan alat
eksternal (seperti gips atau traksi),dan pembatasan gerakan volunter, atau
gangguan fungsi motorik dan rangka (Kozier, Snyder, 2010).
3. Indikasi Mobilisasi
Indikasi di perbolehkan untuk latihan rentang gerak menurut Potter, P (2010).
a. Stroke atau penurunan tingkat kesadaran
Salah satu efek yang ditimbulkan pada anestesi umum adalah efek
anesthesia yaitu analgesia yang di sertai hilangnya kesadaran
4
b. Kelemahan otot
Salah satu efek dari trias anesthesia adalah efek relaksasi otot.
c. Fase rehabilitasi fisik
d. Beberapa fisioterapis menempatkan latihan pasif sebagai preliminary
exercise bagi pasien yang dalam rehabilitasi fisik sebelum pemberian
terapi latihan yang bersifat relearning
e. Klien dengan tirah baring lama
Pemberian terapi latihan berupa gerakan pasif sangat bermanfaat
dalam menjaga sifat fisiologis dari jaringan otot dan sendi pada pasien
dengan tirah baring lama. Jenis latihan mobilisasi dapat di berikan
sedini mungkin untuk menghindari adanya komlplikasi akibat kurang
gerak, seperti kontraktur, kekakuan sendi, dan lain-lain
4. Jenis Mobilisasi
5
belakang, poliomielitis karena terganggunya sistem saraf motorik dan
sensorik (Widuri, 2010)
5. Jenis Imobilitas
6. Etiologi
6
7. Tanda dan Gejala Gangguan Mobilitas Fisik
7
proses anabolisme menurun dan katabolisme meningkat, keadaan ini dapat
berisiko meningkatkan gangguan metabolisme.
b. Perubahan sistem integumen
Perubahan sistem integumen yang terjadi berupa penurunan elastisitas
kulit karena menurunannya sirkulasi darah akibat imobilitas dan terjadinya
iskemia serta nekrosis jaringan superfisial dengan adanya luka dekubitus
sebagai akibat tekanan kulit yang kuat dan sirkulasi yang menurun ke
jaringan.
c. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Perubahan yang terjadi dalam sistem muskuloskeletal sebagai dampak dari
imobilitas adalah sebagai berkut:
1) Gangguan Muskular
Menurunnya massa otot sebagai dampak imobilitas dapat
menyebabkan turunya kekuatan otot secara langsung. Menurunnya
fungsi kapasitas otot ditandai dengan menurunnya stabilitas. Kondisi
berkurangnya massa otot dapat menyebabkan atropi pada otot.
Sebagai contoh, otot betis seseorang yang telah dirawat lebih dari
enam minggu ukurannya akan lebih kecil selain menunjukkan tanda
lemah atau lesu.
2) Gangguan Skeletal
Imobilitas dapat menyebabkan gangguan skeletal, misalnya mudah
terjadinya kontraktur sendi dan osteoporosis. Kontraktur merupakan
kondisi yang abnormal dengan kriteria adanya fleksi dan fiksasi yang
disebabkan atropi dan memendeknya otot. Terjadinya kontraktur dapat
menyebabkan sendi dalam kedudukan yang tidak berfungsi.
8
dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan
kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk
meningkatkan massa otot dan tonus otot.
Latihan ROM pasif adalah latihan ROM yang di lakukan pasien dengan
bantuan perawat pada setiap-setiap gerakan. Indikasi latihan pasif adalah
pasien semikoma dan tidak sadar, pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak
mampu melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan
mandiri, pasien tirah baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas
total. Latihan ROM aktif adalah perawat memberikan motivasi, dan
membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan sendi secara mandiri
sesuai dengan rentang gerak sendi normal, melatih kelenturan dan kekuatan
otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif, sendi
yang digerakkan pada ROM aktif adalah sendi di seluruh tubuh dari kepala
sampai ujung jari kaki oleh klien sendiri secara aktif (Suratun, 2008).
9
f. Tahap VI : mobilisasi atau gerakan berdiri sampai kembali duduk
naik ke tempat tidur tanpa bantuan secara perlahan
g. Tahap VII : mobilisasi atau gerakan bangkit dari duduk ditempat tidur
tanpa bantuan, pelaksanaan mobilisasi dini untuk
mencegah terjadinya cidera
10
d. Usia dan tingkat perkembangannya
Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilitasnya
dibandingkan dengan seorang remaja
e. Peran keluarga, terutama orang tua
Dukungan dan motivasi dalam keluarga yang kuat akan memicu pasien
untuk berani melakukan mobilisasi dini paska operasi. Mobilisasi secara
tahap demi tahap sangat berguna untuk membantu jalannya penyembuhan
pasien.
