Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anemia aplastik adalah kegagalan proses pembentukan dan

perkembangan sel-sel darah yang ditandai oleh tidak aktifnya sumsum tulang

dan jaringannya digantikan oleh jaringan lemak, menyebabkan penurunan atau

tidak adanya faktor pembentukan sel-sel darah dalam sumsum tulang sehingga

dapat menyebabkan anemia, leukopenia, dan trombositopenia. Keadaan

kekurangan sel-sel darah ini disebut pansitopenia.

Kejadian anemia aplastik yang didapat bervariasi di seluruh dunia

Berdasarkan data Kemenkes RI, angka kejadian anemia aplastik di Indonesia

pada tahun 2011 diperkirakan sebesar 2 sampai 5 kasus per 1.000.000

penduduk. Meskipun prevalensi penyakit ini jarang terjadi, tetapi anemia

aplastik berpotensi menyebabkan kematian.

Frekuensi tertinggi penyakit ini muncul pada usia 15 sampai 25 tahun

dan muncul kembali setelah usia 65 sampai 69 tahun. Wanita lebih jarang

terkena anemia aplastik dibandingkan dengan pria. Perjalanan penyakit pada

pria juga lebih berat dibandingkan dengan wanita.

Anemia aplastik diduga berhubungan dengan paparan langsung terhadap

bahan-bahan toksik seperti senyawa benzena, paparan insektisida, radiasi,

obatobatan, dan kemoterapi. Faktor risiko lainnya yaitu infeksi virus,

kehamilan, kongenital, dan idiopatik. Benzena merupakan karsinogenik pada


manusia yang bisa didapat melalui paparan inhalasi, digunakan sebagai pelarut

dan digunakan dalam pembuatan bahan kimia, obat-obatan, pewarna, dan bahan

peledak. Risiko paparan tertinggi diduga terjadi pada pekerja karet dan kulit

dalam industri sepatu yang terpapar benzena dengan konsentrasi tinggi dan

durasi yang lama. Pada industri petroleum, konsentrasi benzena relatif rendah.

Senyawa benzena di lingkungan kerja telah dikaitkan terutama dengan

peningkatan insiden anemia aplastik dan leukemia di antara para pekerja.

Banyak obat kemoterapi yang memiliki penekanan sumsum tulang sebagai efek

toksisitas yang utama, contohnya seperti zat alkilasi, antimetabolit, antimitotik,

dan beberapa antibiotik. Efeknya tergantung pada dosis dan biasanya terjadi

pada semua penerima obat ini. Obat-obat lainnya seperti kloramfenikol terbukti

dapat mensupresi sumsum tulang dan mengakibatkan aplasia sumsum tulang

sehingga diperkirakan menjadi penyebab tingginya insiden.

Diklorodifeniltrikloroetana (DDT), lindane, dan chlordane adalah

insektisida yang juga dikaitkan dengan kasus anemia aplastik. Kasus terjadi

setelah paparan yang berat di pabrik-pabrik industri atau setelah penggunaannya

sebagai insektisida. Bahan fisik radiasi juga dapat menyebabkan anemia

aplastik.

Infeksi virus seperti infeksi oleh human immunodificiency virus (HIV),

epstein-barr virus (EBV), sitomegalovirus, dan hepatitis dapat menimbulkan

hipoplasia sumsum tulang. Pada beberapa kasus kehamilan dapat terjadi anemia

aplastik tetapi mekanisme dan penyebab pastinya masih belum jelas, diduga

bahwa kehamilan dapat memicu hipoplasia eritiroid. Hal ini mungkin


disebabkan oleh esterogen yang meningkatkan volume plasma lebih dari

produksi sel darah merah. Saat anemia aplastik terjadi sebelum konsepsi,

biasanya memburuk selama kehamilan dan dilaporkan penurunan yang

signifikan dalam jumlah trombosit di hampir semua wanita dengan anemia

aplastik sebelum kehamilan.

