Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN

GANGGUAN KEBUTUHAN MOBILISASI

OLEH :
DHANDI
NIM: 201133015

POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS
TAHUN 2020/2021

1
LEMBAR PENGESAHAN

MAKALAH MATA KULIAH

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN DASAR PROFESI

POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK

Mata Kuliah : Keperawatan Dasar Profesi

Prodi : Profesi Ners

Jurusan : Keperawatan Poltekkes Kemenkes Pontianak

Pontianak, Oktober 2020

Pembimbing

Ns. Hendra, M.Kep

2
BAB I
KONSEP DASAR MOBILISASI

1. Pengertian
Mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara
bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas
guna mempertahankan kesehatannnya. Mobilisasi merupakan kemampuan
seseorang untuk bergerak bebas, mudah, teratur, mempunyai tujuan
memenuhi kebutuhan hidup sehat, dan penting untuk kemandirian (Barbara
kozzier, 2010). Mobilisasi yaitu proses aktivitas yang dilakukan setelah
operasi dimulai dari latihan ringan diatas tempat tidur sampai denganbisa
turun dari tempat tidur, berjalan ke kamar mandi dan berjalan ke luar kamar
(Brunner & Suddarth, 2013).
Mobilitas adalah proses yang kompleks yang membutuhkan adanya
koordinasi antara sistem muskuloskeletal dan sistem saraf (P. Potter, 2010).
Carpenito (2013) menjelaskan bahwa mobilisasi merupakan faktor utama
dalam mempercepat pemulihan dan pencegahan terjadinya komplikasi pasca
bedah, mobilisasi sangat penting dalam percepatan hari lama rawat dan
mengurangi resiko karena tirah baring lama seperti terjadinya dekubitus,
kekakuan atau penegangan otot-otot diseluruh tubuh, gangguan sirkulasi
darah, gangguan pernafasan, dan gangguan peristaltik maupun berkemih.
Kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa mobilisasi adalah suatu
upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara
membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologis. Mobilisasi
merupakan suatu kebutuhan dasar manusia yang diperlukan oleh individu
untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang berupa pergerakan sendi, sikap,
gaya berjalan, latihan maupunkemampuan aktivitas (Perry & Potter, 2010).

Gangguan Mobilitas atau Imobilitas merupakan keadaan di mana


seseorang tidak dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang
mengganggu pergerakan (aktivitas), misalnya trauma tulang belakang, cedera

3
otak berat disertai fraktur pada ekstremitas, dan sebagainya (Widuri, 2010)
imobilitas atau gangguan mobilitasadalah keterbatasan fisik tubuh atau satu
atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah (Nurarif .A.H. dan Kusuma.
H, 2015).
Gangguan mobilitas fisik (immobilisasi) didefinisikan oleh North
American NursingDiagnosis Association(NANDA) sebagai suatu kedaaan
dimana individu yangmengalami atau beresiko mengalami keterbatasan
gerakan fisik. Individu yang mengalami atau beresiko mengalami
keterbatasan gerakan fisik antara lain : lansia, individu denganpenyakit yang
mengalami penurunan kesadaran lebih dari 3 hari atau lebih, individu yang
kehilangan fungsi anatomic akibat perubahan fisiologik (kehilangan fungsi
motorik, klien dengan stroke, klien penggunaa kursi roda), penggunaan alat
eksternal (seperti gips atau traksi),dan pembatasan gerakan volunter, atau
gangguan fungsi motorik dan rangka (Kozier, Snyder, 2010).

