Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN ACTIVITIES OF DAILY LIVING (ADL) PADA

Tn. A DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW) KASIH IBU


BALONGAN – INDRAMAYU

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Praktik Profesi Keperawatan Gerontik Program


Studi Profesi Ners Tahun Akademik 2022/2023

Disusun Oleh:
Yanni
NIM. R220416061

YAYASAN INDRA HUSADA INDRAMAYU


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) INDRAMAYU
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
INDRAMAYU
2023
Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Gerontik Dengan Masalah

Activities of Daily Living (ADL)

A. Konsep Dasar Activities of Daily Living (Teori)

1. Pengertian

Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia

memerlukannya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Kemampuan seseorang

untuk melakukan suatu aktivitas seperti berdiri, berjalan dan bekerja merupakan salah

satu dari tanda kesehatan individu tersebut dimana kemampuan aktivitas sesorang

tidak terlepas dari keadekuatan system persarafan dan muskuloskeletal (Riayadi &

Harmoko, 2016).

Aktivitas sehari-hari (ADL) merupakan salah sat bentuk latihan aktif pada

seseorang termasuk di dalamnya adalah makan/minum, mandi, toileting, berpakiakan,

mobilisasi tempat tidur, berpindah dan ambulasi/ROM. Pemenuhan terhadap ADL ini

dapat meningkatkan harga diri serta gambaran diri pada seseorang, selain ADL

merupakan aktivitas dasar yang dapat mencegah individu tersebut dari suatu penyakit

sehingga tindakan yang menyangkut pemenuhan dalam mendukung pemenuhan ADL

pada klien dengan harus diprioritaskan (Rohayati, 2019).

Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak

secara bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan guna

mempertahankan kesehatannya. Kehilangan kemampuan untuk bergerak

menyebabkan ketergantungan dan ini membutuhan tindakan keperawatan. Mobilisasi

diperlukan untuk meningkatkan kemandirian diri, meningkatkan kesehatan dan


memperlambat proses penyakit, khususnya proses degenerative dan untuk aktualisasi

diri (harga diri dan citra tubuh) (Rohayati, 2019).

Kebutuhan aktivitas merupakan kebutuhan dasar untuk melakukan aktivitas

(bergerak). Kebutuhan ini diatur oleh beberapa sistem atau organ tubuh diantaranya

tulang, otot, tendon, ligament, sistem saraf dan sendi.

2. Etiologi

Adapun penyebab dari gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas, yaitu

(Hidayat, 2014):

a. Kelainan postur

b. Gangguan perkembangan otot

c. Kerusakan sistem saraf pusat

d. Trauma langsung pada sistem muskuloskeletal dan neuromuscular

e. Kekakuan otot

3. Patofisiologi

Proses terjadinya gangguan aktivitas tergantung dari penyebab gangguan yang

terjadi. Ada tiga hal yang dapat menyebabkan gangguan tersebut, diantaranya adalah

(Hidayat, 2014):

a. Kerusakan Otot

Kerusakan otot ini meliputi kerusakan anatomis maupun fisiologis otot. Otot

berperan sebagai sumber daya dan tenaga dalam proses pergerakan jika terjadi

kerusakan pada otot, maka tidak akan terjadi pergerakan jika otot terganggu. Otot
dapat rusak oleh beberapa hal seperti trauma langsung oleh benda tajam yang

merusak kontinuitas otot. Kerusakan tendon atau ligament, radang dan lainnya.

b. Gangguan pada skelet

Rangka yang menjadi penopang sekaligus poros pergerakan dapat terganggu

pada kondisi tertentu hingga mengganggu pergerakan atau mobilisasi. Beberapa

penyakit dapat mengganggu bentuk, ukuran maupun fungsi dari sistem rangka

diantaranya adalah fraktur, radang sendi, kekakuan sendi dan lain sebagainya.

c. Gangguan pada sistem persyarafan

Syaraf berperan penting dalam menyampaikan impuls dari dan ke otak.

Impuls tersebut merupakan perintah dan koordinasi antara otak dan anggota gerak.