Anemia aplastik juga bisa disebabkan oleh kongenital yaitu anemia

Fanconi yang diduga disebabkan oleh ketidakstabilan DNA. Akibatnya, pasien

dengan anemia fanconi memiliki risiko tinggi untuk terjadi aplasia, leukemia

mieloid akut dan sindrom mielodisplasia. Jika pada pasien tidak diketahui

etiologinya maka digolongkan kepada anemia aplastik idiopatik Diagnosa pasti

ditegakkan dari hasil pemeriksaan darah dan pemeriksaan sumsum tulang.

Penegakkan diagnosa secara dini sangatlah penting sebab semakin cepat

penyakit ini terdiagnosis kemungkinan sembuh secara spontan atau parsial

semakin besar.

Semakin berat hipoplasia sumsum tulang yang terjadi maka prognosis

akan semakin buruk, sebelum ditemukan adanya transplantasi sumsum tulang,

25% dari pasien meninggal dalam waktu 4 bulan dan 50% meninggal dalam

waktu 1 tahun. Pada 168 pasien yang mendapatkan transplantasi sumsum

tulang, hanya sekitar 69% yang bertahan selama 15 tahun dan pada 227 pasien

yang mendapatkan terapi imunosupresif, hanya 38% yang bertahan dalam 15

tahun. Angka kematian setelah dua tahun dengan perawatan suportif saja untuk

pasien anemia aplastik berat atau sangat berat dapat mencapai 80% dengan

infeksi jamur dan sepsis bakterial merupakan penyebab kematian paling utama.
Melihat ringkasan kasus diatas, penulis tertarik untuk melakukan

Asuhan Keperawatan An. H dengan diagnsa medis Anemia Aplastik di Ruang

Golek RSUD Kabupaten Indramayu.

B. Rumusan masalah

Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan pada An. H dengan diagnosa

medis Anemia Aplastik di ruang Golek RSUD Indramayu.

C. Tujuan

a. Tujuan Umum

Untuk mengetahui tujuan Asuhan Keperawatan pada An. H dengan

diagnosa medis Anemia Aplastik

b. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui definisi Anemia Aplastik

2. Untuk mengetahui faktor penyebab Anemia Aplastik

3. Untuk mengetahui Patofisiologi Anemia Aplastik

4. Untuk mengetahui Tanda dan Gejala Anemia Aplastik

5. Untuk mengetahui Komplikasi Anemia Aplastik

6. Untuk mengetahui Pemeriksaan Penunjang Anemia Aplastik

7. Apa saja penatalaksanaan Medis Anemia Aplastik

8. Untuk mengetahui bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien

Anemia Aplastik
D. Manfaat Penulisan

a. Manfaat Bagi Penulis

Diharapkan mampu menerapkan Asuhan Keperawatan pada An. H

dengan diagnosa medis Anemia Aplastik di ruang Golek RSUD Indramayu agar

dapat dilakukan intervensi yang tepat sesuai dengan keadaan /kondisi pasien.

b. Manfaat Bagi Ilmu Keperawatan

Diharapkan dengan adanya Asuhan Keperawatan pada An. H dengan

diagnosa medis Anemia Aplastik di ruang Golek RSUD Indramayu dapat

menjadi referensi tambahan dalam mengembangkan keilmuan, serta sebagai

acuan untuk melakukan peneitian dalam penegakkan diagnosa dan intervensi

yang tepat.

c. Manfaat Bagi Instituti

Diharapkan dengan adanya Asuhan Keperawatan pada An. H dengan

diagnosa medis Anemia Aplastik di ruang Golek RSUD Indramayu dapat

menjadi informasi tambahan dalam ilmu keperawatan bagi akademisi dalam

mengembangkan keilmuan
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb

sampai dibawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat. Anemia adalah

istilah yang menunjukkan hitungan sel darah merah dan kadar hematokrit

dibawah normal. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan

pencerminan keadaan suatu penyakit (gangguan) fungsi tubuh. Secara fisiologis

anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah Hb untuk mengangkut

oksigen ke jaringan. Anemia tidak merupakan suatu kesatuan tetapi merupakan

akibat dari berbagai proses patologi yang mendasari (Wijaya & Putri, 2013).