2. Tujuan Dilakukan Mobilisasi.


Beberapa tujuan dari mobilisasi, antara lain:
a. Mempertahankan fungsi tubuh
b. Memperlancar peredaran darah
c. Membantu pernafasan menjadi lebih baik
d. Mempertahankan tonus otot
e. Memperlancar eliminasi alvi dan urine
f. Mempercepat proses penutupan jahitan operasi
g. Mengembalikan aktivitas tertentu, sehingga pasien dapat kembali normal
dan atau dapat memenuhi kebutuhan gerak harian

3. Indikasi Mobilisasi
Indikasi di perbolehkan untuk latihan rentang gerak menurut Potter, P (2010).
a. Stroke atau penurunan tingkat kesadaran
Salah satu efek yang ditimbulkan pada anestesi umum adalah efek
anesthesia yaitu analgesia yang di sertai hilangnya kesadaran

4
b. Kelemahan otot
Salah satu efek dari trias anesthesia adalah efek relaksasi otot.
c. Fase rehabilitasi fisik
d. Beberapa fisioterapis menempatkan latihan pasif sebagai preliminary
exercise bagi pasien yang dalam rehabilitasi fisik sebelum pemberian
terapi latihan yang bersifat relearning
e. Klien dengan tirah baring lama
Pemberian terapi latihan berupa gerakan pasif sangat bermanfaat
dalam menjaga sifat fisiologis dari jaringan otot dan sendi pada pasien
dengan tirah baring lama. Jenis latihan mobilisasi dapat di berikan
sedini mungkin untuk menghindari adanya komlplikasi akibat kurang
gerak, seperti kontraktur, kekakuan sendi, dan lain-lain

4. Jenis Mobilisasi

a. Mobilitas penuh merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara


penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan
menjalankan peran sehari-hari.Mobilitas penuh ini merupakan fungsi saraf
motorik volunter dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh
seseorang.
b. Mobilitas sebagian merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak
dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas
karenadipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik padaarea
tubuhnya. Mobilitas sebagian ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
1) Mobilitas sebagian temporer merupakan kemampun individu untuk
bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat
disebabkan oleh trauma reversibel pada sistem muskuloskeletal,
contohnya adalah adanya dislokasi sendi dan tulang.
2) Mobilitas sebagian permanen merupakan kemampuan individu untuk
bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut
disebabkan oleh rusaknya sistem saraf yang reversibel, contohnya
terjadi hemiplegia karena stroke, parapelgia karena cedera tulang

5
belakang, poliomielitis karena terganggunya sistem saraf motorik dan
sensorik (Widuri, 2010)

5. Jenis Imobilitas

a. Imobilitas fisik, merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik


dengan tujuan mencegah terjadinya gangguan komplikasi pergerakan,
seperti pada pasien dengan hemiplegia yang tidak mampu
mempertahankan tekanan di daerah paralisis sehingga tidak dapat
mengubah posisi tubuhnya untuk mengurangi tekanan.
b. Imobilitas intelektual, merupakan keadaan ketika seseorang mengalami
keterbatasan daya pikir, seperti pada pasien yang mengalami kerusakan
otak akibat suatu penyakit.
c. Imobilitas emosional, keadaan ketika seseorang mengalami pembatasan
secara emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam
menyesuaikan diri. contoh, keadaan stres berat dapat disebabkan karena
bedah amputasi ketika seseorang mengalami kehilangan bagian anggota
tubuh atau kehilangan sesuatu yang paling dicintai.
d. Imobilitas sosial, keadaan individu yang mengalami hambatan dalam
melakukan interaksi sosial karena keadaan penyakit sehingga dapat
mempengaruhi perannya dalam kehidupan sosial(Widuri, 2010).