Jadi, jika syaraf terganggu maka akan terjadi gangguan penyampaian impuls dari dan

ke organ target. Dengan tidak sampainya impuls maka akan mengakibatkan gangguan

mobilisasi.
4. Tanda dan Gejala

Menurut Potter & Perry (2006), tanda dan gejala pada ganggguan aktivitas

adalah tidak mampu bergerak secara mandiri atau perlu bantuan alat atau orang lain,

memiliki hambatan dalamberdiri dan memiliki hambatan dalam berjalan.

5. Klasifikasi

Adapun jenis klasifikasi menurut Hidayat (2015), yaitu:


a. Moblisasi penuh

Mobilisasi penuh merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara

penuh, bebeas tanpa pembatasan jeals yang dapat mempertahankan untuk berinteraksi

sosial dan menjalankan peran sehari- harinya. Mobilisasi penuh ini memberikan

fungsi saraf motorik volunter dan sensori yang dapat mengontrol seluruh area tubuh

seseorang yang melakukan mobilisasi.

b. Mobilisasi Sebagian

Mobilisasi sebagian merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan

batasan jelas, tidak mampu bergerak bebas, hal tersebut dapat dipengaruhi oleh

gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuh seseorang. Hal ini dpaat

dijumpai pada kasus cedera atau patah tulang dengan pemasangan traksi, pasien

kehilangan kontrol motorik dan sensorik. Mobilisasi sebagian ini ada dua jenis, yaitu:

a) Mobilisasi sebagian temporer

Mobilisasi sebagian temporer merupakan kemampuan individu untuk

bergerak dengan batasan bersifat sementara, hal tersebut dapat disebabkan adanya

trauma reversibel pada sistem muskuloskeletal, sebagai contoh adanya dislokasi sendi

dan tulang.

b) Mobilisasi sebagian permanen

Mobilisasi sebagian permanen merupakan kemampuan individu untuk

bergerak degan batasan bersifat menetap, hal tersebut disebabkan karena rusaknya

sistem saraf yang reversibel sebagai contoh terjadinya hemiplegia karena stroke,

paraplegia karena injuri tulang belakang, pada poliomielitis karena terganggunya

sistem saraf motorik dan sensorik.

Berikut merupakan jenis-jenis imobilisasi, yaitu (Hidayat & Uliyah, 2015):


a. Imobilisasi fisik

Imobilisasi fisik merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan

tujuan mencegah terjadinya gangguan komplikasi pergerakan, seperti pada pasien

dengan hemiplegia dimana seseorang tidak mampu mempertahankan tekanan di

daerah paralisis dan sebagai hasilnya tidak dapat mengubah posisi tubuhnya untuk

mengurangi tekanan.

b. Imobilisasi intelektual

Imobilisasi intelektual merupakan keadaan dimana seseorang mengalami

pembatasan untuk berpikir, seperti pada pasien terjadi kerusakan otak dari satu proses

penyakit, maka seseorang tersebut membatasi proses berpikir.

c. Imobilisasi emosional

Imobilisasi emosiona merupakan keadaan dimana seseorang mengalami

pembatasan secara emosional yang terjadi sebagai hasil perubahan secara tiba-tiba

dalam menyesuaikan diri. Sebagai contoh keadaan stres berat dapat disebabkan

karena operasi amputasi, dimana seseorang individu mengalami kehilangan bagian

anggota tubuh atau merasakan kehilangan sesuatu yang paling dicintai.

d. Imobilisasi sosia

Imobilitas sosial, keadaan individu yang mengalami hambatan dalam

melakukan interaksi sosial karena keadaan penyakitnya sehingga dapat

mempengaruhi perannya dalam kehidupan sosial.

6. Penatalaksanaan

a. Non-Farmakologis
Pada pasien yang mengalami tirah baring total, perubahan posisi secara teratur

dan latihan di tempat tidur dapat dilakukakn sebgai upaya mencegah terjadinya

kelemahan serta kontraktur otot dan sendi. Mobilisasi dini berupa turun dari tempat

tidur, berpindah dari tempat tidur ke kursi dan Latihan fungsional dapat dilakukan

secara bertahap. Latihan isometris secara teratur 10-20% dari tekanan maksimal

selama beberapa kali dalam sehari dapat dilakukan untuk mempertahankan kekuatan

isometris. Untuk mencegah dekubitus, dihilangkan penyebab terjadinya ulkus, yaitu

bekas tekanan pada kulit. Pemberian minyak setelah mandi atau mengompol dapat

đilakukan untuk mencegah maserasi (Sunarti, 2019).