Anemia aplastik adalah anemia yang disertai oleh pansitopenia atau

bisitopenia pada darah tepi yang disebabkan oleh kelainan primer pada sumsum

tulang dalam bentuk aplasia atau hypoplasia tanpa adanya infiltrasi, supresi atau

pendesakkan sumsum tulang (Bakta, 2017).

Anemia aplastik adalah anemia yang ditandai dengan pansitopenia

(anemia, leukopenia dan trombositopenia) dalam darah tepi disertai

hiposeluleritas dari sumsum tulang. Keluhan dan komplikasi anemia aplastik

disebabkan oleh keadaan sitopenia dengan akibat anemia dan gejala yang

diakibatkannya, infeksi, maupun tanda perdarahan (Sugianto, 2015).

Anemia aplastik adalah suatu gangguan sel-sel induk di sum-sum tulang

belakang yang dapat menimbulkan kematian. Pada keadaan iniberkurangnya


sel darah tepi sebagai akibat berhentinya pembentukkan sel homopoetik dalam

sum- sum tulang (Wijaya & Putri, 2013).

Dari definisi diatas penulis dapat menyimpulkan, anemia aplastik

merupakan anemia yang disebabkan oleh kegagalan sumsum tulang untuk

menghasilkan sel darah. Sumsum tulang tidak dapat memproduksi salah satu

atau seluruh sel darah, seperti sel darah merah, sel darah putih, dan platelet, hal

itu disebut pansitopenia.

B. Etiologi

Etiologi anemia aplastik menurut (Handayani & Hariwibowo, 2014).

Berikut ini adalah berbagai faktor yang menjadi etiologi anemia aplastik :

a. Faktor genetik

Kelompok ini sering dinamakan anemia aplastik konstitusional dan

sebagian besar darinya diturunkan.

b. Obat-obatan dan bahan kimia

Anemia aplastik dapat terjadi atas dasar hipersensitivitas atau dosis obat

berlebihan. Obat yang sering menyebabkan anemia aplastik adalah

kloramfenikol. Sedangkan bahan kimia yang terkenal dapat menyebabkan

anemia apalastik adalah senyawa benzen.

c. Infeksi

Infeksi dapat menyebabkan anemia aplastik sementara atau permanen.

i. Sementara

1) Mononucleosis infeksiosa
2) Tuberculosis

3) Influenza

4) Bruselosis

5) Dengue

ii. Permanen

Penyebab yang terkenal ialah virus hepatitis tipe non – A dan non – B.

virus ini dapat menyebabkan anemia. Umumnya anemia aplastik pasca –

hepatitis ini mempunyai prognosis yang buruk.

d. Radiasi

Hal ini terjadi pada pengobatan penyakit keganasan dengan sinar X.

peningkatan dosis penyinaran sekali waktu akan menyebabkan terjadinya

pansitopenia. Bila penyinaran dihentikan, sel–sel akan berptoliferasi kembali.

Radiasi dapat menyebabkan anemia aplastik berat atau ringan.

e. Kelainan imunologi

Zat anti terhadap sel–sel hematopoetik dan lingkungan mikro dapat

menyebabkan aplastik.

f. Idopatik

Sebagian besara (50-70%) penyebab anemia aplastik tidak diketahuai

atau bersifat idiopatik.

g. Penyakit lain

Seperti leukemia akut, hemoglobinuria noktural proksimal, dan

kehamilan dimana semua keadaan tersebut dapat menyebabkan terjadinya

pansitopenia.
C. Patofisiologi

Penyebab anemia aplastik adalah kongenital, faktor didapat antara lain:

bahan kimia, obat, radiasi, faktor individu, infeksi, idiopatik. Apabila pajanan

dilanjutkan setelah tanda hypoplasia muncul, maka depresi sum- sum tulang

akan berkembang sampai titik dimana terjadi kegagalan sempurna dan

irreversible. Disinilah pentingnya pemeriksaan angka darah sesering mungkin

pada klien yang mendapat pengobatan atau terpajan secara teratur pada bahan

kimia yang dapat menyebabkan anemia aplastik. (Brunner and Suddarth, 2010).