6. Etiologi

Faktor penyebab terjadinya gangguan mobilitas fisik yaitu :


a. Penurunan kendali otot
b. Penurunan kekuatan otot
c. Kekakuan sendi
d. Kontraktur
e. Gangguan muskuloskletal
f. Gangguan neuromuskular
g. Keengganan melakukan pergerakan (Tim Pokja DPP PPNI, 2017)

6
7. Tanda dan Gejala Gangguan Mobilitas Fisik

Adapun tanda gejala pada gangguan mobilitas fisik yaitu :


a. Gejala dan Tanda Mayor
1) Subjektif
Mengeluh sulit menggerakkan ektremitas
2) Objektif
a) Kekuatan otot menurun
b) Rentang gerak (ROM) menurun.
b. Gejala dan Tanda Minor
1) Subjektif
a) Nyeri saat bergerak
b) Enggan melakukan pergerakan
c) Merasa cemas saat bergerak
2) Objektif
Sendi kaku

8. Dampak Gangguan Mobilitas Fisik


Imobilitas dalam tubuh dapat mempengaruhi sistem tubuh, seperti perubahan
pada metabolisme tubuh, ketidak seimbangan cairan dan elektrolit, gangguan
dalam kebutuhan nutrisi, gangguan fungsi gastrointestinal, perubahan sistem
pernafasan, perubahan kardiovaskular, perubahan sistem muskuloskeletal,
perubahan kulit, perubahan eliminasi (buang air besar dan kecil), dan
perubahan perilaku (Widuri, 2010).
a. Perubahan Metabolisme
Secara umum imobilitas dapat mengganggu metabolisme secara normal,
mengingat imobilitas dapat menyebabkan turunnya kecepatan metabolisme
dalam tubuh. Hal tersebut dapat dijumpai pada menurunnya basal
metabolism rate ( BMR ) yang menyebabkan berkurangnya energi untuk
perbaikan sel-sel tubuh, sehingga dapat mempengaruhi gangguan
oksigenasi sel. Perubahan metabolisme imobilitas dapat mengakibatkan

7
proses anabolisme menurun dan katabolisme meningkat, keadaan ini dapat
berisiko meningkatkan gangguan metabolisme.
b. Perubahan sistem integumen
Perubahan sistem integumen yang terjadi berupa penurunan elastisitas
kulit karena menurunannya sirkulasi darah akibat imobilitas dan terjadinya
iskemia serta nekrosis jaringan superfisial dengan adanya luka dekubitus
sebagai akibat tekanan kulit yang kuat dan sirkulasi yang menurun ke
jaringan.
c. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Perubahan yang terjadi dalam sistem muskuloskeletal sebagai dampak dari
imobilitas adalah sebagai berkut:
1) Gangguan Muskular
Menurunnya massa otot sebagai dampak imobilitas dapat
menyebabkan turunya kekuatan otot secara langsung. Menurunnya
fungsi kapasitas otot ditandai dengan menurunnya stabilitas. Kondisi
berkurangnya massa otot dapat menyebabkan atropi pada otot.
Sebagai contoh, otot betis seseorang yang telah dirawat lebih dari
enam minggu ukurannya akan lebih kecil selain menunjukkan tanda
lemah atau lesu.
2) Gangguan Skeletal
Imobilitas dapat menyebabkan gangguan skeletal, misalnya mudah
terjadinya kontraktur sendi dan osteoporosis. Kontraktur merupakan
kondisi yang abnormal dengan kriteria adanya fleksi dan fiksasi yang
disebabkan atropi dan memendeknya otot. Terjadinya kontraktur dapat
menyebabkan sendi dalam kedudukan yang tidak berfungsi.

9. Penatalaksanaan Mobilitas Fisik dengan Latihan Range Of Motion (ROM)


Range of motion (ROM) merupakan latihan gerakan sendi yang
memungkinkan terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien
menggerakan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik
secara aktif atau pasif. Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang

8
dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan
kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk
meningkatkan massa otot dan tonus otot.
Latihan ROM pasif adalah latihan ROM yang di lakukan pasien dengan
bantuan perawat pada setiap-setiap gerakan. Indikasi latihan pasif adalah
pasien semikoma dan tidak sadar, pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak
mampu melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan
mandiri, pasien tirah baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas
total. Latihan ROM aktif adalah perawat memberikan motivasi, dan
membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan sendi secara mandiri
sesuai dengan rentang gerak sendi normal, melatih kelenturan dan kekuatan
otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif, sendi
yang digerakkan pada ROM aktif adalah sendi di seluruh tubuh dari kepala
sampai ujung jari kaki oleh klien sendiri secara aktif (Suratun, 2008).

