TINJAUAN PUSTAKA
Anemia aplastik yaitu suatu gangguan pada sel-sel induk dibagian sumsum
tulang yang dapat menyebabkan kematian bagi penderita anemia aplastik. Anemia
aplastik merupakan anemia yang disertai dengan pansitopenia pada bagian darah tepi
yang disebabkan oleh kelainan primer pada sumsum tulang dalam bentuk aplasia,
hipoplasia tanpa terjadinya filtrasi, supresi, atau pendesakan sumsum tulang (Bakta,
2006). Anemia aplastik biasanya terjadi penurunan produksi sel darah dari sumsum
tulang sehingga menyebabkan terjadinya retikulositopenia, anemia, granulositopenia,
serta trombositopenia. Anemia aplastik sering juga digunakan untuk menjelaskan
anemia refrakter bahkan pansitopenia, sinonim lain yang biasa digunakan seperti
hipositemia progressif, anemia aregeneratif, aleukia hemoragika, panmyeloptisis,
anemia hipoplastik, dan anemia paralitik toksik (Sudoyo, Setiyohadi, Alwi,
Simadibrata, & Setiati, 2006).
2. Etiologi Anemia Aplastik
9
4. Manifestasi Klinis Anemia Aplastik
5. PemeriksaanPenunjangAnemiaAplastik
a. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien anemia aplastik sangat bervariasi. Pasien anemia
aplastik 100% terlihat pucat dan pasien dengan perdarahan hanya 63% yang
ditemukan. Hepatomegali yang sebabnya bermacam-macam ditemukan padasebagian
kecil pasien, sedangkan splenomegali tidak ditemukan pada satu kasus pun.
10
Splenomegali dan limfadenopati justru meragukan diagnosis.
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Sel Darah
3) Faalhematosis
4) Sumsumtulang
5) Virus
6) Teshamatauteshemolisissukrosa
7) Kromosom
8) Defisiensiimun
9) Dan lain-lain seperti hemoglobin F meningkat pada anak dengan anemia aplastik
dan sering ditemukan pada anemia aplastik konstitusional. Kadar eritropoetin
meningkat pada anemia aplastik.
b. Pemeriksaan radiologis
1) Nuclearmagnetic resonanceimaging
2) Radionuclidebonemarrowimaging(bonemarrowscanning)
Penanganan anemia aplastik yang biasa dilakukan ada dua yaitu yang pertama
transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk memberikan persediaan jaringan
11
hematopoesti yang masih dapat berfungsi, agar transplantasi dapat berhasildiperlukan
kemampuan menyesuaikan sel donor dengan resipien serta mencegah terjadinya
komplikasi selama proses penyembuhan dengan penggunaan imunosupresan
clyclosporine. Kedua terapi imunnosupresif yaitu dengan ATG (globulin antitimosit)
diberikan untuk menghentikan fungsi imunologis yang memperpanjang aplasia
sehingga sumsum tulang memungkinkan untuk mengalami penyembuhan. ATG
diberikan setiap hari melalui kateter vena sentral selama 7 sampai 10 hari, pasien
yang merespon terapi biasanya akan sembuh dalam beberapa minggu sampai 3 bulan
(Wijaya & Putri, 2013).
6. Pengertian risiko perdarahan
Risiko perdarahan yang sering terjadi pada penderita anemia aplastik diawali
dengan gejala klinis yaitu trombositopenia. Risiko perdarahan didefinisikan sebagai
berisiko mengalami kehilangan darah baiksecarainternal yangterjadi di dalamtubuh
maupun secara eksternal yang terjadi hingga keluar tubuh (PPNI, 2016). Gejala
perdarahan pada penderita anemia aplastik sangat spesifik terjadi seperti ptekie,
perdarahan pada konjungtiva, ekimosis, epistaksis, perdarahan pada gusi,
hematemesisataumenorhagiapadawanita.Perdarahanyangterjadipadaorgandalam
penderita anemia aplastik jarang dijumpai, namun jika terjadi perdarahan diotak akan
bersifat fatal. Anemia aplastik sering dikaitkan dengan risiko perdarahan (George &
Lichtman, 2010).
12
7. Penyebabrisiko perdarahan pada anemiaaplastik
h. Tindakan pembedahan
i. Trauma
j. Kurang terpapar informasi tentang pencegahan perdarahan
k. Proseskeganasan
a. IdentitasPasiendanKeluarga
Nama, TTL, nama orang tua, nomer RM, jenis kelamin, umur pasien, agama, pendidikan,
tanggal MRS, tanggal pengkajian, pekerjaan orang tua, dan alamat.
b. KeluhanUtama
1) Petekie
Bintik-bintik kemerahan yang muncul akibat pendarahan dibawah kulit, petekie
ditemukan bila jumlah trombosit <30.000/mm3.
2) Ekimosis
Darahyang terperangkap dijaringan bawah kulit, ekimosis yang bertambah dan
perdarahan yang lama akibat trauma ringan ditemukan pada jumlah trombosit
<50.000/mm3.
3) Perdarahan dibawah membran mukosa Saluran GastroIntestinal,kemih,genital,danrespirasi.
c. Riwayat kesehatan dahulu
1) Pernah menderita penyakit anemia sebelumnya,riwayat imunisasi
2) Pernah memiliki riwayat trauma,perdarahan
1) Pasien pucat
2) Kelemahan
3) Sesak nafas
4) Epitaksis
Perdarahan yang terjadi pada hidung akibat adanya kelainan lokal pada rongga
hidung.
5) Menoragia
Periodik menstruasi yang terjadi perdarahan berat atau berkepanjangan(abnormal)
yang disertai dengan kram.