Untuk mencegah gesekan, dapat digunakan bantalan pergelangan kaki dan

tumit serta posisi pasien harus ditinggikan. Dalam hal memindahkan pasien, tidak

dilakukan dengan cara menarik dari kasur. Dapat digunakan matras bertekanan

rendah, gesekan rendah, atau regangan rendah (seperti Kasur berfluidisasi atau udara-

tinggi atau anti-dekubitus), bila teknik reposisi tidak cukup memadai atau tidak

mungkin dilakukan (Sunarti, 2019).

Kontrol tekanan darah secara teratur, pengawasan penggunaan obat-obatan

yang dapat menurunkan tekanan darah, serta mobilisasi dini perlu dilakukan untuk

mencegah terjadinya hipotensi. Latihan kekuatan otot serta kontraksi abdomen dan

otot kaki akan menyebabkan aliran darah balik vena lebih efisien. Untuk mencegah

terjadinya trombosis, dapat dilakukan kompresi intermiten pada tungkai bawah

(Sunarti, 2019).

Asupan cairan dan makanan yang mengandung serat perlu dimonitor untuk

mencegah terjadinya konstipasi. Selain itu, perlu dilakukan evaluasi dan pengkajian

terhadap kebiasaan buang air besar pada pasien. Pemberian nutrisi yang adekuat perlu
diperhatikan untuk mencegah terjadinya malnutrisi pada pasien dengan imobilisasi.

Lebih lanjut, pada pasien yang mengalami hipokinesis, perlu diberikan suplementasi

vitamin dan mineral (Sunarti, 2019).

b. Farmakologis

Penatalaksanaan farmakologis dapat diberikan sebagai upaya mencegah

komplikasi akibat imobilisasi, terutama mencegah terjadinya trombosis, yaitu dengan

pemberian antikoagulan. Heparin dosis rendah dan heparin berat molekul rendah

merupakan profilaksis yang aman dan efektif untuk pasien geriatri dengan imobilisasi

ataupun nonpembedahan terutama stroke. Akan tetapi, heparin tetap harus diberikan

dengan hati-hati dan penuh pertimbangan. Dengan risiko trombosis Penurunan faal

organ ginjal dan hepar, serta adanya interaksi obat, terutama antara warfarin dengan

beberapa obat analgetik atau obat nonsteroid antiinflamasi (NSAID), merupakan hal

yang harus diperhatikan (Sunarti, 2019).

B. Proses Asuhan Keperawatan Gerontik

1. Pengkajian

Komponen pengkajian keluarga :

a. Data yang perlu yang dikumpulkan adalah :

Nama kepala keluarga, alamat lengkap, komposisi keluarga, tipe keluarga,

latar belakang keluarga, budaya, identitas agama, status kelas social, dan

rekreasi keluarga.

b. Data perkembangan dan sejarah keluarga

Komponen pengkajian ini adalah tahap perkembangan saat ini: Keluarga

dengan usia lanjut.


Tahap perkembangan yang belum terpenuhi, sejauh mana keluarga

memenuhi tugas perkembangan yang sesuai dengan tahap perkembangan

saat ini, riwayat keluarga inti (data kesehata anggota keluarga (suami/istri)

), riwayat keluarga sebelumnya.

c. Data lingkungan

Karakteristik rumah, karakteristik tetangga dan karakteristik komunitas.

Data komunitas terdiri dari tipe penduduk (pedesaan/perkotaan), tipe

hunian rumah, sanitasi jalan, pengangkutan sampah, karakteristik

demografi tetannga dan komunitas meliputi kelas social, etnis, pekerjaan,

dan Bahasa sehari-hari. Mobilitas geografis keluarga, data yang perlu

dikaji adalah berapa lama keluarga tinggal ditempat tersebut, adakah

riwayat pindah rumah kemudian perkumpulan keluarga dan interaksi

dengan masyarakat, penggunaan pelayanan dikomunitas, keikutsertaan

dikomunitas. System pendukung keluarga, data yang perlu dikaji adalah

siapa yang memberikan bantuan, dukungan konseling dikeluarga.

d. Data struktur keluarga

Tentang pola komunikasi antar anggota keluarga, struktur kekuatan

keluarga (siapa yang membuat keputusan), data struktur peran.

e. Data fungsi keluarga

1) Fungsi afektif, apakah anggota keluarga merasakan kebutuhan

individu, apakah keluarga memberikan perhatian satu sama lain, bagaimana

mereka saling mendukung satu sama lain.