10. Kontra indikasi Mobilisasi


Kontra indikasi untuk latihan rentang gerak menurut Potter, P (2010).
a. Trombus/emboli pada pembuluh darah
b. Kelainan sendi atau tulang
c. Klien fase imobilisasi karena kasus penyakit (jantung)
d. Trauma medulla spinalis atau trauma system saraf pusat

11. Tahap mobilisasi dini menurut dijelaskan sebagai berikut:


a. Tahap I : mobilisasi atau gerakan awal nafas dalam, batuk efektif,
dan menggerakan ekstremitas
b. Tahap II : mobilisasi atau gerak memutarkan pergelangan kaki dan
lengan
c. Tahap III : mobilisasi atau gerakan duduk tegak selama 5 menit
d. Tahap IV : mobilisasi atau gerakan turun dari tempat tidur dan
berdiri (3x/hr)
e. Tahap V : mobilisasi atau gerakan berjalan dengan bantuan(2x/hr)

9
f. Tahap VI : mobilisasi atau gerakan berdiri sampai kembali duduk
naik ke tempat tidur tanpa bantuan secara perlahan
g. Tahap VII : mobilisasi atau gerakan bangkit dari duduk ditempat tidur
tanpa bantuan, pelaksanaan mobilisasi dini untuk
mencegah terjadinya cidera

12. Kontra indikasi mobilisasi.


Kontraindikasi untuk latihan rentang gerak menurut Potter, P (2010)
a. Trombus/emboli pada pembuluh darah
b. Kelainan sendi atau tulang
c. Klien fase imobilisasi karena kasus penyakit (jantung)
d. Trauma medulla spinalis atau trauma system saraf pusat

13. Faktor Yang Mempengaruhi Mobilisasi.


Menurut Kozier, 2010, faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi pada
post operasi dapat segera terlaksana antara lain :
a. Gaya hidup
Gaya hidup seseorang sangat tergantung dari tingkat pendidikannya.
Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan diikuti oleh perilaku
yang dapat meningkatkan kesehatannya.
b. Proses penyakit atau trauma
Penyakit tertentu yang diderita seseorang akan mempengaruhi
mobilitasnya, misalnya; seorang yang patah tulang akan kesulitan untuk
mobilisasi secara bebas, orang yang baru menjalani operasi, karena
adanya rasa sakit atau nyeri yang menjadi alasan mereka cenderung untuk
bergerak lebih lamban
c. Kebudayaan
Kebudayaan dapat mempengaruhi pola dan sikap dalam melakukan
aktifitas misalnya; pasien setelah operasi dilarang bergerak karena
kepercayaan kalau banyak bergerak nanti luka atau jahitan tidak jadi.

10
d. Usia dan tingkat perkembangannya
Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilitasnya
dibandingkan dengan seorang remaja
e. Peran keluarga, terutama orang tua
Dukungan dan motivasi dalam keluarga yang kuat akan memicu pasien
untuk berani melakukan mobilisasi dini paska operasi. Mobilisasi secara
tahap demi tahap sangat berguna untuk membantu jalannya penyembuhan
pasien.