11
BAB II
WEB OF CAUTION
Mobilisasi
Peningkatan asam
lambung
12
BAB III
PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian fokus
a. Riwayat kesehatan sekarang
Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan pasien yang
menyebabkan terjadi keluhan/gangguan dalam mobilitas fisik
b. Riwayat kesehatan dahulu
Pengkajian riwayat penyakit di masa lalu yang berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan mobilisasi
c. Riwayat kesehatan keluarga
Pengkajian riwayat penyakit keluarga misalnya tentang ada atau
tidaknya riwayat alergi, penyakit jantung stroke, dan DM
d. Kemampuan mobilitas
Tingkat Aktifitas Mobilitas Kategori
13
g. Kekuatan otot dan gangguan koordinasi
Dapat mengkaji kekuatan otot dapat ditentukan secara bilateral
Skala Prosentase kekuatan normal
0 0 Paralisis
1 10 Tidak ada gerakan teraba/teraba
adanya kontraksi otot
2 25 Gerakan otot penuh menentang
grafitasi dan sokongan
3 50 Gerakan normal menentang grafitasi
4 75 Gerakan normal menentang grafitasi
dengan sedikit tahanan
5 100 Gerakan normal penuh menentang
grafitasi dengan tahanan penuh
Pengkajian fisik keperawatan, Edisi 2 EGC, 2015
h. Perubahan psikologis
Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya
gangguan mobilitas antara lain perubahan perilaku, peningkatan emosi
dan lainnya
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan mobilisasi penurunan kekuatan otot
b. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan tirah baring
c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan rentang gerak
d. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan keterbatasan mobilisasi
e. Gangguan perfusi jaringan perifer akibat trauma/ berkurangnya aliran
darah
3. Rencana Keperawatan
Prioritas diagnosa keperawatan
Gangguan mobilisasi fisik
14
Rencana tindakan
a). Edukasi Mobilisasi
Tujuan : Meningkatkan rentang gerak, kekuatan otot dan kemampuan
bergerak
Observasi
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
- Identifikasi indikasi dan kontra indikasi mobilisasi
- Monitor kemajuan pasien/ keluarga dalam melakukan mobilisasi
Terapeutik
- Persiapkan materi, media dan alat –alat seperti bantal, gait belt
- Jadwalkan waktu pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan dengan
pasien dan keluarga
- Beri kesempatan pada pasien dan keluarga untuk bertanya
Edukasi
- Jelaskan prosedur, tujuan indikasi dan kontra indikasi mobilisasi serta
dampak imobilisasi
- Ajarkan cara mengidentifikasi sarana dan prasarana yang mendukung
untuk mobilisasi di rumah
- Ajarkan cara mengidentifikasi kemampuan mobilisasi seperti kekuatan
otot, rentang gerak
- Demonstrasiakan cara mobilisasi di tempat tidur ( misal: mekanika
tubuh, posisi pasien digeser ke arah berlawanan, dari arah posisi yang
akan di miringkan, tehnik-tehnik memiringkan, penempatan posisi
bantal sebagai penyangga).
- Demonstrasikan cara melatih rentang gerak ( misal: gerakan dilakukan
dimulai dari kepala ke ekstrimitas, gerakan semua persendian sesuia
rentang gerak normal dan melatih rentang gerak pada sisi ekstrimitas
yang parese dengan menggunakan ekstrimitas yang normal, frekuensi
setiap gerakan.
15
- Anjurkan pada pasien/keluarga mendemonstrasikan mobilisasi miring
kanan/ miring kiri/ latihan rentang gerak sesuai yang telah
didemonstrasikan
16
proses degeneratif, trauma dan lain-lain
Observasi
- Identifikasi masalah kebersihan diri dan masalah kulit
- Monitor kemampuan dan perkembangan latihan
- Monitor tanda vital dalam setiap latihan
Terapeutik
- Motifasi untuk mandiri dalam beraktifitas
- Berikan kesempatan meningkatkan ketrampilan pemenuhan kebutuhan
sehari-hari
- Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman untuk mencegah cedera
dan infeksi
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur rehabilitasi
- Jelaskan perlunya pembatasan aktifitas
- Ajarkan penggunaan alat bantu jika diperlukan (misal : tongkat, kruk,
kursi roda)
- Latihan mengosongkan bowel/bladder
- Latihan ROM aktif dan Pasif
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan rehabilitasi medik, jika perlu.
17
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8,
Volume 2, Jakarta, EGC
Potter & Perry, (2010). Fundamental Of Nursing Consep, Proses and Practis,
Edisi 7.
18