2) Fungsi sosialisasi

3) Fungsi perawatan kesehatan, pengkajiannya difokukan pada:


a. Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan

b. Kemampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat

c. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

d. Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang sehat

e. Kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan

4) Fungsi ekonomi

5) Fungsi reproduksi

f. Data koping keluarga

Stressor keluarga, penilaian terhadap situasi yang menyebabkan stress,

bagaimana keluarga beraksi terhadap situasi stress, strategi koping yang

diambil (Widagdo, 2016).

2. Analisa Data

Data Senjang Penyebab/ Etiologi Masalah Ttd/


Keperawatan Nama
Ds: Kondisi fisik Defisit yanni
- Menolak melakukan (Pajanan penyakit, Perawatan
perawatan diri kelemahan) Diri
Do: (D.0109)
- Tidak mampu mandi/ Penurunan fungsi
mengenakan pakaian/ motorik dan
makan/ ke toilet/ berhias muskuloskeletal
secara mandiri
- Minat melakukan Pola personal hygiene
perawatan diri kurang terganggu

Defisit perawatan diri


Ds: Luka decubitus/ Gangguan yanni
- Mengeluh tidak nyaman iritasi Rasa Nyaman
- Mengeluh sulit tidur (D.0074)
- Tidak mampu rileks Kerusakan integritas
- Mengeluh kedinginan/ kulit
kepanasan
- Merasa gatal Defisit perawatan diri
- Mengeluh mual
- Mengeluh Lelah Anggota tubuh tidak
Do: terawat
- Gelisah
- Menunjukan gejala Gangguan rasa
distress nyaman
- Tampak merintih atau
menangis
- Pola eliminasi berubah
- Postur tubuh berubah
- Iritabilitas
Ds: Anggota tubuh tidak Gangguan Yanni
- Merasa tidak nyaman terawat Interaksi
dengan situasi sosial Sosial
- Merasa sulit menerima Gangguan rasa (D.0118)
atau mengkomunikasikan nyaman
perasaan
- Sulit mengungkapkan Hambatan interaksi
kasih sayang sosial
Do:
- Kurang responsif atau
tertarik pada orang lain
- Tidak berminat melakukan
kontak emosi dan fisik
- Gejala cemas berat
- Kontak mata berkurang
- Ekspresi wajah tidak
responsive
- Tidak kooperatif dalam
bermain dan berteman
dengan sebayanya
- Perilaku tidak sesuai usia
Ds: Kondisi fisik Gangguan yanni
- Mengeluh nyeri saat (pajanan penyakit, Mobilitas
bergerak kelemahan) Fisik
- Enggan melakukan (D.0054)
pergerakan Penurunan fungsi
- Merasa cemas saat motorik dan
bergerak muskuloskeletal
Do: Intoleransi aktivitas
- Kekuatan otot menurun
- Rentang gerak (ROM) Hambatan mobilitas
menurun fisik
- Sendi kaku
- Gerakan tidak
terkoordinasi
- Gerakan terbatas
- Fisik lemah
Ds: Kondisi fisik (pajaan Intoleransi yanni
- Mengeluh Lelah penyakit, kelemahan) Aktifitas
- Dispnea saat/ setelah (D.0056)
aktivitas Penurunan fungsi
- Merasa tidak nyaman motorik dan
setelah beraktivitas muskuloskeletal
- Merasa lemah
Do: Intoleransi aktivitas
- Frekuensi jantung
meningkat >20% dari
kondisi istirahat
- Tekanan darah >20% dari
kondisi istirahat
- Gambaran EKG
menunjukan aritmia saat/
setelah aktivitas
- Gambaran EKG
menunjukan iskemia
- Sianosis
Ds: Kondisi fisik (pajaan Keletihan yanni
- Merasa energi tidak pulih penyakit, kelemahan) (D.0057)
walaupun telah tidur
- Merasa kurang tenaga Penurunan fungsi
- Mengeluh Lelah motorik dan
- Merasa bersalah akibat muskuloskeletal
tidak mampu menjalankan
tanggung jawab Keletihan
- Libodo menurun
Do:
- Tidak mampu
mempertahankan aktivitas
rutin
- Tampak lesu
- Kebutuhan istirahat
meningkat
Ds: - Kondisi fisik (pajaan Risiko Cidera yanni
penyakit, kelemahan) (D.0136)
Do: -
Penurunan fungsi
motorik dan
muskuloskeletal