11
BAB II
WEB OF CAUTION

Mobilisasi

Tidak mampu beraktifitas

Tirah baring yang lama

Kehilangan Gangguan Jaringan Jantung Ginjal Gastro


daya tahan fungsi kulit yang mengalami Intestinal
otot paru-paru tertekan vasokonstri
ksi

Penumpuk Perubahan Ketidak Gangguan


Penurunan penyum
an sekret sistem mampuan katabolisme
otot batan
integumen di bladder
Anorexia
Perubahan sistem Sulit batuk Suplai
muskuloskeletal Konstriksi aliran
pembuluh Retensi
tergang Nitrogen
Gangguan darah gu tidak
jalan nafas
seimbang
Sel kulit
mati
Kelemahan otot
Dekubitus kemunduran
defekasi
Stress
terjadi
Konstipasi

Peningkatan asam
lambung

Gangguan sistem Nafsu makan menurun


metabolik

12
BAB III
PROSES KEPERAWATAN

1. Pengkajian fokus
a. Riwayat kesehatan sekarang
Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan pasien yang
menyebabkan terjadi keluhan/gangguan dalam mobilitas fisik
b. Riwayat kesehatan dahulu
Pengkajian riwayat penyakit di masa lalu yang berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan mobilisasi
c. Riwayat kesehatan keluarga
Pengkajian riwayat penyakit keluarga misalnya tentang ada atau
tidaknya riwayat alergi, penyakit jantung stroke, dan DM

d. Kemampuan mobilitas
Tingkat Aktifitas Mobilitas Kategori

Tingkat 0 Mampu merawat diri secara penuh

Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat

Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau pengawasan


orang lain

Tingkat 3 Memerlukan bantuan dan pengawasan


orang lain serta alat

Tingkat 4 Sangat tergantung dan tidak dapat


melakukan atau partisipasi dalam
perawatan

e. Kemampuan rentang gerak


Pengkajian tentang gerak (ROM) dilakukan pada daerah seperti bahu,
siku, lengan dan panggul.
f. Perubahan intoleransi aktifitas
Berhubungan dengan pernafasan dan kardiovaskuler

13
g. Kekuatan otot dan gangguan koordinasi
Dapat mengkaji kekuatan otot dapat ditentukan secara bilateral
Skala Prosentase kekuatan normal
0 0 Paralisis
1 10 Tidak ada gerakan teraba/teraba
adanya kontraksi otot
2 25 Gerakan otot penuh menentang
grafitasi dan sokongan
3 50 Gerakan normal menentang grafitasi
4 75 Gerakan normal menentang grafitasi
dengan sedikit tahanan
5 100 Gerakan normal penuh menentang
grafitasi dengan tahanan penuh
Pengkajian fisik keperawatan, Edisi 2 EGC, 2015

h. Perubahan psikologis
Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya
gangguan mobilitas antara lain perubahan perilaku, peningkatan emosi
dan lainnya

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan mobilisasi penurunan kekuatan otot
b. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan tirah baring
c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan rentang gerak
d. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan keterbatasan mobilisasi
e. Gangguan perfusi jaringan perifer akibat trauma/ berkurangnya aliran
darah

3. Rencana Keperawatan
Prioritas diagnosa keperawatan
Gangguan mobilisasi fisik

14
Rencana tindakan
a). Edukasi Mobilisasi
Tujuan : Meningkatkan rentang gerak, kekuatan otot dan kemampuan
bergerak
Observasi
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
- Identifikasi indikasi dan kontra indikasi mobilisasi
- Monitor kemajuan pasien/ keluarga dalam melakukan mobilisasi
Terapeutik
- Persiapkan materi, media dan alat –alat seperti bantal, gait belt
- Jadwalkan waktu pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan dengan
pasien dan keluarga
- Beri kesempatan pada pasien dan keluarga untuk bertanya
Edukasi
- Jelaskan prosedur, tujuan indikasi dan kontra indikasi mobilisasi serta
dampak imobilisasi
- Ajarkan cara mengidentifikasi sarana dan prasarana yang mendukung
untuk mobilisasi di rumah
- Ajarkan cara mengidentifikasi kemampuan mobilisasi seperti kekuatan
otot, rentang gerak
- Demonstrasiakan cara mobilisasi di tempat tidur ( misal: mekanika
tubuh, posisi pasien digeser ke arah berlawanan, dari arah posisi yang
akan di miringkan, tehnik-tehnik memiringkan, penempatan posisi
bantal sebagai penyangga).
- Demonstrasikan cara melatih rentang gerak ( misal: gerakan dilakukan
dimulai dari kepala ke ekstrimitas, gerakan semua persendian sesuia
rentang gerak normal dan melatih rentang gerak pada sisi ekstrimitas
yang parese dengan menggunakan ekstrimitas yang normal, frekuensi
setiap gerakan.