Karena terjadi penurunan jumlah sel dalam sum-sum tulang, aspirasi

sum- sum tulang sering hanya menghasilkan bebereapa tetes darah.Maka perlu

dilakukan biopsi untuk menentukan beratnya penurunan elemen sum-sum

normal dan pergantian oleh lemak. Abnormalitas mungkin terjadi pada sel stem,

prekusor granulosit, eritrosit dan trombosit,akibatnya terjadi pansitoipenia.

(Brunner and Suddarth, 2010).

Pansitopenia adalah menurunnya sel darah merah, sel darah putih, dan

trombosit. Penurunan sel darah merah (anemia) ditandai dengan menurunnya

tingkat hemoglobin dan hematokrit. Penurunan sel darah merah (hemoglobin)

menyebabkan penurunan jumlah oksigen yang dikirim ke jaringan, biasanya

ditandai dengan kelemahan, kelelahan, dispnea, takikardi, ekstremitas dingin

dan pucat. (Brunner and Suddarth, 2010).

Kelainan kedua setelah anemia yaitu leukopenia atau menurunnya

jumlah sel darah putih (leukosit) kurang dari 4.500-10.000/mm3 penurunan

sel darah putih ini akan menyebabkan agranulositosis dan akhirnya menekan
respon inflamasi. Respon inflamasi yang tertekan akan menyebabkan infeksi

dan penurunan sistem imunitas fisik mekanik dimana dapat menyerang pada

selaput lendir, kulit, silia, saluran nafas sehingga bila selaput lendirnya yang

terkena makan akan mengakibatkan ulserasi dan nyeri pada mulut serta faring,

sehingga mengalami kesulitan dalam menelan dan menyebabkan penurunan

masukan diet dalam tubuh. (Brunner and Suddarth, 2010).

Kelainan ketiga setelah anemia dan leukopenia yaitu trombositopenia,

trombositopenia didefinisikan sebagai jumlah trombosit dibawah 100.000/mm3.

Akibat dari trombositopenia antara lain ekimosis, ptekie, epitaksis, perdarahan

saluran kemih, perdarahan susunan saraf dan perdarahan saluran cerna. Gejala

dari perdarhan saluran cerna adalah anoreksia, nausea, konstipasi, atau diare

dan stomatitis (sariawan pada lidah dan mulut) perdarahan saluran cerna dapat

menyebabkan hematemesis melena. Perdarahan akibat trombositopenia

mengakibatkan aliran darah ke jaringan menurun. (Brunner and Suddarth,

2010).
D. Manifestasi klinis

Pada aplastik terdapat pasitopenia sehingga keluhan dan gejala yang

timbul adalah akibat dari pansitopenia tersebut. Hypoplasia eritropoietik akan

menimbulkan anemia dimana timbul gejala – gejalaanemia antara lain lemah,

dispnoe d’effort, palpitasi cordis, takikardi, pucat dan lain – lain. Pengurangan

elemen lekopoisis menyebabkan granulositopenia yang akan menyebabkan

penderita menjadi peka terhadap infeksi sehingga mangakibatkan keluhan dan

gejala infeksi baik bersifat local sehingga mengakibatkan keluhan dan gejala

infeksi baik bersifat local maupun bersifat sistemik. Trombositopenia tentu dapat

mengakibatkan perdarahan di kulit, selaput lender atau perdarahan di organ –

organ lain.