Kelemahan pada satu


atau keempat anggota
gerak

Resiko cidera
Ds: - Tirah baring lama Risiko Infeksi yanni
(D.0142)
Do: - Luka dekubitus/iritasi

Kerusakan integritas
kulit

Resiko infeksi
Ds: Penurunan fungsi Risiko yanni
- motorik dan Gangguan
Do: muskuloskeletal Integritas
- Kerusakan jaringan dan/ Kulit
atau lapisan kulit Kelemahan pada satu (D.0139)
- Nyeri atau keempat anggota
- Perdarahan gerak
- Kemerahan
- Hematoma Tirah baring lama

Luka dekubitus/iritasi

Resiko kerusakan
integritas kulit

3. Skoring Masalah

Skoring Menurut Teori


No Kriteria Skor Bobot
1 Sifat Masalah
- Aktual (tidak/kurang sehat) 3
- Ancaman kesehatan 2 1

- Keadaan krisis atau sejahtera 1


2 Kemungkinan masalah dapat diubah
- Mudah 2
- Cukup 1 2

- Tidak dapat 0
3 Potensi masalah dapat dicegah
- Tinggi 3
- Cukup 2 1

- Rendah 1
4 Menonjolnya masalah
- Masalah berat, harus segera 2
ditangani 1

- Ada masalah, tapi tidak perlu 1

segera ditangani
- Masalah tidak dirasakan 0

Rumus :
Skor / angka tertinggi x bobot

4. Diagnosa Keperawatan SDKI

a. Defisit perawatan diri b.d kondisi fisik (pajanan penyakit, kelemahan) d.d

Menolak melakukan perawatan diri, tidak mampu mandi/ mengenakan pakaian/

makan/ ke toilet/ berhias secara mandiri, minat melakukan perawatan diri kurang.

b. Gangguan rasa nyaman b.d defisit perawatan diri d.d Mengeluh tidak

nyaman, mengeluh sulit tidur, tidak mampu rileks, mengeluh kedinginan/

kepanasan, merasa gatal, engeluh mual, mengeluh lelah, gelisah, menunjukan


gejala distress, tampak merintih atau menangis, pola eliminasi berubah, postur

tubuh berubah, iritabilitas.

c. Gangguan interaksi sosial b.d gangguan rasa nyaman d.d Merasa tidak

nyaman dengan situasi sosial, merasa sulit menerima atau mengkomunikasikan

perasaan, sulit mengungkapkan kasih saying, kurang responsif atau tertarik pada

orang lain, tidak berminat melakukan kontak emosi dan fisik, gejala cemas berat,

kontak mata berkurang, ekspresi wajah tidak responsive, tidak kooperatif dalam

bermain dan berteman dengan sebayanya, perilaku tidak sesuai usia.

d. Intoleransi aktivitas b.d penurunan fungsi motorik dan musculoskeletal d.d

Mengeluh lelah, dispnea saat/ setelah aktivitas, merasa tidak nyaman setelah

beraktivitas, merasa lemah, frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi

istirahat, tekanan darah >20% dari kondisi istirahat, gambaran EKG menunjukan

aritmia saat/ setelah aktivitas, gambaran EKG menunjukan iskemia, sianosis.

e. Gangguan mobilitas fisik b.d intoleransi aktivitas d.d Mengeluh nyeri saat

bergerak, enggan melakukan pergerakan, merasa cemas saat bergerak, kekuatan

otot menurun, mentang gerak (ROM) menurun, sendi kaku, gerakan tidak

terkoordinasi, gerakan terbatas, fisik lemah.