15
6) Malaise : Nafsu makan menurun, kelelahan dan kelemahan. Kelemahan dapat
terjadi dengan atau tanpa disertai saat perdarahan terjadi akibat kekurangan suplai
darah tak seimbang dengan kebutuhan.
7) Menometroraghia
Bentuk campuran dari menoragia (perdarahan haid dalam jumlah yang melebihi
80 ml) dan metroragia (perdarahan berupa bercak bercak diluar siklus haid).
e. Riwayat penyakit keluarga
Penderita trombositopenia biasanya memiliki kecenderungan dalam genetiknya
pada kembar monozigot dan pada beberapa keluarganya, serta adanya
kecenderungan mengahasilkan autoantibody pada anggota keluarga yang sama.
f. Pemeriksaan Fisik
16
4) Bowel yangmeliputi :
a) Inspeksi:adanyahematemesisdanmelena,penurunannafsumakandanmual muntah.
b) Palpasi :adakah nyeri tekan abdomen, splenomegali dan perdarahan pada saluran
cerna.
c) Perkusi:bunyipekakdeteksiadanya perdarahanpada daerahabdomen.
d) Auskultasi :bisingususmenurun.
5) Bone yangmeliputi :
a) inspeksi : kemungkinan adanya nyeri otot sendi dan punggung, mobilitas dibantu
akibat kelemahan.
g. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Darah Lengkap meliputi jumlah trombosit rendah sehingga mencapai
100.000/mm3(batas normal trombosit yaitu 150.000-530.000/mm3), penurunan jumlah
hemoglobin, kadar trombopoietin dibawah/tidak terjadi peningkatan, masa koagulasi pt dan ptt
memanjang, foto toraks dan uji fungsi paru, terjadi peningkatan pada tes kerapuhan kapiler,
skrining antibody, terjadi aspirasi pada sumsumtulang, terjadi peningkatan jumlah megakariosit,
tessensitive menunjukan igg antitrombosit pada permukaan trombosit atau dalam serum
(Handayani & Haribowo, 2008).
1. Diagnosa Keperawatan
1) Pola nafas tidak efektif bd hambatan upaya nafas
2) Perfusi perifer tidak efektif bd penurunan konsentrasi hemoglobin
3) Hipervolemia bd gangguan aliran balik vena
2. Intervensi Keperawatan
No
Dx. Keperwatan 1
Pola nafas tidak efektif bd hambatan upaya nafas
Tujuan
17
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan inspirasi dan atau ekspirasi membaik dengan kriteria hasil :
Intervensi
Manajemen jalan nafas
Observai
a. Monitor pola napas
b. Monitor bunyi napas
c. Monitor sputum
Terapeutik
a. Pertahankan kepatenan jalan napas
b. Posisikan semi-fowler
c. Berikan minum hangat
d. Lakukan fisioterafi dada
e. Lakukan penghisapan lendir
f. Lakukan hiperoksigenasi
g. Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep
h. Berikan oksigen jika perlu
Edukasi
a. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari
b. Ajarkan Teknik batuk efektif
18
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian bronkodilator
Diagnosa keperawatan 2
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi perfusi perifer tidak efektif
Perfusi Perifer Mobilitas fisik Kriteria Hasil :
1. Denyut nadi perifer meningkat.
2. Kecepatan penyembuhan luka meningkat.
3. Edema perifer menurun.
4. Pengisian kapiler membaik.
Intervensi
Perawatan Sirkulasi
Observasi
1. Periksa sirkulasi perifer (mis. Nadi perifer, edema, pengisian kapiler, warna, suhu,
anklebrachialindex).
2. Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi (mis. Diabetes Melitus Tipe II, perokok, orang tua,
hipertensi dan kadar kolesterol tinggi).
3. Monitor panas, kemerahan, nyeri/ kesemutan, atau bengkak pada ekstremitas
Terapeutik
1. Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas dengan keterbatasan perfusi.
2. Hindari penekanan dan pemasangan tourniquet pada area yang cedera.
3. Lakukan perawatan kaki dan kuku.
4. Lakukan hidrasi.
Edukasi
19
1. Anjurkan berhenti merokok.
2. Anjurkan olahraga rutin.
3. Anjurkan mengecek air mandi untuk menghindari kulit terbakar.
4. Anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat (mis.Melembabkan kulit kering pada kaki).
5. Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan (mis. Rasa sakit yang tidak hilang
saat istirahat, luka tidak sembuh, hilangnya rasa).
Diagnosa keperawatan 3
Hipervolemia bd gangguan aliran balik vena
Tujuan
Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan cairan kembali normal dengan
kriteria hasil:
- Berat badan menurun
- Edema berkurang
- Edema kurang dari 3 mm
- Lingkar perut berkurang
Intervensi
Manajemen cairan
Observasi
- Periksa tanda dan gejala hypervolemia
- Identifikasi penyebab hypervolemia
- Monitor status hemodinamik
- Monitor intake dan output
- Monitor tanda hemokonsentrasi
- Monitor tanda peningkatan tekanan onkotik plasma
- Monitor kecepatan infus secara ketat
- Monitor efeksamping diuretic
20
Terapeutik
- Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama
- Batasi asupan cairan garam
- Tingikan kepala tempat tidur 30-40 derajat.
Edukasi
- Anjurkan melaporkan jika haluan urine < 0,5 ml/kg/jam dlam 6 jam
- Anjurkan melaporkan jika BB bertambah > 1 kg dlm sehari
- Ajarkan cara mengukur dan mencatat asupan dan haluan cairan
- Ajarkan cara membatasi cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian diuretic
- Kolaborasi penggunaan kehilangan kalium akibat deeuretik
- Kolaborasi pemasangan CRT
Daftar Pustaka
21
22