15
- Anjurkan pada pasien/keluarga mendemonstrasikan mobilisasi miring
kanan/ miring kiri/ latihan rentang gerak sesuai yang telah
didemonstrasikan

b). Latihan Rentang Gerak


Tujuan : Mengajarkan kemampuan menggunakan gerakan aktif dan pasif
untuk mempertahankan dan mengembalikan kelenturan sendi
Tindakan:
Observasi
- Identifikasi indikasi dilakukan latihan
- Identifikasi keterbatasan pergerakan sendi
- Monitor lokasi ketidak nyamanan atau nyeri pada saat bergerak
Terapeutik
- Gunakan pakaian yang longgar
- Cegah terjadinya cederaselama latihan rentang gerak dilakuakn
- Fasilitasi mengoptimalkan posisi tubuh untuk pergerakan sendi yang
aktif dan pasif
- Lakukan gerakan pasif dengan bantuan sesuai indikasi
- Berikan dukungan positif pada saat melakukan latihan gerak sendi
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur latihan
- Anjurkan mealkukan rentang gerak pasif dan aktif secara sistematis
- Anjurkan duduk di tempat tidur atau kursi jika perlu
- Ajarkan rentang gerak aktif sesuai dengan program latihan
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan fisioterapis mengembangkan program latihan, bila
perlu

c). Latihan Rehabilitasi


Tujuan : Mengoptimalkan kesehatan, pemeliharaan kesehatan dan
mengembalikan kemandirian setelah mengalami kondisi sakit,

16
proses degeneratif, trauma dan lain-lain
Observasi
- Identifikasi masalah kebersihan diri dan masalah kulit
- Monitor kemampuan dan perkembangan latihan
- Monitor tanda vital dalam setiap latihan
Terapeutik
- Motifasi untuk mandiri dalam beraktifitas
- Berikan kesempatan meningkatkan ketrampilan pemenuhan kebutuhan
sehari-hari
- Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman untuk mencegah cedera
dan infeksi
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur rehabilitasi
- Jelaskan perlunya pembatasan aktifitas
- Ajarkan penggunaan alat bantu jika diperlukan (misal : tongkat, kruk,
kursi roda)
- Latihan mengosongkan bowel/bladder
- Latihan ROM aktif dan Pasif
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan rehabilitasi medik, jika perlu.

17
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8,
Volume 2, Jakarta, EGC

Barbara Kozzier, Shirlee, J. Sunder, (2010). Fundamental of Nursing. EGC

Carpennito, L.J., D.Givlio, M. Jailer. (2013) Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada


Praktek Klinik (Terjemahan), Edisi 6. EGC.

Potter & Perry, (2010). Fundamental Of Nursing Consep, Proses and Practis,
Edisi 7.

Costantini R, 2011. Controlling pain in the post-operative setting.International


Journal Of Clinical Pharmacology And Therapeutics, di akses padatanggal
6 juni 2016 dari http://europepmc.org.
E.J. Corwin, 2005. Buku Saku Patofisiologi. EGC. Jakarta.
Helmi, ZN. 2011, Buku Ajar Gangguan Musculoskeletal.Salemba Medika.
Jakarta.
Helmi, ZN. 2012, Buku Saku Kedaruratan Dibidang Bedah Ortopedi.
Salemba Medika.Jakarta.
Mansjoer, Arif Dkk. 2007.Kapita Selekta Kedokteran. Edisi4.Jakarta:
Penerbit Media aeculapius FKUI.

18

Anda mungkin juga menyukai