Manifestasi klinis pada klien anemia aplastik menurut (Rukman Kiswari,

2014) dapat berupa :

1. Sindrom anemia

a. Sistem kardiovaskuler : rasa lesu, cepat lelah, palpitasi, sesak napas

intolransi terhadap aktivitas fisik, angina pectoris hinggagejala payah jantung.

b. Susunan saraf : sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata

berkunang – kunang terutama pada waktu perubahan posisi dariposisis jongkok

ke posisi berdiri, iritabel, lesu dan perasaan dingin pada ekstremitas.

c. Sistem percernaan : anoreksia, mual dan muntah, flaturensi, perut

kembung, enek di ulu hati, diare atau konstipasi.

d. Sistem urogenital : gangguan haid dan libido menurun.


e. Epitel dan kulit : kelihatan pucat, kulit tidak elastis atau kurang

cerah, rambut tipis dan kekuning-kuningan.

2. Gejala perdarahan: ptekie, ekimosis, epistaksis, perdarahan

subkonjungtiva, perdarahan gusi, hematemesis/melena atau menorrhagia pada

wanita. Perdarahan organ dalam lebih jarang dijumpai, namun jika terjadi

perdarahan otak sering bersifat fatal.

3. Tanda – tanda infeksi: ulserasi mulut atau tenggorokan, selulitis

leher, febris, sepsis atau syok septik.

E. Komplikasi

a. Infeksi parah

Infeksi yang parah, dapat menimbulkan komplikasi yang

berbahaya

b. Perdarahan

Perdarahan adalah keluarnya darah dari pembuluh darah yang disertai

penimbunan dalam jaringan atau ruang tubuh.

c. Penumpukan zat besi dalam tubuh

penyakit ketika kadar zat besi di dalam tubuh terlalu berlebihan. Apabila

tidak ditangani, zat besi akan menumpuk di dalam organ tubuh dan memicu

penyakit serius, seperti gagal jantung.

d. Kanker darah

Kanker darah atau blood cancer adalah kondisi ketika sel darah berubah

menjadi abnormal atau ganas. Sebagian besar kanker ini bermula di sumsum
tulang tempat sel darah diproduksi. Kanker darah terbagi menjadi tiga, yaitu

leukemia, limfoma, dan multiplemyeloma

e. Kanker kelenjar getah bening

Limfoma (kanker kelenjar getah bening) adalah kanker yang disebabkan

oleh sel darah putih yang berubah menjadi ganas. Sel darah putih tersebut

memperbanyak diri dengan tidak terkendali pada kelenjar getah bening atau di

organ-organ pembentuk sel darah putih.

F. Penatalaksanaan medis

Secara garis besar terapi untuk anemia aplastik menurut (Rukman

Kiswari, 2014) terdiri atas:

1. Terapi kausal

Terapi kausal adalah usaha untuk menghilangkan agen penyebab, tetapi

sering hal ini sulit dilakukan karena etiologinya yang tidak jelas atau

penyebabnya yang tidak dapat dikoreksi.

2. Terapi supportif

Terapi ini adalah untuk mengatasi akibat pensitopenia.

a. Untuk mengatasi infeksi antara lain :

- Hygiene mulut

- Identifikasi sumber infeksi serta pemberian antibiotik yang tepat

dan adekuat. Sebelum ada hasil tes sensitivitas, antibiotik yang biasa diberikan

adalah ampisilin, gentamisin, atau sefalosporin generasi ketiga.


- Transfusi granulosit konsentrat diberikan pada sepsis berat

kuman gram negative, dengan neutropenia berat yang tidak memberikan respon

pada antibiotik adekuat

b. Untuk mengatasi anemia

Transfusi PRC (packed red cell) jika Hb < 7 gdL atau ada tanda payah

jantung atau anemia yang sangat simtomatik. Koreksi sampai Hb 9 – 10 gdL,

tidak perlu sampai Hb normal, karena akan menekan eritropoiesis internal.

c. Untuk mengatasi perdarahan

Transfusi konsentrat trombosit jika terdapt perdarahan mayor atau

trombosit < 20.000/mm3. Pemberian trombosit berulang dapat menurunkan

efektivitas trombosit karena timbulnya antibodi antitrombosit. Kostikosteroid

dapat mengurangi perdarahan kulit.