f. Keletihan b.d penurunan fungsi motorik dan muskuloskeletal d.d Merasa

energi tidak pulih walaupun telah tidur, merasa kurang tenaga, mengeluh lelah,

merasa bersalah akibat tidak mampu menjalankan tanggung jawab, libodo

menurun, tidak mampu mempertahankan aktivitas rutin, tampak lesu, kebutuhan

istirahat meningkat.

g. Resiko gangguan integritas kulit b.d luka dekubitus/iritasi d.d Kerusakan

jaringan dan/ atau lapisan kulit, nyeri, perdarahan, kemerahan, hematoma.


5. Rencana Keperawatan/ Intervensi Keperawatan SIKI

Tgl No Rencana Keperawatan Ttd


Dx Tujuan Rencana Tindakan Rasional
Defisi Perawatan diri: Dukungan yanni
t Setelah Perawatan Diri:
Peraw dilakukan O:
atan tindakan 1. Identifikasi 1. Mengidentifikasi
Diri keperawatan kebiasaan kebiasaan
selama 3x24 aktivitas aktivitas
jam diharapkan perawatan perawatan diri
Perawatan Diri diri sesuai sesuai usia
meningkat usia 2. Mengidentifikasi
dengan kriteria 2. Identifikasi kebutuhan alat
hasil: kebutuhan bantu kebersihan
- Kemampua alat bantu diri
n cukup kebersihan 3. Mendampingi
meningkat diri, dalam
- Kemampua berpakaian, melakukan
n berhias dan perawatan diri
mengenaka makan 4. Menganjurkan
n pakaian T: perawatan diri
cukup 3. Dampingi secara konstitusi
meningkat dalam sesuai
- Kemampua melakukan kemampuan.
n makan perawatan
cukup diri
meningkat E:
- Kemampua 4. Anjurkan
n ke toilet melakukan
(BAK/BAB perawatan
) cukup diri secara
meningkat konstitusi
sesuai
kemampuan.
Gang Status Terapi Rlaksasi: yanni
guan kenyamanan: O:
Rasa Setelah 1. Identifikasi 1. Mengidentifikasi
Nyam dilakukan teknik teknik relaksasi
an tindakan relaksasi yang yang pernah
keperawatan pernah digunakan
selama 3x24 digunakan
jam diharapkan N: 2. Menggunakan
Status 2. Gunakan relaksasi sebagai
Kenyamanan relaksasi strategi
meningkat sebagai penunjang
dengan analgetik
dengan kriteria strategi atau tindakan
hasil: penunjang medis lainnya
- Kesejahtera dengan
an fisik analgetik atau
cukup tindakan
meningkat medis lain,
- Perawatan jika sesuai
E: 3. Menganjurkan
esuai
3. Anjurkan mengambil
kebutuhan
mengambil posisi yang
cukup
posisi nyaman
meningkat
nyaman
Gang Interaksi sosial: Modifikasi yanni
guan Setelah Perilaku
Intera dilakukan Keterampilan
ksi tindakan Sosial:
Sosial keperawatan O:
selama 3x24 1. Identifikasi Mengidentifikasi
jam diharapkan penyebab penyebab kurangnya
Interaksi Sosial kurangnya keterampilan sosial
meningkat keterampilan
dengan kriteria sosial
hasil: N: memotivasi untuk
- Perasaan 2. Motivasi melatih keterampilan
nyaman untuk melatih sosial
dengan keterampilan
situasi sosial sosial
cukup E: menganjurkan untuk
meningkat 3. Anjurkan mengungkapkan
- Perasaan mengungkapk perasaan akibat
mudah an perasaan masalah yang
menerima akibat dialaminya
atau masalah yang
mengkomun dialami
ikasikan
perasaan
cukup
meningkat
- Responsive
pada orang
lain
meningkat
- Ekspresi
wajah
responsive
meningkat
Intole Toleransi Terapi Aktivitas: yanni
ransi aktivitas: O:
Aktiv Setelah 1. Identifikasi Mengidentifikasi
itas dilakukan defisit tingkat defisit tingkat
tindakan aktivitas aktivitas
keperawatan N:
selama 3x24 2. Libatkan Melibatkan dalam