3. Terapi untuk memperbaiki fungsi sumsum tulang

a. Anabolik steroid: oksimetolon atau atanozol. Efek terapi

diharapkan muncul dalam 6 -12 minggu.

b. Kortikosteroid dosis rendah sampai menengah: prednisone 40 –

100 mg/hari, jika dalam 4 minggu tidak ada perbaikan makapemakaian barus

dihentikan karena efek sampingnya cukup serius.

c. GM-CSF atau G-CSF dapat diberikan untuk meningkatkan

jumlah netrofil.

4. Terapi definitive

Terapi definitive adalah terapi yang dapat memberikan kesembuhan

jangka panjang, terapi tersebut terdiri dari dua macam pilihan :


a. Terapi imunosupresif

- Pemberian anti lymphocyte globuline : anti lymphocyte globuline

(ALG) atau anti thymocyte globuline (ATG). Pemberian ALG merupakan pilihan

utama untuk klien yang berusia diatas 40tahun.

- Pemebrian methylperednisoloe dosis tinggi

b. Transplantasi sumsum tulang

Transplantasi sumsum tulang merupakan terapi definitive yang

memberikan harapan kesembuhan, tetapi biaya yang sangat mahal,

memerlukan peraltana yang sangat canggih, serta adanya kesulitan

tersendir i dalam mencari donor yang kompatibel.

G. Pengkajian

1. Identitas klien

Pengkajian identitas klien berupa nama, umur, jenis kelamin, agama,

pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, tanggal masuk RS,tanggal rencana operasi,

nomor medrek, diagnosa medis dan alamat (Rohmah, 2010)

2. Identitas penanggung jawab

Identitas penangguang jawab baik ayah, ibu, suami, istri, ataupun

anak yang meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,

agama, hubungan dengan klien dan alamat (Rohmah, 2010).


3. Riwayat kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

1) Keluhan utama saat masuk rumah sakit

Keluhan yang biasanya dikeluhkan oleh klien anemia aplastik adalah

cepat lelah, penurunankadar hemoglobin dalam darah, kepala terasa pusing, lesu,

susah berkonsentrasi, penglihatan berkunang-kunang, prestasi kerja fisik pikiran

menurun.

b. Riwayat kesehatan keluarga

Mengkaji apakah ada anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit

yang sama dengan klien atau apakah ada penyakit yang sifatnya keturunan

maupun menular (Rohmah, 2010).

4. Pola aktivitas sehari-hari

a. Pola nutrisi

Kaji kebiasaan makan, minum sehari-hari, adakah pantangan atau tidak,

frekuensi jumlah makan dan minum dalam sehari. Pada klien anemia aplastik

sering mengalamianoreksia/nafsu makan berkurang.

b. Pola eliminasi

Kaji kebiasaan BAB dan BAK, frekuensinya, jumlah, konsistensi, serta

warna feses dan urine. Apakah ada masalah yang berhubungan dengan pola

eliminasi atau tidak. Pola eliminasi pada klien dengan anemia aplastik biasanya

tidak terganggu.
c. Pola istirahat tidur

Kaji kebiasaan tidur, berapa lama tidur siang dan malam, apakah ada

masalah yang berhubungan dengan pola istirahat tidur. Pola istirahat tidur pada

klien anemia aplastik biasanya suah tidur dan sering terjaga dimalam hari

(insomnia).

d. Personal hygiene

Kaji kebersihan diri klien seperti mandi, gosok gigi, cuci rambut, dan

memotong kuku. Pada klien dengan anemia aplastik akan terjadi penurunan

kemampuan peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktivitas sehari-hari.

e. Aktivitas

Kaji kebiasaan klien sehari-hari dilingkungan keluarga dan masyarakat.

Apakah klien mandiri atau masih bergantung dengan orang lain. Pada klien

anemia aplastik aktivitas klien akan terbatas karena terjadi kelemahan otot.

5. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum dan tanda-tanda vital

Pada klien dengan anemia aplastik akan didapatkan gejala pucat, kepala

pusing, tampak lesu, penglihatan berkunang-kunang, aktivitas berkurang, susah

berkonsentrasi dan cepat lelah. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital sering

ditemukan nadi meningkat (takikardi) dan hipertensi/hipotensi sesuai dengan

kondisifluktuatif.

b. Pemeriksaan fisik persistem

1) Sistem Pernafasan

Pada klien anemia aplastik akan ditemukan pernafasan nafas pendek pada
istirahat dan aktivitas.

2). Sistem Kardiovaskular

Pada klien anemia aplastik akan ditemukan peningkatan sistolik

dengan diastolik stabil.

3) Sistem Pencernaan

Disfagia kesulitan menelan, anoreksia nafsu makan menurun, membran

mukosa kering, konstipasi diare, dan BABmenghitam.

4) Sistem Perkemihan

Terdapat hematuria atau kencing yang ditandai adanya darah pada

urine, warna urine gelap.

5). Sistem Endokrin

Sistem endokrin biasanya jarang terjadi gangguan pada kasus anemia

aplastik.

6). Sistem Integumen

Konjungtiva pucat, perdarahan pada gusi dan hidung, adanya petekie

(keunguan), ekimosis (luka memar) pada kulit, turgor kulit kurang, kulit kering.

Kulit seperti berlilin, pucat atau kuning lemon terang.

7). Sistem Muskuloskeletal

Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak.

Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang

menunjukkan keletihan.

8). Sistem Persarafan

Pemeriksaan sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus,


ketidakmampuan berkonsentrasi. Penurunan penglihatan, dan kelemahan, serta

keseimbangan buruk.

H. Pemeriksaan penunjang

a. Laboratorium

Anemia normokromik nomositer disertai retikusitopenia. Jumlah Hb

lebih rendah dari normal (12-14/gdL). Leukopenia dengan relative limfositosis,

tidak dijumpai sel muda dalam darah tepi. Trombositopenia, yang bervariasi dari

ringan sampai sangat berat.

b. MRI

Pada pemeriksaan MRI (Magnetic Resonance Imaging) memberikan

gambaran yang khas yaitu ketidakhadiran elemen seluler dan digantikan oleh

jaringan lemak
I. ANALISA DATA

DATA SENJANG ETIOLOGI MASALAH

DS DAN DO KEPERAWATAN

DS: - Berkurangnya volume


DO : Perfusi perifer tidak
Darah,hb/eritrosit
-pengisian k efektif
apiler >3 detik
-nadi perifer menurun Kadar hb turun
atau tidak teraba
-akral teraba dingin
Penurunan kadar O2
-warna kulit pucat
-turgor kulit menurun kejaringan

Perifer

Perubahan fungsi tubuh

akibat mekanisme

kompensasi terhadap

anemia

Perfusi perifer tidak

efektif

DATA SENJANG ETIOLOGI MASALAH


KEPERAWATAN

DS DAN DO
Ds : - Abnormalitas pada sel
stem,prekusor Defisit nutrisi
Do : granulosit,eritrosit,dan
-porsi makan tidak habis trombosit
-berat badan menurun
-diare pansintopenia
-membran mukosa
pucat trombositopenia
-membran mukosa (platelet<100.000/mm3)
pucat
-sariawan Gangguan dalam
pembekuan darah

Perdarahan : -
ekinosis,epistaksis
perdarahan
ssp,perdarahan seluruh
kemih,

Penurunan darah dalam


Penurunan aliran darah

Nusea,anoreksia,stomati
s

Defisit nutrisi
DATA SENJANG ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
DS DAN DO

Ds : Faktor konginital dll


Resiko infeksi

Pajanan dilanjutkan

Do :

-penurunan HB Depresi sumsum tulang

-leukoponia

-leukositopenia Kegagalan sempurna

-imuno supresi dan ireversiberl

Penuruna jumlah sel


dalam sumsum tulang

Abnormalitas pada sel


stem,prekusor
granulosit,eritrosit,dan
trombosit

pansitopenia

leukopenia

(leukosit<4500-
10.000/mm3)