jam diharapkan dalam permainan kelompok
Toleransi permainan
Aktivitas kelompok
meningkat yang tidak
dengan kriteria kompetitif,
hasil: terstruktur
- Kemudahan dan aktif
melakukan E: Mengajarkan cara
aktivitas 3. Ajarkan cara melakukan aktivitas
sehari-hari melakukan yang dipilih
cukup aktivitas yang
meningkat dipilih
- Keluhan K: Berkolaborasi
lelah cukup 4. Kolaborasi dengan terapis
menurun dengan okupasi dalam
terapis merencanakan dan
okupasi memonitor program
dalam aktivitas
merencanakan
dan
memonitor
program
aktivitas, jika
sesuai
Gang Mobilitas fisik: Dukungan yanni
guan Setelah Mobilisasi:
Mobil dilakukan O:
itas tindakan 1. Identifikasi Mengidentifikasi
Fisik keperawatan adanya nyeri adanya nyeri atau
selama 3x24 atau keluhan keluhan fisik lainnya
jam diharapkan fisik lainnya
Mobilitas Fisik N:
meningkat 2. Fasilitasi Memfasilitasi
dengan kriteria melakukan melakukan
hasil: pergerakan, pergerakan
- Pergeraka jika perlu
n E: Mengajarkan
ekstermita 3. Ajarkan mobilisasi sederhana
s mobilisasi yang harus dilakukan
meningkat sederhana
- Kekuatan yang harus
otot dilakukan
meningkat (misalnya
- Kelemaha duduk di
n fisik tempat tidur,
cukup duduk di sisi
menurun tempat tidur,
pindah dari
tempat tidur
ke kursi)
Keleti Tingkat Edukasi Aktivitas yanni
han Keletihan: atau Istirahat:
Setelah O:
dilakukan 1. Identifikasi Mengidentifikasi
tindakan kesiapan dan kesiapan dan
keperawatan kemampuan kemampuan dalam
selama 3x24 menerima menerima informasi
jam diharapkan informasi
Tingkat 2. Sediakan Menyediakan materi
Keletihan materi dan dan media
menurun media pengaturan aktivitas
dengan kriteria pengaturan dan istirahat
hasil: aktivitas dan
- Kemampu istirahat
an E: Menjelaskan
melakukan 3. Jelaskan pentingnya
aktivitas pentingnya melakukan aktivitas
rutin melakukan fisik atau olahraga
cukup aktivitas fisik secara rutin
meningkat atau olahraga
- Gangguan secara rutin Mengarkan cara
konsentras 4. Ajarkan cara mengidentifikasi
i menurun mengidentifik kebutuhan istirahat
asi kebutuhan
istirahat
(misalnya
kelelahan,
sesak napas
saat aktivitas)
Resik Integritas Kulit Perawatan yanni
o dan Jaringan: Integritas Kulit:
Gang Setelah Terapi Aktivitas:
guan dilakukan O:
Integr tindakan 1. Identifikasi Mengidentifikasi
itas keperawatan penyebab penyebab gangguan
Kulit/ selama 3x24 gangguan integritas kulit
jaring jam diharapkan integritas
an Integritas Kulit kulit
dan Jaringan (misalnya
meningkat perubahan
dengan kriteria sirkulasi,
hasil: perubahan
- Kerusakan status nutrisi,
jaringan penurunan
cukup kelembaban,
menurun suhu
- Kerusakan lingkungan
lapisan ekstrem,
kulit penggunaan
cukup mobilitas)
menurun N: Mengubah posisi tiap
2.Ubah posisi 2 jam jika tirah
tiap 2 jam jika baring
tirah baring
E: Menganjurkan
3. Anjurkan minum air yang
minum air cukup
yang cukup

DAFTAR PUSTAKA
https://www.studocu.com/id/document/universitas-tanjungpura/program-studi-

profesi-ners/lp-ganguan-kebutuhan-pemenuhan-aktivitas/31400739

Harahap, S. (2020). Kebutuhan Aktivitas Hidup Sehari-Hari Pada Klien Lanjut Usia

Yang Tinggal Di Panti Werda Tresna Abdi Dharma Asih Binjai.

Anda mungkin juga menyukai