Sel darah putih turun


Resiko infeksi

DATA SENJANG ETIOLOGI MASALAH


KEPERAWATAN
DS DAN DO

Ds : Anemia
(HB<12-16gr/dl)
-mengeluh lelah
-dispnea saat/setelah
aktivitas Sirkulasi oksigen yang
-merasa lemah dikirim kejaringan
menurun
Intoleransi aktivitas
Do :
Kelemahan,kelelahan
-frekuensi jantung
meningkat >20% dari
Intoleransi aktivitas
kondisi istirahat
-tekanan darah berubah
>20% dari kondisi
istirahat
-gambaran EKG
menunjukan iskemia
-sianosis
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN MENURUT PRIORITAS

1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen

seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrisi ke sel

2. Defisit nutrisi berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau

ketidak mampuan mencerna makanan/absorbsi nutrisi yang di perlukan

untuk pembentukan sel darah merah (sdm )normal

3. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh

sekunder leucopenia,penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan)

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

suplai oksigen dan kebutuhan

K. INTERVENSI KEPERAWATAN

N Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Rencana tindakan Tujuan

O Keperawatan

1 Perfusi perifer Setelah dilakukan tindakan Observasi :


keperawtan selama 3x24
tidak efektif -Periksa sirkulasi perifer
jam di harapkan prfusi
-monitor
perifer meningkat dengan
panas,kemerahan,nyeri,at
kriteria hasil :
au bengkak pada
1. warna kulit pucat
ekstremitas
menurun
Terapeutik
2. edema perifer menurun
-lakukan pencegahan
3. kelemahan otot membaik
infeksi
4. pengisian kapiler
-lakukan hidrasi
membaik
Edukasi
-anjurkan berolahrga
rutin
N Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Rencana tindakan Tujuan

O Keperawatan

2 Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan Observasi


keperawtan selama 3x24
(D0019) -identifikasi status nutrisi
jam di harapkan status
-monitor asupan makanan
nutrisi terpenuhi dengan
kriteria hasil : -monitor berat badan
1. porsi makanan yang di
habiskan meningkat
Terapeutik
2. berat badan atau IMT
meningkat -lakuakan oralhygine
3. frekuensi makan cukup sebelum makam jika
meningkat perlu
4. nafsu makan meningkat -hentikan pemberian
5. perasaan cepat kenyang selang nasogastrik jika
menurun asupan oral dapat
ditoleransi

Edukasi
-anjurkan posisi duduk
jika mampu
-anjurkan diet yang
diprogramkan

Kolaborasi
-kolaborasi dengan ahli
giziuntuk menentukan
jumlah kalori
N Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Rencana tindakan Tujuan

O Keperawatan

3 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Observasi


keperawtan selama 3x24
(D0142) -minitor tanda dan gejala
jam di harapkan glukosa
infeksi lokal dan sistemik
derajat infeksi menurun
dengan kriteria hasil :
1. demam menurun
Terapeutik
2. kemerahan sedang
-cuci tangan sebelum dan
3. nyeri menurun
sesudah kontak dengan
4.kadar sel darah putih
pasien dan lingkungan
membaik
pasien

Edukasi
-jelaskan tanda dan gejala
infeksi
-anjurkan meningkatkan
asupan cairan

Kolaborasi
-kolaborasi pemberian
imunisasi jika perlu
N Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Rencana tindakan Tujuan

O Keperawatan

4 Intoleransi Setelah dilakukan tindakan Observasi


keperawtan selama 3x24
aktivitas(D.00 -identifikasi gangguan
jam di harapkan toleransi
fungsi tubuh yang
56)
aktivitas meningkat dengan
mengakibatkan kelelahan
kriteria hasil :
1. kemudahan dalam
Edukasi
melakukan aktivitas sehari-
-anjurkan tirah baring
hari meningkat
2. keluhan lelah menurun
Terapeutik
3.dispnea saat aktivitas
-sediakan lingkungan
menurun
nyaman dan rendah
stimulus

Kolaborasi
-kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai